• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN DAN KARAKTERISTIK ETOS KERJA DI YAYASAN YATIM MANDIRI CABANG SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MANAJEMEN DAN KARAKTERISTIK ETOS KERJA DI YAYASAN YATIM MANDIRI CABANG SURABAYA."

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

WADIFATUZ ZUHROH B34213034

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Wadifatuz Zuhroh, 2017, Manajemen dan Karakteristik Etos Kerja di Yayasan Yatim Mandiri Cabang Surabaya

Kata Kunci: Manajemen, Karakteristik Etos Kerja

Fokus Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah: Bagaimana Manajemen dan Karakteristik Etos Kerja di Yayasan Yatim Mandiri Cabang Surabaya?

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan Bagaimana Manajemen dan Karakteristik Etos Kerja di Yayasan Yatim Mandiri Cabang Surabaya. Data kualitatif diperoleh dari wawancara, dokumentasi dan observasi. Analisis data dilakukan ketika dan setelah mengumpulkan data. Dengan menggunakan deskriptif, analisis data dilakukan data reduction, data display, conclution drawing/verification.

Penelitian ini menemukan bahwa terdapat manajemen dan karakteristik etos kerja di Yayasan Yatim Mandiri Cabang Surabaya, yang di dalamnya terdapat perencanaan etos kerja, pelaksanaan etos kerja, pengawasan etos kerja. Serta karakteristik etos kerja terdiri dari: disiplin kerja, ketekunan dalam bekerja, komitmen kerja, semangat kerja dan kreativitas.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I :PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Definisi Konsep ... 9

F. Sistematika Pembahasan ... 12

BAB II : KAJIAN TEORITIK A. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 14

B. Manajemen ... 19

C. Etos Kerja Secara Umum... 23

BAB III :METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 42

B. Lokasi Penelitian ... 43

(8)

D. Tahap-Tahap Penelitian ... 46

E. Teknik Pengumpulan Data ... 50

F. Teknik Pemeriksaan dan Keabsahan Data ... 53

G. Teknik Analisis Data ... 55

BAB IV : HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 58

1. Sejarah Berdirinya YayasanYatim Mandiri ... 58

2. Visi Misi dan Motto YayasanYatim Mandiri ... 60

3. Tujuan didirikan Yayasan Yatim Mandiri Surabaya ... 60

4. Struktur organisasi YayasanYatim Mandiri Cabang Surabaya ... 61

5. Alamat dan Tata letak Yayasan Yatim Mandiri Cabang Surabaya... 62

6. Kondisi dan Aktivitas Yayasan Yatim Mandiri Cabang Surabaya ... 63

7. Program-program YayasanYatim Mandiri ... 64

B. Penyajian Data ... 66

C. Analisis Data ... 95

BAB V :PENUTUP A. Kesimpulan ... 123

B. Saran dan Rekomendasi ... 126

DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 1.1 : Struktur Organisasi ... 61

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Yayasan Yatim Mandiri merupakan lembaga nirlaba yang fokus pada

upaya memandirikan anak yatim dan dhuafa melalui pengelolaan dana zakat,

infaq, sedekah, wakaf dan lainnya.1 Menurut hadits Nabi diriwayatkan oleh

Imam Al-Bukhari dari yang menjelaskan tentang keutamaan menyantuni anak

yatim.

Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Yusuf berkata, telah mengabarkan kepada kami Malik dari Ishaq bin 'Abdullah bin Abu Thalhah dari Anas bin Malik bahwa neneknya, Mulaikah, mengundang Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam untuk menghadiri hidangan yang ia masak untuk beliau. Beliau kemudian menyantap makanan tersebut kemudian bersabda: "Berdirilah, aku akan pimpin kalian shalat." Anas berkata, "Maka aku berdiri di tikar milik kami yang sudah lusuh dan hitam akibat sering digunakan. Aku lalu memercikinya dengan air, kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berdiri diatasnya. Aku dan seorang anak yatim lalu membuat barisan di belakang beliau, sementara orang tua (nenek) berdiri di belakang kami. Rasulullah

1

(11)

shallallahu 'alaihi wasallam lalu shalat memimpim kami sebanyak dua rakaat lalu pergi." (HR al-Bukhari no. 367)2

Hadits di atas menunjukkan besarnya keutamaan dan pahala orang yang

menyantuni anak yatim, sehingga Imam Bukhari mencantumkan hadits dalam

bab keutamaan orang yang mengasuh anak yatim.

Suatu organisasi dibentuk untuk mencapai tujuan bersama, namun untuk

mencapai tujuan secara efektif diperlukan manajemen yang baik dan benar.

Terdapat berbagai pendapat tentang pengertian manajemen, meskipun pada

dasarnya mempunyai makna yang kurang lebih sama.

Manajemen dapat menentukan sebuah organisasi dalam mencapai suatu

keberhasilan. Manajemen meliputi proses perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan, dan penggunaan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi

lainnya, sehingga bisa mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.3

Dari keterangan di atas, dapat diketahui bahwa peranan manajemen

begitu penting dalam lembaga atau organisasi, baik formal maupun non formal.

Apabila lembaga atau organisasi tersebut tidak menjalankan manajemen dengan

baik dalam bentuk pengelolaannya, maka tujuan yang diinginkan tidak akan

2

Lidwa Pustaka

3

(12)

tercapai. Sebaliknya, jika lembaga atau organisasi telah menjalankan manajemen

dengan baik, maka semua tujuan yang diinginkan akan tercapai.4

Sedangkan etos berasal dari bahasa Yunani, ethos yaitu suatu sifat khusus

dari perasaan moral dan kaidah-kaidah etis dalam sekelompok orang.5 Maka

secara lengkapnya ”etos’’ ialah karakteristik dan sikap, kebiasaan, serta

kepercayaan, yang bersifat khusus tentang seseorang individu atau sekelompok

manusia. Perkataan ”etos” terambil pula perkataan ”etika” dan ”etis” yang

merujuk kepada makna akhlak atau bersifat akhlaqi yaitu kualitas esensial

seseorang atau suatu kelompok termasuk suatu bangsa.6 Sehingga dengan kata

”etik” atau ”etos’’ dikenal dengan istilah etika bisnis yaitu cara atau pedoman

perilaku dalam menjalankan sesuatu usahanya.7

Menurut Rafik Issa Beekum, etika dapat didefinisikan sebagai

seperangkat prinsip moral yang membedakan yang baik dari yang buruk. Dalam

Islam, istilah yang paling dekat berhubungan dengan istilah etika adalah khuluq.8

Etika kerja Islam yang bersumber dari syari’ah yang terdiri dari al-Qur’an dan

hadist.9 Dimana dijelaskan etika kerja dalam perspektif hadist adalah semacam

4

Malayu S.P. Hasibuan, 2001, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara, hal. 34.

5

Henk ten Napel, 1994, Kamus Teologi Inggris-Indonesia, Jakarta : PT BPK Gunung Mulia, hal 129.

6

Nurcholis Majid, 2000, Islam Doktrin dan Peradaban, Jakarta : Yayasan Paramadina, hal 410

7

Toto Tasmara, 1995, Etos Kerja Pribadi Muslim, Yogyakarta : PT. Dana Bhakti Wakaf, hal 25

8

Rafik Issa Bekum, 2004, Etika Bisnis Islami, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, hal 3. 9

(13)

kandungan ”spirit” atau semangat yang menggelegak untuk mengubah sesuatu

menjadi lebih bermakna. Seseorang yang memiliki etos kerja Islam, ia tidak

mungkin membiarkan dirinya untuk menyimpang atau membiarkan

penyimpangan yang akan membinasakan.10

Sedangkan etika dalam perspektif Al-Qur’an adalah etika kerja yang

mengedepankan nilai-nilai Al-Qur’an, yang bertujuan menolak anggapan bahwa

bisnis hanya merupakan aktivitas keduniaan yang terpisah dari persoalan etika

dan pada sisi lain akan mengembangkan prinsip-prinsip etika bisnis Al-Qur’an,

sebagai upaya konseptualisasi sekaligus mencari landasan persoalan-persoalan

praktek mal-bisnis.11 Etika kerja Islam menekankan kreatifitas kerja sebagai

sumber kebahagiaan dan kesempurnaan. Singkatnya etika kerja Islam

menyatakan bahwa hidup tanpa kerja adalah tidak berarti dan melaksanakan

aktivitas ekonomi adalah sebuah kewajiban.12

Etos kerja bukan sekedar bergerak atau bekerja, melainkan kepribadian

yang membuat moral dan menjadikan landasan moral tersebut sebagai cara

mengisi dan menggapai makna hidup yang diridhai Allah SWT, menggapai

10

Toto Tasmara, loc.cit., hal 21

11

R. Lukman Fauroni, 2006, Etika Bisnis Dalam Al-Qur’an, Yogyakarta: Pustaka Pesantren, hal 5

12

(14)

kebahagiaan dunia dan akhirat, sehingga etos kerja berkaitan dan bersenyawanya

dengan semangat, kejujuran, dan kepiawaian dalam bidangnnya (profesional).13

Manajemen etos kerja adalah manajemen tentang aktifitas yang dilakukan

setiap aktifitasnnya itu ada yang dikerjakan, ada tujuan serta, usaha yang

sungguh-sungguh untuk mewujudkan aktifitasnnya tersebut mempunyai arti.14

Penerapan manajemen etos kerja secara keseluruhan dapat mencapai tujuan yang

diinginkan. Semakin baik manajemen etos kerja yang diterapkan maka akan

semakin semangat untuk bekerja.

