Sedikit tentang granulasi kering
Sedikit tentang granulasi kering
Granulasi Kering
Granulasi Kering
Granulasi kering adalah metode
Granulasi kering adalah metode yang dilakukan dengan cara membuat granul secara mekanis
yang dilakukan dengan cara membuat granul secara mekanis
tanpa bantuan pengikat basah atau pelarut pengikat. Metode ini digunakan untuk zat
tanpa bantuan pengikat basah atau pelarut pengikat. Metode ini digunakan untuk zat aktif
aktif
yang tidak tahan panas dan lembab, serta ti
yang tidak tahan panas dan lembab, serta tidak tahan air atau pelarut
dak tahan air atau pelarut yang digunakan. Metode
yang digunakan. Metode
ini dapat dilakukan dengan menggunakan :
ini dapat dilakukan dengan menggunakan :
a. Mesin Slug
a. Mesin Slug
Massa serbuk ditekan pada tekanan tinggi sehingga menjadi tablet besar yang tidak
Massa serbuk ditekan pada tekanan tinggi sehingga menjadi tablet besar yang tidak
berbentuk, kemudian digiling dan diayak hingga diperoleh granul dengan ukuran partikel
berbentuk, kemudian digiling dan diayak hingga diperoleh granul dengan ukuran partikel
yang diinginkan.
yang diinginkan.
b. Mesin Rol
b. Mesin Rol
Massa serbuk diletakkan diantara mesin rol yang dijalankan secara hidrolik untuk
Massa serbuk diletakkan diantara mesin rol yang dijalankan secara hidrolik untuk
menghasilkan massa rata yang tipis, lalu diayak atau digiling hingga
menghasilkan massa rata yang tipis, lalu diayak atau digiling hingga diperoleh granul dengan
diperoleh granul dengan
ukuran yang diinginkan.
ukuran yang diinginkan.
Prinsip Granulasi Kering
Prinsip Granulasi Kering
Prinsip granulasi kering adalah menciptakan ikatan
Prinsip granulasi kering adalah menciptakan ikatan antara partikel-partikel dengan
antara partikel-partikel dengan
pemberatan secara mekanik. Ikatan yang mungkin timbul antar partikel-partikel tergantung
pemberatan secara mekanik. Ikatan yang mungkin timbul antar partikel-partikel tergantung
dari sifat serbuk serta campuran. Sifat
dari sifat serbuk serta campuran. Sifat ikatan bermacam-macam, yaitu :
ikatan bermacam-macam, yaitu :
1. Ikatan yang timbul karena jeratan, karena dalam
1. Ikatan yang timbul karena jeratan, karena dalam campuran ada serat-serat, misalnya
campuran ada serat-serat, misalnya
selulosa.
selulosa.
2. Ikatan yang terjadi karena gaya molekular.
2. Ikatan yang terjadi karena gaya molekular.
3. Gaya pengikat dari pengikat kering.
3. Gaya pengikat dari pengikat kering.
4. Melalui pancairan
4. Melalui pancairan yang kemudian membeku kembali.
yang kemudian membeku kembali.
Keuntungan dan Kerugian Granulasi Kering
Keuntungan dan Kerugian Granulasi Kering
Keuntungan pembuatan tablet dengan metode granulasi kering adalah :
Keuntungan pembuatan tablet dengan metode granulasi kering adalah :
1. Memerlukan tahap proses
1. Memerlukan tahap proses yang lebih sedikit sehingga mengurangi kebutuhan akan proses
yang lebih sedikit sehingga mengurangi kebutuhan akan proses
validasi.
validasi.
2. Waktu hancur lebih cepat karena tidak diperlukannya larutan pengikat.
2. Waktu hancur lebih cepat karena tidak diperlukannya larutan pengikat.
3. Tidak memerlukan pengeringan sehingga tidak
3. Tidak memerlukan pengeringan sehingga tidak terlalu lama pengerjaannya.
terlalu lama pengerjaannya.
4. Dapat digunakan untuk zat aktif
4. Dapat digunakan untuk zat aktif dosis besar yang peka terhadap panas dan lembab.
dosis besar yang peka terhadap panas dan lembab.
Kerugian pembuatan tablet dengan metode granulasi kering adalah :
Kerugian pembuatan tablet dengan metode granulasi kering adalah :
1. Perlu mesin khusus untuk pembuat slug.
1. Perlu mesin khusus untuk pembuat slug.
2. Tidak dapat
2. Tidak dapat mendistribusikan warna dengan homogen.
mendistribusikan warna dengan homogen.
3. Tidak dapat digunakan untuk zat aktif
3. Tidak dapat digunakan untuk zat aktif yang tidak larut.
yang tidak larut.
4. Kemungkinan terjadinya kontaminasi silang lebih
4. Kemungkinan terjadinya kontaminasi silang lebih cepat.
cepat.
