• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR - Makalah fiqh Muamalah Istishna dan salam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KATA PENGANTAR - Makalah fiqh Muamalah Istishna dan salam"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

SALAM DAN ISTISHNÂ’

Praktek Penerapan Dalam Bank BTN Syariah Cabang Malang dan Kajian Dalam Fiqh Muamalah

MAKALAH

Dibuat dalam rangka memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqh Muamalah II Semester III Tahun Akademik 2014-2015 Jurusan Hukum Bisnis Syariah Fakultas

Syariah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Dosen

Dr. H. Abbas Arfan, Lc.,M.H.

Oleh KELOMPOK 9

Ali Nahrowi : 13220214

Herri Sutrisno : 13220212 Muhammad Mafrukhi : 13220211

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Salam dan istishnâ’” ini dengan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pengampu matakuliah Fiqh Muamalah II Bapak Dr. H. Abbas arfan, Lc.,M.H.

Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis peroleh dari buku panduan yang berkaitan dengan fiqh muamalah,literatur hukum islam, dan dari hasil observasi wawancara pada bank syariah serta infomasi dari media massa yang berhubungan dengan transaksi jual beli salam dan istishnâ’, tak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada dosen matakuliah fiqh muamalah II atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini. dan kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini.

Penulis berharap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.

Malang, 02 Oktober 2014

Penulis

DAFTAR ISI

(3)

DAFTAR ISI...ii

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah...1

C. Tujuan...2

BAB II PEMBAHASAN...3

A. PRAKTEK SALAM MENURUT FIQH MUAMALAH...3

1. Salam...3

a. Pengertian salam...3

b. Landasan hukum salam...4

c. Rukun dan syarat salam...4

d. Hukum-hukum dalam jual beli salam salam...6

2. Istishnâ’...6

a. Pengertian...6

b. Landasan Syariah...7

c. Syarat sah istishnâ’...7

3. Perbedaan Salam Dengan Istishnâ’...8

B. PRAKTIK SALAM DAN ISTISHNÂ’ PADA BANK BTN SYARIAH CABANG MALANG...9

1. Ketentuan umum pembiayaan KPR Indensia BTN iB...9

2. Mekanisme pembiayaan KPR Indensia BTN iB...10

C. PERBANDINGAN PRAKTEK JUAL BELI SALAM DAN ISTISHNÂ’ PADA BANK KONVENSIONAL DAN BANK SYARIAH...11

BAB III PENUTUP...12

(4)
(5)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bentuk-bentuk akad jual beli yang telah dibahas para ulama dalam fiqih muamalah islamiah terbilang sangat banyak. Jumlahnya bisa mencapai belasan bahkan sampai puluhan. Sungguhpun demikian, dari sekian banyak itu, ada tiga jenis jual beli yang telah dikembangkan sebagai sandaran pokok dalam pembiayaan modal kerja dan investasi dalam perbankan syariah yaitu murabahah, as-salam, dan al-istishnâ’.

Kegiatan yang dilakukan perbankan syariah antara lain adalah penghimpunan dana, penyaluran dana, membeli, menjual dan menjamin atas resiko serta kegiatan-kegiatan lainnya. Pada perbankan syariah, prinsip jual beli dilakukan melalui perpindahan kepemilikan barang. Tingkat keuntungan bank ditentukan di depan dan menjadi salah satu bagian harga atas barang yang dijual. Transaksi jual beli dibedakan berdasarkan bentuk pembayarannya dan waktu penyerahan barang.

Pada makalah ini akan dibahas jenis pembiayaan salam dan istishnâ’. Jual beli dengan salam dan istishnâ’ ini, akadnya sangat jelas, barangnya jelas, dan keamanannya juga jelas. Maka jual beli salam dan istishnâ’ wajar jika masih banyak diminati.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana praktek jual beli salam dan isisna’ perspektif fiqh muamalah ? 2. Bagaimana praktek jual-beli salam dan istisna’ pada bank BTN Syariah

Cabang Malang ?

(6)

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui Bagaimana praktek jual beli salam dan isisna’ perspektif fiqh muamalah ?