Begitu dengan Yayasan Yatim Mandiri Cabang Surabaya. Kebanyakan

karyawan yang bekerja di Yayasan Yatim Mandiri adalah lulusan dari kampus

kemandirian Mandiri Entrepreneur Center (MEC), yaitu kampus bagi anak-anak

yatim yang dikelola langsung oleh Yayasan Yatim Mandiri. MEC merupakan

salah satu program dari Yayasan Yatim Mandiri. Yayasan telah mengetahui

karyawan yang akan dipekerjakan. Hal itu akan sangat membantu bagi jalannya

manajemen kinerja yang telah diterapkan oleh Yayasan Yatim Mandiri sehingga

tujuan yang telah ditetapkan oleh yayasan bisa terwujud dengan baik.

Karyawan di Yayasan Yatim Mandiri memiliki Etos Kerja yang baik,

tetapi di Tahun 2016 ini mengalami penurunan dalam mencapai target

produktivitas. Di bagian di zisco perolehan Qurban mengalami penurunan dratis

13

Tasmara, Toto, 2002, Membudayakan Etos Kerja Islam, Jakarta: Gema Insane, hal 25

14

(15)

dikarenakan faktor ekonomi, pelayanan yang kurang dan qurban dialihkan di

tempat lain. Untuk meningkatkan etos kerja karyawan, Branch Manajer selalu

mengadakan evaluasi tiap satu minggu sekali, dan memberikan

motivasi-motivasi kepada karyawan Yatim Mandiri.

Yayasan Yatim Mandiri merupakan lembaga nonprofit yang berkhidmat

dalam memberdayakan segala potensi anak yatim melalui pengelolaan dana

sosial masyarakat Zakat, Infaq, Shadaqah, dan Waqaf (ZISWAF) yang halal,

baik perseorangan, lembaga, institusi, maupun coorporate.15

Yayasan ini berjalan dengan baik dan potensi anak yatim yang harus

dimandirikan juga cukup banyak. Demikian, untuk mewujudkan mimpi

memandirikan anak-anak yatim, maka pada tanggal 31 Maret 1994 dibentuk

sebuah yayasan yang diberi nama Yayasan Pembinaan dan Pengembangan Panti

Asuhan Islam dan Anak Purna Asuh (YP3IS). 16

Berbagai Program telah dimiliki oleh Yayasan Yatim Mandiri, d

iantaranya Beasiswa Pendidikan, Rumah Kemandirian, Bunda Mandiri, (SGQ),

Mandiri Entrepreneur Center (MEC), Mobile Clinic, Insan Cendekia Mandiri

Boarding School (ICMBS), dan Ramadhan.17 Pada tahun 2011, Yatim Mandiri

mendapat penghargaan Rekor MURI bernomor: 4744/R.MURI/II/2011. Kategori

15

Yatim Mandiri, 2012, Profile Yayasan Yatim Mandiri, diposting pada tahun 2012 dari http://yatimmandiri.org/m/tentang-kami

16

http://yatimmandiri.org/page/tentang-yatim-mandiri.html

17

(16)

penghargaan yang diraih oleh Yatim Mandiri adalah 'Pemberi Beasiswa Yatim

Terbanyak Sejumlah 17.531 Anak Dalam Waktu 1 Semester Tahun 2011'.18

Dalam rangka meningkatkan etos kerja, beberapa lembaga memiliki

sistem untuk mewujudkan hal tersebut. Diharapkan dari hasil penemuan di

lapangan peneliti dan pembaca mendapatkan sebuah pengetahuan tentang

bagaimana manajemen etos kerja serta karakteristiknya untuk meningkatkan

kesuksesan dalam pekerjaan. Untuk mengetahui lebih mendalam tentang

manajemen etos kerja serta karakteristiknya yang diterapkan Yayasan Yatim

Mandiri bisa menjadi yayasan yang berkualitas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang: Bagaimana Manajemen dan Etos Kerja

Karakteristik di Yayasan Yatim Mandiri Cabang Surabaya.

B.Rumusan Masalah

Agar kajian dalam penelitian ini lebih terfokus dan mendalam, maka penulis

membuat rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana Manajemen Etos Kerja di Yayasan Yatim Mandiri Cabang

Surabaya?

2. Bagaimana Karakteristik Etos kerja di Yayasan Yatim Mandiri Cabang

Surabaya?

18

(17)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat ditetapkan tujuan dari

penelitian ini adalah:

1.Untuk mengetahui Perencanaan Etos Kerja di Yayasan Yatim Mandiri Cabang

Surabaya

2.Untuk mengetahui Pelaksanaan Etos Kerja di Yayasan Yatim Mandiri Cabang

Surabaya

3.Untuk mengetahui Pengawasan Etos Kerja di Yayasan Yatim Mandiri Cabang

Surabaya

4.Untuk mengetahui Karakteristik Etos kerja di Yayasan Yatim Mandiri Cabang

Surabaya

D. Manfaat Penelitian

Melalui penulisan karya ilmiah, peneliti berharap semoga dapat membawa

manfaat baik secara teoritis maupun praktis, sebagaimana berikut:

1 . Teoritis

Peneliti berharap dengan adanya penulisan karya ilmiah ini nantinya dapat

memberi manfaat yang berharga dan berarti secara teoritis bagi peneliti secara

khusus dan umumnya pada pihak lain yang mempunyai kepentingan dan

perhatian terhadap pendalaman manajemen dan karakteristik etos kerja pada

(18)

2. Manfaat Praktis

Diharapkan dengan adanya hasil penelitian ini dapat meningkatkan manajemen

etos kerja dan juga dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dan intropeksi diri

dalam bekerja.

E. Definisi Konsep

1. Pengertian Manajemen

Manajemen sering diartikan sebagai ilmu, kiat, dan profesi. Dikutip

dari Nanang Fattah, manajemen dikatakan sebagai ilmu oleh Luther Glick

karena manajemen dipandang sebagai suatu bidang pengetahuan yang secara

sistematik berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerjasama.

Dikatakan sebagai kiat oleh Follet karena manajemen mencapai sasaran melalui

cara-cara dengan mengatur orang lain menjalankan dalam tugas. Dipandang

sebagai profesi karena manajemen dilandasi oleh keahlian khusus untuk

mencapai suatu prestasi manajer dan para profesional dituntun oleh suatu kode

etik.19

Dalam proses manajemen terlibat fungsi-fungsi pokok yang

ditampilkan oleh seorang manajer atau pimpinan, yaitu: Perencanaan

(Planning), Pengorganisasian (Organizing), Pemimpinan (Leading), dan

Pengawasan (Controlling). Oleh karena itu, manajemen diartikan sebagai

19

(19)

proses merencana, mengorganisasi, memimpin, dan mengendalikan upaya

organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan tercapai secara efektif dan

efisien.

2. Etos kerja

Sebelum menjelaskan tentang etos kerja secara umum, terlebih dahulu

penulis menjelaskan secara khusus mengenai apa itu etos. Etos berasal dari kata

Yunani, (ethos) yang berarti sikap, kepribadian, watak, karakter, serta

keyakinan atas sesuatu. Etos dibentuk dari kebiasaan, pengaruh budaya serta,

serta sistem nilai yang diyakininya.20

Sedangkan pengertian dari kerja adalah melakukan aktivitas yang

dilakukan setiap aktivitasnya itu ada yang dikerjakan, ada tujuan serta, usaha

yang sungguh-sungguh untuk mewujudkan aktivitasnya tersebut mempunyai

arti.21

Etos kerja merupakan suatu pandangan dan sikap suatu bangsa

terhadap kerja. Apabila individu-individu dalam komunitas memandang kerja

sebagai suatu hal yang luhur bagi eksistensi manusia, maka etos kerjanya akan

cenderung tinggi. Sebaliknya sikap dan pandangan terhadap kerja sebagai

20

Tasmara, Toto, 2002, Membudayakan Etos Kerja Islam, Jakarta:PT Gema Insani Press, hal 15

21

(20)

sesuatu yang bernilai rendah bagi kehidupan, maka etos kerja dengan

sendirinya akan rendah.22

Merujuk pada definisi diatas, manajemen itu adalah fungsi untuk

mencapai sesuatu melalui kegiatan orang lain dan mengawasi usaha-usaha

individu untuk mencapai tujuan bersama.23 Sedangkan etos kerja adalah sikap

yang muncul atas kehendak dan kesadaran sendiri yang didasari oleh sistem

orientasi nilai budaya terhadap kerja.24

Dapat disimpulkan bahwa manajemen etos kerja adalah manajemen

tentang aktifitas yang dilakukan setiap aktifitasnnya itu ada yang dikerjakan,

ada tujuan serta, usaha yang sungguh-sungguh untuk mewujudkan aktifitasnnya

tersebut mempunyai arti.25 Penerapan manajemen etos kerja secara keseluruhan

dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Semakin baik manajemen etos kerja

yang diterapkan maka akan semakin semangat untuk bekerja. Definisi konsep

yang dimaksud peneliti pada penelitian ini adalah bagaimana manajemen etos

kerja di Yayasan Yatim Mandiri Cabang Surabaya. Tujuannya adalah untuk

mengatur perilaku karyawan di Yayasan tersebut.

