KANTOR CABANG BANJARMASIN
SKRIPSI
DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PERSYARATAN UNTUK MENYELESAIKAN PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA SAINS TERAPAN (DIPLOMA IV) PROGRAM STUDI AKUNTANSI LEMBAGA
KEUANGAN SYARIAH PADA JURUSAN AKUNTANSI POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN
OLEH :
ANIK SEPTIANA A04140006
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN
JURUSAN AKUNTANSI
F*#Slr.]K KlB" Sfi
SM
gY,A*rAH XA$,TO&CA*A}{SfiAX}*RL{ASIN
*AX
S{I
S"A*IAH
XAHTffi.CAAA$ICBANIARMASIhI
Hm
:Aililk$S6ffi
:{S{
:4$*1ffi16
se*ffi&....S18
l*aayeuti$i,Pediabiry
ffigMsd
Alif
kdiffi
fi#s"lffi-
3lr.PNIP.
rvrffilxffztz
l
003;>:,, a.i *'
tt@s*&ri,
NIM
Program Studi
Judul
A04140006
D4 Akuntansi Lembaga Keuangan Syariah
PERBANDINGAN PENERAPAN AKAD MURABAHAH
PADA PRODUK KPR DI IrT. BANK TABUNGAN NEGARA
(PERSERO),
TBK,
KANTOR
CABANG
SYARIAHBANJARMASIN DAN PT. BANK
BNI
SYARIAH KANTORCABANG BANJARMASIN
Telah diujikan dan dinyatakan lulus dengan predikat:
Banjarmasin, . . . . Juli 2018
Ketua Penguji Anggota Penguji
H. MYassirFalmi. S.Pd.I. MSI
NrP. 1982041220A92rc42
ur 9790s192A08121003
iv
NIM : A04140006
Tempat, tanggal lahir : Magetan, 27 September 1995
Agama : Islam
Alamat : Jl. Belitung Darat Gg. Bina Warga No. 84 Rt. 027
Rw. 002 Kelurahan Belitung Selatan Kecamatan
Banjarmasin Barat, Kota Banjarmasin Kalimantan
Selatan
Nama Orang Tua (Ayah) : Jianto
(Ibu) : Wiwik Winarsih
Riwayat Pendidikan : 1. SDN Kuin Cerucuk 1 Banjarmasin, Tahun 2008
2. SMPN 5 Banjarmasin, Tahun 2011
3. SMK Muhammadiyah 2 Banjarmasin, Tahun
v
“Sesakit apapun kejujuran tetap itu
lebih baik dari pada sebuah
bahwa skripsi
iai
merupakan hasil penelitian yang telah saya lakukan. Segalakutipan dan
bannm
dari berbflgai srrmba tolah dimgkapkan sebagaimanemestinya-Skripsi ini belum pemah dipublikasikan
wt*
keperluan lain oleh siapapunjuga, skdpsi ini menrpakan hasil tuli$an saya ymg dapat mya pertanggmgiawabkan
otentikasinya otau bukan hasil dari a&livrtasplagiat. Sayajuga menyatakan bahwa
objek dan data yang says ambil dalam penelitian ini bukan merupakan objek dan
datafittif. Apabiladikemudianhari ternymapernyataan sayaini tidakbonar, maka
saya bersediameuerima $anksi hukuman dari kotidakbenaranpemyataan tersebut.
Saya bersedia dicabut
titel akademik ssrta
hak yang melekat padaOya olehPoliteknik Negui Baqiarsasin, apabila saya
tertutti
melanggar pernyafaan yangtelah saya sampaikan diatas.
Asik$ppti,apa
A04140006
vl
vii
ketetapan Iman serta komitmen sebagai Insan yang haus akan ilmu pengetahuan.
Atas ridho Allah SWT, penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Perbandingan Penerapan Akad Murabahah pada Produk KPR di PT. Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk. Kantor Cabang Syariah Banjarmasin dan PT.
Bank BNI Syariah Kantor Cabang Banjarmasin”.Tidak lupa penulis haturkan
shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW serta
sahabat dan pengikut Beliau hingga akhir jaman.
Penulis tentunya tidak mampu menyelesaikan skripsi ini tanpa bantuan dari
berbagai pihak, maka pada kesempatan ini pula, penulis menyampaikan rasa terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada yang telah memberikan dorongan dan
bimbingan serta pengarahan dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu antara lain:
1. Bapak dan Ibu penulis yang telah melahirkan dan membesarkan penulis serta
selalu memotivasi dan memberikan bantuan moril maupun dana.
2. Bapak H. Edi Yohanes, ST. MT selaku Direktur Politeknik Negeri Banjarmasin.
3. Ibu Andriani, SE, MM, M.Sc selaku Ketua Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri
Banjarmasin.
4. Bapak H. Mairijani, M.Ag selaku Kaprodi Akuntansi Lembaga Keuangan
viii
memberikan bekal ilmu kepada penulis selama masa perkuliahan.
7. Seluruh keluarga penulis yang telah memberikan doa, motivasi dan dukungan
dana buat penulis menyelesaikan perkuliahan selama ini.
8. Seluruh staff pegawai Bank BTN Kantor Cabang Syariah Banjarmasin yang
telah membantu penelitian penulis. Dan seluruh staff pegawai Bank BNI Syariah
Kantor Cabang Banjarmasin yang telah membantu penelitian penulis.
9. Teman penulis Noor Anisa Rusnandar, S.E, Aulia Rahmi, A.Md, Kholifah
Fitroh, Rizal Liyanto, Hariadi Arbain, Yulia Agustina dan Anita F. L yang telah
memberikan doa, support dan dukungan serta motivasi.
