Tehnik PEMERIKSAAN, Penerapan Hukum dan Putusan, muzhaffar

(1)

Drs. H.M. Muzhaffar, SH., MH.

WKPTA Jawa Barat

(2)

PENANGANAN PERKARA

A. PENERIMAAN PERKARA

B. PEMERIKSAAN PERKARA

(3)

SIKAP HAKIM

DALAM SIDANG

SAMAKAN KEDUDUKAN

PARA PIHAK

1. TEMPAT DUDUKNYA

2. WAJAHMU,

(4)

(5)

1. ANALISA SURAT GUGATAN

2. PERENCANAAN PEMERIKSAAN

3. LANGKAH PEMERIKSAAN

(6)

(7)

1) P. 118 HIR, 142 RBg. P. 8, Rv

2) P. 66, 73, U/7/89

3) P. 62 U.41/04 Wakaf

4) P. 3,4, Perma No. 14/16.(Ek Syar)

5) P. 6, Perma No. 2/15. (Gugatan

(8)

SURAT

GUGATAN/PERMOHONAN

(9)

1. Ada kepentingan hukum

,

(10)



_{Putusan MA-RI No.565.K/Sip/}

1973, tanggal 21 Agustus 1974;.

Gugatan harus dinyatakan tidak

dapat

diterima

karena

dasar

gugatan tidak sempurna, dalam

hal ini karena hak Penggugat atas

tanah sengketa tidak jelas;

(11)



(

Putusan MA-RI No. 4.K./Sip/1958,

tanggal 13 Desember 1958; Syarat

materiil daripada gugatan yang

merupakan syarat mutlak untuk

menuntut

seseorang

di

depan

Pengadilan

adalah

adanya

perselisihan hukum antara kedua

pihak;

muzhaffar, bandung, 17 7 17 11

(12)

1)

Para pihak

2)

Posita /Fundamentum

petendi

(13)

1. Identitas jelas

2. Para pihak lengkap

3. Penggugat berkompeten

(14)

a. Posita dibuat lengkap dan jelas

(dasar gugatan sempurna)



Putusan MA-RI No. 6.K/Sip/1973, tanggal 21

(15)



(Putusan MA-RI No.81.K/Sip/1971, tanggal 9 Juli

1975: Karena setelah diadakan Pemeriksaan Setempat

oleh Pengadilan Negeri atas perintah Mahkamah

Agung, tanah yang dikuasai Tergugat ternyata tidak

sama

batas-batas dan luasnya

dengan yang

tercantum dalam gugatan, gugatan harus dinyatakan

tidak dapat diterima;



Putusan MA-Ri No. 1149.K/Sip/1975, tanggal 17 April

1979; karena surat gugatan tidak disebutkan dengan

jelas letak/batas-batas tanah sengketa, gugatan tidak

dapat diterima;

(16)



Putusan MA-RI No. 492.K/Sip/1970, tanggal 21

Nopember 1970: Gugatan yang tidak sempurna,

karena tidak menyebutkan dengan jelas apa-apa

yang dituntut, harus

dinyatakan tidak dapat diterima;

(17)



_{Putusan MA-RI No. 28.K/Sip/1973,}

tanggal 5 Nopember 1975: Karena

rechtfeiten yang diajukan bertentangan

dengan petitum, gugatan harus ditolak;

b. Petitum didukung/tidak

bertentangan dengan posita

c. Petitum tidak bersifat negatif

(18)

1. Menganalisis

surat

gugatan

sebelum persidangan, mutlak

harus dilakukan

2. Dalam menilai suatu gugatan,

(19)

a.

Adakah

kepentingan

hukum

penggugat

b.

Adakah dasar hukum yang menjadi

landasan diajukannya gugatan

c.

Adakah

persengketaan

antara

penggugat dengan tergugat dan

d.

