Lampiran 2. Bagan kerja penelitian
- sari yang larut dalam etanol - sari yang larut dalam air - abu total
- abu yang tidak larut dalam asam penentuan fase gerak secara KLT diisolasi secara kromatografi kolom dan preparatif dan hasilnya dipantau dengan KLT
Isolat
dilakukan uji kemurnian dengan KLT 1 arah dan 2 arah
Isolat murni
Lampiran 3. Bagan pembuatan ekstrak etanol daun gaharu
direndam selama 3 jam
dimasukkan ke dalam alat perkolator
dituangkan cairan penyari etanol 96% secukupnya sampai semua simplisia terendam
ditutup mulut tabung perkolator dengan alumunium foil
dibiarkan selama 24 jam kran perkolator dibuka
perkolat diatur menetes dengan kecepatan 20
tetes/menit
perkolasi dihentikan ketika hasil perkolat negatif terhadap pereaksi Liebermann-Burchard
550 g serbuk simplisia
ditambahkan 40 ml etanol ditambahkan 100 ml air panas, dihomogenkan
dimasukkan ke dalam corong pisah ditambahkan 100 ml n-heksana
dipartisi dengan n-heksana sebanyak 3 kali
diuapkan dengan rotary evaporator pada suhu 50o C
Ekstrak kental etanol
diambil lapisan n-heksana dengan corong pisah, lapisan air di sebelah bawah, lapisan n-heksana di sebelah atas Lapisan n-heksana
diuapkan dengan rotary evaporator pada suhu 50o C
Fraksi n-heksana
Lampiran 4. Gambar makroskopik tumbuhan gaharu (Aquilaria malaccensis Lam.)
Gambar tumbuhan gaharu
Lampiran 4. (Lanjutan)
Gambar simplisia daun gaharu
Lampiran 5. Gambar mikroskopik dari daun segar dan serbuk simplisia dari daun gaharu (Aquilaria malaccensis Lam.)
Penampang melintang daun segar gaharu (perbesaran 10 x 40)
Keterangan: 1. Kutikula 2. Epidermis atas 3. Jaringan palisade 4. Stomata
5. Xilem 6. Floem
7. Jaringan bunga karang 8. Sklerenkim
Lampiran 5. Lanjutan
Mikroskopik serbuk simplisia daun gaharu (perbesaran 10 x 40)
Keterangan:
1. Fragmen mesofil 2. Jaringan palisade
3. Rambut penutup uniseluler
4. Kristal kalsium oksalat berbentuk prisma
5. Xilem dengan penebalan dinding berbentuk spiral 6. Stomata tipe anomositik
2 1
3
4
5
Lampiran 6. Perhitungan hasil penetapan kadar 1. Perhitungan hasil penetapan kadar air
2. Perhitungan hasil penetapan kadar sari yang larut dalam air
Kadar sari yang larut dalam air = berat sari
berat simplisia x
100
20 x 100% Kadar sari yang larut dalam air I
Berat cawan = 47,450 g Kadar sari yang larut dalam air II
Berat cawan = 44,714 g
Kadar sari larut dalam air III
Kadar sari yang larut dalam air rata – rata = 11,69%+12,79%+11,79%
3 = 12,09 %
3. Perhitungan hasil penetapan kadar sari yang larut dalam etanol
Kadar sari yang larut dalam etanol I
Berat Cawan = 42,759 g
Berat Cawan + Berat Sari = 42,856 g
Berat Sampel = 5,005 g
Berat sari = 0,097 g
Kadar sari yang larut dalam etanol
=
0,0975,005
x
10020
x
100%= 9,69 % Kadar sari yang larut dalam etanol II
Berat Cawan = 44,774 g
Berat Cawan + Berat Sari = 44,872 g
Berat Sampel = 5,005 g
Berat sari = 0,098 g
Kadar sari yang larut dalam etanol
=
0,0985,005
x
10020
x
100%= 9,79 % Kadar sari yang larut dalam etanol III
Berat Cawan = 43,886 g
Berat Cawan + Berat Sari = 43,975 g
Berat Sampel = 5,005 g
Berat sari = 0,092 g
Kadar sari yang larut dalam etanol
=
0,0925,005
x
10020
x
100%= 9,19 % Kadar sari yang larut dalam etanol
=
berat sariberat simplisia
x
10020
Kadar sari yang larut dalam etanol rata-rata
=
9,69% + 9,79%+9,19%3
= 17,24 % 4. Perhitungan hasil penetapan kadar abu total
Sampel I
Kadar abu total rata-rata
=
7,58%+7,29%+6,25%3
= 7,04% Kadar abu total
=
berat abu5. Perhitungan Hasil Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Dalam Asam
Sampel I
Berat simplisia = 2,005 g
Berat abu = 0,014g
Kadar abu tidak larut asam
=
0,0142,005
Kadar abu tidak larut asam rata-rata
=
0,70%+0,60%+0,55%3
= 0,62%
Kadar abu tidak larut dalam asam
=
berat abuUV dan IR
direndam dalam metanol 30 ml disaring Lampiran 7. Bagan isolasi senyawa steroid dari fraksi n-heksana daun gaharu
fase gerak: n-heksana-etilasetat (landaian) fase diam: silika gel 60 H
fase gerak: n-heksana:etilasetat (80 : 20) fase diam: silika gel F254
Fraksi n-heksana
bp
Lampiran 8. Gambar kromatogram fraksi n-heksana daun gaharu dengan
beberapa perbandingan fase gerak
Keterangan: Fase diam: silika gel F254, fase gerak: n-heksana etilasetat,
penampak bercak: Liebermann-Burchard, tp : titik awal penotolan, bp : batas pengembangan.
