• Tidak ada hasil yang ditemukan

HAZARD ANALYSIS AND CRITICAL CONTROL POINT PROSESPENGOLAHAN MONOSODIUM GLUTAMAT DI PT. AJINOMOTO INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HAZARD ANALYSIS AND CRITICAL CONTROL POINT PROSESPENGOLAHAN MONOSODIUM GLUTAMAT DI PT. AJINOMOTO INDONESIA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

238 HAZARD ANALYSIS AND CRITICAL CONTROL POINT PROSES

PENGOLAHAN MONOSODIUM GLUTAMAT

DI PT. AJINOMOTO INDONESIA

Hazard Analysis and Critical Control POINTProcessing Monosodium Glutamat in PT. Ajinomoto Indonesia

Singgih Setyo Utomo1, Riska Septifani2

1 Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian-Universitas Brawijaya

*Email: [email protected]

Abstrak

PT. Ajinomoto Indonesia merupakan salah satu perusahaan besar yang bergerak dibidang produksi Monosodium Glutamat (MSG). MSG digunakan sebagai penyedap masakan sehingga mempunyai cita rasa dan aroma yang kuat.Pada proses produksi kemungkinan adanya risiko bahaya yang tidak dapat diterima. Bahaya disini adalah segala macam aspek mata rantai produksi pangan yang tidak dapat diterima karena merupakan penyebab masalah keamanan pangan. (Sudarmaji, 2005). Penelitian ini bertujuan mengevaluasi penerapan (Hazard Analysis and Critical Control Point)HACCP pada proses produksi Monosodium Glutamat (MSG).langkah-langkah penerapan HACCP secara sistematis dalam 12 langkah, yang terdiri dari lima langkah awal persiapan dan diikuti dengan tujuh langkah berikutnya yang merupakan tujuh prinsip HACCP. Analisis data terdapat bahaya pada proses produksi serta tingkat keparahan. Setelah dilakukan identifikasi menggunakan pohon keputusan terdapat 2 Critical Control Point pada proses produksi MSGyaitu sterilisasi dan pengemasan. Kemudian dilakukan petapan titik kritis agar Critical Control Point ada dalam kendali. Kemudian dilakukan tahap pengawasan, koreksi dan verifikasi sehingga dapat disimpulkan pelaksanaan di PT. Ajinomoto Indonesia sudah cukup baik.Proses verifikasi yang dilakukan terhadap program HACCP pada proses produksi MSG adalah dengan melakukan pengecekan secara berkala secara internal maupun eksternal untuk mengontrol dan memastikan bahwa prosedur yang dilakukan secara keseluruhan berjalan efektif.

Kata kunci: Critical Control Point, Monosodium Glutamat, Proses Produksi.

PENDAHULUAN

Salah satu produk yang banyak dikonsumsi masyarakat adalahMonosodium

glutamat (MSG). MSG digunakan sebagai penyedap masakan sehingga mempunyai cita

rasa dan aroma yang kuat. Dosis MSG yang direkomendasikan (batas aman) oleh U.S Food and Drug Administration adalah sekitar 30 miligram per berat badan (Ardyanto, 2004). Misalnya manusia dengan berat badan 50kg, dosis MSG yang direkomendasikan adalah sekitar 1,5 gram/hari. PT. Ajinomoto Indonesia merupakan salah satu perusahaan besar yang bergerak dibidang produksi MSG.

MSG dibuat melalui proses fermentasi dari tetes gula (molases) oleh bakteri (Brevibacterium lactofermentum). Proses fermentasi ini, pertama-tama akan dihasilkan asam glutamat. (Praja, 2015). Senyawa utama yang terkandung dalam MSG adalah asam amino glutamat atau disebut juga L-asam glutamate (Nuraida et al., 2014). Asam glutamat terdiri dari 5 atom karbon dengan 2 gugus karboksil yang pada salah satu karbonnya berkaitan dengan NH2 yang menjadi ciri asam amino (Sukawan, 2008).

