• Tidak ada hasil yang ditemukan

S PSR 0906306 chapter3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S PSR 0906306 chapter3"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

ANUGRAH HASRULLANA, 2015 MARI BERKETERAMPILAN

CERITA BERGAMBAR SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

51

BAB III

METODE PENCIPTAAN

A. Perwujudan Ide Karya

Karya cerita bergambar “Mari Berketerampilan” dibuat melalui berbagai

tahapan yang cukup panjang. Untuk mempermudah pemahaman proses kerja yang

dilakukan, penulis membuat skema proses berkarya seperti berikut:

(2)

52

ANUGRAH HASRULLANA, 2015 MARI BERKETERAMPILAN

CERITA BERGAMBAR SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Ide Penciptaan

Gagasan dan ide penciptaan skripsi ini lahir dari hasil observasi penulis ke

beberapa tokoh buku, melihat hanya sedikit cerita bergambar anak yang disisipi

sebuah keterampilan agar sebuah cerita bergambar bukan hanya sebuah dongeng

melainkan eksperimen keterampilan yang bisa anak-anak coba.

Tema yang diambil untuk cergam ini adalah lingkungan. Tema ini karena

terdapat di sekitar kita namun dalam kehidupan juga terkadang dianggap sepele,

padahal bila dilihat lebih dalam lagi dari lingkungan bisa dimanfaatkan sebagai

keterampilan dan menjaga lingkungan. Sasaran utamanya adalah anak-anak agar

mengerti bahwa menjaga lingkungan adalah ibadah seperti Hadist “kerbersihan

sebagian dari iman.” Di samping mengetahui pentingnya menjaga lingkungan

juga menambah wawasan, pengetahuan serta kecintaan terhadap lingkungan.

Dalam pembuatan karya ini penulis menggunakan teknik hibrida (hybrid),

dengan cara mengabungkan cara tradisional “manual” dan cara digital, di mana

penulis menggunakan alat-alat untuk keperluan awal pembuatan naskah hingga

sketsa secara tradisional lalu menggabungkannya dengan teknologi dan alat-alat

digital seperti menggunakan alat pemindai (scanner), komputer serta beberapa

peranti lunak (softwares) yang menunjang dalam pembuatan karya dan

keseluruhan pengolahan digital terhadap karya.

2. Tema

Tema ibarat sebuah pondasi dalam sebuah karya, pada cerita bergambar

tema sangat berperan penting, karena keseluruhan unsur pembuatan cerita gambar

seperti tokoh, latar, alur cerita, dan sebagainya akan turut disesuaikan. Seperti

yang diungkapkan Gumelar bahwa “Story theme: tema atau gagasan utama,

dikembangkan dari ide yang telah dimiliki” (2009, hlm. 8). Dari begitu banyak

tema yang ada, penulis menggunakan tema hibrida (hybrid themes). “Hybrid

themes atau bisa disebut juga dengan mixed themes, kisah yang menggabungkan

(3)

53

ANUGRAH HASRULLANA, 2015 MARI BERKETERAMPILAN

CERITA BERGAMBAR SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

fiction, tema comedy dengan horror sekaligus science fiction” (Gumelar, 2009,

hlm. 11). Tema dalam pembuatan cerita bergambar ini adalah gabungan dari cerita

yang terjadi dilingkungan kehidupan sehari-hari dan sedikit ditambahkan sentuhan

fiksi.

3. Plot

Plot atau alur cerita adalah backbone (essence) of story. kerangka untuk

menyusun keseluruhan cerita dari awal sampai akhir secara terperinci berfungsi

sebagai tuntunan agar cerita tidak keluar dari bahasan dan tema yang diperlukan

(Gumelar, 2009: 11). Sasaran utama dalam pembuatan cerita bergambar ini adalah

anak pada masa pra sekolah, yang berusia 2 sampai 5 atau 6 tahun, maka plot

yang digunakan dalam cergam ini plot maju yang tidak sulit dan mudah dipahami.

4. Teknik Bercerita

Teknik bercerita yang digunakan untuk cerita bergambar, sudah melalui

beberapa pertimbangan. Teknik bercerita ini sangat penting, karena berkaitan

dengan menyusun strategi yang akan digunakan dalam cerita itu sendiri. Penulis

sendiri harus cermat mengetahui cara berpikir anak, sehingga cerita yang dibuat

bisa anak pahami dengan baik berikut pengetahuan dan nilai-nilai yang terdapat di

dalam cerita bergambar tersebut.