Apakah surat gugat telah dibuat

(20)

1. Apakah para pihaknya lengkap

2. Apakah obyek sengketanya jelas

dan lengkap

3. Apakah petitumnya dinyatakan

(21)

(22)

1) RUMUSKAN TINDAK LANJUT

DARI HASIL ANALISIS

GUGATAN

(23)

3) SURAT GUGATAN SEBAGAI

DASAR PERENCANAAN

(24)

PENTINGNYA

PERENCANAAN PEMERIKSAAN

1) MENGARAHKAN JALANNYA

PERSIDANGAN

2) WAKTU PEMERIKSAAN TERKENDALI

3) HAKIM TIDAK TERJEBAK OLEH PARA

PIHAK

(25)

(26)

TINDAKAN INSIDENTIL

• ADAKAH PERMOHONAN SITA ?

• KAPAN PERMOHONAN SITA DIAJUKAN ?

• KAPAN PERMOHONAN SITA AKAN DIPERIKSA ?

(27)

TINDAKAN PROVISIONIL

Pasal 78, U. 7/89

Selama berlangsungnya gugatan perceraian, atas permohonan

penggugat, Pengadilan dapat:

a. menentukan nafkah yang ditanggung oleh suami;

b. menentukan hal-hal yang perlu untuk menjamin pemeliharaan

dan pendidikan anak;

(28)

LANGKAH PEMERIKSAAN

1. ADAKAH EKSEPSI

1)

RELATIF

2)

ABSOLUT

(29)

1) LEGAL STANDING

a. PRINSIPAL

b. KUASA HUKUM

(30)

1)

UPAYA PERDAMAIAN/MEDIASI

2)

PEMBACAAN GUGATAN

3)

JAWABAN TERGUGAT/TERMOHON

4)

REPLIK PENGGUGAT

5)

DUPLIK TERGUGAT

(31)

(32)

1. SUSUN POKOK2 DALIL GUGATAN

2. MANA DALIL-DALIL YANG DIAKUI

3. MANA DALIL-DALIL YANG DIBANTAH

4. ADAKAH ALAT BUKTI YANG DIAJUKAN

(33)

FAKTA

PERISTIWA YG

TELAH,

SEDANG

(34)

Catatan

Hakim harus mencari fakta yang sebanyak-banyaknya

FAKTA

YANG TERIKAT OLEH

RUANG DAN

WAKTU

(35)

MENEMUKAN FAKTA

POKOK

GUGATAN

JAWABAN

REPLIK

DUPLIK

(36)

(37)

(38)

Pasal 66

(1) Seorang suami yang beragama Islam yang akan

menceraikan istrinya mengajukan permohonan

kepada Pengadilan untuk mengadakan sidang guna

menyaksikan ikrar talak.

...

(39)

PERCERAIAN

(PERSONAL RECHT)

&

(40)

1) SIFAT PEMERIKSAAN

PERCERAIAN

(PERSONAL RECHT)

SIDANG TERTUTUP

&

(41)

2) ARAH PEMERIKSAAN

PERCERAIAN

(PERSONAL RECHT)

KUMPULKAN FAKTA YG BANYAK UNTUK SAMPAI

PADA SATU KESIMPULAN

&

HARTA BERSAMA

(ZEKENRECHT)

(42)

3. PENEMUAN HUKUMNYA

PERCERAIAN

(PERSONAL RECHT)

TEKNIK SILOGISME

&

HARTA BERSAMA

(ZEKENRECHT)

(43)

(44)

PERCERAIAN

PADA SATU KESIMPULAN

Pasal 70

(1) Pengadilan setelah

berkesimpulan

bahwa

kedua belah pihak

tidak mungkin lagi

didamaikan dan telah cukup alasan

perceraian,

(45)

DALIL YANG HARUS

DIBUKTIKAN

1. PEMERIKSAAN PERCERAIAN:

1. hubungan hukum P dengan T ==

PERKAWINAN

2. Berapa lama rumah tangga

3. Hubungan suami istri setelah menikah

4. Awal terjadi perselisihan

5. Bentuk perselisihan yang terjadi

(46)

FAKTA-FAKTA

Fakta-fakta yang menunjukkan

terjadinya perselisihan:

(47)

FAKTA-FAKTA

Fakta kesatu=== terjadi pernikahan

Adanya hubungan hukum perkawian

Fakta kedua === terjadi saling salah menyalahkan

Fakta ketiga === saling jelek menjelekkan

Fakta keempat === saling mendiamkan (tidak saling

menyapa)

Fakta kelima === keluarga telah berusaha untuk menyatukan

kembali sebagai suami istri

(48)

• Ambil kesimpulan dari fakta-fakta tersebut

• Adakah kemungkinan untuk rukun lagi

• ...