Pada proses produksi kemungkinan adanya risiko bahaya yang tidak dapat diterima. Bahaya disini adalah segala macam aspek mata rantai produksi pangan yang tidak dapat diterima karena merupakan penyebab masalah keamanan pangan. (Sudarmaji, 2005). Penelitian ini bertujuan mengevaluasi penerapan (Hazard Analysis and Critical Control

(2)

239 dagang Aji-No-Moto di PT. Ajinomoto Indonesia. Evaluasi tersebut dapat mengetahui kemungkinan adanya bahaya yang terjadi pada salah satu tahapan proses produksi dan memberikan saran terhadap penerapan sistem HACCP pada proses produksi MSG.

METODE PENELITIAN

Pengendalian mutu (quality control) merupakan bagian dari manajemen mutu yang difokuskan pada pemenuhan persyaratan mutu.Pengawasan secara menyeluruh mulai dari pengadaan bahan baku, proses produksi, produk antara, sampai produk akhir.

Pengendalian mutu ini dilakukan oleh seksi laboratorium pengawasan mutu yang berada

di bagian departemen QA&P.Mekanisme pengawasan mutu dilakukan dengan dua metode, yaitu inspeksi pusat (central inspection) dan inspeksi lapangan (floor inspection).Central inspection menangani pengendalian mutu bahan baku dan produk akhir, sedangkan floor inspection dilakukan pada produk selama proses.

Prosedur Penelitian

Langkah-langkah penerapan HACCP menurut Codex Alimentarius Commision (2001), telah menyusun pedoman implementasi HACCP dengan langkah-langkah penerapan secara sistematis dalam 12 langkah, yang terdiri dari lima langkah awal persiapan dan diikuti dengan tujuh langkah berikutnya yang merupakan tujuh prinsip HACCP.

Pre elementary step

1. Penyusunan tim HACCP

Jumlah Tim HACCP terdiri dari 5-6 orang dari berbagai bagian atau latar belakang keilmuan misalnya ahli mikrobiologi, sanitasi, ahli kimia, ahli rekayasa, bagian pembelian, bagian QA/QC dan lain sebagainnya (Lisyanti et al., 2009). Hal yang terpenting adalah mendapatkan anggota tim dengan komposisi keahlian yang benar sehingga dapat mengumpulkan dan mengevaluasi data-data teknis, serta mampu mengidentifikasikan bahaya dan mengidentifikasi Critical Control Point (CCP).Tim HACCP tersebut dibentuk oleh departemen Quality Assurance and Planning.

2. Penyusunan Diagram Alir

Diagram alir proses disusun dengan tujuan untuk menggambarkan keseluruhan proses produksi. Diagram alir proses ini selain bermanfaat untuk membantu tim HACCP dalam melaksanakan kerjanya, dapat juga berfungsi sebagai pedoman bagi orang atau lembaga lainnya yang ingin mengerti proses dan verifikasinya (Koswara, 2009). Penyusunan diagram alir proses pembuatan produk dilakukan dengan mencatat seluruh proses sejak diterimanya bahan baku sampai dengan dihasilkannya produk jadi dan penyimpanannya.

3. Identifikasi Penggunaan

Tim HACCP mengidentifikasi cara penggunaan produk oleh konsumen, cara penyajian, serta kelompok konsumen yang mengkonsumsi produk. Tujuan penggunaan produk harus didasarkan pada manfaat yang diharapkan dari produsen kepada konsumen produk tersebut. Penggunaan MSGsebagai bahan tambahan pangan yang ditambahkan ke dalam makanan dengan takaran secukupnya. Produk MSGini ditujukan untuk konsumsi umum dan memenuhi permintaan dari pihak pembeli.

(3)

240

Deskripsi mengenai produk disusun oleh tim HACCP. Deskripsi produk berisi penjelasan tentang bahan baku, komposisi, struktur fisik/kimia proses, kemasan, penyimpanan, distribusi, masa kadaluarsa dan labeling. Deskripsi ini untuk analisis bahaya yang meliputi identifikasi bahaya, analisis resiko dan tindakan pencegahannyaserta untuk

membantu pengembangan batas-batas kritis. (Dwiloka et al., 2013).

