• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan Regulasi dan Standar Akuntansi Pemerintah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Perkembangan Regulasi dan Standar Akuntansi Pemerintah"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Perkembangan Regulasi dan Standar Akuntansi Pemerintah

Kebutuhan Regulasi dan Standar di Sektor Publik

Pada zaman sekarang ini, informasi memilki peranan penting bagi kita semua. Informasi merupakan sarana komunikasi yang efektif antara anggota masrakat dengan anggota masyarakat lainnya atau anatara suatu entitas dengan masyarakat sekitarnya. Dalam seperti ini, penyediaan informasi yang akan menciptakan transparansi dan pada gilirannya akan mewujudkan akuntabilitas publik.

Akuntabilitas publik terjadi jika informasi yang diberikan dapat diterima dan dimengerti secara meluas di masyarakat. Dengan latar belakang apapun, mereka dapat memberikan keputusan dari informasi tersebut.Sehingga, informasi tersebut haruslah memilki standar yang menyeluruh agar terjadi suatu keseragaman bentuk informasi.

Informasi akuntansi memiliki standar akuntansi yang disebut Prisnsip akuntansi yang Berlaku Umum-PABU ( Generally Accepted Accounting Principles-GAAP ). Berlaku umum ini maksudnya informasi akuntansi suatu perusahaan bias dimengerti oleh siapapun dengan latar belakang apa pun. Sehingga, informasi ini berguna bagi investor, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok, kreditor lainnya, pemerintah, dan lembaga-lembaganya, serta masyarakat.

Akuntansi sector publik memiliki standar yang sedikit berbeda dengan akuntansi biasa. Karena, akuntansi biasa belum mencakup pertanggungjawaban kepada masyarakat yang ada di sektor publik.

Ikatan Akuntansi Indonesia sebenarnya telah memasukan standar untuk organisasi nirlaba di Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Standar ini tercantum pada PSAK nomor 45 tentang organisasi nirlaba. Namun, standar ini belum mengakomodasi praktik-praktik lembaga pemerintahan ataupun organisasi nirlaba yang dimilikinya. Karna itu, pemerintah mencoba menyusun suatu standar yang disebut dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).

Standar akuntansi sektor publik juga telah diatur secara internasional. Organisasi yang merancang standar ini adalah International Federation of Accountants-IFAC (Federasi Auntan Internasional). Mereka membuat suatu standar akuntansi sector publik yang disebut Internation Public Sector Accounting Standards-IPSAS ( Standar Internasional Akuntansi Sektor Publik ). Standar ini menjadi pedoman bagi perancangan standar akuntansi pemerintahan di setiap Negara di dunia.

Perkembangan Peraturan Perundangan di Sektor Publik

Kebutuhan atas standar akuntansu sektor publik terus berkembang akibat kedinamisan regulasi pemerintah. Kedinamisan ini ditandai dengan pelaksanaan otonomi daerah dan reformasi keuangan.

Otonomi daerah berlaku akibat Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah. UU ini menjelaskan bahwa pemerintah melaksanakan otonomi daerah dalam rangka penyelenggaraan urusan pemeirntah yang lebih efisien, efektif, dan bertanggun jawab. UU ini mulai berlaku sejak tahun 2001.

Lalu, pemerintah merasa UU Nomor 22 Tahun 1999 tidak lagi sesuai dengan perkembangan yang ada. Oleh karena itu, pemerintah mengeluarkan UU baru, yaitu :

1. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

2. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimabangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Undang-undang di atas menjadikan pedoman pelaksanaan otonomi daerah lebih jelas dan terperinci, khusunya tentang pengelolaan keuangan daerah dan pertanggungjawaban.