Pembuatan cerita bergambar ini penulis menggunakan sudut pandang

“Orang Ketiga Fokus”, di mana tokoh dalam cerita dan penuturannya tidak hanya

berpusat kepada satu atau dua tokoh saja. Tidak mengetahui secara mendetail

mengenai tokoh-tokoh sampingan di luar tokoh utama sebagai fokusnya.

5. Tokoh

Tokoh utama yang dihadirkan dalam cerita adalah anak-anak disesuaikan

dengan tema, karena sasaran utamanya adalah anak-anak. Di dalamnya terdapat

pula tokoh-tokoh yang membantu yang dekat dengan kehidupan anak seperti

(4)

54

ANUGRAH HASRULLANA, 2015 MARI BERKETERAMPILAN

CERITA BERGAMBAR SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengenal karakter seseorang atas apa yang dilakukannya. Serta perbuatan baik

atau buruk.

6. Latar (Setting)

Latar adalah unsur dasar yang penting dalam pembuatan sebuah cerita

bergambar. Keseluruhan keterangan latar harus tergambar secar visual dalam

bentuk ilustrasi dan semua sudah dirancang dalam sebuah naskah cerita, seperti

latar tempat juga waktu tidak terlewatkan. Begitu penting kedua unsur ini hingga

berpengaruh besar terhadap kualitas dari gambar ilustrasi. Cerita bergambar ini

mengenai lingkungan kehidupan sehari-hari, dan menggunakan latar tempat yang

berada di kompleks rumah, taman seperti kehidupan sehari-hari dari lingkungan

kota Bandung yang menjadi objek utama dari cerita, walaupun tidak ditampilkan

secara simbolis. Untuk waktu yang terjadi dalam cergam ini. meliputi pagi, siang

dan malam hari.

B. Persiapan

1. Hasil Observasi Karya Cerita Bergambar

Penulis melakukan observasi kecil ke berbagai toko buku di Kota Bandung,

perpustakaan, dan sumber dari internet yang dilakukan pada bulan November

sampai dengan Desember 2013. Hal yang ditelusuri adalah keberagaman cerita

serta teknik yang akan digunakan menjadi media pengenalan dan sekaligus media

pendidikan nilai moral serta pembentukan karakter bagi anak usia dini. Penulis

menemukan sedikit cergam yang bertema lingkungan hidup dan terkadang, hanya

berbentuk buku seri pengetahuan anak. Peluang ini dimanfaatkan untuk membuat

cerita bergambar dengan berlandaskan pengetahuan, keterampilan serta nilai

moral dan mencintai lingkungannya sendiri. Selain itu pula, untuk mengetahui

aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sebuah karya cergam,

dengan cara membaca cerita bergambar dan menonton film animasi agar dapat

(5)

55

ANUGRAH HASRULLANA, 2015 MARI BERKETERAMPILAN

CERITA BERGAMBAR SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Persiapan Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan cerita bergambar:

a. Kertas Gambar ukuran A4 dan Pengaris

Penulis menggunakan kertas gambar A4 sebagai media untuk menciptakan

Storyboard karena mempermudah dalam membuat sketsa gambar.

Gambar 3.1

(Kiri) Kertas Gambar Ukuran A4 (Kanan) Penggaris Ukuran 30cm (Sumber: dokumentasi penulis)

b. Pensil 2B dan Penghapus

Pensil 2B dan pensil mekanik digunakan penulis untuk membuat storyboard

dan sketsa gambar awal agar mudah dihapus dan tidak meninggalkan bekas pada

kertas kerja, serta penghapus karet yang lunak digunakan agar tidak merusak

(6)

56

ANUGRAH HASRULLANA, 2015 MARI BERKETERAMPILAN

CERITA BERGAMBAR SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.2

(Kiri) Pensil 2B dan Pensil Mekanik (Kanan) Penghapus Karet (Sumber: dokumentasi penulis)

c. Pena Gambar (Drawing Pen) 0.1, 0.2, 0.3 dan Spidol Pen Hitam

Pena gambar digunakan utuk proses penintaan (inking) sketsa gambar 0.1,

0.2 dan 0.3 untuk mempermudah penulis dalam memberikan aksen tebal dan tipis

pada objek gambar dengan menggunakan beberapa jenis pena gambar. Spidol pen

hitam dipakai untuk memberikan garis pinggir pada sketsa gambar. Penulis

memilih spidol pen hitam karena karakter goresan yang dihasilkan sesuai untuk

garis pinggir gambar.