2. Untuk mengetahui praktek jual-beli salam dan istisna’ pada bank BTN Syariah Cabang Malang ?

(7)

BAB II PEMBAHASAN

A. PRAKTEK SALAM MENURUT FIQH MUAMALAH 1. Salam

a. Pengertian salam

Secara bahasa salam atau salaf berarti pesanan. Secara istilah salam adalah jual beli sesuatu dengan ciri-ciri tertentu yang akan diserahkan pada waktu tertentu. Contohnya, orang muslim membeli komoditi tertentu dengan ciri-ciri tertentu, misalnya: mobil, rumah makan, hewan, dan sebagainya, yang akan diterimanya pada waktu tertentu. Ia bayar harganya dan menunggu waktu yang telah disepakati untuk menerima komoditi tersebut. Jika waktunya telah tiba, penjual menyerahkan komoditi tersebut kepadanya.1

Dalam literatur lain salam diartikan sebagai transaksi jual beli barang pesanan Siantar pembeli dan penjual. spesifikasi dan dan harga pesanan harus sudah disepakati diawal transaksi, sedangkan pembayarannya dilakukan Dwimuka secara penuh. Selanjutnya menurut para ulama’ syafiiyah dan hanabilah, salam iartikan sebagai transaksi atas pesanan dengan spesifikasi tertentu yang di tangguhkan pembayarannya pada waktu tertentu yang pembayarannya dilakukan secara tunai di majelis akad. Umala’ malikiyah mengemukakan salam adalah transaksi jual beli yang pembayarannnya dilakukan secara tunai dan komoditas pesanan diserahkan pada waktu tertentu.2

Sedangkan dalam kodifikasi produk perbankan Syariah dijelaskan bahwa pengertian salam adalah Jual beli barang dengan cara pemesanan berdasarkan persyaratan dan kriteria tertentu sesuai kesepakatan serta pembayaran tunai terlebih dahulu secara penuh.

b. Landasan hukum salam.

Dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 282.

(8)

ىّمَسُم ٍلَجَأ ىَلإإ ٍنْيَدإب ْمُتْنَياَدَت اَذإإ اوُنَمآ َنيإذّلا اَهّي

َأ اَي

ُهوُبُتْكاَف

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalahtidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya” (QS.

Al-Baqarah : 282)3

Ibnu Abbas berkata: Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam datang ke Madinah dan penduduknya biasa meminjamkan buahnya untuk masa setahun dan dua tahun. Lalu beliau bersabda: "Barangsiapa meminjamkan buah maka hendaknya ia meminjamkannya dalam takaran, timbangan, dan masa tertentu." Muttafaq Alaihi.

Menurut riwayat Bukhari: "Barangsiapa meminjamkan sesuatu ".

Abdullah bin al-abbas r.a berkata “ ketika Rasulillah Faw. Tiba di Madinah, orang-orang Madinah melakukan jual beli salam pada buah-buahan selama setahun, atau dua tahun, atau tiga tahun, ( HR. Muttafaq ‘Alaih).

c. Rukun dan syarat salam

Pelaksanaan jual beli salam atau inden memuat rukun sebagai berikut : 1) Pembeli (musalam).

(9)

Adalah pihak yang membutuhkan dan memesan barang. Harus memenuhi kriteria cakap bertindak hukum (balig dan berakal sehat) serta mukhtar (tidak dalam tekanan/paksaan)

Harus diungkapkan dengan jelas, sejalan, dan tidak terpisah oleh hal-hal yang dapat memalingkan keduanya dari maksud akad. 4) Barang yang dipesan (muslam fih).

Dalam hal ini harus memenuhi kriteria sebagai berikut

 Dinyatakan jelas jenisnya

 Jelas sifat-sifatnya.

 Jelas ukurannya.

 Jelas batas waktunya.

 Tempat penyerahan dinyatakan secara jelas.

Sementara syarat jual beli salam adalah sebagai berikut :

a. Pembayarannya dilakukan dengan kontan, dengan emas, atau perak, atau logam-logam, agar hal-hal ribawi tidak diprjualbelikandengan sejenisnya secara tunda.

b. Komodiinya harus dengan spesifikasi yang jelas, misalnya, dengan menyebut jenisnya dan ukurannya, agar tidak trjadi konflik antara seorang muslim dengan saudaranya yang menyebabkan dendam dan permusuhan Siantar keduanya.

c. Waktu penyerahan komoditi harus ditentukan, misalnya setengah bulan yang akan datang atau lebih.

(10)

d. Hukum-hukum dalam jual beli salam salam.

