• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE MEMBACA TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA INTENSIF SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN METODE MEMBACA TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA INTENSIF SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENERAPAN METODE MEMBACA TERBIMBING UNTUK

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA INTENSIF SISWA

KELAS IV SEKOLAH DASAR

Mega Asrianty

Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Pedagogik, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia

Dede Somarya dan Tatat Hartati1

ABSTRAK: Penerapan Metode Membaca Terbimbing Untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Intensif Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2 Suntenjaya Kabupaten Bandung Barat. Penelitian ini bertujuan meningkatkan

kemampuan membaca intensif siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia melalui penerapan metode membaca terbimbing. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan pada siswa kelas IV SDN 2 Suntenjaya Kabupaten Bandung Barat yang berjumlah 35 siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, rencana pelaksanaan pembelajaran, tes, lembar kerja siswa, format observasi, format wawancara. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan keterampilan membaca intensif siswa. Nilai rata-rata keterampilan membaca intensif siswa pada siklus I yaitu 71,33, siklus II yaitu 79,1, siklus III yaitu 87,93.

Kata kunci : membaca, membaca intensif, membaca terbimbing

ABSTRACT: Implementation of Guided Reading Method to Improve Intensive Reading Skills Fourth Grade Students Elementary School 2 Suntenjaya West Bandung Regency. This study aims to improve the intensive reading skills of students

in Indonesian subject by applying the guided reading method. Classroom action research was conducted in the fourth grade students of SDN 2 Suntenjaya West Bandung regency, amounting to 35 students. Instruments used in this research that lesson planning and implementation, testing, student worksheets, formatting observation, interview format. The results showed an increase in students intensive reading skills. The average value of intensive reading skills of students in the first cycle is 71.33, the second cycle is 79.1, the third cycle is 87.93.

Keywords : reading, intensive reading, guided reading

(2)

2

PENDAHULUAN

Bahasa merupakan hal yang penting dalam kehidupan, karena dengan bahasa kita dapat berkomunikasi dengan orang lain. Pelajaran bahasa Indonesia sudah diberikan sejak di sekolah dasar. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia, baik lisan maupun tulis.

Menurut Depdiknas (2006) secara umum mata pelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan antara lain:

(1) menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara, (2) memahami bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna, dan fungsi, serta menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan, keperluan, dan keadaan, (3) menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial, (4) berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai denga etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis, (5) menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk

memperluas wawasan,

memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, (6) menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khasanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.

Ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan, yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Setiap keterampilan tersebut sangat berkaitan erat satu sama lain dan tidak dapat dipisahkan.

Membaca merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang penting dan harus dimiliki oleh setiap

siswa disamping tiga keterampilan yang lain. Menurut Tarigan (2008: 7) “membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/ bahasa tulis”. Dalam kegiatan membaca siswa tidak hanya sekedar membunyikan bahasa tulis yang terdapat dalam bacaan yang dibacanya, tetapi siswa juga harus bisa mengerti maksud yang ingin disampaikan oleh penulis. Banyak hal yang terlibat didalam kegiatan membaca, tidak hanya melafalkan tulisan tetapi juga melibatkan penglihatan dan proses berpikir.

Salah satu jenis membaca yang dipelajari di sekolah dasar adalah membaca intensif. Menurut Saddhono dan Slamet (2012: 84) “membaca intensif adalah membaca dengan penuh penghayatan untuk menyerap apa yang seharusnya dikuasai siswa/ pembaca”. Membaca intensif adalah kegiatan membaca yang dilakukan dengan seksama untuk memahami isi dari bacaan tersebut. Membaca intensif dilakukan agar anak lebih memahami secara mendalam tentang suatu bacaan.

Sebelum melakukan penelitian, penulis telah mengadakan observasi di SDN 2 Suntenjaya khususnya di kelas IV untuk mengamati masalah yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran membaca. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan diketahui bahwa kemampuan membaca siswa masih rendah. Ketika siswa diberikan pertanyaan yang berhubungan dengan bacaan yang telah dibaca, banyak siswa yang tidak dapat menjawabnya. Hal itu membuktikan bahwa siswa hanya bisa membaca cerita tanpa memahami isi dari bacaan tersebut. Selain itu, kemampuan siswa yang rendah untuk memahami bacaan juga dapat dibuktikan dengan nilai rata-rata siswa yang masih dibawah nilai KKM. Rata-rata nilai siswa pada pembelajaran membaca yaitu 61, sedangkan nilai KKM mata pelajaran bahasa Indonesia adalah 65. Oleh karena itu peneliti merasa harus melakukan

(3)

3

tindakan untuk lebih meningkatkan kemampuan membaca siswa terutama dalam hal membaca intensif.

