• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG HEMODIALISA RSUD DR. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG HEMODIALISA RSUD DR. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI

PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG

HEMODIALISA RSUD DR. SOEDIRAN MANGUN

SUMARSO WONOGIRI

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan

Oleh :

MS DEWI NAWANGSIH WIJAYANTI NIM. ST 14 039

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA

SURAKARTA 2016

(2)
(3)
(4)
(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT., karena berkat tuntunan dan pimpinanNya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul: ”Hubungan Dukungan Keluarga dengan Motivasi Penderita Gagal Ginjal Kronik di Ruang Hemodialisa RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri”.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa tanpa dorongan, bimbingan dan motivasi dari semua pihak, penulis tidak akan mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terimakasih yang tak terhingga kepada :

1. Wahyu Rima Agustin, S.Kep.,Ns.,M.Kep., selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta dan sekaligus sebagai penguji, yang telah memberi izin penelitian kepada penulis serta memberikan saran dan koreksinya.

2. Atiek Murhayati, S.Kep.,Ns.,M.Kep., selaku Ketua Prodi S1 Keperawatan yang telah memberikan dukungan serta motivasi kepada semua mahasiswanya.

3. Wahyuningsih Safitri, S.Kep.,Ns.,M.Kep., selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan penulis dengan penuh kesabaran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Fakhrudin Nasrul Sani, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan penulis dengan penuh kesabaran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

5. dr. Setyorini, M.Kes., selaku Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri yang telah memberikan ijin penelitian kepada penulis.

(6)

6. Bapak dan Ibu Dosen STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan segenap ilmu dan pengalamannya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Keluargaku yang telah memberikan dukungan, doa, nasihat, kasih sayang dan semangat bagi penulis dalam mengerjakan skripsi ini.

8. Teman-teman Angkatan ST14 yang telah memberikan dukungan dan bantuannya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Tiada kata yang pantas penulis sampaikan kepada semuanya, kecuali ucapan terima kasih yang tak terhingga serta iringan doa semoga kebaikan Bapak/Ibu/Saudara mendapat balasan dari Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

Surakarta, 05 Februari 2016

MS Dewi Nawangsih Wijayanti NIM : ST.14 039

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix DAFTAR GAMBAR ... x DAFTAR LAMPIRAN ... xi ABSTRAK ... ... xii ABSTRACT ... ... xiii BAB I. PENDAHULUAN ... 1 2.1 Latar Belakang ... 1 2.2 Rumusan Masalah ... 4 2.3 Tujuan Penelitian ... 5 2.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Tinjauan Teori ... 7

2.2. Keaslian Penelitian ... 24

2.3 Kerangka Teori ... 26

2.4 Kerangka Konsep ... 27

(8)

BAB III. METODE PENELITIAN ... 28

3.1 Jenis Penelitian ... 28

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 28

3.3 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 28

3.4 Variabel Penelitian ... 30

3.5 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran ... 31

3.6 Instrumen Penelitian dan Pengumpulan Data ... 34

3.7 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 35

3.8 Pengolahan dan Analisis Data ... 37

3.9 Etika Penelitian ... 40

BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 42

4.1 Analisis Univariat ... 42

4.2 Analisis Bivariate ... 45

BAB V. PEMBAHASAN ... 46

5.1 Karakteristik Responden ... 46

5.2 Hasil Analisis Univariate ... 51

5.3 Hasil Analisis Bivariate ... 55

BAB VI. PENUTUP ... 57

6.1 Simpulan ... 57

6.2 Saran ... 57 DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Judul Tabel Halaman

2.1 Keaslian Penelitian ... 24 3.1 Definisi Operasional Variabel ... 31 3.2 Indikator Instrumen Dukungan Keluarga ... 33 3.3 Kisi-kisi Instrumen Variabel Motivasi Pasien Gagal Ginjal

Kronis ... 34 4.1. Pengelompokan responden berdasarkan karakteristik demografi 42 4.2. Distribusi Frekuensi tentang Dukungan Keluarga ... 44 4.3. Distribusi Frekuensi tentang Motivasi penderita Gagal Ginjal

Kronik di ruang Hemodialisa RSUD dr. Soediran Mangun

Sumarso Wonogiri ... 44 4.4. Hasil Analisis Korelasi Rank Spearman (τ) ... 45

(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Judul Gambar Halaman

2.1 Kerangka Teori ... 26 2.2 Kerangka Konsep ... 27

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran Nama Lampiran

1. Surat Permohonan Menjadi Responden

2. Surat Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden

3. Kuesioner

4. Rekapitulasi Data Hasil Try Out 5. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas 6. Rekapitulasi Data Hasil Penelitian 7. Hasil Analisis Penelitian

8. Jadwal Penelitian 9. Usulan Topik Penelitian 10. Pengajuan Judul Skripsi 11. Surat Ijin Studi Pendahuluan 12. Surat Balasan Ijin Pendahuluan 13. Surat ijin Penelitian

14. Surat Balasan Ijin Penelitian 15. Blangko Konsultasi

(12)

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2016 MS Dewi Nawangsih Wijayanti

Hubungan Dukungan Keluarga dengan Motivasi Penderita Gagal Ginjal Kronik di Ruang Hemodialisa RSUD dr.Soediran Mangun Sumarso

Wonogiri Abstrak

Gagal ginjal kronik merupakan masalah kesehatan yang telah meluas dan mengenai 5-10% populasi dunia (Kidney International Organization, 2009). Penyakit ini termasuk ke dalam sepuluh besar penyakit tidak menular yang sering terjadi dengan prevalensi sebesar 0,2% di Indonesia. Prevalensi GGK seringkali diabaikan, meskipun GGK merupakan gangguan yang bersifat menahun dan dapat berlangsung progresif. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis hubungan dukungan keluarga dengan motivasi penderita Gagal Ginjal Kronik di Ruang Hemodialisa RSUD dr.Soediran Mangun Soemarso Wonogiri.

Metode yang digunakan adalah deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel 60 responden dan teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling. Alat analisis yang digunakan dengan korelasi rank spearman.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: sebagian besar pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa mempunyai umur lebih dari 40 tahun (48,7%), pendidikan akhir SLTA (43,6%) dan berprofesi sebagai buruh/tani (39,7%), sebagian besar pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa mempunyai dukungan keluarga cukup yaitu sebanyak 43 orang (71,7%), dan sebagian besar pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa mempunyai motivasi tergolong sedang yaitu sebanyak 40 orang (66,7%), dan terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan motivasi penderita gagal ginjal kronik di ruang hemodialisa RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri (p-value = 0,011), dan keeratan hubungan tergolong sedang.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat dukungan keluarga dengan motivasi penderita gagal ginjal kronik di ruang hemodialisa.

Kata kunci: Dukungan keluarga, Motivasi, Gagal Ginjal Kronik (GGK). Daftar Pustaka: 24 (2006 – 2014)

(13)

BACHELOR OF NURSING PROGRAM SCHOOL OF HEALTH SCIENCES OF KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2016

MS Dewi Nawangsih Wijayanti

The Relationship between Family Support and Motivation of Patients with Chronic Renal Failure at Dialysis Room of dr. Soediran Mangun Sumarso of Wonogiri

Abstract

Chronic renal failure (CRF) is one of widespread health problems, which has infected 5-10% of world population (Kidney International Organization, 2009). It belongs to big ten non-communicable diseases, commonly occurring with prevalence of 0.2% in Indonesia. This prevalence is often ignored although CRF is considered as a chronic progressive disorder. This research aims at analyzing the relationship between family support and motivation of patients with chronic renal failure at dialysis room of dr. Soediran Mangun Soemarso Regional Public Hospital of Wonogiri.

The research used descriptive correlative method with cross sectional approach. The number of samples is 60 respondents taken with purposive sampling technique. Data were later analyzed using Spearman’s rank correlation.

The research results demonstrate that 1) most hemodialysis patients with CRF are characterized with age of more than 40 years old (48.7%), educational background of high school (43.6%), and occupation of laborers or farmers (39.7%); 2) a number of 43 respondents (71.7%) have fair family support; 3) a number of 40 respondents (66.7%) have moderate family support; and 4) there exists a relationship between family support and motivation of patients with chronic renal failure at dialysis room of dr. Soediran Mangun Soemarso Regional Public Hospital of Wonogiri (p-value of 0.011) and the relationship is considered moderate.

To conclude, family support and motivation of patients with chronic renal failure at dialysis room are present. For further research it is suggested that other variables which have not been investigated including age, attitude, experience, environment, health facility with broader samples be used.