22

Mohammad Ardiansyah, 20011, Hubungan Persepsi Kualitas Kehidupan Bekerja dengan Etos Kerja, Medan: Skripsi Tidak Diterbitkan, hal 19

23

M. Manullang, 2001, Dasar-Dasar Manajemen,Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, hal 3-4 24 Nyoman Sukardewi, et. all., “

Kontribusi Adversity Quotient (AQ) Etos Kerja dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja Guru SMA Negeri di Kota Amlapura” dalam Jurnal Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, volume 4, 2013, hal 3

25

(21)

F. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan merupakan runtutan dan sekaligus kerangka berfikir

dalam penulisan skripsi. Agar lebih mudah memahami penulisan skripsi ini, maka

disusun sistematika pembahsan antara lain:

BAB I: Pendahuluan

Bab ini disajikan dengan tujuan agar pembaca dapat mengetahui secara jelas

mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

definisi konsep dan sistematika pembahasan dalam penelitian ini.

BAB II: Kerangka Teoritik

Bab ini berisikan tentang kajian kepustakaan konseptual, yang meliputi

tinjauan tentang Manajemen dan Karakteristik Etos Kerja yang berdasarkan sesuai

dengan penelitian ini.

BAB III: Metode Penelitian

Bab ini membahas secara detail mengenai metode yang digunakan dalam

upaya penelitian yang terdiri dari pendekatan dan jenis penelitian, tahap-tahap

penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data,

serta teknik validitas atau keabsahan data. Pembahasan ini sengaja disajikan untuk

memberikan gambaran secara utuh mengenai metode penelitian yang digunakan

(22)

menjawab rumusan masalah yang telah dirancang/formulasikan pada sub bab

rumusan masalah di atas.

BAB IV: Penyajian dan Analisis Data

Bab ini menjelaskan mengenai gambaran umum Manajemen dan Karakteristik

Etos Kerja Yayasan Yatim Mandiri Cabang Surabaya yang meliputi sejarah, visi

dan misi, struktur organisasi dan manajemen sumber daya manusianya.

Pembahasan terakhir dalam bab ini adalah analisis data Manjemen dan

Karakteristik Etos Kerja Yayasan Yatim Mandiri Cabang Surabaya.

Hasil penelitian, dalam bab ini membahas tentang gambaran umum objek

penelitian, penyajian data, dan pembahasan hasil penelitian (analisis data).

BAB V: Penutup

Penutup, dalam bab ini berisi penutup yang meliputi: kesimpulan, saran-saran

(23)

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Hasil Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini menggunakan tiga penelitian terdahulu, yaitu:

1. Mutia Pratiwi, Etos Kerja karyawan Kelompok Bimbingan Ibadah Haji

(KBIH) Jabal Rahmah Surabaya, Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas

Dakwah UIN Sunan Ampel Surabaya tahun 2015.

Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa etos kerja Staff KBIH

Jabal Rahmah mencerminkan perilaku komitmen, ketekunan semangat,

dan kreativitas yang tinggi dalam melaksanakan pekerjaannya. Etos

kedisiplinan tidak dinilai sekedar dari jam masuk dan pulang kerja, namun

dari kinerja karyawan dalam menyelesaikan target sesuai dengan

tanggungjawab kerjanya. Karyawan-karyawan Kelompok Bimbingan

Ibadah Haji (KBIH) Jawabal Rahmah Surabaya memiliki disiplin,

ketekunan, komitmen, semangat dan kreativitas kerja yang baik, seperti

halnya yang telah dijelaskan di atas.

Ketekunan, dicontohkan dengan dilihat dari seriusnya

karyawan mempersiapkan berbagai macam keperluan semua yang

dibutuhkan dari persyaratan dan perlengkapan pemberangkatan para calon

(24)

dicontohkan dengan kesetian karyawan yang ingin tetap bekerja di KBIH

ini.

Semangat kerja karyawan KBIH ini ditunjukan dengan usaha

mereka tepat waktu dalam menyelesaikan tugas, karena menghindari

hal-hal untuk menunda pekerjaan, lebih senang bekerja dengan alasan

menambah teman, imu, dan pemasukan. Kreativitas dicontohkan dari

peran mereka dalam memberikan saran atau ide-ide baru guna dapat

menambah jumlah minat calon jamaah haji yang menggunakan KBIH ini,

meskipun terkadang ide atau pendapat tidak langsung disetujui.

Sedangkan contoh dari kedisiplinan adalah kesediaan karyawan untuk

kerja overtime apabila diperlukan.

Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti

tentang Etos Kerja. Namun perbedaannya terletak tidak terdapat

pembahasan masalah manajemennya (perencanaan, pelaksanaan dan

pengawasan) etos kerja. Penelitian tersebut lebih menekankan etika atau

etos kerjanya bukan masalah manajemen etos kerjanya.

2. Agus Suyono, Etos Kerja Birokrasi Di pemerintahan Kota Malang.

Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa nilai-nilai budaya lokal

sebagai pandangan hidup birokasi menjadi yang sarat dengan kebutuhan

akan nilai-nilai kekuasaan (need for power), tetapi lemah dalam kebutuhan

(25)

McClelland. Sumber nilai-nilai kekuasaan remunerative (menguntungkan)

yang menciptakan ketergantungan, dan kekuasaan punitive (menghukum)

yang menciptakan rasa ketakutan, sebagaimana yang diformulasikan

Galtung. Sumber nilai-nilai kekuasaan yang demikian, mempengaruhi

pemahaman birokrat tentang makna kerja dan makna pelayanan publik

yang diartikan sebagai pelayanan tugas dari atasan, pelaksanaan peraturan

yang berlaku, dan sebagai sarana untuk kepentingan pribadi (baik secara

ekonomi maupun prestise sosial).

Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti

tentang Etos Kerja. Namun perbedaannya ini terletak tidak terdapat

pembahasan masalah manajemennya (perencanaan, pelaksanaan dan

pengawasan) etos kerja. Penelitian tersebut lebih menekankan etika kerja,

seperti pelayanannya, norma atau nilai serta budaya.

3. Khusnul Khotimah, Manajemen Kinerja Karyawan Di Yayasan Yatim

Mandiri Cabang Surabaya,Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah

UIN Sunan Ampel Surabaya tahun 2014.

Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa dalam perencanaan

manajemen diatur sesuai dengan rencana kinerja karyawan yayasan

dengan pimpinan yayasan. Terdapat juga sarana dan prasarana yang

menunjang keberhasilan yayasan. Yayasan tersebut dibangun melalui

(26)

perencanaan mustahil proses kegiatan manajemen Yayasan Yatim Mandiri

Cabang Surabaya bisa berjalan dengan lancar.

Dalam pengelompokan kerja ada pembagian tugas beserta

tanggung jawab dan kewenangan karyawan.Pembagian tugas tersebut

sangat penting untuk menjalankan program-program yang telah

direncanakan. Dengan adanya struktur organisasi beserta job description

yang telah ditentukan apa saja tanggung jawab, hak dan kewajiban, serta

wewenangnya semua pekerjaan di Yayasan Yatim Mandiri Cabang

Surabaya bisa terselesaikan oleh masing-masing bagian dengan baik.

Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti

tentang Manajemen Kinerjanya. Namun perbedaannya ini terletak pada

fokus kinerja karyawannya tidak terdapat pembahasan etos kerja.

Penelitian tersebut diatas lebih menekankan proses manajemen kinerja

karyawan .

Tabulasi Penelitian Terdahulu yang Relevan

No Judul Penelitian Persamaan Perbedaan

(27)
(28)

B.Manajemen

Manajemen dapat menentukan sebuah organisasi dalam mencapai suatu

keberhasilan organisasi. Manajemen meliputi proses perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan, dan penggunaan pengawasan usaha-usaha para

anggota organisasi lainnya, sehingga bisa mencapai tujuan organisasi yang telah

ditetapkan.

