BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PROYEK 2.1.1 Definisi Proyek
Sebuah proyek merupakan suatu usaha atau aktivitas yang kompleks,
mempunyai objektif yang spesifik yang harus diselesaikan, terdefinisi dengan jelas
waktu awal dan akhirnya, mempunyai batas dana, menggunakan sumber daya
(manusia, uang, peralatan, dsb), serta multifungsional dimana anggota proyek bisa
berasal dari departemen yang berbeda. Sebuah proyek juga dapat diartikan sebagai
upaya atau aktivitas yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan, sasaran dan
harapan-harapan penting dengan menggunakan anggaran dana serta sumber daya
yang tersedia, yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu.
Selain itu, proyek didefinisikan sebagai sebuah rangkaian aktivitas unik yang
saling terkait untuk mencapai suatu hasil tertentu dan dilakukan dalam periode waktu
tertentu (Chase et.al., 1998). Menurut Project Management Body of Knowledge
(PMBOK) Guide, sebuah proyek memiliki beberapa karakteristik penting yang
terkandung didalamnya yaitu : sementara (temporary), unik, dan progressive
elaboration, selalu berkembang, dan berlanjut hingga proyek berakhir.
Karakteristik ini yang membedakan proyek dengan aktivitas rutin operasional.
Aktivitas rutin operasional cenderung bersifat terus menerus dan berulang-ulang
sedangan proyek bersifat temporer dan unik. Dari segi tujuan, proyek akan berhenti
jika tujuan telah tercapai, sedangkan aktivitas operasional akan terus menyesuaikan
Selain itu proyek selalu melibatkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Senantiasa dibutuhkan pemberdayaan sumber daya yang tersedia, yang
diorganisasikan untuk mencapai tujuan, sasaran, dan harapan penting tertentu.
Aktivitas atau kegiatan-kegiatan pada proyek merupakan sebuah mata rantai, yang
dimulai sejak dituangkannya ide, direncanakan, kemudian dilaksanakan, sampai
benar-benar memberikan hasil yang sesuai dengan perencanaan semula. Hingga pada
akhirnya kita akan dapat melihat bahwa pelaksanaan proyek pada umumnya
merupakan rangkaian mekanisme tugas dan kegiatan yang kompleks, membentuk
saling ketergantungan, dan secara otomatis mengandung permasalahan tersendiri.
2.1.2 Macam-macam Proyek
Menurut pekerjaanya proyek dapat diklasifikasikan antara lain sebagai berikut :
Proyek konstruksi
Proyek ini biasanya berupa pekerjaan membangun atau membuat produk fisik,
misalnya pembangunan jalan, gedung atau jembatan.
Proyek penelitian dan pengembangan
Proyek ini bisa berupa penemuan baru, temuan alat baru, atau penelitian
mengenai ditemukannya bibit unggul untuk suatu tanaman. Proyek ini bisa
muncul dilembaga komersial maupun lembaga pemerintah.
Proyek yang berhubungan dengan manajemen jasa
Proyek ini sering muncul dalam perusahaan maupun instansi pemerintah,
misalnya perancangan struktur organisasi atau pembuatan sistem informasi
manajemen.
Manajemen proyek adalah suatu proses merencanakan, mengorganisasikan,
mengarahkan, dan mengontrol sumber daya perusahaan dengan sasaran jangka
pendek untuk mencapai goal dan objective yang spesifik. Manajemen proyek
didesain untuk mengatur dan mengontrol sumber daya perusahaan sesuai dengna
aktivitas yang terkait, efisiensi waktu, efisiensi biaya, dan performa yang baik. Hal
ini memerlukan pengelolaan yang baik dan terarah karena sutau proyek memiliki
keterbatasan agar tujuan akhir dari suatu proyek dapat tercapai. Yang perlu dikelola
dalam area manajemen proyek mencakup biaya, mutu, waktu, kesehatan dan
keselamatan kerja, sumber daya lingkungan, risiko dan sistem informasi.
2.2.1 Tahapan Umum Manajemen Proyek
Adapun kesuksesan sebuah proyek dapat teridentifikasi bila tercapai
objective-nya antara lain :
1. Perencanaan (Planning)
Untuk mencapai tujuan, sebuah proyek perlu suatu perencanaan yang
matang, yaitu dengan meletakkan dasar tujuan dan sasaran dari suatu
proyek sekaligus menyiapkan segala program teknis dan administrasi agar
dapat diimplementasikan. Hal ini dilakukan agar memenuhi persyaratan
spesifikasi yang ditentukan dalam batasan waktu, mutu, biaya, dana
keselamatan kerja. Perencanaan proyek dilakukan melalui study kelayakan,
rekayasa nilai, dan perencanaan area manajemen proyek (biaya, waku,
mutu, kesehatan dan keselamatan kerja, sumber daya lingkungan, risiko
dan sistem informasi).