Keyword : family support, motivation, chronic renal failure (CRF) Bibliography : 24 (2006 – 2014)

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan suatu proses patofisiologi dengan berbagai penyebab (etiologi) yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, pada umunnya berakhir dengan gagal ginjal (Sudoyo, 2006). Pasien dikatakan mengalami GGK apabila terjadi penurunan Glomerular Filtration Rate (GFR) yakni <60 ml / menit /1.73 m2 selama lebih dari 5 bulan (Black & Hawks, 2009). GGK dapat disebabkan oleh penyakit seperti diabetes melitus, kelainan ginjal, glomerulonefritis, nefritis intertisial, kelainan autoimun, sedangkan komplikasi GGK adalah : edema (baik edema perifer maupun edema paru), hipertensi, penyakit tulang, hiperkalsemia, dan anemia. Walaupun demikian komplikasi gagal ginjal kronik dapat diantisipasi dengan tindakan kontrol ketidakseimbangan eletrolik, kontrol hipertensi, diet tinggi kalori rendah protein dan tentukan tatalaksana penyebabnya (Davey, 2005).

Gagal ginjal kronik merupakan masalah kesehatan yang telah meluas dan mengenai 5-10% populasi dunia (Kidney International Organization, 2009). Penyakit ini termasuk ke dalam sepuluh besar penyakit tidak menular yang sering terjadi dengan prevalensi sebesar 0,2% di Indonesia (Riskesdas, 2013). Prevalensi GGK seringkali diabaikan, meskipun GGK merupakan gangguan yang bersifat menahun dan dapat berlangsung progresif (Lancet, 2013).

(15)

Menurut data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 prevalensi gagal ginjal kronik di Indonesia sekitar 0,2%. Prevalensi kelompok umur ≥ 75 tahun dengan 0,6% lebih tinggi daripada kelompok umur yang lain. Prevalensi gagal ginjal kronik di Provinsi Jawa Tengah yaitu 0,7% (Dinkes Jateng, 2014).

Berdasarkan hasil studi dari data yang didapat dari rekam medik RSUD dr. Soediran Mangun Soemarso Wonogiri tercatat bahwa penyakit gagal ginjal pada tahun 2013 termasuk peringkat ke 5 jumlah pasien yang mengalami GGK yaitu sebanyak 113 orang. Pada tahun 2014 mengalami peningkatan yaitu 166 orang. Sedang pasien yang menjalani terapi hemodialisis pada bulan Juni 2015 tercatat 120 orang dan menjalani tindakan hemodialisis 945 kali.

Pasien GGK harus menjalani hemodialisis yang merupakan salah satu terapi yang menggantikan sebagian kerja dari fungsi ginjal dalam mengeluarkan sisa hasil metabolisme dan kelebihan cairan serta zat-zat yang tidak di butuhkan tubuh melalui difusi dan hemofiltrasi (O`callaghan, 2009). Pada pasien GGK tindakan hemodialisis tidak dapat menyembuhkan atau mengembalikan fungsi ginjal secara permanen. Tindakan hemodialisis tersebut dapat menurunkan resiko kerusakan organ-organ vital lainnya akibat akumulasi zat toksis dalam sirkulasi. Hemodialisis dilakukan dengan menggunakan sebuah mesin yang dilengkapi dengan membran penyaring semi permeabel (ginjal buatan) (Muttaqin & Sari, 2011).

Pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis akan mengalami berbagai masalah yang dapat menimbulkan perubahan atau

(16)

ketidakseimbangan yang meliputi biologi, psikologi, sosial dan spritual pasien (Charuwanno, 2005 dalam Zurmeli dkk, 2014). Dukungan keluarga merupakan suatu masalah yang akan dialami pasien GGK karena dukungan keluarga adalah prilaku melayani yang dilakukan oleh keluarga, baik dalam bentuk dukungan emosional (perhatian, kasih sayang, empati), dukungan penghargaan (menghargai, umpan balik), dukungan informasi (saran, nasehat, Informasi) maupun dalam bentuk dukungan instrumental (bentuan tenaga, dana dan waktu). Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit (Friedman, 2010).

Penelitian yang dilakukan oleh Zurmeli, dkk (2014) menjelaskan bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis. Penelitian lain yang dilakukan oleh Ismail dkk (2012) menunjukkan bahwa ada hubungan pendidikan, pengetahuan dan motivasi dengan kepatuhan diet pada pasien gagal ginjal kronik. Faktor yang menimbulkan motivasi pada pasien gagal ginjal kronik untuk melakukan hemodialisa adalah dukungan keluarga, keinginan untuk hidup lebih lama dan untuk mengurangi rasa sakit yang diakibatkan karena menumpuknya sisa metabolisme (toksik uremia) di dalam tubuh.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan melalui wawancara terhadap 10 orang yang menjalani tindakan hemodialisis, 4 orang mengatakan mendapat dukungan dari keluarga karena merupakan tanggung jawab keluarga untuk mendampingi pasien menjalani hemodialisis, 4 orang

(17)

lagi mengatakan tidak mendapat dukungan dari keluarga untuk menjalani hemodialisis yang merupakan rutinitas yang membosankan dan 2 orang mengatakan kadang keluarga mendukung untuk hemodialisis, kadang-kadang keluarga tidak mendukung karena mempunyai kesibukan masing-masing. 10 pasien GGK tersebut juga menunjukkan adanya penurunan motivasi untuk menjalani terapi hemodialisa akibat kurangnya dukungan keluarga. Motivasi yang menurun ini dikaitkan dengan perubahan kehidupan ekonomi, kesehatan fisik dan psikososial, dimana 10 pasien GGK menyatakan bahwa telah berhenti bekerja sejak menjalani terapi hemodialisis dan mengalami perubahan kesehatan fisik yang cukup drastis, pasien mengalami cepat merasa lelah sehingga kegiatannya harus dibantu oleh orang lain.

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Hubungan dukungan keluarga dengan motivasi penderita Gagal Ginjal Kronik di Ruang Hemodialisa RSUD dr.Soediran Mangun Sumarso Wonogiri”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: ”Adakah hubungan dukungan keluarga dengan motivasi penderita Gagal Ginjal Kronik di Ruang Hemodialisa RSUD dr.Soediran Mangun Sumarso Wonogiri?”

(18)

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan motivasi penderita Gagal Ginjal Kronik di Ruang Hemodialisa RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mendeskripsikan karakteristik responden (umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan).

2. Mendeskripsikan dukungan keluarga penderita Gagal Ginjal Kronik di Ruang Hemodialisa RSUD dr.Soediran Mangun Sumarso Wonogiri. 3. Mendeskripsikan motivasi penderita Gagal Ginjal Kronik di Ruang

Hemodialisa RSUD dr.Soediran Mangun Sumarso Wonogiri.

4. Menganalisis hubungan dukungan keluarga dengan motivasi penderita Gagal Ginjal Kronik di Ruang Hemodialisa RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Institusi Rumah Sakit dan Perawat

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan informasi pada rumah sakit dalam hal dukungan keluarga hubungannya dengan motivasi penderita gagal ginjal kronik yang menjalani terapi di ruang hemodialisa, sehingga dapat meningkatkan pelayanan kesehatan terutama dalam upaya meningkatkan motivasi dalam menjalani terapi hemodialisa.

(19)

1.4.2. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan acuan dalam proses belajar mengajar khususnya mata kuliah keperawatan medical bedah dengan topik hubungan dukungan keluarga dengan motivasi penderita gagal ginjal kronik yang menjalani terapi di ruang hemodialisa rumah sakit.

1.4.3. Bagi peneliti lain

Untuk peneliti berikutnya dapat digunakan sebagai acuan untuk pendokumnetasian apabila akan mengadakan penelitian mengenai faktor lain yang mempengaruhi motivasi misalnya faktor religius, ekonomi dan pendidikan.

1.4.4. Bagi Peneliti

Menambah wawasan tentang penelitian pada penderita penyakit ginjal kronik yang sedang menjalani terapi hemodialisa.

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teori

2.1.1. Gagal Ginjal Kronik 1. Pengertian

Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah kerusakan ginjal progresif yang berakibat fatal dan di tandai dengan uremia (urea dan limbah nitrogen lainnya yang beredar dalam darah serta komplikasinya jika tidak dilakukan dialisis atau tansplantasi ginjal) (Nursalam, 2008). Gagal ginjal terjadi ketika ginjal tidak mampu mengangkut sampah metabolik tubuh atau melakukan fungsi regulernya. Suatu bahan yang biasanya di eliminasi di urine menumpuk dalam cairan tubuh akibat gangguan ekskresi renal dan menyebabkan gangguan fungsi endokrin dan metabolik, cairan, elektrolit, serta asam basa (Suharyanto, dkk., 2009).