Pada dasarnya membaca merupakan kegiatan yang menyenangkan tetapi kebanyakan siswa menganggap bahwa membaca merupakan kegiatan yang membosankan. Hal itu dikarenakan pembelajaran membaca di sekolah masih dilakukan secara asal-asalan dan sering kali siswa tidak bisa menikmati apa yang dibacanya. Sebagian besar orang menganggap jika siswa sudah bisa melafalkan huruf secara lisan, maka siswa tersebut dikatakan sudah bisa membaca. Padahal selain melafalkan huruf-huruf tersebut secara lisan siswa juga harus memahami apa yang telah dibacanya. Penggunaan metode yang tidak tepat saat pembelajaran membaca membuat pembelajaran membaca menjadi membosankan.

Berdasarkan alasan tadi, maka perlu diadakan metode pembelajaran baru yang bisa membuat siswa mengembangkan keterampilannya membaca intensif. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan membaca intensif siswa adalah dengan metode membaca terbimbing.

Menurut Abidin (2012: 90) “metode membaca terbimbing adalah metode pembelajaran terbimbing untuk membantu siswa dalam menggunakan strategi belajar membaca secara mandiri”. Metode membaca terbimbing merupakan metode pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif selama pembelajaran membaca. Agar proses membaca yang dilakukan bisa efektif, maka guru memberikan pedoman (guide) membaca. Pedoman tersebut berupa pertanyaan-pertanyaan yang harus di jawab siswa berdasarkan isi bacaan (teks).

Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan metode membaca terbimbing menurut Abidin (2012: 90) adalah:

Tahap Prabaca

1) Memilih buku.

2) Memperkenalkan buku. 3) Buatlah prediksi.

4) Membangkitkan skemata anak. 5) Papan informasi.

Tahap Membaca

6) Membaca pelan (lirih) halaman pertama.

7) Memeriksa dan menyusun ulang prediksi.

8) Meneruskan membaca dan memprediksi.

Tahap Pascabaca

9) Mendiskusikan cerita. 10) Membaca prediksi. 11) Membuat daftar kosakata

Dengan menggunakan metode membaca terbimbing pembelajaran di kelas akan menjadi lebih menyenangkan dan berkesan. Selain itu, siswa akan lebih memahami isi dari bacaan. Hal itu sesuai dengan tujuan metode membaca terbimbing yaitu “…tujuan utama membaca terbimbing adalah membaca berbagai teks dengan mudah dan pemahaman yang mendalam…”

(http://teacher.scholastic.com/products/ guidedreading/pdfs/ whatis.pdf).

Berdasarkan uraian diatas maka penelitian yang berjudul, “Penerapan Metode Membaca Terbimbing untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Intensif Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2 Suntenjaya Kabupaten Bandung Barat” mempunyai rumusan masalah, yaitu: (1) Bagaimanakah perencanaan pembelajaran yang menggunakan metode membaca terbimbing untuk meningkatkan keterampilan membaca intensif siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2 Suntenjaya?, (2) Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan metode membaca terbimbing untuk meningkatkan keterampilan membaca intensif siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2 Suntenjaya?, (3) Bagaimanakah peningkatan keterampilan membaca intensif siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2 Suntenjaya

(4)

4 setelah menggunakan metode membaca

terbimbing?

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan peneltian ini adalah: (1) Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran yang menggunakan metode membaca terbimbing untuk meningkatkan keterampilan membaca intensif siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2 Suntenjaya. (2) Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan metode membaca terbimbing untuk meningkatkan keterampilan membaca intensif siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2 Suntenjaya. (3) Untuk mengetahui peningkatan keterampilan membaca intensif siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2 Suntenjaya setelah menggunakan metode membaca terbimbing.

METODE

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan model desain yang dikembangkan oleh Kemmis dan McTaggart.