5. Keseragaman kandungan lebih sulit
5. Keseragaman kandungan lebih sulit dicapai.
dicapai.
Proses Pelaksanaan
Proses Pelaksanaan
a) Penghalusan
a) Penghalusan
Tujuan dari penghalusan adalah untuk memperkecil ukuran partikel zat aktif dan eksipien.
Tujuan dari penghalusan adalah untuk memperkecil ukuran partikel zat aktif dan eksipien.
Semakin besar ukuran partikel maka sifat kohesifitas dan adhesifitas antar
Semakin besar ukuran partikel maka sifat kohesifitas dan adhesifitas antar partikel semakin
partikel semakin
besar yang dapat menyebabkan terjadinya pemisahan pada granul.
besar yang dapat menyebabkan terjadinya pemisahan pada granul. Tahap ini dapat
Tahap ini dapat dilakukan
dilakukan
dengan mengguna
dengan menggunakan bowl hammer, hammer mill,
kan bowl hammer, hammer mill, dan grinder.
dan grinder.
b) Pencampuran
b) Pencampuran
Tujuan pencampuran ini adalah untuk mendapatkan distribusi bahan aktif yang merata dan
Tujuan pencampuran ini adalah untuk mendapatkan distribusi bahan aktif yang merata dan
homogen. Tahap ini dapat dilakukan dengan mengguna
homogen. Tahap ini dapat dilakukan dengan menggunakan alat planetary mixer,
kan alat planetary mixer, twin-shell,
twin-shell,
dan blender.
c) Slugging
c) Slugging
Campuran serbuk ditekan ke dalam cetakan yang besar dan dikompakkan dengan punch
Campuran serbuk ditekan ke dalam cetakan yang besar dan dikompakkan dengan punch
berpermukaan datar, massa yang diperoleh disebut slug.
berpermukaan datar, massa yang diperoleh disebut slug.
d) Pengayakan
d) Pengayakan
Massa basah dibuat menjadi granul
Massa basah dibuat menjadi granul dengan melewatkannya pada ayakan berukuran 6-12
dengan melewatkannya pada ayakan berukuran 6-12
mesh yang disebut oscilating granulator/fitzmill.
mesh yang disebut oscilating granulator/fitzmill.
e) Pengayakan
e) Pengayakan
Ukuran granul diperkecil dengan cara melewatkan
Ukuran granul diperkecil dengan cara melewatkan pada ayakan dengan porositas yang lebih
pada ayakan dengan porositas yang lebih
kecil dari yang sebelumnya.
kecil dari yang sebelumnya.
f) Penambahan Penghancur dan Lubrikan
f) Penambahan Penghancur dan Lubrikan
Proses selanjutnya yaitu proses pencampuran granul-granul dengan penghancur dan lubrikan
Proses selanjutnya yaitu proses pencampuran granul-granul dengan penghancur dan lubrikan
menggunaka
menggunakan twin-shell
n twin-shell blender atau mixer
blender atau mixer lainnya.
lainnya.
g) Pengempaan Tablet
g) Pengempaan Tablet
Proses terakhir dari
Proses terakhir dari metode granulasi kering adalah
metode granulasi kering adalah pengempa
pengempaan massa cetak berupa
an massa cetak berupa granul
granul
menjadi tablet.
menjadi tablet.
c. Metode Pembuatan Tablet c. Metode Pembuatan Tablet
Sebelum dibuat tablet maka dibuat granul
Sebelum dibuat tablet maka dibuat granul terlebih dahulu, metode untuk pembuatan tablet samaterlebih dahulu, metode untuk pembuatan tablet sama dengan metoda pembuatan granul yang merupakan bagian untuk
dengan metoda pembuatan granul yang merupakan bagian untuk pembuatan tablet.pembuatan tablet. Metode granulasi basah 1 :
Metode granulasi basah 1 :
1. jika bahan mempunyai sifat granul yang baik 1. jika bahan mempunyai sifat granul yang baik
2. jika bahan sukar dicampur menjadi granul yang baik 2. jika bahan sukar dicampur menjadi granul yang baik 3. jika bahan tahan panas
3. jika bahan tahan panas 4. jika bahan tahan cairan 4. jika bahan tahan cairan
Tahap granulasi basah basah 1 ; Tahap granulasi basah basah 1 ;