2. Pengaturan/Penjadwalan (Organizing)
sumber daya (biaya, tenaga kerja, peralatan, material), durasi dan progres
waktu untuk menyelesaikan proyek. Penjadwalan proyek seiring dengan
perkembangan proyek dan berbagai permasalahannya. Proses monitoring
dan updating harus selalu dilakukan untuk mendapatkan penjadwalan yang
realistis agar sesuai dengan tujuan proyek. Ada beberapa metode untuk
mengelola penjadwalan proyek, mencakup : kurva S, barchart, penjadwalan
linear (diagram vektor), network planning, serta waktu dan durasi,
kegiatan. Bila terjadi penyimpangan terhadap rencana semula maka
dilakukan evaluasi dan tindakan koreksi agar proyek tetap berada di jalur
yang diinginkan.
3. Pengendalian/Pengawasan (Controlling)
Pengendalian akan mempengaruhi hasil akhir suatu proyek. Tujuan utama
adalah meminimalisasi segala penyimpangan yang dapat terjadi selama
berlangsungnya proyek. Tujuan dari pengendalian proyek yaitu optimasi
kinerja biaya, waktu, mutu, dan keselamatan kerja sehingga dapat menjadi
kriteria sebagai tolak ukur. Kegiatan yang dilakukan dalam proses
pengendalian yaitu berupa pengawasan, pemeriksaan, maupun koreksi yang
dilakukan selama proses implementasi.
2.2.2. Manajemen Waktu
Manajemen waktu pada suatu proyek (Project Time Management)
memasukkan semua proses yang dibutuhkan dalam upaya untuk memastikan waktu
penyelesaian proyek (PMI 2000). Ada lima proses utama dalam manajemen waktu
proyek, yaitu:
1. Pendefinisian Aktivitas. Merupakan proses identifikasi semua aktivitas spesifik
proyek (project deliveriables). Dalam proses ini dihasilkan pengelompokkan
semua aktivitas yang menjadi ruang lingkup proyek dari level tertinggi hingga
level yang terkecil atau disebut Work Breakdown Structure (WBS).
2. Urutan Aktivitas. Proses pengurutan aktivitas melibatkan identifikasi dan
dokumentasi dari hubungan logis yang interaktif. Masing-masing aktivitas
harus diurutkan secara akurat untuk mendukung pengembangan jadwal
sehingga diperoleh jadwal yang realisitis. Dalam proses ini dapat digunakan
alat bantu komputer untuk mempermudah pelaksanaan atau dilakukan secara
manual. Teknik secara manual masih efektif untuk proyek yang berskala kecil
atau di awal tahap proyek yang berskala besar, yaitu bila tidak diperlukan
pendetailan yang rinci.
3. Estimasi Durasi Aktivitas. Estimasi durasi aktivitas adalah proses pengambilan
informasi yang berkaitan dengan lingkup proyek dan sumber daya yang
diperlukan yang kemudian dilanjutkan dengan perhitungan estimasi durasi atas
semua aktivitas yang dibutuhkan dalam proyek yang digunakan sebagai input
dalam pengembangan jadwal. Tingkat akurasi estimasi durasi sangat
tergantung dari banyaknya informasi yang tersedia.
4. Pengembangan Jadwal. Pengembangan jadwal berarti menentukan kapan suatu
aktivitas dalam proyek akan dimulai dan kapan harus selesai. Pembuatan
jadwal proyek merupakan proses iterasi dari proses input yang melibatkan
estimasi durasi dan biaya hingga penentuan jadwal proyek.
5. Pengendalian Jadwal. Pengendalian jadwal merupakan proses untuk
memastikan apakah kinerja yang dilakukan sudah sesuai dengan alokasi waktu
yang sudah direncanakan. Hal yang perlu diperhatikan dalam pengendalian
a. Pengaruh dari faktor-faktor yang menyebabkan perubahan jadwal dan
memastikan perubahan yang terjadi disetujui.
b. Menentukan perubahan dari jadwal.
c. Melakukan tindakan bila pelaksanaan proyek berbeda dari perencanaan
awal proyek.
2.2.3. Manajemen Biaya
Manajemen biaya proyek (project cost management) melibatkan semua proses
yang diperlukan dalam pengelolaan proyek untuk memastikan penyelesaian proyek
sesuai dengan anggaran biaya yang telah disetujui. Hal utama yang sangat
diperhatikan dalam manajemen biaya proyek adalah biaya dari sumber daya yang
diperlukan untuk menyelesaikan proyek, sebagai berikut:
1. Perencanaan Sumber Daya. Perencanaan sumber daya merupakan proses untuk
menentukan sumber daya dalam bentuk fisik (manusia, peralatan, material) dan
jumlahnya yang diperlukan untuk melaksanakan aktivitas proyek. Proses ini
sangat berkaitan erat dengan proses estimasi biaya.
2. Estimasi Biaya. Estimasi biaya adalah proses untuk memperkirakan biaya dari
sumber daya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek. Bila proyek
dilaksanakan melalui sebuah kontrak, perlu dibedakan antara perkiraan biaya
dengan nilai kontrak. Estimasi biaya melibatkan perhitungan kuantitatif dari
biaya-biaya yang muncul untuk menyelesaikan proyek. Sedangkan nilai
kontrak merupakan keputusan dari segi bisnis di mana perkiraan biaya yang
didapat dari proses estimasi merupakan salah satu pertimbangan dari keputusan
3. Penganggaran Biaya. Penganggaran biaya adalah proses membuat alokasi
biaya untuk masing-masing aktivitas dari keseluruhan biaya yang muncul pada
proses estimasi. Dari proses ini didapatkan cost baseline yang digunakan untuk
menilai kinerja proyek.