Perubahan undang-undang tersebut merupakan salah satu hal yang signifikan dalam perkembangan otonomi daerah. Perubahan itu sendiri dilandasi oleh beberapa hal, antara lain :

1. Adanya semangan desentralisasi yang menekankan pada upaya efektivitas dan efisiensi pengelolaan sumber daya daerah.

2. Adanya semangat tata kelola yang baik (good governance).

3. Adanya konsekuensi berupa penyerahan urusan dan pendanaan ( money follows function ) yang mengatur hak dan kewajiban daerah terkait dengan keuangan daerah.

(2)

Peraturan perundangan terus bergerak dinamis khususnya Peraturan Pemerintahan (PP) sebagai turunan berbagai undang-undang di atas, antara lain :

1. PP Nomor 23 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum 2. PP Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. 3. PP Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah.

4. PP Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan.

5. PP Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah. 6. PP Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah kepada Daerah.

7. PP Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengeloalaan Keuangan Daerah.

8. PP Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal

Pemerintah adalah organisasi yang memiliki kekuasaan untuk membuat dan menerapkan hukum serta undang-undang di wilayah tertentu. Ada beberapa definisi mengenai sistem pemerintahan. Sama halnya, terdapat bermacam-macam jenis pemerintahan di dunia. Sebagai contoh: Republik, Monarki / Kerajaan, Persemakmuran (Commonwealth). Dari bentuk-bentuk utama tersebut, terdapat beragam cabang, seperti: Monarki

Konstitusional, Demokrasi, dan Monarki Absolut / Mutlak.

Suatu pemerintahan atau kepemerintahan yang Transparan (terbuka),yaitu suatu system pemerintahan yang di dalam penyelenggaraan kepemerintahannya terdapat kebebasan aliran informasi dalam berbagai proses kelembagaan sehingga mudah diakses oleh mereka yang membutuhkan.

Berbagai informasi telah disediakan secara memadai dan mudah dimengerti, sehingga dapat digunakan sebagai alat monitoring dan evaluasi.

Kepemerintahan yang tidak transparan, cepat atau lambat cendrung akan menuju kepemerintahan yang korup, otoriter, atau diktatur.

Dalam penyelenggaraan Negara, pemerintah dituntut bersikap terbuka terhadap kebijakan-kebijakan yang dibuatnya termasuk anggaran yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kebijakan tersebut. Sehingga mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi terhadap kebijakan tersebut pemerintah dituntut bersikap terbuka dalam rangka ”akuntabilitas public”.

Realitasnya kadang kebijakan yang dibuat pemerintah dalam hal pelaksanaannya kurang bersikap transparan, sehingga berdampak pada rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap setiap kebijakan yang dibuat

pemerintah.

Transparansi adalah prinsip menciptakan kepercayaan timbal-balik antara pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan didalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai. Informasi adalah suatu kebutuhan penting masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengelolaan daerah. Berkaitan dengan hal tersebut pemerintah daerah perlu proaktif memberikan informasi lengkap tentang kebijakan dan layanan yang disediakannya kepada masyarakat.

Pemerintah daerah seharusnya perlu menyiapkan kebijakan yang jelas tentang cara mendapatkan informasi. Kebijakan ini akan memperjelas bentuk informasi yang dapat diakses masyarakat ataupun bentuk informasi yang bersifat rahasia, bagaimana cara mendapatkan informasi, lama waktu mendapatkan informasi serta prosedur pengaduan apabila informasi tidak sampai kepada masyarakat.

Instrumen dasar dari transparansi adalah peraturan yang menjamin hak untuk mendapatkan informasi, sedangkan instrumen pendukung adalah fasilitas database dan sarana informasi dan komunikasi dan petunjuk penyebarluasan produk-produk dan informasi yang ada di penyelenggara pemerintah, maupun prosedur pengaduan. Untuk itu adanya Perda Transparansi adalah sebagai produk hukum yang memberikan jaminan untuk mengatur tentang hak memperoleh akses dan penyebar luasan informasi kepada publik. Apalagi transparansi memang telah menjadi semacam suatu etika pergaulan internasional yang mesti ada untuk menjamin integritas dan keberlangsungan demokratisasi.