5. Kegiatan Verifikasi

Kegiatan verifikasi diagram alir proses produksi MSG dilakukan oleh tim HACCP yang telah terbentuk. Proses verifikasi diagram alir dilakukan dengan cara meninjau proses produksi secara langsung, melakukan koordinasi dengan operator produksi, dan melakukan pengujian sampel produk MSG untuk membuktikan ketepatan diagram alir. Apabila dalam penerapan di lapangan diagram alir tidak sesuai, maka dilakukan perbaikan terhadap diagram alir. Sebaliknya, apabila diagram alir telah sesuai di lapangan, maka digunakan sebagai bahan acuan penetapan langkah berikutnya yang merupakan prinsip-prinsip HACCP. Apabila terdapat ketidaksesuaian dari operator maka perlu dilakukan pelatihan dan sosialisasi pada operator.

Elementary Step

1. Analisa Bahaya (Prinsip 1)

Identifikasi dilakukan dengan mencatat semua kemungkinan bahaya yang berkaitan dengan setiap tahapan proses. Kemudian mengadakan suatu analisa bahaya serta menyarankan atau mempertimbangkan tindakan untuk mengendalikan bahaya-bahaya yang teridentifikasi agar bahaya dapat diminimalisir hingga batas-batas yang dapat diterima, sehingga produksi pangan tersebut dinyatakan aman.penentuan signifikansi bahaya dengan mempertimbangkan tingkat keparahan bahaya dan peluang terjadinya bahaya. Apabila bahaya dianggap signifikan maka perlu dilakukan analisis lanjutan yaitu penentuan Critical Control Point (CCP), 2. Identifikasi CCP (Prinsip 2)

Critical Control Point (CCP) ialah sebagai suatu titik lokasi, setiap langkah/tahap dalam proses, atau prosedur, apabila tidak terkendali (terawasi) dengan baik, kemungkinan dapat menimbulkan tidak amannya makanan, kerusakan, dan resiko kerugian ekonomi (Sudarmaji, 2005). Setiap tahapan atau proses ditentukan termasuk CCP atau tidak melalui pertimbangan tingkat resiko dan berdasarkan jawaban atas pertanyaan dari CCP decision tree.

3. Penetapan Batas Kritis (Prinsip 3)

Penentuan batas kritis setiap CCP dengan menetapkan batas kritis yang harus dicapai sebagai jaminan bahwa CCP berada dalam kendali. Penetapan batas kritis bertujuan untuk memisahkan kriteria batas bahaya yang dapat diterima dari yang tidak dapat diterima. Pada prinsip pertama dan kedua dalam HACCP hanya tiga proses yang diidentifikasi berpotensi terjadi penyimpangan yang dapat menimbulkan bahaya.

4. Sistem Pengawasan CCP (Prinsip 4)

Pemantauan berfungsi untuk menjamin agar batas kritis tidak terlampaui, menetapkan prosedur tindakan pemantauan CCP dan orang yang bertanggung jawab terhadap pemantauan. Pemantauan dapat dilakukan pada kondisi visual, melalui evaluasi sensori atau panca indera, pengukuran fisik, tes kimia dan pemeriksaan mikrobiologi.

(4)

241 Tindakan yang dilakukan jika terjadi penyimpangan terhadap batas kritis suatu CCP tergantung pada tingkat resiko produk pangan. Rincian tindakan koreksi program HACCP yang telah dilakukan perusahaan akan dicatat dan didokumentasikan untuk membantu mengidentifikasi masalah, sehingga tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah dapat efektif.

6. Prosedur Verifikasi (Prinsip 6)

Verifikasi merupakan tahapan yang penting dalam penyusunan rencana kerja dan pelaksanaan rencana HACCP. Catatan verifikasi pada rencana HACCP dan rekamannya, tinjauan terhadap penyimpangan produksi, kesesuaian dengan titik kendali kritis, inspeksi visual proses produksi, hasil pengujian atau audit dan penulisan laporan.

7. Penyimpanan Catatan dan Dokumentasi (Prinsip 7).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Produk

Deskripsi produk MSG PT. Ajinomoto Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Deskripsi produk MSG

No Kriteria Deskripsi

Keterangan

1 Nama produk Monosodium Glutamat 2 Nama dagang AJI-NO-MOTO

3 Bahan baku Cane Molases, Tepung tapioka, Beet molases

4 Asal Bahan Baku Pabrik Gula Jawa timur, Lampung, Impor mesir, Russia 5 Struktur kimia C5H804NNa

6 Penggunaan Bahan Tambahan Makanan

7 Pengemas Primer: Plastik bening dari bahan OPP (Oriented Polypropylene) dan Polyethyelen (PE)

8 Umur simpan 10 tahun

9 Spesifikasi Nama produk, nama perusahaan, alamat pabrik, kemasan, Berat bersih, kondisi penyimpanan, label bersih, cara penggunaan, tanggal produksi, dan komposisi bahan.