4. Pengendalian Biaya. Pengendalian biaya dilakukan untuk mendeteksi apakah
biaya aktual pelaksanaan proyek menyimpang dari rencana atau tidak. Semua
penyebab penyimpangan biaya harus terdokumentasi dengan baik sehingga
langkah-langkah perbaikan dapat dilakukan.
2.3. PENGENDALIAN PROYEK
Sebagai salah satu fungsi dan proses kegiatan dalam manajemen proyek yang
sangat mempengaruhi hasil akhir proyek, pengendalian mempunyai tujuan utama
meminimalisasi segala penyimpangan yang dapat terjadi selama proses
berlangsungnya proyek.
Menurut R.J Mockler (1972) pengendalian didefinisikan sebagai :
“Usaha yang sistematis untuk menentukan standar yang sesuai dengan sasaran
dan tujuan perencanaan, merancang sistem informasi, membandingkan pelaksanaan
dengan standar, menganalisa kemungkinan penyimpangan, kemudian melakukan
tindakan koreksi yang diperlukan agar sumber daya dapat digunakan secara efektif
dan efisien dalam rangka mencapai sasaran dan tujuan.”
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengendalian membutuhkan
standar tolak ukur sebagai pembanding, alat ukur kinerja, dan tindakan koreksi yang
akan dilakukan bila terjadi penyimpangan. Kegiatan yang dilakukan dalam proses
pengendalian dapat berupa pengawasan, pemeriksaan serta tindakan koreksi, yang
Sasaran dan tujuan proyek seperti optimasi kinerja biaya, mutu, waktu dan
keselamatan kerja harus memiliki format standar dan kriteria sebagai alat ukur, agar
dapat mengindikasikan pencapaian kinerja proyek. Alat ukur yang digunakan dapat
berupa jadwal, kuantitas pekerjaan, standar mutu/spesifikasi pekerjaan, serta standar
keselamatan kerja, yang untuk selanjutnya diproses dalam suatu sistem informasi.
Sistem informasi ini mengolah data-data yang kemudian menghasilkan informasi
penting untuk pengambilan keputusan.
Bila hasil informasi mengindikasikan terdapat penyimpangan terhadap standar
yang telah ditentukan, tindakan selanjutnya adalah melakukan koreksi, seperti
mengubah metode pelaksanaan, mengeluarkan biaya untuk menambah tenaga kerja,
peralatan dan material serta perbaikan penjadwalan, perbaikan mutu pekerjaan yang
disesuaikan dengan standar dan kebutuhan sesungguhnya.
2.3.1.Proses Pengendalian
Proses pengendalian berjalan sepanjang daur hidup proyek guna mewujudkan
performa yang baik dalam setiap tahap. Perencanaan dibuat sebagai bahan acuan
bagi pelaksana pekerjaan. Bahan acuan tersebut selanjutnya akan menjadi standar
pelaksanaan pada proyek yang bersangkutan, meliputi spesifikasi teknik, jadwal dan
anggaran.
Pemantauan harus dilakukan selama masa pelaksanaan proyek untuk
mengetahui prestasi dan kemajuan yang telah dicapai. Informasi hasil pemantauan ini
berguna sebagai bahan evaluasi performa yang telah dicapai pada saat pelaporan.
Evaluasi dilakukan dengan cara membandingkan kemajuan yang dicapai berdasarkan
hasil pemantauan dengan standar yang telah dibuat berdasarkan perencanaan.
Hasil evaluasi berguna untuk pengambilan tindakan yang akurat terhadap
evaluasi ini pula tindak lanjut pelaksanaan pekerjaan dapat diputuskan dengan tepat
dengna melakukan koreksi terhadap performa yang telah dicapai. Proses diatas
diperlihatkan secara skematis pada gambar 2.1.
Sepanjang daur hidup proyek hanya sekitar 20% kegiatan manajemen berupa
perencanaan, selebihnya adalah kegiatan pengendalian. Perencanaan sebagian besar
dilakukan sebelum proyek dilaksanakan. Begitu proyek dimulai, fungsi manajemen
didominasi oleh kegiatan pengendalian.
Gambar 2.1. Siklus pengendalian dalam proyek konstruksi. (Sumber : Ervianto Wulfram)
2.3.2. Fungsi Pengendalian
Pelaksanaan pengendalian melalui pemantauan berarti melakukan observasi
serta pengujian pada interval tertentu untuk memeriksa baik kinerja produk maupun
dampak sampingan yang tidak diharapkan. Oleh karena itu, fungsi pengendalian dan
pengawasan menjadi hal yang penting didalam proses rekayasa ataupun
eksperimentasi pada umumnya.
Setiap operasi pekerjaan selalu diawali dengan membuat rencana. Selama
berlangsungnya pelaksanaan pekerjaan harus diberikan perhatian secukupnya dalam
mengukur hasil-hasil yang dicapai untuk dibandingkan dengan rencana semula. Pada
pengendalian, dan hal tersebut bukanlah merupakan akhir dari kegiatan karena proses
berlangsung berulang-ulang membentuk siklus.
