TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PEMBAYARAN PEMBIAYAAN DANA
TALANGAN HAJI DI BANK BNI KONVENSIONAL CAPEM NGORO
INDUSTRI MOJOKERTO
SKRIPSI
Oleh
Vina Zakiyatul Fajriyyah
NIM. C32212093
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syariah dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam
Prodi Hukum Ekonomi Syariah
SURABAYA
ABSTRAK
Skripsi ini adalah hasil penelitian lapangan yang berjudul “Tinjauan Yuridis terhadap Pembayaran Pembiayaan Dana Talangan Haji di Bank BNI Konvensional”. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan 1) Bagaimana praktek pembayaran pembiayaan dana talangan haji di Bank BNI Konvensional ? 2) Bagaimana tinjauan yuridis terhadap pembayaran pembiayaan dana talangan haji di Bank BNI Konvensional capem Ngoro Industri Mojokerto. Dalam praktek pembayaran pembiayaan dana talangan haji yang dilakukan di Bank BNI Konvensional ini mempunyai alasan bahwa Bank BNI Syariah di Mojokerto belum signifkan
dalam hal coverage area. Oleh karena itu agar lebih meringankan nasabah maka Bank BNI
Konvensional bisa menerima penyaluran dana dari pembiayaan dana talangan haji dari Bank BNI Syariah.
Dalam penelitian ini, data yang diperlukan ini dikumpulkan dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan pola pikir deduktif. Adapun pola deduktif adalah pola berfikir dengan menggunakan analisis yang berpijak dari kaidah-kaidah atau fakta-fakta yang bersifat umum, kemudian diteliti dan hasilnya dapat memecahkan masalah khusus. Teknik yang digunakan ini untuk menggambarkan dan menguraikan perihal pembayaran pembiayaan dana talangan haji di Bank BNI Konvensional kemudian menilai data tersebut dengan peraturan yang ada.
Berdasarkan hasil pengumpulan dan analisis data, telah ditemukan temuan studiyakni nasabah melakukan pengajuan pembiayaan dana talangan haji di Bank BNI Syariah namun dalam perbulan nasabah membayarkan dana talangan tersebut di Bank BNI Konvensional. Dalam operasional pengelolaan prinsip antara kedua bank tersebut sudah berbeda yakni Bank BNI Syariah menggunakan prinsip syariah atau sesuai dengan kaidah Islam sedangkan Bank BNI
Konvensional menganut prinsip bunga. dari hasil penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa
pembayaran pembiayaan dana talangan haji di Bank BNI Konvensional ditinjau menurut ketentuan Peraturan Bank Indonesia No. 9/19/PBI/2007 dapat dikatakan belum sesuai karena masih belum memenuhi ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Bank Indonesia.
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN ... iv
MOTTO ... v
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR TRANSLITERASI ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 7
C. Rumusan Masalah ... 9
D. Kajian Pustaka ... 9
E. Tujuan Penelitian ... 11
F. Tujuan Hasil Penelitian ... 12
G. Definisi Operasional ... 12
H. Metode Penelitian ... 13
BABII TINJAUAN PERATURAN BANK INDONESIA TENTANG PRINSIP SYARIAH
... 21
A. Latar belakang Peraturan Bank Indonesia ... 21
B. Isi Peraturan Bank Indonesia 9/9/PBI/2007 ... 25
C. Implementasi Peraturan Bank Indonesia terhadap Penghimpunan Dana, Penyaluran Dana, dan Pelayanan Jasa di Bank Syariah ... 36
BAB III BANK BNI KONVENSIONAL SEBAGAI TEMPAT PEMBAYARAN PEMBIAYAAN DANA TALANGAN HAJI BANK BNI SYARIAH 38
A. Gambaran Umum Bank Negara Indonesia ... 38
1. Sejarah Bank Negara Indonesia ... ...38
2. Arti Lambang Bank Negara Indonesia ... 42
3. Visi dan Misi Bank Negara Indonesia ... 43
4. Struktur Organisasi Bank Negara Indonesia ... 43
5. Deskripsi Pekerjaan Bank Negara Indonesia ... 45
6. Produk dan Layanan Jasa Bank Negara Indonesia ... 47
B. Gambaran Umum Bank Negara Indonesia Syariah ... 53
1. Sejarah Bank Negara Indonesia BNI Syariah ... 53
2. Visi dan Misi Bank Negara Indonesia BNI Syariah ... 54
3. Produk dan Layanan Jasa BNI Syariah ... 55
C. Tinjauan Umum Terhadap Praktek Pembayaran Pembiayaan Dana Talangan Haji ... 56
1. Mekanisme Pembayaran Pembiayaan Dana Talangan Haji di Bank BNI Konvensional ... 56
2. Mekanisme Pembayaran Pembiayaan Dana Talangan Haji di Bank BNI Syariah ... 57
3. Perbedaan Manajemen Bank BNI Syariah dan Bank BNI Konvensional ... 58
4. Prosedur Pembiayaan Bank BNI Syariah Dana Talangan Haji dan Pembayaran Dana Talangan Haji ... 59
BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PEMBAYARAN PEMBIAYAAN DANA TALANGAN HAJI DI BANK BNI KONVENSIONAL ... 63
A. Analisis Pelaksanaan Pembiayaan Dana Talangan Haji di Bank BNI Syariah
B. Analisis Peraturan Bank Indonesia No. 9/19/PBI/2007 Terhadap Pembayaran
Pembiayaan Dana Talangan Haji di Bank BNI Konvensional 67
BAB V PENUTUP\ ... 70
A. Kesimpulan ... 70 B. Saran ... 71
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah way of lifeyang dijaminkan Allah SWT sebagai suatu sistem agama yang sempurna, mencakup segala aspek kehidupan umat manusia, baik masalah dunia maupun ukhrawi, yang terangkum dalam al-Quran dan sunnah rasul.1Secara garis besar ajaran Islam mencakup aspek
ibadahyang dalam ajarannyamanusia wajib menjalankan perintah oleh Allah SWT untuk melakukan kewajiban dan meninggalkan semua larangan dan menjauhi larangan.
Disisi lain Allah SWT menciptakan manusia supaya beribadah kepada-Nya dan mematuhi 5 pilar dalam agama Islam yakni mengucap syahadat sebagai bukti akan keesaan Allah SWT, melakukan ibadah shalat, puasa, zakat, dan yang terakhir ibadah haji bila mampu.
Diantara rukun Islam yang ke-lima, ibadah haji merupakan suatu ritual tahunan yang dilaksanakan setiap umat muslim bagi yang mampu dan sengaja mengunjungi Baitullah untuk melaksanakan ibadah yang terdiri dari
tawaf, sa’i, wukuf, dan ibadah-ibadah yang lain, guna memenuhi perintah
Allah SWT dan mengharap keridha’an-Nya.2Oleh karena itu umat muslim di
seluruh penjuru dunia saling berbondon-bondong untuk mendatangi
1Khoiril Anwar, Asuransi Syari’ah Halal dan Haram, (Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2007) , 03.
2
Baitullah untuk melaksanakan ibadah haji. Sebagaimana firman Allah SWT pada Q.S Ali Imran ayat 97 yang menjelaskan mengenai ibadah haji:
Artinya: Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim. Barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, Yaitu (bagi) orang yang sanggup Mengadakan perjalanan ke Baitullah.Barang siapa mengingkari (kewajiban haji), Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.3
Artinya: Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh, Unta yang kurus menggambarkan jauh dan sukarnya yang ditempuh oleh jemaah haji. (Q.S Al-Hajj : 27)4
Dewasa ini, dikarenakan mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, maka masyarakat cenderung berupaya meningkatkan ibadah haji sebagai pelengkap rukun Islam yang kelima. Antusiasme masyarakat Indonesia untuk menunaikan ibadah haji sangat tinggi sementara kuota haji Indonesia sangat terbatas, hanya 168.800 per-tahun karena ada pemotongan 20% dari kuota normal. Akibatnya, waiting list jamaah haji Indonesia terus memanjang.5Untuk pendaftaran di wilayah jawa timur saja, calon jemaah
3 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Maghfiroh Pustaka, 2006), 62. 4Ibid., 335.
5
3
haji baru bisa dinyatakan berangkat dalam jangka waktu sekitar 19 tahun. Sebenarnya pada awal mulanya, antrian naik haji cuma lima tahun.6Meskipun begitu,kepastian berangkatnya masih bisa
berubah.Bergantung ada tidaknya jemaah haji yang mundur atau berhalangan tetap, atau bila ada tambahan atau berkurangnya kuota.Setiap calon jamaah haji yang sudah mendaftar dan melunasi.