Gambar 3.3

Pena Gambar (Drawing Pen) 0.1, 0.2, 0.3 dan Spidol Pen Hitam (Sumber: Dokumentasi penulis)

d. Komputer

Perangkat komputer dengan spesifikasi prosesor Intel Atom R4, dengan

Ram 2 GB (gigabyte), Hardisk Toshiba MK1246GX 800 Gb, kartu grafis ATI

R18 Graphics Media Accelator 32-bit pada CPU komputer. Sedangkan pada

monitor Lcd Generis Cyrux dengan resolusi yang direkomendasikan 1024 x 600.

Komputer ini digunakan untuk mengolah gambar, pewarnaan (coloring) dan

(7)

57

ANUGRAH HASRULLANA, 2015 MARI BERKETERAMPILAN

CERITA BERGAMBAR SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu e. Alat pemindai (Scanner)

Scanner canon pixma MP49 multi sebagai alat pemindai yang digunakan

penulis untuk memindahkan sketsa gambar agar dapat dikerjakan menggunakan

software pada komputer.

Gambar 3.4

(Kiri) Printer Scanner Canon Pixma MP497, (Kanan) 1 Unit Komputer (Sumber: Dokumentasi penulis)

f. Perangkat Lunak (software)

Untuk proses pewarnaan dan pemberian teks pada gambar, penulis

menggunakan perangkat lunak (software) Adobe Photoshop CS 4. Perangkat

lunak yang berbasis pengolah gambar, sudah menjadi standar pada sebuah

kegiatan desain pada umum. Penulis memilih perangkat lunak ini dikarenakan

fiturnya mudah dan fleksibel di operasikan dalam pengerjaan cerita bergambar.

C. Proses Penciptaan

1. Proses Pembuatan Sinopsis dan Naskah

Naskah merupakan sebuah tulisan yang sangat berperan penting sebagai

pondasi untuk memberi informasi, cerita serta percakapan yang digunakan pada

sebuah cerita bergambar.

Langkah awal dalam proses pembuatan naskah adalah menentukan tema

(8)

58

ANUGRAH HASRULLANA, 2015 MARI BERKETERAMPILAN

CERITA BERGAMBAR SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ini berfungsi menentukan setiap bagian dari sebuah cerita seperti awal cerita,

puncak cerita hingga bagian penutup, tidak lupa setiap bagian sudah disisipi

penambahan dialog.

2. Pembuatan Storyline

Setiap cerita memiliki alur yang menjadi pusat untuk semua kejadian yang

terjadi pada sebuah cerita. Pembuatan storyline merujuk pada naskah yang sudah

dibuat sebelumnya oleh penulis, dan bertujuan memetakan alur cerita, percakapan,

hingga tata letak dari semua kejadian agar tidak keluar dari cerita.

Tabel 3.1 Storyline Cerita Bergambar Mari Berketerampilan

Storyline

Mari Berketerampilan

Halaman Narasi Deskripsi Gambar

1

Alkisah di sebuah lingkungan yang baik di daerah perkotaan. tak lupa salat dan menjaga kebersihan. Mereka berdua selalu ingat kata Ayah “Kebersihan sebagian dari iman”

Suatu ketika mereka berdua sedang asyik bermain di halaman rumah.

“Kak, lihat di langit ada sesuatu yang

(9)

59

ANUGRAH HASRULLANA, 2015 MARI BERKETERAMPILAN

CERITA BERGAMBAR SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Setelah naskah selesai dibuat kemudian penulis mulai membuat storyboard

atau rencana tata letak. Di dalamnya terdapat penentuan sudut pandang, jarak

pandang dan komposisi. Seperti yang diungkapkan Darmawan dalam bukunya “How to Make Comic” bahwa storyboard adalah sebuah naskah yang berisi adegan dan dialog (Darmawan; 2012 hal 150).

Gambar 3.5

(10)

60

ANUGRAH HASRULLANA, 2015 MARI BERKETERAMPILAN

CERITA BERGAMBAR SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.6

(Kiri) Contoh Storyboard Cergam (Kanan) Contoh Sket Cergam “Mari Berketerampilan” (Sumber: Dokumentasi penulis)

3. Pembuatan Sketsa

Pembuatan sketsa merupakan tahap lanjutan dari storyboard yang

dikembangkan menjadi sebuah gambar sketsa yang lebih rapih dan detail sesuai

dengan storyboard hasil gambar akan siap dipindahkan ke perangkat komputer

untuk kemudian diolah secara detail pada proses berikutnya.