Gagal ginjal kronik dapat disebabkan oleh penyakit sistemik seperti diabetes mellitus, glomerulonefretis kronis, pielonefretis, hipertensi yang tidak dapat dikontrol, obstuksi traktus urinarius, lesi heriditer, lingkungan dan agen berbahaya yang mempengaruhi gagal ginjal kronis seperti timah, kadmium, merkuri, dan kromium (Smeltzer, 2010).

2. Gejala

Beberapa gejala gagal ginjal kronik menurut Alam & Hadibroto (2008) sebagai berikut : perubahan frekuensi kencing gejala ini dapat terjadi

(21)

karena infeksi kelainan metabolik, hipertensi dan penggunaan obat-obat tertentu seperti diuretik, sering ingin berkemih pada malam hari menunjukan penurunan kemampuan ginjal, pembengkakan pada bagian pergelangan kaki atau edema yang disebabkan retensi cairan dan natrium, kram otot pada malam hari pada umumnya ini menunjukan gangguan keseimbangan elektrolit, lemah dan lesu, kurang berenergi, sulit tidur, bengkak seputar mata pada pagi hari, atau mata merah dan berair (uremic red eye) karena deposit garam kalsium fosfat yang dapat menyebabkan iritasi hebat pada selaput lender mata, kulit kering.

3. Komplikasi

Komplikasi yang sering ditemukan pada penderita penyakit gagal ginjal kronik menurut Alam & Hadibroto (2008) antara lain :

a. Anemia

Terjadinya anemia karena gangguan pada produksi hormon eritropoietin yang bertugas mematangkan sel darah, agar tubuh dapat menghasilkan energi yang dibutuhkan untuk mendukung kegiatan sehari-hari. Akibat dari gangguan tersebut, tubuh kekurangan energi karena sel darah merah yang bertugas mengangkut oksigen ke seluruh tubuh dan jaringan tidak mencukupi. Gejala dari gangguan sirkulasi darah adalah kesemutan, kurang energi, cepat lelah, luka lebih lambat sembuh, kehilangan rasa (baal) pada kaki dan tangan.

b. Osteodistofi ginjal

Kelainan tulang karena tulang kehilangan kalsium akibat gangguan metabolisme mineral. Jika kadar kalsium dan fosfat dalam darah sangat

(22)

tinggi, akan terjadi pengendapan garam dalam kalsium fosfat di berbagai jaringan lunak (klasifikasi metastatik) berupa nyeri persendian (artritis), batu ginjal (nefrolaksonosis), pengerasan dan penyumbatan pembuluh darah, gangguan irama jantung, dan gangguan penglihatan.

c. Gagal jantung

Jantung kehilangan kemampuan memompa darah dalam jumlah yang memadai ke seluruh tubuh. Jantung tetap bekerja, tetapi kekuatan memompa atau daya tampungnya berkurang. Gagal jantung pada penderita gagal ginjal kronis dimulai dari anemia yang mengakibatkan jantung harus bekerja lebih keras, sehingga terjadi pelebaran bilik jantung kiri (left venticular hypertrophy/ LVH). Lama-kelamaan otot jantung akan melemah dan tidak mampu lagi memompa darah sebagaimana mestinya (sindrom kardiorenal).

d. Disfungsi ereksi

Ketidakmampuan seorang pria untuk mencapai atau memperta-hankan ereksi yang diperlukan untuk melakukan hubungan seksual dengan pasangannya. Selain akibat gangguan sistem endokrin (yang memproduksi hormon testoteron) untuk merangsang hasrat seksual (libido), secara emosional penderita gagal ginjal kronis menderita perubahan emosi (depresi) yang menguras energi. Namun, penyebab utama gangguan kemampuan pria penderita gagal ginjal kronis adalah suplai darah yang tidak cukup ke penis yang berhubungan langsung dengan ginjal.

(23)

4. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan gagal ginjal kronik dapat dijelaskan antara lain : (Suharyanto, dkk., 2009)

a. Konservatif

Tujuan dari dari penatalaksanaan gagal ginjal kronik dengan konservatif bertujuan untuk :

1) Mencegah menurunnya faal ginjal yang progresif 2) Meringankan keluhan uremia

3) Mengurangi gejala uremia dengan memperbaiki metabolisme :

a) Pengaturan cairan dan elektrolit dengan pengontrolan yang ketat terhadap diit dan cairan

b) Pengontrolan tensi/hipertensi dengan obat c) Meningkatkan kenyamanan pasien. Indikasi penatalaksanaan konservatif meliputi : 1) GGK dan tahap insufisiensi ginjal

2) Faal ginjal 10-100% atau creatinim serum 2 mg% - 10 mg% Bentuk dari penatalaksanaan konservatif antara lain :

1) Pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit

a) Penahanan kalium dan fosfat dapat terjadi pada GGK (oral dengan CaCO3).

b) Kontrol dapat dilakukan dengan mengurangi intake kalium dalam diit.

(24)

d) Pemberian laksatif e) Pemberian vitamin D.

2) Keseimbangan transport oksigen.

Anemia selalu mengiringi GGK akibatnya pasien cepat letih dan sesak nafas.

3) Memberikan rasa nyaman, istirahat dan tidur.

a) Umumnya tidak nyaman pada GGK meliputi pruritus, kram otot, rasa haus, sakit kepala, kulit kering, stress, emosional dan insomnia. b) Mengurangi tingkat fosfat serum dan alkydrokside untuk

mengurangi gatal-gatal. c) Menjaga kulit tetap lembab. d) Memberikan obat anti gatal. b. Dialisis

Dialisis merupakan terapi pengganti ginjal selain transplantasi ginjal. Ada dua jenis dialisis, yaitu :

1) Hemodialisis (cuci darah dengan mesin dializer).

Cara yang umum dilakukan di Indonesia adalah dengan menggunakan mesin cuci darah (dialiser) yang berfungsi sebagai ginjal buatan. Darah dipompa keluar dari tubuh, masuk ke dalam mesin dialiser untuk dibersihkan melalui proses difusi dan ultrafiltrasi dengan dialisat (cairan khusus untuk dialisis), kemudian dialirkan kembali ke dalam tubuh. Agar prosedur hemodialisis dapat berlangsung, perlu dibuatkan akses untuk keluar masuknya darah dari tubuh. Akses

(25)

tersebut dapat bersifat sementara (temporer) Akses temporer berupa kateter yang dipasang pada pembuluh darah balik (vena) di daerah leher. Sedangkan akses permanen biasanya dibuat dengan akses fistula, yaitu menghubungkan salah satu pembuluh darah balik dengan pembuluh darah nadi (arteri) pada lengan bawah, yang dikenal dengan nama cimino. Untuk memastikan aliran darah pada cimino tetap lancar, secara berkala perlu adanya getaran yang ditimbulkan oleh aliran darah pada cimino tersebut.

2) Peritonial dialisis (cuci darah melalui perut).

Peritonial dialisis Adalah metode cuci darah dengan bantuan membran selaput rongga perut (peritoneum), sehingga darah tidak perlu lagi dikeluarkan dari tubuh untuk dibersihkan seperti yang terjadi pada mesin dialisis. Dapat dilakukan pada di rumah pada malam hari sewaktu tidur dengan bantuan mesin khusus yang sudah diprogram terlebih dahulu. Sedangkan continuous ambulatory peritoneal dialysis (CAPD) tidak membutuhkan mesin khusus tersebut, sehingga dapat dikatakan sebagai cara dialisis mandiri yang dapat dilakukan sendiri di rumah atau di kantor (Pernefri, 2005)

c. Transplantasi ginjal yang berasa dari donor hidup atau donor jenazah (cadaver)

Cangkok atau transplantasi ginjal adalah terapi yang paling ideal mengatasi gagal ginjal terminal. Ginjal yang dicangkokkan berasal dari dua sumber, yaitu donor hidup atau donor yang baru saja meninggal

(26)

(donor kadaver). Akan lebih baik bila donor tersebut dari anggota keluarga yang hubungannya dekat, karena lebih besar kemungkinan cocok, sehingga diterima oleh tubuh pasien. Selain kemungkinan penolakan, pasien penerima donor ginjal harus minum obat seumur hidup. Juga pasien operasi ginjal lebih rentan terhadap penyakit dan infeksi, kemungkinan mengalami efek samping obat dan resiko lain yang berhubungan dengan operasi (Alam & Hadibroto, 2008).