Manajemen diadopsi dari kata management.Adapun asal kata management

tersebut merupakan berarti tangan, dan kemudian menjadi meneggiare yang berarti

menangani.1 Manajemen merupakan kegiatan pokok yang dilakukan seorang

pimpinan karena menjabat sebagai manajer. Manajemen yang baik harus berperan

sesuai dengan situasi dan kondisi pada perusahaan atau organisasi.Manajemen

yang tidak bisa menjalankan peran sesuai tuntutan perusahaan dapat membawa

kegagalan.

Manajemen adalah fungsi untuk mencapai sesuatu melalui kegiatan orang lain

dan mengawasi usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan bersama. Pada

umumnya, kegiatan-kegiatan manajer dan aktivitas manajer itu adalah planning,

organizing, staffing, directing, dan controlling. Hal ini sering disebut dengan

istilah proses menajemen, fungsi-fungsi manajemen, dan ada juga yang

1

(29)

menyebutnya unsur-unsur manajemen.2 Sebagaimana dikutip oleh Basith dalam

bukunya bahwa Islam juga mengajarkan fungsi-fungsi manajemen yaitu:

1. Planning

Organisasi harus memiliki rencana yang cukup baik sebelum

melaksanakan kegiatan. Kegiatan tidak direncanakan sama halnya

merencanakan kegagalan, sehingga suatu organisasi membutuhkan visi misi,

tujuan etos kerja, dan perencanaan etos kerja. Merencanakan bukan sesuatu

yang mudah, sederhana, dan seadanya. Merencanakan berarti memikirkan,

menimbang, memutuskan dan menentukan 5W 1 H, sehingga semuanya akan

terlaksana by design.3

2. Actuating

Pelaksanaan adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah

rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci, implementasi

biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap siap.Secara sederhana

pelaksanaan bisa diartikan penerapan.4

Pelaksanaan merupakan aktifitas atau usaha-usaha yang dilaksanakan

untuk melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan yang telah dirimuskan

dan ditetapkan dengan dilengkapi segala kebutuhan, alat-alat yang diperlukan,

2

M. Manullang, 2001, Dasar-Dasar Manajemen,Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, hal 3-4

3

Abdul Baitsh, 2008, Islam dan Manajemen Koperasi: Prinsip dan Strategi Pengembangan Koperasi, Malang: UIN-Maliki Press, hal 240-241

4

(30)

siapa yang melaksanakan, dimana tempat pelaksanaannya mulai dan bagaimana

cara yang harus dilaksanakan, suatu proses rangkaian kegiatan tindak lanjut

setelah program atau kebijaksanaan ditetapkan yang terdiri atas pengambilan

keputusan, langkah yang strategis maupun operasional atau kebijaksanaan

menjadi kenyataan guna mencapai sasaran dari program yang ditetapkan

semula.5 Faktor-faktor yang dapat menunjang program pelaksanaan adalah

sebagai berikut:

a. Komunikasi, merupakan suatu program yang dapat dilaksanakan dengan baik

apabila jelas bagi para pelaksana. Hal ini menyangkut proses penyampaian

informasi, kejelasan informasi dan konsistensi informasi yang disampaikan

b. Resouces (sumber daya), dalam hal ini meliputi empat komponen yaitu

terpenuhinya jumlah staf dan kualitas mutu, informasi yang diperlukan guna

pengambilan keputusan atau kewenangan yang cukup guna melaksanakan

tugas sebagai tanggung jawab dan fasilitas yang dibutuhkan dalam

pelaksanaan

c. Disposisi, sikap, dan komitmen dari pada pelaksanaan terhadap program

khususnya dari mereka yang menjadi implementasi program khususnya

dari mereka yang menjadi implementer program

5

(31)

d. Struktur Birokrasi, yaitu Standar Operating Procedures (SOP), yang

mengatur tata aliran dalam pelaksanaan program. Jika hal ini tidak sulit

dalam mencapai hasil yang memuaskan, karena penyelesaian khusus tanpa

pola yang baku.

Berdasarkan keempat faktor di atas, dipandang mempengaruhi

keberhasilan suatu proses implementasi, namun juga adanya keterkaitan dan

saling mempengaruhi antara faktor yang satu dan yang lain. Selain itu dalam

proses implementasi sekurang-kurangnya terdapat tiga unsur penting dan

mutlak, antara lain :6

a. Adanya program (kebijaksanaan) yang dilaksanakan.

b. Kelompok masyarakat yang menjadi sasaran dan manfaat dari program

perubahan dan peningkatan.

c. Unsur pelaksanaan baik organisasi maupun perorangan yang

bertanggungjawab dalam pengelolaan pelaksana dan pengawasan dari

proses implementasi tersebut.

3. Controlling

Dalam Islam dikenal dengan istilah muhasabbah (evaluasi diri).7

Pengawasan adalah kegiatan pokok dari manajemen agar segala pekerjaan

dapat dilaksanakan sesuai dengan perencanaan dan sesuai dengan ketentuan

yang digariskan. Pengawasan sebagai proses, di mana tindakan, kesalahan atau

6

Ibid, hal 398

7

(32)

keliruan dan penyelewengan dari perencanaan dapat segera diambil tindakan

koreksi. Pengawasan pada dasarnya berfungsi memperbaiki segara kekeliruan

dan penyelewengan atau penyimpangan dan segera dikembalikan atau

diluruskan ke jalan yang sebenarnya.8 Fungsi dari pengawasan adalah sebagai

berikut:

1) Mempertebal rasa tangung jawab dari pegawai yang diserahi tugas dan

wewenang dalam pelaksanan pekerjaan.

2) Mendidik pegawai agar melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan

prosedur yang telah ditetapkan.

3) Mencegah terjadinya kelalaian, kelemahan dan penyimpangan agar

tidak terjadi kerugian yang tidak diinginkan.

4).Memperbaiki kesalahan dan penyelewengan agar dalam pelaksanaanpekerjan

tidak mengalami hambatan dan pemborosan-pemborosan.9

C.Etos Kerja Secara Umum

Secara etimologis, etos berasal dari bahasa Yunani “ethos” yang berarti

karakter, watak kesusilaan, kebiasaan atau tujuan moral seseorang serta pandangan

dunia mereka, yakni gambaran, cara bertindak ataupun gagasan yang paling

komprehensif mengenai tatanan.10

8

A.W. Wijaya, Perencanaan Sebagai Fungsi Manajemen, Jakarta: Bina Aksara, hal 30 9

Hadari Nawawi (1983)

10

(33)

Dari kata etos ini dikenal juga kata etika, etiket yang hampir mendekati pada

pengertian akhlak atau nilai-nilai yang berkaitan dengan baik buruk (moral),

sehingga dalam etos tersebut terkandung gairah atau semangat yang amat kuat

untuk mengerjakan sesuatu secara optimal, lebih baik dan bahkan berupaya untuk

mencapai kualitas kerja yang sesempurna mungkin.11 Sebagai suatu subjek dari

arti etos adalah etika yang berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh individu

maupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakan

itu salah atau benar, buruk atau baik.12

Menurut Sinamo, etos kerja adalah seperangkat perilaku positif yang berakar

pada keyakinan fundamental yang disertai komitmen total pada paradigma kerja

yang integral.13 Menurut Usman Pelly etos kerja adalah sikap yang muncul atas

kehendak dan kesadaran sendiri yang didasari oleh sistem orientasi nilai budaya

terhadap kerja.14

Sedangkan etos kerja profesional adalah seperangkat perilaku kerja positif

yang berakar pada kesadaran yang kental, keyakinan yang fundamental, disertai

komitmen yang total pada paradigma kerja yang integral. Setiap organisasi yang

selalu ingin maju akan melibatkan anggota untuk meningkatkan mutu kerjanya, di

11

Toto Tasmara, 2002, Membudayakan Etos Kerja Islami, Jakarta: Gema Insani Pers, hal 15

12

Toto Tasmara, Membudayakan Etos , hal 15

13

Sinamo, Jansen, 2011, Delapan Etos Kerja Profesional, Jakarta: Institut Mahardika, hal 26