(3)

jelas dan dapat diikhtisarkan melalui proses informasi dimana kita bisa melihat segala yang terjadi dan terdapat di dalam ruang entitas itu, yakni entitas pemerintah.

Dengan adanya transparansi pemerintahan yang ditunjang dengan payung hukumnya yang jelas maka akan menambah wawasan dan pengetahuan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan. Meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan, maka akan menjamin meningkatnya jumlah masyarakat yang berpartisipasi dalam pembangunan daerahnya dan akan dapat meminimalisir berkurangnya

pelanggaran/penyimpangan dalam pengelolaan pemerintahan.

ASAS – ASAS PEMERINTAHAN YANG TRANSPARAN

Tap MPR No. XI/MPR/1998 yang kemudian diatur dalam UU RI Nomor 28 tahun 1999 Pasal 3 menegnai Asas-asas hukum Penyelenggaraan Negara, diantaranya, meliputi Asas-asas keterbukaan atau transparansi. Keterbukaan atau transparansi adalah asas yang membuka diri terhadap masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan Negara dengan teta memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi,golongan, dan rahasia Negara.

Selain asas tersebut, ada pula asas-asas lain yang mengatur tentang penyelenggaraan pemerintahan yang transparan. Antara lain :

1. Asas kepastian hukum : adalah asas dalam Negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan perundang – undangan , kepatutan, dan keadilan didalam setiap kebijkan penyelenggaraan Negara.

2. Asas tertib penyelenggaraan : adalah asas yang menjadi landasan keteraturan, keserasian, dan keseimbangan dalam pengendalian penyelenggaraan Negara.

3. Asas kepentingan hukum : adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan rakyat dan kewajiban penyelenggaraan Negara.

4. Asas Proporsionalitas : adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban penyelenggaraan Negara.

5. Asas perofesionalitas : adalah asas yang mengutamakan keahlian berlandaskan pada kode etik dan ketentuan peraturan perundang – undangan yang berlaku.

6. Asas akuntansibilitas :adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggaraan Negara harus dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi Negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan yang berlaku.

Akuntabilitas publik adalah kewajiban pihak pemegang amanah untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada pihak yang memberikan amanah.

Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu: akuntabilitas vertikal (vertical accountability), dan akuntabilitas horizontal (horizontal accountability).

Vertical accountability adalah pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi, misalnya pertanggungjawaban unit-unit kerja (dinas) kepada pemerintah daerah, kemudian pemerintah daerah kepada pemerintah pusat, pemerintah pusat kepada MPR.

Horizontal accountability adalah pertanggungjawaban kepada masyarakat luas.

(4)

Akuntabilitas publik yang dilakukan organisasi sektor publik terdiri atas empat dimensi akuntabilitas yang mesti dipenuhi organisasi sektor publik (Ellwood, 1993).

1. Accountability for probity and legality (akuntabilitas kejujuran dan hukum). Akuntabilitas hukum terkait dengan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang diterapkan.

2. Process accountability (akuntabilitas proses).

Akuntabilitas proses terkait dengan apakah prosedur yang digunakan dalam melaksanakan tugas sudah cukup baik dalam hal kecukupan sistem informasi akuntansi, sistem informasi manajemen, dan prosedur administrasi. Akuntabilitas ini diterjemahkan melalui pemberian pelayanan publik yang cepat, responsif, dan murah biaya. Pengawasan dan pemeriksaan dapat dilakukan terhadap akuntabilitas proses, untuk dapat menghindari kolusi, korupsi dan nepotisme.

1. Program accountability, akuntabilitas program, untuk pertimbangan apakah tujuan yang ditetapkan dapat tercapai, dan apakah ada alternatif program lain yang memberikan hasil maksimal dengan biaya minimal.

2. Policy accountability (akuntabilitas kebijakan).

Terkait dengan pertanggungjawaban pemerintah atas kebijakan yang diambil terhadap DPR/DPRD dan masyarakat luas.

