STABILISASI TANAH EKSPANSIF DI KAWASAN BUKIT INDAH
CITY DAN PENGARUHNYA TERHADAP BIAYA
Ruwaida Zayadi 1
ABSTRAK
Perilaku tanah ekspansif dengan penyebarannya cukup luas, diataranya di kawasan Bukit Indah City Cikampek, seringkali menimbulkan masalah yang mengakibatkan kerusakan struktur bangunan, seperti: retakan pada badan jalan/lereng, retakan pada dinding bangunan, menggelembungnya lantai dasar bangunan, dan lain sebagainya. Oleh karena itu sifat dasar tanah tersebut harus dapat dirubah sehingga dapat dimaksimalkan sebagai bahan atau media pendukung konstruksi sesuai dengan fungsinya. Untuk mengatasi hal ini yang terpenting menjaga agar kadar airnya tidak berubah. Cara lain yang lazim dilakukan adalah menstabilisasi tanah dengan atau tanpa bahan tambahan. Untuk keperluan tersebut maka dilakukan penelitian mencari metoda untuk memperbaiki sifat dasar tanah ekspansif dengan bahan tambahan yang lebih variatif sehingga diperoleh hasil yang paling optimal dan efektif serta biaya murah. Penggunaan bahan stabilisasi yaitu: semen, pasir dan kapur pada dasarnya dapat digunakan dalam menurunkan sifat ekspansif tanah asli. Komposisi yang cocok adalah tanah asli dengan 25% kapur, tanah asli dengan 20% pasir dan tanah asli dengan 10% semen. Penggunaan semen sebenarnya dapat diandalkan, selain komposisinya hanya 10% dengan biaya relatif paling murah serta mudah diperoleh di pasaran. Namun penambahan bahan semen tidak terlalu signifkan dalam mengurangi sifat ekspansif tanah tersebut. Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa pengaruh metoda perbaikan tanah ekspansif dengan penambahan 3 (tiga) bahan stabilisasi tersebut terhadap biaya yang diperlukan, ternyata tidak menghasilkan solusi seperti yang diharapkan. Oleh karena itu untuk mengatasi permasalahan tanah ekspansif, khususnya di kawasan Bukit Indah City dalam merencanakan suatu konstruksi bangunan tertentu sebaiknya menggunakan fondasi dalam sampai lapisan keras.
Kata kunci: Tanah ekspansif, metoda perbaikan tanah, model biaya.
ABSTRACT
Expansive soil behaviour with its wide geographical distribution, such as at Bukit Indah City Cikampek, often creates one or more problems which may cause structural damage of the building as road/slope cracked, cracking on the structural wall of the building, uneven flooring, and others. In that case, the basic soil characteristic must be changed or adjusted to support the maximization of materials used or construction supporting media based upon its functions. Keeping the water contain at the same volume is the best solution.
Another feasible way is to do the stabilization of soil with or without the additional materials. For this reason, this research purpose is to find out the right method to improve the basic expansive soil with vary additional materials to gain the optimal and effective results as well as at low cost. Stabilization materials such as cement, sand, and lime could reduce the basic expansive soil characteristic. The appropriate composition is basic soil with 25% of lime, basic soil with 20 % of sand, and the basic soil with 10 % of cement. The advantage of using cement is it offers low cost, and it is easy to buy in markets. But, the addition of cement, does not too significant in reducing that expansive soil characteristic. As conclusion, this research shows that the impact of ground improvement method of expansive soil by adding 3 (three) materials as its stabilizer components at the certain needed cost, is not the right solution as per expectation. Therefore, to figure out this problem, particularly at Bukit Indah City area, in a planning process of certain building construction, it is advised to use the suitable deep foundation until it reaches the hard layer.
Keywords: Expansive Soil, Ground Improvement Method, Cost Model
1. PENDAHULUAN
Dalam perencanaan struktur bangunan teknik sipil sering dijumpai keadaan tanah dengan
sifat-sifat yang tidak mendukung struktur tersebut, sehingga diperlukan stabilisasi/
perbaikan sifat tanah untuk memenuhi syarat teknis yang diperlukan.