Hukum-hukum yang terdapat dalam transaksi jual beli salam adalah sebagai berikut:

1) Waktu penyerahan komoditi adalah masih lama, misalnya, satu bulan atau lebih, karena penyerahan komoditi pada waktu dekat itu seperti jual beli yang disyratkan melihat komoditi dan memeriksanya.

2) Waktu penyerahan komoditi adalah waktu yang pada umumnya komoditi tersebut telah ersedia pada waktunya. Jadi, tidak sah waktu penyerahan kurma dimusim bunga atau waktu penyerahan anggur dimusim dingin, karena itu bisa menimbulkan perselisihan Siantar kaum muslimin.

3) Jika tempat penyerahan komoditi tidak disebutkan pada waktu akad maka penyerahan komoditi harus dilakuakn ditempat akad. Jika tempat penyerahannya dientukan ditempat khusus, seperti disepakati pada waktu akad, dalam arti kedua belah pihak sepakat melakukan serah terima ditempat tersebut maka serah terima komoditi tersebut harus dilakuakn ditempat tersebut, sebab kaum muslimin itu sesuai dengan syaratnya.

2. Istishnâ’

a. Pengertian

Istishnâ’ adalah akad bersama produsen untuk satu pekerjaan tertentu dalam tanggungan atau jual beli satu barang yang akan dibuat oleh produsen yang juga menyediakan barang bakunya, sedangkan jika barang bakunya dari pemesan maka transaksi itu menjadi akad jarah (sewa), pemesan hanya menerima jasa produsen untuk membuat barang.

(11)

b. Landasan Syariah

Mengingat istishnâ’ ini metodenya hampir sama dengan metode pada salam maka Secaba umum landasan syariahnya yang berlakunya pada salam juga berlaku pada istishnâ’.

Selanjutnya ulama’ Hanafi menggolongkan istishnâ’ termasuk akad yang dilarang karena bertentangan dengan semangat bai’ secara qiyas. Mereka mendasarkan pada argumentasi bahwa pokok Montreal penjualan harus ada dan dimiliki oleh penjual. Sementara dalam istishnâ’, pokok kontrak itu belum ada atau tidak dimiliki penjual. Meskipun demikian, mazhab Hanafi menyetujui kontrak istishnâ’ atas dasar alasan-alasan berikut.

1) Masyarakat telah mempraktekkan istishnâ’ secara luas dan terus menerus tanpa ada keberatan sama sekali. Hal demikian menjadikan istishnâ’ sebagai kasus ijma’ atau konsensus umum.

2) Dalam Syariah dimungkinkan adanya kemungkinan adanya penyimpangan terhadap qiyas berdasarkan ijma’.

3) Keberadaan didasarkan pada kebutuhan masyarakat, banyak orang yang sering kali memerlikan barang yang tidak tersedia dipasar, sehingga mereka cenderung melakukan kontrak agar orang lain membuatkan barang untuk mereka.

4) Istishnâ’ sah sesuai dengan aturan umum mengenai kebolehan kontrak selama tidak bertentangan dengan Nash atau Syariah5.

c. Syarat sah istishnâ’

Agar istishnâ’ menjadi sah, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, yaitu sebagai berikut.

1) Barang (mashnu’)

Perincian barang yang sah untuk dijadikan objek istishnâ’ adalah sebagai berikut:

a. Jenis, misal berupa mobil , rumah, pesawat atau yang lain. b. Tipe, misal berupa mobil kijang , rumah tipe RSS.

(12)

d. Kuantitasnya, berupa jumlah unit. 2) Harga

Harga harus ditentukan berdasarkan aturan sebagai berikut: a. Harus diketahui semua pihak.

b. Bisa dibayarkan sewaktu akad secara cicilan, atau ditangguhkan pada waktu tertentu pada masa yang akan datang.