1. Penimbangan, zat aktif dan zat tambahan 1. Penimbangan, zat aktif dan zat tambahan
2. Penghalusan, haluskan zat aktif dan zat tambahan masing
2. Penghalusan, haluskan zat aktif dan zat tambahan masing – – masingmasing 3. Pencampuran padat
3. Pencampuran padat
4. Pembuatan larutan pengikat. 4. Pembuatan larutan pengikat.
5. Pembuatan masa granul dengan penambahan massa
5. Pembuatan masa granul dengan penambahan massa padat kedalam larutan pengikatpadat kedalam larutan pengikat 6. Massa lembab tadi dihaluskan
6. Massa lembab tadi dihaluskan melalui pengayak mesh 6melalui pengayak mesh 6 – – 12.12. 7. Granul basah dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu 40 7. Granul basah dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu 40 – – 6060
8. Granul yang telah dikeringkan digranulasi lagi dengan melalui pengayak mesh 14
8. Granul yang telah dikeringkan digranulasi lagi dengan melalui pengayak mesh 14 – – 20 dalam20 dalam mesin granulation uji inproces control
mesin granulation uji inproces control
9. Menyiapkan massa kempa dengan mencampir gr
9. Menyiapkan massa kempa dengan mencampir gr anul dengan mencampur granul dengan fasa luaranul dengan mencampur granul dengan fasa luar / Lubrikasi
/ Lubrikasi
10. Pengempaan 10. Pengempaan
Metode granulasi basah 2 : Metode granulasi basah 2 :
1. Jika granul mempunyai sifat alir yang tidak baik 1. Jika granul mempunyai sifat alir yang tidak baik 2. jika bahan sukar dicampur menjadi granul yang baik 2. jika bahan sukar dicampur menjadi granul yang baik 3. jika bahan tidak tahan panas dan tidak tahan cairan 3. jika bahan tidak tahan panas dan tidak tahan cairan Tahap granulasi basah 2 :
Tahap granulasi basah 2 :
1. Penimbangan zat aktif dan zat tambahan 1. Penimbangan zat aktif dan zat tambahan
2. Haluskan zat aktif dan zat tambahan masing – masing ( miling ) 3. Pencampuran zat padat
4. Penambahan cairan pengikat 5. Granulasi denga mesh 6 – 12
6. Pengeringan tidak mnggunakan lemari penjang 7. Granulasi dengan menggunakan mesh 14 – 20
8. Menyiapkan massa kempa dengan mencampur granul dengan fasa luar | Lubrikasi 9. Pengempaan
Metoda granulasi kering : 1. Jika bahan tidak tahan panas 2. Jika bahan tidak tahan cairan
3. Jika bahan mempunyai sifat granul yang tidak baik Tahapan granulasi kering
1. Penimbangan zat aktif dan zat tambahan 2. Haluskan zat aktif dan zat tambahan
3. Campur semua zat aktif dan zat tambahan ( Pencampuran 1) 4. Kempa
5. Granulasi mesh 14 – 20
6. Siapkan massa kempa dengan mencampur dengan fasa luar (pencampuran 2) 7. Pengempaan
Metoda cetak langsung
1. Penimbangan zat aktif dan zat tambahan ( mixing ) 2. Haluskan zat aktuif dan zat tambahan
3. Campurkan zat aktif dan zat tambahan 4. Pengempaan
d. Jenis- Jenis Tablet
Jenis tablet berdasarkan cara penggunaanya :
1. Tablet triturate, tablet ini bentuknya kecil dan biasanya silindris, dibuat dengan cetakan MTT atau dibuat dengan kompresi CTT dan biasanya sejumlah kecil obat keras di industri tablet ini dibuat secara kompresi dengan skala kecil dengan cara mencetak karena lebih mudah dan lebih murah di banding tablet yang dibuat secara kompresi.
2. Tablet hipodermik, tablet yang penggunaanya dengan menyuntikkan kedalam jaringan, cara penggunaannya dengan cara melarutkan tablet kemudian baru disuntikkan kepada pasien.
3. Tablet bukal dan sublingual, yaitu tablet yang disisipkan dibawah lidah biasanya berbentuk datar. 4. Tablet effervesescent, yaitu tablet yang melarut sempurna dalam air , dibuat dengan menggempa atau mencetak mengandung zat tambahan berupa campuran asam dan basa yang apabila
dicelupkan dalam air akan mengeluarkan g as karbondioksida.
5. tablet kunyah, yaitu mudah hancur ketika dikunyah biasanya mengandung mannitol yang berasa dan berwarna khusus.
6. tablet vaginal, tablet yang dimasukkan kedalam vagina untuk pengobatan lokal. 7. Tablet implantasi, yaitu tablet steril yang diberikan atau diletakkan dibaawah kulit.
e. Masalah dalam Pembuatan Tablet
Masalah-masalah yang sering muncul dalam pembuatan tablet :
1. Capping dan lamination yaitu tablet terpisah sebagian atau seluruhya atas dan bawah. Penyebabnya adalah terlalu banyak tekanan saat pencetakan, udara yang terperangkap saat granulasi, granulasi terlalu kering, terlalu banyak fines dan pemasangan punch dan die yang tidak pas.
2. Sticking, picking dan filming yaitu tablet lengket di permukaan punch dan dinding die sehingga menyebabkan tablet gumpil dan bersisi kasar. Penyebabnya pengeringan kurang/terlalu lembab, lubrikan kurang, terdapat komponen bertitik leleh rendah seperti asam stearat dan PEG, permukaan punch dan die kotor dan kasar.