10. Seluruh pihak yang telah terlibat dan membantu penulis yang tidak bisa
disebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT selalu memberikan pahala yang berlipat ganda atas
seluruh bantuan yang sangat berharga ini. Akhirnya penulis berharap semoga
skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.
Penulis menyadari mungkin masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak
kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran senantiasa penulis
harapkan dari pembaca.
Banjarmasin, . . . . Juli 2018
ix
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ... ii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv
MOTTO ... v
SURAT PERNYATAAN... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR RUMUS ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
ABSTRAK ... xv ABSTRACT ... xvi BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 6 C. Batasan Masalah... 6 D. Tujuan Penelitian ... 7 E. Manfaat Peneliti ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9
A. Landasan Teori ... 9
1. Pengertian Murabahah ... 9
2. Landasan Hukum Murabahah ... 11
3. Rukun dan Syarat Murabahah ... 13
4. Ketentuan Murabahah Menurut PSAK 102... 15
5. Ketentuan Murabahah Menurut Fatwa DSN-MUI ... 24
6. KPR dan KPR Syariah ... 31
a) Pengertian KPR dan KPR Syariah ... 31
x
C. Jenis dan Sumber Data ... 40
D. Teknik Pengumpulan Data ... 41
E. Teknik Analisis Data ... 41
F. Kerangka Pemikiran ... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43
A. Hasil Penelitian ... 43
1. PT BTN Syariah Kantor Cabang Banjarmasin ... 43
a) Sejarah Singkat Perusahaan ... 43
b) Visi dan Misi ... 45
c) Struktut Organisasi ... 47
d) Job Description ... 48
e) Produk dan Layanan ... 52
2. PT BNI Syariah Kantor Cabang Banjarmasin... 60
a) Sejarah Singkat Perusahaan ... 60
b) Visi dan Misi ... 62
c) Struktur Organisasi ... 63
d) Job Description ... 64
e) Produk dan Layanan ... 67
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 78
1. Penerapan Akad Murabahah ... 78
a) Hasil Penelitian pada BTN Syariah ... 79
b) Hasil Penelitian pada BNI Syariah ... 85
2. Kesesuaian dengan PSAK 102 dan Fatwa DSN-MUI ... 92
3. Perbandingan Penerapan Akad Murabahah ... 95
BAB V PENUTUP ... 98
A. Kesimpulan ... 98
B. Saran ... 100
DAFTAR PUSTAKA ... 101 LAMPIRAN
xi
Tabel 3 : Hasil penelitian terdahulu ... 35
Tabel 4 : Perbedaan KPR dan KPR Syariah ... 34
Tabel 5 : Kesesuaian penerapan akad murabahah dengan PSAK 102 ... 93
Tabel 6 : Kesesuaian penerapan akad murabahah dengan Fatwa DSN-MUI .... 94
Tabel 7 : Perbandingan penerapan akad murabahah ... 96
Tabel 8 : Ilustrasi Laporan Keuangan Bank BTN KC Syariah Banjarmasin ... 85
Tabel 9 : Ilustrasi Laporan Laba Rugi Bank BTN KC Syariah Banjarmasin ... 85
Tabel 10 : Ilustrasi Laporan Laba Rugi Bank BNI Syariah KC Banjarmasin ... 91
xii
Gambar 2 : Skema murabahah tanpa pesanan ... 10
Gambar 3 : Struktur organisasi BTN Syariah ... 47
Gambar 4 : Struktur organisasi BNI Syariah ... 63
Gambar 5 : Kerangka Pemikiran ... 42
Gambar 6 : Skema Murabahah Bank BTN Syariah ... 83
xiii
Rumus 2 : Ilustrasi Perhitungan Murabahah di Bank BNI Syariah ... 90 Rumus 3 : Ilustrasi Perhitungan Murabahah di Bank BNI Syariah ... 90
xiv Surat Selesai Riset di BNI Syariah
Lembar Bimbingan Skripsi
Lembar Saran Ketua Penguji Skripsi Lembar Saran Anggota Penguji Skripsi Denah Perusahaan
Fatwa DSN-MUI Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000 Fatwa DSN-MUI Nomor13/DSN-MUI/XI/2000 Fatwa DSN-MUI Nomor 16/DSN-MUI/IX/2000 Fatwa DSN-MUI Nomor 17/DSN-MUI/IX/2000 Fatwa DSN-MUI Nomor 23/DSN-MUI/III/2002
Check List Kelengkapan Data Pembiayaan KPR BTN iB Permohonan Pembiayaan KPR Sejahtera BTN iB
Simulasi Angsuran KPR Subsidi BTN iB
Simulasi Angsuran KPR Platinum BTN iB & Indent BTN iB Syarat dan Ketentuan Pembiayaan KPR BNI Griya iB Hasanah Formulir Permohonan Pembiayaan Konsumtif BNI Syariah Daftar Pertanyaan Wawancara
xv
Cabang Syariah Banjarmasin dan PT. Bank BNI Syariah Kantor Cabang Banjarmasin/Akuntansi Perbankan Syariah.
Bank Syariah melakukan kegiatan usahanya tidak berdasarkan bunga melainkan dengan prinsip syariah. Perbankan syariah memiliki tugas pokok yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan. Penulis memfokuskan penelitian terhadap produk KPR di Bank BTN Syariah dan BNI Syariah dengan akad murabahah.
Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) menjelaskan penerapan akad murabahah pada produk KPR di Bank BTN Kantor Cabang Syariah Banjarmasin dan Bank BNI Syariah Kantor Cabang Banjarmasin; (2) menjelaskan kesesuaian penerapan akad murabahah pada produk KPR di Bank BTN Kantor Cabang Syariah Banjarmasin dan Bank BNI Kantor Cabang Syariah Banjarmasin; dan (3) membandingkan penerapan akad murabahah pada produk KPR di Bank BTN Kantor Cabang Syariah Banjarmasin dan Bank BNI Syariah Kantor Cabang Banjarmasin. Analisis pada skripsi ini didasarkan pada sejumlah pedoman yang mengatur tentang murabahah, yaitu PSAK 102, Fatwa DSN-MUI Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000, Fatwa DSN-MUI Nomor 13/DSN-MUI/XI/2000, Fatwa DSN-MUI Nomor 16/DSN-MUI/IX/2000 dan Fatwa DSN-MUI Nomor 23/DSN-MUI/III/2002. Jenis penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif-komparatif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode wawancara, dokumentasi dan kepustakaan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan akad murabahah pada produk KPR di Bank BTN Kantor Cabang Syariah Banjarmasin dan Bank BNI Syariah Kantor Cabang Banjarmasin sudah memenuhi ketentuan yang berlaku terkait dengan akad murabahah sebagaimana diatur dalam pedoman di atas. Sementara itu, kedua bank tersebut memiliki perbedaan dalam penerapan akad murabahah, yaitu dalam hal uang muka, diskon harga jual, denda dan potongan pelunasan.
xvi
Branch Office Syariah Banjarmasin and PT. Bank BNI Syariah Branch Office Banjarmasin/Accounting for Syariah Banking.
Shariah bank conducts its business activities not based on the interest (bunga) but on shariah principles. Shariah bank has the main task of collecting fund from the community and channeling it back to the community in the form of financing. The researcher focuses this research on KPR product using murabahah contract at Bank BTN Syariah Banjarmasin and Bank BNI Syariah Banjarmasin.
The purpose of this research is to: (1) explain the implementation of murabahah contract on KPR product at Bank BTN Syariah and Bank BNI Syariah; (2) explain the suitability of murabahah contract on KPR product at Bank BTN Syariah and Bank BNI Syariah; and (3) compare the implementation of murabahah contract on KPR product at both banks. The analysis of research is based on a number of guidelines that regulate murabahah contract, namely PSAK 102, Fatwa DSN-MUI Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000, Fatwa DSN-MUI Nomor 13/DSN-MUI/XI/2000, Fatwa DSN-MUI Nomor 16/DSN-MUI/IX/2000 and Fatwa DSN-MUI Nomor 23/DSN-MUI/III/2002. The type of research conducted by the researcher is descriptive-comparative. Data collection methods used were interview, documentation, and bibliography.
The results of this research indicate that the implementation of murabahah contract on KPR product at Bank BTN Branch Office Syariah Banjarmasin and Bank BNI Syariah Branch Office Banjarmasin has already meet the required provisions related to murabahah contract as set by the above guidelines. Meanwhile, both banks have several differences in the application of murabahah contract such as in the case of down payment, discount, penalty, and deduction.
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Sejarah perkembangan perbankan syariah di Indonesia berawal dari
kesadaran masyarakat Indonesia yang mayoritasnya beragama Islam, untuk
memiliki sistem perbankan yaitu sistem perbankan Islam. Sejarah ini
Muamalat Indonesia (BMI) yang mulai beroperasi pada 1 Mei 1992 dan juga
bank yang menjalankan sistemnya dengan sistem syariah dan berlandaskan
Al-Quran (Rustam, 2013).
Bank Syariah bisa disebut dengan bank tanpa bunga, bank syariah
adalah bank yang beroperasional dengan cara menghimpun dan menyalurkan
dana berdasarkan prinsip syariah dan hukum Islam.
Salah satu cara bank menyalurkan dananya berupa pembiayaan dan
salah satunya yaitu pembiayaan jual beli dengan akad murabahah (Sari, 2017)
murabahah adalah akad jual beli barang dengan harga jual sebesar biaya
perolehan ditambah keuntungan yang disepakati dan penjual harus
mengungkapkan biaya perolehan barang tersebut kepada pembeli (IAI, 2017).
Salah satu pembiayaan yang disalurkan oleh bank adalah KPR. KPR
sendiri pada awalnya merupakan salah satu produk yang dikeluarkan oleh bank
konvensional. Seiring dengan perkembangannya juga banyak dilakukan oleh
perbankan syariah. KPR merupakan salah satu jenis layanan yang diberikan
oleh bank kepada para nasabah yang berharap mendapatkan pelayanan untuk
nasabahnya. KPR muncul karena adanya kebutuhan yang tinggi di kalangan
masyarakat untuk dapat memiliki rumah tanpa diimbangi dengan peningkatan
daya beli di masyarakat.
Produk KPR yang ada pada perbankan syariah pada dasarnya berbeda
dengan KPR yang ada di perbankan konvensional. Perbedaan ini dapat terjadi
karena terdapat perbedaan prinsip antara perbankan syariah dengan perbankan
konvensional. Dalam perbankan syariah biasa dikenal konsep berbasis bagi
hasil dan juga perdagangan. Sedangkan dalam perbankan konvensional,
dikenal sistem yang berbasis bunga. Dalam produk yang biasa dikenal dengan
nama KPR syariah ini terdapat beberapa karakteristik yang berbeda.
Di antaranya adalah pemberlakuan sistem kredit yang ada pada
perbankan konvensional sementara pada perbankan syariah konsep KPR
syariah menggunakan beberapa akad yaitu murabahah, ijarah muntahiya
bittamlik, dan juga musyarakah mutanaqisah. Banyak masyarakat yang
mengangggap bahwa produk KPR yang dikeluarkan oleh bank syariah
merupakan produk yang tidak berbeda dengan yang dikeluarkan oleh bank
konvensional (Heykal, 2014).