Secara praktis stabilisasi tanah merupakan rekayasa terhadap tanah dasar dengan atau
tanpa bahan campuran, untuk meningkatkan daya dukung terhadap tegangan fisik atau
kimiawi akibat cuaca serta lingkungan, selama masa guna. Sifat dasar tanah yang
beragam seperti: kekuatan, kekakuan, kemampatan, sensitivitas, potensi mengembang,
permeabilitas, dan perubahan volume, memerlukan variasi perbaikan tanah yang berbeda.
Cara yang dapat digunakan dapat dengan metode yang paling sederhana, yaitu dengan
pemadatan, atau dengan cara menggunakan bahan tambahan hingga pada cara termal atau
elektrokinetik. Tanah ekspansif merupakan salah satu tanah yang bermasalah untuk
bidang konstruksi, karena mempunyai potensi kembang-susut yang tinggi dan
penyebarannya cukup luas, khususnya di Cikampek dan sekitarnya, diantaranya di
kawasan Bukit Indah City.
Tanah di kawasan Cikampek dan sekitarnya terdiri dari tanah ekspansif yang mempunyai
kecenderungan mengembang dan menyusut yang tinggi sehingga dapat dikategorikan
sebagai tanah bermasalah. Tanah yang mempunyai sifat demikian dapat mengakibatkan
kerusakan struktur bangunan antara lain: terjadinya retakan pada badan jalan/lereng,
retakan pada dinding bangunan, menggelembungnya lantai dasar bangunan, dan lain
sebagainya. Sifat dasar tanah tersebut harus dirubah sehingga dapat digunakan sebagai
bahan atau media pendukung konstruksi sesuai dengan fungsinya. Untuk mengatasi hal
ini yang terpenting adalah menjaga agar kadar air tidak berubah. Cara lain yang lazim
dilakukan adalah memperbaiki/menstabilisasi tanah dengan atau tanpa bahan tambahan.
Permasalahannya adalah apakah tanah tersebut masih bisa dimanfaatkan dan bagaimana
caranya agar bisa maksimal?. Dengan latar belakang tersebut diatas, perlu dilakukan
penelitian untuk mencari metoda guna memperbaiki sifat tanah ekspansif dengan bahan
tambahan yang lebih variatif sehingga diperoleh gambaran hasil yang paling optimal dan
efektif serta biaya murah. Untuk keperluan tersebut maka dilakukan percobaan suatu
campuran dengan menggunakan 3 (tiga) bahan yang berbeda dengan harapan dapat
memperbaiki sifat mekanis dasar tanah tersebut. Dengan adanya stabilisasi diharapkan
akan menambah kekuatan daya dukung tanah tersebut, sehingga terjadi stabilitas jangka
panjang selama masa guna.
semen dan pasir diambil dari Jakarta dan kapur diambil dari Sukabumi. Penelitian
dilakukan dengan bahan pencampur yang sedemikian mudahnya diperoleh dipasaran
sehingga akan menekan biaya yang dibutuhkan.
2. KAJIAN PUSTAKA
2.1 Tanah Ekspansif
Peristiwa kembang-susut pada tanah telah lama diketahui di dalam bidang geoteknik
namun intensitasnya tergantung pada jenis tanahnya. Demikian juga dengan kerusakan
yang diakibatkan oleh hal ini. Dengan bertambah pesatnya dunia konstruksi, maka akibat
kerusakan yang ditimbulkan oleh tanah ekspansif ini menjadi mulai diperhatikan.
Mengingat kebanyakan perguruan tinggi tidak mengadakan pendidikan khusus untuk
konstruksi fondasi dan perkerasan ditanah ekspansif, maka sudah sejak tiga dekade telah
diadakan penelitian-penelitian yang difokuskan pada tanah ekspansif. Penelitian yang
telah dilakukan adalah untuk menentukan sifat-sifat dari tanah ekspansif tersebut dan cara
memperbaiki jenis tanah ini.