4. Penintaan Sketsa (Inking)

Setelah semua proses pembuatan sketsa selesai, maka tahap berikutnya

penintaan (inking). Pada proses ini penulis melakukan penintaan secara manual

dan dilakukan dengan sangat hati-hati. Pemberian kontur garis pada karakter yang

cukup tebal dengan menggunakan spidol pen berwarna hitam, dan untuk mengisi

bagian lainnya seperti latar dan benda di sekitarnya menggunakan drawing pen

ukuran 0.2 dan 0.3. Setelah semua gambar telah diberi tinta, maka semua gambar

dibersihkan dari sketsa pensil 2B menggunakan penghapus karet. Pada proses ini

gambar dibersihkan dari sisa-sisa sketsa pensil, agar nantinya terlihat tegas hitam

dan bersih. Apabila proses penghapusan sisa sketsa ini tidak selesai maka akan

sulit pada saat pewarnaan karena menghalangi serta terkesan kotor pada hasil

(11)

61

ANUGRAH HASRULLANA, 2015 MARI BERKETERAMPILAN

CERITA BERGAMBAR SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.7 Proses Penintaan (Inking) Sketsa Gambar

(Sumber: Dokumentasi penulis)

Gambar 3.8

Hasil Penintaan Gambar Sketsa Menggunakan Drawing Pen (Sumber: Dokumentasi penulis)

5. Pemindaian Sketsa (Scanning)

Proses selanjutnya adalah pemindaian gambar menggunakan alat pindai

yaitu Scanner, pemindaian atau scaning adalah sebuah tahap gambar yang telah

bersih dari sisa sketsa menggunakan penghapus lalu dipindahkan ke dalam

(12)

62

ANUGRAH HASRULLANA, 2015 MARI BERKETERAMPILAN

CERITA BERGAMBAR SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.9

(Kiri) Proses pemindaian gambar, (Kanan) Hasil gambar yang telah dipindai

(Sumber: Dokumentasi penulis)

6. Pewarnaan (Coloring)

Setelah penulis selesai dengan proses pemindaian, penulis melanjutkan

proses berikutnya yaitu pewarnaan secara digital. Pewarnaan dilakukan dengan

software Photoshop CS 4. Pertama gambar hasil pemindaian diatur levelnya

proses ini bertujuan untuk mengatur terang gelap gambar sebelum pewarnaan.

Kedua, dalam pewarnaan cerita bergambar ini penulis menggunakan

pewarnaan dengan menggunakan teknik template, di mana penulis tinggal

mengambil warna dari hasil template dan menyeleksi sesuai dengan gambar cerita

bergambar. Agar tidak menghalangi objek, template dijadikan tembus pandang

dengan objek, caranya mengatur layer dari normal menjadi multiple. Ketiga untuk

tambahan lainnya seperti bagian latar belakang penulis menggunakan efek dari

aplikasi software photoshop seperti brush water color.

(13)

63

ANUGRAH HASRULLANA, 2015 MARI BERKETERAMPILAN

CERITA BERGAMBAR SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.11

Proses pengaturan Level Sebelum Lanjut Proses Pewarnaan (Sumber: Dokumentasi penulis)

Gambar 3.12

(Kiri) Proses pewarnaan menggunakan template (Kanan) Hasil pewarnaan dasar (Sumber: Dokumentasi penulis)

Setelah proses pewarnaan menggunakan template selesai, berlanjut pada

proses tahapan mendetail pada gambar. Pada proses ini penulis mengisi bidang

gambar agar terlihat lebih baik, dan pemberian gradasi, dengan menggunakan

brush tool pada Photoshop. Hal ini pun bertujuan sebagai pemberian bayangan

terhadap objek gambar agar lebih terlihat menonjol dari latar.

(14)

64

ANUGRAH HASRULLANA, 2015 MARI BERKETERAMPILAN

CERITA BERGAMBAR SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.13

Proses penyempurnaan gambar menggunakan Brush Tool (Sumber: Dokumentasi penulis)

Gambar 3.14

Tahapan proses pewarnaan (Sumber: Dokumentasi penulis)

8. Penyisipan Kata (Lettering)

Tahapan ini masih menggunakan program Adobe Photoshop CS4 yang

dikhususkan untuk menyisipkan teks hingga menjadi satu kesatuan yang utuh

antara gambar dan teks sebagai cerita bergambar, Pengambilan jenis huruf dan

ukuran huruf sangat berperan penting dan menjadi satu perhatian khusus agar

cergam ini dapat diterima dengan baik oleh sasaran pembaca yang diharapkan.

