• Tidak ada hasil yang ditemukan

S JEP 0906205 Chapter1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S JEP 0906205 Chapter1"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pernahkah terbesit tentang apa yang akan terjadi jika suatu benda yang sudah

memiliki nama yang umum diketahui khalayak, disebutkan dengan menggunakan

nama yang berbeda oleh seseorang? Sebagai contoh kasar, ketika seseorang

melihat seekor kucing, sudah sepantasnya seseorang tersebut berkata, “Kucing!”.

Akan tetapi, apa yang akan terjadi jika seseorang tersebut berkata, “Anjing!” saat dirinya melihat kucing? Tentunya akan terbayang kebingungan yang dialami oleh

khalayak dalam memahami maksud dari seseorang tersebut.

Dalam bahasa Jepang terdapat fenomena kebahasaan yang serupa dengan

analogi yang baru saja penulis utarakan. Hanya saja fenomena kebahasaan

tersebut terjadi pada tekhnik penulisan suatu kosakata. Penulisan yang tidak

sesuai dengan penulisan secara harfiah terhadap suatu kosakata banyak ditemukan

dalam bahasa Jepang. Fenomena penulisan seperti ini disebut ateji.

Sebagai pembelajar bahasa Jepang, penulis merasa memiliki sangat sedikit

pengetahuan dan kesadaran tentang ateji, dikarenakan jarang sekali buku yang

memuat tentang hal ini. Sebagai contoh, walaupun cara baca uchi yang

terkandung dalam huruf kanji 家(ie/rumah) sudah dianggap biasa, penulisan

dengan menggunakan huruf tersebut diakui sebagai ateji. Kata uchi sendiri

sebenarnya dilambangkan oleh kanji 内(uchi/dalam) yang pada zaman Edo dapat

digunakan untuk menyampaikan makna rumah (Sasahara, 2010, hlm. 86).

Komik Jepang atau sering disebut dengan manga (漫画) adalah salah satu

media cetak yang sangat memanfaatkan fenomena kebahasaan yang disebut ateji

tersebut, jika dibandingkan dengan media lain yang ada di Jepang. Terlebih lagi,

penggunaan ateji dalam manga tidak terbatas pada kanji seperti contoh yang

penulis angkat, melainkan sudah merambah kepada huruf lainnya, seperti

(2)

Kembali kepada analogi yang penulis utarakan di awal bab, anggaplah

seseorang yang menyebut suatu benda dengan nama yang berbeda dari biasanya

itu adalah pengarang komik yang menggunakan ateji dalam karyanya, sedangkan

khalayak adalah pembaca komik hasil karya pengarang tersebut.

Akan tetapi, berdasarkan penelitian Shirose (2012) dan Nakajima (2012) efek

yang dihasilkan ateji tidaklah sebanding dengan perkiraan pada analogi yang

penulis utarakan. Ateji dalam komik berfungsi sebagai peran pembantu bagi para

pembaca dalam memahami teks komik tersebut. Mengapa bisa demikian, penulis

akan menjelaskannya sebagai berikut: Gambar 1 Penulisan ateji dalam komik.

Jawaban dari pertanyaan atas efek yang terjadi berkat ateji dalam komik

adalah karena ungkapan berbeda yang pengarang komik utarakan akan menempati

tempat ‘go’ sedangkan ungkapan umum yang khalayak ketahui akan menempati tempat ateji. Penulis merasa ukuran huruf tersebut terkesan tidak tepat, karena

seharusnya ‘go’ atau apa yang sebenarnya penulis utarakanlah yang memiliki ukuran huruf lebih besar, bukan ‘ateji’ yang merupakan peran pembantu.

Kemudian, kembali terbesit pada benak penulis bagaimana penggunaan ateji

dalam komik Jepang tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa lain selain Jepang?