2.2 Identifikasi Tanah Ekspansif
Untuk menentukan klasifikasi suatu contoh tanah adalah ekspansif, maka perlu diketahui
colloid content serta indeks plastisitasnya sebagaimana terlihat pada tabel 1, 2, dan 3
Tabel 1. Expansisive soil classification based on colloid content, plasticity index and
shrinkage limit,
Data from Index Tests* Probable Expansion
(% Total Volume Sumber: After Holtz and Gibbs (1956), *based on Vertical Loading of 1.0 psi.
Tabel 2. Expansisive soil classification based on percent passing no. 200 sieve, liquid
limit, and standard penetration resistance for Rocky Mountain soil,
Tabel 3. Expansisive soil classification basedon plasticity and shrinkage index,
PI (%) SI (%) Degree of
Expansion
<12 12 - 23 23 - 32 >32
<15 15 – 30 30 – 40 > 40
Low Medium
Height Very Height Sumber: After Rahman (1967)
3. METODE PENELITIAN
Telah tersedia banyak metode stabilisasi dan rekayasa pondasi untuk mengantisipasi
tanah ekpansif, tetapi kebanyakan metode tersebut bersifat coba-coba meskipun telah
berhasil dilaksanakan pada kasus-kasus tertentu. Metode yang telah berhasil dilaksanakan
di suatu lokasi di Indonesia tidak serta merta dapat diterapkan di lokasi lain, oleh karena
itu pengalaman lokal di Indonesia perlu didokumentasikan dan diukur tingkat
keberhasilannya. (Djoko Susanto, Noormasari, 2003).
3.1 Identifikasi Tanah Ekspansif sebelum Stabilisasi
Uji laboratorium terhadap tanah asli (sebelum stabilisasi) yang diambil dari lokasi Bukit
Indah City, Cikampek. Tanah tersebut diambil sebagai bahan penelitian, karena disekitar
lokasi terdapat kegagalan yang diakibatkannya seperti sejumlah kolom struktur yang
miring, bangunan yang retak-retak. Tingkat mengembang dari tanah ekspansif dievaluasi
dengan uji Specific Gravity berdasarkan ASTM D854-92 dan Atterberg Limits
berdasarkan ASTM 427-93 (Shrinkage Limit), ASTM 4318-93 (Liquid Limit, Plastic
Limit dan Index Plasticity) telah diperoleh hasil sebagaimana terlihat pada tabel 5
dibawah ini.
a. Berdasarkan nilai Liquid Limit sesuai kriteria dari Chen (1965), swelling
potensial dari tanah ekspansif ini termasuk kategori sangat tinggi (very high).
b. Berdasarkan Plasticity Index menurut Rahman (1967), tingkat ekspansi dari tanah
ekspansif ini termasuk kategori sangat tinggi (very high).
c. Berdasarkan Plasticity Index, colloid content dan shrinkage limit menurut Holtz
and Gibb (1956) sebagaimana dikutip Chen (1965), tingkat ekspansif ini adalah
termasuk kategori sangat tinggi (very high).
Uji Kompaksi standar proctor berdasarkan ASTM D-698-91 dan CBR
berdasarkan ASTM D-1883-92 telah menghasilkan data: kadar air optimum (opt) sebesar
3.2 Identifikasi Tanah Ekspansif setelah Stabilisasi
Pada stabilisasi kali ini menggunakan 3 (tiga) bahan tambahan yaitu kapur, pasir dan
semen. Prosentase penambahan bahan stabilisasi adalah 2%, 4%, 6%, 8%, 10%, 15%,
20%, 25% dan 30%. Tingkat mengembang dari tanah ekspansif yang telah distabilisasi
dengan sejumlah uji yang sama, telah diperoleh hasil pada tabel 6, tabel 7, dan tabel 8,
berikut gambar 1. dibawah ini. Sementara uji kompaksi standar proctor terhadap tanah
yang telah distabilisasi telah menghasilkan data pada tabel 9 dan gambar 2 sampai dengan
gambar 5.