Bank BTN Syariah dan Bank BNI Syariah adalah salah satu bank yang
melakukan penghimpunan dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali
kepada nasabah dalam bentuk pembiayaan. Salah satu produk pembiayaan
yang disalurkan adalah KPR.
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk., atau yang lebih dikenal
sangat panjang di industri perbankan di Indonesia. Pada tahun 1974, Perseroan
ditunjuk Pemerintah sebagai satu-satunya institusi yang menyalurkan Kredit
Pemilikan Rumah (KPR) bagi golongan masyarakat menengah ke bawah,
sejalan dengan program Pemerintah yang tengah menggalangkan program
perumahan untuk rakyat. Salah satu produk yang ditawarkan Bank BTN
Syariah adalah produk KPR BTN Sejahtera iB yaitu produk pembiayaan Bank
BTN Syariah guna pembelian rumah bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah
(MBR) dengan margin rendah, angsuran ringan dan tetap sepanjang jangka
waktu pembiayaan dengan akad “murabahah” (jual beli) dalam rangka
pemilikan rumah, rumah susun, atau apartemen yang merupakan program
pemerintah.
Tidak hanya Bank BTN Syariah saja yang memiliki produk KPR. Bank
BNI Syariah juga menawarkan produk KPR. Bank BNI Syariah kembali
meraih penghargaan di antaranya Golden KPR Sharia Bank (5 tahun
berturut-turut) sejak tahun 2012, KPR Bank BNI Syariah menduduki peringkat pertama.
Penilaian didasari pada respon positif masyarakat di sosial media dan keyword
google search periode Januari-Desember 2016. Produk KPR yang ditawarkan
Bank BNI Syariah adalah KPR BNI Griya iB Hasanah adalah fasilitas
pembiayaan konsumtif yang diberikan kepada masyarakat untuk membeli,
membangun, merenovasi rumah (termasuk ruko, rusun, rukan, apartemen dan
sejenisnya), dan membeli tanah kavling serta rumah indent, yang besarnya
disesuaikan dengan kebutuhan pembiayaan dan kemampuan membayar
(Murabahah) dan prinsip kerja sama (Musyarakah Mutanaqisah) dimana
pembayarannya secara angsuran dengan jumlah angsuran yang telah ditetapkan
di muka dan dibayar setiap bulan.
Adapun nilai pembiayaan KPR di Bank BTN Kantor Cabang Syariah
Banjarmasin dan Bank BNI Syariah Kantor Cabang Banjarmasin ditunjukkan
dalam tabel 1 dan tabel 2.
Tabel 1
Pembiayaan KPR di Bank BTN Syariah (Rp Juta)
Jenis Pembiayaan 2013 2014 2015 2016 KPR Sejahtera Tapak iB 487.907 615.797 1.052.340 1.719.354 KPR SSM Tapak iB - - - 223.543 KPR SSM Susun iB - - - 943 KPR Platinum iB 854.397 914.273 1.026.178 1.196.310 KPR Ident iB 164.641 146.362 183.041 394.257 Pembiayaan Bangunan Rumah iB 37.265 27.870 32.695 24.209 Total KPR 1.544.210 1.704.302 2.294.254 3.558.616 Total Pembiayaan Konsumer 1.837.796 1.885.120 2.461.823 3.666.853 Persentase Portofolio KPR terhadap Pembiayaan Konsumer 84,03% 90,41% 93,19% 97,05%
Berdasarkan tabel di atas produk KPR memberikan kontribusi besar
dalam penyaluran pembiayaan konsumer tahun 2016, yaitu sebesar 97,05%
dari total pembiayaan konsumer KPR Bank BTN Syariah.
Tabel 2
Pembiayaan KPR di Bank BNI Syariah
Produk Persentase Portofolio terhadap Total produk Konsumer 2013 2014 2015 2016 BNI Griya iB
Hasanah
77,81% 82,37% 83,67% 85,53%
Sumber : Diolah oleh penulis 2018
Berdasarkan tabel di atas produk BNI Griya iB Hasanah memberikan
kontribusi besar dalam penyaluran pembiayaan konsumer di tahun 2016,
yaitu sebesar 85,53% dari total pembiayaan konsumer KPR Bank BNI
Syariah.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang penerapan akad murabahah pada produk KPR di Bank
BTN Syariah dengan Bank BNI Syariah KC Banjarmasin. Dipilihnya kedua
bank ini berdasarkan pertimbangan bahwa BTN adalah bank yang menurut
sejarah merupakan bank pertama yang ditunjuk oleh pemerintah untuk
berfokus pada pembiayaan perumahan dan sampai saat ini pun Bank BTN
Syariah tetap berfokus pada pembiayaan KPR dengan persentase 97,05%,
sedangkan Bank BNI Syariah tidak demikian dimana persentase pembiayaan
KPRnya lebih rendah, yaitu 85,53%. Jadi penelitian ini akan membandingkan
di bidang KPR. Penelitian ini bersifat evaluasi dan penulis membahas tentang
penerapan akad murabahah yang diberlakukan di kedua bank tersebut, maka
dengan itu penulis mengangkat judul “Perbandingan Penerapan Akad
Murabahah Pada Produk KPR di PT. Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk.
Kantor Cabang Syariah Banjarmasin dan PT. Bank BNI Syariah Kantor
Cabang Banjarmasin ”
B. Rumusan Masalah
Adapun untuk mempermudah penulisan penelitian ini, penulis
merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana penerapan akad murabahah pada produk KPR di Bank
BTN KC Syariah Banjarmasin dan Bank BNI Syariah KC
Banjarmasin?
