• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGKAJIAN KEMASAN DALAM DAN PENGISI TERHADAP MUTU BUAH TOMAT ( Lycopersicon esculentum Mill.) PADA KEMASAN PETI KAYU SELAMA TRANSPORTASI SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGKAJIAN KEMASAN DALAM DAN PENGISI TERHADAP MUTU BUAH TOMAT ( Lycopersicon esculentum Mill.) PADA KEMASAN PETI KAYU SELAMA TRANSPORTASI SKRIPSI"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGKAJIAN KEMASAN DALAM DAN PENGISI TERHADAP MUTU

BUAH TOMAT ( Lycopersicon esculentum Mill.) PADA KEMASAN PETI

KAYU SELAMA TRANSPORTASI

SKRIPSI

KADEK NONI LOKASARI

F14070088

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

(2)

ii

STUDY ON THE EFFECT OF INNER LAYER AND FILLER MATERIALS TO

QUALITY OF TOMATO FRUIT (Lycopersicon esculentum Mill.) IN WOODEN

BOX PACKAGE DURING TRANSPORTATION

Kadek Noni Lokasari* and I Wayan Budiastra**

Department of Mechanical and Biosystem Engineering, Faculty of Agricultural Technology Bogor Agricultural University, IPB Darmaga Campus, PO Box 16680, Bogor, West Java,

Indonesia.

Phone 62 857 14 9797 55, e-mail: sweet_apple182@yahoo.com

ABSTRACT

The purpose of this study were to examine the amount of mechanical damage of tomatoes in each package after transportation simulation, the effect of inner layer and filler materials to the damage of those tomatoes during transportation, and determine to the best among used inner layer and filler materials for tomatoes transportation. The study was carried out on February to April 2011 in TPPHP Laboratory of IPB. There were five packages used in this study which consist of four packages for treatment and one package for control. The four treatment packages were package with shredded newspaper filler only, package with dried banana leaves filler only, package with inner layer and shredded newspaper filler, and package with inner layer and dried banana leaves filler. The material of inner layer was a paper that usually used for packing of cement. All of the packaged were simulated on the road in the Sub’urb condition (frequency 3.23 Hz, amplitude 4.75 cm for vertical vibration, during 80 minutes) so the path length (distance) equality was 106.16 km. The package with inner layer and dried banana leaves filler material have the highest mechanical damage there is 44.96%. Then followed by the package with dried banana leaves only, the package with inner layer and shredded newspaper filler material, and the package with shredded newspaper only, those are 32.97%, 27.53%, and 25.20% respectively. On the other hand, the package for control (no treatment) have the mechanical damage in amount of 53.79%. It can be concluded that the tomatoes packaged by shredded newspaper filler only has a lowest mechanical damage, so this package should be a good package for the distribution transportation of tomatoes in wooden box.

Keywords: tomatoes, mechanical damage, inner layer, filler material, packaging

(3)

iii KADEK NONI LOKASARI. F14070088. Pengkajian Kemasan Dalam dan Pengisi Terhadap

Mutu Buah Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) Pada Kemasan Peti Kayu Selama Transportasi. Dibawah bimbingan Dr.Ir. I Wayan Budiastra, M.Agr. 2011

RINGKASAN

Tomat sebagai salah satu komoditas pertanian sangat bermanfaat bagi tubuh, karena mengandung vitamin dan mineral yang diperlukan untuk pertumbuhan dan kesehatan. Walaupun tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi tetapi halnya sayuran dan buahan lain, tomat mudah rusak (perishable) dan waktu simpan yang relatif pendek pada penyimpanan biasa. Perlu segera dilakukan penanganan terhadap upaya penekanan hasil baik kuantitas maupun kualitas. Salah satu jenis kemasan yang banyak dipakai untuk pengemasan buah tomat adalah peti kayu, karena bahan kemasan kayu masih banyak dijual dipasaran dan harganya relatif terjangkau dengan rata-rata volume ± 20-30 kg per peti. Kapasitas kemasan dan tingkat kemasakan buah tomat dapat mempengaruhi presentase kehilangan hasil akibat kerusakan setelah melalui pengiriman jarak jauh (Sinaga, 1984). Perbaikan-perbaikan dalam pengemasan memberikan peran yang besar terhadap pemasaran buah-buahan dan sayur-sayuran segar yang lebih efisiensi.

Penelitian ini bertujuan mengetahui jumlah kerusakan mekanis buah tomat pada tiap kemasan setelah simulasi transportasi, mempelajari pengaruh kemasan dalam dan bahan pengisi terhadap kerusakan buah tomat selama transportasi dan menentukan penggunaan kemasan dalam dan bahan pengisi terbaik untuk pengangkutan buah tomat.

Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP) Departemen Teknik Mesin dan Biosistem IPB Bogor. Bahan utama yang digunakan adalah buah tomat jenis apel yang didapat dari perkebunan tomat di daerah Cipanas diangkut menggunakan

pick up, dengan bobot buah ± 70-80 gram. Buah tomat dengan berat rata-rata 20 kg per kemasan lalu

dikemas ke dalam kemasan peti kayu (dimensi = 50 cm x 31 cm x 37 cm) dengan lima perlakuan yaitu tanpa penambahan perlakuan (kontrol), dengan bahan pengisi cacahan koran, dengan bahan pengisi daun pisang kering, dengan lapisan dalam dan bahan pengisi cacahan koran, dan dengan pelapis dalam dan bahan pengisi daun pisang kering. Kelima kemasan tersebut kemudian disimulasikan diatas meja getar. Digunakan simulasi kondisi jalan yaitu jalan buruk beraspal dengan frekuensi 3.23 Hz dan amplitudo 4.75 cm digetarkan selama 80 menit setara dengan transportasi sejauh 106.16 km. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap faktorial dengan 2 faktor perlakuan dan 2 kali ulangan. Analisis sidik ragam dilakukan dengan menggunakan program SAS v. 9.0, dimana uji lanjutan menggunakan uji Duncan.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kombinasi kemasan buah tomat yang menggunakan pelapis dalam dan bahan pengisi daun pisang menghasilkan kerusakan mekanis paling tinggi yaitu 44.96%. Kemasan dengan bahan pengisi daun pisang kering dan tanpa pelapis dalam menghasilkan kerusakan mekanis 32.97%. Kemasan dengan pelapis dalam dan bahan pengisi cacahan koran menghasilkan kerusakan mekanis sebesar 27.53%, sedangkan kerusakan mekanis terendah dialami oleh kemasan dengan bahan pengisi cacahan koran saja yaitu 25.20%. Kemasan dengan bahan pengisi cacahan koran tanpa pelapis dalam merupakan kemasan yang terbaik untuk pengangkutan buah tomat karena menghasilkan kerusakan mekanis terendah. Buah tomat yang disimpan selama enam hari mengalami peningkatan pada parameter susut bobot, total padatan terlarut, dan nilai warna a sedangkan kekerasan, nilai warna L (kecerahan) dan nilai warna b mengalami penurunan.

(4)

iv

PENGKAJIAN KEMASAN DALAM DAN PENGISI TERHADAP MUTU

BUAH TOMAT ( Lycopersicon esculentum Mill.) PADA KEMASAN PETI

KAYU SELAMA TRANSPORTASI

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Teknik Mesin dan Biosistem

Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh:

KADEK NONI LOKASARI

F14070088

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

(5)

v

Judul Skripsi : Pengkajian Kemasan Dalam dan Pengisi Terhadap Mutu Buah

Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) Pada Kemasan Peti

Kayu Selama Transportasi

Nama

: Kadek Noni Lokasari

NIM

: F14070088

Menyetujui,

Pembimbing,

(Dr. Ir. I Wayan Budiastra, M.Agr)

NIP. 19611019 198601 1 002

Mengetahui :

Ketua Departemen,

(Dr. Ir. Desrial, M.Eng)

NIP. 19661201 199103 1 004

(6)

vi

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Pengkajian Kemasan Dalam dan

Pengisi Terhadap Mutu Buah Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) Pada Kemasan Peti Kayu Selama Transportasi” adalah karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan

dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juni 2011

Kadek Noni Lokasari F14070088

(7)

vii

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2011

Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut

Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun,

(8)

viii

BIODATA PENULIS

Penulis bernama lengkap Kadek Noni Lokasari, dilahirkan di Hakodate, Jepang pada tanggal 18 Maret 1989, putri dari pasangan I Nyoman Arnaya dan Putu Agustini Eliyati. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.

Pada tahun 2001, penulis menamatkan pendidikan dasar di SD Regina Pacis Bogor, lalu melanjutkan pendidikannya di SLTP Negeri 4 Bogor dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2007, penulis lulus dari SMA Negeri 5 Bogor dan diterima di Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Semasa kuliah, penulis aktif dalam kepengurus Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma IPB (KMHD IPB) sebagai Ketua Divisi Kesekretariatan (2009-2010), tergabung dalam klub Agriculture Engineering Design Club (AEDC) sebagai Bendahara (2010-2011) serta aktif mengikuti berbagai kepanitiaan di dalam kampus. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam kegiatan termasuk menjadi asisten mata kuliah Gambar Teknik dan Lingkungan Bangunan Pertanian pada tahun 2010-2011.

Pada tahun 2010, penulis melaksanakan kegiatan Praktek Lapang dengan judul ”Mempelajari Proses Pengolahan Susu di Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS), Jawa Barat”. Penelitian dengan judul ”Pengkajian Kemasan Dalam dan Pengisi Terhadap Mutu Buah Tomat

(Lycopersicon esculentum Mill.) Pada Kemasan Peti Kayu Selama Transportasi” telah dilakukan

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dan berkat rahmat dan ijinNya akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ” Pengkajian Kemasan Dalam

dan Pengisi Terhadap Mutu Buah Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) Pada Kemasan Peti Kayu Selama Transportasi” dilaksanakan di Laboratorium TPPH sejak bulan Februari sampai April

2011.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. I Wayan Budiastra, M.Agr selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan arahan serta mengorbankan waktu dan pikiran selama penyusunan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Y. Aris Purwanto, M.Sc dan Dr. Ir. Sam Herodian, MS selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan demi terselesaikannya perbaikan skripsi ini.