Instrumen yang digunakan dalam penelitin ini, yaitu: (1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP merupakan rencana yang dibuat oleh untuk melakukan tindakan di kelas dengan menggunakan metode membaca terbimbing. (2) Tes. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan tes berupa soal-soal yang harus dijawab siswa untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami cerita yang telah dibacanya. (3) Lembar Kerja Siswa (LKS). Lembar kerja siswa digunakan sebagai evaluasi untuk menilai kemampuan siswa dalam menentukan kalimat utama setiap paragraf. (4) Pedoman wawancara. Wawancara dilakukan untuk memperoleh data mengenai keterampilan membaca intensif

siswa. Wawancara di dilakukan kepada guru kelas IV dan Siswa kelas IV SDN 2 Suntenjaya. (5) Pedoman observasi. Observasi dilakukan untuk mengamati proses berlangsungnya pembelajaran. (6) Catatan Lapangan. Catatan lapangan merupakan catatan temuan penelitian seperti perilaku siswa selama proses belajar mengajar. (7) Dokumentasi. Keberhasilan perencanaan tindakan yang telah dilaksanakan perlu dikaji. Maka dokumentasi dapat digunakan sebagai alat untuk mengkaji keberhasilan pembelajaran. Analisis data dilakukan dengan cara menganalisis data yang di dapat dari instrumen yang telah diberikan peneliti di setiap tahapan penelitian. Pengolahan data dilakukan dengan cara mengidentifikasi permasalahan yang di dapat selama penelitian berlangsung, mendeskripsikan perencanaan tindakan, observasi dan refleksi. Setelah itu peneliti menganalis data hasil belajar siswa untuk mengetahui sejauh mana peningkatan keterampilan membaca intensif siswa.

Tes kemampuan membaca intensif pada penelitian ini menggunakan tes uraian yang mengharuskan siswa untuk mengungkapkan pikiran pokok setiap paragraf dan pertanyaan mengenai isi bacaan tersebut. Tampubolon (2008: 244) mengemukakan bahwa “pemahaman terhadap bacaan diukur dengan presentase jawaban benar tentang isi bacaan”. Pemahaman terhadap bacaan tersebut dapat diukur dengan rumus sebagai berikut:

Adapun patokan presentase pemahaman isi bacaan yang dipakai sebagai pembanding hasil belajar menggunakan patokan sebagai berikut:

Tabel 1. Patokan Nilai Pemahaman Isi Bacaan

Presentase Pemahaman Nilai Keterangan

90 % - 100 % A Baik Sekali

(5)

5

65 % - 79 % C Cukup

55 % - 64 % D Kurang

0 % - 54 % E Sangat Kurang

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Perencanaan pembelajaran yang menggunakan metode membaca terbimbing untuk meningkatkan keterampilan membaca intensif siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2 Suntenjaya.

Sebelum melakukan pembelajaran dengan menerapkan metode membaca terbimbing, peneliti terlebih dahulu membuat perencanaan. Perencanaan yang dilakukan peneliti yang pertama, yaitu melakukan observasi dan wawancara kepada guru kelas IV SDN 2 Suntenjaya tentang kemampuan siswa. Setelah itu peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Sebelum membuat RPP peneliti terlebih dahulu menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang tepat. Adapun standar kompetensi yang dipakai yaitu memahami teks melalui membaca intensif, membaca nyaring dan membaca pantun. Sedangkan kompetensi dasar yang dipakai yaitu menemukan kalimat utama pada tiap paragraf melalui membaca intensif. Setelah itu peneliti menyediakan media pembelajaran. Media pembelajaran yang digunakan adalah teks yang akan dibaca siswa pada proses pembelajaran. Pada siklus I teks yang digunakan berjudul “Bahaya Merokok”, pada siklus II berjudul “Hewan Dua Alam”, pada siklus III berjudul “Kekayaan Indonesia”. Selain teks yang akan digunakan untuk dibaca dengan menggunakan metode membaca terbimbing disediakan juga beberapa teks yang akan dijadikan contoh untuk menentukan kalimat utama pada setiap paragraf. Setelah membuat menyediakan media, peneliti selanjutnya menyusun alat evaluasi. Alat evaluasi yang digunakan berupa lembar kerja siswa (LKS) dan diberikan kepada siswa agar siswa dapat menentukan kalimat