2. Bagaimana kesesuaian penerapan akad murabahah pada produk KPR
di Bank BTN KC Syariah Banjarmasin dan Bank BNI Syariah KC
Banjarmasin dengan PSAK 102 dan Fatwa DSN-MUI ?
3. Bagaimana perbandingan penerapan akad murabahah pada produk
KPR di Bank BTN KC Syariah Banjarmasin dan Bank BNI Syariah
KC Banjarmasin ?
C. Batasan Masalah
Adapun penulisan skripsi ini agar tidak menyimpang dari tujuan
yang direncanakan sehingga mempermudah mendapatkan data dan
informasi yang didapat, maka penulis menetapkan batasan – batasan sebagai
1. Jenis akad yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi pada akad
murabahah.
2. Penerapan akad murabahah mengacu pada PSAK 102 dan Fatwa
DSN-MUI.
3. Objek yang diteliti adalah Bank BTN Syariah dan Bank BNI Syariah KC
Banjarmasin.
D. Tujuan Penelitian
a. Untuk menjelaskan penerapan akad murabahah pada produk KPR di
Bank BTN KC Syariah Banjarmasin dan Bank BNI Syariah KC
Banjarmasin.
b. Untuk menjelaskan kesesuaian penerapan akad murabahah pada
produk KPR di Bank BTN KC Syariah Banjarmasin dan Bank BNI
Syariah KC Banjarmasin
c. Untuk membandingkan penerapan akad murabahah pada produk KPR
di Bank BTN KC Syariah Banjarmasin dan Bank BNI Syariah KC
Banjarmasin.
E. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
pihak yang terkait antara lain :
a. Bagi Penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
produk KPR baik secara teori ataupun berdasarkan praktik yang
terjadi di lapangan.
b. Bagi Bank Syariah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan
masukan bagi pihak Bank Syariah untuk meningkatkan kualitas
penerapan produk pembiayaan KPR dengan akad murabahah.
c. Bagi Akademik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah sumber
informasi kepustakaan serta menambah literatur baru bagi
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori
1. Pengertian Murabahah
Murabahah akad jual beli antara bank dan nasabah, dimana pihak
bank membeli barang yang dibutuhkan oleh nasabah lalu menjual kepada
nasabah dengan adanya penambahan keuntungan yang telah disepakati oleh
kedua belah pihak pada awal perjanjian (Wardani, 2016).
Menurut PSAK 102 Murabahah adalah akad jual beli barang dengan
harga jual sebesar biaya perolehan ditambah dengan keuntungan yang
disepakati oleh kedua belah pihak. Dan penjual harus memberitahukan
biaya perolehan kepada pembeli (IAI, 2017).
Murabahah menurut fiqih adalah akad jual beli atas barang tertentu,
dimana penjual menyebutkan dengan jelas barang yang akan diperjual
belikan, termasuk harga pembelian barang kepada pembeli. Sedangkan
dalam teknis perbankan Murabahah adalah akad jual beli barang sebesar
harga pokok barang ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati
oleh kedua belah pihak (Muhammad, 2016).
Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa
pesanan. Murabahah berdasarka pesanan, pihak bank akan membeli barang
jika ada pesanan dari pembeli. Murabahah dengan pesanan bisa bersifat
mengikat atau tidak mengikat pembeli untuk membeli barang yang dipesan.
dan tidak dapat dibatalkan pesanannya. Jika dalam murabahah pesanan
mengikat mengalami penurunan nilai sebelum diserahkan kepada pembeli
maka penurunan nilai tersebut menjadi beban penjual dan akan mengurangi
nilai akad.
Gambar 1
Skema Murabahah dengan Pesanan
Sumber : Sri Nurhayati dan Wasilah 2014
Keterarangan:
1. Melakukan akad murabahah
2. Penjual melakukan pemesanan dan membeli pada produse/supplier 3. Barang diserahkan dari produsen/supplier kepada penjual
4. Barang diserahkan kepada pembeli 5. Pembayaran dilakukan oleh pembeli
Gambar 2
Skema Murabahah tanpa Pesanan
Sumber : Sri Nurhayati dan Wasilah 2014
Keterangan:
1. Melakukan akad murabahah 2. Barang diserahkan kepada pembeli 3. Pembeli melakukan pembayaran
Pembeli Produsen supplier Penjual 1 2 3 4 5 Penjual Pembeli 1 2 3
Dapat diartikan Murabahah adalah akad dengan jual beli yang
dilakukan dengan cara memberitahukan harga belinya kepada pembeli dan
pembeli membayarnya dengan harga lebih sebagai keuntungan. Pada
perbankan syariah, dalam produk Murabahah bank syariah membeli
barangan yang diperlukan nasabah, kemudian menjualnya kepada nasabah
yang bersangkutan sebesar harga perolehan ditambah dengan margin
keuntungan yang disepakati antara bank syariah dengan nasabah.
2. Landasan Hukum Murabahah
Adapun yang menjadi landasan dalam akad Murabahah yang
bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadits menyebutkan Murabahah
merupakan bagian dari jual beli dengan sistem yang mendominasi
produk-produk yang ada di bank syariah. Dalam Islam, jual beli merupakan suatu
cara tolong-menolong antara sesama umat manusia yang diridhai oleh Allah
SWT (Muhammad, 2016)
a. Al-Qur’an
Adapun ayat-ayat Al-Quran yang dapat dijadikan rujukan atau
landasan dasar murabahah adalah, sebagai berikut:
1) Q.S al-Baqarah: 275
Artinya : “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan karena (lantaran) penyakit gila. Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.”