Setelah sebelumnya membahas tentang regulasi dan standar Akuntansi Sektor Publik di Indonesia. Postingan kali ini, akan membahas tentang regulasi dan standar internasional Akuntansi Sektor Publik.

Saat ini, banyak entitas yang termasuk dalam kategori organisasi sektor publik yang telah mengimplementasikan akuntansi dalam sistem keuangannya. Akan tetapi, praktik akuntansi yang dilakukan oleh entitas-entitas tersebut memiliki banyak perbedaan khususnya dalam proses pelaporan keuangan. Hal tersebut sangat dimungkinkan oleh belum banyaknya pemerintah suatu negara yang menerbitkan standar baku akuntansi untuk mengatur praktik akuntansi bagi organisasi sektor publik.

Berdasarkan kebutuhan tersebut, International Federation of Accountants-IFAC (Federasi Akuntan Internasional) membentuk sebuah komite khusus yang bertugas menyusun sebuah standar akuntansi bagi organisasi sektor publik yang berlaku secara internasional yang kemudian disebut International Public Sector Accounting Standards-IPSAS (Standar Internasional Akuntansi Sektor Publik). Dalam pelaksanaannya, komite tersebut tidak hanya menyusun standar tetapi juga membuat program yang sistematis yang mendorong aplikasi IPSAS oleh entitas-entitas publik di seluruh dunia.

IPSAS meliputi serangkaian standar yang dikembangkan untuk basis akrual (accrual basis), namun juga terdapat suatu bagian IPSAS yang terpisah guna merinci kebutuhan untuk basis kas (cash basis). Dalam hal ini, IPSAS dapat diadopsi oleh organisasi sektor publik yang sedang dalam proses perubahan dari cash basis ke accrual basis. Jika demikian, maka organisasi sektor publik yang telah memutuskan untuk mengadopsi basis akrual menurut IPSAS, harus mengikuti ketentuan waktu mengenai masa transisi dari basis kas ke basis akrual yang diatur oleh IPSAS.

Pada akhirnya, cakupan yang diatur dalam IPSAS meliputi seluruh organisasi sektor publik termasuk juga lembaga pemerintahan baik pemerintah pusat, pemerintah regional (provinsi), pemerintah daerah (kabupaten/kota), dan komponen-komponen kerjanya (dinas-dinas).

International Federation of Accountants (IFAC) yang didirikan di Munich pada tahun1977, merupakan federasi dan organisasi akuntan internasional. Standar akuntansi yang diterbitkan IFAC juga tetap menunjukkan bahwa sector bisnis dan sector public tetap berbeda. Hal ini diwujudkan dalam pembentukan dua badan penyusun standar yang terpisah yaitu IASB yang menyusun standar untuk sector bisnis sedangkan untuk sector public adaIPSASB. IASB menerbitkan IAS sedangkan IPSASB menerbitkan IPSAS.

 Mengacu pada International Accounting Standards (IAS / IFRS)

 IPSAS bukan untuk mengganti standar yang ada di suatu negara, tapi untuk mengembangkan atau merevisi standar yang ada

 IPSAS dikembangkan menurut basis akrual (sebelum revisi)IPSAS yang diterbitkan oleh IPSASB terkait dengan pelaporan keuangan sektor publik, baik untuk yang masih menganut basis kas (cash basis) maupun yang telah mengadopsi basis akrual (accrual basis).

(5)

Dalam edisi revisi, ED 27 dianut dua basis yaitu basis akrual dan juga basis kas. Sebagaimana dinyatakan dalam paragraph 2 “An entity that prepares and presents general purpose financial statements under accrual or cash basis of accounting in accordance

with….” Selanjutnya dalam paragraph 4 dinyatakan jika basis akrual yang digunakan maka harus dibaca berkaitan dengan IPSAS sedangkan jika digunakan basis kas maka standar harus dibaca dalam konteks IPSAS basis kas (The Cash Basis IPSAS, “Financial Reporting Under the Cash Basis of Accounting”).

