• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERENDAMAN BAHAN CETAK ALGINAT ( HYDROCOLLOID IRREVERSIBLE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERENDAMAN BAHAN CETAK ALGINAT ( HYDROCOLLOID IRREVERSIBLE"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

PERENDAMAN BAHAN CETAK ALGINAT

(HYDROCOLLOID IRREVERSIBLE) DENGAN

GLUTARALDEHYDE 2% DAPAT MENCEGAH

KONTAMINASI MYCOBACTERIUM TUBERCULOSIS

PADA STONE CAST

PUTU RUSMIANY

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2011

(2)

TESIS

PERENDAMAN BAHAN CETAK ALGINAT

(HYDROCOLLOID IRREVERSIBLE) DENGAN

GLUTARALDEHYDE 2% DAPAT MENCEGAH

KONTAMINASI MYCOBACTERIUM TUBERCULOSIS

PADA STONE CAST

PUTU RUSMIANY NIM 0990761044

PROGRAM MAGISTER BIOMEDIK

PROGRAM STUDI ILMU KEDOKTERAN DASAR

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(3)

PERENDAMAN BAHAN CETAK ALGINAT

(HYDROCOLLOID IRREVERSIBLE) DENGAN

GLUTARALDEHYDE 2% DAPAT MENCEGAH

KONTAMINASI MYCOBACTERIUM TUBERCULOSIS

PADA STONE CAST

Tesis ini untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Biomedik,

Program Pascasarjana Universitas Udayana

PUTU RUSMIANY 0990761044

PROGRAM MAGISTER BIOMEDIK

PROGRAM STUDI ILMU KEDOKTERAN DASAR PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

2011

(4)

TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL...

Pembimbing I Pembimbing II

Dr.dr.I Wayan Putu Sutirta Yasa, MSi Dr.dr.I D.M.Sukrama, M.Si, Sp.MK(K) NIP. 195705131986011001 NIP 195810101987021001

Mengetahui

Ketua Program Studi Ilmu Biomedik Direktur

Program Pascasarjana Universitas Udayana Program Pascasarjana Universitas Udayana

Prof. Dr. dr. W. Pangkahila, Sp.And.,FAACS. Prof. Dr. dr. A. A. R. Sudewi, SpS(K)

NIP. 19461213197107001 NIP 195902151 198510 2 001 Tesis Ini Telah Diuji pada

(5)

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana No... Tanggal...

Ketua: Dr. dr. I Wayan Putu Sutirta Yasa, MSi Anggota:

1. Dr.dr.I D.M.Sukrama, M.Si, Sp.MK(K)

2. Prof. Dr. dr. J. Alex Pangkahila, Sp.And.,FAACS 3. Dr.dr. IPG Adiatmika, MKes.

4. dr. K. Januartha Putra P., M.Kes

UCAPAN TERIMAKASIH

Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur ke hadapan Tuhan Yang Maha Kuasa, karena hanya atas karunia Nya, tesis yang berjudul: “Perendaman Bahan Cetak Alginat (Hydrocolloid Irreversible) Dapat

(6)

Mencegah Kontaminasi Mycobacterium Tuberculosis Pada Stone Cast” dapat diselesaikan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. dr. I Wayan Putu Sutirta Yasa, MSi, pembimbing I yang dengan penuh perhatian telah memberi dorongan, semangat, bimbingan, dan saran selama penulis mengikuti program magister, khususnya dalam penyelesaian tesis ini. Terimakasih sebesar-besarnya pula penulis sampaikan kepada Dr. dr. I Dewa Sukrama, MSi, Sp.MK (K) pembimbing II yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis.

Ucapan yang sama ditujukan kepada Prof. Dr. dr. I Made Bakta, Sp.PD(KHOM), Rektor Universitas Udayana atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan Program Magister di Universitas Udayana. Ucapan terimakasih penulis sampaikan juga kepada Prof. Dr. dr. A. A. Raka Sudewi, SpS(K), Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana dan Ketua Program Biomedis Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila, SpAnd, FAACS., atas kesempatan yang diberikan kepada penulis mengikuti program magister di Universitas Udayana. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Tjok. Istri Sri Ramaswati, SH., MM, Rektor Universitas Mahasaraswati dan drg. Putu Ayu Mahendri, M.Kes, Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Univesitas Mahasaraswati atas ijin dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti program magister.

Ungkapan terimakasih penulis sampaikan pula kepada para penguji tesis, yaitu Prof. Dr. dr. J. Alex Pangkahila, M.Sc. Sp.And; Dr. dr. IPG Adiatmika, MKes dan dr. K. Januartha Putra P., M.Kes yang telah memberikan masukan, saran, sanggahan, dan koreksi sehingga tesis ini dapat terwujud.

Penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Pemerintah Republik Indonesia c.q. Menteri Pendidikan Nasional melalui Tim Managemen Program Magister yang telah memberikan bantuan finansial dalam bentuk BPPS sehingga meringankan beban penulis dalam mengikuti program ini.

(7)

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu Ni Made Rumpini K (alm) dan Bapak Putu Karwa (alm) yang telah mengasuh dan membesarkan penulis, memberikan dasar-dasar berpikir logik, disiplin dan suasana demokratis sehingga tercipta suasana yang baik untuk berkembangnya kreativitas. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Ibu Mertua Ni Nyoman Bakti dan Ayah Mertua Nyoman Rame (alm) yang memberi contoh berpikir sederhana, dan jujur.

Akhirnya penulis sampaikan terimakasih kepada suami tercinta dr. Putu Aryana, serta putra terkasih Wisnu Birawa, yang dengan penuh pengorbanan telah memberikan kepada penulis kesempatan untuk lebih berkonsentrasi menyelesaikan naskah tesis ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu secara lengkap, serta kepada penulis sekeluarga.

Denpasar, September 2011

Ttd Penulis

(8)

ABSTRAK

PERENDAMAN BAHAN CETAK ALGINAT (HYDROCOLLOID

IRREVERSIBLE) DENGAN GLUTARALDEHYDE 2% DAPAT

MENCEGAH KONTAMINASI MYCOBACTERIUM

TUBERCULOSIS PADA STONE CAST

Penyakit Tuberculosis adalah penyakit menular, cara penularannya dapat melalui perantara inhalation of aerosol / droplet from oropharyngeal secretions

dan saliva yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Dokter gigi memiliki risiko yang sangat tinggi tertular penyakit dan dapat juga menularkan penyakit antara pasien, dokter gigi, perawat dan bahkan tenaga laboratorium gigi. Penularannya dapat langsung maupun tidak langsung (melalui obyek / media). Penularan dapat melalui bahan cetak yang sering digunakan pada praktek dokter gigi, sehingga perlu upaya pencegahan melalui sterilisasi. Sterilisasi dapat dilakukan dengan menggunakan bahan kimia yang disebut desinfektan dengan berbagai pertimbangan seperti waktu dan macam desinfektan yang digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perendaman bahan cetak alginat (hydrocolloid irreversible) dengan glutaraldehyde 2% dapat mencegah kontaminasi Mycobacterium Tuberculosis pada Stone Cast. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan post test only control group design, menggunakan perendaman glutaraldehyde 2% pada bahan cetak alginat (hydrocolloid irreversible) selama 10 menit, 15 menit, 25 menit.

Pada penelitian ini menunjukkan tidak adanya kontaminasi Mycobacterium Tuberculosis pada Stone Cast setelah dilakukan perendaman bahan cetak alginat selama 10 menit, 15 menit dan 25 menit. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perendaman bahan cetak alginat (hydrocolloid irreversible) dengan glutaraldehyde 2% dan waktu perendaman selama 10 menit efektif mencegah kontaminasi Mycobacterium Tuberculosis pada Stone Cast. Perlu penelitan lebih lanjut terhadap perendaman bahan cetak alginat (hydrocolloid irreversible) dengan glutaraldehyde 2% selama 5 menit atau kurang dari 10 menit dan mengetahui efektifitas Glutaraldehyde 2% terhadap virus dan bakteri lainnya.

Kata kunci: Tuberculosis, Mycobacterium Tuberculosis, bahan cetak alginat,

(9)

ABSTRACT

THE IMMERSION OF ALGINATE IMPRESSION

(HYDROCOLLOID IRREVERSIBLE) WITH

GLUTARALDEHYDE 2% COULD PREVENT

MYCOBACTERIUM TUBERCULOSIS CONTAMINATION ON

THE STONE CAST

Tuberculosis disease is a contagious disease caused through inhalation of aerosol/droplet from oropharyngeal secretions and saliva and caused by

Mycobacterium tuberculosis. Dentists are on the high risk position either to be infected and to spread the infection to patients, dentists, dental nurses, and even to technicians. The spreading can happen directly or indirectly (through objects/media). Transmission can be through alginate impression material that are often used in dental practice, so that the necessary prevention through sterilization can use chemicals called disinfection by various considerations such as timing and range of disinfectants that are used.