Di dalam pekerjaan konstruksi, daur proses pengendalian tersebut dapat
diterapkan pada banyak bidang pekerjaan. Sebagai contoh adalah dalam
hubungannya dengan pengendalian laju kemajuan pelaksanaan konstruksi
dilapangan. Sebelum memulai pelaksanaan, pada awal kontrak telah disepakati suatu
rencana kerja atau program pelaksanaan. Selama berlangsungnya pelaksanaan
pekerjaan dilakukan pengukuran untuk memeriksa kemajuannya dibandingkan
terhadap kesepakatan rencana kerja. Apabila dijumpai adanya
penyimpangan-penyimpangan perlu disisipkannya fungsi pengendalian dengan cara menerapkan
sumber daya tambahan, atau upaya-upaya lain yang menjamin agar pekerjaan
meningkat serta membawa pekerjaan balik ke garis rencananya. Apabila tidak
memungkinkan untuk mempertahankan pekerjaan tetap pada garis rencana semula
mungkin diperlukan revisi rencana kerja, yang untuk selanjutnya digunakan sebagai
dasar pembandingan kemajuan pekerjaan pada saat berikutnya.
Pengendalian melalui fungsi pengawasan berupa pengamatan yang lebih
cermat lagi, dimana objeknya bukan saja mengenai keluaran-keluaran akan tetapi
ditekankan pada proses pengerjaanya. Dengan demikian objek pengawasan lebih
mengarah kepada pemenuhan persyaratan minimal segenap sumber daya yang
dikerahkan agar proses pengerjaanya secara teknis dapat berlangsung baik.
Dalam praktek konstruksi, masih sering didapati bahwa pengawasan
dimengerti dan dilakukan sebatas hanya sebagai observasi terhadap kualitas hasil
akhir suatu pekerjaan. Cara pandang demikian dapat menjadi penghambat dalam
merupakan bagian dari sistem pengendalian, ditujukan untuk memantau
berlangsungnya suatu proses sistem rekayasa.
2.4. BENTUK-BENTUK METODE PENGENDALIAN PROYEK
2.4.1. Bar Chart / Diagram Batang
Rencana kerja yang paling sering dan banyak digunakan adalah Bar Chart
(Diagram Batang) atau juga bisa disebut Gant Chart. Bar Chat digunakan secara luas
dalam proyek konstruksi karena sederhana, mudah pembuatannya, dan mudah
dimengerti oleh pemakainya.
Bar chart adalah sekumpulan daftar kegiatan yang disusun dalam kolom arah
vertikal, sedangkan kolom arah horizontal menunjukkan skala waktu. Saat mulai dan
akhir dari sebuah kegiatan dapat terlihat dengan jelas sedangkan durasi kegiatan
digambarkan oleh panjangnya diagram batang.
No Deskripsi M inggu
Proses penyusunan diagram batang dilakukan dengan langkah-langkah berikut
ini :
Daftar item pekerjaan, yang berisi seluruh jenis kegiatan pekerjaan yang ada
dalam rencanan pelaksanaan pembangunan.
Urutan pekerjaan, dari daftar item kegiatan itu disusun urutan pelaksanaan
pekerjaan berdasarkan prioritas item kegiatan yang akan dilaksanakan lebih
dahulu dan item kegiatan yang akan dilaksanakan kemudian, tanpa
mengesampingkan kemungkinan pelaksanaan pekerjaan secara bersamaan.
Waktu pelaksanaan pekerjaan, adalah jangka waktu pelaksanaan dari seluruh
kegiatan yang dihitung dari permulaan kegiatan sampai dengan seluruh
kegiatan berakhir. Waktu pelaksanaan pekerjaan diperoleh dari penjumlahan
waktu untuk menyelesaikan setiap item kegiatan.
2.4.2. Kurva S
Kurva-S atau S-Curve merupakan bentuk grafik hubungan antara waktu
pelaksanaan proyek dengan nilai akumulasi progres pelaksanaan proyek (dalam %
bobot), mulai dari awal hingga proyek selesai.
Kurva-S secara sederhana terdiri atas dua grafik, yaitu grafik yang merupakan
rencana dan grafik yang merupakan realisasi pelaksanaan. Perbandingan kurva S
rencana dengan kurva S pelaksanaan memungkinkan dapat diketahuinya kemajuan
pelaksanaan proyek apakah sesuai, lambat, ataupun lebih dari yang direncanakan.
Adapun fungsi kurva S adalah sebagai berikut :
Menentukan waktu penyelesaian proyek dan bagian proyek.
Melihat besarnya biaya pelaksanaan proyek.
Gambar 2.3. Kurva S
2.4.3. Critical Path Methode (CPM)
Metode CPM adalah metode yang digunakan untuk merencanakan dan
mengendalikan proyek, yang merupakan sistem yang paling banyak digunakan
diantara semua sistem lain yang memakai prinsip pembentukan jaringan.