2.1.2. Hemodialisa

Terapi hemodialisis adalah pengobatan dengan menggunakan hemodialisis yang berasal dari kata hemo yang berarti darah dan dialisis yang berarti memisahkan darah dari bagian yang lain. Jadi hemodialisis yaitu memisahkan sampah nitrogen dan sampah yang lain dari dalam darah melalui membran semipermiabel. Hemodialisis tidak mampu menggantikan seluruh fungsi ginjal, namun dengan hemodialisis kronis pada penderita gagal ginjal kronis dapat bertahan hidup bertahun-tahun. (Nuryandari, 2005).

Indikasi hemodialisis yaitu BUN (> 100 mg/dl), kreatinin (> 10 mg/dl), hiperkalemia, acidosis metabolik. Secara klinis meliputi (1) Anoreksi, nausea, muntah; (2) Ensepalopati ureikum; (3) Odema paru; (4) Pericarditis uremikum; (5) Pendarahan uremik (Nuryandari, 2004).

Menurut Nuryandari (2004) menyatakan bahwa dialisis adekuat disertai dengan tanda-tanda sebagai berikut :

(27)

a. Tercapai berat badan kering b. Pasien tampak baik

c. Bebas symtom uremia d. Nafsu makan baik e. Aktif

f. Tensi terkendali baik dengan atau tanpa obat g. Hb > 10 gr%

Keunggulan hemodialisis menurut Nuryandari (2004) sebagai berikut : a. Produk sampah nitrogen molekul kecil cepat dapat dibersihkan

b. Waktu dialisis cepat Dialiser akan mengeluarkan melekul dengan berat sedang dengan laju yang lebih cepat dan melakukan ultrafiltrasi dengan kecepatan tinggi hal ini di perkirakan akan memperkecil kemungkinan komplikasi dari hemodialisis misalnya emboli udara dan ultrafiltrasi yang tidak kuat atau berlebihan (hipotensi, kram otot, muntah).

c. Resiko kesalahan teknik kecil

d. Adequasy dapat ditetapkan sesegera, underdialisis segera dapat dibenarkan

Adequasy hemodialisis atau kecukupan hemodialisis segera dapat ditetapkan dengan melihat tanda-tanda tercapainya berat badan kering/tidak ada oedema, pasien tampak baik, aktif, tensi terkendali dengan baik, hb >10 gr% demikian juga bila terjadi keluhan-keluhan tersebut berarti tidak terpenuhinya kecukupan dialisis sehinnga dapat di benarkan terjadi underdialisis.

(28)

Kelemahan hemodialisis menurut Nuryandari (2004) sebagai berikut: a. Tergantung mesin

b. Sering terjadi hipotensi, kram otot, disequilibrium sindrom

c. Terjadi activasi: complemen, sitokines, mungkin menimbulkan amyloidosis d. Vasculer access: infeksi, trombosis

e. Sisa fungsi ginjal cepat menurun, dibandingkan peritoneal dialisis. Menurut Smeltzer (2007) komplikasi hemodialisis mencakup hal-hal sebagai berikut :

a. Hipotensi dapat terjadi selama terapi dialisis ketika cairan dikeluarkan. b. Emboli udara merupakan komplikasi yang jarang tetapi dapat saja

terjadi jika udara memasuki sistem vaskuler pasien.

c. Nyeri dada dapat terjadi karena pCO2 menurun bersamaan dengan terjadinya sirkulasi darah di luar tubuh.

d. Pruritus dapat terjadi selama terapi dialisis ketika produk akhir metabolisme meninggalkan kulit.

e. Gangguan keseimbangan dialisis terjadi karena perpindahan cairan serebral dan muncul sebagai serangan kejang. Komplikasi ini memungkinkan terjadinya lebih besar jika terdapat gejala uremia yang berat.

f. Kram otot yang nyeri terjadi ketika cairan dan elektrolit dengan cepat meninggalkan ruang ekstrasel.

(29)

2.1.3. Dukungan Keluarga 1. Pengertian

Keluarga adalah sekumpulan dua individu atau lebih yang terikat oleh hubungan darah, perkawinan maupun adopsi yang tinggal dalam satu rumah, jika tempat tinggal terpisah tetap saling memperhatikan saling memperhatikan (Muhlisin, 2012)

Dukungan keluarga merupakan bentuk pemberian dukungan terhadap anggota keluarga lain yang mengalami permasalahan, yaitu memberikan dukungan pemeliharaan, emosional untuk mencapai kesejahteraan anggota keluarga dan memenuhi kebutuhan psikososial (Potter, 2009). Dukungan sosial keluarga menjadikan keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal, sehingga akan meningkatkan kesehatan dan adaptasi dalam kehidupan (Friedman, 2008). 2. Jenis dukungan keluarga

Menurut Safarino (2006), menjelaskan bahwa dukungan keluarga memiliki 4 jenis antara lain :

a. Dukungan informasional

Keluarga berfungsi sebagai kolektor informasi tentang dunia yang dapat digunakan untuk mengungkapkan suatu masalah.

b. Dukungan penilaian

Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi masalah serta sebagai sumber validator identitas anggota keluarga, diantaranya : memberikan support, pengakuan, penghargaan dan perhatian.

(30)

c. Dukungan instrumental

Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya : bantuan langsung dari orang yang diandalkan seperti materi, tenaga, dan sarana.

d. Dukungan emosional

Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi.

3. Faktor–faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga

Menurut Purnawan (2009), faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga yaitu :

a. Faktor Internal

1) Tahap perkembangan

Dukungan dapat ditentukan dengan pertumbuhan dan perkem-bangan faktor usia, dengan demikian setiap rentang usia memiliki pemahaman dan respon terhadap perubahan kesehatan yang berbeda–beda.

2) Pendidikan atau tingkat pengetahuan

Latar belakang pendidikan, pengetahuan, dan pengalaman masa lalu akan membentuk cara berfikir seseorang termasuk keyakinan adanya penting dukungan keluarga.

3) Faktor emosi

Emosi mempengaruhi setiap individu dalam memberikan respon dukungan. Respons saat stres cenderung melakukan hal yang

(31)

mengkhawatirkan dan merugikan, tetapi saat respons emosionalnya kecil akan lebih tenang dalam menanggapi.

4) Aspek spiritual

Aspek ini mencakup nilai dan keyakinan seseorang dalam menjalani hubungan dengan keluarga, teman dan kemampuan mencari arti hidup.

b. Faktor eksternal

1) Menerapkan fungsi keluarga

Sejauh mana keluarga mempengaruhi pada anggota keluarga lain saat mengalami masalah kesehatan serta membantu dalam memenuhi kebutuhan.

2) Faktor sosial ekonomi

Setiap individu membutuhkan dukungan terhadap kelompok sosial untuk mempengaruhi keyakinan akan kesehatannya dan cara pelaksanaanya. Biasanya individu dengan ekonomi diatas rata-rata akan lebih cepat tanggap terhadap masalah kesehatan yang sedang dihadapi.

3) Latar belakang budaya

Latar belakang budaya mempengaruhi nilai, keyakinan dan kebiasaan indvidu dalam memberikan dukungan dan cara mengatasi masalah kesehatan.

4. Dampak penyakit pada peran keluarga

Ada beberapa jenis peran dalam keluarga sebagai pencari nafkah, pembuat keputusan, anak, saudara kandung dan orang tua. Saat terjadi

(32)

sakit, orang tua dan anak beradaptasi terhadap perubahan akibat seseorang anggota keluarga sedang sakit. Pembalikan peran sering ditemui, jika orang tua jatuh sakit dan tidak dapat menjalankan aktivitas hariannya, anak akan mengambil alih tanggung jawab orangtuanya. Pembalikan peran ini dapat menimbulkan stress, tanggung jawab yang berat dan mengambil keputusan sering menimbulkan konflik. Individu dan keluarganya sering membutuhkan konseling dan bimbingan untuk membantu menghadapi perubahan peran (Potter, 2009).

2.1.3 Motivasi

1. Pengertian motivasi

Motivasi berasal dari kata motif (motive), yang berarti rangsangan, dorongan dan ataupun pembangkit tenaga, yang dimiliki seseorang sehingga orang tersebut memperlihatkan perilaku tertentu. Motif merupakan suatu pengertian yang melengkapi semua penggerak alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan manusia berbuat sesuatu. Semua tingkah laku manusia pada dasarnya mempunyai motif termasuk tingkah laku secara reflek dan yang berlangsung secara otomatis mempunyai maksud tertentu, walaupun maksud itu tidak senantiasa disadari manusia (Russel, 2010).