Dalam persoalan haji, kendala yang sangat menghambat dan sangat dirasakan di masyarakat adalah kemampuan finansial masyarakat dalam usaha memenuhi kewajiban ibadah haji tersebut.Biaya ibadah haji tidak sedikit bagi masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah ke atas mungkin bukan menjadi hambatan, mereka bisa mendaftar secara langsung kapan saja mereka inginkan.Namun, bagi masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah kebawah, perlu banyak pertimbangan untuk bisa melaksanakan ibadah haji.7
Namun, beberapa tahun terakhir Dewan Syariah Nasional (DSN) telah memberikan solusi dan memberikan kesempatan bagi Lembaga Keuangan Syariah (LKS) maupun Non-bank untuk mengeluarkan sebuah produk berupa pembiayaan dana talangan haji untuk masyarakat. Seperti yang sedang beroperasional di Bank Syariah seperti Bank BNI Syariah, Berdasarkan Pasal 1 ayat 4 Peraturan Menteri Agama Nomor 30 Tahun 2013 tentang Bank Penerima Setoran (BPS) Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji
6http://www.jatimevent.com/2015/08/daftar-tunggu-berangkat-haji-di-jatim.html, diakses selasa,
18 Agustus 2015.
4
(BPIH), bahwa dana yang diberikan sebagai bantuan sementara tanpa mengenakan imbalan oleh Bank Penerima Setoran (BPS) kepada calon jamaah haji.8
Produk pembiayaan dana talangan haji di Bank BNI Syariah adalah Tabungan Haji IB Hasanah merupakan pembiayaan yang bersifatkonsumtif yang ditujukan kepada nasabah untuk memenuhi kebutuhan biaya setoran awal BPIH yang ditentukkan Kemenag RI melalui sistem komputerisasi Haji Terpadu (SISKOHAT), untuk mendapatkan nomor seat porsi haji dengan menggunakan akad Qard}dan Ija@rah.9 Dalam tahap awal nasabah menyetor
uang muka sebesar 5% dari nilai pembiayaan haji yakni sebesar Rp. 25.000.000 (dua puluh lima juta rupiah). Kemudian nasabah mengangsur sisa dana talangan haji melalui tabungan haji hingga pelunasan pembayaran haji.10
Adanya pembiayaan ini, dapat menarik minat nasabah untuk melakukan pembiayaan dana talangan haji di Bank Syariah tentu yang berprinsip syariah. Yang mana dalam prinsip syariah jauh dari kata bunga, riba, dan gharar. Tidak hanya menarik minat nasabah, dalam hal ini dana talangan haji cukup meningkatkan profitabilitas pembiayaan di lembaga keuangan syariah. Pertumbuhan pembiayaan dana talangan haji terbilang menggiurkan.
8 Peraturan Menteri Agama Nomor 30 tahun 2013 tentang Bank Penerima Setoran Biaya
Penyelenggaraan Ibadah Haji Pasal 1 ayat (4)
9 Setiawan Budi Utomo, Produk Talangan Haji Perbankan Syariah, (Seminar Sehari Kebijakan Penyelenggaraan Haji Oleh Pemerintah dan Masalah Dana Talangan Haji Pada Perbankan Syariah, 2012).
5
Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia No: 29/DSN-MUI/VI/2002, tentang Pembiayaan Pengurusan Haji Lembaga Keuangan Syariah bahwa dalam pengurusan haji, Lembaga Keuangan Syariah (LKS) dapat memperoleh imbalan jasa (ujrah) dengan menggunakan prinsip al-Ija@rah. Dan apabila diperlukan, LKS dapat membantu menalangi pembayaran BPIH nasabah dengan menggunakan prinsip al-Qard}} sesuai fatwa DSN-MUI No: 19/DSN-MUI/IV/2001.11
Ija@rahmerupakan pemberian kepemilikan kepada penyewa untuk mengambil manfaat dari barang sewaan untuk jangka waktu yang telah disepakati bersama.12
Qard}}merupakan pemberian pinjaman kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali sesuai dengan jumlah yang telah dipinjamkan tanpa adanya imbalan yang diminta.13
Transaksi pembiayaan dana talangan haji yang dilakukan BNI Syariah Cabang Mojokerto menggunakan pinjaman Qard}}dari bank kepada nasabah untuk menutupi kekurangan dana guna memperoleh seat porsi haji pada saat pelunasan BPIH (Biaya Perjalanan Ibadah Haji). Dana talangan ini dijamin sebagai deposit yang dimiliki nasabah yang berupa Tabungan Talangan Haji (THI) IB Hasanah. Kemudian nasabah wajib mengembalikan sejumlah uang yang dipinjam itu dalam jangka waktu yang telah
11 Fatwa DSN-MUI tentang Pembiayaan Pengurusan Haji Lembaga Keuangan Syariah (DSN No: 29/DSN-MUI/VI/2002), ketentuan pertama dan kedua tentang prinsip al-Ija@rah dan al-Qard}. 12 Karnaen A. Perwataatmdja, Apa dan Bagaimana Bank Islam, (Yogyakarta: Dana Bakti Wakaf, 1992), 29.
6
ditertentukan. Atas jasa peminjaman dana talangan ini, Bank Syariah memperoleh imbalan (fee/ujrah) yang besarnya tidak didasarkan pada jumlah tertentu.14
Pada praktek pembayaran pembiayaan dana talangan haji di Bank BNI Syariah,ada beberapa kendala mengenai tata letak Bank BNI Syariah dan perkembangan Bank BNI Syariah sehingga menyulitkan nasabah dalam hal transaksi pembayaran di Bank BNI Syariah. Sehingga Bank BNI Syariah memberikan solusi kepada nasabah yang melakukan pembayaran pembiayaan dana talangan haji melalui perbankan kovensional yaitu diBank BNI Konvensional setempat agar mempermudah nasabah dalam pembayaran setiap bulannya.15
Terkait pembiayaan dana talangan haji yang berprinsip akad Qard}danIja@rahSesuai dengan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No: 9/19/PBI/2007 bahwasanya dalam pelaksanaan penyaluran dana yang berakadkan Qard}}danija@rahbank wajib memenuhi prinsip syariah. Akan tetapi kenyataan ini pembayaran pembiayaan dana talangan haji dilakukan di Bank BNI Konvensional yang di dalam transaksi penarikan setoran otomatis yang dilakukan oleh bank terdapat dua pengurangan transaksi dalam satu bulan dan tanpa adanya bukti setoran pembayaran dari bank untuk nasabah. Dan juga pada Bank BNI konvensional semua transaksi diberlakukan berdasarkan prinsip bunga. Dalam penyaluran dana dan service dilakukan untuk menguntungkan perusahaan. Jika dalam praktek pembayaran dana talangan
7
haji seharusnya menggunakan prinsip syariah maka di dalam pembayaran pembiayaan dana talangan haji itu mengandung unsur syubhat yang mana tidak ada kejelasan dalam praktek pembayarannya.bahwasanya dalam pengambilan pembayaran fee/ujrahnya disamakan dengan prinsip bunga yang dipakai bank konvensional.
Berdasarkan alasan yang telah dipaparkan,maka peneliti ingin
memaparkan secara jelas dengan melakukan penelitan mengenai “Tinjauan
Yuridis terhadap Pembayaran Pembiayaan Dana Talangan Haji di BNI Konvensional cabang Ngoro Industri Mojokerto.
B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah 1. Identifikasi Masalah
Dari hasil penelitian sementara, maka muncul beberapa masalah yang diantaranya :
a. Prosedur pembiayaan dana talangan haji yang dilakukan oleh Bank BNI Syariah.
b. Pengambilan prinsip dalam pembiayaan danatalangan haji di Bank BNI Syariah.
c. Praktek Pelaksanaan pembayaran pembiayaandana talangan haji di Bank BNI Konvensional.
8
e. Penentuan pembayaran dengan sistem bunga dalampembiayaan dana talangan haji di BNI Konvensional.
f. Kesesuaian antara prinsip dan prakteknya pembayaran pembiayaan dana talangan haji di Bank BNI Konvensional.
g. Tinjauan Hukum Islam mengenai akad dalam pembiayaan dana talangan haji di Bank BNI Syariah.
h. Tinjauan Yuridis Peraturan Bank Indonesia mengenai prinsip syariah terhadap pembayaran pembiayaan dana talangan haji di Bank BNI Konvesional.
2. Batasan Masalah
Dari beberapa masalah yang tercantum diatas ditemukan batasan-batasan masalah dalam pembahasannya supaya lebih terarah pada pembahasannya. Maka penulis memberikan batasan pembahasan meliputi sebagai berikut:
a. Praktek pembayaran pembiayaan dana talangan haji di BNI Konvensional.
b. Tinjauan yuridis terhadap pembayaran pembiayaan dana talangan haji di BNI Konvensional.