The objection of this research is to acknowledge the prevention of

Mycobacterium tuberculosis contamination to stone cast by immersing impression material (hydrocolloid irreversible) in the glutaraldehyde 2%. This is an experimental research with post test only control group design, with alginate impression material (hydrocolloid irreversible) is immersed in the glutaraldehyde 2% for 10, 15, and 25 minutes.

This result shows that there is no Mycobacterium tuberculosis contamination on the stone cast after the immersion of alginate impression material for 10, 15, and 25 minutes. The conclusion is the immersion of alginate impression material (hydrocolloid reversible) in the glutaraldehyde 2% for 10 minutes is effective to prevent Mycobacterium tuberculosis contamination on the stone cast. The need of further research of immersing alginate impression material (hydrocolloid reversible) with glutaraldehyde 2% for 5 minutes or less than 10 minutes are important to know about the effectiveness of glutaraldehyde 2% against viruses and other bacteria.

Keywords: Tuberculosis, Mycobacterium tuberculosis, alginate impression material, glutaraldehyde 2%

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PERSYARATAN GELAR ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ... iv

UCAPAN TERIMAKASIH ... v

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR SINGKATAN ... xiii DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 6 1.3 Tujuan Penelitian ... 6 1.3.1 Tujuan Umum ... 6 1.3,2 Tujuan Khusus ... 6 1.4 Manfaat Penelitian ... 7 1.3.1 Manfaat Akademik ... 7 1.3.2 Manfaat Praktis ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

2.1 Mycobacterium tuberculosis ... 9

2.1.1 Epidemiologi ... 9

2.1.2 Morfologi dan Identifikasi ... 9

2.1.3 Sifat Pertumbuhan ... 13

2.1.4 Cara Penularannya ... 14

2.1.5 Patogenesis Penyakit Tuberculosis ... 15

2.1.6 Reaksi Terhadap Bahan Fisik dan Kimia ... 16

2.2 Bahan Cetak Alginat ... 17

2.2.1 Komposisi ... 18

2.2.2 Manipulasi... 19

2.2.3 Bahan Cetak Alginat Sebagai Media Cross Infection ... 21

2.3 Stone Cast ... 21

2.4 Gypsum ... 22

2.5 Sterilisasi Bahan Cetak ... 23

2.5.1 Teknik Perendaman ... 24

2.5.2 Teknik Spray ... 26

(11)

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS

PENELITIAN ... 30

3.1 Kerangka Berpikir ... 30

3.2 Konsep Penelitian ... 31

3.3 Hipotesis Penelitian ... 32

BAB IV METODE PENELITIAN ... 33

4.1 Rancangan Penelitian ... 33

4.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 34

4.3 Penentuan Sumber Data ... 35

4.3.1 Kriteria Sampel ... 35

4.3.2 Besar Sampel... 35

4.4 Varaiabel Penelitian ... 36

4.4.1 Klasifikasi dan Identitas Variabel ... 36

4.4.2 Hubungan antar Variabel ... 37

4.5 Definisi Operasional Variabel ... 38

4.6 Bahan Penelitian ... 40 4.7 Instrumen Penelitian... 40 4.8 Prosedur Penelitian ... 41 4.8.1 Tahap Persiapan ... 41 4.8.2 Pembuatan Media ... 41 4.8.2.1 Pembuatan Garam ... 42

4.8.2.2 Pembuatan Telur yang Dikocok ... 42

4.8.2.3 Pembuatan Media Telur yang Belum Dimasak ... 42

4.8.3 Peremajaan Isolat Mycobacterium tuberculosis... 44

4.8.4 Suspensi Mycobacterium tuberculosis ... 46

4.8.5 Tahap Pelaksanaan ... 46

4.9 Alur Penelitian ... 49

4.10 Analisis Data ... 52

BAB V HASIL PENELITIAN ... 53

5.1 Kontaminasi Mycobacterium tuberculosis ... 53

BAB VI PEMBAHASAN ... 56

6.1 Media Lowenstain Jensen ... 56

6.2.Peremajaan Dan Suspensi Isolat Mycobacterium tuberculois ... 56

6.3.Bahan Cetak Alginat ... 58

6.4 Kontaminasi Mycobacteriun tuberculosis Pada Stone Cast ... 58

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ... 64

7.1 Simpulan ... 64

7.2.Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 66

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1 Mycobacterium tuberculosis ... 11

2.2 Dinding Sel Mycobacterium tuberculosis ... 13

2.3 Proses Pencetakan Pada Mulut penderita ... 20

2.4 Cetakan Alginat ... 20

2.5 Stone Cast ... 22

3.1 Konsep Penelitian ... 31

4.1 Rancangan Penelitian ... 33

4.2 Hubungan antar Variabel ... 37

4.3 Pembuatan Media Lowenstain Jensen ... 43

4.4 Media Lowenstain Jensen ... 44

4.5 Peremajaan Isolat Mycobacterium tuberculosis ... 45

4.6 Mycobacterium tuberculosis ... 46

4.7 Bahan Cetak Alginat ... 48

4.8 Suspensi Mycobacterium tuberculosis ... 48

4.9 Perendaman Bahan Cetak Alginat ... 48

4.10 Kontaminasi Mycobacterium tuberculosis ... 49

4.11 Alur Penelitian ... 51

5.1 Hasil Pengamatan Kontaminasi Mycobacterium tuberculosis ... Pada Stone Cast ... 53

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

2.1 Tempat hidup dan perjalanan infeksi yang disebabkan oleh

bakteri patogen dari luar pada kedokteran gigi ... 15 5.1 Kontaminasi Mycobacterium tuberculosis Pada Stone Cast

Pada Perendamana Bahan Cetak Alginat Dengan Glutaraldehyde

2%. ... 54

5.2 Uji One Way Anova ... 55 5.3 Resume hasil Post Hoc Test Antara Kelompok Kontrol Dengan

Perlakuan ... 55

(14)

DAFTAR SINGKATAN

WHO : Word Health Organization

HIV : Human Immunodeficiency Virus

BTA : Basil Tahan Asam PG : Peptidoglycan

AG : Arabinogalactan

LAM : Lipoarabinomannan

TDM : Trehalose Dimycolate

TMM : Trehalose Monomycolate

PDIM : Phthiocerol Dimycocerosate

DAT : Diacyl Trehalose

IL-1 : Interleukin-1 IL-6 : Interleukin-6

TNF : Tumor Necrosis Factor TGF : Transforming Growth Factor

L J : Lowenstein Jensen

RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat RNA : Ribonukleat acid

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Komposisi Media Penelitian ... 71

Lampiran 2 Surat Keterangan Kelaikan Etik ... 72

Lampiran 3 Ijin Penelitian ... 73

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Penyakit Tuberculosis banyak terjadi pada negara berkembang atau yang memiliki tingkat sosial menengah ke bawah. Insiden penyakit ini meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh dunia termasuk juga Indonesia.

Tuberculosis merupakan salah satu penyakit infeksi penyebab kematian, hingga saat ini Tuberculosis masih tetap merupakan masalah kesehatan dan justru semakin berbahaya sehingga disebut sebagai The Re-emerging disease.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1999 memperkirakan bahwa sepertiga penduduk dunia (2 miliar orang) telah terinfeksi Mycobacterium tuberkulosis, Indonesia merupakan negara peringkat ketiga penderita Tuberculosis

terbanyak setelah Tiongkok dan India. Ketiga negara ini juga menyumbang 50 % penderita Tuberculosis terbesar di dunia. Jumlah kasus Tuberculosis baru di Indonesia adalah 583.000 orang pertahun. Tuberculosis merupakan penyakit infeksi paling banyak penyebab kematian pada anak dan dewasa (Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Bali, 2009).

Penyakit Tuberculosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, pada umumnya Mycobacterium tuberculosis

menyerang paru tetapi juga dapat menyerang organ tubuh lainnya (Pusat Informasi Penyakit Infeksi, 2009). Mycobacterium tuberculosis ditularkan dari

(17)

orang ke orang melalui inhalasi percik renik (droplet nuclei) yang di dalamnya mengandung Mycobacterium tuberculosis. Oleh karena ukurannya yang sangat kecil (<5μm), Mycobacterium tuberculosis dalam percik renik yang terhirup dapat mencapai alveolus, menuju alveolus yang berada di lobus bawah paru (Purniti, 2009).