Motivasi juga merupakan upaya untuk menimbulkan rangsangan atau dorongan tenaga tertentu pada seseorang agar mau berbuat dan bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Motivasi atau upaya untuk memenuhi kebutuhan pada seseorang dapat dipakai sebagai alat

(33)

untuk menggairahkan seseorang untuk giat melakukan kewajibannya tanpa harus diperintah atau diawasi (Singgih, 2009).

Motivasi sering disebut sebagai penggerak perilaku (the energizer of behavior) Motivasi adalah penentu (determinan) perilaku, dengan kata lain motivasi adalah konstruk teoritis mengenai terjadinya perilaku. Konstruk teoritis ini meliputi aspek-aspek pengaturan (regulasi). Pengarahan (direksi), serta tujuan (insentif global ) dari perilaku (Usman, 2005). 2. Motivasi dalam perilaku

Menurut Usman (2005), ciri motivasi dalam perilaku :

a. Penggerak perilaku yang menggejala dalam bentuk tanggapan-tanggapan yang bervariasi. Motivasi tidak hanya merangsang suatu perilaku tertentu saja tetapi menstimulasi berbagai kecenderungan berperilaku yang memungkinkan tanggapan yang berbeda-beda.

b. Kekuatan dan efisiensi perilaku mempunyai hubungan yang bervariasi dengan kekuatan determinan. Rangsang yang lemah mungkin menimbulkan reaksi yang hebat atau sebaliknya.

c. Motivasi mengarahkan perilaku pada tujuan tertentu.

d. Penguatan positif (positive reinforcement), menyebabkan suatu perilaku tertentu cenderung diulangi.

e. Kekuatan perilaku akan melemah bila akibat dari perbuatan itu bersifat tidak baik.

Perilaku terjadi karena suatu determinan tertentu, baik biologis, psikologis, maupun yang berasal dari lingkungan. Determinan ini akan menstimulasi timbulnya suatu keadaan (bio) psikologis tertentu yang

(34)

dalam tubuh disebut kebutuhan. Kebutuhan menciptakan suatu keadaan ketengangan (tension), hal ini mendorong perilaku untuk memenuhi kebutuhan tersebut (perilaku instrumental). Bila kebutuhan sudah dipenuhi, maka ketegangan akan melemah, sampai timbulnya ketegangan lagi karena munculnya kebutuhan baru. Inilah yang disebut daur motivasi. Bila determinan yang menimbulkan kebutuhan itu tidak ada lagi maka daur tidak terjadi (Daniellle Gales & Carrette, 2003).

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi

Beberapa teori dan definisi tentang motivasi maka dapat dipahami bahwa bila pada individu terdapat bermacam-macam motif yang mendorong dan menggerakkan manusia untuk melakukan kegitan-kegiatan dalam mencapai tujuan serta memenuhi kebutuhan hidup dalam rangka mempertahankan eksistensinya (Hidayat, 2006). Motivasi dipengaruhi oleh :

a. Energi, merupakan sumber energi yang mendorong tingkah laku, sehingga seseorang mempunyai kekuatan untuk mampu melakukan suatu tindakan tertentu.

b. Belajar, dinyatakan bahwa ada interaksi antara belajar dan motivasi dalam tingkah laku. Semakin banyak seseorang mempelajari sesuatu maka ia akan lebih termotivasi untuk bertingkah laku sesuai dengan yang pernah dipelajarinya.

c. Interaksi sosial, dinyatakan bahwa interaksi sosial dengan individu lain akan mempengaruhi motivasi bertindak. Semakin sering seseorang

(35)

berinteraksi dengan orang lain akan semakin mempengaruhi motivasi seseorang untuk melakukan tindakan tertentu.

d. Proses kognitif, yaitu informasi yang masuk pada seseorang diserap kemudian diproses dan pengetahuan tersebut untuk kemudian mempengaruhi tingkah laku.

Menurut Sumidjo (2006), faktor yang mempengaruhi motivasi ada dua, yaitu :

1. Internal

Segala sesuatu dari dalam individu seperti kepribadian, sikap, pengalaman, pendidikan dan cita-cita

a. Sifat kepribadian adalah corak kebiasaan manusia yang terhimpun dalam dirinya dan digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan diri terhadap rangsangan dari dalam diri maupun lingkungan, sehingga corak dan cara kebiasaannya itu merupakan kesatuan fungsional yang khas pada manusia itu, sehingga orang yang berkepribadian pemalu akan mempunyai motivasi berbeda dengan orang yang memiliki kepribadian keras.

b. Intelegensi atau pengetahuan merupakan seluruh kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah dan efektif, sehingga orang yang mempunyai intelegensi tinggi akan mudah menyerap informasi, saran, dan nasihat.

c. Sikap merupakan perasaan mendukung atau tidak mendukung pada suatu objek, dimana seseorang akan melakukan kegiatan jika

(36)

sikapnya mendukung terhadap obyek tersebut, sebaliknya seseorang tidak melakukan kegiatan jika sikapnya tidak mendukung. Cita-cita merupakan sesuatu yang ingin dicapai dengan adanya cita–cita maka seseorang akan termotivasi mencapai tujuan.

2. Eksternal

Faktor eksternal meliputi lingkungan, pendidikan, agama, sosial, ekonomi, kebudayaan, orang tua, dan saudara.

a. Pengaruh lingkungan baik fisik, biologis, maupun lingkungan sosial yang ada sekitarnya dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang sehingga dorongan dan pengaruh lingkungan akan dapat meningkatkan motivasi individu untuk melakukan sesuatu.

b. Pendidikan merupakan proses kegiatan pada dasarnya melibatkan tingkah laku individu maupun kelompok. Inti kegiatan pendidikan adalah proses belajar mengajar. Hasil dari proses belajar mengajar adalah terbentuknya seperangkat tingkah laku, kegiatan dan aktivitas. Dengan belajar baik secara formal maupun informal, manusia akan mempunyai pengetahuan, dengan pengetahuan yang diperoleh seseorang akan mengetahui manfaat dari saran atau nasihat sehingga akan termotivasi dalam usaha meningkatkan status kesehatan.

c. Agama merupakan keyakinan hidup seseorang sesuai dengan norma atau ajaran agamanya. Agama akan menjadikan individu bertingkah laku sesuai norma dan nilai yang diajarkan, sehingga seseorang akan termotivasi untuk mentaati saran, atau anjuran petugas kesehatan

(37)

karena mereka berkeyakinan bahwa hal itu baik dan sesuai dengan norma yang diyakininya.

d. Sosial ekonomi merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap tingkah laku seseorang. Keadaan ekonomi keluarga mampu mencukupi dan menyediakan fasilitas serta kebutuhan untuk keluarganya. Sehingga seseorang dengan tingkat sosial ekonomi tinggi akan mempunyai motivasi yang berbeda dengan tingkat sosial ekonomi rendah.

e. Kebudayaan merupakan keseluruhan kegiatan dan karya manusia yang harus dibiasakan dengan belajar. Orang dengan kebudayaan Sunda yang terkenal dengan kehalusannya akan berbeda dengan kebudayaan Batak, sehingga motivasi dari budaya yang berbeda akan berbeda pula.

f. Orang Tua yang dianggap sudah pengalaman dalam banyak hal, sehingga apapun nasihat atau saran dari orang tua akan dilaksanakan. g. Saudara, dimana saudara merupakan orang terdekat yang akan secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh pada motivasi untuk berperilaku.

2.2 Keaslian Penelitian

Sejauh penelusuran yang dilakukan, belum pernah ditemukan pada penelitian yang sama, namun ada beberapa penelitian terdahulu yang dapat dijadikan acuan, hal ini dapat disajikan dalam tabel berikut.

(38)

Tabel 2.1. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti Judul Metode Hasil

1. Ismail, dkk (2014) Hubungan Pendidikan, Pengetahuan dan Motivasi dengan Kepatuhan diet pada pasien gagal ginjal kronik. Jenis penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Alat analisis yang digunakan Chi-Square. Terdapat hubungan pendidikan, pengetahuan dan motivasi dengan kepatuhan diet pada pasien gagal ginjal kronik. 2. Zurmeli, dkk (2014) Hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis. Jenis penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Alat analisis yang digunakan Chi-Square.

Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien GGK yang menjalani terapi hemodialisis. 3. Putranto, dkk (2012) Pengaruh pemberian motivasi spiritual terhadap penurunan tingkat depresi pasien hemodialisa Penelitian ini adalah penelitian quasy eksperi-men dengan rancangan One Group Pretest-Posttest.

Berdasarkan hasil uji statistik dengan uji t didapatkan nilai p sebesar 0.000 (< 0.05)

sehingga dapat

disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifi kan pemberian motivasi spiritual terhadap tingkat depresi pasien hemodialisa.