Menurut IPSAS, laporan keuangan akrual secara umum setidaknya terdiri dari :  Statement of Financial Position (neraca)

 Statement of Financial Performance (Laporan Kinerja Keuangan)

 Statement of Changes In Net Assets / Equity (Laporan Perubahan dalam AsetBersih.Ekuitas)  Cash Flow Statement (Laporan Arus Kas)

Accounting Policies and Notes to The Financial Statements (Catatan atasKebijakan Akuntansi dan Catatan atas Laporan Keuangan) Sampai tahun 2010, standar akuntansi sector public yang telah dikeluarkan oleh IPSASB, yang dikenal dengan nama International Public Sector Accounting Standards(IPSAS), yaitu :  IPSAS 1 Presentation of Financial Statements

 IPSAS 2 Cash Flow Statements

 IPSAS 3 Accounting Policies, Changes in Accounting Estimates and Errors  IPSAS 4 The Effects of Changes in Foreign Exchange Rates

 IPSAS 5 Borrowing Costs

 IPSAS 6 Consolidated and Separate Financial Statements  IPSAS 7 Investments in Associates

 IPSAS 8 Interests in Joint Ventures

 IPSAS 9 Revenue from Exchange Transactions

 IPSAS 10 Financial Reporting in Hyperinflationary Economies  IPSAS 11 Construction Contracts

 IPSAS 12 Inventories  IPSAS 13 Leases

 IPSAS 14 Events After the Reporting Date

 IPSAS 15 Financial Instruments: Disclosure and Presentation  IPSAS 16 Investment Property

 IPSAS 17 Property, Plant, and Equipment  IPSAS 18 Segment Reporting

 IPSAS 19 Provisions, Contingent Liabilities and Contingent Assets  IPSAS 20 Related Party Disclosures

 IPSAS 21 Impairment of Non-Cash-Generating Assets

 IPSAS 22 Disclosure of Information about the General Government Sector (IFAC, 2010)  IPSAS 23 Revenue from Non-Exchange Transactions (Taxes and Transfers)

 IPSAS 24 Presentation of Budget Information in Financial Statements  IPSAS 25 Employee Benefits

 IPSAS 26 Impairment of Cash-Generating Assets  IPSAS 27 Agriculture

 IPSAS 28 Financial Instruments: Presentation

 IPSAS 29 Financial Instruments: Recognition and Measurement  IPSAS 30 Financial Instruments: Disclosures

 IPSAS 31 Intangible Assets. (IFAC, 2010)

Komponen laporan keuangan akuntansi pemerintahan berbasis akrual (IPSAS) diPerancis, yaitu :  Neraca (Balance Sheet/Statement of Financial Position)

 Laporan Surplus/Defisit (Surplus Deficit Statement: A Net Expense Statement, NetSovereign Revenues Statement, A Net Operating Surplus/Deficit Statement For ThePeriod)

 Laporan Arus Kas (Cash Flow Statement)

 Catatan atas Laporan Keuangan (Note to The Financial Statement) Komponen laporan keuangan IPSAS di Swedia, yaitu :  Neraca (Balance Sheet/Statement of Financial Position)

 Laporan Kinerja Keuangan (Statement of Financial Performance)  Laporan Arus Kas (Cash Flow Statement)

(6)

 Catatan atas Laporan Keuangan (Note to The Financial Statement)

IAI PSAK 45 >> organisasi nirlaba Pemerintah >> Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah (PSAP) IFAC >>