3. Kedua orang tua dan saudara kandung penulis (Kakak Ira dan Alit) atas doa dan dukungannya yang tak pernah putus.

4. Bapak Sulyaden atas waktu dan bimbingan selama penulis melaksanakan penelitian.

5. Bapak H. Ibrohim dan keluarga atas bahan yang disediakan sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian.

6. Rekan-rekan penulis (Jam, Ayung, Imanta, Tetty) yang selalu memberikan motivasi, kebersamaan dan bantuan kepada penulis selama melaksanakan penelitian dan menyusun skripsi. 7. Teman-teman satu bimbingan (Sabil, Nikita, Oktav, Yusenda, Ani Fatmawati) atas kerjasama

dan dukungannya.

8. Teman-teman seperjuangan TEP 44 (Ensemble) atas dukungan, kenangan dan kehangatan selama penulis menyelesaikan studi.

9. Semua pihak yang penulis tidak bisa sebutkan satu persatu atas dukungan dan bantuan yang telah diberikan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih belum sempurna, oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang memerlukannya dan memberikan kontribusi yang nyata terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di bidang pasca panen.

Bogor, Juni 2011

(10)

x

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ...ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR... ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... ... xv I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Tujuan ... 2 II TINJAUAN PUSTAKA A. Tomat ... 3 B. Pengemasan ... 5 C. Peti Kayu ... 6

D. Bahan Pengisi Kemasan ... 7

E. Transportasi ... 7

F. Simulasi Transportasi Hasil Pertanian ... 8

III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu ... 9

B. Bahan dan Alat 1. Bahan ... 9

2. Alat ... 10

C. Prosedur Penelitian ... 10

D. Pengamatan 1. Tingkat Kerusakan Mekanis ... 12

a. Luka memar... 13 b. Luka gores ... 13 c. Luka pecah ... 13 2. Susut Bobot ... 13 3. Uji Kekerasan ... 13 4. Uji Warna ... 14

5. Total Padatan Terlarut ... 14

E. Kesetaraan Simulasi Pengangkutan ... 15

F. Rancangan Percobaan ... 15

IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengemasan Buah Tomat... 17

B. Tingkat Kerusakan Mekanis ... 19

C. Susut Bobot ... 23 D. Warna ... 26 1. Nilai L ... 26 2. Nilai a ... 28 3. Nilai b ... 30 E. Kekerasan ... 32

(11)

xi

G. Kesetaraan Simulasi Pengangkutan ... 36

H. Peran Amplitudo dan Frekuensi Terhadap Kerusakan ... 37

V SIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 38

B. Saran... 38

DAFTAR PUSTAKA... 39

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Tabel 1. Data produksi tomat ...2

2. Tabel 2. Kandungan gizi tomat tiap 100 gram ...4

3. Tabel 3. Contoh lembar pengujian kerusakan mekanis………. 12

4. Tabel 4. Nilai rata-rata tingkat kerusakan mekanis pada tiap kemasan ... 19

5. Tabel 5. Pengaruh lapisan dalam terhadap kerusakan mekanis buah tomat ... 19

6. Tabel 6. Pengaruh bahan pengisi terhadap kerusakan mekanis buah tomat ... 20

7. Tabel 7. Pengaruh kondisi jalan luar kota dan jalan buruk beraspal terhadap kerusakan mekanis... 22

8. Tabel 8. Pengaruh lapisan dalam terhadap susut bobot buah tomat ... 24

9. Tabel 9. Pengaruh bahan pengisi terhadap susut buah tomat ... 24

10. Tabel 10. Pengaruh lapisan dalam terhadap warna (nilai L) buah tomat ... 27

11. Tabel 11. Pengaruh bahan pengisi terhadap warna (nilai L) buah tomat ... 28

12. Tabel 12. Pengaruh lapisan dalam terhadap warna (nilai a) buah tomat ... 28

13. Tabel 13. Pengaruh bahan pengisi terhadap warna (nilai a) buah tomat ... 28

14. Tabel 14. Pengaruh kemasan terhadap warna (nilai a) buah tomat ... 29

15. Tabel 15. Pengaruh lapisan dalam terhadap warna (nilai b) buah tomat ... 31

16. Tabel 16. Pengaruh bahan pengisi terhadap warna (nilai b) buah tomat ... 31

17. Tabel 17. Pengaruh lapisan dalam terhadap kekerasan buah tomat ... 33

18. Tabel 18. Pengaruh bahan pengisi terhadap kekerasan buah tomat ... 33

19. Tabel 19. Pengaruh lapisan dalam terhadap total padatan terlarut buah tomat ... 36

20. Tabel 20. Pengaruh bahan pengisi terhadap total padatan terlarut buah tomat ... 36

21. Tabel 21. Konversi frekuensi dan amplitudo meja getar selama simulasi terhadap jarak tempuh (panjang jalan) ... 36

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1.

Gambar 1. Buah tomat segar ... 3

2.

Gambar 2. Peti kayu untuk pengemasan buah tomat selama simulasi transportasi ... 9

3.

Gambar 3. Kertas semen yang digunakan sebagai pelapis dalam ... 9

4.

Gambar 4. Bahan pengisi cacahan koran dan daun pisang kering ... 10

5.

Gambar 5. Diagram alir metode penelitian ... 11

6.

Gambar 6. Penyusunan kemasan di atas meja getar ... 12

7.

Gambar 7. Timbangan Mettler PM-4800... 13

8.

Gambar 8. Rheometer ... 14

9.

Gambar 9. Chromameter Minolta tipe CR-200 ... 14

10.

Gambar 10. Refraktometer model N-1 Atago ... 15

11.

Gambar 11. Penyusunan buah tomat dalam kemasan peti kayu dengan bahan pengisi cacahan koran ... 17

12.

Gambar 12. Penyusunan buah tomat dalam kemasan peti kayu dengan bahan pengisi daun pisang kering... 18

13.

Gambar 13. Penyusunan buah tomat dalam kemasan peti kayu dengan pelapis dalam kertas semen dan bahan pengisi cacahan koran ... 18

14.

Gambar 14. Penyusunan buah tomat dalam kemasan peti kayu dengan pelapis dalam kertas semen dan bahan pengisi daun pisang kering ... 18

15.

Gambar 15. Pengaruh jenis kemasan terhadap kerusakan mekanis selama penggetaran pada jalan buruk beraspal ... 20

16.

Gambar 16. Perbandingan pengaruh jenis kemasan terhadap kerusakan mekanis selama penggetaran pada kondisi jalan luar kota dan jalan buruk beraspal... 22

17.

Gambar 17. Luka memar dan luka gores pada buah tomat setelah simulasi transportasi pada kondisi jalan luar kota ... 22

18.

Gambar 18. Luka gores, luka memar dan luka pecah pada buah tomat setelah simulasi transportasi pada kondisi jalan buruk beraspal ... 23

19.

Gambar 19. Perubahan susut bobot buah tomat selama penyimpanan pasca simulasi transportasi kondisi jalan buruk beraspal ... 24

20.

Gambar 20. Perbandingan perubahan susut bobot selama penyimpanan pasca simulasi transportasi antara kondisi jalan luar kota dan kondisi jalan buruk beraspal ... 25

21.

Gambar 21. Perbandingan perubahan nilai warna L selama penyimpanan pasca simulasi transportasi kondisi jalan buruk beraspal ... 27

22.

Gambar 22. Perbandingan perubahan nilai warna L selama penyimpanan pasca simulasi transportasi antara kondisi jalan luar kota dan jalan buruk beraspal ... 27

23.

Gambar 23. Perbandingan perubahan nilai warna a buah tomat selama penyimpanan pasca simulasi transportasi kondisi jalan buruk beraspal ... 29

24.

Gambar 24. Perbandingan perubahan nilai warna a selama penyimpanan pasca simulasi transportasi antara kondisi jalan luar kota dan jalan buruk beraspal ... 29

(14)

xiv

25.

Gambar 25. Perubahan nilai warna b buah tomat selama penyimpanan pasca simulasi trans-

portasi antara kondisi jalan luar kota dan jalan buruk beraspal ... 30

26.

Gambar 26. Perbandingan perubahan nilai warna b selama pemyimpanan pasca simulasi trans-

portasi antara kondisi jalan luar kota dan jalan buruk beraspal ... 31

27.

Gambar 27. Kisaran warna buah tomat pada diagram warna ... 31

28.

Gambar 28. Perubahan kekerasan tomat selama penyimpanan pasca simulasi transportasi kon-

disi jalan buruk beraspal ... 32

29.

Gambar 29. Perbandingan perubahan kekerasan selama penyimpanan pasca simulasi transportasi antara kondisi jalan luar kota dan jalan buruk beraspal ... 33

30.

Gambar 30. Perubahan total padatan terlarut buah tomat selama penyimpanan pasca simulasi

transportasi kondisi jalan buruk beraspal ... 35

31.

