• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROBLEMA PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PROBLEMA PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI INDONESIA"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

PROBLEMA PENDIDIKAN

MULTIKULTURAL DI INDONESIA

(2)

Dalam Unit 4 ini Anda diharapkan: • 1) Mampu menjelaskan problema

kemasyarakatan Pendidikan Multikultural di Indonesia.

2) Mampu menjelaskan problema penyakit budaya: prasangka,

stereotip, etnosentrisme, rasisme, dan diskriminasi.

3) Mampu menjelaskan problema pembelajaran Pendidikan

(3)

Pendahuluan

Sejak lama seluruh bangsa Indonesia selalu

diingatkan untuk selalu hidup

berdampingan secara damai dalam

masyarakat yang beraneka suku, agama, ras, dan golongan.

Kita wajib mengerti, menghayati, dan

melaksanakan kehidupan bersama demi

(4)

Artinya kita selalu diingatkan untuk menghargai dan menghayati

perbedaan SARA sebagai unsur

utama yang mempersatukan bangsa ini dan tidak dijadikan alasan

(5)

Konfik sosial yang sering muncul sebagian disebabkan oleh

pengingkaran terhadap fakta

kemajemukan sehingga menyebabkan adanya konfik.

Kini dirasakan semakin perlunya

kebijakan multikultural yang memihak pada keragaman, ddengan harapan

masyarakat dapat mengelola

(6)

1. Problem Pendidikan

Multikultural di Indonesia

Pendidikan Multikultural di Indonesia memiliki keunikan yang tidak sama dengan problema yang dihadapi oleh negara lain.

Keunikan faktor-faktor geografs, demograf, sejarah dan kemajuan sosial ekonomi dapat menjadi

pemicu munculnya problema

(7)

Problema Kemasyarakatan

Pendidikan Multikultural di Indonesia

Beberapa peristiwa budaya yang

(8)

1)Keragaman Identitas Budaya Daerah

Keragaman budaya daerah:

- memperkaya khasanah budaya,

- menjadi modal yang berharga untuk membangun Indonesia yang

multikultural,

(9)

Penyebab dari konfik-konfik yang terjadi selama ini di Indonesia

dilatarbelakangi oleh adanya

keragaman identitas etnis, agama dan ras, misalnya peristiwa Sampit atau Lampung.

Mengapa ?

(10)

Keragaman yang ada harus diakui

sebagai sesuatu yang mesti ada dan dibiarkan tumbuh sewajarnya.

Diperlukan suatu manajemen konfik agar

potensi konfik dapat teratasi secara dini dan ditempuh langkah-langkah

pemecahannya, termasuk di dalamnya

(11)

Dengan adanya Pendidikan

Multikultural, diharapkan

(12)

2) Pergeseran Kekuasaan dari Pusat ke Daerah

Reformasi dan demokratisasi

Indonesia dihadapkan pada

tantangan baru yang beragam dan

sangat kompleks, terutama persoalan budaya.

Pergeseran kekuasaan dari pusat ke

(13)

Kebudayaan, sebagai sebuah

kekayaan bangsa, tidak dapat lagi diatur oleh kebijakan pusat,

melainkan berkembang dalam

konteks budaya lokal masing-masing. • Dapat dimanfaatkan untuk merebut

kekuasaan ataupun melanggengkan kekuasaan, termasuk isu

(14)

Konsep “putra daerah” untuk

(15)

3) Kurang Kokohnya Nasionalisme

Keragaman budaya membutuhkan

kekuatan yang menyatukan (“integrating force”) seluruh

komponen pluralitas negeri ini.

Pancasila sebagai pandangan hidup

bangsa, kepribadian nasional, dan ideologi negara merupakan harga

(16)

Saat ini Pancasila kurang mendapat perhatian dan kedudukan yang

semestinya sejak isu kedaerahan semakin semarak.

Persepsi yang keliru ini banyak dilakukan orang dengan

(17)

Kita sangat membutuhkan semangat nasionalisme yang kokoh untuk

meredam dan menghilangkan isu

(18)

4) Fanatisme Sempit

Fanatisme sempit, yang menganggap

bahwa kelompoknyalah yang paling benar, paling baik dan kelompok lain harus dimusuhi.

