• Tidak ada hasil yang ditemukan

ProdukHukum BankIndonesia penj gbi dpr 100706

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ProdukHukum BankIndonesia penj gbi dpr 100706"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

R R R

RAPAT APAT APAT APAT KKKKERJA ERJA ERJA ERJA KKKKOMISI OMISI OMISI OMISI XIXIXIXI DPRDPRDPRDPR RIRIRIRI ———— DDDDEPKEU EPKEU EPKEU EPKEU ———— BIBIBIBI ---- 10101010 JJJJULIULIULIULI 2006200620062006

1

P

P

P

P

ENJELASAN

ENJELASAN

ENJELASAN

ENJELASAN

B

B

B

B

ANK

ANK

ANK

ANK

IIII

NDONESIA

NDONESIA

NDONESIA

NDONESIA

P

P

P

P

ADA

ADA

ADA

ADA

R

R

R

R

APAT

APAT

APAT

APAT

K

K

K

K

ERJA

ERJA

ERJA

ERJA

K

K

K

K

OMISI

OMISI

OMISI

OMISI

XI

XI

XI

XI

DPR

DPR

DPR

DPR

RI

RI

RI

RI

D

D

D

D

ENGAN

ENGAN

ENGAN

ENGAN

D

D

D

D

EPARTEMEN

EPARTEMEN

EPARTEMEN

EPARTEMEN

K

K

K

K

EUANGAN DAN

EUANGAN DAN

EUANGAN DAN

EUANGAN DAN

B

B

B

B

ANK

ANK

ANK

ANK

IIII

NDONESIA

NDONESIA

NDONESIA

NDONESIA

T

T

T

T

ANGGAL

ANGGAL

ANGGAL

ANGGAL

10

10

10

10

JJJJ

ULI

ULI

ULI

ULI

2006

2006

2006

2006

I. Pendahuluan

Anggota Dewan yang terhormat,

1. Pertama-tama perkenankanlah kami menyampaikan terima kasih kepada Pimpinan dan Anggota Komisi XI DPR yang telah mengundang kami dalam Rapat Kerja bersama Departemen Keuangan pada hari ini yang akan membahas mengenai Tata Cara

Penghapusan Piutang Negara Dalam Rangka Penyelesaian Kredit Bermasalah (NPL).

Terkait dengan agenda hari ini, ijinkan kami menyampaikan terlebih dahulu mengenai perkembangan perbankan triwulan II-2006 yang dilanjutkan dengan pemaparan mengenai tata cara penyelesaian NPL perbankan.

II. Perkembangan Perbankan Triwulan II-2006

2. Sebagaimana telah diperkirakan, kinerja perbankan nasional mulai membaik pada triwulan II-2006. Hampir seluruh indikator utama perbankan pada periode tersebut menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan. Demikian pula secara umum perbankan masih dapat mengatasi risiko usaha yang dihadapinya dengan baik, termasuk mengurangi tekanan terhadap tingginya kredit bermasalah.

3. Memasuki triwulan II-2006, peningkatan jumlah kredit terus berlanjut dan pada bulan Mei meningkat cukup signifikan, yaitu sebesar Rp 14,2 triliun sehingga menjadi Rp747,6 triliun pada akhir Mei 2006. Meskipun demikian, bila dibandingkan dengan posisi akhir Desember 2005, pertumbuhan kredit perbankan baru mencapai 2,4%. Pertumbuhan ini jauh lebih rendah dari pertumbuhan kredit yang ditargetkan untuk tahun 2006 sebesar 18%. Namun, perbankan nampak masih optimis dalam mencapai target penyaluran kredit sesuai dengan rencana bisnis tahun 2006. Dilihat dari kelompok bank, kelompok bank BUMN telah memberikan sumbangan yang besar terhadap kenaikan kredit perbankan dari triwulan I-2006 sampai dengan akhir Mei I-2006, yaitu naik sebesar Rp 15,2 triliun atau 61,1% dari total kenaikan kredit perbankan.