(39)

2.3 Kerangka Teori

Secara skematis kerangka teori dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1.

Kerangka Teori (Sumidjo, 2006)

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Motivasi pada penderita GGK Faktor Internal; a. Kepribadian b. Intelegensi c. Sikap Faktor Eksternal a. Lingkungan b. Pendidikan c. Agama d. Sosial ekonomi e. Kebudayaan f. Dukungan Keluarga

(40)

2.4 Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori di atas maka dapat digambarkan kerangka konsep penelitian sebagai berikut:

Gambar 2. Kerangka Konsep

2.5 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari penelitian, patokan duga atau dalil sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian (Notoatmodjo, 2010). Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ho : Tidak ada hubungan dukungan keluarga dengan motivasi penderita gagal ginjal kronik di ruang hemodialisis RSUD dr.Soediran Mangun Soemarso Wonogiri.

Ha : Ada hubungan dukungan keluarga dengan motivasi penderita gagal ginjal kronik di ruang hemodialisis RSUD dr.Soediran Mangun Soemarso Wonogiri.

Variabel Independen: Dukungan Keluarga

Variabel Dependen : Motivasi pada Penderita

(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan rancangan penelitian deskriptif korelational, dengan menggunakan pendekatan cross-sectional yaitu dengan melakukan pengukuran sesaat untuk mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan motivasi penderita gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis di RSUD dr. Soediran Mangun Soemarso Wonogiri (Setiadi, 2007).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Ruang Hemodialisa RSUD dr. Soediran Mangun Soemarso Wonogiri.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 11 – 25 Desember 2015.

3.3 Populasi, Sampel, dan Sampling 3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang akan diteliti (Setiadi, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK) yang menjalani terapi hemodialisa secara rutin

(42)

setiap bulannya di RSUD dr. Soediran Mangun Soemarso Wonogiri berjumlah 71 orang, hal ini didasarkan hasil data yang dilakukan penulis di Ruang Hemodialisa pada bulan Juli 2014 yaitu terdapat 71 pasien.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang dapat digunakan sebagai subyek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2008). Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2006). Sampel pada penelitian ini di ambil dari pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa di Ruang Hemodialisa RSUD dr. Soediran Mangun Soemarso.

Besarnya sampel dalam penelitian ini harus representatif bagi populasi, oleh karena jumlah populasi kurang dari 10.000 maka penentuan besarnya sampel menggunakan rumus (Notoatmodjo, 2010) yaitu :

n = ) ( 1 N d2 N + Keterangan: n = Besarnya sampel N = Besarnya populasi

d = Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang digunakan yaitu sebesar 5% atau 0,05

Adapun penerapan rumus yang ada adalah :

n = ) 05 . 0 ( 71 1 71 2 + n = 1,1775 71

(43)

3.3.3 Teknik pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik purposive sample. Menurut Arikunto (2006), purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel berdasarkan atas tujuan tertentu dan syarat-syarat tertentu. Penentuan sampel dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi:

1. Kriteria Inklusi

a. Pasien gagal ginjal kronik yang rutin menjalani hemodialisis minimal 1 kali perminggu di unit HD.

b. Pasien sadar dan dapat berkomunikasi baik. c. Pasien bersedia menjadi responden

2. Kriteria Eksklusi

a. Pasien dengan kondisi penyakit gagal jantung atau penyakit jantung, stroke dan disequilibrium syndrome.

b. Pasien mempunyai kondisi tubuh yang tidak normal: tekanan darah turun (hipotensi) dan gula darah turun (hipoglikemi).

3.4 Variabel Penelitian 3.4.1 Variabel bebas

Variabel bebas adalah variabel yang menyebabkan berubahnya nilai dari variabel terikat dan merupakan variabel bebas, dalam penelitian ini adalah dukungan keluarga.

(44)

3.4.2 Variabel terikat

Variabel terikat adalah variabel yang diduga nilainya akan berubah karena pengaruh dari variabel bebas. Variabel terikat dalam hal ini adalah motivasi pada penderita GGK yang menjalani terapi hemodialisa.

3.5 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional adalah unsur penelitian yang menjelaskan bagaimana caranya menentukan variabel dan mengukur suatu variabel, sehingga definisi operasional ini merupakan suatu informasi ilmiah yang akan membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama (Setiadi, 2007). Definisi operasional ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan ukuran dalam penelitian, sedangkan cara pengukuran merupakan cara dimana variabel dapat diukur dan ditentukan karakteristiknya. Definisi operasional dalam penelitian ini dapat dikemukakan dalam tabel berikut :

Tabel 3.1. Definisi Operasional Dukungan Keluarga dan Motivasi Penderita Gagal Ginjal Kronik yang menjalani terapi hemodialisa.

No Variabel Definisi Operasional Kategori Skala Alat Ukur 1 Dukungan

Keluarga

Dukungan yang diberikan keluarga terhadap pasien yang menjalan terapi hemodialisa sehingga penderita GGK merasa aman nyaman yang berpengaruh pada emosi. 1. Baik : (x) > mean + 1 SD 2. Cukup mean – 1 SD ≤ x ≤ mean + 1 SD 3. Kurang (x) < mean - 1 SD (Riwidikdo, 2009) Ordinal Kuesioner

(45)

2 Motivasi untuk sembuh

Hasrat dan semangat dalam menjalani terapi merupakan kegiatan pasien GGK untuk mengikuti terapi sesuai jadwal yang telah ditentukan agar cepat sembuh. 3.5.1 Tinggi : (x) > mean + 1 SD 3.5.2 Sedang mean – 1 SD ≤ x ≤ mean + 1 SD 3. Rendah (x) < mean - 1 SD (Riwidikdo, 2009) Ordinal Lembar Kuesioner

3.6 Instrumen Penelitian dan Pengumpulan Data 3.6.1 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner dengan pertanyaan yang tertutup karena jawaban sudah disediakan sehingga responden tinggal memilih tidak perlu menjawab dengan kalimatnya sendiri. Kuesioner ini diberikan dalam bentuk pertanyaan berupa formulir soal– soal secara tertulis kepada responden untuk memperoleh informasi (Arikunto, 2006).

1. Kuesioner dukungan keluarga.

Alat ukur dukungan keluarga penderita Gagal Ginjal Kronik (GGK) berupa kuesioner dengan skala Likert (Sugiyono, 2009). Bentuk kuesioner ini ada empat alternatif jawaban yaitu selalu diberi skor 4, sering diberi skor 3, kadang–kadang diberi skor 2, dan tidak pernah diberi skor 1. Ada dua tipe pertanyaan yaitu favourable (bersifat positif) dan unfavorable (bersifat negatif). Hasil ukur dari kuesioner ini menggunakan skala ordinal dengan kategori baik dengan

(46)

nilai (x) > mean + 1 SD, Cukup mean – 1 SD ≤ x ≤ mean + 1 SD, dan Kurang (x) < mean - 1 SD (Riwidikdo, 2009).

Tabel 3.2. Kisi-kisi Pertanyaan Dukungan Keluarga No Sub Variabel Favourable Unfavorable Jumlah

Item 1 2 3 4. Dukungan Informasional Dukungan Penilaian Dukungan Instrumental Dukungan Emosional 1, 7,9 12 14,15,19 2,3,4 5,6,8 10,11,13 16,17,18 4 4 4 6 Total 7 12 19

2. Lembar Kuesioner Motivasi penderita GGK dalam menjalani hemodialisa

Lembar kuesioner ini mengarah pada ketaatan pasien GGK dalam menjalani terapi hemodialisa di ruang Hemodialisa RSUD dr. Soediran Mangun Soemarso Wonogiri, dalam mengungkapkan motivasi penderita gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa tersebut digunakan lembar kuesioner. Bentuk kuesioner ini ada empat alternatif jawaban yaitu selalu diberi skor 4, sering diberi skor 3, kadang–kadang diberi skor 2, dan tidak pernah diberi skor 1. Ada dua tipe pertanyaan yaitu favourable (bersifat positif) dan unfavorable (bersifat negatif). Hasil ukur dari kuesioner ini menggunakan skala ordinal dengan kategori baik dengan nilai (x) > mean + 1 SD, Cukup mean – 1 SD ≤ x ≤ mean + 1 SD, dan Kurang (x) < mean - 1 SD (Riwidikdo, 2009).