C. Rumusan Masalah
9
2. Bagaimana tinjauan yuridis terhadap pembayaraan dana talangan haji di Bank BNI Konvensional Cabang PembantuNgoro Industri Mojokerto?
D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian atau penelitian yang sudah dilakukan diseputar masalah yang diteliti, sehingga terlihat jelas bahwa kajian yang sedang dilakukan ini tidak merupakan pengulangan atau duplikasi dari kajian atau penelitian yang ada.16Adapun
kajian pustaka ini dibutuhkan untuk membedakan hasil skripsi ini dengan hasil penelitian yang sebelumnya.Penelitian sebelumnya sebagai berikut : Pertama, “Analisis Hukum Islam terhadap Mekanisme Penyaluran
Dana dengan Menggunakan Akad Qard}} walIja@rah dalam Pembiayaan Dana Talangan Haji yang dijalankan PT Bank Syariah di Gresik”.Ditulis oleh Abu Bakar Thoriq Afandi mahasiswa Fakultas Syariah tahun 2012.Dalam penelitian ini, penulis membahas bahwasannya penggunaan akad Qard}} pada pembiayaan haji di PT Bank Syariah Gresik didasarkan pada pinjaman tanpa imbalan.Namun, pengambilan keuntungan bukan dari akad Qard}}melainkan dari akad Ija@rahdengan mengambil dari fee/ujrah dari biaya-biaya administrasi pengurusan haji.17
16Tim Penyusun Fakultas Syari’ah dan Ekonomi Islam UIN Sunan Ampel, Petunjuk Teknis
Penulisan Skripsi, (tp, 2014), 08.
17Abu Bakar Thoriq Afandi, “Analisis Hukum Islam terhadap Mekanisme Penyaluran Dana
10
Kedua, “Analisis Hukum Islam terhadap Pembiayaan Talangan
Haji dengan Menggunakan Akad Ija@rahMultijasa di BNI Syariah di
Surabaya”.Ditulis oleh Yuyun Setia Wahyuni mahasiswa Fakultas Syariah
tahun 2006.Dalam penelitian ini, penulis membahas tentang Aplikasi pembiayaan menggunakan Akad Ija@rah Multijasa.Dalam objek tersebut adalah seat porsi haji yang diberikan bank untuk nasabah yang mana bank mendapatkan fee/ujrah dari Akad Ija@rahsebagai jasa tersebut.18
Dari penelitian yang sudah ada, terlihat bahwa dari segi tema penelitian ada kesamaan, pada penelitian pertama dan kedua terdapat kesamaan produk dari bank syariah yakni Pembiayaan Dana Talangan Haji.Akan tetapi masalah yang dibahas sangat berbeda jauh. Seperti dalam penelitian pertama, pembiayaan dana talangan haji berakad Qard}}dan Ija@rah.Dikarenakan dalam akad Qard}}tidak ada unsur pengambilan imbalan atas jasanya.Maka Bank BNI Syariah mengambilan keuntunganfee/ujrahnya berasal dari Ija@rah. Dan penelitian kedua, dalam pembiayaan dana talangan haji menggunakan akad Ija@rah Multijasa. Pengambilan keuntungan sama dengan penelitian pertama. Bahwasannya pengambilan keuntungan fee/ujrah dari akad ija@rahakan tetapi dalam maknismenya menggunakan seat porsi haji dari nasabah sebagai objek jasanya.
Pada hakikatnya penelitian yang akan penulis lakukan deengan penelitian yang sebelumnya sangatlah berbeda karena penelitian ini lebih
18Yuyun Setia Wahyuni, “Analisis Hukum Islam terhadap Pembiayaan Talangan Haji dengan
11
kearah proses pembayaran pembiyaan dana talangan haji yang dalam pembiayaannya dilakukan di Bank BNI Syariah akan tetapi pembayaran dilakukan di Bank BNI Konvensional. Dan titik tekan penelitian ini terdapat pada hukum dan keabsahannya. Oleh karena itu penulis ingin meneliti lebih lanjut terhadap pembayaran pembiayaan dana talangan haji yang dilakukan di Bank Konvensional dengan meninjau dari segi yuridis yaitu menggali menurut Peraturan Bank Indonesia mengenai prinsip syariah.
E. Tujuan Penelitian
Sejalandengan latar belakang diatas penulis mempunyai tujuan penelitian sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui praktek pembayaran pembiayaan dana talangan haji di Bank BNI Konvensional Cabang Pembantu Ngoro Industri Mojokerto. 2. Untuk mengatahui tinjauan yuridisdalam pembayaran pembiayaan dana
talangan haji di Bank BNI KonvensionalCabang Pembantu Ngoro Industri Mojokerto.
F. Tujuan Hasil Penelitian
Tujuan hasil penelitian yang diharapkan penulis dari penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu secara teoritis dan secara praktis.
1. Secara teoritis, sebagai upaya untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang pembiayaan maupun pembayaran dana talangan haji
12
sehingga dapat dijadikan informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam rangka menyelesaikan kasus-kasus yang serupa pada suatu saat terjadi ditengah-tengah masyarakat.
2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan mampu berguna bagi masyarakat terhadap pembayaran pembiayaan dana talangan haji yang sesuai dengan hukum islam pada lembaga tersebut.
G. Definisi Operasional
Untuk memudahkan dalam memahami judul skripsi tersebut, maka dirasa perlu untuk menjelaskan secara operasional agar terjadi kesepahaman dalam memahami judul skripsi ini. Beberapa istilah dalam penelitian ini yaitu:
1. Tinjauan Yuridis : Analisis Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 9/19/PBI/2007 terhadap kasus pembayaran pembiayaan dana talangan ibadah haji yang dilakukan di Bank BNI Konvensional Cabang Ngoro Industri Mojokerto.
13
mengembalikan uang setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. 3. Dana Talangan Haji : Dana bantuan sementara yang diberikan
olehBank Penerima Setoran (BPS) BPIH kepada calon jamaah haji tanpa dikenakan imbalan untuk mendapatkan seat porsi haji dengan menggunakan akad Qard}} dan Ija@rah. 4. Bank BNI Konvensional : Bank Negara Indonesia yang dalam
penghimpunan dana, penyaluran dana, dan pelayanan jasa beroperasi pada sistem bunga.
H. Metode Penelitian
1. Data yang dikumpulkan
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data tentang sistem pembayaran pembiayaan dana talangan haji tersebut di bank BNI Konvensional.
2. Sumber data
Secara garis besar sumber data yang digunakan dibagi menjadi dua jenis, yakni:
a. Sumber primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian.19Dalam
14
hal ini subjek penelitian yang dimaksud adalah para pelaku transaksi Pembiayaan Dana Talangan Haji yaitu:
1) Operational Manager Bank BNI syariah : Fitria Anjelina 2) Costumer Service Bank BNI Syariah : M. Busthomi A.H 3) Costumer Service Bank BNI Konvensional : Ita Lorenta 4) Teller BNI Konvensional : Risky Noverine
5) Nasabah Bank BNI Syariah: Ainur Rofiq Safa’ dan Luluk Mas’ulah
b. Sumber Sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada baik dari perpustakaan atau laporan peneliti terdahulu.20
1) Diktat Peraturan Bank Indonesia No. 09/19/PBI Tahun 2007 Tentang Prinsip Syariah.
2) M. Sulhan dan Elly Siswanto, Manajemen Bank Konvensional dan Syariah, Malang: UIN Press 2007.
3) Abdul Ghofur Anshori, Hukum Perbankan Syariah, Bandung: Refika Aditama, 2009.
4) Rachmadi Usman, Aspek Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika 2012.
5) Wiroso, Konsep Dasar Perbankan Syariah, Jakarta, Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia, 2005.
15
6) Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Islam, Jakarta, PT. Graha Utama Grafiti, 1999.
7) Karnaen Purwatmaja dan Muhammad Syafi’I Antonio, Apa
dan Bagaimana Bank Islam,Yogyakarta, Dana Bakti Wakaf,
1992.
8) Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2012.
9) M. Ma’ruf Abdullah, Hukum Perbankan dan Perkembangan
Bank Syariah di Indonesia, Banjarmasin, Antasari Press, 2006. 10) Djoni S. Ghazali dan Rachmadi Usman, Hukum Perbankan,
Jakarta, Sinar Grafika, 2012.