Gejala fanatisme sempit yang banyak

menimbulkan korban ini banyak terjadi di tanah air. Contoh: tawuran pada

pertandingan sepak bola; fanatisme

(19)

5) Konfik Kesatuan Nasional dan Multikultural

Ada tarik menarik antara

kepentingan kesatuan nasional dengan gerakan multikultural. • Contoh: Gerakan Aceh Merdeka;

(20)

6. Kesejahteraan Ekonomi yang Tidak Merata di antara Kelompok Budaya

Kejadian yang bernuansa SARA

seperti Sampit beberapa tahun yl. ternyata disebabkan oleh

kecemburuan sosial: warga

pendatang memiliki kehidupan sosial ekonomi yang lebih baik dari warga asli.

Pelaku demonstrasi bermotifkan upah beberapa lembar uang,

(21)

7. Keberpihakan yang salah dari Media Massa, khususnya televisi

swasta dalam memberitakan peristiwa.

Media massa tentu mempunyai

ideologi yang sangat dijunjung tinggi dan dihormati.

Persoalan kebebasan pers, otonomi, hak publik untuk mengetahui

hendaknya diimbangi dengan

(22)

Kasus perselingkuhan oknum pejabat pemerintah dengan artis yang

banyak dilansir media massa dan tidak mendapat “hukuman yang setimpal” baik dari segi hukum maupun sangsi kemasyarakatan

(23)

Media massa bisa menyebabkan masyarakat kurang menghormati

lembaga perkawinan, misalnya kasus seksual atau perceraian di antara

orang dewasa maupun muda.

Pameran kekayaan dan korupsi di

antara pejabat negara telah menjadi isu karena dapat mendidik orang

(24)

Tayangan televisi yang berisi kekerasan antar geng pemuda

(25)

Televisi sangat mempengaruhi opini publik dalam menyorot berbagai

(26)

Tugas:

Buatlah tiga (3) catatan peristiwa yang menunjukkan hal-hal yang dapat merugikan, menghambat, bahkan mengancam keberhasilan pendidikan multikultural di negeri kita.

Isi meliputi apa, kapan, di mana, bagaimana, dan dampak terhadap pendidikan multikultural. Dibuat

(27)

2. Problema Penyakit

Budaya

Prasangka Stereotip

Etnosentrisme Rasisme

Diskriminasi

(28)

Prasangka

Gordon Allport dalam bukunya, The

Nature of Prejudice (1954) mengartikan prasangka

(29)

Johnson (1986): prasangka adalah sikap

positif atau negatif berdasarkan keyakinan stereotip kita tentang anggota dari

kelompok tertentu.

John (1981): prasangka adalah sikap

antipati yang berlandaskan generalisasi yang salah dan tidak feksibel.

 orang yang berprasangka sudah bersikap curiga dan emosi memaksa kita untuk

menarik kesimpulan negatif tanpa

(30)

Akibatnya?

Bila prasangka sudah menghinggapi seseorang, orang tidak dapat berpikir logis dan obyektif dan segala apa

(31)

Prasangka negatif terhadap etnik merupakan sikap antipati yang

dilandasi oleh kekeliruan atau

generalisasi yang tidak feksibel,

hanya karena perasaan tertentu dan pengalaman yang salah.

Kesimpulan:

a. prasangka ada di dalam pikiran, sikap, pengertian, keyakinan dan bukan tindakan, sedangkan

(32)

b. Prasangka didasarkan atas sebab-sebab seperti :

- generalisasi yang keliru pada perasaan,

- stereotip antaretnik,

- kesadaran “in group” dan “out

group”, yaitu kesadaran akan ras “mereka” sebagai kelompok lain yang berbeda latar belakang

(33)

Stereotip

Stereotip merupakan salah satu bentuk prasangka antar etnik/ras.