Gambar 31. Perbandingan perubahan total padatan terlarut selama penyimpanan pasca simulasi

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Lampiran 1. Nilai amplitudo dan frekuensi meja getar pada tiap ulangan untuk

kondisi jalan luar kota ...43

2. Lampiran 2. Nilai amplitudo dan frekuensi meja getar pada tiap ulangan untuk kondisi jalan buruk beraspal ...43

3. Lampiran 3. Konversi angkutan truk berdasarkan data Lembaga Uji Konstruksi BPPT 1986 ...44

4. Lampiran 4. Analisis ragam kerusakan mekanis buah tomat ...48

5. Lampiran 5. Analisis ragam susut bobot buah tomat ...49

6. Lampiran 6. Analisis ragam warna (nilai L) buah tomat ...50

7. Lampiran 7. Analisis ragam warna (nilai a) buah tomat ...51

8. Lampiran 8. Analisis ragam warna (nilai b) buah tomat ...52

9. Lampiran 9. Analisis ragam kekerasan buah tomat ...53

10. Lampiran 10. Analisis ragam Total Padatan Terlarut (TPT) buah tomat ...54

11. Lampiran 11. Penampakan buah tomat setelah penggetaran selama penyimpanan ...55

12. Lampiran 12. Skema penyusunan buah tomat dalam peti kayu ...57

(16)

1

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia kaya akan berbagai tanaman buah dan merupakan negara penghasil komoditas hortikultura yang potensial. Bertambahnya populasi penduduk dari tahun ke tahun serta membaiknya tingkat pendapatan masyarakat dapat mengakibatkan permintaan akan buah-buahan dan sayur-sayuran meningkat di masa mendatang. Peningkatan jumlah permintaan komoditas buah dan sayuran tidak hanya perlu memperhatikan kuantitasnya saja, akan tetapi juga dengan memperhatikan kualitas produk yang dihasilkan sesuai dengan permintaan setiap segmen konsumen. Penanganan pasca panen yang tepat sangat diperlukan agar dapat mempertahankan dan memperbaiki mutu.

Daerah penanam yang potensial dan kondisi lingkungan yang baik membuat suatu daerah menjadi sangat potensial sebagai penghasil sayuran dan buah-buahan. Tetapi tidak semua daerah di Indonesia berpotensi sehingga menggantungkan pemenuhan kebutuhan sayuran dan buah-buahan dari daerah lain. Saling ketergantungan inilah yang menyebabkan terjadinya kegiatan pengangkutan sayuran dan buah-buahan dari daerah satu ke daerah lainnya.

Pengangkutan merupakan salah satu mata rantai yang penting dalam penanganan pasca panen. Hambali (1995) menyatakan bahwa selama distribusi produk-produk hortikultura biasanya mengalami memar akibat pukulan, tekanan, getaran serta gesekan. Memar yang disebabkan oleh pukulan terjadi oleh karena kemasan yang jatuh ke atas permukaan yang keras. Memar yang disebabkan tekanan terjadi karena pengisian kemasan yang berlebihan sehingga komoditi harus menahan beban yang cukup besar. Memar yang disebabkan oleh getaran dan gesekan terjadi oleh karena gesekan antara sesama produk di dalam kemasan atau gesekan antara produk dengan kemasan. Kerusakan sayur-sayuran dan buah-buahan selama pengangkutan dipengaruhi juga oleh jenis sayuran dan buah-buahan yang diangkut, jenis kemasan, cara penyusunan bahan dalam kemasan, serta jarak dan lama pengangkutan. Kerusakan mekanis buah yang terjadi selama pengangkutan di Indonesia berkisar antara 1.57% dan 37.05 %.

Tomat merupakan komoditas penting karena memiliki potensi ekonomi untuk dikembangkan dan juga sebagai komoditas yang multiguna, berfungsi sebagai sayuran, bumbu masak, buah meja, penambah nafsu makan, minuman, bahan pewarna makanan, sampai kepada bahan kosmetik dan obat-obatan. Selain untuk memenuhi permintaan dalam negeri, komoditas tomat juga berperan dalam perdagangan internasional sehingga komoditas ini mempunyai peluang yang cukup baik sebagai salah satu sumber devisa negara. Propinsi Jawa Barat merupakan sentra produksi terbesar di Indonesia dengan kontribusi sebesar 45 – 61 % terhadap produksi nasional selama periode 1998 – 2002. Propinsi lainnya sebagai sentra produksi setelah Jawa Barat tercatat Sumatera Utara, Jawa Timur dan Bengkulu. Prospek pengembangan tomat masih tetap naik pada waktu tahun-tahun terakhir sehingga tomat masih diperlukan untuk memenuhi kebutuhan domestik ataupun substitusi impor (Tabel 1).

(17)

2 Tabel 1. Data Produksi Tomat

Tahun 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Produktivitas

(ton) 657,459 626,872 647,020 629,744 635,475 725,973 853,061

Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

Tomat dikenal sebagai sumber vitamin dan mineral. Buah tomat umumnya dikonsumsi dalam bentuk segar selain dalam bentuk olahan. Selain mengandung vitamin C tomat juga memiliki beberapa jenis mineral seperti kalsium dan fosfor serta kalori sebesar 20 kal. Disamping itu, kandungan lycopenenya sangat berguna sebagai antioksidan yang dapat mencegah perkembangan penyakit kanker.

Tomat tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi tetapi halnya sayuran dan buahan lain, tomat mudah rusak (perishable) dan waktu simpan yang relatif pendek pada penyimpanan biasa sehingga berpengaruh terhadap tingkat kesegaran buah tomat.Tingkat susut pasca panen buah tomat di Indonesia mencapai 20 -50% (Prajawati, 2006). Kerusakan pasca panen buah tomat meliputi kerusakan fisik, mekanis, fisiologi, dan patologis. Mengingat tomat termasuk komoditas yang mudah rusak, maka untuk mempermudah proses pengangkutan dan untuk mengurangi resiko kerusakan, dilakukan pengemasan sebagai upaya penekanan kehilangan hasil baik kuantitas maupun kualitas.

Kemasan yang baik adalah kemasan yang dapat melindungi produk yang dikemas dari kerusakan fisik, kimia, maupun mikrobiologi selama penanganan, penyimpanan dan distribusi hingga produk sampai di tangan konsumen dalam keadaan utuh dan baik. Jenis kemasan yang biasa dipakai untuk pengemasan tomat adalah kotak atau peti kayu dengan rata-rata volume ± 20-30 kg per peti. Kapasitas kemasan dan tingkat kemasakan buah tomat dapat mempengaruhi presentase kehilangan hasil akibat kerusakan setelah melalui pengiriman jarak jauh (Sinaga, 1984). Perbaikan-perbaikan dalam pengemasan memberikan peran yang besar terhadap pemasaran buah-buahan dan sayur-sayuran segar yang lebih efisiensi.

Selama ini pengemasan buah tomat dengan menggunakan peti kayu, walaupun pengemasan dengan peti kayu aman untuk tomat-tomat dalam negeri, tetapi masih saja terdapat kerusakan pada kulit tomat. Pengemasan hanya sebatas memasukkannya ke dalam peti tanpa menambahkan pelapis di sekeliling dalam peti kayu dan bahan pengisi. Oleh karena itu diperlukan penanganan yang tepat selama pengangkutan dari kebun menuju pasar agar kualitas dan kuantitas produk tetap terjaga. Penanganan untuk mempertahankan mutu tomat dapat dilakukan dengan cara menggunakan kemasan yang tepat dan mengetahui seberapa besar pengaruh lapisan dalam dan berbagai bahan pengisi untuk menghasilkan penanganan yang lebih baik.

B. Tujuan

Tujuan khusus penelitian ini adalah:

1. Menganalisis jumlah kerusakan mekanis buah tomat pada tiap kemasan setelah dilakukan simulasi transportasi.

2. Menentukan pengaruh kemasan dalam dan bahan pengisi terhadap perubahan mutu buah tomat (susut bobot, warna, kekerasan, total padatan terlarut) setelah simulasi trasnsportasi. 3. Menentukan kemasan dalam dan bahan pengisi terbaik untuk pengangkutan buah tomat.

(18)

3

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tomat

Tomat komersial (Lycopersicon esculentum Mill.) termasuk dalam famili Solanaceae, dan merupakan tanaman semusim berbentuk perdu yang panjangnya mencapai ± 2 meter. Tomat berasal dari kawasan Meksiko sampai Peru. Semua varietas tomat baik yang ditanam di Eropa maupun di Asia berasal dari biji yang dibawa dari Amerika Latin oleh pedagang bangsa Spanyol dan Portugis pada abad keenam belas. Pada masa sekarang tomat sudah demikian berkembang, kultivar-kultivar modern atau hibrida dapat tumbuh dengan baik dan berproduksi di lingkungan iklim yang jauh berbeda dari tempat asalnya (Villareal, 1979).

Gambar 1. Buah tomat segar

Dalam botani atau ilmu tumbuh-tumbuhan, tanaman tomat diklasifikasikan sebagai berikut (Atherton dan Rudich, 1986; Purseglove, 1974).

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan) Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji) Sub divisi : Angiospermae (berbiji tertutup) Kelas : Dicotyledoneae (berbiji berkeping satu) Ordo : Tubiflorae

Famili : Solanaceae Genus : Lycopersicon

Spesies : Lycopersicon esculentum Mill.

Tomat dapat dibudidayakan dan tumbuh optimal di dataran tinggi dengan ketinggian diatas 750 mdpl pada tanah yang gembur, sedikit mengandung pasir, dan kadar keasamannya (pH) antara 5-6, dengan suhu siang hari 240C dan malam hari antara 15oC – 20oC. Pada temperatur tinggi (diatas 32oC) warna buah tomat cenderung kuning, sedangkan temperatur yang tidak stabil menyebabkan warna buah tidak merata. Curah hujan antara 750-125 mm/tahun, dengan irigasi yang baik.

(19)

4 Berdasarkan tipe pertumbuhannya, tanaman tomat dapat dibedakan atas tipe determinate dan indeterminate. Tanaman tomat yang mempunyai tipe pertumbuhan determinate, pada ujung tanaman terdapat tandan bunga dan pada setiap ruas batang dan memiliki umur panen lebih pendek, yaitu hanya sekitar 60 hari sudah dapat dipetik buahnya, misalnya pada kultivar Intan, Ratna, Berlian dan sebagainya. Tanaman tomat yang mempunyai tipe pertumbuhan indeterminate, tandan bunga tidak terdapat pada setiap ruas batang dan ujung tanaman senantiasa terdapat pucuk muda dan memiliki umur panen lebih panjang, yaitu berkisar antara 70-100 hari setelah tanam baru dapat dipetik buahnya, misalnya pada kultivar Money maker, Gondol, Santa Cruz Kada dan sebagainya.