3. Teknik pengumpulan data
Adapun teknik pengumpulan data menggunakan tekniksebagai berikut:
a. Wawancara (interview)
Menurut pengertiannya wawancara (interview) adalah teknik
pengumpulan data atau informasi dari “informan” dan atau
“responden” yang sudah ditetapkan, dilakukan dengan cara “tanya
jawab sepihak tetapi sistematis” atas dasar tujuan penelitian yang hendak dicapai.21
21Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial:Format-format Kuantitatif danKualitatif
16
Teknik ini dipakai untuk memperoleh data dari informan secara langsung, yang dimaksud sebagai informan adalah subjek yang terlibat dalam proses terjadinya pembiayaan Dana Talangan haji pada Bank BNI Syariah dan BNI Konvensional yaitu antara peneliti dengan responden yang terdiri atasCostumer ServiceBank BNI Syariah, Costumer Service Bank BNI Konvensional, Teller Bank BNI Konvensional dan nasabah pembiayaan Dana Talangan Haji.
b. Observasi
Observasi yaitu suatu penggalian data dengan cara mengamati, memperhatikan, mendengar dan mencatat terhadap peristiwa, keadaan, atau hal lain yang menjadi sumber data.22
Dalam hal ini penulis akan terjun kelapangan yakni di Bank BNI Syariah dan Bank BNI Konvensional.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah sesuatu yang tertulis, tercetak atau terekam yang dapat dipakai sebagai bukti atau keterangan. Adapun definisi dokumentasi adalah pemberian atau pengumpulan bukti-bukti dan keterangan yang memuat garis besar data yang akan dicari dan berkaitan dengan judul penelitian.23
Dalam hal ini data yang dicari adalah data tentang pembiayaan Dana Talangan Haji yang dilakukan nasabah di Bank BNI Syariah dan
22Adi Riyanto, Metodologi Penelitian Social dan Hukum, (Jakarta: Granit, 2004),70.
17
pembayaran pembiayaan Dana Talangan Haji yang dilakukan nasabah di Bank BNI Konvensional.
4. Teknik pengelolahan data
Setelah data berhasil dihimpun dari lapangan atau penulisan maka penulis menggunakan teknik pengelolaan data dengan tahapan sebagai berikut:
a. Editing
Yaitu pemeriksaan kembali dari semua data yang diperoleh terutama dari segi kelengkapannya, kejelasan makna, keselarasan antara data yang ada dan relevansi dengan penelitian.24
Dalam hal ini penulis akan mengambil data-data yang akan dianalisis dengan rumusan masalah saja dan melakukan validasi ulang terkait data yang diperoleh penulis dengan fakta yang terjadi di lapangan.
b. Organising
Penulis melakukan pengelompokan data yang dibutuhkan untuk dianalisis dan menyusun data-data tersebut dengan sistematis untuk memudahkan penulis dalam menganalisa data. c. Analizing
Pada tahapan ini penulis menganalisis data-data yang telah diperoleh dari penelitian untuk memperoleh kesimpulan mengenai
18
kebenaran fakta yang ditemukan, yang akhirnya merupakan sebuah jawaban dari rumusan masalah.25
Penulis akan menganalisa data pembayaran pembiayaan Dana Talangan haji yang dilakukan di Bank BNI Konvensional dengan dilihat dari tinjauan yuridis yakni mengenai Peraturan Bank Indonesia (PBI) 09/09/PBI/2007.
5. Teknik Analisis Data
Data-data yang berhasil dikumpulkan, selanjutnya akan dianalisis secara deskriptif kualitatif, penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati dengan metode yang telah ditentukan.26
a. Metode deskriptif kualitatif
Yaitu dengan cara menuturkan dan menguraikan serta menjelaskan data yang terkumpul.27 Pola pikir ini digunakan untuk
mengambarkan secara jelas fakta atau bahan hukum yang diperoleh dari lapangan maupun kepustakaan dan selanjutnya Dianalisis secara kualitatif dan dicari jalan pemecaahannya sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku, sehingga perihal yang terkait pembiayaan dana talangan haji yang dilakukan di Bank BNI Syariah akan tetapi dalam pembayaran pembiayaan dana talangan haji dilakukan di Bank
25Ibid., 246.
19
BNI Konvensional dapat menilai data tersebut apakah sesuai dengan tinjauan yuridis yakni Peraturan Bank Indonesia yang ada.
b. Pola pikir deduktif
Yaitu pola pikir dengan menggunakan analisa yang berpijak dari pengertian-pengertian atau fakta-fakta yang bersifat umum, kemudian diteliti dan hasilnya dapat memecahkan masalah khusus.28
Kesimpulan akhirnya dalam penelitian Tinjauan Yuridis terhadap Pembayaran Pembiayaan Dana Talangan Haji di Bank BNI Konvensional Cabang PembantuNgoro Industri Mojokerto yang disimpulkan oleh penulis apakah praktek pembayaran pembiayaan dana talangan haji tersebut telah sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia No. 09/09/PBI/2007 dan apakah ada kesesuaian antara teori dan praktek lapangan.
I. Sistematika Pembahasan
Untuk memudahkan penulis, maka penyusunan skripsi ini penulis membagi lima bab yang sistematis. Bab-bab ini merupakan bagian dari penjelasan dari penelitian ini sebagaimana yang diuraikan dalam rangkaian sebagai berikut:
Bab pertama, merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka,
20
tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab kedua, merupakan uraian landasan teori tentang tinjauan umum peraturan bank indonesiamengenai prinsip syariah terhadappembiayaan dana talangan haji berdasarkansumber-sumber pustaka yang mencangkup tentang latar belakang Peraturan Bank Indonesia (PBI), Isi peraturan,dan implikasi Peraturan Bank Indonesia.
Bab ketiga, merupakan hasil penelitian yang berisi tentang gambaran umum Bank Negara Indonesia (BNI) meliputi sejarah bank, tujuan, arti lambang, visi dan misi, struktur organisasi, deskripsi jabatan, produk, mekanisme pembiayaan dana talangan haji dan pembayaran pembiayaan dana talangan haji yang dilakukan di bank BNI Konvensional dan mekanisme pembayaran pembiayaan dana talangan haji Bank BNI Syariah.
Bab keempat, merupakan analisa hasil penelitian lapangan yaitu Tinjauan Peraturan Bank Indonesia (PBI) Terhadap Praktek Pembayaran Pembiayaan Dana Talangan Haji di Bank BNI Konvensional cabang Ngoro Industri Mojokerto.
BAB II
TINJAUAN PERATURAN BANK INDONESIA TENTANG PRINSIP SYARIAH
A. Latar belakang lahirnya Peraturan Bank Indonesia
Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia yang
merupakan lembaga independen yang bebas dari campur tangan
pemerintah atau pihak-pihak lainnya kecuali untuk hal-hal yang secara
tegas diatur dalam undang-undang no 23 tahun 1999 tentang Bank
Indonesia.1
Bank Indonesia selain sebagai lembaga independen, Bank
Indonesia juga berstatus sebagai badan hukum berdasarkan
undang-undang. Yakni dalam badan hukum publik dan badan hukum perdata.
Dalam kedudukan sebagai hukum publik, Bank Indonesia berwenang
menetapkan peraturan-peraturan yang mengikat masyarakat luas sesuai
dengan tugas dan wewenangnya. Sedangkan sebagai hukum perdata,
Bank Indonesia bertindak untuk dan atas nama sendiri baik diluar
pengadilan maupun didalam pengadilan.
Berwenang menetapkan peraturan maka bank di indonesia
didukung 3 (tiga) pilar yang merupakan bidang utama dari tugas Bank
Indonesia sebagai bank otoritas keuangan yang tujuannya untuk
22
mencapai kestabilan nilai rupiah dan perkembangan lajur inflasi secara
efektif dan efisien.2
Pilar pertama, bahwa bank menetapkan dan melaksanakan
kebijakan moneter melalui sasaran lajur inflasi serta melakukan
pengendalian moneter melalui operasi pasar terbuka dipasar uang asing
maupun rupiah. Cara-cara pengendalian moneter dapat dilaksanakan
berdasarkan prinsip syariah. Peran Bank Indonesia sebagai leader of the
resort, yakni membantu bank yang kesulitan dalam bidang pendanaan
jangka pendek dikarenakan adanya mismatch yang disebabkan resiko
pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, resiko manajemen, resiko
pasar. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan resiko pembiayaan
yang dapat menghambat efektivitas pengendalian moneter, maka Bank
Indonesia memberikan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dibatasi
selama 90 hari dengan adanya agunan atau jaminan surat berharga yang
kualitasnya tinggi dan mudah dicairkan.