CPM dapat memperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan setiap
kegiatan dan dapat menentukan prioritas kegiatan yang harus mendapat perhatian
pengawasan yang cermat. Metode CPM lebih terkenal dengan istilah lintasan kritis,
yang memungkinkan terbentuknya suatu jalur atau lintasan yang memerlukan
perhatian khusus (kritis). Tujuan lintasan kritis adalah untuk mengetahui dengan
cepat kegiatan-kegiatan yang tingkat kepekaannya tinggi terhadap keterlambatan
pelaksanaan.
Dalam sistem CPM ditentukan dua buah perkiraan waktu dan biaya untuk
setiap aktivitas yang terdapat dalam jaringan. Kedua perkiraan ini adalah perkiraan
normal dan perkiraan cepat. Perkiraan waktu normal merupakan perkiraan waktu
yang paling mungkin. Biaya normal merupakan biaya yang diperlukan untuk
dalam usaha untuk mempersingkat waktu bagi proyek tersebut. Jadi biaya
mempercepat adalah biaya yang dibutuhkan untuk melaksanakan sautu pekerjaan
yang dipercepat selesainya.
Untuk membuat jaringan kerja, harus diketahui dahulu semua kegiatan yang
terjadi pada suatu proyek, waktu (durasi) setiap kegiatan, dan ketergantungan antar
kegiatan (kegiatan pendahulu / predecessors) dan kegiatan pengikut / successors).
Setiap kegiatan harus diketahui kegiatan pendahulu serta kegiatan pengikutnya. Pada
CPM, metode yang dipakai adalah Activity on Arrow (AOA) dimana kegiatan dan
durasi diletakkan pada tanda panah.
Elemen-elemen CPM :
a. Anak panah (arrow) : kegiatan (activity) atau job
Anak panah menunjukkan hubungan antara kegiatan, dan juga dicantumkan
durasi.
Sebuah anak panah mewakili satu kegiatan.
Awal busur panah dinyatakan sebagai permulaan kegiatan dan mata panah
sebagai akhir kegiatan.
Terdapat tiga jenis anak panah :
Anak panah biasa menunjukkan suatu kegiatan yang dapat
dikerjakan secara normal.
Anak panah tebal menunjukkan suatu kegiatan yang harus
menjadi perhatian (kritis).
Anak panah putus-putus menunjukkan kegiatan semu (dummy)
b. Lingkaran kecil (node) : peristiwa atau event
Node pada CPM terbagi menjadi tiga bagian yang terdiri dari nomor node,
Dimana :
i,j = Nomor peristiwa
X = Nama kegiatan
EET = Earliest Event Time (Saat Paling Awal Kegiatan)
LET = Latest Event Time (Saat Paling Lambat Kegiatan)
Y = Durasi kegiatan
ES = Earliest Start Time (Saat paling cepat untuk mulai kegiatan)
EF = Earliest Finish Time (Saat paling cepat untuk akhir kegiatan)
LS = Latest Start Time (Saat paling lambat untuk mulai kegiatan)
LF = Latest Finish Time (Saat paling lambat untuk akhir kegiatan)
Prosedur Perhitungan
a. Hitungan Maju
Perhitungan maju digunakan untuk menghitung nilai EET (Earliest Even Time)
dan mengidentifikasi jalur kritis.
EET j = (EET i + D ij) max
b. Hitungan Mundur
Perhitungan mundur dimaksudkan untuk mengetahui waktu atau tanggal paling
akhir dapat memulai dan mengakhiri masing-masing kegiatan, tanpa menunda
kurun waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan, yang telah dihasilkan
dari hitungan maju. Perhitungan mundur ini digunakan untuk menghitung LET
Lintasan Kritis dan Float
Lintasan kritis adalah lintasan sepanjang diagram jaring yang mempunyai
waktu terpanjang (durasi proyek) dan merupakan lintasan yang melalui
kegiatan-kegiatan yang tidak mempunyai float (waktu jeda). Untuk menentukan lintasan kritis
dari jaringan kerja dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
Lintasan kritis adalah lintasan yang melalui kegiatan-kegiatan yang
mempunyai jumlah durasi terbesar.
Dengan menghitung kegiatan-kegiatan yang mempunyai nilai Total Float = 0
Gambar 2.4. Jaringan CPM
Float adalah batas toleransi keterlambatan suatu kegiatan yang dapat
dimanfaatkan untuk optimasi waktu dan alokasi sumber daya. Ada tiga macam jenis
Float, yaitu :
a. Total Float (TF) : jumlah waktu yang diperkenankan suatu kegiatan boleh
ditunda, tanpa mempengaruhi jadwal penyelesaian proyek secara keseluruhan.
TF = LET(j) – EET(i) – D(i-j)
b. Free Float (FF) : sejumlah waktu dimana penyelesaian kegiatan tersebut dapat
ditunda tanpa mempengaruhi waktu mulai paling awal dari kegiatan berikutnya
ataupun semua peristiwa yang lain pada jaringan kerja.