2) Q.S al-Baqarah: 198
Artinya : “ Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil perniagaan) dari Tuhanmu. Maka apabila kamu telah bertolak dari Arafat, berdzikirlah kepada Allah di Masy’arilharam. Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu dan sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang yang sesat.”
3) Q.S an-Nisa: 29
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman ! janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu.”
4) Q.S at-Taubah: 111
Artinya: “Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin, baik diri maupun harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah sehingga mereka membunuh atau terbunuh, (sebagai) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al-Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya selain Allah maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan demikian itulah kemenangan yang agung.”
b. Al-Hadits
Adapun hadits-hadits yang dapat dijadikan landasan hukum dengan
Murabahah adalah:
1) “Dari Suhaib al-Rumi r.a. bahwa Rasulullah saw bersabda, “Tiga hal
yang di dalamnya terdapat keberkahan jual beli secara tangguh,
muqaradah (mudarabah), dan mencampur gandum dengan tepung
untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual” (HR Ibn Majah). 2) Nabi saw bersabda “Dua orang yang jual beli boleh khiyar selama
mengatakan kepada yang lain, (pilihlah) Dan boleh jadi juga beliau
mengatakan, “atau jual beli itu dengan khiyar” (HR Ibn Umar) 3) Rasulullah saw bersabda “Apabila dua orang melakukan jual beli,
masing-masing mempunyai hak pilih (untuk meneruskan jual beli
atau tidak) selama keduanya belum berpisah, atau keduanya telah
menetapkan suatu pilihan tertentu. Jika mereka telah membuat suatu
pilihan, maka pilihan itu wajib dilaksanakan” (HR Ibn Umar). 4) Rasulullah SAW bersabda “Sesungguhnya jual beli itu mesti
dilakukan secara suka sama suka” (HR Abu Sa’id)
Dapat diartikan jual beli itu harus dilakukan secara suka sama suka.
Dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits ini menerangkan jangan memakan harta
sesama dengan jalan yang bathil yang berarti jalan yang haram menurut
agama seperti adanya riba dan merampas harta orang lain dengan cara yang
tidak benar. Diperbolehkan melakukan perniagaan yang berlaku secara suka
sama suka, jangan melanggar perintah-perintah Allah. Dasar suka sama
suka di sini menunjukkan bahwa akad perdagangan tersebut berdasarkan
pilihan bukan berdasarkan paksaan dan kedua belah pihak harus suka sama
suka.
3. Rukun dan Syarat Murabahah
Agar suatu jual beli dapat terlaksana dengan baik (sesuai dengan
aturan Islam), perlu diperhatikan rukun jual beli, yaitu adanya :
a. Penjual /Ba’i/
2) Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas
barang sesudah pembelian.
3) Penjual harus baligh (berakal atau dapat membedakan)
b. Pembeli /Musytari/
1) Pembeli harus paham dengan hukum jual beli
2) Pembeli harus baligh (berakal atau dapat membedakan)
c. Objek jual beli harus memenuhi syarat:
1) Barang yang akan diperjualbelikan harus barang halal, karena
barang yang diharamkan oleh Allah tidak dapat dijadikan sebagai
objek, karena barang tersebut dapat menyebabkan manusia
melanggar larangan Allah.
2) Barang yang diperjualbelikan harus dapat diambil manfaatnya,
bukan merupakan barang yang kadaluwarsa.
3) Barang tersebut dimiliki oleh penjual, karena bagaimana bisa
dianggap sah jika barang yang akan diperjualbelikan bukan milik
penjual. Bisa saja jual beli seperti itu dianggap sah apabila penjual
mendapatkan izin dari pemilik barang yang akan diperjualbelikan.
4) Barang yang akan diperjual harus diketahui secara spesifik oleh
pembeli sehingga tidak ada gharar (ketidakpastian)
5) Harga barang harus jelas, antara penjual dan pembeli saling
mengetahui harga dan cara pembayarannya baik secara tunai
maupun tangguhan sehingga jelas dan tidak ada gharar
d. Ijab Kabul
Membuat atau melakukan kesepakatan, saling rida dan rela
antara pihak penjual dan pembeli. Dan adanya bukti pembelian tertulis
hitam di atas putih (Sri Nurhayati dan Wasilah, 2014).
4. Ketentuan Murabahah Menurut PSAK 102
Standar akuntansi tentang jual beli murabahah mengacu pada PSAK
No.102 tentang Akuntansi Murabahah yang mulai berlaku efektif sejak 1
Januari 2017. PSAK ini menggantikan PSAK No. 59. PSAK No. 102
bertujuan untuk mengatur penyesuaian atas definisi nilai wajar selaras
dengan PSAK 68: Pengukuran Nilai Wajar. Di samping itu, PSAK No. 102
juga diterapkan oleh pihak-pihak yang melakukan transaksi murabahah
dengan lembaga keuangan tersebut:
a. Karakteristik
1) Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa
pesanan. Murabahah berdasarkan pesanan, penjualan melakukan
pembelian barang setelah ada pemesanan dari pembeli.
2) Murabahah berdasarkan pesanan dapat bersifat mengikat atau tidak
mengikat pembeli untuk membeli barang yang dipesannya.
Murabahah pesanan mengikat pembeli tidak dapat membatalkan
pesanannya. Jika aset murabahah yang dibeli oleh penjual
mengalami penurunan nilai sebelum diserahkan kepada pembeli,
maka penurunan nilai tersebut menjadi tanggungan penjual dan akan
3) Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai atau secara
tangguh. Pembayaran tangguh adalah pembayaran yang dilakukan
tidak pada saat barang diserahkan kepada pembeli, tetapi
pembayaran dilakukan secara angsuran atau sekaligus pada waktu
tertentu.