Pilar kedua, kewenangan Bank Indonesia dalam mengatur dan
menjaga kelancaran sistem pembayaran yang diatur dalam UU-BI pasal
23 bahwa Bank Indonesia berwenang untuk melaksanakan dan
memberikan persetujuan dan izin atas penyelanggaraan jasa sistem
pembayaran untuk menyampaikan laporan kegiatan serta menetapkan
penggunaan alat pembayaran. Bank Indonesia berwenang menetapkan
23
alat pembayaran yang digunakan masyarakat dan membatasi
penggunaan alat pembayaran agar terhindar dari prinsip kehati-hatian.3
Pilar ketiga, Bank Indonesia berperan mengawasi dan mengatur
bank sebagimana ditentukan dalam pasal 8 UU-BI. Dalam tugas ini
Bank Indonesia menetapkan peraturan, memberikan dan mencabut izin
atas kelembagaan dan kegiatan usaha bank, pengawasan bank, serta
mengenai sanksi terhadap bank.
Mengingat Bank Indonesia sebagai Independensi yang membawa
konsekuensi logis, Bank Indonesia mempunyai kewenangan mengatur,
membuat dan menerbitkan peraturan yang merupakan undang-undang
dari pelaksanaannya yang disertai pemberian sanksi administratif. Selain
itu, Peraturan Bank Indonesia juga memberikan landasan hukum yang
kuat kepada Bank Indonesia untuk melakukan pengaturan dan
pengawasan terhadap perbankan syariah.4
Sesuai UU Nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah
yang secara teknis memuat operasionalnya mendasarkan pada Peraturan
Bank Indonesia tentang pelaksanaan perbankan syariah yang mengatur
tentang kegiatan usaha yang berdasarkan prinsip syariah.5 Dalam hal ini
terlihat dalam PBI No. 7/46/PBI/2005 tentang akad penghimpunan dan
penyaluran dana bagi bank yang melaksanakan kegiatan usaha
3 Lihat, Djoni S. Ghazali dan Rachmadi Usman, Hukum Perbankan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), 108-112.
4 Dian Ediana Rae, Arah Perkembangan Hukum Perbankan Syariah, (Jakarta: Direktorat Hukum dan Perundang-undangan Bank Indonesia, 2008), 1-2.
24
berdasarkan prinsip syariah yang telah diubah dengan PBI No.
9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah Dalam Kegiatan
Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa Bank
Syariah.
Berdasarkan pedoman yang disusun fatwa yang diterbitkan oleh
Dewan Fatwa Nasional (DSN) yang memberikan penjelasan mengenai
ketentuan persyaratan minimum akad penghimpunan dan penyaluran
dana bank syariah tersebut mengikuti proses yang berkesinambungan
dengan memperhatikan perubahan dan perkembangan kondisi regulasi
dan sistem perundangan yang berlaku. Demikian, Bank Indonesia
menyesuaikan dan menyempurnakan pengaturan yang difatwakan DSN
terhadap pelaksanaan prinsip syariah agar terhindar dari resiko transaksi
keuangan syariah yang dalam pertimbangan tersebut dan sesuai dengan
kewenangan Bank Indonesia sebagai otoritas perbankan, maka Bank
Indonesia melakukan penyesuaian dan penyempurnaan terhadap
Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/46/PBI/2005 denga mengeluarkan
Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/19/PBI/2007 terhadap Pelaksanaan
Prinsip Syariah.6
Latar belakang lahirnya Peraturan Bank Indonesia Nomor
9/19/PBI/2007 sebagimana dijelaskan Bank Indonesia yakni
Meningkatkan law enforcement dalam rangka melakukan positifvasi
fatwa terbaru yang telah dikeluarkan DSN, Sebagai ancuan minimal
25
bagi perbankan syariah yang melakukan pemenuhan prinsip syariah
dalam kegiatan penyaluran dana, penghimpunan dana, dan pelayanan
jasa perbankan, Sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan variasi
pilihan perbankan syariah dalam melaksanakan kegiatan penghimpunan
dana, penyaluran dana dan pelayanan jasa perbankan dengan memenuhi
prinsip syariah, dan menunjang pencapaian program akselerasi
perbankan syariah.7
Dengan adanya ketentuan tentang pelaksanaan prinsip syariah
dalam kegiatan penghimpunan dana dan penyaluran dana serta
pelayanan jasa bank syariah, akan memberikan manfaat kepada semua
pihak yang berkepentingan dimana pada gilirannya akan mewujudkan
pengelolaan bank syariah yang sehat. Selain itu, adanya ketentuan ini
dapat memberikan kejelasan pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan
penghimpunan dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa bank
syariah sehingga dapat membantu operasional bank syariah menjadi
lebih efisien dan meningkatkan kepastian hukum para pihak termasuk
bagi pengawas dan auditor bank syariah.
B. Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/19/2007
Dalam ketentuan Peraturan Bank Indonesia No. 9/19/2007 tentang
pelaksanaan prinsip syariah yang menegaskan mengenai penghimpunan
26
dana, penyaluran dana, dan penyaluran dana yang berprinsip syariah
diatur pada pasal 2 ayat (1) dan (2) yang menyatakan bahwa :8
“(1) Dalam melaksanakan kegiatan penghimpunan dana,
penyaluran dana dan pelayanan jasa, Bank wajib memenuhi prinsip syariah. (2) Pemenuhan prinsip syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan memenuhi ketentuan pokok hukum Islam antara lain prinsip keadilan dan keseimbangan (‘adl wa tawazun), kemaslahatan (maslahah), dan universalisme (alamiyah) serta tidak mengandung gharar, maysir, riba, dzalim, riswah, dan objek haram.
Sebagaimana dikemukakan diatas, menjelaskan tentang
pemenuhan prinsip syariah mengenai kegiatan bank dalam
penghimpunan dana, penyaluran dana dan penyaluran dana, bank wajib
memenuhi ketentuan hukum Islam yakni :
1) Prinsip keadilan (‘adl) yaitu menempatkan suatu hanya pada
tempatnya dan memberikan sesuatu hanya pada yang berhak serta
memperlakukan suatu pada posisinya,
2) Prinsip keseimbangan (tawazun) yaitu keseimbangan yang meliputi
aspek material dan spiritual, aspek privat dan publik, sektor
keuangan dan sektor riil, bisnis dan social, dan keseimbangan aspek
manfaat dan kelestarian,
3) Prinsip kemaslahatan (maslahah) yaitu segala bentuk kebaikan yang
berdimensi duniawi dan ukhrawi, material dan spiritual serta
individual dan kolektif serta memenuhi syarat yakni kepatuhan
27
syariah (halal), bermanfaat dari kebaikan dalam semua aspek secara
keseluruhan yang tidak menimbulkan kemudharatan.
4) Prinsip universalisme (alamiyah), yaitu sesuatu yang dapat
dilaksanakan dan diterima oleh semua pihak yang
berkepentingantanpa membedakan suku, agama, ras dan golongan
sesuai dengan rahmatan lil alamin. 9
Dalam pemenuhan prinsip syariah dalam kegiatan penghimpunan
dana, penyaluran dana, dan pelayanan jasa bank seharusnya tidak
mengandung unsur-unsur seperti gharar yaitu transaksi yang objeknya
tidak jelas, tidak dimiliki, tidak diketahui keberadaannya, atau tidak
dapat diserahkan pada saat transaksi dilakukan kecuali diatur lain dalam
syariah, maysir adalah transaksi yang digantungkan kepada suatu
keadaan yang tidak pasti dan bersifat untung-untugan (spekulatif), riba
adalah pemastian penambahan pendapatan secara tidak sah (bathil)
antara lain dalam transaksi pertukaran barang sejenis yang tidak sama
kualitas, kuantitas, dan waktu penyerahan (fadhl), atau dalam transaksi
pinjam-meminjam yang mempersyaratkan nasabah penerima fasilitas
mengembalikan dana yang diterima melebihi pokok pinjaman karena
berjalannya waktu (nasiah), dzalim adalah transaksi yang menimbulkan
ketidakadilan bagi pihak lainnya, risywah adalah tindakan suap dalam
bentuk uang, fasilitas, atau bentuk lainnya yang melanggar hukum
sebagai upaya mendapatkan fasilitas atau kemudahan dalam suatu
28
transaksi dan objek haram adalah suatu barang atau jasa yang
diharamkan dalam syariah.10
Pemenuhan prinsip syariah sebagaimana yang telah diatur dalam
pasal 2 ayat (1) mengenai penghimpunan dana, penyaluran dana, dan
pelayanan jasa yang dalam kegiataanya diatur dalam pasal 3 yakni : 11
Pasal 3
Pemenuhan Prinsip Syariah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1), kegiatan yang dilakukan sebagai berikut :
“(1) Dalam kegiatan penghimpunan dana dengan
mempergunakan antara lain Akad Wadi’ah dan Mudha>rabah. 2) Dalam kegiatan penyaluran dana berupa Pembiayaan dengan mempergunakan antara lain Akad Mudha>rabah, Musya>rakah, Mura>bahah, Salam, Istishna’>, Ija>rah, Ija>rah Muntahiya Bit-tamlik dan Qard}. 3) Dalam kegiatan pelayanan jasa dengan mempergunakan antara lain Akad Kafa>lah, H}awa>lah dan Sharf.