Tuberculosis merupakan salah satu penyakit yang berbahaya bahkan dapat mematikan karena dapat menular melalui prosedur / pekerjaan klinik gigi melalui perantara inhalation of aerosol / droplets from orpharyngeal secretions dan

saliva (Runnells, 1988; Georgescu, 2002; Kumar, 2010). Mycobacterium tuberculosis memiliki sifat hidrofobik pada permukaan selnya dan pertumbuhannya yang berkelompok sehingga memiliki sifat cendrung lebih resisten terhadap bahan kimia dibandingkan dengan bakteri lainnya. Basil tuberkel dapat hidup pada suhu 30ºC – 40ºC dan tahan pengeringan dan dapat hidup untuk waktu yang lama (8 – 10) hari pada sputum kering yang melekat pada debu (Jawetz et al., 2004; Martin, 2008).

Dokter gigi memiliki resiko yang sangat tinggi tertular penyakit dan dapat juga menularkan penyakit antara pasien, dokter gigi, perawat / asisten dan bahkan tenaga laboratorium gigi. Penularan umumnya melalui saliva dan darah yang berkontak baik secara langsung maupun tidak langsung (melalui obyek atau media). Umumnya tindakan pencegahan penularan penyakit secara langsung selama ini sudah mendapat perhatian, seperti pemakaian masker, sarung tangan dan tindakan sterilisasi pada alat-alat yang digunakan (Georgescu et al., 2002). Di Indonesia pencegahan penularan penyakit dari pasien ke tenaga laboratorium gigi

(18)

kurang mendapat perhatian. Penularan ini dapat melalui bahan cetak yang kerap digunakan pada praktek dokter gigi. (Georgescu et al., 2002).

Pada praktek dokter gigi prosedur cor atau model adalah hal yang sangat penting. Berbagai jenis cor atau model dapat dibuat dari produk gypsum dengan menggunakan cetakan atau reproduksi negatif sebagai tempat untuk gypsum. Pada cetakan gypsum (stone cast) inilah dokter gigi membuat konstruksi baik untuk protesa lepasan maupun cekat. Salah satu bahan cetak yang sering digunakan adalah bahan cetak alginat.

Bahan cetak alginat merupakan bahan cetak hidrocoloid irreversible yang artinya bahan koloid yang digunakan dengan cara dilarutkan dalam air dan tranformasinya tidak dapat kembali ke bentuk semula. Bahan cetak yang telah dimanipulasi akan dicetakkan ke dalam mulut penderita dan terkontaminasi oleh saliva penderita. Penggunaan bahan cetak alginat jauh melampaui bahan cetak yang lainnya (Reueggeberg, 1992; Phillis, 1996). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa Stapilococcus aureus, Esceria coli dan Candida albicans

dapat hidup pada bahan cetak alginat (Bergman,1889). Oral microorganism dapat tumbuh dan berkembang pada bahan cetak alginat (Agung et al., 2010). Penelitian lain menunjukkan bahwa mikroorganisme dapat berpindah dari bahan cetak alginat ke stone cast (Leung et al., 1983). Bahan cetak alginat dapat terkontaminasi Escherichia coli, Stapilococcus aureus, Enterobabacter claocea, Pseudomonasnseruginosa, Klebsiella pneumonise, Actinobacter calcoaceticus, Bacillus sublilia, Mycobacterium phlei dan Candida albicans (Ivanovski et al., 1995). Ray dan Fuller 1963, menemukan 12% bahan cetak alginat terkontaminasi

(19)

Mycobacterium tuberculosis pada pasien yang diketahui menderita Tuberculosis. Stone cast dapat terkontaminasi oleh Streptococcus sanguis, Streptococcus salivarius, Pseudomonas aeruginosa (Yukinori et al., 1999; Samaranayake, 2000). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa bahan cetak alginat merupakan media cross infection. Ketika bahan cetak diproses selanjutnya di laboratorium juga berpotensi untuk memindahkan bakteri atau virus ke permukaan model yang dibentuk, sehingga model yang terbuat dari gypsum juga potensial sebagai media cross infection (Leung, 1983; Kugel et al., 2000 ; Georgescu et al., 2002). Stone cast berasal dari bahan cetak alginat yang sudah terkontaminasi mikroorganisme yang infeksius dapat menular ke tenaga laboratorium gigi ketika melakukan triming pada casts atau dies melalui inhalasi (Kugel et al., 2000).

Pencegahan cross infection dapat dilakukan dengan melakukan sterilisasi bahan cetak alginat. Dengan cara ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan mengurangi resiko penularan penyakit baik pada dokter gigi, perawat gigi dan terutama pada tenaga laboratorium gigi (Kugel et al., 2000; Georgescu et al., 2002; Agung et al., 2010). Sterilisasi bahan cetak alginat dapat dilakukan dengan menggunakan bahan kimia yang biasa disebut desinfektan. Penelitian Shofou et al, 2002, di Swedia menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan pertumbuhan bakteri pada bahan cetak alginat antara penggunaan dari 50% desinfektan dan 50% pencucian dengan air mengalir.

Berbagai macam bahan desinfektan telah dicoba untuk mensterilkan bahan cetak alginat dengan berbagai pertimbangan seperti waktu atau lamanya

(20)

perendaman dan macam desinfektan yang digunakan. Perendaman selama 30 menit dengan jenis desinfektan yang tepat efektif untuk mencegah penularan penyakit dari bahan cetak alginat (Laksman, 1991).

Glutaraldehyde merupakan desinfektan golongan aldehyde, termasuk desinfektan yang kuat, spektrum aplikasi luas, dapat membunuh mikroorganisme dan virus. Bekerja dengan cara denaturasi protein dan umum digunakan dalam campuran air konsentrasi 0,5% – 5%. Beberapa penelitian telah menunjukkan efektivitas glutaraldehyde terhadap virus HIV (Rusmah, 1993). Keunggulan golongan aldehyde adalah sifatnya yang stabil, persisten, efek samping minimal, dapat dibiodegradasi dan tidak menyebabkan kerusakan pada material peralatan (Rismana, 2010). Larutan glutaraldehyde 2% efektif terhadap bakteri vegetatif seperti Mycobacterium tuberculosis, fungi dan virus akan mati dalam waktu 10 – 20 menit. Glutaraldehyde 2% direkomendasikan untuk sterilisasi peralatan bedah, daerah operasi, perawatan endodontik intrakanal dan sterilisasi bahan cetak alginat pada bidang kedokteran gigi (Rusmah, 1993; Sukhija et al., 2010).

Atas dasar uraian di atas, maka diadakan penelitian untuk mengetahui

glutaraldehyde 2% dapat mencegah kontaminasi Mycobacterium tuberculosis

pada stone cast dan lamanya waktu perendaman mempengaruhi kontaminasi

Mycobacterium tuberculosis pada stone cast, sehingga dapat mencegah penularan penyakit Tuberculosis secara tidak langsung dari pasien ke tenaga laboratorium gigi.

(21)

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah perendaman bahan cetak alginat dengan glutaraldehyde 2% selama 10 menit, 15 menit dan 25 menit dapat mencegah kontaminasi

Mycobacterium tuberculosis pada stone cast ?

2. Apakah perendaman bahan cetak alginat dengan glutaraldehyde 2% selama 10 menit, 15 menit dan 25 menit memberikan efek yang berbeda dalam mencegah kontaminasi Mycobacterium tuberculosis

pada stone cast ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui efektivitas lama perendaman bahan cetak alginat dengan glutaraldehyde 2% untuk mencegah kontaminasi Mycobacterium tuberculosis pada stone cast.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengetahui waktu perendaman bahan cetak alginat dengan

glutaraldehyde 2% selama 10 menit, 15 menit dan 25 menit dapat mencegah kontaminasi Mycobacterium tuberculosis pada stone cast.

(22)

2. Mengetahui waktu perendaman bahan cetak alginat dengan

glutaraldehyde 2% yang efektif untuk mencegah kontaminasi

Mycobacterium tuberculosis pada stone cast.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini yaitu manfaat akademik dan manfaat praktis.

1.4.1 Manfaat akademik

Dari sisi akademik penelitian yang dilakukan ini dapat memberikan manfaat berupa :

1. Menambah informasi bahwa glutaraldehyde 2% merupakan desinfektan pada bahan cetak alginat, serta data kemampuan mencegah cross infectionMycobacterium tuberculosis.

2. Sumber data dan informasi mengenai desinfektan glutaraldehyde 2%, dapat dipakai sebagai penelitian lebih lanjut.

3. Sumber informasi cara pencegahan penularan penyakit Tuberculosis

khususnya pada praktek dokter gigi.

1.4.2 Manfaat praktis

Bila penelitian ini terbukti, maka glutaraldehyde 2% dapat digunakan sebagai desinfektan yang efektif untuk mencegah kontaminasi

(23)

penularan dan penyebaran penyakit Tuberculosis pada masyarakat khususnya pada praktek dokter gigi.