(47)

Kisi-kisi dalam pembuatan kuesioner untuk variabel motivasi penderita gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa dapat dilihat pada tabel 3.3. berikut

Tabel 3.3. Kisi-kisi Instrumen Variabel Motivasi Menjalani Terapi

No Indikator Nomor Item Jumlah

Favourable Unfavourable

1. Penggerak perilaku 1, 3, 4,5 2 5

2. Kekuatan dan efisien dalam bertindak

6,7,9,10 8 5

3. Motivasi mengarahkan perilaku pada tujuan tertentu

11,13,14 12,15 5

4. Penguatan positif dan kekuatan perilaku

16,17,18,20 19 5

Jumlah 20

3.6.2 Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara :

1. Peneliti mengajukan surat permohonan ijin penelitian dari institusi kepada Direktur RSUD dr. Soediran Mangun Soemarso Wonogiri. 2. Setelah mendapatkan surat persetujuan dari Direktur RSUD dr.

Soediran Mangun Soemarso Wonogiri, selanjutnya peneliti menentukan waktu penelitian.

3. Peneliti bertemu dan meminta bantuan kepada Kepala Ruang Hemodialisa RSUD dr. Soediran Mangun Soemarso Wonogiri atau perawat yang bertanggung jawab di tempat penelitian untuk mengumpulkan data kepada perawat yang bertugas di Ruang Hemodialisa yang akan dijadikan responden. Peneliti mengadakan pendekatan kepada calon responden dengan menjelaskan tujuan dan

(48)

manfaat penelitian kemudian responden yang bersedia menjadi responden menandatangani informed consent dan responden diberi lembar kuesioner berkaitan dengan dukungan keluarga hubunganya dengan motivasi penderita gagal ginjal kronik di ruang hemodialisa. 4. Setelah responden mengisi lembar kuesioner, peneliti mengambil

lembar kuesioner tersebut untuk dikumpulkan dan dianalisis data dalam rangka mengetahui hasil penelitian.

3.7 Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sukoharjo terhadap pasien yang menjalani hemodialisa yang dilakukan pada tanggal 19 s/d 22 Oktober 2015 sebanyak 30 orang.

1. Uji Validitas

Uji Validitas merupakan tingkat kemampuan suatu instrumen untuk mengungkapkan sesuatu yang menjadi sasaran pokok pengukuran yang dilakukan dengan instrumen tersebut (Suharsimi, 2006). Mengetahui validitas tiap item dari instrumen dengan menggunakan perhitungan korelasi product moment dari Pearson. Adapun rumus korelasi product moment adalah : rXY =

(

)(

)

( )

(

)

{

}

{

(

)

}

− 2 2 2 2 x N Y Y X N Y X XY N Keterangan:

r = koefesien korelasi antara skor item dengan total item X = Skor pertanyaan

Y = Skor total

(49)

Kriteria pengukuran yaitu dengan membandingkan antara r hitung denga r tabel. Pengukuran dinyatakan valid jika rhitung > rtable pada taraf signifikansi 0,05%. Perhitungan uji validitas instrumen ini dilakukan dengan Program SPSS for Windows dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Dukungan Keluarga

Berdasarkan hasil uji validitas diketahui bahwa nilai validitas untuk variabel pengetahuan adalah 0,368 – 0,851 dengan nilai rhitung > rtabel (0,361), sehingga instrumen valid sebanyak 19 item (item nomor 1, 2, 4, 6, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 18, 20, 21, 22, 23, 24 dan 25) dan instrumen yang tidak valid ada 6 item yaitu item nomor 3, 5, 7, 9, 17, dan 19, sehingga item yang valid digunakan untuk penelitian sedangkan nomor item yang tidak valid tidak digunakan untuk penelitian.

b. Motivasi penderita gagal ginjal kronik

Berdasarkan hasil uji validitas diketahui bahwa nilai validitas untuk variabel motivasi penderita gagal ginjal kronik nilai validitas terendah sebesar 0,381 – 0,700 dengan nilai rhitung > rtabel (0,361), sehingga instrumen valid sebanyak 20 item (item nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 9, 11, 12, 13, 16, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, dan 25) dan instrumen yang tidak valid item nomor 8, 10, 14, 15 dan 17, sehingga item yang valid digunakan untuk penelitian sedangkan nomor item yang tidak valid tidak digunakan untuk penelitian.

(50)

2. Uji reliabilitas

Pengukuran uji reliabilitas kuesioner dukungan keluarga dan motivasi dalam menjalani terapi hemodialisa dengan menggunakan rumus alpha cronbach yaitu: (Suharsimi, 2010)

    ∑ − = 2 2 ) ! ( t i i S S K K r Keterangan: i r = koefisien reliabilitas K = jumlah item pernyataan

∑ 2

i

S = mean kuadrat kesalahan

2

t

S = varian total

Setelah harga r11 diketahui, kemudian diinterpretasikan dengan indeks korelasi > 0,600 berarti reliabilitas tinggi (Ghozali, 2009). Hasil uji reliabilitas untuk variabel dukungan keluarga diketahui sebesar 0,927 dan untuk variabel motivasi penderita gagal ginjal sebesar 0,827. Hal ini berarti semua instrumen yang disebarkan reliabel karena nilai reliabilitasnya lebih besar dari 0,60.

3.8 Pengolahan dan Analisis Data 1. Pengolahan data

Data yang telah terkumpul dalam tahap pengumpulan data, perlu diolah dulu. Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan melalui suatu proses dengan tahapan sebagai berikut:

(51)

a. Editing

Proses editing dilakukan untuk meneliti kembali apakah isian lembar kuesioner sudah lengkap atau belum. Editing dilakukan di tempat pengumpulan data, sehingga apabila ada kekurangan dapat segera di lengkapi.

b. Coding

Yang dimaksud coding adalah usaha mengklasifikasi jawaban-jawaban/hasil-hasil yang ada menurut macamnya. Klasifikasi dilakukan dengan jalan manandai masing-masing jawaban dengan kode berupa angka, kemudian dimasukkan dalam lembaran tabel kerja guna mempermudah membacanya. Hal ini penting untuk dilakukan karena alat yang digunakan untuk analisa data dalam komputer melalui program SPSS (Statistical Package for Social Science) release 18,00 yang memerlukan suatu kode tertentu.

c. Scoring

Pemberian nilai pada masing-masing jawaban dari pertanyaan yang diberikan kepada responden sesuai dengan ketentuan penilaian yang telah ditentukan.

d. Tabulating

Kegiatan memasukkan data-data hasil penelitian ke dalam tabel-tabel sesuai kriteria sehingga didapatkan jumlah data sesuai dengan kuesioner.

(52)

2. Analisis data

Penelitian ini menggunakan analisis:

a. Univariate yaitu analisis yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Analisis univariat ini untuk melihat distribusi frekuensi data: umur, pendidikan, jenis pekerjaan, berat badan, dan tinggi badan, mendeskripsikan dukungan keluarga dan motivasi pasien dalam menjalani terapihemodialisa.

b. Bivariate yaitu analisis yang digunakan untuk menerangkan hubungan dukungan keluarga dengan motivasi menjalani terapi hemodialisa di RSUD dr. Soediran Mangun Soemarso tahun 2015. Data yang telah didapat dianalisa dengan menggunakan komputer.

Hasil pengukuran dari dua variabel yang diteliti dikumpulkan dan diolah dalam bentuk tabel maupun paparan. Data dengan sampel besar (≥ 30) dan skala datanya berbentuk ordinal sehingga dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman (Suharsimi, 2010) untuk mencari hubungan antar variabel. Untuk menjawab hipotesa yang telah dibuat, digunakan interprestasi nilai korelasi (r) Rank Spearman menurut Suharsimi (2010), adalah:

rhoXY

(

)

1 -n n d 6 -1 2 2

= Keterangan :

rhoXY = korelasi Rank Spearman n = jumlah pasangan data/rank

(53)

Interpretasi :

a. Ho ditolak bila nilai rhoXY > rtab atau nilai ρ < 0.05, yang berarti ada hubungan dukungan keluarga dengan motivasi penderita gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa di RSUD dr. Soediran Mangun Soemarso Wonogiri.

b. Ho diterima bila rhoXY < rtab atau nilai ρ > 0.05, yang berarti tidak ada hubungan dukungan keluarga dengan motivasi penderita gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa di RSUD dr. Soediran Mangun Soemarso Wonogiri.

Adapun kekuatan korelasi menurut Colton dalam Sugiyono (2010): r = 0,00 - 0,25 --> tidak ada hubungan/hubungan lemah

r = 0,26 - 0,50 --> hubungan sedang r = 0,51 - 0,75 --> hubungan kuat

r = 0,76 - 1,00 --> hubungan sangat kuat/sempurna

3.9 Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti perlu mendapatkan rekomendasi dari institusi tempat penelitian yang dalam penelitian ini adalah di RSUD dr. Soediran Mangun Soemarso Wonogiri. Kemudian setelah mendapat persetujuan barulah melakukan penelitian dengan memperhatikan etika penelitian sebagai berikut :

1. Inform Concent (lembar persetujuan menjadi responden)

Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan (Inform concent).