3.3 Simbol umum dari model biaya dapat digambarkan seperti:
C = A x P
dimana:
C = biaya
A = sebuah parameter (volume, luas, dsb)
P = unit biaya
Simbol tersebut dapat berkembang menjadi:
C = Ai x Pi
Persamaan ini merupakan total biaya dari sistem yang luas, dimana:
Ai = ukuran unit dari sistem i
Pi = biaya per unit dari sistem i
4. HASIL PENELITIAN
4.1 Hasil identifikasi tanah ekspansif pada kondisi asli dan setelah dilakukan perbaikan
sebagaimana tabel 5. sampai dengan tabel 9.
Tabel 5. Identifikasi tanah ekspansif kondisi asli,
Parameter Nilai (%)
Gs
Colloid Content
LL PL SL PI
2,2288 36,4200 102,9580 24,9200 6,6500 76,0380
Tabel 6. Identifikasi tanah ekspansif + kapur,
Campuran LL(%) PL(%) SL(%) PI (%)
TA 112,8 36,00 15,00 76,80
TA+ 2% 106,93 35,50 14,30 71,43
TA + 4% 102,22 34,40 12,30 67,82
TA + 6% 96,00 34,40 11,20 61,60
TA + 10% 86,80 34,04 11,20 52,76
TA + 15% 80,77 34,00 11,23 46,77
TA + 20% 75,60 33,88 11,52 41,80
TA +25% 71,64 33,80 13,57 37,84
TA + 30% 66,98 33,60 13,87 33,8
Tabel 7. Identifikasi tanah ekspansif + pasir,
Campuran LL(%) PL(%) SL(%) PI (%)
TA 112,8 36,00 15,00 76,80
TA+ 2% 105,48 36,80 21,84 68,68
TA + 4% 103,00 35,60 23,45 67,40
TA + 6% 101,30 33,20 23,75 68,10
TA + 8% 99,22 31,60 23,75 67,60
TA + 10% 96,37 31,10 22,80 65,27
TA + 15% 90,53 28,57 23,49 61,96
TA + 20% 90,28 27,72 23,56 62,56
TA +25% 84,82 27,26 23,56 57,56
TA + 30% 83,68 26,30 23,76 57,38
Tabel 8. Identifikasi tanah ekspansif + semen,
Campuran LL(%) PL(%) SL(%) PI (%)
TA 112,8 36,00 15,00 76,80
TA+ 2% 102,30 36,00 15,34 66,30
TA + 4% 97,55 36,20 15,38 61,35
TA + 6% 95,30 36,40 15,40 58,90
TA + 8% 92,65 36,60 15,60 56,05
TA + 10% 92,21 37,10 15,94 55,11
TA + 15% 92,10 37,22 18,44 54,88
TA + 20% 93,65 37,32 18,56 56,33
TA +25% 93,09 37,40 17,70 55,69
TA + 30% 93,57 37,60 18,46 55,97
Tabel 9. Hasil percobaan kompaksi dan CBR sebelum dan sesudah stabilisasi,
Sample bahan stabilisasi
(%)
opt
(%)max d
(kN/m3)
CBR (%)
2.5 mm 5.0 mm
Tanah Asli - 21,78 13,64 10,22 9,56
Tanah+ Kapur 25 16,59 13,07 29,20 33,50
Tanah + Semen 10 18,62 14,36 8,39 7,39
Gambar 1. Pengaruh penambahan bahan stabilisasi (kapur; pasir dan semen).
Lem pung cam pur Kapur Bukit Indah City - 2007
0. 00
Lem pung cam pur Pasir Bukit Indah City - 2007
0. 00
Lem pung cam pur Sem en Bukit Indah City - 2007
Gambar 2. Variasi kadar air dan berat kering tanah asli dan dengan campuran 10%
semen.
Tanah Expansive campur 10% Portland Cement
Gambar 3. Variasi kadar air dan berat kering dengan campuran 20% pasir dan 25% kapur.