14 Nyoman Sukardewi, et. all., “Kontribusi Adversity Quotient (AQ) Etos Kerja dan Budaya

(34)

antaranya setiap organisasi harus memiliki etos kerja.15 Anaroga menyatakan

bahwa etos kerja adalah suatu pandangan dan sikap suatu bangsa atau suatu umat

terhadap kerja.16 Anoraga juga memaparkan secara eksplisit beberapa sikap yang

seharusnya mendasar bagi seseorang dalam memberi nilai pada kerja yang

disimpulkan sebagai berikut:

a. Bekerja adalah hakikat kehidupan manusia

b. Pekerjaan adalah suatu berkat Tuhan

c. Pekerjaan merupakan sumber penghasilan yang halal dan tidak amoral

d. Pekerjaan merupakan suatu kesempatan untuk mengembangkan diri

dan berbakti

e. Pekerjaan merupakan sarana pelayanan dan perwujudan kasih

Ciri-ciri orang yang mempunyai dan menghayati etos kerja akan tampak

dalam sikap dan tingkah lakunya yang dilandaskan pada suatu keyakinan yang

sangat mendalam bahwa bekerja itu merupakan bentuk ibadah, suatu panggilan

dan perintah Allah yang akan memuliakan dirinya atau memanusiakan dirinya

sebagai bagian dari manusia pilihan (khoiro ummah).17 Delapan etos kerja

professional yang juga roh keberhasilan yang penuh semangat, penuh kesusilaan,

dan sarat moralitas luhur, sebagai berikut:18

15

Sinamo, Jansen, Delapan Etos Kerja, hal 26

16

Panji Anoraga, 1992, Psikologi Kerja, Jakarta : Rineka Cipta, hal 29

17

Toto Tasmara, 1995, Etos Kerja Pribadi Muslim, Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, hal 29

18

(35)

1. Kerja adalah rahmat, aku bekerja tulus penuh kebersyukuran. Rahmat adalah

pemberian baik yang kita terima bukan karena jasa atau prestasi kita, karena

kebaikan sang pemberi. Jadi, respon yang tepat hanya bersyukur dan

berterimakasih.

2. Kerja adalah amanah, aku bekerja benar penuh dengan tanggung jawab.

Amanah adalah titipan berharga yang dipercayakan pada kita. Melalui kerja

kita memiliki banyak amanah, sehingga wajib kita bekerja dengan

benar-benar penuh tanggung jawab.

3. Kerja adalah panggilan suci, aku bekerja tuntas penuh intergritas. Kerja

didasari dan diniatkan sebagai aktivitas berorientasi pada yang suci, kepada

Tuhan dengan tiga atribut utama-Nya yaitu kebenaran, kebaikan, dan

keadilan.

4. Kerja adalah aktualisasi diri. Aku bekerja keras penuh semangat, baik di

dalam dan melalui pekerjaan. Proses aktualisasi diri berarti merubah potensi

menjadi kompetensi, menjadi nyata dan actual, dari baik menjadi terbaik,

good better best.

5. Kerja adalah ibadah. Aku bekerja serius penuh kecintaan. Tuhan

mewajibkan kita beribadah di dua tempat, pertama di gedung peribadahan,

seperti gereja atau kapela, masjid dan musalah, kuil dan pura. Sedangkan

(36)

6. Kerja adalah seni. Aku bekerja cerdas penuh kreativitas. Apapun yang kita

kerjakan mengandung unsur keindahan, keteraturan, harmoni, dan simetri.

Artinya, sebagian atau seluruhnya bekerja adalah aktivitas berkesenian.

7. Kerja adalah kehormatan. Aku bekerja tekun penuh keunggulan, kerja

sebagai kehormatan ada lima arti: pertama, pemberi kerja menghormati kita

dengan memilih kita sebagai pengemban tugas. Kedua, kerja memberikan

kesempatan untuk bekarya dengan kemampuan sendiri. Ketiga, hasil karya

yang baik, memberikan rasa hormat diri. Keempat, upah bekerja

memampukan kita menjadi manusia sumber (resource person) yang andal.

Kelima, kesumberan dan keadilan itu memampukan kita menyantuni

keluarga, istri anak orang tua, dan lain-lain.

8. Kerja adalah pelayanan. Aku kerja penuh paripurna, melayani adalah

pekerjaan yang kerendahan hati. Manusia bekerja bukan untuk memenuhi

kebutuhan sendiri saja, tetapi untuk melayani sehingga harus bekerja dengan

sempurna dan penuh kerendahan hati.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Etos Kerja, antara lain:19

a. Agama

Pada dasarnya agama merupakan suatu sistem nilai yang akan

mempengaruhi atau menentukan pola hidup para penganutnya. Cara

berpikir, bersikap dan bertindak seseorang tentu diwarnai oleh ajaran

19

(37)

agama yang dianut jika seseorang sungguh-sungguh dalam kehidupan

beragama. Etos kerja yang rendah secara tidak langsung dipengaruhi oleh

rendahnya kualitas keagamaan dan orientasi nilai budaya yang konservatif

turut menambah kokohnya tingkat etos kerja yang rendah.

b. Budaya

Sikap mental, tekad, disiplin, dan semangat kerja masyarakat juga disebut

sebagai etos budaya dan secara operasional juga disebut sebagai etos kerja.

Kualitas etos kerja ini ditentukan oleh sistem orientasi nilai budaya

masyarakat yang bersangkutan. Masyarakat yang memiliki sistem nilai

budaya maju akan memiliki etos kerja yang tinggi. Sebaliknya, masyarakat

yang memiliki sistem nilai budaya yang konservatif akan memiliki etos

kerja yang rendah, bahkan bisa sama sekali tidak memiliki etos kerja.

c. Sosial Politik

Tinggi rendahnya etos kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau

tidaknya struktur politik yang mendorong masyarakat untuk bekerja keras

dan dapat menikmati hasil kerja keras dengan penuh. Etos kerja harus

dimulai dengan kesadaran akan pentingnya arti tanggung jawab kepada

masa depan bangsa dan negara. Dorongan untuk mengatasi kemiskinan,

kebodohan dan keterbelakangan hanya mungkin timbul jika masyarakat

secara keseluruhan memiliki orientasi kehidupan yang terpacu ke masa

(38)

d. Kondisi Lingkungan/Geografis

Etos kerja dapat muncul dikarenakann faktor kondisi geografis.

Lingkungan alam yang mendukung mempengaruhi manusia yang berada di

dalamnya melakukan usaha untuk dapat mengelola dan mengambil

manfaat, dan bahkan dapat mengundang pendatang untuk turut mencari

penghidupan di lingkungan tersebut. Perubahan lingkungan seringkali

mendahului perubahan organisasi. Dalam menanggapi kondisi ekonomi

baru dan persaingan, misalnya: perusahaan besar dapat menilai portopolio

bisnis mereka. Penilaian kembali tersebut seringkali terpuncak pada

keputusan untuk menutup satu atau beberapa unit bisnis, mengembangkan

bisnis dengan melakukan strategi baru, melakukan ekspansi melalui

akuisisi, memasuki arena global, mengurangi jumlah tingkatan, secara

mendasar mengubah operasi perusahaan, atau melakukan kombinasi dari

pendekatan di atas. Bisnis yang cepat berubah ini mempengaruhi

kehidupan sehari-hari karyawan, keluarga mereka, dan masyarakat di

sekitar mereka.

Kondisi ekonomi dan bisnis mereka bukan satu-satunya perubahan

lingkungan yang harus dialami perusahaan.Kondisi masyarakat seperti

tingkat popolusi dan kecenderungan pendidikan, secara langsung

mempengaruhi ketersediaan tenaga kerja dan juga karakteristik karyawan

(39)

hukum membatasi cara perusahaan beroperasi dan cara mereka

memperlakukan karyawannya.20

e. Pendidikan

Etos kerja tidak dapat dipisahkan dengan kualitas sumber daya manusia.

Peningkatan sumber daya manusia akan membuat seseorang mempunyai

etos kerja keras. Meningkatnya kualitas penduduk dapat tercapai apabila

ada pendidikan yang merata dan bermutu disertai dengan peningkatan dan

perluasan pendidikan, keahlian, dan keterampilan sehingga semakin

meningkat juga aktivitas dan produktivitas masyarakat sebagai pelaku

ekonomi.

f. Struktur Ekonomi

Tinggi rendahnya etos kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau

tidaknya struktur ekonomi, yang mampu memberikan insentif bagi anggota

masyarakat untuk bekerja keras dan menikmati hasil kerja keras mereka

dengan penuh.

g. Motivasi Intrinsik Individu

Individu yang akan memiliki etos kerja yang tinggi adalah individu yang

bermotivasi tinggi. Etos kerja merupakan suatu pandangan dan sikap yang

didasari oleh nilai-nilai yang diyakini seseorang. Keyakinan tersebut yang

menjadi suatu motivasi kerja. Maka etos kerja juga dipengaruhi oleh

20

(40)

motivasi seseorang yang bukan bersumber dari luar diri, tetapi yang

tertanam dalam diri sendiri, yang sering disebut dengan motivasi intrinsik.

Motivasi merupakan proses psikologis dalam di mana terjad interaksi

antara sikap, kebutuhan, persepsi, proses belajar, dan pemecahan persoalan.