Tomat merupakan tanaman yang dipanen berkali-kali. Rata-rata pada satu kali pertanaman tomat dapat dipanen sebanyak 8 – 10 kali, namun jika pertumbuhan baik dapat mencapai 15 kali. Petani tomat membedakan tiga tingkat kematangan saat dipetik, yaitu hijau tua, merah muda (pecah warna) dan merah tua (Marpaung, 1997). Cara untuk menentukan indeks panen adalah adalah dengan mengadakan perubahan fisiko-kimia yang terjadi selama proses pematangan buah yaitu berturut-turut: green mature, break, turning, pink, light red and red. Buah tomat dapat dipanen dengan cara dipetik dengan tangan (cara tradisional).

Di pasaran dikenal banyak jenis tomat yang dijual di antaranya sebagai berikut.

1. Tomat biasa (Lycopersicum esculentum Mill, var. commune Bailey). Berbentuk bulat pipih tidak teratur, sedikit beralur terutama di dekat tangkai.

2. Tomat apel atau pir (Lycopersicum esculentum Mill, var. pyriforme Alef.). Berbentuk bulat seperti buah apel atau buah pir.

3. Tomat kentang atau tomat daun lebar (Lycopersicum esculentum Mill, var. grandifolium

Bailey). Ukuran buahnya lebih besar dibandingkan dengan tomat apel.

4. Tomat tegak (Lycopersicum esculentum Mill, var. validum Bailey). Buahnya berbentuk agak lonjong dan teksturnya keras.

5. Tomat Cherry (Lycopersicum esculentum Mill, var. cerasiforme (Dun) Alef.). Buahnya yang berukuran kecil berbentuk bulat atau bulat memanjang. Warnanya merah atau kuning.

Tomat sebagai salah satu komoditas pertanian sangat bermanfaat bagi tubuh, karena mengandung vitamin dan mineral yang diperlukan untuk pertumbuhan dan kesehatan (Tabel 2).

Tabel 2. Kandungan gizi tomat tiap 100 gram Zat kimiawi yang

terkandung

Jumlah dalam tiap jenis

Tomat muda Tomat masak Sari tomat

Air (gr) 93.00 94.00 94.00 Protein (gr) 2.00 1.00 1.00 Lemak (gr) 0.70 0.30 0.20 Karbohidrat 2.30 4.20 3.50 Mineral : (mg) Kalsium 5.00 5.00 7.00 Fosfat 27.00 27.00 15.00 Besi 0.50 0.50 0.40 Vitamin A 320.00 1 500.00 600.00 B1 0.07 0.06 0.06 C 30.00 40.00 10.00 Energi 93.00 20.00 15.00

(20)

5 Buah tomat juga mengandung zat pembangun jaringan tubuh manusia dan zat yang dapat meningkatkan energi untuk bergerak dan berpikir, yakni karbohidart, protein, lemak dan kalori. Selain memiliki rasa yang enak, buah tomat juga merupakan sumber vitamin A dan C yang sangat baik (Wener, 2000). Disamping itu, kandungan lycopenenya sangat berguna sebagai antioksidan yang dapat mencegah perkembangan penyakit kanker.

B. Pengemasan

Pengemasan merupakan salah satu usaha untuk mencegah penurunan mutu produk dengan cara menempatkan komoditas tersebut ke dalam suatu wadah yang memenuhi syarat dengan tujuan agar mutunya terjaga atau hanya mengalami sedikit penurunan, dan pada akhirnya saat diterima oleh konsumen nilai pasarnya tetap tinggi. Kemasan yang baik tidak hanya dapat melindungi buah dari kerusakan mekanis saja, tetapi dapat juga melindungi buah dari kerusakan akibat pengaruh lingkungan. Menurut Buckle et al. (1987), bahan pengemas digunakan untuk membatasi antara bahan pangan dan lingkungan luar yang bertujuan untuk menunda proses kerusakan dalam jangka waktu yang diinginkan.

Pengertian kemasan secara umum adalah suatu benda yang digunakan untuk wadah atau tempat bahan yang dikemas agar tidak berceceran dan dapat memberikan perlindungan terhadap produk dari unsur-unsur perusak. Dalam pengertian khusus, kemasan adalah wadah atau tempat yang digunakan untuk mengemas suatu komoditas dan telah dilengkapi dengan tulisan atau label sebagai sarana informasi dan promosi baik bagi produsen dan konsumen. Dengan adanya kemasan, dapat mengurangi kerusakan, produk bisa bertahan dan terlindungi terhadap bahaya pencemaran dan gangguan fisik yang dapat merusak produk yang terdapat dalam kemasan tersebut.

Berbagai bahan dan bentuk kemasan memberikan andil yang besar terhadap pemasaran buah-buahan dan sayuran segar apabila semuanya sanggup menahan kehilangan air (Griffin dan Sacharrow, 1980). Secara garis besar, tujuan pengemasan adalah sebagai berikut (BPPHP, 2002):

1. Menghambat penurunan bobot berat akibat transpirasi. 2. Meningkatkan citra produk.

3. Menghindari atau mengurangi kerusakan pada waktu pengangkutan. 4. Sebagai alat promosi.

Jenis pengemasan produk hortikultura dibedakan menjadi 2 jenis berdasarkan sifat kelenturannya, yaitu kemasan fleksibel dan kemasan kaku (rigid). Kemasan fleksibel merupakan kemasan yang hanya berfungsi untuk membungkus produk dan tidak untuk melindungi dari kerusakan mekanis. Contoh kemasan fleksibel seperti karung jala, kantong plastik dan karung goni yang biasanya digunakan untuk mengemas kentang, bawang merah dan cabai. Kemasan kaku adalah kemasan yang dapat menahan gaya tekan sehingga dapat melindungi keadaan fisik produk. Contoh kemasan kaku seperti kemasan karton (corrugated box), keranjang bambu dan peti kayu. Kemasan distribusi untuk produk hortikultura yang digunakan di Indonesia, antara lain karung goni, keranjang bambu, peti kayu

Hambali (1995) menyatakan bahwa selama distribusi produk-produk hortikultura biasanya mengalami luka memar akibat pukulan, kompresi, vibrasi, serta gesekan. Memar pukulan terjadi karena komoditas atau kemasannya jatuh diatas permukaan yang keras. Penanganan jenis memar ini dapat dilakukan dengan menggunakan bantalan di dalam kemasan dengan baik. Memar akibat kompresi terjadi karena pengisian kemasan yang berlebihan sehingga komoditas harus menahan beban tumpukan yang cukup besar. Memar vibrasi dan gesekan terjadi akibat gesekan sesama produk di dalam kemasan atau gesekan antara produk dengan kemasan.

(21)

6 Kerusakan tipe ini dapat dikurangi dengan merancang ukuran kemasan serta pengisian yang tepat dengan menghindari adanya ruang kosong terlalu besar di bagian atas kemasan.

Menurut Purwadaria (1992), perancangan kemasan selama pengangkutan ditujukan untuk merendam goncangan dalam perjalanan yang dapat mengakibatkan memar dan penurunan kekerasan produk hortikultura. Faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan kemasan yaitu jenis, sifat, tekstur dan dimensi bahan kemasan, komoditas yang diangkut seperti sifat fisik, bentuk, ukuran, struktur, dan pola susunan, biaya pengangkutan dibandingkan dengan harga komoditas, permintaan waktu, jarak dan keadaan lintas.

Kemasan buah tomat terbuat dari bahan kayu, bambu, kardus, kantong plastik, dan karung. Untuk pengiriman berjarak jauh biasanya kemasan peti (kayu dan bambu), berventilasi udara, dengan kapasitas (10-50 kg/peti), sedangkan kemasan untuk pasar lokal, swalayan, super market, dan lain-lain dapat digunakan kantong plastik atau tanpa kemasan. Kapasitas kemasan peti kardus untuk pengiriman jarak jauh sekitar 5-10 kg dan kapasitas untuk peti kayu 20-30 kg. Kapasitas kemasan dan tingkat kemasakan buah tomat dapat mempengaruhi presentase kehilangan hasil akibat kerusakan setelah melalui pengiriman jarak jauh (Sinaga, 1984).

Soedibjo (1985) menyatakan bahwa yang terpenting dalam penyusunan bahan di dalam kemasan adalah penyusunan lapisan dasar yang baik, dengan demikian lapisan berikutnya akan mudah dikerjakan.

C. Peti Kayu

Kemasan peti kayu memiliki sifat fisik dan mekanik yang bervariasi sehingga untuk keperluan tertentu dilakukan pemilihan yang selektif terhadap jenis kayu yang digunakan. Pada dasarnya tidak ada kriteria khusus untuk menentukan jenis kayu yang digunakan sebagai kemasan. Pemilihannya umumnya ditentukan hanya berdasarkan jumlah kayu yang tersedia, kemudahannya untuk dipaku, jenis produk yang akan dikemas, kekuatan dan kekakuan kayu, serta harganya (Hanlon, 1984). Bahan kayu yang dipilih untuk pembuatan kotak kayu ini biasanya kayu yang ringan dan kuat sehingga mudah dipindah-pindahkan dan dapat dilakukan penumpukan. Permukaan papan kayu yang digunakan sebagai bahan kemasan harus dibuat sehalus mungkin. Hal ini dilakukan untuk menghindarkan terjadinya luka pada buah atau sayuran karena gesekan dari serat kayu yang mencuat keluar.

Menurut Sjaifullah (1976), berdasarkan pertimbangan-pertimbangan pustaka dan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Sub Bagian Perlakuan Segar Hasil Hortikultura Bagian Teknologi, Lembaga Penelitian Hortikultura Pasar Minggu, jenis yang digunakan untuk membuat peti kayu adalah yang berwarna putih dan lentur seperti kayu teki (Albizia lebbeck

Benth), kayu kenanga dan kayu sengon.