(24)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Mycobacterium tuberculosis

Penyakit Tuberculosis merupakan salah satu penyakit tertua yang diketahui menyerang manusia. Penyakit ini disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, sebagian besar Mycobacterium tuberculosis menyerang paru, tetapi dapat juga menyerang organ tubuh lainnya. Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch di Berlin, Jerman pada tahun 1882. Jika diterapi dengan benar

tuberculosis yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yang peka terhadap obat, praktis dapat disembuhkan. Apabila tanpa terapi penyakit

tuberculosis ini akan menyebabkan kematian.

Mycobacterium tuberculosis telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia (2 miliar orang) dengan angka tertinggi di Afrika, Asia, dan Amerika Latin. Oleh karena itu WHO mencanangkan keadaan darurat global untuk penyakit

Tuberculosis pada tahun 1993 (Pusat Info penyakit Infeksi, 2009).

2.1.1 Epidemologi

Sumber yang paling sering adalah manusia yang mengekskresikan, terutama dari traktus respiratorius, basil tuberkel dalam bentuk banyak. Kontak erat misalnya dalam sebuah keluarga dan pajanan masif misalnya, pada petugas kesehatan membuat transmisi melalui droplet paling mungkin terjadi. Kerentanan terhadap tuberculosis adalah fungsi resiko infeksi yang didapat dan resiko

(25)

penyakit klinis setelah infeksi muncul. Untuk orang yang hasil tuberkulinnya negatif, resiko terkena basil tuberkel tergantung pada pajanan sumber – sumber basil infeksius terutama pasien dengan sputum positif. Resiko ini sebanding dengan laju infeksi aktif dalam populasi, komunitas, sosioekonomi, dan perawatan medis yang adekuat. Infeksi terjadi pada usia lebih muda di daerah perkotaan dari pada pedesaan. Penyakit hanya muncul pada sebagian individu yang terinfeksi. Di Amerika Serikat saat ini, penyakit aktif mempunyai beberapa pola epidemologik tempat individu berada pada resiko tinggi : kaum minoritas, terutama Afrika, Amerika dan Hispanik; pasien yang terinfeksi HIV; tuna wisma dan orang usia sangat muda dan sangat tua. Pasien yang pernah terinfeksi dengan

tuberculosis dapat terinfeksi kembali secara eksogen (Jawetz et al., 2004).

2.1.2 Morfologi dan identifikasi

Klasifikasi Mycobacteruim sebagai berikut :

- Kingdom : Bacteria - Phylum : Actinobacteria - Suborder : Corynebacterineae - Family : Mycobacteriaceae - Order : Actinomycetales - Genus : Mycobacterium - Species : M. tuberculosis

(26)

Gambar 2.1 : Mycobacterium tuberculosis (Todar Kenneth, 2011)

Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang, berukuran panjang 5µm dan lebar 3µm, tidak membentuk spora, dan termasuk bakteri aerob.

Mycobacteria dapat diberi pewarnaan seperti bakteri lainnya, misalnya dengan pewarna gram. Namun, sekali mycobacteria diberi warna oleh pewarna gram, maka warna tersebut tidak dapat dihilangkan dengan asam. Oleh karena itu, maka

mycobacteria disebut Basil Tahan Asam atau arabinogalactan BTA. Pada dinding sel mycobacteria, lemak berhubungan dengan dan peptidoglycan di bawahnya. Struktur ini menurunkan permeabilitas dinding sel, sehingga mengurangi efektivitas dari antibiotik. Lipoarabinomannan, suatu molekul lain dalam dinding sel mycobacteria, berperan dalam interaksi antara inang dan patogen, menjadikan

Mycobacterium tuberculosis dapat bertahan dalam makrofag (Jawetz et al., 2004;

(27)

Sel mikobakteria terdiri dari :

- Lipid : Mikrobia kaya akan lipid, termasuk asam mikolat (asam lemak rantai panjang C78 - C90), bahan dari lilin dan pospatida. Dalam sel lipid secara luas berikatan dengan protein dan polisakarida. Strain basil tuberkel yang virulen membentuk "korda serpentin" mikroskopik dimana basil cepat asam disusun dalam rantai paralel. Pembentukan korda dihubungkan dengan virulensi. Sebuah "faktor korda" (trehalosa-6,6-dimikolat) telah diekstrak dari basil virulen dengan petrolium eter. Ini menghambat migrasi leukosit, menyebabkan granuloma kronik, dan bertindak sebagai immunologi "adjuvant".

- Protein : masing-masing tipe mycobacterium berisi beberapa protein yang mendatangkan reaksi tuberkulin. Ikatan protein pada fraksi lilin, dengan injeksi menyebabkan sensitivitas tuberkulin.

- Polisakarida : mycobacterium terdiri dari berbagai polisakarida. Perannya pada patogenesis penyakit masih belum jelas, tetapi dapat menyebabkan hipersensitivitas tipe cepat dan dapat bertindak sebagai antigen dalam reaksi serum orang terinfeksi (Jawetz et al., 2004).

(28)

Komposisi dinding sel Mycobacterium tuberculosis terdiri dari peptidoglycan

(PG), arabinogalactan (AG), asam mikolik dan lipoglycans seperti

lipoarabinomannan (LAM). dinding sel lain berikatan dengan lipid meliputi

trehalose dimycolate (TDM), trehalose monomycolate (TMM), Phthiocerol Dimycocerosate (PDIM) and di-acyl trehalose (DAT).

Gambar 2.2 : Dinding sel Mycobacterium tuberculosis (Wick, 2010)

2.1.3 Sifat pertumbuhan Mycobacterium tuberculosis

Mycobacterium adalah aerob abligat dan mendapatkan energi dari oksidasi banyak komponen karbon sederhana. Peningkatan tekanan CO2 mendukung

pertumbuhan. Aktifitas biokimia tidak khas dan laju pertumbuhannya lebih lambat dari pada kebanyakan bakteri. Waktu replikasi basilus tuberkulosis sekitar 18 jam. Bentuk saprofitik cendrung untuk tumbuh lebih cepat, untuk berproliferasi dengan baik pada suhu 22ºC– 23ºC, untuk memproduksi pigmen, dan tidak terlalu bersifat tahan asam bila dibandingkan dengan bentuk patogennya (Jawetz et al., 2004). Bakteri dapat hidup pada suhu 30ºC - 40ºC walaupun suhu optimum untuk tumbuh dan berkembangbiaknya pada suhu 37ºC - 38ºC. Kuman akan mati pada suhu 60ºC dalam waktu 15 – 20 menit. Kuman yang melekat pada debu dapat tahan hidup selama 8 hari sampai 10 hari (Martin, 2008).

(29)

2.1.4Cara penularannya

Sumber penularannya adalah penderita Tuberculosis BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernafasan. Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Sputum dikatakan positif bila terdapat 1 x 104 organisms per mililiter (Southwick,

2003). Makin tinggi derajat positif basil pemeriksaan dahak, maka makin menular penderita tersebut (Pusat Informasi Penyakit Infeksi, 2009). Cara penularan melalui dahak dan saliva, oleh karena itu penyakit Tuberculosis ini merupakan salah satu penyakit infeksi serius yang ditemukan pada praktek dokter gigi (Runnels,1988; Georgescu et al, 2002). Manifestasi penyakit Tuberculosis sering dijumpai pada rongga mulut (Samaranayake, 2006).

(30)

Tabel : 1 . Tempat hidup dan perjalanan infeksi yang disebabkan oleh bakteri patogen dari luar pada kedokteran gigi.