utama dalam setiap paragraf dari teks yang telah dibacanya. Sedangkan di akhir pembelajaran siswa diberikan pertanyaan untuk mengukur pemahamannya tentang teks yang telah dibacanya. Kemudian peneliti menyusun lembar observasi. Lembar observasi dibuat untuk mengukur sejauh mana aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode membaca terbimbing. Lembar observasi guru dan siswa dibuat terpisah dengan deskriptor yang berbeda. Selanjutnya peneliti menyusun pertanyaan wawancara. Lembar wawancara dibuat untuk megetahui respon siswa terhadap pembelajaran yang telah berlangsung dengan menggunakan metode membaca terbimbing. Pada siklus II dan II perencanaan yang dibuat oleh peneliti hampir sama, hanya pada siklus II dan II peneliti membagi siswa menjadi beberapa kelompok. Pembentukan kelompok dilakukan agar siswa dapat bekerja sama dan saling membantu jika ada dintara siswa yang belum mengerti. Siswa dibagi menjadi 7 kelompok, setiap kelompok terdiri dari siswa perempuan dan laki-laki dengan tingkat kecerdasan yang berbeda-beda.

2. Pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan metode membaca terbimbing untuk meningkatkan keterampilan membaca intensif siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2 Suntenjaya.

Penerapan metode membaca terbimbing untuk meningkatkan kemampuan membaca intensif siswa kelas IV SDN 2 Suntenjaya kabupaten Bandung Barat dilakukan dalam tiga siklus. Setiap siklus dilakukan satu tindakan.

Siklus I dilaksanakan dengan cukup lancar dan dilaksanakan sesuai dengan

(6)

6 rencana yang telah dibuat. Akan tetapi

masih terdapat beberapa kekurangan, seperti tidak semua siswa aktif dalam diskusi kelas, siswa masih merasa malu dan ragu untuk mengemukakan pendapatnya sendiri, tidak memperhatikan ketika guru memberikan penjelasan dan kurang memperhatikan ketika ada siswa lain yang berbicara. Selain itu ada beberapa siswa yang suaranya kurang terdengar ketika membaca di depan kelas. Pada pelaksanaan siklus I, guru harus terus mengingatkan agar siswa tidak membaca lembar kedua atau paragraf selanjutnya dari teks yang diberikan oleh guru.Hal itu dilakukan agar tahap membuat prediksi dapat berjalan dengan baik. Setelah teks selesai dibaca, siswa diberikan LKS yang dikerjakan secara individu. LKS yang diberikan berupa tugas untuk menemukan dan menuliskan kalimat utama dari setiap paragraf yang telah dibaca. Pada saat mengerjakan LKS masih ada beberapa siswa yang belum memahami tentang kalimat utama. Jadi guru kembali memberikan penjelasan tentang kalimat utama baik di depan kelas atau hanya kepada siswa yang bertanya. Setelah itu, guru dan siswa membahas LKS yang dikerjakan agar siswa lebih memahami materi kalimat utama dalam paragraf. Evaluasi akhir dikerjakan secara individu. Siswa diberikan pertanyaan yang berhubungan dengan teks yang telah dibaca.Ketika mengerjakan soal yang diberikan guru ada beberapa siswa yang bertanya tentang maksud dari pertanyaan tersebut. Setelah selesai, guru dan siswa pun membahas soal yang telah diberikan. Pada pelaksanaan siklus I dirasakan adanya kekurangan seperti yang telah disebutkan diatas. Tetapi pada siklus II hal tersebut akan diperbaiki dengan melakukan diskusi kelompok dan penjelasan tentang pertanyaan yang diberikan pada evaluasi akhir.