Orang cenderung membuat kategori atas tampilan karakteristik perilaku orang lain berdasarkan kategori ras, jenis kelamin, kebangsaan, dan

(34)

Stereotip merupakan salah satu bentuk prasangka yang

menunjukkan perbedaan “kami” (in group) yang selalu dikaitkan dengan superioritas kelompok dan yang

cenderung mengevaluasi orang lain yang dipandang inferior, yaitu

(35)

Stereotip adalah pemberian sifat tertentu terhadap seseorang

berdasarkan kategori yang bersifat subyektif, hanya karena dia berasal dari kelompok yang lain. Pemberian sifat itu bisa sifat positif maupun

negatif.

Verdeber (1986): stereotip adalah sikap dan karakter yang dimiliki seseorang dalam menilai

karakteristik, sifat negatif maupun

positif orang lain, hanya berdasarkan keanggotaan orang itu pada

(36)

Allan G. Johnson (1986): stereotip adalah keyakinan seseorang untuk membuat generalisasi tentang sifat-sifat tertentu yang cenderung negatif tentang orang lain karena

dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman tertentu.

(37)

Hewstone dan Brown (1986)

mengemukakan dua aspek esensial dari stereotip:

a. generalisasi karakter atau sifat tertentu yang berkaitan dengan

perilaku, kebiasaan berperilaku, gender dan etnis. Misalnya, wanita Priangan itu suka bersolek.

b. bentuk atau sifat perilaku turun

temurun sehingga seolah-olah melekat pada semua anggota kelompok.

(38)

Pemberian stereotip merupakan gejala yang nampak alami dalam

proses hubungan antarras atau etnik sehingga tidak mungkin kita tidak

(39)

Etnosentrisme

Etnosentrisme adalah paham yang

pertama kali diperkenalkan oleh William Graham Summer (1906), seorang

antropolog yang beraliran interaksionisme.

Manusia pada dasarnya individualistis

yang cenderung mementingkan diri

sendiri, namun karena harus berhubungan dengan manusia lain, maka terbentuklah sifat hubungan yang antagonistik

(40)

Manusia cenderung berkelompok

dalam suatu kelompok yang disebut etnis atas dasar kesamaan adat

kebiasaan yang sama, yang

bersumber pada pola-pola tertentu. • Etnosentrisme adalah

kecenderungan untuk menetapkan

semua norma dan nilai budaya orang lain dengan standar budayanya

(41)

Rasisme

Kata ras berasal dari bahasa Perancis dan Italia “razza”, pertama kali

diperkenalkan Franqois Bernier, antropolog Perancis, untuk

(42)

Setelah itu, orang lalu menetapkan hierarkhi manusia berdasarkan

karakteristik fsik atas orang Eropah yang berkulit putih, yang

diasumsikan sebagai warga masyarakat kelas atas yang

berlawanan dengan orang Afrika

(43)

Ada ideologi rasial yang

berpandangan bahwa orang kulit putih mempunyai misi suci untuk menyelamatkan orang kulit hitam yang dianggap sangat primitif.

Hal tersebut menyebabkan adanya stratifkasi dalam berbagai bidang seperti bidang sosial, ekonomi,

politik, dimana orang kulit hitam

(44)

Pada abad 19, para ahli biologi

membuat klasifkasi ras atas tiga

kelompok: Kaukasoid, Negroid, dan Mongoloid.

Klasifkasi tsb. Berdasarkan faktor

(45)

Secara kultural, Carus

menghubungkan ciri ras dengan kondisi kultural.

Ada empat jenis ras: Eropah, Afrika, Mongol dan Amerika, yang berturut-turut mencerminkan siang hari

(46)

Diskriminasi

Jika prasangka mencakup sikap dan

keyakinan, maka diskriminasi mengarah pada tindakan.

Prasangka dan diskriminasi mempunyai

hubungan yang saling menguatkan, selama ada prasangka, di sana ada diskriminasi.

Tindakan diskriminasi biasanya dilakukan oleh

(47)
(48)

Kambing Hitam (

Scape

Goating)

Teori kambing hitam (scape goating) mengemukakan bahwa jika individu tidak bisa menerima perlakuan

tertentu yang tidak adil, maka

(49)

Pertanyaan:

Sebutkan beberapa problema

penyakit budaya di masyarakat kita yang perlu dihilangkan dengan

(50)

Problema Pembelajaran

Pendidikan Multikultural

Dalam kerangka strategi

pembelajaran, Pembelajaran

Berbasis Budaya dapat mendorong terjadinya proses imajinatif,

metaforik, berpikir kreatif dan sadar budaya. (Dikti, 2004: 5).