3. Chipping dan Cracking yaitu pecahnya tablet disebabkan karena alat dan tablet retak di bagian atas karena tekanan yang besar.
4. Binding yaitu kesulitan mengeluarkan tablet karena lubrikan yang tidak cukup.
5. Mottling yaitu distribusi zat warna yang tidak homogen. Penyebabnya adalah migrasi zat warna yang tidak seragam.
f. Pemeriksaan dan Uji Granul 1. Uji Sudut Henti
Menggunakan corong yang dipasang pada statif yang diletakkan dengan ketinggian tertentu. Kemudian granul dialirkan melalui corong dan ditampung pada bagian bawahnya. Gundukan yang tertampung lalu diukur tinggi (dicatat sebagai h) dan diameternya (dicatat sebagai d). Kemudian dihitung sudut hentinya dengan menggunakan rumus :
Setelah diperoleh sudut henti (α –nya) lalu dibandingkan dengan parameter untuk sudut henti sebagai berikut :
Sudut yang terbentuk Keterangan < 25 o Sangat baik
25 o – 30 o Baik
30 o – 40 o Cukup baik < 1,6 o Sangat buruk 2. Uji Sifat aliran
Menggunakan corong yang dipasang pada statif yang diletakkan dengan ketinggian tertentu. Awalnya granul ditimbang, berat granul dicatat sebagai m. Lalu granul tersebut dialirkan melalui corong dan ditampung pada bagian bawahnya. Waktu yang diperlukan granul untuk melewati corong dicatat sebagai t. Kemudian dihitung sifat alirnya dengan menggunakan rumus :
Setelah diperoleh sifat alir granul (V –nya) lalu dibandingkan dengan parameter untuk sifat alir sebagai berikut:
Sifat alir Keterangan > 10 Sangat baik 4 – 10 Baik 1,6 – 4 Sukar < 1,6 Sangat sukar
4. Uji Kompresibilitas
Merupakan pengukuran persen kemampatan. Pada uji ini menggunakan gelas ukur bervolume besar, kemudian seluruh granul dimasukkan ke dalam gelas ukur. Tinggi awal granul dicatat sebagai (Do), kemudian gelas ukur diketuk-ketukkan sebanyak 500 kali ketukan dengan kecepatan konstan.
Tingginya lulu diukur lagi dan dicatat sebagai (Df). Diukur persen (%) kemampatan (K) dengan rumus :
Do = tap density (volume granul sebelum dimampatkan) Df = bulk density (volume granul setelah dimampatkan)
Setelah diperoleh sifat alir granul (V –nya) lalu dibandingkan dengan parameter untuk sifat alir sebagai berikut:
Hasil uji kompresibilitas Keterangan 5 – 12 Sangat baik
13 – 18 Baik 19 – 33 cukup 34 – 38 Buruk > 38 Sangat buruk 4. Uji kadar air
Susut pengeringan diukur dengan alat Moisture Balance. Kadar air yang baik untuk granul tablet adalah 2 – 5 %.
g. Evaluasi Tablet
Evaluasi tablet dilakukan untuk mengetahui apakah tablet yang dihasilkan telah memenuhi kriteria atau belum. Diperlukan beberapa pengujian, diantaranya adalah :
1. Uji Penampilan
Tablet diamati secara visual meliputi : warna (homogenitas), bentuk (bundar, permukaan rata/cembung), cetakan (garis patah, tanda, logo, pabrik), dll.
2. Uji Keseragaman Ukuran
Kecuali dinyatakan lain diameter tablet tidak boleh lebih dari 3x dan tidak kurang dari 11/3 tebal tablet. Uji diameter dan ketebalan tablet ini dilakukan terhadap 20 tablet.
3. Uji Friabilitas
Dilakukan dengan alat Friabilator menggunakan 20 tablet. Parameter yang diuji adalah kerapuhan tablet terhadap gesekan atau bantingan selama 4 menit. Tablet yang baik mempunyai friabilitas < 1%. Nilai friabilitas diperoleh dengan menggunakan rumus :
f = friabilitas
a = bobot tablet sebelum diuji b = bobot tablet setelah diuji 4. Uji keseragaman Bobot
Indonesia :
Bobot rata-rata (mg) Deviasi maksimum (%) 2 tablet (A) 1 tablet (B)
2 mg atau kurang 15 30 25-150 mg 10 20
151-300 mg 7,5 15 > 300 mg 5 10
Persyaratan : tidak boleh 2 tablet yang bobot rata-ratanya menyimpang dari bobot rata-rata tablet lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A dan tidak satupun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata kolom B.
5. Uji Waktu Hancur
Uji waktu hancur menggunakan alat disintegrator tester menggunakan 6 tablet. Persyaratan dalam Farmakope Indonesia jilid 3 : kecuali dinyatakan lain semua tablet harus hancur tidak lebih dari 15 menit (untuk tablet tidak bersalut) dan tidak lebih dari dari 60 menit untuk tablet salut gula atau tablet salut selaput.