Sebagaimana dipaparkan dalam pasal 3 ayat (1), (2), dan (3)
bahwasanya dalam pelaksanaan penghimpunan dana, penyaluran jasa,
dan pelayanan jasa bank melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
12
Pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan penghimpunan dana
terdapat pada akad (a) wadi’ah adalah transaksi penitipan dana atau
barang dari pemilik kepada penyimpan dana atau barang dengan
kewajiban bagi pihak yang menyimpan untuk mengembalikan dana atau
barang titipan sewaktu-waktu. (b) mudha>rabah adalah transaksi
29
penanaman dana dari pemilik dana (shahibul maal) kepada pengelola
dana (mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha tertentu yang sesuai
syariah, dengan pembagian hasil usaha antara kedua belah pihak
berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.13
Pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan penyaluran dana terdapat
pada akad. (c) Musya>rakah adalah transaksi penanaman dana dari dua
atau lebih pemilik dana dan/atau barang untuk menjalankan usaha
tertentu sesuai syariah dengan pembagian hasil usaha antara kedua belah
pihak berdasarkan nisbah yang disepakati, sedangkan pembagian
kerugian berdasarkan proporsin modal masing-masing. (d) mura>bahah
adalah transaksi jual beli suatu barang sebesar harga perolehan barang
ditambah dengan margin yang disepakati olah para pihak, dimana
penjual menginformasikan terlebih dahulu harga perolehan kepada
pembeli. (e) salam adalah transaksi jual beli barang dengan cara
pemesanan dengan syarat-syarat tertentu dan pembayaran tunai terlebih
dahulu secara penuh. (f) istishna’> adalah transaksi jual beli barang dalam
bentuk pemesanan pembuatan barang dengan kriteria dan persyaratan
tertentu yang disepakati dengan pembayaran sesuai dengan kesepakatan.
(g) ija>rah adalah transaksi sewa menyewa atas suatu barang dan/atau
jasa antara pemilik objek sewa termasuk kepemilikan hak pakai atas
objek sewa dengan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas objek
sewa yang disewakan. (h) ija>rah muntahiyah bit-tamlik adalah transaksi
sewa menyewa antara pemilik objek sewa dan penyewa untuk
30
mendapatkan imbalan atas objek sewa yang disewakannya dengan opsi
perpindahan hak milik objek sewa. (i) qard} adalah pembiayaan dana
tanpa imbalan dengan kewajiban pihak peminjam mengembalikan pokok
pinjaman secara sekaligus atau cicilan dalam jangka waktu tertentu.14
Pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan pelayanan dana
terdapat pada akad (a) kafa>lah adalah transaksi penjaminan yang
diberikan oleh penanggung (kafil) kepada pihak ketiga atau yang
tertanggung (makful lahu) untuk memenuhi kewajiban pihak kedua
(makful ‘anhu/ashil). (b) hawa>lah adalah transaksi pengalihan hutang
dari satu pihak yang berhutang kepada pihak lain yang wajib
menanggung atau membayar. (c) sharf} adalah transaksi pertukaran antar
mata uang berlainan jenis.15
C. Implementasi Peraturan Bank Indonesia terhadap penghimpunan dana,
penyaluran dana, dan pelayanan jasa di Bank Syariah
Seiring praktik operasional bank syariah mempunyai
karakteristik yang berbeda dengan bank dengan bank konvensional
dalam hal penghimpunan dana dan penyaluran dana dari dan kepada
masyarakat, serta kegiatan multifinance yang pada hakikatnya tidak
sesuai dengan hukum perbankan syariah. Sehingga perbankan syariah
membutuhkan ketentuan dan pengaturan yang memastikan bahwa
pelaksanaan dan operasional perbankan syariah tetap berjalan secara
konsisten dengan prinsip syariah. Adanya peraturan tentang perbankan
31
syariah bertujuan memberikan rambu-rambu yang jelas dan tegas pada
apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh bank syariah.
Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 sebagaimana yang telah
diubah dengan UU No.10 tahun 1998 mengatur tentang perbankan
syariah yang dalam frasanya mengatur perbankan berdasarkan prinsip
syariah. Dalam hal ini perbankan syariah merupakan bank beroperasi
sesuai prinsip-prinsip syariah khususnya menyangkut
ketentuan-ketentuan dalam tata cara bermuamalah secara islam. 16
Karakteristik bank syariah pada umumnya melanggar adanya
riba dalam bentuk kegiatan apapun. Dalam bank syariah tidak mengenal
time value of money. Perlakuan uang dalam bank syariah hanya
berfungsi sebagai alat pembayaran dan tidak diperbolehkan sebagai alat
perdagangan. Transaksi-transaksi yang dijalankan oleh bank syariah
tidak diperkenankan mengandung unsur spekulatif yang dikategorikan
sebagai unsur judi.17
Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum
islam antara bank dan nasabah untuk melakukan penyimpanan dana
maupun pembiayaan kegiatan usahanya sesuai dengan ketentuan
syariah. Sesuai dengan PBI No. 9/19/PBI/2007 pasal 2 ayat (2) bahwa
dalam prinsip syariah bank wajib memenuhi prinsip keadilan, prinsip
kesederajatan dan prinsip ketentraman. Dalam peraturan tersebut
16 Karnaen A. Perwataatmdja dan Muhammad Syafi’I Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam, (Yogyakarta: Dana Bakti Wakaf, 1992), 1-2.
32
menjelaskan mengenai pelaksanaan prinsip syariah dalam produk
maupun operasional bank syariah yang mana secara teknis
pelaksanaannya diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia. 18
Tujuan perbankan syariah sesuai prinsip syariah menekankan
pada penghimpunan dana, penyaluran dana, dan pelayanan jasa dalam
menjalankan fungsi bisnis sebagai lembaga intermedisi keuangan
syariah. Dalam kegiatan perbankan syariah yang sebagaimana diatur
dalam Peraturan Bank Indonesia mengenai kegiatan usaha yakni PBI
No. 6/24/PBI/2004 tentang Bank Umum Syariah yang melaksanakan
kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. Sementara dalam
operasional Bank Umum Syariah dimuat dalam Peraturan Bank
Indonesia No. 9/19/PBI/2007.19
Bank umum syariah merupakan bank secara konvensional yang
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. Dalam
kegiatannya usahanya memberikan jasa lalu lintas dalam pembayaran.
Kegiatan usahanya yakni meliputi:20
1. Menghimpun dana dalam bentuk simpanan berupa giro, tabungan
atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan
akad wadi’ah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah.
18 Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/19/PBI/2007 tentang pelaksanaan prinsip syariah. 19 UU No. 21 Tahun 2008 Pasal 20.
33
2. Menghimpun dana dalam bentuk simpanan berupa deposito,
tabungan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu
berdasarkan akad mudha>rabah atau akad lain yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah.
3. Menyalurkan pembiayaan bagi hasil berdasarkan Akad mudha>rabah,
akad musya>rakah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan
prinsip syariah.
4. Menyalurkan pembiayaan berdasarkan Akad mura>bahah, akad
salam, akad istisna’ atau akad lain yang tidak bertentangan dengan
prinsip syariah.
5. Menyalurkan pembiayaan berdasarkan Akad Qard} atau akad lain
yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
6. Menyalurkan pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak
bergerak kepada nasabah berdasarkan akad ija>rah. Dan atau sewa
beli dalam bentuk Ija>rah muntahiya bittamlik atau akad lain yang
tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
7. Melakukan pengambilalihan utang berdasarkan akad hawa>lah atau
akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
8. Melakukan usaha kartu debit dan atau kartu pembiayaan
berdasarkan prinsip syariah.