4) Akad murabahah memperkenakan penawaran harga yang berbeda
dengan cara pembayaran yang berbeda sebelum akad murabahah
dilakukan. Namun jika akad tersebut telah disepakati, maka hanya
ada satu harga (dalam akad) yang digunakan.
5) Harga yang disepakati dalam murabahah adalah harga jual,
sedangkan biaya perolehan harus diberitahukan. Jika penjual
mendapatkan diskon sebelum akad murabahah, maka diskon itu
merupakan hak pembeli.
6) Diskon yang terkait dengan pembeli barang, antara lain meliputi:
(a) Diskon dalam bentuk apa pun dari pemasok atas pembelian
barang
(b) Diskon biaya asuransi dari perusahaan asuransi dalam ranga
pembelian barang
(c) Komisi dalam bentuk apa pun yang diterima terkait dengan
pembelian barang.
7) Diskon atas pembelian barang yang diterima setelah akad
dalam akad tersebut. Jika tidak diatur dalam akad, maka diskon
tersebut menjadi hak penjual.
8) Penjual dapat meminta pembeli menyediakan agunan atas piutang
murabahah, antara lain dalam bentuk barang yang telah dibeli dari
penjual dan/atau aset lainnya.
9) Penjual dapat meminta uang muka kepada pembeli sebagai bukti
pembelian sebelum akad disepakati. Uang muka menjadi bagian
pelunasan piutang murabahah, jika akad murabahah disepakati. Jika
akad murabahah batal, maka uang muka dikembalikan kepada
pembeli setelah dikurangi kerugian riil yang ditanggung oleh
penjual. Jika uang muka itu lebih kecil dari kerugian, maka penjual
dapat meminta tambahan dari pembeli.
10) Jika pembeli tidak dapat menyelesaikan piutang murabahah sesuai
dengan yang diperjanjikan, maka penjual dapat mengenai denda
kecuali jika dapat dibuktikan bahwa pembeli tidak atau belum
mampu melunasi disebabkan oleh force majeur. Denda didasarkan
pada pendekatan ta’zir yaitu untuk membuat pembeli lebih disiplin
terhadap kewajibannya. Besarnya denda sesuai dengan yang
diperjanjikan dalam akad dan dana yang berasal dari denda
diperuntukkan sebagai dana kebajikan.
11) Penjual boleh memberikan potongan pada saat pelunasan piutang
murabahah jika pembeli melakukan;
(b) Melakukan pelunasan pembayaran lebih cepat dari waktu yang
telah disepakati.
12) Penjual boleh memberikan potongan dari total piutang murabahah
yang belum dilunasi jika pembeli:
(a) Melakukan pembayaran cicilan tepat waktu
(b) Mengalami penurunan kemampuan pembayaran
(c) Meminta potongan dengan alasan yang dapat diterima penjual.
b. Pengakuan dan Pengukuran Murabahah Akuntansi untuk Penjual
1) Pada saat perolehan, aset murabahah diakui sebagai persediaan
sebesar biaya perolehan.
2) Pengukuran aset murabahah setelah perolehan adalah sebagai
berikut:
(a) Jika murabahah pesanan mengikat maka, dinilai sebesar biaya
perolehan dan jika terjadi penurunan nilai aset karena usang,
rusak, atau kondisi lainnya sebelum diserahkan ke nasabah,
penurunan nilai tersebut diakui sebagai beban dan mengurangi
nilai aset.
(b) Jika murabahah tanpa pesanan atau murabahah pesanan tidak
mengikat maka, dinilai berdasarkan biaya perolehan atau nilai
neto yang dapat direalisasi, mana yang lebih rendah, dan jika
nilai neto yang dapat direalisasi lebih rendak dari biaya
3) Diskon pembelian aset murabahah diakui sebagai:
(a) Pengurangan biaya perolehan aset murabahah, jika terjadi
sebelum akad murabahah
(b) Liabilitas kepada pembeli, jika terjadi setelah akad murabahah
dan sesuai akad yang disepakati menjadi hak pembeli
(c) Tambahan keuntungan murabahah, jika terjadi setelah akad
murabahah dan sesuai akad menjadi hak penjual, atau
(d) Pendapatan operasi lain, jika terjadi setelah akad murabahah
dan tidak diperjanjikan dalam akad.
4) Liabilitas penjual kepada pembeli atas pengembalian diskon pembeli
akan teriliminasi pada saat:
(a) Dilakukan pembayaran kepada pembeli sebesar jumlah
potongan setelah dikurangi dengan biaya pengembalian; atau
(b) Dipindahkan sebagai dana kebajikan jika pembeli sudah tidak
dapat dijangkau olah penjual.
5) Pada saat akad murabahah, piutang murabahah diakui sebesar biaya
perolehan aset murabahah ditambah keuntungan yang disepakati.
Pada akhir periode laporan keuangan, piutang murabahah dinilai
sebesar nilai bersih yang dapat direalisasi, yaitu saldo piutang
6) Keuntungan murabahah diakui:
(a) Pada saat terjadinya penyerahan barang jika dilakukan secara
tunaiatau secara tangguh yang tidak melebihi satu tahun, atau
(b) Selama periode akad sesuai dengan tingkat risiko danupaya
untuk merealisasikan keuntungan tersebut untuk transaksi
tangguh lebih dari satu tahun. Metode-metode berikut ini
digunakan, dan dipilih yang paling sesuai dengan karakteristik
risiko dan upaya transaksi murabahah-nya :
(1) Keuntungan diakui saat penyerahan asset murabahah.