9 Pengguna Produk

Umum, Rumah makan, Industri, Hotel

Sumber: PT. Ajinomoto Indonesia (2016).

Identifikasi CCP (Prinsip 2)

(5)

242 Tabel 2. Pohon keputusan identifikasi Critical Control Point.

Proses Bahaya signifikasi

Pohon Keputusan P

1 P 2

P 3

P 4

CCP

Sterilisasi Biologi: kontaminasi mikroorganisme lain Kimia: bahan kimia lain selain medium

Fisik: masuknya bahan asing pada fermentasi

Y N Y N CCP 1

Pengemasan Fisik: cemaran serpihan logam

Y N Y N CCP 2

Sumber: PT. Ajinomoto Indonesia (2016)

Keterangan:

P1 : Apakah ada tindakan pencegahan?

P2 :Apakah langkah tersebut dibuat khusus untuk mengendalikan bahaya? P3 : Dapatkah kontaminasi terjadi?

P4 : Apakah langkah selanjutnya dapat mengendalikan bahaya? Y : Pernyataan “ya” dalam CCP

N : Pernyataan “tidak” dalam CCP

Secara keseluruhan proses produksi PT. Ajinomoto Indonesia berjalan dengan baik, tetapi diperlukan penetapan titik kendali kritis bahaya yang akan ditimbulkan selama proses produksi berlangsung. Didalam bagan keputusan CCP terdapat keterangan P1, P2, P3, P4 merupakan pertanyaan yang digunakan untuk mengetahui bahwa proses merupakan CCP atau bukan. Pohon keputusan dapat dilihat pada Gambar 1.Pada gambar tersebut terdapat keputusan “ya” atau “tidak” merupakan sebuah jawaban atas pertanyaan untuk mengidentifikasikan CCP atau bukan CCP.

(6)

243 Penetapan Batas Kritis (Prinsip 3)

Batas kritis akan memberikan suatu standar tingkat keamanan dari suatu produk. Jika tingkat batas kritis sesuai standar, maka munculnya suatu bahaya dapat dicegah. Batas kritis proses produksi MSG dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Penerapan batas kritis produk MSG.

No.CCP Langkah

Proses Batas Kritis

CCP 1 Sterilisasi Suhu: 120

Sistem Pengawasan CCP (Prinsip 4)

Pemantauan yang ideal harus memberikan informasi tepat pada waktunya, hal ini dilakukan untuk melaksanakan tindakan perbaikan sehingga produk yang mengalami kerusakan dapat terkendali dan apabila perlu dilakukan pemberhentian proses produksi. Tindakan pemantauan berdasarkan data primer dan sekunder yang diperoleh selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Tindakan pemantauan.

CCP Pemantauan (Prinsip 4)

What Where How When Who

Tindakan Koreksi (Prinsip 5)

(7)

244 tertulis bahwa makanan yang diproduksi aman untuk dikonsumsi dan mutunya bagus, benar-benar diikuti, informasi yang didapat melalui verifikasi harus dapat meningkatkan system HACCP (Mortimore dan Wallace, 2005). Catatan verifikasi pada rencana HACCP dan rekamannya, tinjauan terhadap penyimpangan produksi, kesesuaian dengan titik kendali kritis, inspeksi visual proses produksi, hasil pengujian atau audit dan penulisan laporan. Tindakan koreksi setiap CCP dapat dilihat pada Tabel 5.