(2)

R R R

RAPAT APAT APAT APAT KKKKERJA ERJA ERJA ERJA KKKKOMISI OMISI OMISI OMISI XIXIXIXI DPRDPRDPRDPR RIRIRIRI ———— DDDDEPKEU EPKEU EPKEU EPKEU ———— BIBIBIBI ---- 10101010 JJJJULIULIULIULI 2006200620062006

2 8,8% pada Mei 2006 sedangkan secara net, NPL perbankan turun dari 5,6% menjadi 5,1%. Sementara itu, NPL yang terjadi di kelompok bank BUMN terutama didominasi oleh segmen market corporate dan lebih banyak disumbang oleh sektor industri.

III. Tata Cara Penyelesaian NPL Perbankan

Anggota Dewan Yang Terhormat,

5. Penyelesaian kredit bermasalah atau NPL perbankan pada umumnya dilakukan dalam tiga tahap yaitu (1) restrukturing; (2) hapus buku (write off) dan (3) hapus tagih. Tahapan penyelesaian NPL tersebut sangat ditentukan oleh bentuk badan hukum dari bank-bank nasional yang beroperasi selama ini yaitu Persero, Perseroan Terbatas (PT) dan Koperasi.

6. Penyelesaian NPL yang dilakukan oleh bank swasta umumnya dilakukan secara berjenjang. Penyelesaian tahap 1 biasanya dilakukan oleh manajemen bank, dalam hal ini jajaran Direksi dan Dewan Komisaris. Apabila pada upaya tahap 1 tersebut belum dapat menyelesaikan NPL bank, maka dapat ditempuh tahap 2 yaitu melakukan hapus buku. Kegiatan hapus buku ini tidak menghilangkan hak tagih bank kepada debitur, sehingga tahap ini pada dasarnya bersifat administratif yaitu memindahkan pencatatan kredit tersebut dari on balance sheet

kepada off balance sheet. Kredit bermasalah/NPL yang dicatat dalam off balance sheet

tersebut umumnya kredit bermasalah yang sudah tidak memiliki prospek usaha, sehingga dilakukan eksekusi agunan yang dikuasai oleh bank sebagai sumber penerimaan bank sebagai salah satu jalan untuk recover kredit. Bila nilai agunan tersebut tidak meng-cover

jumlah hutang debitur, maka dilakukan hair cut atau hapus tagih atas hutang debitur baik sebagian atau seluruhnya. Mengingat hapus tagih ini mengakibatkan hilangnya sebagian atau seluruh aset/tagihan bank kepada debitur, maka kewenangan yang memutuskan untuk hapus tagih tersebut diatur dalam anggaran dasar bank yaitu harus mendapat persetujuan RUPS.

7. Sementara itu, permasalahan kredit yang diberikan bank-bank Pemerintah (Bank Persero) atau yang lazim disebut Bank BUMN, termasuk dalam kategori piutang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sehingga penyelesaiannya tunduk pada peraturan yang berlaku, antara lain UU no. 49/Prp Tahun 1960 tentang Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN), UU no. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU no. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, serta berbagai aturan pelaksanaannya.

8. Dari berbagai peraturan tersebut, terdapat dua aturan yang kurang kondusif dalam penyelesaian kredit bermasalah Bank BUMN. Aturan pertama terkait dengan Definisi Piutang/Aset Negara.

UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara Pasal 2 huruf g mendefinisikan bahwa “Keuangan negara meliputi kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang serta hak lainnya yang dapat dinilai uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara/perusahaan daerah”.