BAB II
PRAFORMULASI
2.1 Tinjauan Pustaka Zat Aktif a. Sifat Kimia
Nama : Antalgin
Sinonim : Methampiron Rumus bangun :
Rumus molekul : C13H16N3NaO4S . H2O BM : 351,37
b. Sifat Fisika
Pemerian : Serbuk hablur, putih sampai kuning
Kelarutan : Kelarutanya 1:1.5 dakm air, 1:30 dalam alchohol ,sedikit larut dalam kloro form dan tidak larut dalam eter.
Stabilitas : Tidak stabil terhadap udara lembab,dan harus terlindungi dari cahaya matahari Titik leleh :
c. Sifat farmakologis :
Indikasi : Nyeri akut hebat setelah pembedahan atau luka,nyeri karena tumor atau kolik,Nyeri hebat akut atau kronik jika anlagesik lain tidak menolong,demam tinggi bila anti piretik lain tidak bisa menolong.
Kontra Indikasi : Alergi dipiron, granulasi topenia, porfiria intermiten, defisiensi GGPD payah jantung, wanita hamil 3 bulan pertama dan 6 minggu terkir, bayi.
Efek Samping : Infeksi lambung hiperdrosis, retensi cairan dan garam, reaksi alergi sukup sering reaksi kulit edema angioneuretik, agranulositosis, panistopenia, dan netrosis.
Perhatian : pengobatan harus segera bila timbul gejala pertama turunya jumlah sel darah merah atau granulositopenia sakit tenggorokan atau tanda infeksi lain, hati-hati pada penederita
berpenyakit darah.. Interaksi Obat :
- Efek ototoksik meningkat bila diberikan bersama aminoglikosida. - Tidak boleh diberikan bersama etakrinat
- Toksisitas salisilat meningkat bial diberikan secara bersamaan
- Mengantagonis tubokurarin dan meningkatkan efek suksinolkolin dan o bat antihipertensi Mekanisme Kerja :
Dosis Lazim :
-2.2 Rancangan Formulasi Zat aktif : Antalgin
Pengikat : Avicel pH 102
Penghancur dalam : Amylum kering Pengisi : Laktosa
Lubrikan : Mg stearat Glidan : Talkum
Penghancur luar : Amylum kering 2.3 Alasan Pemilihan Bahan 1. Avicel pH 102 sebagai pengikat
Pemilihan Avicel pH 102 sebagai pengikat dikarenakan Avicel pH 102 merupakan pengikat yang kuat pada konsentrsi 1 - 5%. Pengikat yang baik akan mengasilkan daya tarik-menarik antara partikel dengan baik. Selain itu alasan pemilihan amylum sebagai pengikat adalah karena Avicel pH 102 mudah didapatkan.
2. Amylum kering sebagai penghancur dalam dan penghancur luar
Pemilihan amylum kering sebagai penghancur dalam adalah karena amylum merupakan penghancur luar yang umum digunakan. Biasa digunakan dengan dengan konsentrasi 3-15 %. Penggunaan
amylum sebagai penghancur harus dikombinasikan dengan bahan lain apabila akan digunakan dalam konsentrasi yang tinggi karena dapat menyebabkan hasil kompresi tidak baik dan tablet yang
dihasilkan memiki friabilitas dan capping yang tinggi. 3. Laktosa sebagai pengisi
Pemilihan laktosa sebagai pengisi agar tablet yang dihasikan berasa manis karena bahan aktif (Furosemid) yang hampir tidak berasa dengan demikian akan lebih mudah untuk diterima o leh pasien. Konsentrasi laktosa sebagai pengisi adalah 65-85 %.
4. Mg stearat sebagai lubrikan
Pemilihan Mg starat sebagai lubrikan harus dikombinasikan dengan bahan lain karena Mg Stearat bersifat baik sebagai lubrikan dan antiadheren tapi kurang baik sebagai glidant. Mg stearat sebagai lubrikan konsentrasinya 0,5-5 % tapi apabila dikombinasikan maka kombinasinya tidak bleh lebih dari 5 % karena sifatnya yang hidrofob.
5. Talkum sebagai glidant
Pemilihan talkum sebagai glidan adalah karena talkum merupakan glidan yang baik dan dapat kombinasikan dengan Mg stearat untuk memperbaiki sifat ali ran dari granul. Konsentrasi talkum sebagai glidan adalah 1-10 %. Talkum merupakan glidan yang baik tapi kurang baik sebagai anti adheren.
