Lampiran 2. Gambar tumbuhan jintan hitam (Nigella sativa L.).
Lampiran 4. Gambar mikroskopik penampang melintang biji jintan hitam dari Materia Medika Indonesia Jilid III (1979).
1
2 = Lapisan sel parenkim termampat
3 = lapisan sel berisi hablur berbentuk prisma 4 = Lapisan sel berbentuk palisade
5 = Lapisan sel parenkimatik 6 = Epidermis dalam
7 = Endosperm 8 = Embrio
Gambar mikroskopik serbuk simplisia biji jintan hitam (Nigellae sativae semen) dengan pembesaran 10 x 10.
Keterangan: 1 = Kulit biji
2 = Epidermis dalam terlihat tangensial 3 = Endosperm
Lampiran 5. Perhitungan pemeriksaan karakterisasi serbuk simplisia biji jintan hitam (Nigellaesativaesemen).
I. Perhitungan penetapan kadar air simplisia
Lampiran 5 (lanjutan)
II.Perhitungan penetapan kadar sari yang larut dalam air
Lampiran 5 (lanjutan)
III.Perhitungan penetapan kadar sari yang larut dalam etanol
Lampiran 5 (lanjutan)
IV. Perhitungan penetapan kadar abu total
Lampiran 5 (lanjutan)
V.Perhitungan penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam
1. % kadar abu tidak larut asam = 46,7391 g – 46,7211 g
Lampiran 6. Bagan ekstraksi serbuk simplisia biji jintan hitam (Nigellae sativaesemen) secara maserasi.
Serbuk Simplisia
Ampas Maserat I
Ditambah metanol dan dimaserasi selama 3 hari
Lampiran 7. Bagan isolasi alkaloida ekstrak metanol dengan metode
Ditambahkan NH4OH pH 9-10 dikocok dengan CHCl3 dan lapisan dipisahkan
Lapisan air
Ditambahkan HCl 2 N sama banyak dan pisahkan
Lapisan kloroform Lapisan asam Lapisan
kloroform
Ditambahkan NH4OH pH 9-10 dikocok dengan CHCl3 dan lapisan dipisahkan
Lapisan air
Ditambahkan HCl 2 N sama banyak dan pisahkan
Lapisan kloroform Lapisan asam
Ditambahkan NH4OH pH 9-10 dikocok dengan CHCl3 dan lapisan dipisahkan
Lapisan air Lapisan kloroform
Ekstrak kasar alkaloida
Lampiran 8. Gambar kromatogram ekstrak alkaloida kasar biji jintan hitam (Nigellae sativae semen) dengan beberapa perbandingan fase gerak.
Fase diam = plat pra lapis silika gel 60 F254, fase gerak=
kloroform-metanol-amonia dengan perbandingan 1 = (95:5:1), 2 = (90:10:1), 3 = (85:15:1), 4 = (80:20:1), 5 = (70:30:1), 6 = (60:40:1), penampak bercak = Dragendorff, tp = titik penotolan, bp = batas pengembang, 1= sebelum disemprot, 2 = sesudah disemprot.
Lampiran 9. Gambar kromatogram isolasi senyawa alkaloida secara KLT preparatif
1,0 bp
0,5
0,0 tp tp tp
Keterangan:
Fase diam = plat pra lapis silika gel 60 F254, fase gerak =
kloroform-metanol-amonia (85:15:1), penampak bercak = pereaksi Dragendorff, tp = titik penotolan, bp = batas pengembang.
Lampiran 10. Gambar kromatogram KLT satu arah dari isolat dengan fase gerak yang berbeda.
1,0 bp
0,5
0,0 tp tp
1 2 3 4
Keterangan:
Fase diam = plat pra lapis silika gel 60 F254, fase gerak 1 = kloroform-metanol-
amonia 1 = (90:10:1), 2 = (85:15:1), 3 = (80:20:1), 4 = (70:30:1), penampak bercak = Dragendorff, tp = titik penotolan, bp = batas pengembang.
Lampiran 11. Gambar kromatogram KLT dua arah dari isolat dengan fase gerak yang berbeda.
2
bp1
1
tp
bp2
Keterangan:
Fase diam = plat pra lapis silika gel 60 F254, fase gerak 1 = kloroform - metanol
- amonia 1 = (85:15:1), 2 = (70:30:1). penampak bercak = Dragendorff, tp = titik penotolan, bp1 = batas pengembang, bp2 = batas pengembang 2