Prosedur Verifikasi (Prinsip 6)

Proses verifikasi yang dilakukan terhadap program HACCP pada proses produksi MSG adalah dengan melakukan pengecekan secara berkala secara internal maupun eksternal untuk mengontrol dan memastikan bahwa prosedur yang dilakukan secara keseluruhan berjalan efektif. Prosedur verifikasi setiap CCP dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5Prosedur koreksi, verifikasi dan penyimpanan catatan Tahapan

Proses Prinsip 5 Prinsip 6 Prinsip 7

Tindakan

Koreksi Verifikasi Catatan

(8)

245 KESIMPULAN

Pada proses produksinya, PT. Ajinomoto Indonesia menggunakan 2 sistem, mulai dari treatment bahan baku sampai proses fermentasi menggunakan sistem batch sedangkan dari proses isolasi hingga purifikasi menggunakan sistem kontinyu. Pengendalian mutu yang dilakukan adalah pengendalian mutu bahan baku, proses dan produk akhir. Bedasarkan analisis data terdapat bahaya pada proses produksi serta tingkat keparahan. Setelah dilakukan identifikasi menggunakan pohon keputusan terdapat 2 Critical Control Point pada proses produksi MSGyaitu sterilisasi dan pengemasan. Kemudian dilakukan petapan titik kritis agar Critical Control Point ada dalam kendali. Kemudian dilakukan tahap pengawasan, koreksi dan verifikasi sehingga dapat disimpulkan pelaksanaan di PT. Ajinomoto Indonesia sudah cukup baik.

DAFTAR PUSTAKA

Ardyanto, T. 2004. MSG dan Kesehatan: Sejarah, Efek dan Kontroversinya. Jurnal Kesehatan. 1(16).

Dwiloka, B., Nurwantoro, dan Bhakti Etza S. 2013. Pengendalian dan Standarisasi Mutu Pangan. Undip Press, Semarang.

Koswara, S. 2009. HACCP Dan PenerapannyaPada Produk Bakeri. eBookPangan.com.

Lisyanti., N.S. Palupi dan D. Kadarisman. 2009. Evaluasi cara penerapan cara produksi yang baik (good manufacturing practices) dan penyusunan SSOP Industri Lidah Buaya di PT. Libe Bumi Abadi. Jurnal MP.I 4(1): 90 – 109.

Mortimore, S. dan C. Wallace. 2005. HACCP Sekilas Pandang. EGC, Jakarta.

Nuraida, L., Madaniyah, S., Andarwulan, N., D, Briawan, Hanifah, dan Zulaikhah. 2014. Free Glutamate Intake from Foods Among Adults: Case Study in Bogor and Jakarta. Jurnal Mutu Pangan. 1(2): 100-109.

Praja, D. 2015. Zat Aditif Makanan: Manfaat dan Bahayanya. Yogyakarta: Garudhawaca.

Sudarmaji. 2005. Analisis Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis. Jurnal Kesehatan Lingkungan 1(2)

Sukawan U. 2008. Efek toksik Monosodium Glutamat (MSG) pada binatang percobaan. 306-314.

Gambar

Tabel 2. Pohon keputusan identifikasi Critical Control Point.
Tabel 3. Penerapan batas kritis produk MSG.
Tabel 5Prosedur koreksi, verifikasi dan penyimpanan catatan Tahapan

Referensi

Dokumen terkait

Apakah tahapan dirancang spesifik untuk menghilangkan atau mengurangi bahaya yang mungkin terjadi sampai tingkatan yang dapat diterima. Apakah

Identifikasi titik kritis dalam produksi susu pasteurisasi tersebut digambarkan dalam Tabel 8, yang memperlihatkan bahwa personil yang terlibat dalam proses produksi juga

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa CCP pada ketiga UPI telah diindikasikan sebagai CCP, penerapan sistem pengawasan dan pengendalian mutu produk

Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh suatu industri pangan dengan penerapan sistem HACCP antara lain meningkatkan keamanan pangan pada produk makanan yang

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa CCP pada ketiga UPI telah diindikasikan sebagai CCP, penerapan sistem pengawasan dan pengendalian mutu produk

Bahaya A Kelompok makanan yang khusus, yaitu produk- produk tidak steril yang ditujukan untuk konsumsi populasi yang berisiko tinggi, misalnya untuk bayi, orang tua, atau yang

CCP adalah setiap titik termasuk bahan mentah, tahap atau prosedur pada suatu sistem produksi makanan yang jika tidak dikendalikan dapat. mengakibatkan risiko kesehatan yang tidak

Penerapan Hazard Analysis Critical Control Point HACCP pada proses pembuatan produk tahu memiliki 3 aspek kontrol penting CCP diantaranya penggilingan kacang kedelai, perebusan hasil