(49)

INDIKASI

BROKEN MARRIAGE

1. SUDAH ADA UPAYA DAMAI DAN TIDAK BERHASIL;

2. TIDAK ADA KOMUNIKASI YANG BAIK ANTARA SUAMI ISTRI

3. SALAH SATU ATAU MASING2 PIHAK, MENINGGALKAN

KEWAJIBANNYA SEBAGAI SUAMI/ISTERI

4. TELAH SALING MENJELEK-JELEKKAN DIANTARA PARA PIHAK

5. TELAH PISAH RANJANG

6. HAL-HAL YANG DIPEROLEH DIPERSIDANGAN:

(50)

(51)

(52)

1. TEKNIK SILOGISME

Metode penalaran

INDUKTIF

Dari ke khusus ke umum

Mengumpulkan fakta-fakta

Dari fakta-fakta diambil

(53)

INDUKTIF

PENALARAN INDUKTIF MERUPAKAN PROSEDUR

YANG BERPANGKAL DARI PERISTIWA KHUSUS

SEBAGAI HASIL PENGAMATAN EMPIRIK

(54)

TEKNIK SILOGISME

Induktif :

• Bertolak dari hal-hal khusus ke umum

• Hukum yang disimpulkan pada

(55)

• SI BADU MENINGGAL DUNIA

• SI AMI MENINGGAL DUNIA

• SI OMIH MENINGGAL DUNIA

• SI AMIR MENINGGAL DUNIA

• SI BADU, SI AMI, SIOMIH DAN SI AMIR

ADALAH MANUSIA

• MAKA

(56)

FAKTA I

FAKTA

HUKUM

(57)

Pisah rumah, lebih

dari 6 bulan

Suami istri

sulit untuk

didamaikan

kembali

Suami tidak

memberi nafkah

Suami istri telah

saling

(58)

(59)



TIAP DALIL BERDIRI SENDIRI



MASING MASING OBYEK SENGKETA

DIBUKTIKAN SATU PERSATU

(60)

HARTA BERSAMA

(KRITERIA)

1. DIPEROLEH SELAMA PERKAWINAN

2. DIPEROLEH DARI HASIL USAHA

(61)

(62)

- Harus dianalisa terhadap hukum yang

akan diterapkan

- Banyak

dipakai

dalam

hukum

kebendaan

- Harus menguasai hukum Acara secara

lengkap/ matang

(63)

Deduktif

:

- Jika dalam penalaran konklusi lebih sempit

dari premisnya maka penalaran tersebut

disebut dengan deduktif.

- Metode yang digunakan dalam berpikir

dengan bertolak dari hal-hal yang umum ke

khusus

- Premis Mayor Premis Minor = Kesimpulan

(64)

DEDUKTIF

• DARI PERISTIWA UMUM

KEPADA

• PERISTIWA KHUSUS

• SEMUA MANUSIA PASTI MATI

(65)

• SEMUA HARTA YANG DIPEROLEH SEMASA

PERKAWINAN DAN MERUPAKAN HASIL USAHA

SUAMI-ISTERI (SUAMI/ISTERI)

• ADALAH HARTA BERSAMA

• TANAH DAN RUMAH ... DIPEROLEH SELAMA

PERKAWINAN DAN MERUPAKAN HASIL USAHA

ISTERI/SUAMI

(66)

FAKTA I

SEMUA HARTA YANG DIPEROLEH SEMASA

PERKAWINAN DAN MERUPAKAN HASIL USAHA

(67)

6. PENERAPAN HUKUM

&

(68)

• MENGONSTATIR PERISTIWA HUKUM

YANG DIAJUKAN OLEH PARA PIHAK

• DENGAN MELIHAT, MENGAKUI ATAU

MEMBENARKAN

(69)

• MENGKUALIFISIKAN PERISTIWA HUKUM

YANG DIAJUKAN PIHAK-PIHAK.