Microorganisms Habitats Routes of transmission in dentistry

Infections Herpes Simplex Virus

type 1

Nasopharynx Direct contact Oral herpes Lesions, Conjunctivitis, Herpetic whitlow Hepatitis B Virus Hepatitis C Virus Hepatitis D Virus Hepatitis G Virus

Hepatocytes Inoculation ( sharps injuries ) Hepatitis B Hepatitis C Hepatitis D Hepatitis G Human Immunodeficiency virus ( HIV ) T4 Lymphocytes, some ather cells

Not yet proven HIV Infection, Aquired Immune Deficiency Syndrome ( AIDS ) Mycobacterium tuberculosis Pharynx Inhalation of aerosols/droplets from oropharyngeal secretion Tuberculosis Pseudomonas aeruginosa

Dental Unit Water Inhalation of aerosols ir ingetion of contaminated

water

Pnemonia, wound infections, Dental abcess Methiciclin resistants

Staphylococcus aureus

Mouth, skin, nasopharynx

Direct contact by hands Dental abcess

Candida albicans Mouth, skin Direct contact with saliva and

nasopharyngeal secretions

Candidiasis, Cutaeous infections

Roum. Biotechnol. Lett., Vol. 7, No.4. 861-868 (2002)

2.1.5 Patogenesis penyakit Tuberculosis

Sifat patogen Mycobacterium tuberculosis didasarkan pada kemampuannya untuk bertahan hidup dalam makrofag, tidak didasarkan pada kemampuannya menghasilkan toksin. Bakteri ini menghambat priming dan aktivitas makrofag disebabkan adanya lipida mycobacterium. Setelah makrofag alveolar menelan

Mycobacterium tuberculosis, maka makrofag akan melakukan 3 fungsi penting : menghasilkan enzim proteolitik dan metabolit lain yang mempunyai efek bakteriosidal, menghasilkan mediator terlarut (sitokin) sebagai respon terhadap

Mycobacterium tuberculosis berupa IL-1, IL-6, Tumor Necrosis Factor alfa

(31)

mepresentasikan antigen mikobakeri pada limposit T. Sitokin yang dihasilkan mempunyai potensi untuk menekan efek immunoregurator dan menyebabkan manifestasi klinis terhadap Tuberculosis. IL-1 merupakan pirogen endogen menyebabkan demam sebagai karakteristik Tuberculosis. IL-6 akan meningkatkan produksi imunoglobulin oleh sel B yang teraktifasi, menyebabkan hiperglobulinemia yang banyak dijumpai pada penderita Tuberculosis. TGF untuk meningkatkan produksi metaboit nitrit oksidasi dan membunuh bakteri serta diperlukan untuk pembentukan granuloma untuk mengatasi infeksi mikrobakteri. Selain itu TNF dapat menyebabkan efek patogenesis seperti demam, menurunnya berat badan dan nekrosis jaringan yang merupakan ciri khas Tuberculosis

(Southwick, 2003; Handayani, 2009).

Timbulnya reaksi hipersensitivitas yang akan merusak jaringan di sekitarnya disebabkan oleh adanya respon imun terhadap basil ini. Reaksi imunologis yang timbul terhadap Mycobacterium tuberculosis adalah tipe cell mediated, yang dimediasi oleh Th1 T helper cells, yang menimbulkan suatu imunitas protektif. Namun terlibatnya sel Th2, Cytotoxic T cells akan menimbulkan kerusakan pada jaringan sekitar ke arah yang lebih buruk (Roitt, 2004).

2.1.6 Reaksi terhadap bahan fisik dan kimia

Mycobacterium memiliki sifat hidrofobik pada permukaan selnya dan pertumbuhannya yang berkelompok sehingga memiliki sifat cendrung lebih resisten terhadap bahan kimia dibandingkan dengan bakteri lainnya. Pada keadaan

(32)

asam dan basa memungkinkan beberapa basil tuberkel yang terpajan dapat hidup dan digunakan untuk membantu mengeliminasi organisme yang mengontaminasi dan untuk konsentrasi spesimen klinis. Basil tuberkel tahan pengeringan dan dapat hidup untuk waktu yang lama pada sputum yang dikeringkan (Jawetz et al., 2004).

2.2 Bahan Cetak Alginat

Pada praktek dokter gigi prosedur cor atau model adalah hal yang sangat penting. Berbagai jenis cor atau model dapat dibuat dari produk gypsum dengan menggunakan cetakan atau reproduksi negatif sebagai tempat untuk gypsum. Pada cetakan gypsum (stone cast) inilah dokter gigi membuat konstruksi baik untuk protesa lepasan maupun cekat. Salah satu bahan cetak yang sering digunakan adalah bahan cetak alginat.

Pada akhir abad yang lalu seorang ahli kimia dari Skotlandia memperhatikan bahwa rumput laut tertentu yang berwarna coklat (Algae) bisa menghasilkan suatu ekstrak lendir. Ia menamakan algin. Substansi alam ini kemudian diidentifikasi sebagai suatu polimer linier dengan berbagai kelompok asam karboksil dan dinamakan asam anhydro β-dmanuronic (asam alginik). Asam alginik serta kebanyakan garam anorganik tidak larut dalam air, tetapi garam yang diperoleh dengan natrium, kalium, dan amonium larut dalam air.

Ketika bahan cetak agar menjadi langka karena perang Dunia II (Jepang adalah sumber agar utama), penelitian – penelitian selanjutnya menemukan

(33)

irreversibel) merupakan bahan cetak yang artinya bahan koloid yang digunakan dilarutkan dalam air dan tranformasinya tidak dapat kembali ke bentuk semula. Penggunaan umum bahan cetak ini jauh melampaui bahan cetak yang lainnya, karena bahan cetak jenis ini adalah : manipulasi mudah, nyaman bagi pasien, dan relatif tidak mahal karena tidak memerlukan banyak peralatan (Philip, 1996).

2.2.1 Komposisi

Komposisi aktif utama dari bahan cetak hydrocoloid irreversibel adalah salah satu alginat yang larut dalam air, seperti natrium, kalium, atau alginat trietanolamin, potasium alginat, zine oxside, glikol dan bahan pewangi. Bila alginat larut air dicampur dengan air, bahan tersebut membentuk sol. Sol sangat kental meskipun konsentrasi sangat rendah. Alginat yang dapat larut membentuk sol dengan cepat bila bubuk alginat dan air dicampur dengan kuat. Kalium yang tersisa setelah pengerasan mempunyai sifat mengeluarkan air atau dapat juga mengambil air (Philip,1996).

Proses gelasi, Reaksi khas sol – gel dapat digambarkan secara sederhana sebagai reaksi alginat larut air dengan kalsium sulfat dan pembentukan gel kalsium alginat yang tidak larut. Kalsium sulfat bereaksi dengan cepat untuk membentuk kalsium alginat tidak larut dari kalium atau natrium alginat dalam suatu larutan cair. Produk kalsium alginat ini begitu cepat sehingga tidak meyediakan cukup waktu kerja. Untuk memperpanjang waktu kerja maka ditambahkan garam larut air yaitu trinatrium fosfat (Philip,1996).

(34)

Bahan cetak alginat dikemas dalam kantong tertutup secara individual dengan berat bubuk yang sudah ditakar untuk membuat suatu cetakan atau dalam jumlah besar di kaleng.

2.2.2 Manipulasi

Bahan cetak alginat mudah digunakan. Bahan ini bersifat hidrofilik, sehingga permukaan jaringan yang lembab bukanlah kendala, karena hanya 1 campuran yang dibuat, maka bahan yang telah diaduk diletakkan pada sendok cetak.

Mempersiapkan pengadukan :

Bubuk yang telah ditakar ditaburkan ke dalam air yang juga telah ditakar dan ditempatkan pada mangkok bersih. Bubuk dan air disatukan dengan pengadukan secara hati – hati menggunakan spatula logam. Campuran ditempatkan pada sendok cetak yang sesuai, yang dimasukkan ke dalam mulut. Sebelum menempatkan cetakan ke dalam mulut, bahan tersebut harus mencapai konsistensi tertentu sehingga tidak mengalir ke luar sendok cetak dan membuat pasien tersendak. Setelah hasil cetakan berbentuk gel, perlahan – lahan cetakan di keluarkan dari mulut pasien. Setelah cetakan dikeluarkan dari mulut, harus langsung dicuci dengan air mengalir untuk membersihkan cairan rongga mulut dari permukaannya, kemudian dikeringkan. Akan tetapi permukaan cetakan tidak boleh dikeringkan seratus persen, karena gel akan melekat pada permukaan model tuang sewaktu hendak dibuka.

(35)

Penuangan campuran stone untuk mengisi cetakan harus dimulai dari salah satu ujung cetakan lengkung rahang. Permukaan model stone yang sedikit lebih unggul diperoleh bila stone mengeras dalam lingkungan dengan kelembaban relatif 100 %. Model stone harus tetap berkontak dengan cetakan selama 60 menit atau minimal 30 menit, sebelum cetakan dipisahkan dari model. Waktu ini diperlukan untuk proses pengerasan campuran stone (Philip, 1996).

Gambar 2.3 : Proses pencetakan pada mulut penderita

(36)

2.2.3 Bahan cetak alginat sebagai media cross infection

Pada saat melakukan pencetakan, bahan cetak pasti berkontak dengan saliva dan debris, terkadang hasil cetakan terkontaminasi darah. Apabila bahan cetak tersebut tidak disterilkan, maka bahan cetak tersebut dapat terkontaminasi bakteri, virus dan organisme patogen lainnya (Minagi, 1986; Marcus, 1994; Georgescu et al., 2002). Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan cetak dapat menjadi media cross infection dari pasien ke dokter gigi atau ke tenaga laboratorium (Laksman, 1991; Owen et al., 1993; Luis, 1999; Georgescus et al., 2002; Samaranayake, 2006). Stapilococcus aureus, escheria coli dan candida albicans dapat hidup pada bahan cetak alginat (Rosen, 1991; Bergman, 1998; Al-Kheraif, 2008). Oral microorganism dapat tumbuh pada alginat. Hal ini telah dibuktikan dengan penelitian yang menunjukkan bahwa alginat yang telah dicetakkan ke penderita kemudian diinkubasi selama 24 jam didapatkan adanya penambahan jumlah microorganism yang terdapat pada alginat tersebut (Agung et al., 2010). Bahkan microorganisme dapat berpindah dari bahan cetak alginat ke

stone cast (Leung dan Shonfeld, 1983; Kugel et al., 2000; Georgescu et al., 2002).