Pada pelaksanaan pembelajaran siklus II sikap dan perilaku siswa dalam

kelompok mulai menunjukan adanya peningkatan. Siswa sudah terlihat mau mengemukakan pendapat dalam diskusi kelompok walaupun masih ada siswa yang hanya mengandalkan teman sekelompoknya yang lebih pintar. Pada siklus II, guru kembali memberikan penjelasan tentang kalimat utama dan memberikan lebih banyak contoh paragraf. Setiap kelompok diberikan contoh paragraf dan mereka harus berdiskusi untuk menentukan kalimat utama dari paragraf yang diberikan oleh guru. Setelah siswa membaca dengan menggunakan metode membaca terbimbing, perwakilan siswa dari setiap kelompok maju ke depan kelas untuk memkoreksi setiap prediksi yang telah mereka buat. Setelah itu siswa diberikan LKS untuk menentukan kalimat utama dari teks yang telah dibaca dan membahas jawabannya seperti pada siklus I. Ketika mengerjakan LKS pada siklus II, siswa lebih tenang dan berkonsentrasi mengerjakan tugasnya masing-masing jika dibandingkan dengan siklus I. Setelah selesai membahas LKS, siswa diberikan evaluasi akhir berupa pertanyaan yang berhubungan dengan teks yang telah dibaca seperti pada siklus I. Tetapi sebelum siswa menjawab pertanyaan tersebut, guru terlebih dahulu menjelaskan maksud dari pertanyaan agar siswa lebih mengerti dan berkonsentrasi untuk mengerjakannya. Setelah selesai, guru dan siswa membahas kembali jawaban-jawaban dari pertanyaan tersebut.

Pelaksanaan siklus II dirasakan adanya kekurangan seperti masih ada siswa yang kurang aktif dalam melakukan diskusi kelompok. Tetapi pada siklus III hal tersebut akan diperbaiki dengan memberikan tugas kepada perorangan ketika melakukan diskusi kelompok, jadi mereka tidak mengandalkan siswa yang lebih pintar saja karena mereka juga mempunyai

(7)

7

tanggung jawab untuk mengerjakan tugasnya sendiri.

Pada pelaksanaan pembelajaran siklus III sikap dan perilaku siswa dalam kelompok menunjukan adanya peningkatan.Siswa sudah mau mengemukakan pendapat. Dengan demikian kelompok tidak lagi hanya mengandalkan siswa yang dianggap pintar. Hal itu dikarenakan siswa diberikan tanggung jawab perorang untuk menentukan kalimat utama dari paragraf yang dibaca. Jadi setelah siswa melakukan diskusi kelompok, setiap siswa harus membacakan jawaban dari tugas yang diberikan kepadanya. Kelompok yang jawaban benarnya paling banyak mendapatkan hadiah.Setelah selesai dengan kegiatan kelompok, siswa diberikan teks yang akan dibaca dengan

menggunakan metode membaca terbimbing. Kegiatan pembelajaran selanjutnya yang dilakukan pada siklus III tidak berbeda jauh dari siklus II. 3. Pelaksanaan pembelajaran yang

menggunakan metode membaca terbimbing untuk meningkatkan keterampilan membaca intensif siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2 Suntenjaya.

Setelah melaksanakan bebarapa siklus pembelajaran dengan menggunakan metode membaca terbimbing, terdapat peningkatan keterampilan membaca intensif siswa. Hal itu dapat dilihat dari nilai rata-rata keterampilan membaca intensif siswa dari siklus I sampai dengan silkus III. Berikut tabel kemampuan membaca intensif siswa:

Table 2. Kemampuan Membaca Intensif Siswa

No Kemampuan

Nilai rata-rata Presentase Ketuntasan Siklus I Siklus II Siklus III Siklus I Siklus II Siklus III

1. Menentukan kalimat utama dari setiap paragraf.

76,77 84,1 91,1 73% 83,33 %

93%

2. Menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan teks.

71,33 79,1 87,93 66,67 %

80% 90%

Berdasarkan tabel 2. diatas, menunjukkan kemampuan siswa untuk menentukan kalimat utama dari setiap paragraf dari siklus I, II dan III mengalami peningkatan. Nilai rata-rata kemampuan siswa untuk menentukan kalimat utama dari setiap paragraf yang diperoleh pada siklus I yaitu 76,77 siklus II yaitu 87,1, dan siklus III yaitu 91,1 dengan presentase ketuntasan pada siklus I yaitu 73%, siklus II yaitu 83,33%, dan siklus III yaitu 93%. Selain itu, kemampuan siswa untuk menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan teks juga mengalami peningkatan. Nilai

rata-rata kemampuan siswa untuk menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan teks yang diperoleh pada siklus I yaitu 71,33, siklus II yaitu 79,1, dan siklus III yaitu 87,93 dengan presentase ketuntasan pada siklus I yaitu 66,67%, siklus II yaitu 80%, dan siklus III yaitu 90%. Dengan demikian metode yang diterapkan dalam tujuan peningkatan kemampuan membaca intensif pada siswa kelas IV SDN 2 Suntenjaya Kabupaten Bandung Barat berhasil. Berikut bagan yang dapat menunjukkan peningkatan rata-rata nilai siswa dari siklus I, II dan III.