BAB III
FORMULASI TABLET 3.1 Formulasi
Zat aktif : Antalgin Pengikat : Avicel pH 102
Penghancur dalam : Amylum kering / Amprotab Pengisi : Laktosa
Penghancur luar : Amylum kering Lubrikan : Mg stearat
Glidan : Talkum
3.2 Metode Pembuatan Tablet a. Bahan dan Alat
Bahan : - Antalgin - Avicel pH 102
- Amylum kering / Amprotab - Laktosa
- Talk
- Mg stearat - Aquades Alat :
- Beaker glass - Alat uji friabilitas - Baskom plastic - Kantong plastik - Sendok - Alat Moisture Balance - Ayakan - Mesin pencetak tablet
- Timbangan analitik - Oven - Gelas ukur - Penggaris
- Alat uji waktu hancur disintegrator - Corong
b. Tahapan pembuatan granul dan tablet metode granulasi basah 1. Penimbangan
2. Penghalusan
3. Pencampuran fase padat 4. Penambahan cairan pengikat 5. Granulasi (Mesh 16)
6. Pengeringan
7. Granulasi (Mesh 18) 8. Pencampuran/ lubrikasi 9. Pengempaan / pencetakan
c. Cara Pembuatan dan perhitungan tablet dengan Metode Granulasi basah Formulasi
Dibuat tablet Antalgin dengan bobot 700 mg/tablet R/ Antalgin 500 mg
Amprotab 5% Fase Dalam = 92% x 700mg Avicel pH 102 5% = 644 mg
Laktosa qs Mg Stearat 1%
Talc 2% Fase Luar = 8% Amprotab 5% Perhitungan Antalgin 500 mg Amprotab = 5% x 700mg = 35 mg Avicel pH 102 = 5% x 700mg = 35 mg+ 570 mg Laktosa = 570 mg – 644 mg = 74 mg Penimbangan
Pada praktikum ini terjadi perubahan metode dari granulasi kering menjadi granulasi basah. Hal ini disebabkan karena pada proses sluging granul tidak dapat dikempa sama sekali.
Fase dalam (FD): Antalgin = 500 mg x 250 tablet = 125 g Amprotab = 35 mg x 250 tablet = 8,75 g Avicel pH 102 = 35 mg x 250 tablet = 18,5 g Laktosa = 74 mg x 250 tablet = 18,5 g Mg Stearat = 0,5% x 700mg x 250 tablet = 875 mg
Talc = 1% x 700mg x 250 tablet = 1750 mg Fase luar (FL) Mg Stearat = 0,5% x 700mg x 250 tablet = 875 mg Talc = 1% x 700mg x 250 tablet = 1750 mg Amprotab = 5% x 700mg x 250 tablet = 8750 mg = 8,75 g Metode Pembuatan :
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Apabila perlu digerus, maka gerus terlebih dahulu sebelum ditimbang.
2. Timbang semua bahan yang akan digunakan.
3. Campurkan seluruh fase dalam (antalgin, avicel pH 102, amylum kering, dan laktosa) kecuali lubrikan (mg stearat dan talc) dalam kantong plastik yang sesuai selama ± 5 – 10 menit (M1) 4. Masukkan lubrikan FD ke dalam M1. aduk hingga homogen selama ± 2 –5 menit
5. Kempa massa M1 dengan mesin sluging atau mesin cetak tablet. Pada proses ini slug tidak dapat dibentuk sama sekali sehingga dengan anjuran do sen kami berubah proses dari granulasi kering menjadi granulasi basah.
6. Seluruh M1 lalu ditampung ke dalam baskom. Ke dalam campuran M1, kami memasukkan seluruh FL ke dalam M1 lalu mengaduknya hingga homogen (M2).
7. Ke dalam M2 dipercikkan aquadest qs sampai terbentuk massa yang dapat dikepal dan dipatahkan.
8. Oven granul pada suhu 40o – 60o C selama 1 hari 1 malam. Lalu keesokan harinya campuran dikeluarkan dari oven.
9. Ayak massa tersebut dengan ayakan 18 mesh hingga terbentuk granul. 10. Lakukan evaluasi terhadap granul.
11. Cetak granul hingga terbentuk tablet. 12. Lakukan Evaluasi bterhadap tablet.
BAB IV
EVALUASI GRANUL DAN EVALUASI TABLET 4.1 Evaluasi Granul
a. Kadar Air
Diukur dengan alat moisture balance.
% Kadar`air = 1,35 % → kadar air yang baik adalah 2 - 5 %. Kadar air kurang memenuhi syarat.