(51)

Permasalahan awal Pembelajaran Berbasis Budaya pada tahap

persiapan awal, antara lain:

1) guru kurang mengenal budayanya sendiri, budaya lokal maupun

budaya peserta didik;

2) rendahnya kemampuan guru dalam mempersiapkan peralatan yang

dapat merangsang minat, ingatan, dan pengenalan peserta didik

(52)

Keberagamaan budaya Indonesia dapat

menimbulkan masalah dalam proses

pembelajaran, terutama dalam kelas yang budaya etnis peserta didiknya sangat

beragam (Banks, 1997).

1) Masalah “seleksi dan integrasi isi” (content selection and integration) mata pelajaran.

Jalan keluar:

miliki pengetahuan, sikap, dan ketrampilan

yang diperlukan (baca satu buku yang

(53)

sensitifah dengan sikap, perilaku rasial Anda sendiri dan pernyataan yang Anda buat sekitar kelompok etnis di kelas.

berikan citra positif tentang berbagai kelompok etnis.

berikan sentuhan warisan budaya dan etnis Anda sendiri.

(54)

pandang siswa kelompok minoritas

Anda sebagai pemenang.

gunakan teknik belajar yang

kooperatif dan kerja kelompok untuk meningkatkan integrasi ras dan etnis di sekolah dan di kelas.

yakinkan bahwa berbagai kelompok

(55)

3) Masalah “kesetaraan pedagogy” (equity paedagogy), yag muncul

apabila guru terlalu banyak memakai budaya etnis atau kelompok tertentu dan (secara tidak sadar) menafkan budaya kelompok lain.

Guru harus memiliki “khasanah

budaya” mengenai berbagai unsur budaya dalam tema tertentu,

(56)

a. Sastra Hikayat Rakyat dengan tema durhaka. Contoh; Malin Kundang

(Minangkabau), Tangkuban Perahu (Sunda), Roro Jonggrang

(Yogyakarta).

b. Obat-obatan : jamu (Jawa), minyak kayu putih (Maluku).

c. Tekstil/tenun : batik (Jawa), kain ikat (Nusa Tenggara), songket (Melayu

(57)

d. Perahu Layar: Phinisi

(Bugis-Makasar), Cadik (Madura), Lancang Kuning (Melayu).

e. Seni teater: Ludruk (Jawa Timur),

Wayang Wong (Jawa Tengah), Lenong (Betawi), Ketoprak (Yogyakarta).

f. Tokoh Pahlawan: Dewi Sartika

(58)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) guru sejarah memiliki persepsi sangat baik tentang pendidikan multikultural; (2) perencanaan pembelajaran sejarah yang

Adapun pentingnya pendidikan multikultural di Indonesia yaitu sebagai sarana alternatif pemecahan konflik, peserta didik diharapkan tidak meninggalkan akar budayanya,

Pendidikan Islam multikultural merupakan pengembangan dari prinsip pendidikan multikultural yang mengadopsi dari nilai yang terkandung dalam sumber rujukan Islam,

Untuk itu dipandang sangat penting memberikan porsi pendidikan multikultural sebagai wacana baru dalam sistem pendidikan di Indonesia terutama agar peserta didik memiliki kepekaan

sama lainnya, dan memiliki akhlak yang baik dengan bertaqwa. Implementasi nilai-nilai pendidikan multikultural dalam pendidikan. Islam. Implementasi pendidikan mencakup tiga

Dalam konteks Indonesia, yang dikenal dengan muatan yang sarat kemajemukan, maka pendidikan multikultural menjadi sangat strategis untuk dapat mengelola kemajemukan secara

pendidikan multikultural adalah pendidikan yang baik untuk seluruh siswa, tanpa memandang latar belakangnya. Konsep multikulturalisme menekankan pentingnya memandang

"PENANAMAN PENDIDIKAN NILAI-NILAI MULTIKULTURAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH KELAS XI DI SMA ISLAM BAWARI PONTIANAK", Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa JPPK, 2022