Peti kayu merupakan salah satu alternatif kemasan yang masih banyak digunakan untuk pengangkutan komoditas hortikultura, misalnya untuk mengemas buah jeruk, salak, tomat dan komoditi lainnya. Bahan baku dan tenaga kerja untuk membuatnya juga tersedia dan relative murah, disamping itu kebutuhan akan perlatan khusus tidak terlalu banyak.

Menurut Poernomo (1979), keuntungan pemakaian peti kayu sebagai kemasan yaitu dapat ditumpuk dengan ketinggian tertentu tanpa menyebabkan kerusakan yang diakibatkan oleh penumpukan tersebut dan mampu melindungi komoditi yang dikemas terhadap kerusakan yang mungkin terjadi akibat adanya tekanan dari segala arah. Bila dibandingkan dengan kemasan peti karton bergelombang, peti kayu mampu mempertahankan bentuknya bila ditempatkan dalam ruangan yang lembab atau bila terkena air.

(22)

7

D. Bahan Pengisi Kemasan

Selama transportasi dan penyimpanan, kemasan dan bahan segar akan menghadapi beberapa bahaya berupa kerusakan mekanis, lingkungan atau biologis. Buah didalamnya akan bergerak dan bersentuhan antara sesama buah dengan kemasan yang mengakibatkan kerusakan. Untuk mengurangi efek tersebut pada produk, kemasan harus dibuat tidak bergerak dan membagi beban yang ada pada setiap bagian dan memberikan bantalan (Burdon 1994 dalam Rahmawati 2010).

Beberapa dari kerusakan yang dialami produk dapat diminimalisir dengan menghindari adanya ruang kosong yang terdapat didalam kemasan serta melindungi tekanan dan gesekan antara sesama produk ataupun antara produk dengan kemasan selama kegiatan transportasi. Bahan yang digunakan untuk mengisi ruang tersebut sering disebut dengan istilah bahan pengisi kemasan. Menurut Syarief et al. (1988) bahan pengisi merupakan material yang dijejalkan diantara kelebihan ruang gerak guna menahan gerak barang atau abrasi terhadap isi ruang. Bahan pengisi digunakan untuk melindungi produk atau barang selama distribusi dan penyimpanan. Kertas yang dicabik-cabik kecil merupakan bahan pengisi yang jelek kualitasnya karena kurang sifat anti getarannya dan tidak tahan air, tetapi bahan pengisi jenis ini memilliki beberapa keuntungan antara lain mudah didapatkan dan murah.

Bahan pengisi dapat mengurangi sebagian besar kerusakan yang terjadi selama transportasi. Bahan pembantu yang bisa digunakan dalam pengemasan buah maupun sayuran yang menggunakan keranjang dan peti di Indonesia adalah merang, daun-daun kering, pelepah batang pisang, tikar atau kertas koran, potongan-potongan kertas, dan lain-lain. Bahan-bahan tersebut digunakan sebagai bahan pelapis dinding kemasan atau sebagai bahan pengganjal untuk melindungi buah atau sayur terhadap pergeseran dengan dinding kemasan, sebagai alat penyekat antar produk atau sebagai bahan pengisi di sela-sela antara setiap komoditas yang dikemas untuk mencegah terjadinya pergeseran letak komoditas.

E. Transportasi

Transportasi merupakan kegiatan penting dalam penanganan, penyimpanan, dan distribusi produk. Hal-hal yang harus diperhatikan adalah kondisi jalan yang dilalui kendaraan transportasi. Pada umumnya kondisi jalan sebenarnya adalah tidak rata. Hal ini menyebabkan produk mengalami guncangan yang besar tergantung pada kondisi jalan. Tingkat ketidakrataan ini disebut amplitudo dan tingkat kekerapan terjadinya guncangan akibat ketidakrataan jalan yang disebut frekuensi.

Menurut Purwadaria (1992), goncangan yang terjadi selama pengangkutan baik di jalan raya maupun di rel kereta dapat mengakibatkan kememaran, susut berat, dan memperpendek masa simpan. Hal ini terutama terjadi pada pengangkutan buah-buahan dan sayuran yang tidak dikemas. Meskipun kemasan dapat meredam efek goncangan, tetapi daya redamnya tergantung pada jenis kemasan serta tebal bahan kemasan, susunan komoditas di dalam kemasan, dan susunan kemasan di dalam alat pengangkut.

Pengangkutan buah-buahan dengan jalan darat pada umumnya menggunakan truk dan

pick up tanpa pendingin. Untuk pengangkutan jarak jauh dalam suatu pulau, yang lebih dari 5

jam sebaiknya menggunakan kereta api dengan gerbong pendingin, sedangkan pengangkutan kurang dari 5 jam dapat melalui jalan raya tanpa truk pendingin (Purwadaria, 1992)

(23)

8

F. Simulasi Transportasi Hasil Pertanian

Pengangkutan dilakukan untuk menyampaikan komoditas hasil pertanian secara cepat dari produsen ke konsumen. Di Indonesia perhubungan lewat darat sangat dominan terhadap pengangkutan buah yang hendak dipasarkan selanjutnya. Dalam kondisi jalan yang sebenarnya, permukaan jalan ternyata memiliki permukaan yang tidak rata. Permukaan jalan yang tidak rata ini menyebabkan produk mengalami berbagai guncangan ketika ditransportasikan. Besarnya guncangan yang terjadi bergantung kepada kondisi jalan yang dilalui. Kondisi transportasi yang buruk dan penanganan yang tidak tepat pada komoditi yang ditransportasikan (buah dan sayuran) dapat menyebabkan kerugian berupa turunnya kualitas komoditi yang akan disampaikan ke tangan konsumen. Penurunan kualitas yang sering terjadi adalah kerusakan mekanis pada buah dan sayuran.

Produk hortikultura seperti sayuran, buah-buahan, dan bunga potong mudah sekali rusak setelah dipanen. Kerusakan ini akan dipercepat oleh adanya luka memar setelah mengalami pengangkutan dari kebun ke tempat pemasaran. Untuk memperoleh gambaran data kerusakan mekanis yang diterima produk hortikultura bila terjadi goncangan, Purwadaria dkk merancang alat simulasi pengangkutan yang disesuaikan dengan kondisi jalan dalam kota dan luar kota. Alat simulasi ini telah disesuaikan dengan jalan yang terdapat di dalam dan luar kota. Dasar yang membedakan antara jalan dalam dan luar kota adalah besarnya amplitudo yang terukur. Jalan dalam kota memiliki amplitudo yang lebih rendah dibandingkan jalan luar kota, jalan buruk beraspal, dan jalan berbatu. Pada simulasi pengangkutan dengan menggunakan truk guncangan yang dominan adalah guncangan pada arah vertikal. Sedangkan guncangan pada kereta api adalah guncangan horizontal. Guncangan lain berupa puntiran dan bantingan diabaikan karena jumlah frekfuensinya kecil sekali (Soedibyo, 1992).

Anwar (2005) mengkaji dampak kemasan terhadap perubahan sifat fisik dan masa simpan brokoli dengan menggunakan meja getar yang sama. Simulasi transportasi dalam penelitian ini dilakukan selama 1 jam dengan frekuensi 3.33 Hz dan amplitudo 5.31 cm. Hasil penelitian menunjukkan jenis kemasan kardus karton dengan bahan pengisi kertas koran merupakan kemasan paling baik untuk transportasi dengan kerusakan mekanis terkecil yaitu 8.46% apabila dibandingkan dengan jenis kemasan lain seperti kantong plastik tanpa bahan pengisi dengan kerusakan mekanis yang terjadi sebesar 23.70%.

Pradnyawati (2006) telah melakukan penelitian mengenai pengaruh kemasan dan goncangan terhadap mutu fisik jambu biji selama transportasi. Jenis kemasan yang digunakan adalah keranjang bambu dengan bahan pengisi daun pisang, kardus karton dengan bahan pengisi kertas koran cacah, dan kardus karton dengan bahan pembungkus kertas koran. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tingkat kerusakan mekanis yang tertinggi dialami oleh jambu biji dalam kemasan keranjang bambu dengan bahan pengisi daun pisang yaitu sebesar 35.83%, 40.83% dan 45% untuk transportasi 1 jam, 2 jam, dan 3 jam. Sedangkan tingkat kerusakan mekanis terendah dialami oleh jambu biji dalam kemasan kardus karton dengan bahan pembungkus koran.

Prajawati (2006) telah melakukan penelitian mengenai pengaruh teknik pengemasan dan perlakuan prakemas terhadap laju penurunan parameter mutu buah tomat selama transportasi. Jenis kemasan yang digunakan adalah peti kayu dan kotak karton bekas. Didapatkan hasil bahwa kerusakan memar dengan memakai kotak karton lebih banyak dibandingkan dengan peti kayu. Rata-rata kerusakan memar pada kotak karton diperoleh yaitu 1.62 % dan 0.465 % pada peti kayu.

(24)

9

III.

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu

Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP) Departemen Teknik Pertanian IPB selama 3 bulan yaitu bulan Februari 2011 sampai April 2011.

B. Bahan dan Alat

1. Bahan

Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah tomat jenis apel yang diperoleh dari perkebunan tomat di daerah Cipanas, dipetik pada pagi hari dengan umur petik 80 hari setelah tanam (green mature) dan berat rata-rata buah tomat adalah 70 – 80 gram kemudian diangkut menggunakan mobil pick up selama satu setengah jam sebelum sampai di laboratorium TPPHP. Bahan lain yang digunakan adalah kemasan peti kayu (Gambar 2) yang terbuat dari kayu sengon (dimensi = 50 cm x 31 cm x 37 cm) untuk kemasan pengangkutan, kertas semen dengan ukuran 72 cm x 112 cm sebanyak 2 lembar/kemasan yang digunakan sebagai bahan pelapis dalam peti kayu (Gambar 3) serta cacahan koran (dengan lebar potongan 1 cm) sebanyak 80 gram per lapisan dan daun pisang kering yang disobek-sobek sebanyak 100 gram per lapisan (Gambar 4). Cacahan koran dan daun pisang kering digunakan sebagai bahan pengisi di dalam kemasan.