(8)

8 Bagan 2. Peningkatan Nilai Rata-rata Siswa

Berikut bagan yang dapat menunjukkan peningkatan ketuntasan belajar siswa dari siklus I, II dan III.

0%

100%

SIKLUS ISIKLUS IISIKLUS III

Peningkatan Presentase Ketuntasan

Belajar Siswa

Menentukan

kalimat utama…

Bagan 3. Peningkatan Presentase Ketuntasan Belajar Siswa

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan melalui tiga siklus tentang “Penerapan Metode Membaca Terbimbing untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Intensif Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2 Suntenjaya Kabupaten bandung Barat”, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

Perencanaan pembelajaran dengan menerapkan metode membaca terbimbing pada setiap siklusnya meliputi penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa, instrumen tes, lembar observasi siswa dan guru, pedoman wawancara siswa dan guru, serta mempersiapkan media pembelajaran yang diperlukan. Penyusunan RPP meliputi penentuan standar kompetensi dan kompetensi dasar dengan mengkaji Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) terlebih

dahulu, perumusan indikator pembelajaran, tujuan pembelajaran, serta langkah-langkah pembelajaran yang mengacu pada tahap-tahap metode membaca terbimbing.

Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I, II dan III dengan menerapkan metode membaca terbimbing berlangsung dengan baik dan sesuai dengan langkah pembelajaran yang telah direncanakan dalam RPP serta mengacu pada tahap-tahap metode membaca terbimbing yaitu, a) tahap prabaca, pada tahap prabaca terdapat beberapa langkah yaitu, memilih buku, memperkenalkan buku, buatlah prediksi, membangkitkan skemata anak, papan informasi. b) tahap membaca, pada tahap membaca terdapat beberapa langkah yaitu, membaca pelan (lirih) halaman pertama, memeriksa dan menyusun ulang prediksi, meneruskan membaca dan memprediksi. c) tahap pascabaca, pada tahap pascabaca terdapat

(9)

9

beberapa langkah yaitu, mendiskusikan cerita, membaca prediksi, membuat daftar kosakata. Pada saat diskusi siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dan setiap siswa mempunyai tugas yang berbeda. Hal itu membuat siswa aktif mengemukakan pendapatnya ketika diminta membuat prediksi dan melakukan diskusi kelompok. Selain itu siswa juga sudah bisa menentukan kalimat utama dari setiap paragraf dan menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan teks yang telah dibaca.

Penerapan metode membaca terbimbing dapat meningkatkan keterampilan membaca intensif siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2 Suntenjaya Kabupaten Bandung Barat. Hal itu ditunjukan oleh adanya peningkatan nilai rata-rata siswa dari setiap siklus. Nilai rata-rata LKS siswa untuk menentukan kalimat utama dalam setiap paragraf yang diperoleh pada siklus I yaitu 76,77 siklus II yaitu 87,1, dan siklus III yaitu 91,1 dengan presentase ketuntasan pada siklus I yaitu 73%, siklus II yaitu 83,33%, dan siklus III yaitu 93%. Selain itu, kemampuan siswa memahami teks yang telah dibaca juga mengalami peningkatan. Nilai rata-rata evaluasi akhir siswa untuk menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan teks yang diperoleh pada siklus I yaitu 71,33, siklus II yaitu 79,1, dan siklus III yaitu 87,93 dengan presentase ketuntasan pada siklus I yaitu 66,67%, siklus II yaitu 80%, dan siklus III yaitu 90%.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. (2003). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. 2009. Rineka Cipta.

Abidin, Y. (2012). Pembelajaran Membaca Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung: Refika Aditama. Anonim. (tanpa tahun). What is Guide

reading?. [Online] Tersedia:

http://teacher.

scholastic.com/products/guidedreadin g/pdfs/whatis.pdf. [02 mei 2013] Aqib, Z. dkk. (2009). Penelitian

Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, dan TK. Bandung: CV. Yrama Widya.

Blackall, S. (2002). Guided Reading.