• MENILAI PERISTIWA YANG

DIKEMUKAKAN

• APAKAH TERMASUK PERISTIWA HUKUM

ATAU BUKAN

(70)

• MENETAPKAN DAN

MENERAPKAN HUKUMNYA

• PADA PERITIWA HUKUM YANG

DIAJUKAN DAN

• MEMBERIKAN KEADILAN

(71)

RUMUS F X R = C

F = Facta (Fakta Hukum)

R = Rule (Peraturan Hukum)

X = Operational (Penerapan

Hukum)

(72)

(73)

FAKTA KONGKRIT

FAKTA HUKUM

HUKUM YG DITERAPKAN

(74)

1. Hakim

karena

jabatannya

waktu

bermusyawarat wajib mencukupkan segala

alasan hukum yang tidak dikemukakan oleh

kedua belah pihak.

2. Hakim wajib mengadili atas segala bahagian

gugatan.

(75)

1. Menjawab semua tuntutan

Penggugat

2. Jelas dan Rinci

(76)

PROSES PEMERIKSAAN

(77)

PROSES PENERAPAN HUKUM

PUTUSAN/

DIKTUM

(78)

PROSES PENERAPAN HUKUM

(79)

(80)

(81)

HAL-HAL YANG DIANALSIS

• dalil2 gugatan yang diakui.

• Dalil2 yang harus dibuktikan

• Alat2 bukti yang digunalan oleh para pihak

• Penilaian terhadap alat bukti

–

Secara formal

–

Secara materiil

• Fakta2 hukum yang dikualifikasikan

• Dalil2 hukum yang diterapkan

• Diktum/Amar putusan yang diputuskan

(82)

PERTIMBANGAN HUKUM

(

RECHTSGRONDEN).

1. PERTIMBANGAN KEWENANGAN;

2. PERTIMBANGAN PERSONAL STANDING;

3. PERTIMBANGAN PROVISI;

4. PERTIMBANGAN EKSEPSI :

A. PERTIMBANGAN DALIL MANA YANG

HARUSDIBUKTIKAN;

(83)

C. PERTIMBANGAN ALAT BUKTI PENGGUGAT UNTUK

MELUMPUHKAN ALAT BUKTI EKSEPSI TERGUGAT;

D. PERTIMBANGAN DALIL EKSEPSI TERGUGAT YANG

DAPAT DIBUKTIKAN/TIDAK DAPAT DIBUKTIKAN;

E. PERTIMBANGAN PENERAPAN HUKUM;

(84)

5. PERTIMBANGAN POKOK PERKARA MELIPUTI

A. PERTIMBANGAN DALIL YANG DIAKUI

TERGUGAT;

B. PERTIMBANGAN DALIL YANG DIBANTAH;

C. PERTIMBANGAN DALIL-DALIL YANG HARUS

DIBUKTIKAN;

D. PERTIMBANGAN ALAT BUKTI PENGGUGAT;

E. PERTIMBANGAN ALAT BUKTI TERGUGAT

(85)

F. PERTIMBANGAN DALIL PENGGUGAT YANG

DAPAT DIBUKTIKAN;

G. PERTIMBANGAN PENERAPAN HUKUM;

H. PERTIMBANGAN PENGABULAN ATAU

PENOLAKAN GUGATAN KONVENSI;

(86)

6. PERTIMBANGAN REKONVENSI MELIPUTI;

A. PERTIMBANGAN DALIL YANG DIAKUI TERGUGAT

REKONVENSI;

B. PERTIMBANGAN DALIL REKONVENSI YANG

DIBANTAH;

C. PERTIMBANGAN DALIL REKONVENSI YANG

HARUS DIBUKTIKAN;

(87)

E. PERTIMBANGAN DALIL PENGGUGAT REKONVENSI

YANG DAPAT DIBUKTIKAN ATAU TIDAK DAPAT

DIBUKTIKAN;

F. PERTIMBANGAN PENERAPAN HUKUM;

G. PERTIMBANGAN PENGABULAN REKONVENSI

ATAU PENOLAKAN REKONVENSI;

H. PERTIMBANGAN SITA JAMINAN SAH DAN

BERHARGA DALAM REKONVENSI.