9. Membeli, menjual, atau menjamin atas resiko sendiri surat berharga
pihak ketiga yang diterbitkan atas dasar transaksi nyata berdasarkan
prinsip syariah, antara lain, seperti akad ijar>ah, musya>rakah,
34
Berdasarkan bank yang berprinsip syariah dengan latar belakang
adanya suatu keyakinan dalam agama Islam yang merupakan suatu
alternatif atas perbankan dengan kekhususan pada prinsip syariah. Bank
syariah memiliki fungsi kegunaan yang sangat penting. Diantaranya
adalah memobilisasi tabungan masyarakat baik domestik maupun asing,
menyalurkan dana secara efektif ke kegiatan-kegiatan usaha yang
produktif dan menguntungkan secara finansial dengan tetap
memperhatikan keinginan usaha tersebut tidak termasuk yang dilarang
oleh syariah, melakukan fungsi regulator serta turut mengatur
mekanisme penyaluran dana ke masyarakat sesuai kebijakan Bank
Indonesia, sehingga dapat mengendalikan aktivitas monoter yang sehat
dan terhindar dari inflasi, menjembatani keperluan pemanfaatan dana
pemilik modal dan pihak yang memerlukan sehingga uang dapat
berfungsi untuk melancarkan perekonomian khususnya dan
pembangunan umumnya, serta menjaga amanah yang dipercayakan
kepadanya sebagai lembaga keuangan yang berdasarkan prinsip syariah.
21
Bank syariah memiliki perbedaan bank yang berdasarkan prinsip
konvensional. Oleh karena itu, bisa dikatakan bank syariah memiliki
kekhususan dengan bank konvensional. Dapat dilihat perbedaan
35
diantaranya yakni dalam operasionalnya dan segi imbalan yang
diberikan bank konvensional dan bank syariah kepada nasabah :22
1) Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional dilihat dari segi
operasionalnya, yakni :
a) Pada bank konvensional, penenuan bunga dibuat pada waktu
akad tanpa berpedoman pada untung rugi, sedangkan bank
syariah penentuan besarnya rasio bagi hasil dibuat pada waktu
akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi.
b) Pada bank konvensional, besarnya persentase berdasarkan
pada jumlah uang (modal) yang dipinjamkan, sedangkan pada
bank syariah besar rasio bagi hasil berdasarkan jumlah
keuntungan yang diperoleh.
c) Pada bank konvensional, pembayaran bunga tetap seperti
yang diperjanjikan tanpa pertimbangan apakah proyek yang
dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi, sedangkan
pada bank syariah, bagi hasil tergantung pada keuntungan
proyek yang dijalankan sekiranya itu tidak mendapatkan
keuntungan, maka kerugian akan ditanggung bersama oleh
kedua pihak.
d) Pada bank konvensional, jumlah pembayaran bunga tidak
meningkat sekalipun meningkat keuntungan berlipat atau
keadaan sedang booming, sedangakan pada bank syariah,
36
jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan
jumlah pendapatan.
e) Pada bank konvensional, eksistensi bunga diragukan (kalua
tidak dikecam) oleh semua agama., termasuk agama Islam.
Sedangakan pada bank syariah, tidak ada yang meragukan
keabsahan keuntungan bagi hasil.23
2) Sedangakan perbedaan dalam imbalan yang diberikan bank
konvensional dan bank syariah kepada nasabah
a) Bank syariah menggunakan berasaskan prinsip syariah (bagi
hasil, jual beli, sewa-menyewa, pinjam-meminjam),
sedangkan bank konvensional berdasarkan asas prinsip
konvensional berdasarkan bunga.
b) Bank syariah mendasarkan perhitungan pada margin
keuntungan, sedangkan bank konvensional memakai
perangkat bunga.
c) Bank syariah tidak saja berorientasi pada keuntungan
(profit), tetapi juga pada falah oriented, sedangkan bank
konvensional semata-mata profit oriented.
d) Bank syariah meletakkan penggunaan dana secara riil,
sedangakn bank konvensional sebagai creator of money
supply.
37
e) Bank syariah melakukan investasi-investasi yang halal,
sedangkan bank konvensional melakukan invenstasi halal
dan haram.
f) Bank syariah dalam melakukan penyerahan dana dan
penyaluran dana harus sesuai dengan pendapat Dewan
Pengawas Syariah (DPS), sedangkan bank konvensional
tidak terdapat dewan sejenis itu.24
BAB III
BANK BNI KONVENSIONAL SEBAGAI TEMPAT PEMBAYARAN PEMBIAYAAN DANA TALANGAN HAJI BANK BNI SYARIAH
A. Gambaran Umum Bank BNI Konvensional 1. Sejarah Bank BNI
PT Bank Negara Indonesia (persero) Tbk. Didirikan pada tanggal 5 Juli 1946, BNI menjadi bank pertama milik negara yang lahir setelah kemerdekaan Indonesia. Lahir pada masa perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia, BNI sempat berfungsi sebagai bank sentral dan bank umum sebagaimana tertuang dalam peraturan pemerintah pengganti undang-undang No. 2/1946, sebelum akhirnya beroperasi sebagai bank komersial sejak tahun 1955. Oeang Republik Indonesia sebagai alat pembayaran resmi pertama yang dikeluarkan Pemerintah Indonesia pada tanggal 30 Oktober 1946 dicetak dan diedarkan oleh Bank Negara Indonesia.
Menyusul penunjukan De Javache Bank yang merupakan warisan dari Pemerintah Belanda sebagai bank sentral pada tahun 1949, pemerintah membatasi peran BNI sebagai bank sentral. BNI lalu ditetapkan sebagai bank pembangunan dan diberikan hak untuk bertindak sebagai bank devisa pada tahun 1950 dengan akses langsung untuk transaksi luar negeri. Kantor cabang BNI pertama di luar negeri dibuka di Singapura pada tahun 1955.
39
1960-an dengan memperkenalkan berbagai layanan perbankan seperti Bank Terapung, Bank Keliling, Bank Bocah dan Bank Sarinah. Tujuan utama dari pembentukan Bank Terapung adalah untuk melayani masyarakat yang tinggal di kepulauan seperti di kepulauan riau atau daerah yang sulit dijangkau dengan transportasi darat seperti Kalimantan. BNI juga meluncurkan Bank Keliling, yaitu jasa layanan perbankan di mobil keliling sebagai upaya proaktif untuk mendorong masyarakat menabung.
Sesuai dengan UU No.17 Tahun 1968 sebagai bank umum dengan nama Bank Negara Indonesia 1946, BNI bertugas memperbaiki ekonomi rakyat dan berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi nasional. Sejak 1963, BNI telah merintis layanan perbankan di perguruan tinggi saat membuka Kantor Kas Pembantu di Universitas Sumatera Utara (USU) di Medan. Saat ini BNI telah memiliki kantor layanan hampir di seluruh perguruan tinggi negeri maupun swasta terkemuka di Indonesia.
40
dengan menempatkan angka ‘46’ di depan kata ‘BNI’. Kata ‘BNI’
berwarna tosca yang mencerminkan kekuatan, keunikan, dan
kekokohan. Sementara angka ‘46’ dalam kotak orange diletakkan
secara diagonal untuk menggambarkan BNI baru yang modern. BNI kembali mencatat sejarah dengan menjual saham perdananya kepada masyarakat melalui Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) pada tahun 1996. Dalam sejarah perbankan nasional, BNI menjadi bank negara pertama yang go-public.
Bersamaan dengan program divestasi saham pemerintah, BNI menerbitkan saham baru pada tahun 2007 dan 2010 melalui Penawaran Umum Terbatas (right issue) dengan memperluas komposisi kepemilikan saham publik menjadi 40%. Dengan meningkatnya kepemilikan publik, BNI dituntut untuk meningkatkan kinerja unggul sehingga dapat memberikan nilai lebih kepada pemegang saham.
Globalisasi juga menuntut industri perbankan untuk selalu meningkatkan kemampuan dalam memberikan solusi perbankan kepada seluruh nasabah. Secara historis BNI fokus pada corporate banking yang didukung dengan infrastruktur retail banking yang kuat. Kini BNI terus berupaya meningkatkan kapitalisasi keduanya menjadi keunggulan BNI.1
1 Profil Bank BNI dalam website resmi Bank Negara Indonesia,
41
Dengan keunggulannya, BNI mendapatkan 26 penghargaan bergengsi dalam 2 tahun terakhir ini seperti:
a) Peringkat kedua terbaik pada penghargaan Banking Service Excellence Monitor (BSEM) 2014. Ajang penghargaan yang diberikan oleh Marketing Research Indonesia (MRI) jakarta, 13 juni 2014.
b) The best trade finance bank in indonesia dan the leading counterparty bank in indonesia dari the asian banker transaction banking awards tahun 2013 dan 2014, Kuala Lumpur 21 Mei 2014.
c) The best emiten sektor perbankan dari majalah investor, Jakarta, 8 Mei 2014.
d) Memperoleh Sertifikat Akreditasi A atau ISTIMEWA dari Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), Jakarta, 5 Mei 2014. BNI menjadi bank pertama yang mendapatkan akreditasi tersebut.
e) Best cash management bank for indonesia dalam Asia-Pacific Country Transaction Bank Awards dari The Corporate Treasurer 2013, Singapura, 2 April 2014.
f) Gatot M. Suwondo CEO PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk untuk kategori Most Inspirational CEO BUMN dari Mens Obsession Awards 2014 di Jakarta, 14 Februari 2014.