(15)

65

ANUGRAH HASRULLANA, 2015 MARI BERKETERAMPILAN

CERITA BERGAMBAR SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.15

Hasil Akhir Tahap Lettering pada Sampul, (Kiri) dan Isi (Kanan) (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

9. Pencetakan dan Penjilidan

Setelah keseluruhan halaman cergam selesai dibuat, file disusun berdasarkan

halaman yang berurutan. Penulis melakukan proses pencetakan awal sebagai hasil

setengah jadi atau disebut juga dummy. Dummy merupakan sebuah purwarupa

atau hasil sementara sebelum akhirnya naik cetak. Tujuan dibuatnya adalah untuk

mengetahui apabila ada dialog atau narasi yang salah. Sebelumnya dummy di-

serahkan serta dikoreksi oleh pembimbing, dalam hal ini pembimbing berperan

sebagai editor. Proses ini membantu penulis untuk merevisi kesalahan yang

terdapat pada dummy.

Pada saat selesai acc/koreksi dari pembimbing berakhir, penulis

memperbaiki hasl karya sesuai anjuran dari pembimbing. Cergam siap naik cetak,

pencetakan dilakukan cergam di Percetakan Tirta Anugerah Bandung pada kertas

jenis art paper 150 g dengan hasil akhir jadi berukuran A4 yang berjumlah 42

(16)

66

ANUGRAH HASRULLANA, 2015 MARI BERKETERAMPILAN

CERITA BERGAMBAR SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

10. Uji Coba Karya

Setelah cerita gambar bertema lingkungan ini selesai dibuat, lalu penulis

melakukan uji coba singkat, kepada anak dengan rentang usia 3-5 tahun yang

disesuaikan berdasarkan cergam yang telah diselesaikan. Penulis melakukan

ujicoba kepada anak di lingkungan Taman Pendidikan Agama (TPA) pada tanggal

27 dan 28 Februari 2015 untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari cerita

bergambar. Sekaligus mengetahui keseluruhan ilustrasi serta konsep cerita sudah

sesuai dengan minat anak. Uji coba pertama dengan responden uji coba, berkisar 4

sampai 5 tahun penulis menceritakan isi dari cerita bergambar, pada uji coba

kedua penulis, mendemonstrasi salah satu keterampilan pada kolom keterampilan

di cerita bergambar, jumlah responden uji coba sama dengan uji coba pertama.

Hasil uji coba tersebut dijadikan acuan untuk memperbaiki karya cergam.

Walaupun pada saat di lapangan, sebagian responden meleset dari cerita dan

bingung dengan ilustrasi yang ada dalam cergam yang dibawakan. Tetapi

sebagian responden mengatakan bagus dan lucu pada gambar, sedangkan untuk

kolom keterampilan keseluruhan responden mengikuti dan paham dengan yang

dibawakan dalam kolom keterampilan. Maka dari itu penulis melakukan

perubahan berdasarkan uji coba di atas, seperti pada bagian warna yang terlalu

(17)

67

ANUGRAH HASRULLANA, 2015 MARI BERKETERAMPILAN

Gambar

Gambar 3.1
Tabel 3.1 Storyline Cerita Bergambar Mari Berketerampilan
Gambar 3.10
gambar agar terlihat lebih baik, dan pemberian gradasi, dengan menggunakan

Referensi

Dokumen terkait

Tubektomi (Metode Operasi Wanita/ MOW) adalah metode kontrasepsi mantap yang bersifat sukarela bagi seorang wanita bila tidak ingin hamil lagi dengan cara mengoklusi tuba

posisi fitur pada wajah seperti mata, hidung, dan mulut sehingga peran dari blok pre- processing cukup vital dalam sistem pengenalan wajah yang telah dibuat,

Hasil uji statistik 0,000 maka dapat disimpulkan ada perbedaan signifikan antara pretest tingkat kelelahan mata sebelum dilakukan senam mata dan post test 4 tingkat kelelahan

Untuk mengetahui apakah pengendalian intern, penerapan good corporate governance, budaya organisasi, dan audit manajemen berpengaruh secara simultan terhadap kinerja managerial

Kaji Cepat Evakuasi Dapur Umum Distribusi Logistik Evakuasi Dapur Umum Distribusi Logistik Resik Masjid & Kampung Dukungan Psikososial Distribusi Logistik Evakuasi Dapur

Judul : Sintesis karboksimetil selulosa (cmc) dari selulosa hasil isolasi kulit buah durian (duriozibethinus murr) melalui reaksi dengan asam monokloroasetat.. Kategori :

Diharapkan Kepala Puskesmas lebih memahami tentang manajemen puskesmas dalam membuat suatu perencanaan, diharapkan puskesmas harus lebih serius lagi meningkatkan

Keputusan hakim yang menyatakan seseorang bersalah atas perbuatan pidana yang dimaksud dalam pasal 13, menentukan pula perintah terhadap yang bersalah untuk