Gambar 2. Peti kayu untuk pengemasan buah tomat selama simulasi transportasi

(25)

10 Gambar 4. Bahan pengisi cacahan koran (a) dan daun pisang kering (b)

2. Alat

Peralatan yang dipakai terdiri dari: meja getar dengan kompresor rancangan Purwadaria dkk, timbangan Mettler PM-480 untuk mengukur bobot buah, chromameter Minolta tipe CR-200 untuk mengukur warna, refraktometer model N-1 Atago untuk mengukur total padatan terlarut, dan rheometer untuk kekerasan buah tomat.

C. Prosedur Penelitian

1. Tomat jenis apel yang telah diperoleh dari kebun, dibersihkan, dan disortasi. Tomat yang dipilih adalah tomat yang tidak memiliki kerusakan atau cacat pada kulit buahnya.

2. Penyusunan dimulai dengan melapisi sekeliling peti kayu dengan kertas semen (untuk kemasan dengan lapisan dalam) kemudian dilanjutkan dengan menyusun bahan pengisi pada dasar kemasan.

3. Tomat kemudian disusun ke dalam lima kemasan peti kayu. Pada kemasan peti kayu pertama, dinding dalam kemasan tidak dilapisi apapun dan tidak diberi tambahan bahan pengisi, pada kemasan peti kayu kedua, diberikan bahan pengisi cacahan koran ke dalam kemasan, pada kemasan peti kayu ketiga, diberikan bahan pengisi daun pisang kering ke dalam kemasan. Pada kemasan keempat, dinding dalam kemasan dilapisi dengan kertas semen dan diberi bahan pengisi berupa cacahan kertas koran sedangkan pada kemasan peti kayu kelima, dinding dalam kemasan dilapisi dengan kertas semen dan diberi bahan pengisi berupa daun pisang kering.

4. Penyusunan buah tomat diatur secara teratur dengan kapasitas 20 kg atau setara dengan 250-300 buah tomat, sehingga menghasilkan enam tumpukan. Bahan pengisi berupa kertas koran yang telah dipotong panjang dan daun pisang kering disusun disetiap lapisan dan celah dari kemasan (Lampiran 12).

5. Kelima kemasan tersebut diatur pada meja simulator.

6. Penggetaran dilakukan pada arah vertikal dan menggunakan dua perlakuan yaitu dengan kisaran frekuensi 3.42 Hz dan amplitudo 3.21 cm selama 120 menit (jalan luar kota) untuk kemasan dengan pelapis dalam saja dan dengan kisaran frekuensi 3.23 Hz dan amplitudo 4.75 cm selama 80 menit (jalan buruk beraspal) untuk semua kemasan.

7. Setelah penggetaran kemudian dihitung jumlah kerusakan mekanis pada setiap kemasan untuk mengetahui jumlah dan presentase tomat yang mengalami kerusakan akibat simulasi transportasi. Selain itu, dari setiap kemasan diambil sampel yang diletakkan diatas tray

(26)

11 untuk diukur susut bobot, tingkat kekerasan, warna, dan total padatan terlarut. Sampel diukur dari hari ke-0, ke-2, ke-4, ke-6 setelah penggetaran pada suhu ruang.

Gambar 5. Diagram alir metode penelitian Tomat dipersiapkan

Tomat dibersihkan dan disortasi (jenis, ukuran dan bobot seragam)

Dengan bahan pelapis dan pengisi cacahan kertas koran (A2B1) Dengan bahan pelapis dan bahan pengisi daun pisang kering (A2B2) Tanpa pelapis dan tanpa bahan

pengisi cacahan kertas koran

(Kontrol)

Penyusunan di meja getar dan simulasi transportasi dengan frekuensi 3.42 Hz dan amplitudo 3.21 cm selama 120 menit (untuk kemasan dengan lapisan dalam saja) dan dengan frekuensi 3.23 Hz dan

amplitudo 4.75 cm selama 80 menit (untuk semua kemasan)

Pengamatan

Tingkat kerusakan mekanis dilihat setelah penggetaran. Dipisahkan beberapa sampel buah tomat yang dalam keadaan baik

untuk pengamatan susut bobot, uji warna, uji kekerasan, uji total padatan terlarut pada hari ke-0, ke-2, ke-4 dan ke-6 penyimpanan

suhu ruang Tanpa pelapis dan diberi pengisi cacahan kertas koran (A1B1) Dengan tanpa pelapis dan diberi pengisi daun pisang kering (A1B2)

Penyusunan tomat kedalam kemasan peti kayu

(27)

12 Gambar 6. Penyusunan kemasan di atas meja getar

D. Pengamatan

Pengamatan dilakukan terhadap tingkat kerusakan mekanis, susut bobot, perubahan warna, dan perubahan tingkat kekerasan.

1. Tingkat kerusakan mekanis

Uji tingkat kerusakan mekanis dilakukan segera setelah tomat digoncangkan atau digetarkan. Pengamatan dilakukan dengan cara melihat luka memar dan luka goresan dari masing-masing kemasan. Uji ini dilakukan secara visual. Lembar pengujian yang digunakan adalah seperti pada Tabel 3.

Tabel 3. Contoh lembar pengujian kerusakan mekanis UJI TINGKAT KERUSAKAN MEKANIS Jenis Kemasan dan

Bahan Pengisi Jumlah Rusak

Jumlah Tidak Rusak Total Sampel di Dalam Satu Kemasan Kontrol A1B1 A1B2 A2B1 A2B2 Keterangan:

Kontrol = kemasan peti kayu tanpa penambahan perlakuan

A1B1 = kemasan peti kayu tanpa lapisan kertas semen dengan bahan pengisi cacahan koran

A1B2 = kemasan peti kayu tanpa lapisan kertas semen dengan bahan pengisi daun pisang kering

A2B1 = kemasan peti kayu dengan lapisan kertas semen dengan bahan pengisi cacahan koran

A2B2 = kemasan peti kayu lapisan kertas semen dengan bahan pengisi daun pisang kering

(28)

13 % 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑘𝑘 = 𝐽𝐽𝑟𝑟𝐽𝐽𝐽𝐽𝑟𝑟ℎ 𝑅𝑅𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑘𝑘𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑟𝑟𝐽𝐽 𝑆𝑆𝑟𝑟𝐽𝐽𝑆𝑆𝑆𝑆𝐽𝐽 𝑥𝑥 100%

a. Luka memar

Luka memar terjadi akibat benturan produk dengan alat pengepakan atau pengemasan. Tanda-tanda memar kurang tampak dari luar.

b. Luka gores

Luka gores terjadi akibat gesekan yang terjadi antara bahan dengan produk yang lain.

c. Luka pecah

Luka pecah terjadi akibat adanya tekanan yang terjadi dari arah vertikal maupun dari arah horizontal produk. Selain itu dapat juga diakibatkan karena guncangan selama proses pengangkutan.

2. Susut bobot

Pengukuran susut bobot dilakukan berdasarkan presentase penurunan bobot bahan sebelum pengangkutan sampai dengan setelah pengangkutan. Persamaan yang digunakan untuk mengukur susut bobot adalah:

% 𝑆𝑆𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑇𝑇 𝐵𝐵𝑇𝑇𝐵𝐵𝑇𝑇𝑇𝑇 = 𝑊𝑊𝑇𝑇𝑊𝑊𝑇𝑇 𝑥𝑥 100%− 𝑊𝑊𝑇𝑇 Dimana: Wo = Bobot sampel awal pada hari ke-0 (gram) Wt = Bobot sampel pada hari ke-n (gram); n=2,4,6

Gambar 7. Timbangan Mettler PM-4800

3. Uji kekerasan

Alat yang digunakan untuk pengukuran kekerasan buah tomat adalah rheometer. Pengukuran dilakukan pada tiga tempat, yaitu bagian atas, bagian tengah, dan bagian bawah. Setiap kemasan diambil 9 buah tomat yaitu 3 buah tomat dari lapisan atas, 3 buah tomat dari lapisan tengah, dan 3 buah tomat dari lapisan bawah pada kemasan untuk dijadikan sampel. Nilai kekerasan yang diperoleh dari 9 buah tomat tersebut dirata-ratakan. Mula-mula bahan diletakkan di bawah jarum dengan diameter 5 mm, kemudian jarum ditekan pada bahan selama 10 detik. Kedalaman penekanan sebesar 10 mm. Satuan untuk tingkat kekerasan bahan adalah Newton.

(29)

14 Gambar 8. Rheometer

4. Uji warna

Intensitas warna diukur dengan menggunakan chromameter Minolta tipe CR-200. Pada chromameter ini digunakan sistem L, a, b. Nilai L menunjukkan kecerahan, a dan b adalah koordinat kromatis. Nilai a negatif untuk warna hijau dan nilai a positif untuk warna merah. Sedangkan nilai b negatif untuk warna biru dan nilai b positif untuk warna kuning.

Sebelum pengukuran terhadap sampel dilakukan, chromameter dikalibrasi terlebih dahulu dengan menggunakan calibration plate. Standar warna yang dipakai adalah warna hijau dengan nilai L = 73.41, a = -23.26, dan b = 28.70.