2.3 Stone cast

Stone cast adalah model positif dari jaringan yang dibuat dalam rongga mulut. Bentuk positif dari jaringan rongga mulut ini didapat dengan cara mencapurkan plaster of Paris dengan air dan ditempatkan ke dalam sendok cetak dan ditekan pada jaringan rahang. Plaster dibiarkan mengeras, kemudian

(37)

dituangkan gypsum. Cetakan plaster ini sebagai mold atau master. Pada model inilah gigi tiruan dibuat tanpa diperlukan kehadiran pasien. Stone cast dapat terkontaminasi oleh Streptococcus salivarius ATCC7073, Pseudomonas sanguis

ATCC10556 dan Candida albicans (Koji et al., 1999).

Gambar 2.5: Stone Cast (Laboratory Dental Cabinet, 2011)

2.4 Gypsum

Gypsum adalah mineral yang merupakan hasil tambang. Gypsum juga merupakan produk samping dari beberapa proses kimia. Secara kimiawi, gypsum

yang dihasilkan untuk tujuan kedokteran gigi adalah kalsium sulfat dehidrat

murni. Produk gypsum digunakan dalam kedokteran gigi untuk membuat model studi dari rongga mulut serta maksilo-fasial dan sebagai piranti penting untuk pekerjaan laboratorium kedokteran gigi yang melibatkan pembuatan protesa gigi.

(38)

2.5 Sterilisasi Bahan Cetak

Infeksi merupakan proses masuknya mikoorganisme, terjadi kolonisasi dan menimbulkan penyakit (respon seluler). Ada tiga faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi yaitu patogenitas, virulen dan dosis. Patogenitas adalah kemampuan agen yang menyerang jaringan tubuh dan menyebabkan sakit. Virulensi adalah ukuran derajat keganasan / keparahan infeksi. Dosis adalah jumlah mikroorganisme yang harus ada untuk dapat menyebabkan penyakit. Penularan penyakit dapat melalui kontak langsung maupun tidak langsung. Kontak langsung terjadi ketika mikroorganisme berpindah dari seseorang ke orang lain secara langsung tanpa melalui obyek perantara yang terkontaminasi, sedangkan kontak tidak langsung terjadi ketika mikroorganisme berpindah dari seseorang ke orang lain melalui obyek yang terkontaminasi (Rohani, 2010).

Bahan cetak merupakan salah satu obyek atau media yang memungkinkan terjadinya kontaminasi bakteri atau virus dari pasien baik ke dokter gigi, perawat gigi maupun tenaga laboratorium gigi (Robert et al., 1989). Beberapa bakteri,

Staphylococcus aureus, Escheria coli, dan Candida albicans dapat hidup pada bahan cetak alginat (Bergman, 1989; Samaranayake, 2006). Selain itu virus hepatitis B juga dilaporkan dapat bertahan hidup pada bahan cetak alginat (Georgescu et al., 2002). Sterilisasi bahan cetak setelah prosedur pencetakan perlu dilakukan dapat berupa penyemprotan dan perendaman ke dalam bahan-bahan desinfektan. Bahan desinfektan perlu diperhatikan jenis dan waktu perlakuannya. Jenis desinfektan perlu diperhatikan karena dapat mempengaruhi bahkan merusak bahan cetak.

(39)

Pencegahan cross infection mikroba atau viral kontaminan dari rongga mulut sampai ke stone cast (model gigi) dapat dilakukan dengan dua teknik sebagai berikut :

1. Merendam atau mencelupkan dalam cairan desinfektan. 2. Spray.

2.5.1 Teknik perendaman

Berbagai macam bahan desinfektan telah dicoba untuk mensterilkan bahan cetak dengan berbagai pertimbangan misalnya lama atau waktu perendaman serta perubahan permukaan bahan cetak. Waktu perendaman dan jenis larutan perendaman tertentu dapat berpengaruh terhadap perubahan permukaan sehingga mempengaruhi akurasi model kerja. Beberapa peneliti menunjukkan bahwa bahan cetak mengalami perubahan setelah dilakukan perendaman selama 4 jam sampai 7 jam dan 16 jam. Permalastic / hipochloride selama 16 jam dan Permalastic / glutaraldehyde selama 7 jam. Kedua bahan tersebut memerlukan waktu perendaman yang lama. Sterilisasi bahan cetak Polysilfide Rubber dapat dilakukan dengan berbagai macam larutan desinfektan dengan waktu perendaman 1 jam. Laporan lain menyatakan bahan cetak polyether tidak berubah bila direndam selama 30 menit sampai 1 jam (Bregman,1989)

Bahan yang dapat disterilkan dengan teknik merendam adalah :

polysulphide, silicone, polyether impression, agar impression, dapat direndam di dalam larutan iodophor atau phenolic buffer. Stone atau irreversible hydrocolloid

(40)

hypochloride merupakan desinfektan yang efektif pada bakteri, virus dan fungi untuk irreversible hydrocolloid solutions. Silicone impression materials dapat direndam selama 1 jam pada sodium hypochlorite solution. Glutaraldehyde juga dapat digunakan sebagai desinfektan pada impression (Minagi, 1990; Sukhija et al., 2010). Perendaman selama 30 menit dengan jenis desinfektan yang tepat, efektif untuk mencegah penularan infeksi dari bahan cetak (Laksman, 1991).

Pada pasien yang beresiko tinggi, sebaiknya bahan cetak terlebih dahulu dicuci dengan air kemudian direndam 1 jam dalam larutan glutaraldehyde alkaline 2% sebelum diisi dengan gypsum.

Penggunaan desinfektan dengan teknik perendaman (Owen et al.,1993) :

1. Silicone : diamkan dalam glutaraldehyde selama 1 jam, bilas dengan air

2. Irreversible hydrocolloid (bahan cetak alginat).

a. Untuk model diagnosa : rendam dalam glutaraldehyde selama 10 menit.

b. Untuk final impressions : rendam dalam glutaraldehyde, bilas dengan air steril, rendam lagi, dan diamkan dalam keadaan lembab selama 10 menit.

c. Zine oxide eugenol : rendam selama 10 menit dalam

glutaraldehyde.

(41)

e. Silicone impressions : rendam selama 10 menit dalam

glutaraldehyde.

f. Polyether impressions : sama dengan irreversible hydrocolloid.

2.5.2 Teknik spray

Teknik spray dapat dilakukan pada irreversible hydrocolloid (bahan cetak alginat) dan stone cast. Teknik ini sangat sederhana, namun secara ekonomis mungkin memerlukan biaya yang lebih tinggi karena sediaan biasanya sudah dikemas sedemikian rupa oleh pabrik pembuatnya. Laporan perbedaan efektifitas sterilisasi spray dengan teknik perendaman belum banyak ditemukan.

Langkah praktis sterilisasi bahan cetak :

1. Bersihkan bahan cetak dari debris, saliva atau darah dengan air mengalir. 2. Setelah bersih hapuskan atau usapkan dengan desinfektan.

3. Biarkan permukaan dalam keadaan basah. 4. Masukkan ke dalam kantong plastik.

Perlu diingat sendok cetak yang telah digunakan oleh penderita AIDS sebaiknya disterilkan sebelum dibersihkan dan kemudian disterilkan lagi (Fedric,1988).

(42)

2.5.3. Glutaraldehyde

Desinfektan didefinisikan sebagai bahan kimia atau pengaruh fisika yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme yang patogen. Dalam proses sterilisasi, penambahan bahan desinfektan berupa bahan kimia merupakan salah satu cara yang sering dilakukan. Banyak bahan kimia yang dapat berfungsi sebagai desinfektan, bahan kimia tertentu merupakan zat aktif dalam proses desinfektan dan sangat menentukan efektivitas dan fungsi serta target mikroorganisme yang akan dimatikan. Umumnya dikelompokkan ke dalam golongan aldehyde atau golongan pereduksi, yaitu bahan kimia yang mengandung gugus –COH ; golongan alkohol, yaitu senyawa kimia yang mengandung gugus –OH; golongan halogen atau senyawa terhalogenasi, yaitu senyawa kimia halogen atau yang mengandung gugus –x; golongan fenol dan fenol 1 terhalogenasi, golongan garam ammonium kuartener, golongan pengoksidasi, dan golongan biguanida (Fessenden et al., 1990; Rismana, 2010).