(3)

R R R

RAPAT APAT APAT APAT KKKKERJA ERJA ERJA ERJA KKKKOMISI OMISI OMISI OMISI XIXIXIXI DPRDPRDPRDPR RIRIRIRI ———— DDDDEPKEU EPKEU EPKEU EPKEU ———— BIBIBIBI ---- 10101010 JJJJULIULIULIULI 2006200620062006

3 a. Keputusan Menteri Keuangan (KMK) No. 300/KMK.01/2002 tentang Pengurusan Piutang Negara pasal 1 menyebutkan bahwa piutang negara termasuk piutang badan-badan yang baik secara langsung atau tidak langsung dikuasai oleh Negara;

b. Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 31/PMK.07/2005 tentang Tata Cara Pengajuan Usul, Penelitian dan Penetapan Penghapusan Piutang Perusahaan Negara/Daerah dan Piutang Negara/Daerah pasal 3 antara lain mengatur bahwa piutang negara hanya mencakup piutang Pemerintah pusat. Penghapusan secara mutlak atas piutang perusahaan negara hanya dapat dilakukan setelah pengurusannya diserahkan kepada Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN) Cabang.

c. PMK No. 31/PMK.07/2005 pasal 9 menyebutkan bahwa penghapusan secara mutlak diartikan sebagai hapus tagih piutang perusahaan negara. Sementara itu, hapus tagih tersebut dilakukan oleh:

- Penghapusan piutang pokok ditetapkan oleh Menteri Keuangan;

- Penghapusan piutang bunga, denda dan atau biaya-biaya ditetapkan oleh perusahaan negara bersangkutan.

Dengan demikian, karena tata cara penyelesaian piutang/kredit Bank Persero harus tunduk pada aturan tersebut di atas, maka Bank Persero tidak memiliki kewenangan untuk melakukan hapus tagih terhadap pokok kredit dalam penyelesaian kredit bermasalah sebagaimana lazimnya yang dimiliki dan dilakukan oleh bank-bank swasta.

9. Semestinya, dengan dikeluarkannya UU No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan, penyelesaian piutang perusahaan negara yang telah berbadan hukum perseroan tunduk pada hukum privat (hukum perseroan), sehingga implementasi dari definisi kekayaan negara yang telah dipisahkan oleh negara pada badan hukum perseroan tersebut diperhitungkan sebatas jumlah penyertaan pemerintah kepada badan BUMN dimaksud, tidak termasuk aset BUMN lainnya seperti kredit (apalagi bank BUMN tersebut telah go public).

10.Aturan kedua terkait dengan ketidakjelasan ruang lingkup penyelesaian aset tingkat pertama.

Dalam UU No. 49/Prp 1960 tentang Panitia Urusan Piutang Negara, penjelasan pasal 4, dijelaskan bahwa “Piutang negara pada tingkat pertama pada prinsipnya diselesaikan oleh instansi dan badan yang bersangkutan”. Selanjutnya disebutkan bahwa apabila tidak mungkin diselesaikan, maka penyelesaiannya diserahkan kepada PUPN.

Sementara itu dalam aturan pelaksanaan yaitu KMK No. 300/KMK.01/2002 tentang Pengurusan Piutang Negara ditegaskan:

a. Pasal 2 ayat 1 menegaskan bahwa piutang negara pada tingkat pertama diselesaikan sendiri oleh BUMN yang bersangkutan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

b. Pasal 2 ayat 2 mengatur bahwa dalam hal penyelesaian pada tingkat pertama tersebut tidak berhasil, maka BUMN yang bersangkutan wajib menyerahkan pengurusan piutang Negara kepada PUPN.

(4)

R R R

RAPAT APAT APAT APAT KKKKERJA ERJA ERJA ERJA KKKKOMISI OMISI OMISI OMISI XIXIXIXI DPRDPRDPRDPR RIRIRIRI ———— DDDDEPKEU EPKEU EPKEU EPKEU ———— BIBIBIBI ---- 10101010 JJJJULIULIULIULI 2006200620062006

4 11.Mengingat tingginya NPL bank BUMN saat ini, maka dalam rangka membantu melakukan

penyehatan terhadap struktur aset bank BUMN serta meningkatkan daya saing bank BUMN, Pemerintah kiranya perlu mempertimbangkan untuk menciptakan iklim yang kondusif dengan memberi kewenangan penyelesaian NPL pada tingkat pertama yang lebih luas kepada bank BUMN dengan mengatur secara tegas bahwa kewenangan bank BUMN pada penyelesaian tingkat pertama mencakup tindakan eksekusi jaminan, lelang dan atau pemberian hair cut dalam restrukturisasi kredit. Hal ini penting karena kewenangan yuridis yang diberikan kepada bank selama ini hanya sampai pada hapus buku dan atau hair cut

atas tunggakan bunga dan denda overdraft kredit.