Gambar 9. Chromameter Minolta tipe CR-200

5. Total Padatan Terlarut

Pengujian total padatan terlarut dilakukan sebanyak 3 kali ulangan pada setiap sampel dengan alat Refraktometer model N-1 Atago dalam satuan oBrix. Buah tomat dihancurkan kemudian dilakukan pengukuran kadar gula dengan meletakkan cairan daging buah yang telah dihancurkan pada penguji refraktormeter. Sebelum dan sesudah pembacaan, refraktormeter dibersihkan dengan alkohol. Angka yang tertera pada

refraktormeter menunjukan kadar total padatan terlarut (°Brix) yang mewakili rasa

(30)

15 Gambar 10. Refraktometer model N-1 Atago

E. Kesetaraan Simulasi Pengangkutan

Kesetaraan simulasi transportasi yang dilakukan dengan menggunakan meja simulator dapat dihitung dengan menggunakan persamaan-persamaan di bawah ini:

1. Amplitudo rata-rata getaran bak truk (P) = Σ (Ni x Ai)/Σ (Ni) Dimana: P = rata-rata getaran bak truk (cm)

N = jumlah kejadian amplitudo

A = amplitudo getaran vertikal (cm) jalan luar kota 2. Luas satu siklus bak truk jalan kota = ∫ 𝑃𝑃 sin 𝑊𝑊𝑇𝑇 𝑑𝑑𝑇𝑇0𝑇𝑇

T = 𝑓𝑓1 𝑑𝑑𝑆𝑆𝑇𝑇𝑑𝑑𝑘𝑘/𝑔𝑔𝑆𝑆𝑇𝑇𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑔𝑔 𝑊𝑊 = 2𝜋𝜋𝑇𝑇 𝑔𝑔𝑆𝑆𝑇𝑇𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑔𝑔/𝑑𝑑𝑆𝑆𝑇𝑇𝑑𝑑𝑘𝑘 3. Jumlah luas seluruh getaran bak truk jalan luar kota selama 0.5 jam

= 30 menit x 60 detik/menit x f x Luas satu siklus bak truk jalan kota 4. Luas satu siklus getaran vibrator = 𝐴𝐴 ∫ sin 𝑊𝑊𝑇𝑇 𝑑𝑑𝑇𝑇0𝑇𝑇

5. Jumlah seluruh getaran vibrator selama 1 jam = 1 jam x 60 menit/jam x f

6. Jumlah luas seluruh getaran vibrator selama 1 jam

= jumlah seluruh getaran vibrator selama 1 jam x luas satu siklus getaran vibrator Simulasi pengangkutan dengan truk selama satu jam dalam kota dan jalan buruk beraspal (luar kota)

= 𝑗𝑗𝑟𝑟𝐽𝐽𝐽𝐽𝑟𝑟 ℎ 𝐽𝐽𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 𝑟𝑟𝑆𝑆𝐽𝐽𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 ℎ 𝑔𝑔𝑆𝑆𝑇𝑇𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑔𝑔 𝑣𝑣𝑑𝑑𝐵𝐵𝑟𝑟𝑟𝑟𝑇𝑇𝑇𝑇𝑟𝑟 𝑟𝑟𝑆𝑆𝐽𝐽𝑟𝑟𝐽𝐽𝑟𝑟 1 𝑗𝑗𝑟𝑟𝐽𝐽

𝑗𝑗𝑟𝑟𝐽𝐽𝐽𝐽𝑟𝑟 ℎ 𝑔𝑔𝑆𝑆𝑇𝑇𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑔𝑔 𝐵𝐵𝑟𝑟𝑘𝑘 𝑇𝑇𝑟𝑟𝑟𝑟𝑘𝑘 𝑥𝑥 𝑟𝑟𝑆𝑆𝑇𝑇𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 𝑆𝑆𝑟𝑟𝑔𝑔𝑗𝑗𝑟𝑟𝑔𝑔𝑔𝑔 𝑗𝑗𝑟𝑟𝐽𝐽𝑟𝑟𝑔𝑔

F. Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang akan digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap 2 faktorial dengan 2 kali ulangan perlakuan. Faktor-faktor yang digunakan adalah:

A = Pelapis dalam

A1 = Kemasan peti kayu tanpa lapisan dalam

A2 = Kemasan peti kayu dengan lapisan kertas semen B = Bahan pengisi

B1 = Bahan pengisi cacahan kertas koran B2 = Bahan pengisi daun pisang kering

Model umum dari rancangan percobaan ini adalah: Yijk = µ +ALi + Bj + (AB)ij + €ijk

(31)

16 dimana :

Yijk = Pengamatan pada perlakuan A ke-i dan B ke j µ = Nilai rata-rata harapan

Ai = Perlakuan A ke-i Bj = Perlakuan B ke-j

(AB)ij = Interaksi A ke-i dan B ke-j

€ijk = Pengaruh galat percobaan dari perlakuan L ke-i dan P ke-j pada ulangan ke –k

dengan: i = 1,2(pelapis dalam) j = 1,2 (bahan pengisi) k = 1,2 (ulangan)

Uji Statistik diawali dengan analisis ragam untuk melihat interaksi, kemudian dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) sebagai penentu beda nyata dari hasil perhitungan. Acuan dalam analisis ragam untuk dapat dilanjutkan ke uji Duncan apabila:

1. jika P-value ≥ 5% maka tidak signifikan / tidak berpengaruh 2. jika P-value < 5% maka signifikan /berpengaruh

(32)

17

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pengemasan Buah Tomat

Pada simulasi pengangkutan buah tomat, digunakan kemasan peti kayu tanpa pelapis dalam, peti kayu dengan bahan pelapis dalam kertas semen serta bahan pengisi berupa cacahan koran dan daun pisang kering. Berat buah tomat di dalam masing-masing kemasan adalah ±20 kg, hal ini disesuaikan dengan keadaan sebenarnya di lapangan dimana para petani sebagian besar menggunakan kemasan peti kayu dengan kapasitas 20-30 kg.

Pada kenyataannya di lapangan, pengemasan buah tomat hanya menggunakan peti kayu saja, tanpa penambahan perlakuan apa pun, hal ini menyebabkan jumlah kerusakan mekanis yang terjadi pada buah tomat (luka memar dan luka gores) sangat besar. Oleh karena itu, perlu dilakukan perbaikan dalam pengemasan untuk menekan jumlah kerusakan mekanis.

Perbaikan yang dilakukan adalah dengan penambahan bahan pengisi dan lapisan dalam yang diharapkan mampu mengurangi kerusakan mekanis pada buah tomat akibat benturan antara tomat dengan kemasan. Cara penyusunan pun diperhatikan dalam pengemasan buah tomat karena berpengaruh dalam usaha melindungi buah tomat selama pengangkutan.

Buah didalam kemasan disusun secara beraturan sehingga dihasilkan enam lapisan, karena cara penyusunan buah dalam kemasan berpengaruh dalam usaha melindungi buah tomat selama pengangkutan. Menurut Soedibyo (1992) yang terpenting dalam penyusunan buah didalam kemasan adalah penyusunan lapisan dasar yang baik, dengan demikian penyusunan lapisan dasar berikutnya akan mudah dikerjakan. Cara penyusunan buah tomat ke dalam kemasan dapat dilihat pada Gambar 11, 12, 13 dan 14. Kedua bahan pengisi, cacahan koran dan daun pisang kering disusun berada di sela-sela buah sehingga bahan pengisi berfungsi untuk melindungi benturan buah tomat terhadap benturan antar buah. Sedangkan pelapis dalam hanya mengelilingi sisi dalam peti kayu, hal ini menyebabkan pelapis dalam berfungsi untuk melindungi buah tomat terhadap benturan atau gesekan dari kemasan

Gambar 11. Penyusunan buah tomat dalam kemasan peti kayu dengan bahan pengisi cacahan koran

(33)

18 Gambar 12. Penyusunan buah tomat dalam kemasan peti kayu dengan bahan pengisi daun

pisang kering

Gambar 13. Penyusunan buah tomat dalam kemasan peti kayu dengan pelapis dalam kertas semen dan bahan pengisi cacahan koran

Gambar 14. Penyusunan buah tomat dalam kemasan peti kayu dengan pelapis dalam kertas semen dan bahan pengisi daun pisang kering

(34)

19

B. Tingkat Kerusakan Mekanis

Pengukuran kerusakan mekanis dilakukan setelah simulasi transportasi dengan melihat jumlah buah yang rusak pada tiap kemasan. Pengujian dilakukan secara visual berdasarkan criteria kerusakan yang telah ditetapkan di dalam metodologi. Lama simulasi transportasi akan memberikan dampak kerusakan fisik tomat sebagai akibat tekanan yang setara dengan jarak perjalanan dari kebun sampai ke pembeli pertama. Goncangan yang terjadi selama simulasi transportasi menyebabkan terjadinya gesekan atau benturan dalam kemasan, yaitu gesekan antara tomat dengan dinding kemasan dan gesekan antar tomat di dalam kemasan. Kerusakan yang diakibatkan dari gesekan-gesekan tersebut adalah memar, luka dan pecah. Kerusakan memar pada tomat ditandai dengan terbentuknya bagian yang berwarna beda dan agak lunak pada tomat. Kerusakan berupa luka atau pecah pada tomat mengakibatkan terbentuknya jamur pada bagian yang luka atau pecah. Permukaan kulit yang lembab karena proses transpirasi dan respirasi pada buah menyebabkan pertumbuhan jamur. Nilai rata-rata tingkat kerusakan mekanis pada tiap kemasan setelah penggetaran dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Nilai rata-rata tingkat kerusakan mekanis pada tiap kemasan

Perlakuan Presentase kerusakan mekanis (%) pada jalan luar

kota Presentase kerusakan mekanis (%) pada jalan buruk beraspal Kontrol 54.36 53.79 A1B1 - 25.10 A1B2 - 32.97 A2B1 14.67 27.53 A2B2 20.97 44.96 Keterangan:

A1 : Tanpa lapisan dalam A2 : Dengan lapisan dalam B1 : Pengisi cacahan koran B2 : Pengisi daun pisang

Pada analisis ragam (Lampiran 4) dan hasil uji lanjut pada Tabel 5 dan Tabel 6 terlihat bahwa lapisan dalam dan bahan pengisi berpengaruh nyata terhadap tingkat kerusakan mekanis buah tomat, sedangkan interaksi antara lapisan dalam dan bahan pengisi tidak berpengaruh nyata. Dapat diartikan, perbedaan penggunaan lapisan dalam dan bahan pengisi akan mengakibatkan perbedaan tingkat kerusakan. Kerusakan mekanis akibat goncangan selama pengangkutan, secara ekonomis dapat meningkatkan kerugian karena menambah jumlah buah yang harus dibuang (diapkir) sehingga menurunkan jumlah yang dapat dijual.