Bahan kimia golongan aldehyde yang umum digunakan antara lain

formaldehyde dan glutaraldehyde dan glikosal. Golongan aldehyde ini bekerja dengan cara denaturasi dan umum digunakan dalam campuran air dengan konsentrasi 0,5% - 5%. Daya aksi dalam kisaran jam, tetapi untuk kasus

formaldehyde daya aksi akan semakin jelas dan kuat bila pelarut air diganti dengan alkohol. Gutaraldehyde memiliki daya aksi yang lebih efektif dibandingkan dengan formaldehyde, sehingga lebih banyak dipilih dalam bidang

(43)

virologi dan tidak berpotensi kariogenik. Ambang batas konsentrasi kerja

glutaraldehyde 0,1 ml/m3 atau 0,1 mg/l dan mekanisme kerja glutaraldehyde

membunuh mikroorganisme melalui proses alkilasi protein atau asam nukleat (Rohani, 2010). Pada prinsipnya glutaraldehyde dapat digunakan dengan spektrum aplikasi luas, selain dapat membunuh mikroorganisme juga untuk membunuh virus dibandingkan dengan formaldehyde yang hanya dapat membunuh mikroorganisme. Keunggulan golongan aldehyde adalah :

1. Sifatnya yang stabil dan persisten. 2. Tidak bersifat korosif terhadap logam. 3. Dapat membunuh bakteri vegetatif.

4. Bakterisidal, tuberkulosidal, virusidal dan sporasidal (Katzung, 2009; Rohani, 2010)

Glutaraldehyde 2 % efektif terhadap bakteri vegetatif seperti

Mycobacteruim tuberculosis, fungi, dan virus akan mati dalam waktu 10 – 20 menit (Anonim, 2009). Rohani, 2010 berpendapat bahwa spesies Mycobacterium

tidak aktif diperlukan waktu pemaparan 20 – 30 menit. Glutaraldehyde 2%, pH 7,5-8,5 termasuk desinfektan tingkat tinggi (High Level Disinfectant/HDL) (Rohani, 2010).

Sedangkan kerugiannya antara lain :

1. Dapat menyebabkan resistensi mikroorganisme (Rusmana, 2010; Yamin et al., 2003).

(44)

2. Bau yang menyengat sehingga memerlukan ventilasi ruangan yang baik dan mengiritasi mata (Rohani, 2010).

Baru – baru ini, penelitian telah menunjukkan efektivitas glutaraldehyde

terhadap virus HIV. Studi juga menunjukkan bahwa glutaraldehyde memiliki efek samping yang minimal dan penetrasi terbatas dan efek yang cepat.

Glutaraldehyde 2% direkomendasikan untuk sterilisasi instrument bedah, daerah operasi, saluran akar selama terapi endodontik dan sterilisasi bahan cetak (Minagi, 1991; Rusmah, 1993; Sukhija et al., 2010). Karena tidak memiliki indikator biologis sebagai indikasi keberhasilan proses desinfeksi, faktor konsentrasi menjadi parameter yang harus dipantau menggunakan strip indikator konsentrasi (Rohani, 2010).

(45)

BAB III

KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1Kerangka Berpikir

Mycobacterium tuberculosis merupakan penyebab dari penyakit

Tuberculosis, yang penularannya dapat melalui droplet, saliva. Pada bidang kedokteran gigi penularannya sangat berisiko. Beberapa tindakan pembuatan gigi palsu, tumpatan tuang dan lainnya selalu melalui prosedur pencetakan yang menggunakan bahan cetak alginat, baik untuk mendapatkan model kerja atau model anatomi, dan sudah dipastikan bahwa bahan cetak tersebut telah terkontaminasi saliva penderita. Mikroorganisme dapat bertahan dan berpindah dari bahan cetak alginat ke stone cast. Oral microorganism dapat tumbuh dan berkembang pada bahan cetak alginat. Bahan cetak dapat menjadi media cross infection dari pasien ke dokter gigi atau ke tenaga laboratorium gigi. Stone cast berasal dari bahan cetak alginat yang terkontaminasi mikroorganisme infeksius dapat menular ke dental laboratorium ketika melakukan triming pada casts atau dies. Untuk mencegah terjadinya cross infection melalui bahan cetak alginat, maka tindakan sterilisasi perlu dilakukan. Salah satu bahan sterilisasi yang direkomendasikan untuk sterilisasi bahan cetak alginat pada bidang kedokteran gigi adalah

(46)

3,2 Konsep Penelitian

Berdasarkan permasalahan dan kajian pustaka yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya maka dapat dibuat suatu kerangka konsep yang terkait dengan masalah penelitian seperti di bawah ini.

Gambar 3.1 Konsep Penelitian Bahan cetak alginat JumlahKontaminasi

Mycobacterium tuberculosis

pada stone cast

Perendaman Glutaraldehyde 2%, 10 menit, 15 menit, 25 menit a. Suhu b. Media c. Waktu d. pH Mycobacterium tuberculosis

(47)

3.3 Hipotesis Penelitian

1. Perendaman bahan cetak alginat dengan Glutaraldehyde 2% selama 10 menit, 15 menit dan 25 menit dapat mencegah kontaminasi Mycobacterium tuberculosis pada stone cast.

2. Perendaman bahan cetak alginat dengan glutaraldehyde 2% selama 10 menit, 15 menit dan 25 menit memberikan efek yang berbeda dalam mencegah kontaminasi Mycobacterium tuberculosis

(48)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini bersifat eksperimental dengan Post test Only Control Group Design (Marczyk, 2005).

K O0 P1 O1 P2 O2 P3 O3

Gambar 4.1. Rancangan Penelitian Keterangan :

P : Populasi

S : Sampel (bahan cetak yang diberi hapusan Mycobacterium tuberculosis) Ra : Rendom alokasi K : Kontrol P S Ra aa

(49)

O0: Observasi kontaminasi Mycobacterium tuberculosis pada stone cast

tanpa perendaman.

O1: Observasi kontaminasi Mycobacterium tuberculosis pada stone cast setelah perendaman dengan glutaraldehyde 2% selama 10 menit.

O2: Observasi kontaminasi Mycobacterium tuberculosis pada stone cast setelah perendaman dengan glutaraldehyde 2% selama 15 menit.

O3: Observasi kontaminasi Mycobacterium tuberculosis pada stone cast setelah perendaman dengan glutaraldehyde 2% selama 25 menit.

K: Kelompok tanpa perlakuan (tanpa perendaman).

P1: Kelompok I, perendaman dengan glutaraldehyde 2% selama 10 menit.

P2: Kelompok II, perendaman dengan glutaraldehyde 2% selama 15 menit.

P3: Kelompok III, perendaman dengan glutaraldehyde 2% selama 25 menit.

4.2Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi : Laboratorium Mikrobiologi RSUP Sanglah.

Waktu : 3 bulan.

4.3Penentuan Sumber Data

(50)

Sampel penelitian ini didapat dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut :

a. Bahan cetak alginat yang telah siap dicor gips keras. b. Perbandingan powder dan air adalah 6,5 gr : 15 ml. c. Tidak ada porositas.

d. Diberi hapusan Mycobacterium tuberculosis.

Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah :

a. Hasil cetakan tidak dapat mewakili seluruh jaringan yang dicetak.

4.3.2 Besar sampel

Penelitian menggunakan bakteri, penetapan sampel sesuai dengan penetapan baku untuk uji bakteri menggunakan 104 bakteri. Untuk mendapatkan data yang valid pengulangan sesuai dengan Federer (Federer, 1999).

(n – 1) (t – 1) > 15 (n – 1) (4 – 1) = 15 (n – 1) (3) = 15 n = (15 : 3) + 1 n = 6 Keterangan : n : Banyaknya ulangan. t : Banyaknya perlakuan

(51)

Berdasarkan perhitungan dengan rumus diatas maka diperoleh n = 6. Karena sampel dibagi menjadi 4 kelompok, maka jumlah sampel adalah 24.

4.4Variabel Penelitian

4.4.1 Klasifikasi dan identifikasi variabel

Variabel pada penelitian ini adalah semua faktor yang mempengaruhi jumlah Mycobacterium tuberculosis pada stone cast, Antara lain :

Variabel bebas :

a. Perendaman Glutaraldehyde 2% selama 10 menit b. Perendaman Glutaraldehyde 2% selama 15 menit

c. Perendaman Glutaraldehyde 2% selama 25 menit

Variabel tergantung : Kontaminasi Mycobacterium tuberculosis pada stone cast Variabel kendali : a. Suhu b. Waktu c. Media d. pH

e. Bahan cetak alginat

(52)

Untuk lebih mempermudah memahami hubungan antar variabel penelitian maka dibuat skema hubungan antar variabel (Gambar 4.2).