Motivasi diawali dengan keinginan untuk mempengaruhi perilaku

seseorang. Keinginan tersebut melalui proses perpepsi yang diterima oleh

seorang. Proses perpepsi ini ditentukan oleh kepribadian, sikap,

pengalaman, dan harapan seseorang.21

Karakteristik etos kerja ini menggabungkan pendapat Jansen Sinamo

dan Toto Tasmara sebagaimana berikut, yaitu disiplin kerja, ketekunan kerja,

komitmen kerja, semangat kerja, dan kreativitas kerja.22

1. Disiplin Kerja.

Disiplin kerja adalah ketaatan melaksanakan aturan yang diwajibkan

atau yang diharapkan oleh organisasi agar setiap tenaga kerja dapat

melaksanakan pekerjaannya secara tertib dan lancar.23 Disiplin kerja yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah kesediaan seseorang menaati semua

peraturan norma-norma sosial yang berlaku dalam perusahaan.

21

Adam Ibrahim Indrawijaya, 1983, Perilaku Organisasi, Bandung: Sinar Baru, hal 67-69

22

Sinamo, Jansen, 2015, Delapan Etos Kerja Profesional, hal.6; Tasmara, Toto, 1995/2002, Etos Kerja Pribadi Muslim, hal 29-61

23

(41)

Disiplin kerja merupakan suatu sikap menghormati, patuh, dan taat

dengan peraturan-peraturan yang berlaku, baik yang tidak tertulis maupun yang

tertulis, serta sanggup melaksanakanya dan tidak mengelak untuk menerima

sanksi-sanksinya jika melanggar tugas dan wewenang yang telah diberikan.24

Kedisiplinan kerja merupakan suatu bentuk pelatihan yang berusaha

memperbaiki dan membentuk pengetahuan, sikap, dan prilaku karyawan,

sehingga para karyawan tersebut secara sukarela berusaha bekerja secara

komperatif dengan para karyawan yang lain.25 Oleh karena itu, dapat

disimpulkan bahwa disiplin kerja merupakan kewajiban semua orang, dan dari

kedisiplinan akan terlahir prilaku yang positif.

Permasalah yang sering muncul dari organisasi adalah disiplin kerja.

Hal ini sering terjadi seiring dengan perilaku seseorang pada semua lini.

Ketidakdisiplinan karyawan terjadi akibat adanya ketidakpuasan atau memang

sikap dan perilaku karyawan yang tidak terpuji. Berbagai sebab kenapa muncul

persoalan disiplin kerja menjadi topik pembahasan tidak lain adalah bahwa

ketidakdisiplinan karyawan akan berdampak pada kinerjanya.26

Disiplin adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua

peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Dalam arti sempit

bahwa disiplin kerja dapat diartikan apabila karyawan datang dan pulang tepat

24

Siswanto, Bedjo, 1982, Manajemen Tenaga Kerja, Bandung: Sinar Baru, hal 278

25

Sondang P, Siagian, 1996, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara, hal 304.

26 Ventura, 2008, “Pengaruh Motivasi, Kepemimpinan, Disiplin Kerja Terhadap Kinerja melalui

(42)

waktu yang telah ditetapkan, mengerjakan pekerjaan sesuai dengan ketentuan

yang berlaku, dan mematuhi semua peraturan perusahaan.27 Dalam Upaya

menerapkan disiplin kerja beberapa para ahli memberikan penjelasan dari

beberapa macam disiplin kerja yang hampir sama semua, di antaranya menurut

T. Hani Handoko ada tiga bentuk disiplin kerja, antara lain:28

a. Disiplin perspektif adalah kegiatan yang dilakasanan untuk mendorong

karyawan agar mengikuti beberapa standar dan aturan, sehingga

penyelewengan-penyelewengan dapat dicegah. Tujuan pokonya adalah

untuk mendorong disiplin diri antara para karyawan. Dengan cara lain

karyawan dapat menjaga disiplin diri mereka bukan semata-mata karena

dipaksa manajemen. Kalau karyawan tidak tahu standar-standar apa saja

yang harus dicapai, mereka cenderung menjadi salah arah. Di samping

itu, manajemen hendaknya menetapkan standar-standar secara positif

dan bukan secara negatif. Seperti “Jaga Keamanan!” Bukan “Jangan

Ceroboh”.

b. Disiplin korektif adalah kegiatan yang diambil untuk menangani

pelanggaran terhadap aturan-aturan dan mencoba untuk menghindari

pelanggaran-pelanggaran lebih lanjut. Kegiatan korektif sering berupa

bentuk hukuman dan disebut tidakan pendisiplinan (Disciplinary

27

Ibid, hal 218

28

(43)

action). Tujuan pokonya untuk memperbaiki karyawan yang melanggar

disiplin dan memelihara peraturan yang berlaku.

c. Disiplin progresif, yang berarti memberikan hukuman-hukuman yang

lebih berat terhadap pelanggaran-pelanggaran yang berulang. Tujuannya

adalah memberikan kesempatan pada karyawan untuk mengambil

tindakan korektif sebelum hukuman-hukuman yang lebih serius.

2. Ketekunan Dalam Kerja

Ketekunan artinya rajin dan bersungguh-sungguh dalam bekerja.29

Ketekunan dan kerajinan dalam bekerja merupakan hal yang penting karena

bekerja yang dilandasi sikap rajin hasilnya akan lebih memuaskan dan dapat

menambah kepercayaan diri terhadap pekerjaan yang sudah menjadi

pekerjaannya.

3. Komitmen Kerja

Komitmen kerja sebenarnya tidak jauh berbeda tentang bagaimana

komitmen karyawan pada organisasi atau perusahaan tempat seseorang itu

bekerja. Komitmen pada organisasi dapat dilihat dari tiga macam komitmen,

yaitu komitmen afektif, komitmen berkelanjutan, dan komitmen normatif.

29

(44)

Ada tiga dasar komitmen yang telah teridetifikasi menurut Mayer,

Allen dalam kutipan Sheppered dan Mathew, serta Greenberg sebagaimana

yang dikutip oleh Kamariyah sebagai berikut:30

Komitmen afektif berdasarkan pada pendekatan goal congruenc

mengarah pada kuatnya harapan seseorang untuk bekerja terus pada sebuah

organisasi karena dia setuju dengan organisasi tersebut dan ingin untuk

tetapmenjadi bagian dari organisasi. (agree with it and want to remain there).

Kunci komitmen adalah need to. Hal tersebut terjadi karena komitmen

menyebabkan individu melakukan identifikasi terhadap nilai maupun aktivitas

organisasi. Karakter seseorang yang memiliki komitmen tinggi pada

organisasi antara lain memiliki keyakinan yang kuat terhadap organisasi serta

menerima tujuan dan nilai organisasi; memiliki keinginan untuk bekerja; serta

memiliki keinginan yang kuat untuk bertahan dalam organisasi.

Pada karyawan yang benar-benar menunjukan komitmen terhadap

tujuan dan nilai-nilai organisasi memiliki kemungkinan yang jauh lebih besar

untuk menunjukkan tingkat partisipasi yang tinggi dalam kegiatan organisasi.

Kehadiran mereka umumnya hanya terhalang jika mereka sakit. Jadi tingkat

kemangkiran yang disengaja individu tersebut akan lebih rendah dibandingkan

pekerjaan yang kaitanya lebih rendah.

30

(45)

Kesetiaan (loyalitas) terhadap organisasi merupakan kemauan untuk

membela perusahaan tersebut dan hal yang penting menunjang komitmen

karyawan terhadap pekerjaannya sekaligus terhadap organisasi dimana

mereka bekerja. Dengan ketertarikan individu pada organisasi dan sikap

(perasaan) yang positif terhadap organisasi menyebabkan individu akan

mengusahakan tingkat kepentingan yang tinggi bagi kepentingan organisasi

demi memperlancar pencapaian tujuan.

Berdasarkan ketiga ciri yang memperlihatkan komitmen, maka

definisi komitmen adalah sikap seseorang karyawan yang mengusahakan

upaya yang tinggi dan sepenuhnya melibatkan diri pada

pekerjaannya.Pekerjaan bagi seseorang karyawan merupakan mekanisme

kunci dan saluran individu untuk memberikan sumbangan bagi pencapaian

tujuan 25 organisasi. Oleh karena itu, karyawan dengan komitmen yang tinggi

akan sepenuhnya melibatkan diri.31 Continue commitment, berkaitan dengan

pendekatan the side-bets, mengarah pada kuat tedensi seseorang untuk bekerja

terus pada sebuah organisasi karena dia tidak dapat berbuat lain. (can’t afford

to dootherwise). Komitmen ini didasarkan atas rasional. Dengan kata lain, ada

pertimbangan untung rugi jika seseorang memilih menetap atau meninggalkan

suatu perusahaan. Jika kata kunci komitmen ini adalah want to.