3. Perbedaan Salam Dengan Istishnâ’

Jual beli istisna’ merupakan pengembangan dari jual beli salam, walaupun demikian antara keduanya memiliki berbagai perbedaan Siantar keduanya yaitu sebagai berikut:

a. Objek transaksi dalam salam merupakan tanggungan dengan spesifikasi kualitas ataupun kualitas, sedang istishnâ’ berupa zat/barangnya.

b. Dalam kontrak salam adanya jangka waktu tertentu untuk menyerahkan barang pesanan, hal ini tidak berlaku dalam akad ishtisna’.

c. Kontrak salam bersifat mengikat (lazim), sedangkan istishnâ’, tidak

B. PRAKTIK SALAM DAN ISTISHNÂ’ PADA BANK BTN SYARIAH CABANG MALANG

1. Ketentuan umum pembiayaan KPR Indensia BTN iB.

Pada prakteknya produk pembiayaan salam dan istishna’ pada bank BTN Syariah Cabang Malang hanya menerapkan model pembiayaan istishna’ saja, dan dalam prakteknya menggunakan produk pembiayaan KPR (kredit pembiayaan rumah ) berupa pembiayaan KPR Indensya BTN IB. Yaitu produk pembiayaan

(13)

dalam rangka pembiayaan rumah, ruko, rusun, atau apartemen, secara inden ( atas dasar pesanan), bagi nasabah erorangan dengan menggnakan prinsip akad istishna’ (jual beli atas dasar pesanan), dengan penggembalian secara tangguh (cicilan bulanan) dalam jangka waktu tertentu.

Selanjutnya bank BTN Syariah menawarkan keuntungan bagi nasabah dan ketersediaan layanan sebagai berikut.

a. Dengan akad berdasarkan prinsip Istishna’ , maka kesepakatan harga akan tetap terjaga (fixed) pada nilai tertentu sampai akhir jangka waktu sehingga nilai angsuran tidak berubah sampai akhir. .

b. Selama masa pembangunan, nasabah belum diwajibkan membayar angsuran (diberikan grace period/penundaan pembayaran).

c. Jangka waktu pembiayaan maksimal 15 tahun.

d. Maksimal pembiayaan Bank 80% dari Harga Beli rumah dari developer dan 20% sisanya share uang muka Nasabah. Untuk pembayaran angsuran secara potong gaji, kontribusi uang muka cukup 10%.

Dan nasabah yang ingin mengajukan pembiayaan tersebut harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Mengisi formulir permohonan

b. Menyerahkan copy identitas diri (KTP, KK, Akta Nikah),

c. Menyerahkan copy slip/keterangan gaji atau keterangan penghasilan. d. Menyerahkan copy SK Pegawai atau Keterangan Kerja dari

Perusahaan.

e. Menyerahkan copy Ijin Usaha untuk wiraswasta (Akte Pendirian, Domisili Usaha, TDP, SIUPP, NPWP, dll)7

Selanjutnya agunan dalam pembiayaan KPR diatas adalah objek dari pembiayaan tersebut yaitu berupa bangunan ( sertifikat SHM atau SHGB )

2. Mekanisme pembiayaan KPR Indensia BTN iB.

(14)

membangun rumah dengan waktu yang dia rencanakan, maka hal yang harus dia tempuh untuk mengajukan pembiayaan pada bank Syariah adalah pada mulanya dia datang ke pengembang atau kontraktor untuk membuatkan rumah dengan spesifikasi yang telah disebutkan dengan jelas. Lalu dari kontraktor setelah menyetujui kontrak tersebut, nasabah mengajukan permintaan pembiayaan terebut kepada bank. Yaitu berupa penyerahan surat pemesanan rumah (SPR) dengan disertai biaya atau urbun sebesar 1 – 5 juta untuk mendapatkan surat pemesansn rumah itu . selanjutnyta SPR tersebut yang berisi spesifikasi rumah, luas tanah, legalitas dan harga jual rumah yang dipesan diajukan ke bank untuk dipertimbangkan atau dipelajari oleh bank kemudian bank mengeluarkan SP3 (surat persetujuan pembiayaan ).

Disisi lain nasabah harus membayar uang muka atau urun sebesar 10 %, dan harus melunasi dalam jangka Watktu yang telah disepakati ( maksimal 15 tahun). Bila terjadi wanprestasi pada nasabah, dalam arti nasabah tidak bisa memenuhi cicilan tiap bulannya, maka bank akan melakukan teguran berupa surat, jika tetap belum bisa maka pihak bank langsung mendatangi rumah nasabah untuk meminta keterangan dan bernegosiasi tentang kelanjutan pembiayaan tersebut, kalau benar-benar nasabah tidak bisa mencicil tagihan karena satu hal seperti PHK atau KEMATIAN, maka nantinya bank juga akan menawarkan perpanjangan dari pembayaran pembiayaan tersebut, dan akan dilakukan akad ulang.