b. Sudut Henti (α)
Diukur dengan menggunakan alat statif dan corong pisah. h (tinggi) = 4,2 cm
D (diameter) = 13,9 cm tg α = 2 h = 2 x 4,2 = 03 D 13,9
α(sudut henti)= 21,8° → sangat baik (< 25°) c. Sifat Alir (gram/detik)
Laju alir = berat granul= 131 gram = 5,458 gram/detik → baik : 4 -10g/detik waktu mengalir 24 detik
d. Kompresibilitas Do (tap density) = 20,7 Df (bulk density) = 17 Kompresibilitas = 20,7 – 17 x 100 % = 17, 87 % → baik : 13 -18 % 20,7 4.2 Evaluasi Tablet a. Penampilan (appearance) -. Bentuk : Tablet bundar -. Warna : Putih kekuningan -. Permukaan : Rata dan licin -. Cetakan : Garis tengah patah b. Uji Keseragaman Ukuran
Pada uji ini dilakukan uj terhadap Diameter dan Ketebalan Tablet. Pada saat praktikum tablet yang dihasilkan memenuhi standard keseragaman ukuran FI. Karena pada uji terhadap 20 tablet tidak ditemukan adanya diameter tablet yang melebihi 3 kali tebal tablet.
c. Keregasan (Friability)
W1 (berat tablet awal) = 9 gram W2 (berat tablet akhir) = 7 gram Friabilitas = [ (W1 – W2)/W1 ] x 100 % = 9 gram – 7 gram x 100 %
9 gram = 22,22 %
Keterangan : tablet yang dihasilkan tidak memenuhi standard friabilitas. Karena kerapuhan tablet > 1%.
d. Keseragaman Bobot Tablet Bobot
(gram) Penyimpangan Tablet Bobot (gram) Penyimpangan 1 0,48 1, 47 % 11 0,45 4,86 % 2 0,47 0,63 % 12 0,48 1, 47 % 3 0,46 2,75 % 13 0,48 1, 47 % 4 0,49 3,59 % 14 0,49 3,59 % 5 0,48 1, 47 % 15 0,47 0,63 % 6 0,42 11,20 % 16 0,47 0,63 % 7 0,47 0,63 % 17 0,47 0,63 % 8 0,47 0,63 % 18 0,48 1, 47 % 9 0,48 1, 47 % 19 0,48 1, 47 % 10 0,49 3,59 % 20 0,48 1, 47 % Bobot rata-rata = 0,473 gram
Keterangan : Tablet yang dihasilkan memenuhi standar keragaman bobot FI 3 untuk tablet dengan bobot >300 mg yaitu tidak boleh 2 tablet bobot rata-ratanya menyimpang dari bobot rata-rata tablet lebih besar dari 5% dan 1 tablet tidak boleh yang bobotnya menyimpang ≥ 10 %. Hal ini dapat dilihat dari tidak adanya tablet yang penyimpangannya lebih dari 5 % dan hanya ada 1 tablet yang
penyimpangannnya lebih dari 10 %, d. Uji Waktu Hancur
Hasil pengukuran waktu hancur tablet dengan alat uji disintegrator memenuhi standard FI 3 yaitu ke-6 buah tablet waktu hancurnya tidak lebih dari 15 menit, yaitu 1,1 menit.
BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum pembuatan tablet ini menggunakan bahan-bahan : Zat aktif : Antalgin
Zat tambahan: a. Bahan Penghancur dalam : Amylum kering b. Bahan Pengikat : Acivel
c. Bahan Pengisi : Laktosa
d. Bahan Penghancur luar : Amylum kering e. Lubrikan : Mg stearat
f. Glidan : Talk
Metode yang digunakan dalam pembuatan tablet adalah granulasi basah. Dimana zat aktif dan zat tambahan dibasahi dengan cairan granulasi. Granul dibentuk dengan cara melewatkan massa yang basah melalui ayakan mesh 16 kemudian dikeringkan dalam oven suhu 40 – 500C. Massa granul yang kering diayak kembali dengan ayakan mesh 18 dan selanjutnya dicetak.
Dalam pembuatan tablet hal pertama yang dilakukan adalah pencampuran Fase dalam yang terdiri Zat aktif dan zat tambahan fase dalam pengisi, penghancur dalam, dan pengikat. Setelah fase dalam jadi kemudian ditambahkan fase luar yang terdiri dari penghancur luar, lubrikan dan glidan. Fase
dalam dan fase luar dicampurkan menjadi satu dalam kantong plastik baru kemudian dicetak. Sebelum tablet dicetak harus dilakukan terlebih dahulu uji granul. Uji grarnul yang dilakukan yaitu : 1. Kadar air
Kadar air dari granul yang kami hasilkan adalah 1,35 % (granul ideal memiliki kadar air 2-5%), karena kadar air yang kecil maka granul yang dihasilkan menjadi sangat keras dan sulit untuk di lewatkan pada mesh. Kadar air yang kecil ini menyebabkan tablet yang kami hasilkan menjadi rapuh.
2. Sifat alir
Granul yang kami hasilkan memiliki laju alir 5,458 gram/detik, bila dilihat dari parameter yang ada maka granul ini dapat dogolongkan ke dalam kategori baik yaitu berada di antara range 4 – 10 %. 3. Sudut henti
Granul yang kami hasilkan memiliki sudut henti 31,1°. Bila dilihat dari parameter sudut henti yang ada maka granul ini dapat digolongkan ke dalam kategori cukup baik yaitu berada di antara range 30 o – 40 o.