12.Hambatan-hambatan yang disebutkan sebelumnya telah mengakibatkan bank BUMN tidak memiliki akselerasi yang sama dengan bank swasta dalam penyelesaian NPL, yang pada akhirnya menyebabkan relatif tingginya NPL bank BUMN.

13.Selanjutnya, untuk menyelesaikan permasalahan NPL Bank BUMN, Pemerintah melalui Menko Perekonomian telah melakukan pembahasan dengan instansi terkait dan memperbaiki aturan hukum yang dinilai menghambat penyelesaian NPL bank BUMN. Penekanan dari aturan hukum tersebut adalah pada batasan aset negara yang dipisahkan sebatas pada modal negara yang ditempatkan, sehingga definisi piutang negara kepada BUMN hanya sebatas nilai Penyertaan Modal Pemerintah (PMP) kepada badan hukum tersebut, sehingga piutang perusahaan negara menjadi piutang korporasi yang tunduk pada hukum privat.

14.Demikian pula dalam waktu dekat diperlukan terobosan hukum dalam bentuk Peraturan Pemerintah untuk mempertegas landasan hukum penyelesaian aset bermasalah bank BUMN tersebut, yang harus lebih tunduk pada hukum perseroan, sehingga kewenangan tertinggi untuk penyelesaian NPL tersebut cukup diputuskan dalam RUPS bank. Selanjutnya diperlukan pula pemahaman dan atau penyamaan persepsi pada tingkatan instansi yang lebih luas mencakup instansi penegakan hukum (BPK, POLRI, Kejaksaan, KPK dan Kehakiman).

IV. Penutup

Anggota Dewan yang terhormat,

15.Demikianlah Bapak dan Ibu Anggota Dewan yang terhormat, paparan singkat kami mengenai tata cara Penghapusan Piutang Negara Dalam Rangka Penyelesaian Kredit Bermasalah (NPL). Dapat disimpulkan bahwa urgensi perlunya terobosan hukum tersebut pada dasarnya adalah untuk menciptakan bank-bank BUMN memiliki playing field yang sama dengan bank swasta lainnya dalam penyelesaian kredit bermasalah serta mendorong bank BUMN memberikan kontribusi yang optimal dalam pembiayaan kredit sektor riil.

Referensi

Dokumen terkait

Bapak dan Ibu Dosen Program Sudi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Unversitas Sebelas Maret Surakarta yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

Peniaga boleh mengadakan promosi dan memberi diskaun kepada pelanggan tetap yang mempunyai rekod pembayaran yang baik.Selain itu, cadangan lain ialah mengubah stategi

Kabupaten Kebumen adalah penyedia barang/jasa yang telah ditetapkan oleh pejabat pengadaan melalui proses pengadaan langsung berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun

Motif ragam hias yang digunakan pada bangunan Keraton Surakarta yaitu kaligrafi, motif tumbuhan / sulur (pola lengkung-lengkung tanaman, batang, daun dan buah) dan geometri

Pembangunan website e-commerce yang memiliki sistem prediksi transaksi penjualan menggunakan metode K-Nearest Neighbour diharapkan dapat meningkatkan angka

Perawat komunitas harus bekerja sama dengan pelayanan rumah sakit atau anggota tim kesehatan yg lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga yang optimalb. Membantu klg dlm

Tujuan yang disusun dalam penelitian ini adalah: (1) Menggambarkan proses terbentuknya kawasan wisata karaoke Sarirejo, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga dan

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui Locus of Control ( LOC ) dari mahasiswa Universitas Muria Kudus (UMK) dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Al-Anwar,