Apabila nilai FF = 0, hal ini berarti bahwa kegiatan tersebut tidak boleh
ditunda pelaksanaannya karena apabila ditunda akan menyebabkan
keterlambatan pada kegiatan berikutnya.
c. Interferent Float (IF) : suatu kegiatan yang boleh digeser atau dijadwalkan dan
merupakan selisih dari Total Float (TF) dengan Free Float (FF), serta
sedikitpun tidak sampai mempengaruhi penyelesaian proyek secara
keseluruhan.
IF = TF - FF
2.4.4. Precedence Diagram Method (PDM)
PDM adalah jaringan kerja berbentuk segi empat, sedangkan anak panahnya
hanya sebagai petunjuk kegiatan-kegiatan yang bersangkutan. Dengan demikian,
dummy pada PDM tidak diperlukan. Pada PDM sebuah kegiatan dapat dikerjakan
tanpa menunggu kegiatan pendahulunya selesai 100%. Hal tersebut dapat dilakukan
dengan cara tumpang tindih (overlapping). Cara tersebut dapat mempercepat waktu
selesainya pelaksanaan proyek.
Pada PDM, metode yang digunakan adalah Activity on Node (AON) dimana
tanda panah hanya menyatakan keterkaitan antara kegiatan. Kegiatan dari peristiwa
pada PDM ditulis dalam bentuk node yang berbentuk kotak segi empat. Definisi
kegiatan dan peristiwa, sama seperti CPM.
Pada PDM juga dikenal adanya konstrain. Satu konstrain hanya dapat
menghubungkan dua node, karena setiap node memiliki dua ujung yaitu ujung awal
atau mulai (S) dan ujung akhir atau selesai (F).
Ada empat macam konstrain yaitu :
c. Akhir ke Akhir / Finish to Finish (FF)
d. Awal ke Akhir / Start to Finish (SF)
Dimana :
a. Akhir ke awal (FS) : menjelaskan hubungan antara mulainya suatu kegiatan
dengan selesainya kegiatan terdahulu. Dirumuskan sebagai FS(i-j) = a yang
berarti kegiatan (j) mulai a hari, setelah kegiatan yang mendahuluinya (i) selesai.
b. Awal ke Awal (SS) : menjelaskan hubungan antara mulainya suatu kegiatan
dengan mulainya kegiatan terdahulu. Dimana SS (i-j) = b yang berarti suatu
kegiatan (j) mulai setelah b hari kegiatan terdahulu (i) mulai.
c. Akhir ke Akhir (FF) : menjelaskan hubungan antara selesainya suatu kegiatan
dengan selesainya kegiatan terdahulu. Atau FF (i-j) = c yang berarti suatu
kegiatan (j) selesai setelah c hari kegiatan terdahulu (i) selesai.
d. Awal ke Akhir (SF) : menjelaskan hubungan antara selesainya kegiatan dengan
mulainya kegiatan terdahulu. Dituliskan dengan SF (i-j) = d, yang berarti suatu
Prosedur Perhitungan
a. Kegiatan Splitable
Adalah suatu kegiatan yang mempunyai total float sehingga dapat dihentikan
sementara dan kemudian dilanjutkan kembali beberapa saat kemudian.
b. Kegiatan Non-Splitable
Adalah suatu kegiatan yang tidak mempunyai total float sehingga tidak
diijinkan untuk berhenti di tengah pelaksanaannya.
Gambar 2.5. Jaringan PDM
PERT merupakan singkatan dari program Evaluation and Review Technique
atau teknik menilai dan meninjau kembali program. Teknik ini dikembangkan oleh
Navy Special Projects Office (Biro proyek-proyek khusus angkaatan laut Amerika
Serikat) dalam kerjasama dengan Booz, Allen and Hamilton, suatu perusahaan
konsultansi manajemen.
Teknik PERT adalah suatu metode yang bertujuan untuk sebanyak mungkin
mengurangi adanya penundaan, maupun gangguan dan konflik produksi;
mengkoordinasikan dan mensinkronisasikan berbagai bagian sebagai suatu
keseluruhan pekerjaan; dan mempercepat penyelesaian proyek. Teknik ini
memungkinkan dihasilkannya suatu pekerjaan yang terkendali dan teratur. PERT
merupakan metode untuk menentukan jadwal dan anggaran dari sumber-sumber,
sehingga suatu pekerjaan yang sudah ditentukan lebih dahulu dapat diselesaikan
tepat pada waktunya. PERT merupakan suatu fasilitas komunikasi dalam hal bahwa
PERT dapat melaporkan kepada manajer, perkembangan yang terjadi, baik yang
bersifat menguntungkan maupun tidak, dan PERT dapat menjaga agar para manajer
mengetahui dan mendapat keterangan secara teratur.
Metode PERT dapat digunakan untuk memperkirakan durasi suatu proyek dan
memungkinkan melakukan komputasi nilai probabilitas dari sebuah kegiatan atau
proyek secara keseluruhan.
Dalam metode PERT diketahui tiga buah estimasi durasi setiap kegiatan, ketiga
durasi tersebut adalah :
1. Optimistic estimate (tO) adalah durasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
suatu kegiatan jika segala sesuatunya berjalan dengan baik. Dapat digambarkan
disini jika seseorang melakukan suatu kegiatan berulang sebanyak 100 kali,
2. Pessimistic estimate (tp) adalah durasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
suatu kegiatan jika segala sesuatunya dalam kondisi buruk / tidak mendukung.