[Online] Tersedia:

http://www.myread.org/

guide_guided.htm. [02 Mei 2013] Dewi, P.P. (2013). Keefektifan Prosedur

Membaca Terbimbing Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Pada Siswa Kelas Vii Smp Negeri Di Kecamatan Muntilan. Dalam Jurnal Universitas negeri Yogyakarta. [Online] Volume 2, 13 halaman. Tersedia:

http://journal.student.uny.ac.id/jurnal/ artikel/2147/10/289. [01 Mei 2013] El-Haq, A. (tanpa tahun). Memahami

Hakikat dan Karakteristik Membaca Intensif. [Online] Tersedia: http://www.scribd.com/doc/57338265 / Karakteristik-Membaca-Intensif. [ 29 April 2013]

Eksakta, R.S. (2012). [Online] Tersedia: http://rizalsuhardi

eksakta.blogspot.com/2012/06/resum e-ptk-iii-kerangka-berfikir.html [01 Mei 2013]

Kusmiati, R. (2008). Meningkatkan Pemahaman membaca Cerita Melalui Implementasi Prosedur membaca Terbimbing (Guided Reading Procedure) Di Kelas V Sekolah Dasar Tpenelitian Tindakan Kelas di SDN Sukarasa 4 Kecamatan Sukasari Kota Bandung). Skripsi pada FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.

(10)

10 Mabruroh, R. (2013). Peningkatan

Kemampuan Pemahaman Cerita Melalui Prosedur Membaca Terbimbing Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Di Sekolah Dasar (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas V SDN Cijengkol Kecamatan Serangpanjang Kabupaten Subang Tahun Ajaran 2012/2013). [Online] Tersedia: http://repository.upi.edu/kampus-daerah/purwakartaview.

php?no_skripsi=221. [01 Mei 2013] Madusari, E.A. dkk. (2009). Metodologi

Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas. Panitia Sertifikasi Guru dalam Jabatan

rayon 110 UPI.(2012). Bahan ajar Bahasa Indonesia SD/MI. Bandung: UPI PRESS.

Resmini, N. dan Juanda, D. (2008). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Bandung: UPI Press.

Saddhono dan Slamet. (2012). Meningkatkan Berbahasa Indonesia (Teori dan Aplikasi). Bandung: CV. Putra Karya Daryati.

Sutopo, S.S. (2010). Membaca Intensif.

[Online] Tersedia:

http://ibuwarni.blogspot.com/2010/12 /membaca-intensif.html [29 April 2013]

Tampubolon, D.P. (2008). Kemampuan Membaca Teknik Membaca Efektif dan Efisien. Bandung: Angkasa. Taniredja, H.T. dkk. (2010). Penelitian

Tindakan Kelas Untuk

Pengembangan Profesi Guru Praktik, Praktis dan Mudah. Bandung: Alfabeta.

Tarigan, H.G. (2008). Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa bandung.

Wahyuni, S. dan Ibrahim, A.S. (2012). Asesmen Pembelajaran Bahasa. Bandung: Refika Aditama.

Gambar

Tabel 1. Patokan Nilai Pemahaman Isi Bacaan
Table 2. Kemampuan Membaca Intensif Siswa  No  Kemampuan

Referensi

Dokumen terkait

Adapun tahap pelaksanaan pada siklus I pembelajaran membaca pemahaman menggunakan metode SQ3R adalah sebagai berikut. a) Memberikan lembar observasi kepada observer untuk

Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan pada semua guru Sekolah Dasar, khususnya guru kelas V, dalam pembelajaran membaca sebaiknya menggunakan strategi membaca

Sebelum melakukan penelitian, peneliti merancang sebuah kegiatan pembelajaran dengan menerapkan metode kata untuk meningkatkan ketrampilan membaca siswa kelas 1

Berdasarkan data hasil analisis pada siklus I dan II, baik dari hasil evaluasi dan hasil observasi kegiatan guru dan siswa maka dapat disimpulkan bahwa penerapan metode membaca

Kegiatan yang dilakukan adalah menyusun perangkat pembelajaran dan observasi yang terdiri dari (1) menentukan jadwal penelitian, (2) melakukan analisis

Data yang diperoleh dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah data tentang meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa dengan metode latihan

Pada tahap observasi guru mengamati peningkatan keterampilan membaca permulaan siswa dengan cara guru mengisi lembar observasi siswa sesuai dengan indikator yang

Membaca permulaan adalah keterampilan dasar membaca bagi siswa dan alat untuk mengetahui makna dari isi mata pelajaran yang dipelajarinya disekolah.Membaca