International Public Sector Accounting Standards (IPSAS) USA >> GASB dan FASAB International Federation of Accountants (IFAC) yang didirikan di Munich pada tahun 1977, merupakan federasi dan organisasi akuntan internasional. Standar akuntansi yang diterbitkan IFAC juga tetap menunjukkan bahwa sector bisnis dan sector public tetap berbeda. Hal ini diwujudkan dalam pembentukan dua badan penyusun standar yang terpisah yaitu IASB yang menyusun standar untuk sector bisnis sedangkan untuk sector public ada IPSASB. IASB menerbitkan IAS sedangkan IPSASB menerbitkan IPSAS. · Mengacu pada International Accounting Standards (IAS / IFRS) · IPSAS bukan untuk mengganti standar yang ada di suatu negara, tapi untuk mengembangkan atau merevisi standar yang ada · IPSAS dikembangkan menurut basis akrual (sebelum revisi) IPSAS yang diterbitkan oleh IPSASB terkait dengan pelaporan keuangan sektor publik, baik untuk yang masih menganut basis kas (cash basis) maupun yang telah mengadopsi basis akrual (accrual basis). IPSAS yang berbasis akrual dikembangkan dengan mengacu kepada International Financial Reporting Standards (IFRS), standar akuntansi bisnis yang diterbitkan oleh International Accounting Standards Board (IASB), sepanjang ketentuan-ketentuan di dalam IFRS dapat diterapkan di sektor publik. Meskipun demikian, IPSASB tetap memperhatikan isu-isu yang spesifik di sektor publik yang tidak tercakup di dalam IFRS. Dalam edisi revisi, ED 27 dianut dua basis yaitu basis akrual dan juga basis kas. Sebagaimana

dinyatakan dalam paragraph 2 “An entity that prepares and presents general purpose financial statements under accrual or cash basis of accounting in accordance with….” Selan

jutnya dalam paragraph 4 dinyatakan jika basis akrual yang digunakan maka harus dibaca berkaitan dengan IPSAS sedangkan jika digunakan basis kas maka standar harus dibaca dalam konteks IPSAS basis

kas (The Cash Basis IPSAS, “Financial Reporting Under the Cash Basis of Accounting”).

Menurut IPSAS, laporan keuangan akrual secara umum setidaknya terdiri dari : 1. Statement of Financial Position (neraca) 2. Statement of Financial Performance (Laporan Kinerja Keuangan) 3. Statement of Changes In Net Assets / Equity (Laporan Perubahan dalam Aset Bersih.Ekuitas) 4. Cash Flow Statement (Laporan Arus Kas) 5. Accounting Policies and Notes to The Financial Statements (Catatan atas Kebijakan Akuntansi dan Catatan atas Laporan Keuangan) Diadopsinya IPSAS oleh pemerintah di berbagai negara diharapkan akan meningkatkan kualitas dan daya banding informasi keuangan yang dilaporkan entitas-entitas sektor publik di seluruh dunia. Dalam mendorong pengadopsian dan harmonisasi ketentuan-ketentuan akuntansi sektor publik di berbagai negara dengan IPSAS, IPSASB menghormati hak pemerintah dan penyusun standar di tingkat nasional dalam menetapkan standar dan pedoman pelaporan keuangan di dalam jurisdiksi mereka masing-masing. Meskipun demikian, laporan keuangan sektor publik hanya boleh mengklaim telah mematuhi IPSAS jika laporan keuangan itu memenuhi semua ketentuan yang berlaku di dalam masing-masing standar. Standar akuntansi sektor publik yang telah dihasilkan oleh IPSASB hingga tahun 2010 ini adalah: 1. IPSAS 1

Presentation of Financial Statements 2. IPSAS 2 —

Cash Flow Statements 3. IPSAS 3 —

Accounting Policies, Changes in Accounting Estimates and Errors

4. IPSAS 4 —

The Effects of Changes in Foreign Exchange Rates 5. IPSAS 5 —

Borrowing Costs 6. IPSAS 6 —

Consolidated and Separate Financial Statements 7. IPSAS 7 —

Investments in Associates 8. IPSAS 8 —

Interests in Joint Ventures 9. IPSAS 9 —

Revenue from Exchange Transactions 10. IPSAS 10 —

Financial Reporting in Hyperinflationary Economies 11. IPSAS 11 —

Construction Contracts 12. IPSAS 12 —

(7)