3. Most likely estimate (tm) adalah durasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
suatu kegitan diantara optimistic estimate dan pessimistic estimate atau dikenal
dengan medium duration.
Karena terdapat tiga buah waktu dalam setiap kegiatannya, maka diperlukan
komputasi untuk mendapatkan durasi efektif dari setiap kegiatan (te) selain itu juga
diperlukan nilai standar deviasi (d), varian kegiatan (v), varian kejadian (V) dan
deviasi kejadian (D). Formula yang digunakan adalah sebagai berikut :
Durasi efektif ; t = ( t + 4. tm + tp) / 6
2.4.6. Metode Nilai Hasil (Earned Value)
Sejalan dengan perkembangan tingkat kompleksitas proyek yang semakin
besar, seringkali terjadi keterlambatan penyelesaian proyek dan pembengkakan
akuntansi untuk biaya dan sistem jadwal proyek konstruksi. Dari sistem akuntansi
biaya dapat dihasilkan laporan kinerja dan prediksi biaya proyek, sedangkan dari
sistem jadwal dihasilkan laporan status penyelesaian proyek. Informasi pengelolaan
proyek dari kedua sistem tersebut saling melengkapi, namun dapat menghasilkan
informasi yang berbeda mengenai status proyek. Dengan demikian, dibutuhkan suatu
sistem yang mampu mengintegrasikan antara informasi waktu dan biaya (Crean dan
Adamczyk 1982). Untuk kepentingan tersebut, konsep earned value dapat digunakan
sebagai alat ukur kinerja yang mengintegrasikan antara aspek biaya dan aspek waktu.
Penggunaan konsep earned value di Amerika Serikat dimulai pada akhir abad
20 di industri manufaktur. Pada tahun 1960-an Departemen Pertahanan Amerika
Serikat mulai mengembangkan konsep ini (Abba, 2000). Ada 35 kriteria yang
disebut Cost/Schedule System Criteria (C/SCSC). Namun, C/scsc lebih
dipertimbangkan sebagai alat pengendalian finansial yang memerlukan keahlian
analitis yang kuat dalam menggunakannya. Pada tahun 1995 hingga 1998 Earned
Value Management (EVM) ditransfer untuk kepentingan industri menjadi suatu
standar pengelolaan proyek (ANSI/EIA 748-A). Semenjak itu EVM tidak hanya
digunakan oleh Departemen of Defence, namun juga digunakan oleh kalangan
industri lainnya seperti NASA dan United Status Departemen of Energy. Tinjauan
EVM juga dimasukkan dalam PMBOK Guide (R) First Edition pada tahun 1987 dan
edisi-edisi berikutnya. Usaha untuk menyederhanakan EVM mencapai titik
momentumnya pada tahun 2000, yaitu ketika beberapa pemerintah Negara bagian di
Amerika Serikat mengharuskan penggunaan EVM untuk semua proyek pemerintah.
Flemming dan koppelman (1994) menjelaskan konsep Earned Value
dibandingkan manajemen biaya tradisional. Seperti dijelaskan pada gambar 2.7.a
yang sederhana antara biaya aktual dengan biaya rencana. Dengan manajemen biaya
tradisional, status kinerja tidak dapat diketahui. Pada Gambar 2.7.bdapat diketahui
bahwa biaya aktual memang lebih rendah, namun kenyataan bahwa biaya aktual
yang lebih rendah dari rencana ini tidak dapat menunjukkan bahwa kinerja yang
telah dilakukan telah sesuai dengan target rencana. Dimensi yang ketiga ini adalah
besarnya pekerjaan secara fisik yang telah diselesaikan atau disebut earned value /
percent complete. Dengan adanya dimensi ketiga ini, seorang manajer proyek akan
dapat lebih memahami seberapa besar kinerja yang dihasilkan dari sejumlah biaya
yang telah dikeluarkan (Gambar 2.7.b).
Gambar 2.7. Perbandingan manajemen biaya tradisional dengan konsep
Earned Value (Sumber : Biemo W.dkk 2006)
Ada tiga elemen dasar yang menjadi acuan dalam menganalisa kinerja dari proyek
berdasarkan konsep earned value. Ketiga elemen tersebut adalah:
Budgeted Cost for Work Scheduled (BCWS) merupakan anggaran biaya yang
dialokasikan berdasarkan rencana kerja yang telah disusun terhadap waktu.
BCWS dihitung dari akumulasi anggaran biaya yang direncanakan untuk
pekerjaan dalam periode waktu tertentu. BCWS pada akhir poyek
(penyelesaian 100 %) disebut Budget at Completion (BAC). BCWS juga
merefleksikan penyerapan biaya rencana secara kumulatif untuk setiap
paket-paket pekerjaan berdasarkan urutannya sesuai jadwal yang direncanakan.
Actual Cost for Work Performed (ACWP) adalah representasi dari
keseluruhan pengeluaran yang dikeluarkan untuk menyelesaikan pekerjaan
dalam periode tertentu. ACWP dapat berupa kumulatif hingga periode
perhitungan kinerja atau jumlah biaya pengeluaran dalam periode waktu
tertentu.