(88)

7. PERTIMBANGAN INTERVENSI;

A. PERTIMBANGAN DALIL INTERVENSI YANG DIAKUI

TERGUGAT INTERVENSI

B. PERTIMBANGAN DALIL INTERVENSI YANG

DIBANTAH OLEH TERGUGAT INTERVENSI;

C. PERTIMBANGAN DALIL INTERVENSI YANG HARUS

DIBUKTIKAN;

(89)

E. PERTIMBANGAN ALAT BUKTI TERGUGAT INTERVENSI

UNTUK

MELUMPUHKAN

BUKTI

PENGGUGAT

INTERVENSI;

F. PERTIMBANGAN DALIL PENGGUGAT INTERVENSI

YANG DAPAT DIBUKTIKAN ATAU YANG TIDAK DAPAT

DIBUKTIKAN;

G. PERTIMBANGAN PENERAPAN HUKUM;

H. PERTIMBANGAN PENGABULAN GUGATAN INTERVENSI

ATAU PENENOLAKAN INTERVENSI;

(90)

8. PERTIMBANGAN KONVENSI/REKONVENSI/

INTERVENSI TENTANG BIAYA PERKARA.

(91)

PERTIMBANGAN HUKUM MEMUAT

1. POKOK PERSOALAN DAN HAL HAL YANG DIAKUI ATAU

DALIL YANG TIDAK DISANGKAL.

2. ADANYA ANALISIS SECARA YURIDIS TERHDAP SEGALA

ASPEK MENYANGKUT SEMUA FAKTA/HAL HAL YANG

TERBUKTI DALAM PERSIDANGAN.

3. ADANYA PERTIMBANGAN HAKIM SECARA YURIDIS

(

RATIO DECINDENDI

), MENGACU PADA PENDAPAT

DOKTRIN, ALAT BUKTI DAN YURIS PRUDENSI.

(92)

DISSENTING OPINION

PENDAPAT HAKIM YANG BERBEDA (DISSENTING OPINION),

MERUPAKAN RUMPUN HUKUM ANGLO SAXION, SEPERTI DI

AMERIKA DAN INGGRIS, MAKSUDNYA IALAH PENDAPAT

HAKIM YANG BERBEDA DALAM SUATU PERKARA YANG

DILAKUKAN SECARA TERTULIS.

(93)

Format pengetikan putusan

9. Penulisan Judul, Nomor dan Irah-irah = huruf kapital, tebal,

posisi ditengah.

10. Basmalah dengan huruf Arab

(94)

Data Pribadi

Nama

: Drs. H.M. Muzhaffar, S.H., M.H.

Tanggal Lahir

: Bandung, 10-10-1952

Jabatan

: WKPTA Jawa Barat

(95)

Pengalaman Tugas:

(96)

Pengalaman Mengajar

1. Guru Mdr. Diniyah

2. Guru Agama SD

3. Guru PGA MA

4. Kepala Mdr. Aliyyah GUPPI

Thn. 1978 - 1983

5. Dosen Akademi

Da’wah

Thn. 1980 - 1983

6. Dosen LB UIN Bandung

Thn. 1987

–

1997

7. Dosen STIA Purwakarta

Thn. 1997 - 1999

8. Pemandu Pelatihan Administrasi Peradilan

9. Pemandu Pelatihan Hukum Acara

(97)

(98)

(99)

LANGKAH PENANGANAN

PERKARA

Penanganan suatu perkara atau sengketa di pengadilan selalu

berawal dari langkah induksi berupa

1. merumuskan fakta-fakta,

2. mencari hubungan sebab akibat, dan

3. mereka-reka probabilitasnya.

(100)

LANGKAH PENANGANAN

PERKARA

1. merumuskan fakta-fakta,

Merangkum semua fakta

(101)

LANGKAH PENANGANAN

PERKARA

2. mencari hubungan sebab akibat,

Causalitas selau tergantung pd jenis hukumnya : Pidana,

Perdata, Adminstrasi Negara, Tata Usaha Negara dll.

1. Causalitas dlm Hkm Perdata:

Contoh: PMH (sebab) kerugian (akibat)

Dalam hkm Perdata dikenal teori hub kausal: Conditio cinequa non,

causa proxima, teori adequat (dapat diduga menimbulkan akibat).

(Causa Proxima (Birkmeyer) :Teori ini berpangkal dari teori Conditio Sine Qua Non .