31

(46)

Komitmen berkelanjutan, tipe komitmen ini berdasarkan pertimbangan

untung rugi yang berkaitan dengan keluar atau menetapnya individu pada

organisasi atau perusahaan. Individu dengan komitmen ini akan

membandingkan keuntungan dan kerugian financial dengan cara

membandingkan organisasi saat ini dengan organisasi lain yang memberikan

kesempatan untuk bekerja.32

Normative commitment, kuatnya keinginan seseorang untuk bekerja

terus pada sebuah organisasi karena merasa berkewajiban untuk tetap di sana,

dan perasaan tersebut timbul karena adanya tekanan dari orang lain (there is

pressure from other to do so). Menurut wiener yang dikutip oleh Kamariyah

adanya intervensi (campur tangan) dari personal atau organisasi mengandung

arti bahwa perusahaan dapat memilih individu yang memiliki komitmen tinggi

dan dapat melakukan apa saja agar karyawan menjadi lebih komit terhadap

perusahaan tersebut. Kata kunci komitmen jenis ini adalah ought to.

Komitmen normatif merupakan keinginan individu untuk tetap

menjaga komitmennya pada organisasi karena ada tekanan dari orang lain.

Komitmen ini adalah komitmen yang menunjukan perasaan individu

akanberkewajiban untuk tetap bekerja pada organisasinya, dan juga

menunjukan adanya dimensi moral yang berdasarkan pada kesadaran akan

adanya kewajiban dan tanggung jawab yang harus dipikul.

32 Meyer, J.P Paunenon, V, Gelletly, I.R, Goffin, R.D, and Jackson, D.N, (1989), “Organizational

(47)

4. Semangat Kerja.

Semangat kerja karyawan menunjukan sejauh mana karyawan

bergairah dalam melakukan dan melaksanakan tanggung jawabnya di dalam

perusahaan. Semangat kerja dapat dilihat dari kehadiran, ketepatan waktu,

target kerja, gairah kerja, serta tanggung jawab yang telah diberikan kepada

karyawan tersebut.33 Menurut Nitisemito sebagaimana dikutip oleh

Widhartika yaitu Semangat kerja adalah melakukan pekerjaan secara lebih

giat, sehingga pekerjaan dapat diharapkan lebih cepat dan lebih baik.

Sedangkan kegairahan kerja adalah kesenangan yang mendalam terhadap

pekerjaan yang dilakukan. Meskipun semangat kerja tidak mesti disebabkan

oleh kegairahan kerja tetapi kegairahan kerja sulit untuk dipisah-pisahkan,

sehingga orang lebih senang menggunakan istilah semangat dan kegairahan

kerja.34

Semangat kerja menggambarkan perasaan yang menghubungkan jiwa

semangat kelompok, kegembiraan, dan kegiatan. Apabila pekerja tampak

merasa senang, optimis mengenai kegiatan dan tugas, serta ramah satu sama

lain, maka karyawan dikatakan mempunyai semangat yang tinggi. Sebaliknya,

apabila karyawan terlihat tidak puas, lekas marah, sering sakit, suka

33

Sodang P, Siagian, 2002, Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta: Rineke Cipta, hal 57

34

Widhartika, Primandini Ajeng, 2006, Analisis Pengaruh Faktor Lingkungan Kerja Terhadap Semangat Pada Kegairahan Kerja Karyawan Pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)

(48)

membantah, gelisa, dan pesimis, maka reaksi ini dapat dikatakan sebagai bukti

semangat yang rendah.35

Semangat kerja adalah refleksi dari sikap pribadi atau sikap kelompok

terhadap kerja dan kerja sama. Semangat kerja berarti sikap individu dan

kelompok terhadap seluruh lingkungan kerja dan terhadap kerja sama dengan

lain untuk mencapai hasil yang maksimal sesuai dengan kepentingan

perusahaan.36

Semangat kerja karyawan menunjukan sejauh mana karyawan

bergairah dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya di dalam

perusahaan. Semangat kerja dapat dilihat kehadiran, kedisiplinan, ketepatan

waktu, target kerja, gairah kerja, serta tanggung jawab kerja yang telah

diberikan oleh karyawan tersebut.37

5. Kreativitas Kerja

Menurut Munandar sebagaimana yang dikutip Rodiyah, bahwa

kreativitas diartikan sebagai kemampuan untuk membuat ide baru, kombinasi

baru berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang ada. Kreativitas juga

dipahami sebagai kelancaran, keluwesan dan orisinalitas dalam berpikir, serta

35

Moekijat, 1997, Manajemen Tenaga Kerja dan Hubungan kerja. Bandung: CV Pionir Java.

36

Gondokusumo, AA,, 1995, Komunikasi Penugasan. Cet-5. Jakarta: PT. Toko Gunung Agung

37

(49)

mampu untuk mengkolaborasi yaitu menggabungkan, memperkaya,

memperinci suatu gagasan.38

Kreativitas adalah hanya produk keunikan, ide-ide yang layak dalam

suatu kondisi seseorang. Ide-ide unik adalah hal-hal yang berbeda dari apa

yang telah dilakukan sebelumnya dan layak untuk permasalahan atau

kesempatan yang terjadi.39 Berkaitan dengan perusahaan, karyawan

menunjukan kreativitas apabila menghasilkan suatu produk, jasa, atau produk

atau jasa yang berguna. Kontribusi bersifat unik apabila menawarkan sesuatu

yang asli (original) atau relatif unik dibanding yang sudah dalam jajaran

produk, jasa, atau praktek. Akan tetapi, kontribusi ini juga memerlukan

kegunaan. Harus secara langsung relevan dengan organisasi dan merupakan

sesuatu dimana perusahaan dapat secara wajar memperoleh beberapa nilai,

baik dalam jangka pendek atau jangka panjang.

Apakah kreativitas didefinisikan secara luas atau sempit, keunikan

(novelty) dan kegunaan (usefulness) tetap melekat di dalamnya.40 Menyangkut

kreativitas karyawan terdapat indikasi: 41

a. Kemampuan untuk menemukan kelemahan dan kesalahan, alam ide-ide.

38

Rodiyah, Isnaini, 2006, Pengaruh Nilai Kebersamaan Budaya Local Motivasi Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kreativitas Kerja Pegawai Di Bkm Kabupaten Siduarjo, Skripsi S1 (tidak diterbitkan), Surabaya, Universitas Airlangga, hal 10

39

Ambile, 1997, Motivasi Creativity in Organization: On Doing What You Love and Loving what you do. California Management Review, Vol. 40. No.11, hal 10

40

Commings, A.Oldham, G.R. (1997), Enhancing Creativity: Managing Work Context for The High Potential Employee. California Managemen Review. Vol.40. No.1, hal 10

41

(50)

b. Kemampuan menghasilkan kuantitas ide-ide, solusi, konsekuensi, dengan

aturan waktu dan kondisi tertentu.

c. Mampu menentukan beragam tipe ide-ide yang mempertasikan kategori,

dan arah yang berbeda.

d. Kemampuan menghasilkan respon tidak umum, cerdas, solusi unik, atau

ide-ide luar biasa.

e. Kemampuan untuk mengembangan respon melalui produk sesuatu,

tindakan, ide-ide kebijakan yang detail

f. Kemampuan untuk menelaah tugas dengan gigih, meskipun menghasilkan

(51)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis penelitian

Pendekatan yang digunakan peneliti dalam hal ini adalah pendekatan

kualitatif deskriptif, Karena dalam penelitian ini, permasalahan belum jelas karena

objek yang diteliti besifat dinamis, penuh makna, dan pola pikir induktif/kualitatif

dan terkadang hasil penelitian lebih menekankan makna dari pada generalisasi

(proses penalaran yang berlolak dari fenomena individual menuju kesimpulan

umum).1 Metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang

dapat diamati.2

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif, yaitu penelitian

yang bersifat memaparkan tentang situasi dan peristiwa, datanya dinyatakan dalam

keadaan sewajarnya atau bagaimana adanya, dengan memaparkan kerja secara

sistematik, terarah dan dapat dipertanggungjawabkan, sehingga tidak kehilangan

sifat ilmiahnya.

1

Sugiyono, DR, 2012, Metode Penelitian Bisnis, Bandung: Alfabeta, hal 14

2Azimatul, Ulya, 2010, “Strategi Kepala Sekolah Dalam Peningkatan Mutu Tenaga Pendidik di Sri

(52)

Penelitian kualitatif menggunakan metode kualitatif yaitu pengamatan,

wawancara, atau penelaan dokumen. Data yang dikumpulkan adalah berupa

kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Hal ini disebabkan oleh adanya penerapan

metode kualitatif. Selain itu, semua hal yang dikumpulkan berkemungkinan

menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti.3

Dan untuk penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif

karena ingin mengetahui dan mengenali secara lebih detail berdasarkan hasil

analisis pemikiran menurut logika mengenai analisis manajemen dan karakteristik

etos kerja yang dilakukan di Yayasan Yatim Mandiri Cabang Surabaya.