Budgeted Cost for Work Performed (BCWP) adalah nilai yang diterima dari
penyelesaian pekerjaan selama periode waktu tertentu. BCWP inilah yang
disebut earned value. BCWP ini dihitung berdasarkan akumulasi dari
pekerjaan-pekerjaan yang telah diselesaikan. Ada beberapa cara untuk
menghitung BCWP diantaranya adalah: Fixed formula, Milestone weights,
Milestone weights with percent complete, Unit complete, Percent complete,
Level of effort.
Penggunaan konsep earned value dalam penilaian kinerja proyek dijelaskan
melalui Gambar 2.8. Beberapa istilah yang terkait dengan penilaian ini adalah Cost
Variance, Schedule Variance, Cost Performance Index, Schedule Performance
Index, Estimate at Completion, dan Variance at Completion.
Cost Variance (CV)
Cost variance merupakan selisih antara nilai yang diperoleh setelah
menyelesaikan paket-paket pekerjaan dengan biaya aktual yang terjadi selama
pelaksanaan proyek. Cost variance positif menunjukkan bahwa nilai paket-paket
pekerjaan yang diperoleh lebih besar dibandingkan dengan biaya yang
dikeluarkan untuk mengerjakan paket-paket pekerjaan tersebut. sebaliknya nilai
negatif menunjukkan bahwa nilai paket-paket pekerjaan yang diselesaikan lebih
rendah dibandingkan dengan biaya yang sudah dikeluarkan.
CV = ACWP - BCWP... (1)
Schedule Variance (SV)
Schedule variance digunakan untuk menghitung penyimpangan antara BCWS
dengan BCWP. Nilai positif menunjukkan bahwa paket-paket pekerjaan proyek
yang terlaksana lebih banyak dibanding rencana. Sebaliknya nilai negatif
menunjukkan kinerja pekerjaan yang buruk karena paket-paket pekerjaan yang
terlaksana lebih sedikit dari jadwal yang direncanakan.
SV = BCWS - BCWP... ... (2)
Cost Performance Index (CPI)
Faktor efisiensi biaya yang telah dikeluarkan dapat diperlihatkan dengan
membandingkan nilai pekerjaan yang secara fisik telah diselesaikan (BCWP)
dengan biaya yang telah dikeluarkan dalam periode yang sama (ACWP).
CPI = ... (3)
Nilai CPI ini menunjukkan bobot nilai yang diperoleh (relatif terhadap nilai
lebih besar dibandingkan dengan nilai yang didapat (BCWP) atau dengan kata
lain terjadi pemborosan.
Schedule Performance Index (SPI)
Faktor efisiensi kinerja dalam menyelesaikan pekerjaan dapat diperlihatkan oleh
perbandingan antara nilai pekerjaan yang secara fisik telah diselesaikan (BCWP)
dengan rencana pengeluaran biaya yang dikeluarkan berdasar rencana pekerjaan
(BCWS).
SPI = ... (4)
Nilai SPI menunjukkan seberapa besar pekerjaan yang mampu diselesaikan
(relatif terhadap proyek keseluruhan) terhadap satuan pekerjaan yang
direncanakan. Nilai SPI kurang dari 1 menunjukkan bahwa kinerja pekerjaan
tidak sesuai dengan yang diharapkan karena tidak mampu mencapai target
pekerjaan yang sudah direncanakan.
Prediksi Biaya Penyelesaian Akhir Proyek/Estimate at Completion (EAC)
Pentingnya menghitung CPI dan SPI adalah untuk memprediksi secara statistik
biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek. Ada banyak metode dalam
memprediksi biaya penyelesaian proyek (EAC). Namun perhitungan EAC dengan
SPI dan CPI lebih mudah dan cepat penggunaannya.
EAC = ACWP + ( )
... (5)
Perhitungan EAC merupakan penjumlahan biaya aktual yang sudah dikeluarkan
dan sisa biaya yang akan dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek. Sisa biaya
yang akan dibutuhkan diprediksi secara statistik dengan memperhitungkan
efektifitas penggunaan biaya (CPI) dan kinerja pekerjaan terhadap rencana (SPI).
penyelesaian proyek (BAC) dengan biaya penyelesaian proyek berdasarkan
kinerja pekerjaan yang telah dicapai (EAC) atau yang disebut variance at
completion (VAC).
VAC = EAC - BAC... (6)
Indikator CPI dan SPI lebih sering digunakan untuk penilaian kinerja proyek
dibanding SV dan CV. Nilai CPI dan SPI merupakan bobot nilai yang tidak
memiliki dimensi sehingga dapat dilakukan perbandingan antara kinerja proyek
satu dengan lainnya. Selain itu nilai SPI dan CPI memberikan perbandingan relatif
terhadap BCWS atau Performance Measurement Baseline (PMB) yang menjadi
Berikut adalah grafik kombinasi SV dan CV pada beberapa kondisi yang berbeda.
Gambar 2.9. Grafik Kombinasi CV (Cost Variance) dan SV (Schedule Variance) (Sumber :