Gambar 4.2 Skema Hubungan antar Variabel Penelitian

4.5 Definisi Operasional Variabel

a. Kontaminasi : Masuknya bahan asing/organisme yang tidak diinginkan ke dalam suatu obyek atau bahan.

Variabel bebas

Perendaman Glutaraldehyde 2%

selama 10 menit, 15 menit, 25 menit Variabel kendali a. Suhu b. Waktu c. Media d. pH e. Bahan cetak alginat Variabel tergantung Kontaminasi Mycobacterium

tuberculosis pada stone cast

(53)

b. Kontaminasi Mycobacterium tuberculosis pada stone cast : ditemukan

Mycobacterium tuberculosis pada stone cast disebut kontaminasi positif. c. Bahan cetak alginat adalah : Suatu bahan Plaster of Paris yang di campur

dengan air (H2O) dengan perbandingan 6,5 gr : 1,5 ml (merk Cavex) ditempatkan ke dalam sendok cetak dan ditekan pada model / pantum. d. Mycobacterium tuberculosis : Mycobacterium tuberculosis H37RV,

merupakan stok dari RSUP Sanglah yang telah dilakukan uji biokimia (uji Akumulasi Niasin dan Reduksi Nitrat positif sedangkan dengan uji Katalase negatif).

e. Stone cast adalah : model positif dari jaringan yang dibuat dalam model/pantum. Bentuk positif dari model/pantum ini didapat dengan cara mencapurkan Plaster of Paris dengan air dan ditempatkan ke dalam sendok cetak kemudian ditekan pada model/ pantum. Plaster dibiarkan mengeras, kemudian dituangkan gypsum yang sudah dicampur air. Perbandingan atau rasio antara gypsum dan air disebut W:P, Perbandingan W:P adalah 0,6 : 100 gr gypsum dengan 60 ml air.

f. Glutaraldehyde 2% adalah : Desinfektan golongan Aldehyde yang dilarutkan dalam air dengan konsentrasi 2%. Pada penelitian ini digunakan glutaraldehyde 25% solution in water dengan volume 1 liter (Katalog : 8.20603.1000), yang diencerkan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

V1 : C1 = V2 : C2. V = Volume, C = Konsentrasi. Untuk mendapatkan konsentrasi 2%.

(54)

g. pH : Derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. pH optimal yang digunakan adalah 7 ± 0,2.

h. Suhu : Menunjukkan derajat panas suatu benda, disebut temperatur yang diukur dengan alat termometer. Suhu 37ºC merupakan suhu optimal yang digunakan untuk membiakan Mycobacterium tuberculosis.

i. Waktu : Besaran yang menunjukkan lamanya inkubasi Mycobacterium tuberculosis. Pada penelitian ini waktu yang dibutuhkan selama 3 minggu. j. Lama perendaman : Besaran yang menunjukkan lamanya peristiwa untuk

melakukan proses perendaman glutaraldehyde 2% pada bahan cetak alginat, diukur dengan satuan menit. Pada penelitian ini waktu perendaman yang digunakan 10 menit, 15 menit, 25 menit.

k. Media : Media yang digunakan untuk menumbuhkan bakteri

Mycobacterium tuberculosis yaitu media Lowenstein Jensen.

4.6Bahan Penelitian

Bahan utama :

1. Bahan cetak alginat dengan merk cavex.

2. Biakan Mycobacterium tuberculosis.

(55)

Bahan tambahan :

1. Gypsum.

2. Air.

3. NaOH 4% steril. 4. Akuades steril. 5. Media Lowenstein Jensen.

6. Lisol. 4.7Instrumen Penelitian 1. sendok cetak. 2. Bowel. 3. Spatula. 4. Sarung tangan. 5. Bio Safety Cabinet class II. 6. Biocontained Centrifuge 3000g.

7. Tabung centrifuge dengan tutup ulir steril. 8. Vortex.

9. Waskom stainless steel untuk tempat lisol. 10. Botol berisi pasir lisol, alkohol 70%. 11. Rak tabung.

12. Rak botol mc cartney. 13. Botol berisi glass beads.

(56)

15. Model / pantum.

4.8 Prosedur Penelitian

4.8.1 Tahap persiapan

1. Mengurus kelengkapan administrasi yang diperlukan dalam mendukung jalannya penelitian.

2. Mempersiapkan petugas untuk membantu jalannya penelitian dan alat- alat yang digunakan.

3. Memberikan pengarahan dan pemahaman tentang tujuan dan prosedur pelaksanaan penelitian kepada petugas.

4. Dalam pelaksanaan penelitian semua alat-alat dalam keadaan steril.

4.8.2 Pembuatan media

Satu bulan sebelum pelaksanaan penelitian dilakukan pembuatan media

Lowenstein Jensen dengan tahap-tahap sebagai berikut :

4.8.2.1 Pembuatan garam :

1. Melarutkan Kalium hidrogen fospat (KH2PO4) dalam akuades ;

2. Memasukkan larutan tersebut dalam Water Bath (penangas air) untuk dipanaskan pada suhu 100ºC selama 30 menit atau dapat juga dipanaskan dengan tangki sterilisasi pada suhu 121ºC selama 15 menit.

(57)

4.8.2.2 Pembuatan telur yang dikocok :

1. Kulit telur dibersihkan dengan menyikat dengan sabun, kemudian dibilas dengan air kran yang mengalir dan dikeringkan di dalam sebuah keranjang;

2. Permukaan kulit telur diusap dengan kapas alkohol, dipecahkan satu persatu dan ditampung dalam cawan petri untuk memeriksa kualitas telur; 3. Telur yang baik dipindah pada gelas kimia dan dikocok dengan mixer

hingga rata;

4. Larutan telur tersebut disaring dengan memakai dua lembar kain kasa steril, ke dalam gelas ukur yang steril.

4.8.2.3 Pembuatan media telur yang belum dimasak :

1. Glyserol dan malachite hijau dicampur perlahan-lahan ke dalam larutan garam yang telah dibuat, kemudian didinginkan dalam suhu ruangan; 2. Seluruh larutan telur yang sudah dikocok dituangkan perlahan-lahan

melalui dinding tabung Elenmeyer untuk menghindari terbentuknya busa, kemudian dikocok perlahan-lahan dan dibiarkan selama 30 menit;

3. 6 ml media telur yang sudah dikocok dituangkan perlahan-lahan melalui dinding tabung untuk menghindari terbentuknya busa;

4. Tabung-tabung tadi dimiringkan pada rak tabung yang miring, dan dikentalkan di dalam inspisator pada suhu 90ºC selama 1 jam;

5. Setelah kental, dibiarkan tabung-tabung menjadi dingin dan disimpan dalam lemari es dalam posisi berdiri sampai digunakan.

(58)

Proses pembuatannya secara skematis dapat dilihat pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3

Pembuatan Media Lowenstain Jensen

Gambar 4.4 Media Lowenstain Jensen

Gambar

Gambar 2.1 : Mycobacterium tuberculosis (Todar Kenneth, 2011)
Gambar 2.2 : Dinding sel Mycobacterium tuberculosis (Wick, 2010)
Tabel : 1 . Tempat hidup dan perjalanan infeksi yang disebabkan oleh bakteri                      patogen dari luar pada kedokteran gigi
Gambar 4.1. Rancangan Penelitian  Keterangan :
+5

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER), Tingkat Suku Bunga SBI berpengaruh terhadap Harga Saham pada perusahaan pertambangan

1. Karakteristik visual yang dimiliki. Prinsip pengulangan memanfaatkan keduanya dari konsepsi untuk mengatur sesuatu yang berulang didalam suatu komposisi. Seperti contoh bentuk

Uji Normalitas Data Organoleptik Rasa pada Selai Lembaran Jambu Biji Merah.. Kolm ogorov-Sm irnov(a)

Perlindungan konsumen terhadap jual beli daging sapi di Kabupaten Kudus, Pemerintah Kabupaten Kudus membentuk Tim Pengawas dan Pembinaan Peredaran barang dan/atau

informasi dan komunikasi dalam wilayah konten secara umum dalam pendidikan untuk memungkinkan mereka belajar keterampilan komputer dan teknologi. Secara umum,

Identifikasi dari analisis biplot pada data ekspor komoditi utama pada subsektor hasil industri ke negara tujuan utama menunjukkan bahwa komoditi minyak kelapa sawit dan pakaian

Ini terbukti dengan adanya peningkatan dari indikator keaktifan siswa yang dapat dicapai pada siklus 2 sebesar 30,26masuk dalam kategori aktif.Penerapan model Blended