C. PERBANDINGAN PRAKTEK JUAL BELI SALAM DAN ISTISHNÂ’ PADA BANK KONVENSIONAL DAN BANK SYARIAH.

(15)

Sedangkan dalam metode pembiayaan pada bank BTN konvensional dengan nama produk kredit konsumer KPR BTN Platinum menggunakan sistem pembiayaan kredit dengan asumsi bunga 11,50% pada tiap bulannya.8

Hal inilah yang membedakan mekanisme pembiayaan antara bank konvensional dan bank Syariah yakni adanya sistim bunga pada bank konvensional, yang tidak diterapkan pada bank Syariah.

8 Bank Tabungan Negara, “ KPR BTN Platinum”,

(16)

BAB III PENUTUP

A. Simpulan

Dari penjelasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, kami dapat menarik kesimpulan:

Salam adalah menjual suatu barang yang penyerahannya ditunda, pembayaran modal lebih awal. Rukun dan syarat jual beli as-salam yaitu Mu’aqidain yang meliputi Pembeli dan penjual, Obyek transaksi, Sighat ijab qabul, dan alat tukar.

Al-Istishnâ’ adalah akad jual beli pesanan dimana bahan baku dan biaya produksi menjadi tanggungjawab pihak produsen sedangkan sistem pembayaran bisa dilakukan di muka, tengah atau akhir. Rukun dan syarat istishnâ’ mengikuti bai’ as-salam. Hanya saja pada bai’ al-istishnâ’ pembayaran tidak dilakukan secara kontan dan tidak adanya penentuan waktu tertentu penyerahan barang, tetapi tergantung selesainya barang pada umumnya.

Perbedaan salam dan istishnâ’ adalah cara penyelesaian pembayaran salam dilakukan diawal saat kontrak secara tunai dan cara pembayaran istishnâ’ tidak secara kontan bisa dilakukan di awal, tengah atau akhir.

B. Saran

(17)

DAFTAR RUJUKAN

Al-Qur’an al-Karim.

Aris Setyawan. Wawancara. (Malang. 03 Oktober 2014) .

http://www.btn.co.id/Produk/Produk-Kredit/Kredit-Perorangan/Kredit-Griya-Utama.aspx

Kodifikasi produk perbankan Syariah. (Jakarta. 2007)

Kompilasi hukum ekonomi Syariah edisi revisi. (Jakarta. Kencana: 2009)

Nawawi,Ismail. Fikih muamalah klasik dan kontemporer.(Bogor. Halia Indonesia:2012)

Referensi

Dokumen terkait

Bank Tabungan Negara adalah bank yang fokus pada kredit perumahan, kredit pemilikan rumah (KPR) pada bank BTN dibagi menjadi 2 yaitu KPR subsidi dan KPR non-subsidi.

Kegiatan komunikasi pemasaran pada jasa pembiayaan kredit pemilikan rumah Bank Tabungan Negara Cabang Jember menarik untuk diteliti karena jasa pembiayaan KPR BTN

Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui tingkat realisasi produk pembiayaan KPR di Bank BTN Syariah KC Solo, untuk mengetahui peran yang dilakukan unit consumer dalam

Didalam penelitian yang dilakukan oleh reginaldi dalam skripsinya berjudul “Analisis Akad Pembiayaan murabahah perumahan (KPR Syariah) pada BTN Syariah Menurut

Proses pembiayaan produk rumah pada Bank BTN Syariah Banda Aceh dilakukan dengan kesepakatan antara pihak Bank BTN Syariah dengan nasabah dan dituliskan dalam Perjanjian Pengikat

Implementasi Akad Musyarakah Mutanaqisah pada produk pembiayaan properti BTN iB di Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Kantor Cabang Syariah Banjarmasin, yang mana

“Analisis pendapat Mazhab Syafi’i terhadap akad istishna’ dan relevansinya dengan pembiayaan syariah pada bank BTN Syariah Studi kasus di Bank BTN Syariah, kantor cabang Serang”..

“Tangapan saya tentang bank BTN Syaraiah Parepare sudah sesuai dengan syariah, yang bagus dalam pembiayaan KPR Syariah pada bank BTN Syariah Parepare, adalah dari segi pelayaanannya