100 : 0 90 : 10 80 : 20 70 : 30 60 : 40
Lampiran 9. Kromatogram KLT hasil pemisahan kromatografi kolom dari fraksi n-heksana daun gaharu
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Lampiran 9. Lanjutan
35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51
Lampiran 9. Lanjutan
69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85
Kromatogram KLT hasil pemisahan kromatografi kolom dari vial 69-85
Lampiran 9. Lanjutan
tp bp Lampiran 10. Kromatogram hasil KLT Preparatif F7
Keterangan: F7 (vial 52-68), fase diam: silika gel F254, fase gerak:
tp bp Lampiran 11.Gambar kromatogram fraksi n-heksana daun gaharu dengan KLT
satu arah dari isolat pertama menggunakan fase gerak berbeda
1 2 3 4
Keterangan: Fase diam: silika gel F254, penampak bercak: Liebermann-Burchard,
tp: titik awal penotolan, bp: batas pengembangan.
Harga Rf KLT satu arah isolat 1 :
No. Fase Gerak Harga Rf
bp
tp Lampiran 12. Gambar kromatogram fraksi n-heksana daun gaharu dengan KLT
satu arah dari isolat kedua menggunakan fase gerak yang berbeda
1 2 3 4
Keterangan: Fase diam: silika gel F254, penampak bercak: Liebermann-Burchard,
tp: titik awal penotolan, bp: batas pengembangan.
Harga Rf KLT satu arah isolat 2 :
No. Fase Gerak Harga Rf
tp bp Lampiran 13. Gambar kromatogram fraksi n-heksana daun gaharu dengan KLT
satu arah dari isolat ketiga menggunakan fase gerak yang berbeda
1 2 3 4
Keterangan: Fase diam: silika gel F254, penampak bercak: Liebermann-Burchard,
tp: titik awal penotolan, bp: batas pengembangan.
Harga Rf KLT satu arah isolat 3 :
No. Fase Gerak Harga Rf
tp
Lampiran 14. Gambar kromatogram KLT dua arah dari isolat 1 dengan fase gerak yang berbeda.
A2
A1
Keterangan: Fase diam: silika gel F254, penampak bercak: Liebermann–Burchard,
tp: titik pentotolan, A1: arah pengembangan pertama, A2: arah pengembangan kedua.
Harga Rf KLT dua arah isolat 1:
No. Fase Gerak Harga Rf
1. n-heksana-etilasetat (80:20) 0,60
tp
Lampiran 15. Gambar kromatogram KLT dua arah dari isolat 2 dengan fase gerak yang berbeda.
A2
A1
Keterangan: Fase diam: silika gel F254, penampak bercak: Liebermann–Burchard,
tp: titik pentotolan, A1: arah pengembangan pertama, A2: arah pengembangan kedua.
Harga Rf KLT dua arah isolat 2:
No. Fase Gerak Harga Rf
tp
A2
Lampiran 16. Gambar kromatogram KLT dua arah dari isolat 3 dengan fase gerak yang berbeda.
A1
Keterangan: Fase diam: silika gel F254, penampak bercak: Liebermann–Burchard,
tp: titik pentotolan, A1: arah pengembangan pertama, A2: arah pengembangan kedua.
Harga Rf KLT dua arah isolat 3:
No. Fase Gerak Harga Rf