4. Kompresibilitas
Kompresibilitas dari granul yang kami hasilkan 21,765 %. Bila dilihat dari parameter kompresibilitas yang ada maka granul ini dapat digolongkan ke dalam kategori cukup yaitu berada di antara range 19 % – 33 %. Kompresibilitas berhubungan dengan proses pencetakan dari tablet. Apabila
kompresibilitas baik berarti granul akan mudah untuk dicetak.
Setelah mengalami proses pencetakan, tablet yang telah dicetak di lakukan evaluasi yang meliputi : uji dari penampilan tablet (bentuk, warna, permukaan dan cetakan); ukuran dan ketebalan; waktu
hancur; keseragaman bobot dan friabilitas atau kerapuhannya dengan masing-masing alat penguji. Hasil yang diperoleh sebagai berikut :
1. Penampilan
a. Bentuk : Tablet bundar b. Warna : Putih kekuningan c. Permukaan: Rata dan licin d. Cetakan : Garis tengah patah
Warna putih kekuningan pada tablet disebabkan karena bahan aktif pada formula merupakan stok lama yang ada di laboratorium yang warnanya sudah sedikit berubah dari warna yang baru.
2. Diameter, ukuran dan ketebalan (keseragaman ukuran)
Diuji dengan menggunakan 20 tablet dan hasilnya rata-rata sama memiliki diameter 0.92 mm dan tebal 0.51 mm. Tablet yang dihasilkan memenuhi standard tablet yang ditetapkan oleh FI 3 yaitu diameter tablet tidak boleh lebih dari 3x dan tidak boleh kurang dari 11/3 tebal tablet.
3. Waktu hancur
Waktu hancur tablet yang dihasilkan yaitu 1,1 menit. Pada uji ini tablet memenuhi syarat uji waktu hancur pada FI 3 yang mensyaratkan waktu hancur tablet tidak bersalut kurang dari 15 menit. 4. Keregasan (Friabilitas)
Diuji dengan menggunakan alat Friabilator menggunakan 20 tablet dengan kecepatan 25 kali putaran permenit selama 4 menit. Alat ini menguji kerapuhan suatu tablet terhadap gesekan dan bantingan selama waktu tertentu. Friabilitas tablet Antalgin yang dihasilkan dalam praktikum adalah 22,22 %. Tablet yang dihasilkan tidak memenuhi standard friabilitas yang seharusnya < 1%.
Akibatnya tablet yang dihasilkan menjadi sangat rapuh. Hal ini mungkin dapat disebabkan karena kurangnya kadar air pada granul.
5. Keseragaman bobot
Diuji dengan menimbang satu per satu tablet sebanyak 20 tablet dan dicatat lalu dihitung bobot rata-ratanya. Bobot rata-rata dihasilkan pada praktikum ini adalah 0,473 gram. Tablet yang dihasilkan telah memenuhi standard keragaman bobot yang ditetapkan FI 3.
Kendala yang dihadapi selama praktikum pembuatan tablet adal ah :
a. Bahan aktif yang kami gunakan merupakan bahan persediaan lama yang war nanya sudah sedikit berubah. Hal ini menyebabkan warna tablet ya ng dihasilkan kurang bagus.
b. Alat pencetak tablet yang kurang mendukung (sedikit rusak) sehingga mempengaruhi hasil cetakan tablet dan pada saat evaluasi tablet seperti kekerasan, waktu hancur, dan keregasan. c. Penggunaan alat pencetak yang sama untuk sediaan tablet yang berbeda zat aktifnya sehingga memyebabkan terkontaminasinya tablet yang dibuat dengan sediaan tablet yang la in.
BAB VI
KESIMPULAN
Kualitas dari tablet yang dihasilkan oleh kelompok kami sudah cukup bagus. Hal ini dapat dilihat dari terpenuhinya syarat pada uji penampilan, uji keseragaman ukuran, uji disintegrasi, dan uji
keseragaman bobot. Namun masih terdapat kekurangan pada uji friabilitas, yaitu tablet kami rapuh. Hal ini dapat dilihat dari besarnya angka friability.
DAFTAR PUTAKA
1. Depkes RI. Farmakope Indonesia Ed III.1979.Jakarta.
2. tjay, Tan Hoan dan Rahardja, Kirana. Obat-Obat Penting. Edisi keenam. 2007. Jakarta; Elex Media Komputindo.
3. Wade, Ainley and Paul J Weller.Handbook of Pharmaceutical excipients.Ed II.1994.London; The Pharmaceutical Press.
4. Taketomo, Carol K.Pediatric Dosage Handbook.Ed VIII.2001.USA; American Pharmaceutical Association.
5. Sulistiawati, Farida dan Nelly Suryani.Buku Penuntun Praktikum Teknologi Sediaan Padat Laboratorium Farmasi.2007. Jakarta;UIN Press.