Leases 14. IPSAS 14 —

Events After the Reporting Date 15. IPSAS 15 —

Financial Instruments: Disclosure and Presentation 16. IPSAS 16 —

Investment Property 17. IPSAS 17 —

Property, Plant, and Equipment 18. IPSAS 18 —

Segment Reporting 19. IPSAS 19 —

Provisions, Contingent Liabilities and Contingent Assets 20. IPSAS 20 —

Related Party Disclosures 21. IPSAS 21 —

Impairment of Non-Cash-Generating Assets 22. IPSAS 22 —

Disclosure of Information about the General Government Sector (IFAC, 2010) 23. IPSAS 23 —

Revenue from Non-Exchange Transactions (Taxes and Transfers) 24. IPSAS 24 —

Presentation of Budget Information in Financial Statements 25. IPSAS 25 —

Employee Benefits 26. IPSAS 26 —

Impairment of Cash-Generating Assets 27. IPSAS 27 —

Agriculture 28. IPSAS 28 —

Financial Instruments: Presentation 29. IPSAS 29 —

Financial Instruments: Recognition and Measurement 30. IPSAS 30 —

Financial Instruments: Disclosures 31. IPSAS 31 —

Intangible Assets. (IFAC, 2010) Komponen laporan keuangan akuntansi pemerintahan berbasis akrual (IPSAS) di Perancis, yaitu : Ø Neraca (Balance Sheet/Statement of Financial Position) Ø Laporan Surplus/Defisit (Surplus Deficit Statement: A Net Expense Statement, Net Sovereign Revenues Statement, A Net Operating Surplus/Deficit Statement For The Period) Ø Laporan Arus Kas (Cash Flow Statement) Ø Catatan atas Laporan Keuangan (Note to The Financial Statement) Komponen laporan keuangan IPSAS di Swedia, yaitu : Ø Neraca (Balance Sheet/Statement of Financial Position) Ø Laporan Kinerja Keuangan (Statement of Financial Performance) Ø Laporan Arus Kas (Cash Flow Statement) Ø Laporan Apropriasi (Appropriation Statement) Ø Laporan Kinerja (Performance Report) Ø Catatan atas laporan keuangan ( note of financial statement) Laporan Keuangan Pemerintah (US) Comprehensive Annual Financial Report (CAFR) -- recommended, but not mandatory 1. Introductory section 2. Financial section 3. Statistical section

Referensi

Dokumen terkait

Prinsip kerja rem tromol dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Pada rem tromol, kekuatan tenaga pengereman diperoleh dari sepatu rem yang diam menekan permukaan tromol

Pada masa goresan (2-3 tahun) anak yang normal memiliki kemampuan memegang alat gambar dan mencoret-coret karya pada bidang gambar yang disediakan, dan

*ensari (200'!, yang menyatakan bah/a proses pengangkutan air dan zat-zat terlarut hingga sampai kedaun pada tumbuhan dipengaruhi oleh daya kapilaritas, yaitu pembuluh $ilem yang

Apabila tanggapan dari entitas yang diperiksa bertentangan dengan temuan dan simpulan dalam laporan hasil pemeriksaan dan menurut pemeriksa, tanggapan tersebut

Kesimpulan dari penelitian ini adalah faktor produksi modal (K) mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat pendapatan petani di Indonesia pada α =5%, faktor

Bahwa dengan demikian Terdakwa telah meninggalkan dinas Kesatuan Yonif 756/WMS tanpa ijin yang sah dari Danyonif 756/WMS atau atasan lain yang berwenang sejak

The results of the estimation show that the uncertainty variable is not significantly related to the growth of consumption which signifies that Indonesian households do not

Potensi biomassa atau cangkang sawit di Sumatera Selatan cukup besar sehingga dapat dijadikan sebagai bahan bakar alternatif pada industri karet. Penggunaan biomassa di industri