Tabel 5. Pengaruh lapisan dalam terhadap kerusakan mekanis buah tomat

Lapisan Dalam Kerusakan Mekanis

Tanpa pelapis dalam 29.084b Dengan pelapis dalam 36.244a

(35)

20 53.79 25.20 32.97 27.53 44.96 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60

Kontrol A1B1 A1B2 A2B1 A2B2

Ke ru sa ka n m ek an is (% ) Jenis Kemasan

Tabel 6. Pengaruh bahan pengisi terhadap kerusakan mekanis buah tomat

Bahan Pengisi Kerusakan Mekanis

Cacahan koran 26.364b

Daun pisang 38.964a

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5%.

Tingkat kerusakan mekanis buah tomat dengan berbagai jenis kemasan pada jalan buruk beraspal dapat dilihat pada Gambar 15. Sedangkan perbandingan tingkat kerusakan mekanis buah tomat untuk kemasan dengan pelapis dalam pada simulasi transportasi jalan luar kota dan jalan buruk beraspal dapat dilihat pada Gambar 16.

Keterangan:

Kontrol = kemasan peti kayu tanpa penambahan perlakuan

A1B1 = kemasan peti kayu tanpa lapisan kertas semen dengan bahan pengisi cacahan koran A1B2 = kemasan peti kayu tanpa lapisan kertas semen dengan bahan pengisi daun pisang kering A2B1 = kemasan peti kayu dengan lapisan kertas semen dengan bahan pengisi cacahan koran A2B2 = kemasan peti kayu lapisan kertas semen dengan bahan pengisi daun pisang kering

Gambar 15. Pengaruh jenis kemasan terhadap kerusakan mekanis selama penggetaran pada jalan buruk beraspal

Berdasarkan Gambar 15 dapat dilihat bahwa peti kayu dengan bahan pengisi daun pisang kering untuk kemasan tanpa pelapis dalam dan dengan pelapis dalam memiliki tingkat kerusakan mekanis yang tinggi selama penggetaran, yaitu sebesar 32.97% dan 44.96%, sedangkan peti kayu dengan bahan pengisi cacahan koran untuk kemasan tanpa pelapis dan dengan pelapis memiliki tingkat kerusakan mekanis yang lebih rendah bila dibandingkan dengan bahan pengisi daun pisang kering, yaitu sebesar 25.20% dan 27.53%. Tingkat kerusakan mekanis tomat yang tertinggi terjadi pada kemasan dengan lapisan dalam dan bahan pengisi daun pisang kering (A2B2), yaitu 44.96%. Sedangkan yang terkecil pada kemasan tanpa lapisan dalam dan bahan pengisi cacahan koran (A1B1), yaitu 25.20%.

Kerusakan mekanis yang terbanyak terjadi pada bagian pinggir kemasan untuk kemasan tanpa lapisan dalam sedangkan untuk kemasan dengan lapisan dalam bagian bawah atau lapisan dasar mengalami kerusakan mekanis terbanyak. Kerusakan pada bagian pinggir disebabkan karena selama penggetaran terjadi perpindahan buah tomat dari posisi semula sehingga menyebabkan buah tomat bergeser ke arah pinggir kemasan dan terus mengalami tekanan oleh

(36)

21 buah lainnya. Hal ini menyebabkan buah tomat berhimpitan dengan celah peti kayu dan menyebabkan kerusakan. Sedangkan kerusakan pada lapisan dasar yang dialami kemasan dengan lapisan dalam dikarenakan, selama penggetaran buah tomat pada bagian dasar menahan beban benturan dari buah tomat di bagian atas. Lapisan dalam memungkinkan buah tomat mengalami sedikit perubahan posisi dan mencegah buah tomat bergesekan dengan kemasan sehingga buah tomat pada lapisan dasar terus menahan beban dan mengakibatkan banyaknya memar.

Pada kemasan dengan bahan pengisi cacahan koran (A1B1), dari jumlah kerusakan mekanis 25.20% terdapat sekitar 11% luka memar, 14.2% luka gores dan tidak terdapat luka pecah. Sedangkan, dari jumlah kerusakan mekanis sebesar 32.97% yang terdapat pada kemasan dengan bahan pengisi daun pisang kering (A1B2), luka memar yang dialami kemasan tersebut sebesar 12.5%, luka gores sebesar 17.47% dan luka pecah sebesar 3%. Untuk kemasan dengan pelapis dalam dan bahan pengisi cacahan koran (A2B1), terdapat 12.03 luka memar, 10.5% luka gores dan 5% luka pecah. Kemasan dengan pelapis dalam dan bahan pengisi daun pisang kering (A2B2), setelah simulasi transportasi menghasilkan luka memar sekitar 20%, luka gores 17.96% dan luka pecah sebesar 7%.

Perbedaan tingkat kerusakan ini disebabkan oleh tekstur daun pisang kering yang kasar dibandingkan kertas koran sehingga buah tomat yang berada dalam kemasan peti kayu dengan bahan pengisi daun pisang kering lebih banyak mengalami kerusakan mekanis yang diakibatkan gesekan antara buah tomat dengan bahan pengisi. Bahan pengisi cacahan koran mempunyai tekstur berongga, sehingga mampu meredam getaran lebih baik dan berfungsi sebagai bantalan buah tetapi tidak menjamin bahwa buah tidak bergeser selama penggetaran.

Untuk kemasan peti kayu tanpa lapisan dalam dan kemasan peti kayu dengan lapisan, dimana keduanya memakai cacahan koran sebagai bahan pengisi, dapat dilihat bahwa pada kemasan peti kayu tanpa lapisan dalam memiliki kerusakan mekanis sedikit lebih rendah dibandingkan kemasan peti kayu dengan lapisan dalam. Dapat dikatakan bahwa kemasan tanpa lapisan dalam dan bahan pengisi cacahan koran merupakan kemasan terbaik untuk pengangkutan buah tomat.

Untuk kemasan peti kayu tanpa lapisan dalam dan kemasan peti kayu dengan lapisan, dimana keduanya memakai daun pisang kering sebagai bahan pengisi, dapat dilihat bahwa pada kemasan peti kayu tanpa lapisan dalam memiliki kerusakan mekanis yang lebih rendah dibandingkan kemasan peti kayu dengan lapisan dalam. Lapisan dalam yang dikombinasikan dengan daun pisang kering tidak mampu mengurangi kerusakan mekanis dibandingkan dengan kemasan yang tidak menggunakan lapisan dalam. Dapat dikatakan bahwa lapisan dalam apabila dikombinasikan dengan daun pisang kering tidak begitu baik untuk mengurangi kerusakan mekanis.

Selama penggetaran, buah tomat mengalami pergeseran tempat yang menyebabkan benturan antar buah maupun terhadap kemasan. Pemberian pelapis dalam pada kemasan peti kayu dapat mengurangi gesekan antara buah tomat dengan kemasan peti kayu tetapi kerusakan mekanis yang dihasilkan tidak sebaik kemasan yang hanya diisikan bahan pengisi cacahan koran. Dengan kata lain, kemasan peti kayu tanpa pelapis dalam dan berbahan pengisi cacahan koran mampu mengurangi kerusakan mekanis sebesar lebih kurang 50% dari kemasan yang biasa digunakan petani di lapangan, yaitu peti kayu tanpa lapisan dan bahan pengisi (kontrol).

Bila dibandingkan antara kedua kemasan, peti kayu dengan lapisan dalam berbahan pengisi cacahan koran (A2B1) dan peti kayu dengan lapisan dalam berbahan pengisi daun pisang kering (A2B2) pada kondisi jalan luar kota dan jalan buruk beraspal, dapat terlihat bahwa kondisi jalan buruk beraspal menghasilkan kerusakan mekanis hampir dua kali lipat

Gambar

Gambar 1. Buah tomat segar
Gambar 2. Peti kayu untuk pengemasan buah tomat selama  simulasi transportasi
Gambar 5. Diagram alir metode penelitian Tomat dipersiapkan
Tabel 3. Contoh lembar pengujian kerusakan mekanis  UJI TINGKAT KERUSAKAN MEKANIS  Jenis Kemasan dan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Motivasi Kerja dan Komitmen Organisasional Terhadap Kinerja Karyawan (Studi pada Karyawan bagian HRD PT. Arthawena Sakti Gemilang Malang).. Jurnal

99 Manakah dari prosedur berikut ini yang paling tinggi kemungkinannya dilakukan oleh auditor dalam memperoleh pembuktian audit sehubungan dengan kejadian setelah tanggal

NOS RATE TOTAL NOS TOTAL NOS RATE TOTAL NOS TOTAL NOS TOTAL SISA KONTRAK NO KOMPOSISI BIAYA CONTRACT AMAND-6 INVOICE LALU INVOICE SAAT INI INVOICE S/D SAAT

Sedangkan tata kelola organisasi pengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja petugas medis- paramedis.Terbuktinya pengaruh budaya kerja dan motivasi kerja

Manfaat yang ingin dicapai penulis dari Karya Tulis Ilmiah ini adalah (1). agar KTI yang diusulkan dapat memberikan khazanah ilmu

Mengembangkan kurikulum yang mendorong keterlibatan peserta didik dan pembelajaran keterlibatan peserta didik dan pembelajaran Merancang pembelajaran yang mendidik.

Dalam proses belajar mengajar setiap guru senantiasa mengharapkan agar siswanya dapat mencapai hasil belajar yang maksimal. Guru adalah seseorang yang bertugas sebagai

Pembinaan terhadap anggota keluarga lainnya untuk bekerja sama menyelesaikan masalah diabetes melitus dalam keluarganya, hanya dapat dilakukan bila sudah terjalin