Sebagai pembelajar bahasa Jepang, penulis memandang komik sebagai salah satu

media pembelajaran dan juga objek penelitian. Jika ditanya, “Apa yang

menyebabkan Anda mempelajari bahasa Jepang?” Penulis akan dengan senang

(3)

Tidak dapat dipungkiri, popularitas manga saat ini sudah mencapai level

dunia, bahkan hingga diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa asing, diantaranya

ke dalam bahasa Indonesia. Bukan sebuah hiperbol jika ada yang mengatakan

hampir tidak ada orang yang tidak tahu siapa itu Naruto. Di Indonesia, tercatat

beberapa nama perusahaan yang memiliki hak penerjemahan juga penerbitan yang

berperan dalam terbitnya ribuan jilid manga versi terjemahan bahasa Indonesia di

pasaran.

Penerjemah merupakan seorang pembaca yang harus memahami teks sumber

tersebut sebelum dapat menerjemahkannya, dengan kata lain, (walaupun

sebenarnya belum ada penelitian yang menyatakan bahwa peran pembantu yang

dimiliki ateji memiliki pengaruh yang sama terhadap pembaca asing), peran

pembantu yang ateji miliki akan bekerja terhadap penerjemah sebelum

menerjemahkan.

Setelah memahami, sosok penerjemah berubah dari seorang pembaca menjadi

sosok pengarang, yang seharusnya bertugas untuk menyampaikan ungkapannya

meskipun itu berbeda dari apa yang khalayak ketahui pada umumnya. Hal ini

tidak menjadi masalah dalam bahasa Jepang sebagai bahasa sumber berkat adanya

ateji.

Namun, apa yang terjadi jika penerjemahan dilakukan ke dalam bahasa target,

dalam hal ini ke dalam bahasa Indonesia yang tidak memiliki cara penulisan

layaknya ateji dalam bahasa Jepang? Akankah penerjemah melakukan

penerjemahan dari sudut pandang pembaca? Dengan kata lain, menerjemahkan

makna ‘ateji’ disamping makna ‘go’? Atau sebaliknya, penerjemah melakukan penerjemahan dari sudut pandang pengarang? Yaitu dengan menerjemahkan

makna ‘go’ disamping makna ‘ateji’? Untuk menjawab pertanyaan ini, penulis telah melakukan penelitian serupa saat berada di Kanazawa, Jepang dalam

program pertukaran pelajar selama kurun waktu setahun pada tahun 2013 – 2014. Keterbatasan waktu juga sumber data, khususnya data berbahasa Indonesia

membuat penelitian berjalan cukup alot saat itu, dan menyisakan banyak PR

untuk penulis agar segera memperbaiki penelitian tersebut. Oleh karena itu,

(4)

untuk dijadikan sebuah skripsi dengan judul "Analisis Penerjemahan Ateji dalam

Komik Jepang ke dalam Bahasa Indonesia."

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah diutarakan penulis, tersusun

rumusan masalah sebagai berikut:

( 1 ) Bagaimana wujud penerjemahan ke dalam bahasa Indonesia yang

dilakukan penerjemah terhadap penggunaan ateji dalam manga?

( 2 ) Bagaimana kecenderungan dan karakteristik penerjemahan penggunaan

ateji dalam manga ke dalam bahasa Indonesia?

( 3 ) Bagaimana pengaruh penggunaan ateji dalam proses penerjemahan ke

dalam bahasa Indonesia?

1.3.Batasan Masalah

Dalam penelitian ini penulis membatasi masalah sebagai berikut:

( 1 ) Penelitian ini hanya akan mengkaji wujud penerjemahan yang dilakukan

para penerjemah Indonesia terhadap penggunaan ateji dalam manga.

( 2 ) Penelitian ini hanya akan mengkaji karakteristik juga kecenderungan yang

terjadi dalam penerjemahan penggunaan ateji dalam manga ke dalam

bahasa Indonesia.

( 3 ) Penelitian ini hanya akan mengkaji pengaruh penggunaan ateji dalam

manga terhadap proses penerjemahannya ke dalam bahasa Indonesia.