Tanah Expansive campur 20% Pasir
Water content (%)
Tanah Expansive campur 25% Kapur
Gambar 4. Nilai CBR untuk tanah asli dan dengan campuran 10% semen
Tanah Expansive 'ASLI'
Piston Penetration (m m )
L
Tanah Expansive campur 10% Portland Cement
0
Piston Penetration (m m )
Gambar 5. Nilai CBR dengan campuran 20% pasir dan 25% kapur
4.2 Hasil perhitungan harga satuan tanah ekspansif yang telah distabilisasi
a. Perhitungan berat volume dari material stabilisasi:
1) Pasir:
Tanah Expansive campur 20% Pasir
0
Piston Penetration (m m )
L
Tanah Expansive campur 25% Kapur
0
Piston Penetration (m m )
= 1,263 t/m3 = 1263 kg/m33) Kapur:
W
can = 197,2 gramW
can+kapur = 421,3 gramW
sand = 224,1 gram
= 0,527 t/m3 = 527 kg/m3b. Harga satuan material stabilisasi: (harga hanya estimasi, bisa berubah
sewaktu-waktu)
1). Pasir = Rp. 500.000,-/m3
2). Semen = Rp. 80.000,-/Zak/50 kg Rp. 1600,-/kg Maka harga semen = 1263 x Rp. 800,- = Rp.2.020.800,-/m3
3). Kapur = Rp. 6.000,-/kg
maka harga kapur = 527 x Rp. 3.000,- = Rp.2.162.000,-/m3
c. Penggunaan material stabilsasi dalam setiap campuran adalah:
1). Pasir = 0,20x Rp. 300.000,- = Rp. 48.000,-/m3 2). Semen = 0,10xRp.2.202.800,- = Rp. 202.080,-/m3 3). Kapur = 0,25xRp. 2.1621.000,- = Rp. 790.500,-/m3
5. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
5.1 Hasil Uji Laboratorium
Dari hasil uji laboratorium terhadap tanah ekpansif, secara garis besar ditunjukkan pada
tabel 6 sampai dengan tabel 9 dan gambar 1 sampai dengan gambar 5.
a. Dengan menggunakan bahan stabilisasi kapur, terlihat adanya kecenderungan
peningkatan batas susut/pengurangan indeks plastisitas yang berarti terjadi
pengurangan sifat ekspansif dari tanah tersebut.
b. Dengan menggunakan bahan stabilisasi semen, tidak terlihat adanya perubahan yang
spesifik, hal ini karena kemungkinan belum terjadinya proses pengerasan pada
semen.
c. Dengan menggunakan bahan stabilisasi pasir, tidak terlihat adanya perubahan yang
spesifik, bahkan hal ini lebih kearah sebagai pengganti tanah asli dengan volume
pasir.
d. Dari butir 2 dan 3 diatas, perlu dilakukan percobaan ulang terhadap tanah ekpansif
dengan material stabilisasi semen dan pasir. Hal ini diperlukan untuk meyakini hasil
e. Dengan menggunakan bahan stabilisasi kapur terlihat adanya peningkatan nilai
CBR, hal ini sangat menguntungkan dalam hal perencanaan tebal perkearasan jalan.
5.2 Hasil Perhitungan Biaya
Dari perhitungan biaya terhadap stabilisasi tanah ekspansif telah menghasilkan data:
a. Dengan menggunakan bahan stabilisasi semen:
- diperlukan campuran 10% bahan semen,
- diperlukan biaya Rp. 202.080,-/m3,
- menghasilkan Plasticity Index (PI) yang tetap tinggi,
- menghasilkan nilai CBR yang rendah,
- biaya relatif murah, bahan mudah diperoleh, namun tidak signifikan
mengurangi sifat ekspansifnya.
b. Dengan menggunakan bahan stabilisasi pasir:
- diperlukan campuran 20% bahan pasir,
- diperlukan biaya Rp. 48.000,-/m3,
- menghasilkan Plasticity Index (PI) yang tetap tinggi,
- menghasilkan nilai CBR yang rendah,
- biaya relatif murah, bahan mudah diperoleh, namun tidak signifikan
mengurangi sifat ekspansifnya.
c. Dengan menggunakan bahan stabilisasi kapur:
- diperlukan campuran 25% bahan kapur,
- diperlukan biaya Rp. 790.500,-/m3,
- menghasilkan Plasticity Index (PI) yang rendah,
- menghasilkan nilai CBR yang tinggi,
- biaya relatif mahal, bahan sulit diperoleh, namun cukup signifikan dalam
mengurangi sifat ekspansifnya.
6. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan bahasan hasil uji laboratorium yang telah dilaksanaakan dalam penelitian
ini, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan ke-3 (tiga) bahan stabilisasi pada
dasarnya dapat digunakan, namun untuk pasir kurang signifikan dalam menurunkan sifat
ekspansif tanah asli, sedangkan untuk kapur terlalu mahal untuk saat ini, karena bahan ini
Komposisi yang cocok untuk ketiganya adalah tanah asli dengan campuran 25% kapur,
tanah asli dengan campuran 20% pasir dan tanah asli dengan campuran 10% semen.
Penggunaan semen sebenarnya dapat diandalkan, selain komposisinya hanya 10% dengan
biaya ralatif murah yaitu Rp. 202.080,-/m3, juga bahan tersebut mudah diperoleh di
pasaran. Namun penambahan bahan semen tidak terlalu signifkan dalam mengurangi sifat
ekspansif tanah tersebut.
Dari penelitian ini, diperoleh kesimpulan bahwa pengaruh metoda perbaikan tanah
ekspansif dengan penambahan 3(tiga) bahan stabilisasi tersebut terhadap biaya yang
diperlukan, ternyata tidak menghasilkan solusi seperti yang diharapkan.
Oleh karena itu untuk mengatasi permasalahan tanah ekspansif khususnya di kawasan
Bukit Indah City dalam merencanakan suatu bangunan tertentu dengan beban yang cukup
besar, harus menggunakan fondasi dalam sampai lapisan keras.
6.2 SARAN
a. Perilaku tanah ekspansif selalu menimbulkan masalah, baik perencana maupun
pelaksana pekerjaan ketekniksipilan, maka perlu pemahaman lebih mendalam
terhadap identifikasi dan antisipasi masalah yang ditimbulkannya.
b. Karena potensi pengembangan dari tanah ekspansif tidak menunjukkan
permasalahan dengan segera, namun memerlukan waktu beberapa bulan, bahkan
beberapa tahun kemudian setelah konstruksi, maka biaya pemeliharaan
konstruksi tersebut harus mempertimbangkan biaya awal pembangunannya.
Aspek tehadap resiko ini dapat mempengaruhi alternatif disain, karena usaha
penanggulangannya tergantung biaya yang direncanakan untuk seluruh proyek.
c. Pada tahap perencanaan, penyelidikan tanah harus diarahkan untuk mendeteksi
potensi pengembanagan dari tanah ekspansif tersebut, agar dapat mengantisipasi
masalah-masalah yang akan timbul baik pada masa konstruksi maupun pasca
konstruksi, sehingga menghasilkan alternatif disain yang optimal.
d. Tersedia banyak metode stabilisasi dan rekayasa fondasi dalam mengantisipasi
masalah tanah ekspansif. Tetapi kebanyakan metode tersebut bersifat coba-coba
meskipun telah berhasil diterapkan pada kasus-kasus tertentu. Metode yang
berhasil dilaksanakan disuatu lokasi, tidak memberi jaminan bahwa metode
tersebut dapat diterapkan pada lokasi lain, oleh karena itu setiap pengalaman
e. Disarankan agar ada kerjasama antara instansi terkait (Developer, Perguruan
Tinggi, Pemerintah Daerah, dan pihak-pihak lainnya) untuk meneliti lebih lanjut
mengenai tanah ekspansif di Indonesai dan permasalahan yang ditimbulkannya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Joko Susanto & Noormalasari. 2003. "Perilaku tanah Ekspansif dan Metode
Perbaikannya di Lippo Cikarang". Dalam: Prosiding KOGEI –VI dan PIT VIII.
2. Nelson & Miller. 1992. Expansive Soil: “Problem and Practice in Foundation &