42
year in Southeast Asia tiga tahun berturut-turut dari Alpha Southeast Asia Magazine, di Kuala lumpur, 23 Januari 2014.
Kantor Cabang BNI Konvensional lebih kurang sekitar 1500 outlet yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. saat ini mempunyai 9 anak perusahaan. Mereka adalah BNI Remittance Limited - Hong Kong, PT. Bina Usaha Indonesia, PT. BNI Nomura Jafco, PT. BNI Securities, PT. Pembiayaan Artha Negara, PT. Sarana Bersama Pembiayaan Indonesia, PT. Asuransi Tri Pakarta, Bank BNI Syariah, Bank Nusa Nasional (telah di-spin off pada 2009)
2. Arti Lambang BANK BNI
Budaya Kerja BNI ”Prinsip 46” merupakan Tuntunan Perilaku
Insan BNI, terdiri dari:2
a. Empat Nilai Budaya Kerja : Profesionalisme, Integritas, Orientasi perbankan, Perbaikan tiada henti
b. Enam Nilai Perilaku Utama Insan BNI : Meningkatkan Kompetensi dan Memberikan Hasil Terbaik, Jujur, Tulus dan Ikhlas, Disiplin, Konsisten dan Bertanggung Jawab, Memberikan Layanan Terbaik Melalui Kemitraan yang Sinergis, Senantiasa Melakukan Penyempurnaan, Kreatif dan Inovatif
2 Profil Bank BNI dalam website resmi Bank Negara Indonesia,
43
Setiap Nilai Budaya Kerja BNI memiliki Perilaku Utama yang merupakan acuan bertindak bagi seluruh Insan BNI. Enam Perilaku Utama Insan BNI
3. Visi dan Misi Bank BNI
Visi BNI : Menjadi Bank Kebanggaan nasional yang unggul tekemuka dan terdepan dalam Layanan dan Kinerja Misi BNI :
a. Memberikan layanan prima dan solusi yang bernilai tambah kapada seluruh nasabah, dan selaku mitra pilihan utama
b. Meningkatkan nilai investasi yang unggul bagi investor
c. Menciptakan kondisi terbaik bagi karyawan sebagai kebanggaan untuk berkarya dan berprestasi
d. Meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab kepada lingkungan dan komunitas
e. Menjadi acuan pelaksanaan kepatuhan dan tata kelola perusahaan yang baik bagi industri3
4. Struktur Organisasi
Organisasi dalam pengertian sebagai salah satu fungsi dalam manajemen yang berasal dari kata “to organize” atau “organizing”. “pengorganisasian”merupakan salah satu fungsi manajemen dalam menentukan sistem alokasi, distribusi dan koordinasi sumber daya
3 Profil Bank BNI dalam website resmi Bank Negara Indonesia,
44
perusahaan secara efisien dan efektif untuk menunjang pencapaian sasaran usaha dan bisnis secara optimal.
Struktur organisasi merupakan susunan yang menerangkan tentang bagaimana suatu hubungan kerja yang berada di dalam suatu organisasi, dan juga menerangkan bagaimana aliran wewenang dan tanggung jawab antara pemimpin dan bawahannya. Secara garis besar, unit organisasi di Bank BNI dibagi kedalam 3 tingkatan organisasi, sebagai berikut :
a. Kantor Besar (Pusat)
b. Kantor Wilayah, yang terdiri dari : Kantor Wilayah Medan, Kantor Wilayah Padang, Kantor Wilayah Palembang, Kantor Wilayah Bandung, Kantor Wilayah Semarang, Kantor Wilayah Makassar, Kantor Wilayah Denpasar, Kantor Wilayah Banjarmasin, Kantor Wilayah Jakarta Senayan, Kantor Wilayah Jakarta Senayan, Kantor Wilayah Manado, Kantor Wilayah Jakarta Bsd, Kantor Wilayah Jakarta Kemayoran, Kantor Wilayah Papua.
c. Kantor cabang, terdiri dari : Kantor Cabang Kelas 1, Kantor Cabang Kelas 2, Kantor Cabang Kelas 3, Kantor Cabang Pembantu, Kios Plus (Kantor Kas Plus ATM)
45
fleksibel dan adaptif terhadap perubahan lingkungan usaha, berorientasi terhadap pasar dan kepuasan nasabah (market oriented and customer satisfaction.
PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk cabang pembantu Ngoro Industri Mojokerto memiliki struktur organisasi berbentuk lini dan staff, dimana melalui struktur organisasi ini atasan mendelegasikan wewenang kepada bawahan, lalu wewenang tersebut didelegasikan kembali kepada bawahan. Adapun gambar struktur organisasinya dapat dilihat sebagai berikut:
Struktur Organisasi Bank BNI Capem Ngoro Industri dilampiran
Tabel 1.1 5. Deskripsi Pekerjaan
Struktur organisasi Bank BNI kantor cabang pembantu ngoro mempunyai tugas dan wewenang dalam pekerjaannyaa.
a. Pemimpin cabang (Branch Manajer)
46
Pejabat yang berada di bawah kepala cabang yang diberikan tanggung jawab untuk melakukan pengelolaan terhadap operasional atau aktivitas cabang sehari-hari.
c. Penyelia kontrol intern cabang
Bertugas melakukan control dan supervise atau pengawasan terhadap segala aktivitas yang dilakukan oleh cabang.
d. Penyelia pemasaran bisnis cabang
Koordinator yang bertugas mengelola segala sesuatu yang menyangkut aktivitas costumer service (pelayanan nasabah) terhadap nasabah yang menggunakan produk dan jasa serta layanan dalam kantor cabang.
e. Penyelia dalam dan luar negeri cabang
Koordinator yang bertugas untuk mengelola aktivitas pemindahbukuan dan transfer baik dalam negeri maupun luar negeri.
f. Penyelia pengelolaan resiko kredit
Koordinator yang bertugas untuk mengelola administrasi arsip kredit. Dan pengelolaan terhadap laporan kredit.
g. Penyelia keuangan dan umum cabang
47
h. Customer service
Memberikan informasi kepada nasabah megenai produk dan layanan serta memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi nasabah terkait dengan produk dan layanan bank. i. Teller
Melayani transaksi tunai maupun non tunai, dalam mata uang rupiah dan valas.
6. Produk dan Layanan Bank BNI
Bank BNI melaksanakan kegiatan usaha sesuai dengan kegiatan usaha bank umum seperti yang tertera pada pasal 6 undang-undang No. 7 tahun 1992 tentang perbankan. Berikut ini adalah kegiatan usaha yang di lakukan di Bank BNI yang fungsinya sebagai simpanan, pinjaman dan layanan jasa dengan mengeluarkan produk berupa:4
a. Produk simpanan
Bentuk simpanan di Bank BNI diantara lain:
1) Tabungan BNI Taplus, tabungan yang akan memberikan Anda layanan PLUS dengan berbagai macam fitur dan manfaat.
2) Tabungan BNI Taplus Anak lebih diperuntukkan untuk anak dibawah 17 tahun agar mewujudkan impian untuk menabung sendiri
4 Profil Bank BNI dalam website resmi Bank Negara Indonesia,
48
3) Save Deposit Box bertujuan sebagai penyimpanan box atau penyewaan box dihitung dari besar kecilnya box. Jangka waktu penyimpanannya ada yang 6 bulan dan 12 bulan. Bank BNI memiliki Save deposit box 107 wilayah di kantor cabang 4) Giro, berupa sebuah cek yang berguna sebagai sarana
transaksi keuangan untuk mempermudah usaha maupun untuk keperluan keluarga anda karena mempunyai begitu banyak fasilitas yang menguntungkan yang dapat anda manfaatkan. 5) Deposito, simpanan berjangka yang menjadikan simpanan
yang aman dengan tingkat suku bunga yang menarik.
6) BNI Tapenas diperuntukkan untuk investasi sebagai perencanaan kebutuhan di masa depan seperti : asuransi untuk anak, asuransi kesehatan, dan asuransi jiwa.
7) BNI Dollar, Simpanan dalam bentuk mata uang asing (USD/ SGD) yang memiliki nilai tukar lebih stabil dan aman. Suku bunga tabungan valuta asing yang menarik dihitung atas dasar saldo harian.
8) BNI Taplus Bisnis, tabungan yang diperuntukkan mendukung transaksi bisnis.
b. Produk Pinjaman 1) BNI Griya