B. Objek Penelitian

Yayasan Yatim Mandiri Cabang Surabaya yang terletak di Jalan Bendul

Merisi Selatan I/2A Surabaya. Alasan memilih lokasi Yayasan Yatim Mandiri

Cabang Surabaya, karena dinilai cocok untuk diteliti karena didukung oleh kondisi

karyawan yang sekilas terlihat memiliki kinerja yang baik dan semangat kerja

dalam menyelesaikan pekerjaanya. Letak atau lokasi Yayasan Yatim Mandiri tidak

jauh dari Universitas UIN Sunan Ampel Surabaya dekat dengan Marina Plaza.

Yayasan Yatim Mandiri Cabang Surabaya sendiri adalah lembaga

nonprofit yang berkhidmat dalam memberdayakan segala potensi anak yatim

melalui pengelolaan dana sosial masyarakat Zakat, Infaq, Shadaqah, dan Waqaf

(ZISWAQ) yang halal, baik perseorangan, lembaga, institusi, maupun coorporate.

3

(53)

Yayasan Yatim Mandiri Cabang Surabaya terletak di tengah-tengah

perumahan elit kawasan Bendul Merisi, dekat dengan Plaza Marina Surabaya.

Walaupun Yayasan Yatim Mandiri letaknya berada di kawasan perumahan elit

yang penduduknya dikenal jarang bersosialisasi, Yayasan Yatim Mandiri Cabang

Surabaya cukup dikenal keberadaannya karena aktif dalam melakukan kegiatan

sosial di sekitar perumahan tersebut.

C. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Data adalah pernyataan atau keterangan atau bahan dasar yang

dipergunakan untuk menyusun hipotesa atau segala sesuatu yang diteliti.4

Berdasarkan jenis dan sumber datanya, jenis data dapat dibagi menjadi dua

macam, yaitu:

a. Data Primer

Data primer adalah data utama yang dieroleh melalui observasi atau

pengamatan ada objek penelitian serta wawancara secara langsung atau

tanya jawab ada informan, karena informan adalah orang yang mengetahui

dan memahami kondisi yang ada ada subjek penelitian. Data ini di peroleh

hasil wawancara dengar kepala cabang dan karyawan Yatim Mandiri

Cabang Surabaya, yang meliputi manajemen (perencanan, pelaksanaan,

pengawasan) dan karakteristik etos kerja.

4

(54)

b. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang bukan diusahakan sendiri

pengumpulannya oleh peniliti.5 Data yang digunakan dalam penelitian

berupa gambaran umum tentang Manajemen dan Karakteristik Etos Kerja di

Yayasan Yatim Mandiri Cabang Surabaya.

2. Sumber Data

Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Sumber

data bisa berupa benda, perilaku manusia, tempat, dan sebagainya. Untuk

mendapatkan data yang akurat diperlukan sumber data yang tepat. Dalam

penelitian ini, peneliti akan menggunakan sumber data sebagai berikut:

a. Informan

Orang yang menjadi sumber data utama dalam penelitian ini, karena

informan adalah orang yang benar-benar mengerti sistem informasi tentang

situasi dan kondisi lapangan penelitian serta hal-hal yang berhubungan

dengan penelitian. Dalam penelitian ini yang berperan sebagai informan

adalah kepala yayasan dan para karyawan yang berjumlah 5 orang yang

aktif bekerja di kantor Yayasan Yatim Mandiri Cabang Surabaya. Maka

pendukung memenuhi sumber data, peneliti menggali data kepada

beberapa informan di bawah ini:

1. Kepala Cabang : Memantau jalannya perusahaan, sebagai pihak

yang mengontrol jalannya proses kegiatan perusahaan dan

5

(55)

mempunyai wewenang dalam memutuskan sesuatu dalam urusab

perusahaan.

2. Staf : Sebagai pihak yang mengurus dan

menangani seagala kebutuhan perusahaan jasa ini dan pihak

yang berhubungan dengan anak yatim dan LAZNAS.

b. Dokumentasi

Dalam penelitian ini, dokumen dijadikan sebagai sumber data karena

dapat digunakan untuk menafsirkan, menguji, dan sebagai bukti dalam

penyajian data6, bisa berupa tulisan atau catatan yang berhubungan dengan

masalah yang dibahas dalam penelitian, misalnya tentang sejarah, profil,

dan lain sebagainya.

D. Tahap-Tahap Penelitian

Adapun tahap-tahap penelitian yang akan dilakukan adalah:

1. Tahap pra lapangan

Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan kegiatan pra lapangan,

dengan tahapan sebagai berikut:

a. Memilih lapangan penelitian

Dalam konteks penelitian yang dilakukan peneliti sebelum membuat

usulan pengajuan judul, peneliti terlebih dahulu mencari data atau informasi

tentang objek yang akan diteliti melalui beberapa cara, yang kemudian

6

(56)

tertarik untuk dijadikan obyek penelitian yang sesuai dengan jurusan. Dalam

hal tersebut, peneliti menetapkan Yayasan Yatim Mandiri Cabang Surabaya

yang terletak di jalan Bendul Merisi Selatan I/2A Surabaya sebagai objek

penelitian.

b. Menentukan informan dan key informan

Informan merupakan orang yang memberikan informasi tentang

situasi dan kondisi latar penelitian. Fungsi dari informan adalah jika peneliti

membutuhkan informasi terkait dengan penelitian, maka informan dapat

memenuhinya dengan cepat. Sedangkan key informan adalah orang yang

memberikan informasi tentang informan yang terkait, serta dapat

memberikan data-data yang diperlukan peneliti terkait dengan penelitian

tersebut.

c. Menyusun rancangan penelitian

Tahap pra lapangan yang dilakukan pertama kali adalah menyusun

rancangan penelitian. Rancangan penelitian yang dimaksud adalah

penyusunan proposal penelitian yang terdiri dari judul penelitian, rumusan

masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep,

kerangka teori, metode penelitian, sistematika penelitian, serta jadwal

penelitian.

d. Mengurus surat perizinan

Setelah membuat usulan penelitian dalam bentuk proposal, peneliti

(57)

cara meminta surat pengantar dari Fakultas Dakwah UIN Sunan Ampel

Surabaya yang diperuntukkan untuk penelitian di Yayasan Yatim Mandiri

Cabang Surabaya. Setelah itu memberikan surat pengantar tersebut kepada

kepala yayasan untuk meminta persetujuan meneliti di tempat tersebut

sekaligus meminta izin untuk memberikan waktu luang bagi kepala yayasan

maupun karyawan lainnya dalam melakukan wawancara sehingga dapat lebih

leluasa untuk berbicara dan memberikan data-data yang diperlukan oleh

peneliti. Tujuan dari perizinan ini adalah supaya data-data yang dibutuhkan

lebih mudah diperoleh dan hasilnya lebih valid.

2. Tahap pekerjaan lapangan

a. Menyiapkan perlengkapan penelitian dan mental

Peneliti berusaha menyiapkan segala alat dan perlengkapan peneliti

yang diperlukan sebelum terjun ke lapangan penelitian, antara lain bulpoint,

pensil, tipe ex, penghapus, buku tulis, kertas, map plastik, laptop, flash disk,

handphone (untuk merekam dan memotret). Selain itu peneliti

mempersiapkan diri dan mental secara matang dan serius untuk membahas

penelitian ini. Dan yang harus diperhatikan ketika melakukan wawancara

dengan nara sumber, peneliti harus bisa menjaga emosi objek.

b. Memasuki lapangan, menjajaki, serta menilai keadaan lapangan (survey)

Dalam tahapan ini, peneliti terjun ke lapangan untuk mencari data atau

Gambar

GAMBAR 1.2 : Tata Letak kantor cabang Yatim Mandiri Surabaya ................... 62
Gambar 1.1 Struktur Organisasi Yayasan Yatim Mandiri Cabang Surabaya
Gambar 1.2 Tata letak kantor cabang Yayasan Yatim Mandiri Surabaya

Referensi

Dokumen terkait

Preeklamsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan proteinuria yang muncul pada

Our hypothesis was application of biochar and tillage system at field condition could affect soil physical properties such as bulk density, permeability, aggregate stability

SUV mewah nan canggih yang menggabungkan sistem keamanan airbag 6 titik yang terdiri dari dua airbag depan, airbag samping dan airbag tirai jendela dan didukung oleh sistem

[r]

Teori APOS adalah suatu teori belajar yang lahir dari hipotesis bahwasanya pengetahuan matematika berada dalam kecenderungan individu untuk

Dari bahasan tersebut dapat dirumuskan beberapa kesimpulan sekaligus proposisi penting: 1) Titik krusial siklus kebijakan dalam penyelesaian konflik etnik

Indonesia adalah negara yang memiliki prevalensi hepatitis B dengan tingkat endemisitas tinggi, yaitu lebih dari delapan persen (sekitar 1,5 juta) orang Indonesia

Proses keperawatan bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan dan masalah klien sehingga mutu pelayanan keperawatan menjadi optimal. Kebutuhan dan