1.4.Tujuan Penelitian

Semua kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini semata – mata dilakukan hanya untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai, yaitu sebagai berikut:

( 1 ) Untuk mendeskripsikan bagaimana penggunaan ateji dalam manga

(5)

( 2 ) Untuk mendeskripsikan karakteristik juga kecenderungan penerjemah

bahasa Jepang di Indonesia dalam menerjemahkan ateji dalam komik

Jepang.

( 3 ) Untuk mendeskripsikan pengaruh yang timbul akibat penggunaan ateji

dalam manga terhadap proses penerjemahannya ke dalam bahasa

Indonesia.

Tidak ada sedikitpun keinginan penulis untuk menghakimi tentang kebenaran

ataupun kekeliruan penerjemah dalam melakukan pekerjaannya.

1.5.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memilki manfaat sebagai berikut:

( 1 ) Dapat bermanfaat bagi peneliti, sebagai sumbangan teori baru yang dapat

mendeskripsikan bagaimana karakteristik juga cara menerjemahkan

fenomena penggunaan ateji yang ada dalam manga ke dalam bahasa

Indonesia, karena belum ada penelitian yang serupa sebelumnya.

( 2 ) Dapat bermanfaat bagi penerjemah, sebagai acuan dalam menerjemahkan

penggunaan ateji dalam manga ke dalam bahasa Indonesia.

( 3 ) Dapat bermanfaat bagi semua pembaca yang memiliki ketertarikan serupa

dengan penulis, sebagai jawaban dari semua pertanyaan tentang seputar

fenomena ateji dalam manga.

1.6.Struktur Organisasi Skripsi

Bab 1 Pendahuluan, berisi mulai dari: Latar belakang masalah; Rumusan

masalah; Batasan masalah; Tujuan penelitian; Manfaat penelitian; dan diakhiri

oleh Struktur organisasi skripsi.

Bab 2 Tinjauan Pustaka, berisi tentang tinjauan pustaka mulai dari: Definisi

ateji; Awal mula penggunaan ateji; Gisho/zaregaki pada manyougana;

Penggunaan ateji pada zaman Meiji; Klasifikasi pembentukan ateji; Penggunaan

(6)

Bab 3 Metode Penelitian, berisi tentang: Desain penelitian; Pengumpulan

data; juga Analisis data.

Bab 4 Hasil Penelitian, berisi tentang hasil penelitian, yang berupa deskripsi

tentang bagaimana pengaruh ateji terhadap proses penerjemahan ke dalam bahasa

Indonesia dilihat dari karakteristik yang muncul, dengan cara membagi ke dalam

beberapa kelas berbeda yang penulis susun berdasarkan klasifikasi yang

dinyatakan para peneliti terdahulu.

Bab 5 Penutup, berisi tentang Kesimpulan; dan Implikasi dan rekomendasi

Gambar

Gambar 1 Penulisan ateji dalam komik.

Referensi

Dokumen terkait

Upaya untuk melindungi anak jalanan dari penularan HIV dan penggunaan narkoba melalui penguatan kecakapan hidup anak jalanan dan rujukan layanan kesehatan perlu

poor students to use various reading strategies and motivate them to develop those.. strategies in

ntuk membuat pagar di sekeliling membuat pagar di sekeliling kebun itu dipasang tiang kebun itu dipasang tiang pancang dengan jarak 3 pancang dengan jarak

Selain itu ada beberapa jawaban responden mengenai pendekatan story telling dalam pembelajaran chuukyuu dokkai sebagai berikut: (1) dengan adanya tuntutan untuk menceritakan

Sedangkan Sinaga dan Hadiati (2001:34) mendefenisikan kemampuan sebagai suatu dasar seseorang yang dengan sendirinya berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan secara

Pelaksanaannya, juga sudah sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya, pada tahapan pelaksaan guru melakasanakan pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi

Kegiatan penyusunan pedoman pelaporan ini, dimaksudkan untuk mengganti Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 6 Tahun 2004 tentang Pedoman Pelaporan

emboronganbangunantersebutdalambentuktesis yang berjudul: “ Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaksanaan Perjanjian Pemborongan Bangunan Pabrik Kelapa Sawit Antara PT.Bima Dwi