• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Model Pembelajaran Make A Match pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Terhadap Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar T1 292008132 BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Model Pembelajaran Make A Match pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Terhadap Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar T1 292008132 BAB I"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Belajar merupakan perubahan prilaku sebagai akibat dari pengalaman.

Belajar bermula dari proses tidak tahu menjadi tahu dan tidak bisa menjadi bisa.

Belajar merupakan aktivitas manusia yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari

kehidupan manusia, bahkan sejak mereka lahir sampai akhir hayat. Hal tersebut

menjadi ungkapan bahwa manusia tidak dapat lepas dari proses belajar itu sendiri

sampai kapanpun dan dimanapun manusia itu berada dan belajar juga menjadi

kebutuhan yang terus meningkat sesuai dengan perkembangan zaman dan

perkembangan Ilmu Pengetahuan.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang

diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. Pada jenjang

SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi dan

Ekonomi. IPS merupakan mata pelajaran yang mengintegrasikan materi – materi terpilih dari ilmu – ilmu sosial dan humaniora untuk kepentingan pengajaran anak didik. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi

warga Negara Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab serta warga

dunia yang cinta damai. Sesuai dengan UU Nomor 20 tahun 2003 tentang

SISDIKNAS , tujuan pendidikan nasional secara umum adalah membentuk

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat jasmani dan rohani berilmu, cakap,

kreatif serta mandiri sesuai dengan potensi yang ada pada dirinya serta menjadi

warga negara yang baik dan bertanggung jawab. Siswa dituntut untuk menjadi

pribadi yang mandiri dalam proses pembelajaran. Seperti yang dikemukaan M.J

Langeveld yang diambil dalam bukunya Oemar Hamalik 2011 “ Pendidikan adalah kegiatan membimbing anak manusia menuju pada kedewasaan dan

mandiri”. Dari uraian tersebut menunjukkan bahwa dalam proses pengembangan

bakat dan potensi agar lebih cepat terarah maka perlu bimbingan yang profesional

(2)

menilai, dan mengevaluai peserta didik pada pendidikan anak usia dini,

pendidikan dasar, dan menengah pada pendidikan formal.

Selama ini proses pembelajaran IPS kebanyakan masih menggunakan

paradigma yang lama dimana guru memberikan pengetahuan kepada siswa yang

pasif. Guru mengajar dengan metode konvensional yaitu metode ceramah dan

mengharapkan siswa duduk, diam, dengar, catat dan hafal sehingga Kegiatan

Belajaran Mengajar (KBM) menjadi monoton dan kurang menarik perhatian

siswa. Kondisi seperti itu tidak akan meningkatkan kemampuan belajar siswa

dalam memahami mata pelajaran IPS. Siswa tidak akan bisa belajar dari

pengalamannya sendiri. Seperti yang dikemukan oleh Slavin dan Catharina Tri

Anni 2004 dalam buku Agus Suprijono 2011, “belajar merupakan proses

perolehan kemampuan yang berasal dari pengalaman”. Dari uraian yang

dikemukakan oleh Slavin dan Catharina Tri Anni menunjukkan bahwa dalam

proses belajar hendaknya guru adalah sebagai fasilitator yang membimbing dan

mengarahkan siswa dalam belajar supaya menemukan pengalamannya sendiri.

Pengalaman itulah yang dijadikan sebagai sumber belajar siswa. Guru bukanlah

satu-satunya sumber utama dan serba tahu, sedangkan siswa hanya menerima apa

yang diberikan oleh guru.

Untuk mencapai tujuan pembelajaran IPS dan kompetensinya, diperlukan

suatu model pembelajaran yang memungkinkan siswa berperan secara aktif dalam

proses pembelajaran, baik dalam bentuk interaksi antar siswa maupun siswa

dengan guru. Pembelajaran dapat berlangsung secara aktif jika disesuaikan

dengan tingkat perkembangan siswa, siswa terlibat aktif dalam pembelajaran,

siswa mengalami apa yang dipelajarinya sehingga menemukan sendiri

konsep-konsep yang dipelajarinya, dan siswa membangun pengetahuannya berdasarkan

pengalaman yang dimilikinya dengan berinteraksi dengan teman atau gurunya,

serta menggunakan berbagai sumber atau media.

Agar proses pembelajaran semakin menarik perlu pemilihan model

pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan peserta didik dalam proses

pembelajaran dan dapat membantu peserta didik untuk lebih mudah dalam

(3)

model–model pembelajaran yang inovatif dalam pendidikan. Diantaranya adalah pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif tipe make a match

artinya model pembelajaran mencari pasangan. Setiap siswa mendapat sebuah

kartu (bisa soal bisa jawaban), lalu secepatnya mencari pasangan yang sesuai

dengan kartu yang ia pegang. Suasana pembelajaran dalam model pembelajaran

make a match akan riuh, tetapi sangat asik dan menyenangkan. Sehingga

pembelajaran akan mudah dipahami serta membuat hubungan sosial siswa

berkembang. Seperti yang di ungkapkan oleh Ibrahim (2000:2), model

pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang membantu siswa

mempelajarai isi akademik dan hubungan sosial. Ciri khusus pembelajaran

kooperatif mencakup lima unsur yang harus diterapkan yaitu ; saling

ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi

antar anggota dan evaluasi proses kelompok (Anita Lie, 2003:30).