(54)

Tujuannya adalah supaya responden mengetahui maksud dan tujuan penelitian. Setelah objek bersedia, maka harus menanda tangani lembar persetujuan menjadi responden, sebaliknya subjek yang tidak bersedia menjadi responden penelitian, maka peneliti harus menghormati haknya. 2. Anonimity (tanpa nama)

Peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur, tetapi hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data berupa angka sesuai dengan jumlah responden.

3. Confidentaly (kerahasiaan)

Peneliti menjamin kerahasiaan dan hasil penelitian baik informasi maupun masalah-masalah lainnya, semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tersebut yang akan dilaporkan pada hasil riset. (Nursalam, 2008)

(55)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Analisis Univariat

4.1.1 Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini membahas tentang umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan. Hal ini dapat dikemukakan seperti tampak pada pembahasan berikut :

1. Umur

Tabel 4.1.

Karakteristik Responden Menurut Umur pasien di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri tahun 2015 (n = 60)

Usia Jumlah (%)

< 30 4 6,7

30 – 40 11 18,3

> 40 45 75,0

Jumlah 60 100,0

Tabel 4.1. menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai umur lebih dari 40 tahun sebanyak 45 responden (75,0%).

2. Jenis Kelamin

Tabel 4.2.

Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin pasien di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri tahun 2015 (n = 60)

No. Jenis Kelamin Jumlah (%) 1. Laki-laki 31 51,7 2. Perempuan 29 48,3 Jumlah 60 100,0

Tabel 4.2. menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai jenis kelamin laki-laki (51,7%).

(56)

3. Pendidikan akhir

Tabel 4.3.

Distribusi Frekuensi Pendidikan Akhir pasien di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri tahun 2015 (n = 60)

No. Pendidikan Jumlah (%)

1. SD 11 18,3

2. SLTP 11 18,3

3. SLTA 27 45,0

4. PT 11 18,3

Jumlah 60 100,0

Tabel 4.3. menunjukkan bahwa dari 60 responden diketahui mayoritas responden berpendidikan lulus SLTA sebanyak 27 orang (45,0%).

4. Pekerjaan

Tabel 4.4.

Distribusi Frekuensi Pekerjaan pasien di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri tahun 2015 (n = 60)

No. Pekerjaan Jumlah (%)

1. PNS 9 15,0

2. Wiraswasta 15 25,0 3. Buruh/tani 18 30,0 4. Lainnya/IRT 18 30,0 Jumlah 60 100,0

Tabel 4.4. menunjukkan bahwa dilihat dari jenis pekerjaan responden mayoritas responden mempunyai pekerjaan sebagai buruh/tani yaitu sebanyak 18 orang (30,0%).

(57)

4.1.2 Dukungan Keluarga

Gambaran dukungan keluarga dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut: Tabel 4.5.

Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Pasien di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri tahun 2015 (n = 60)

Dukungan Keluarga Frekuensi Persentase (%) Kurang Cukup Baik 8 43 9 13,3 71,7 15,0 Jumlah 60 100,0

Sumber: Data primer yang diolah, 2015.

Berdasarkan distribusi data tentang dukungan keluarga pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa sebagian besar mempunyai dukungan cukup masing-masing sebanyak 43 orang (71,7%).

4.1.3 Motivasi penderita Gagal Ginjal Kronik

Gambaran motivasi penderita Gagal Ginjal Kronik yang menjalani hemodialisa dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut:

Tabel 4.6.

Distribusi Frekuensi tentang Motivasi penderita Gagal Ginjal Kronik di ruang Hemodialisa RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri

tahun 2015 (n = 60)

Motivasi penderita Gagal Ginjal Kronik Frekuensi Persentase (%) Rendah Sedang Tinggi 7 40 13 11,7 66,7 21,7 Jumlah 60 100,0

Sumber: Data primer yang diolah, 2015.

Berdasarkan distribusi data tentang motivasi penderita Gagal Ginjal Kronik yang menjalani hemodialisa sebagian besar mempunyai motivasi sedang yaitu sebanyak 40 orang (66,7%).

(58)

4.3 Analisis Bivariat

Hasil uji korelasi rank spearman (τ) untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan motivasi penderita Gagal Ginjal Kronik yang menjalani hemodialisa di ruang hemodialisa RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri. Berikut hasil analisis yang telah diuji yang tersajikan dalam Tabel 4.7.

Tabel 4.7

Analisis Korelasi Pearson Product Moment

Variabel Nilai Product Moment p-value Dukungan keluarga

dengan motivasi

0,326 0,011

Berdasarkan Tabel 4.7 di atas diketahui p-value = 0,011 < 0,05, sehingga Ha diterima dan Ho ditolak, artinya bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan motivasi penderita Gagal Ginjal Kronik yang menjalani hemodialisa di ruang hemodialisa RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri (rhoxy = 0,326), artinya bahwa semakin baik dan meningkat dukungan keluarga maka semakin baik dan meningkat pula motivasi penderita gagal ginjal kronik dalam menjalani hemodialisa. Adapun tingkat hubungan antara dukungan keluarga dengan motivasi adalah sedang.

(59)

BAB V PEMBAHASAN

Penelitian ini akan membahas mengenai kriteria-kriteria yang telah diamati dalam bab IV sebelumnya yang berupa kriteria berdasarkan karakteristik responden (umur, pendidikan, pekerjaan dan lama dirawat), serta variabel dukungan keluarga dan motivasi penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di ruang hemodialisa RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri.

5.1 Karakteristik Responden 1. Umur

Hasil penelitian tentang karakteristik berdasarkan umur responden diketahui bahwa dari 60 orang diketahui ada 4 orang (6,7%) berumur kurang dari 30 tahun, 11 orang (18,3%) berumur antara 30 – 40 tahun, dan 45 orang (75,0%) berumur lebih dari 40 tahun, sehingga dapat diketahui bahwa responden sebagian besar mempunyai umur lebih dari 40 tahun yaitu sebesar 45 orang (75,0%). Menurut pengamatan peneliti diketahui pula bahwa pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa umumnya tergolong lansia dengan usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun dan juga tergolong usia dewasa menengah.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Zurmeri (2015), yang menyatakan bahwa mayoritas responden yang mengalami gagal ginjal dan menjalani terapi hemodialisis berada pada rentang umur dewasa tengah (41-65 tahun) sebanyak 72 orang (68,6%). Hal ini sesuai

Gambar

Tabel 2.1. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
Tabel  3.1.  Definisi  Operasional  Dukungan  Keluarga  dan  Motivasi  Penderita  Gagal Ginjal Kronik yang menjalani terapi hemodialisa
Tabel 3.2. Kisi-kisi Pertanyaan Dukungan Keluarga  No  Sub Variabel  Favourable  Unfavorable  Jumlah
Tabel 3.3. Kisi-kisi Instrumen Variabel Motivasi Menjalani Terapi
+3

Referensi

Dokumen terkait

Lingkungan tersebut mencangkup Lingkungan umum atau sering kali disebut Lingkungan Makro dan Lingkungan Khusus atau Lingkungan Mikro, dari masing-masing lingkungan

mengatur tenaga kerja (SDM) dan mengatur pemberian gaji pekerja. Program studi entreprenurship melakukan inovasi pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan soft

Jenis penelitian ini menurut tujuannya yaitu untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay yaitu faktor ukuran perusahaan, ukuran KAP, opini auditor,

perusahaan yang bersangkutan. 5) Dengan memperoleh kredit dari bank debitur sekaligus akan.. memperoleh manfaat yang lain antara lain fasilitas perbankan

Sebagai contoh pembangunan yang lebih sederhana dengan sistem unit blok modul inl dapat diterapkan pada pembangunan ruang kabin akomodasi bangunan atas kapal.. Hal

Judul Tugas Akhir: PERANCANGAN BUKU PANDUAN TENTANG SOLO TRAVELING dengan ini menyatakan bahwa, laporan dan karya Tugas Akhir ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk

Besarnya Belis Atau Mahar Sebagai Penyebab Hamil Di Luar Nikah (Studi di Kota Ende Nusa Tenggara Timur), Skripsi, Fakultas Syariah, Jurusan Al-Ahwal

Berkaitan dengan topik penelitian yang diambil yaitu mengenai implementasi PNPM Mandiri Perdesaan di Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang terkait pada Unit