Apabila komunikasi antara guru dengan siswa tidak seimbang atau guru

hanya berceramah saja maka yang ada siswa akan merasa jenuh atau bahkan

berbicara sendiri. Berdasarkan pengamatan peneliti pada saat observasi yang telah

dilakukan di SD Negeri 1 Bogorejo dengan KKM mata pelajaran IPS 66

sebanyak 19 peserta didik atau 66% yang baru memenuhi KKM sedangkan 10

peserta didik atau 33% yang belum mencapai standar pada KKM yang telah

ditentukan dari jumlah keseluruhan 29 peserta didik kelas IV di SD Negeri 1

Bogorejo. Di SD Negeri 2 Bogorejo dengan KKM mata pelajaran IPS 66 yaitu

sebanyak 18 peserta didik atau 62, 5% yang sudah memenuhi standar KKM,

sedangkan 11 peserta didik atau 35% siswa belum mencapai standar KKM yang

sudah ditentukan dari jumlah keseluruhan 29 peserta didik kelas IV di SD Negeri

2 Bogorejo.

Berdasarkan pengamatan peneliti pada saat observasi yang telah

dilakukan di SD Negeri 1 Bogorejo dan SD Negeri 2 Bogorejo, dari data yang

diperoleh maka perlu pemilihan model pembelajaran yang dapat meningkatkan

keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran dan dapat membantu peserta

didik untuk lebih mudah dalam memahami konsep yang sulit pada saat proses

(4)

selayaknya dalam pengajaran IPS di SD Negeri 1 Bogorejo dan di SD Negeri 2

Bogorejo dilakukan suatu inovasi. Inovasi tersebut adalah melalui pembelajaran

kooperatif tipe Make–A Match. Dengan make a match maka kekompakan siswa akan meningkat dan siswa akan memahami dirinya bahwa manusia itu merupakan

makhluk sosial. Model pembelajaran kooperatif didasarkan atas falsafah homo

homini socius, artinya menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial (Anita

Lie,2003:27). Sehingga membuat kerjasama antar kelompok meningkat dan

menjadikan stimulus yang baik untuk kekompakan.

Model pembelajaran make a match akan terjalin asosiasi–asosiasi antara pertanyaan–pertanyaan sebagai stimulus dan jawaban-jawaban sebagai respon dan juga terjalin interaksi dan kerja sama antar siswa (Agus Suprijono, 2009:20).

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Euis Kurniawati pada tahun 2009

menyimpulkan bahwa menyimpulkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif

tipe Make A Match dapat meningkatkan prestasi hasil belajar siswa.

Berdasarkan masalah kurangnya keterlibatan siswa pada saat

pembelajaran dan referensi dari Agus Suprijono serta penelitian mengenai model

pembelajaran Make A Match maka peneliti melakukan penelitian mengenai

Pengaruh Model Pembelajaran Make A Match Pada Mata Pelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial Terhadap Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah tertulis dapat

dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut “Apakah model pembelajaran make a match berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial sekolah dasar “.

1.3.Tujuan Peneliti

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran

make a match terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran ilmu pengetahuan

(5)

1.4.Manfaat Peneliti 1.4.1 Manfaat Teoritis

Sebagai salah satu masukan agar dalam pembelajaran, guru dapat

menerapkan strategi pembelajaran yang mampu menunjang peningkatan hasil

belajar.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Siswa

Meningkatkan pemahaman dan motivasi belajar siswa sehingga hasil belajar

siswa pada mata pelajaran IPS dapat meningkat.

2. Bagi Guru

Sebagai masukan dalam penggunaan strategi pembelajaran pada pelajaran

IPS dan menerapkan model pembelajaran Make A Match untuk pembelajaran

materi lain.

3. Bagi Sekolah

Sebagai masukan dalam usaha untuk memperbaiki dan merumuskan sistem

Referensi

Dokumen terkait

Modul pelatihan yang disiapkan sebagai panduan para juru sawer dalam membuat naskah/syair sawer serta melantunkannya yang sudah disisipi pesan tentang cara pencegahan,

perhatian terhadap gejala-gejala yang tersembunyi, sengaja disembunyikan, seperti ketidakbenaran, tokoh sampingan, perempuan dan sebagainya. Studi tentang

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran umum tentang penyesuaian diri anak terhadap pribadi dan lingkungan sosialnya dan

Adanya globalisasi ini kemudian merubah ruang lingkup dari perdagangan serta bisnis dari internasional itu sendiri dimana awalnya firma tradisional yang

Berdasarkan hasil uji t menyatakan bahwa terdapat pengaruh pemanfaatan TIK sebagai media pembelajaran terhadap kesiapan, atau dengan kata lain pemanfaatan TIK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan lentur dan daya layan balok beton dengan tulangan rangkap dari bambu petung yang meliputi beban retak pertama, lendutan,

The xpath attribute specifies the XML element/value from the given XML Document where the ref value specifies the mapping. Summary of change:  Enhances parameterization of

[r]