Metode ini terapan untuk murabahah tangguh dimana
risiko penagihan kas dari piutang murabahah dan beban
pengelolaan piutang serta penagihannya relatif kecil.
(2) Keuntungan diakui proporsional dengan besaran kas yang
berhasih ditagih dari piutang murabahah. Metode ini
terapan untuk transaksi murabahah tangguh dimana risiko
piutang tidak tertagih relatif besar dan /atau beban untuk
mengelola dan menagih piutang tersebut relative besar juga.
(3) Keuntungan diakui saat seluruh piutang murabahah
berhasil ditagih. Metode ini terapan untuk transaksi
murabahah tangguh dimana risiko piutang tidak tertagih
dan beban pengelolaan piutang serta penagihannya cukup
transaksi murabahah tangguh mungkin tidak terjadi bila
tidak ada kepastian yang memadai akan penagihan kasnya.
7) Potongan pelunasan piutang murabahah yang diberikan kepada
pembeli yang melunasi secara tepat waktu atau lebih cepat dari
waktu yang disepakati diakui sebagai pengurang keuntungan
murabahah.
8) Pemberian potongan pelunasan piutang murabahah dapat dilakukan
dengan menggunakan salah satu metode berikut:
(a) Diberikan pada saat pelunasan, yaitu penjual mengurangi
piutang murabahah dan keuntungan murabahah, atau
(b) Diberikan setelah pelunasan, yaitu penjual menerima pelunasan
piutang dari pembeli dan kemudian membayarkan potongan
pelunasannya kepada pembeli.
9) Potongan angsuran murabahah diakui sebagai berikut:
(a) Jika disebabkan oleh pembeli yang membayar secara tepat
waktu, maka diakui sebagai pengurang keuntungan murabahah,
atau
(b) Jika disebabkan oleh penurunan kemampuan pembayaran
pembeli, maka diakui sebagai beban.
10) Denda dikenakan jika pembeli lalai dalam melakukan kewajibannya
sesuai dengan akad, dan denda yang diterima diakui sebagai bagian
11) Pengakuan dan pengukuran uang muka adalah sebagai berikut:
(a) Uang muka diakui sebagai uang muka pembelian sebesar
jumlah yang diterima;
(b) Jika barang jadi dibeli oleh pembeli, maka uang muka diakui
sebagai pembayaran piutang (merupakan bagian pokok);
(c) Jika barang batal dibeli oleh pembeli, maka uang muka
dikembalikan kepada pembeli setelah diperhitungkan dengan
biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh penjual.
c. Akuntansi Untuk Pembeli Akhir
1) Hutang yang timbul dari transaksi murabahah tangguh diakui
sebagai hutang murabahah sebesar harga beli yang disepakati
(jumlah yang wajib dibayarkan).
2) Aset yang diperoleh melalui transaksi murabahah diakui sebesar
biaya perolehan murabahah tunai.
3) Selisih antara harga beli yang disepakati dengan biaya perolehan
tunai diakui sebagai beban murabahah tangguhan. Beban
murabahah tangguhan diamortisasi secara proporsional dengan
porsi hutang murabahah.
4) Diskon pembelian yang diterima setelah akad murabahah, potongan
pelunasan dan potongan hutang murabahah diakui sebagai
pengurangbeban murabahah tangguhan.
5) Denda yang dikenakan akibat kelalaian dalam melakukan kewajiban
6) Potongan uang muka akibat pembeli akhir batal membeli barang
diakuisebagai kerugian.
d. Penyajian
1) Piutang murabahah disajikan sebesar nilai bersih yang dapat
direalisasikan, yaitu saldo piutang murabahah dikurangi penyisihan
kerugian piutang.
2) Margin murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang
(contraaccount) piutang murabahah.
3) Beban murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang
(contraaccount) hutang murabahah.
e. Pengungkapan
1) Penjual mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi
murabahah, tetapi tidak terbatas pada:
(a) Harga perolehan aset murabahah;
(b) Janji pemesanan dalam murabahah berdasarkan pesanan
sebagai kewajiban atau bukan; dan
(c) Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101:
Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
2) Pembeli mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi
murabahah, tetapi tidak terbatas pada:
(a) Nilai tunai aset yang diperoleh dari transaksi murabahah;
(c) Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101: Penyajian
Laporan Keuangan Syariah.
5. Ketentuan Murabahah Menurut Fatwa DSN-MUI
Dewan Syariah Nasional telah menetapkan aturan tentang
pembiayaan Murabahah sebagaimana yang telah tercantum sebagai berikut:
a. Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang
murabahah tertanggal 1 April 2000 adalah sebagai berikut :
1) Ketentuan Umum Murabahah dalam Bank Syari’ah:
a) Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang
bebas riba.
b) Barang yang akan diperjualbelikan tidak diharamkan oleh
syari’ah Islam.
c) Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian
barang yang telah disepakati kualifikasinya.
d) Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama
bank sendiri, dan pembelian ini harus sah serta terbebas dari
riba.
e) Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang.
f) Kemudian Bank menjual barang tersebut kepada nasabah
(pemesan) dengan harga jual senilai harga beli ditambah
tahu dengan sejujurnya harga pokok barang kepada nasabah
bserta biaya yang diperlukan.
g) Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati
jangka waktu tertentu yang telah disepakati.
h) Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan
akad tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus
dengan nasabah.
i) Jika bank ingin mewakilkan kepada nasabah untuk membeli
barang dari pihak ketiga (akad wakalah, maka akad jual beli
murabahah harus dilakukan setelah barang secara prinsip
menjadi milik bank.
2) Ketentuan Murabahah kepada Nasabah:
a) Nasabah mengajukan permohonan dan janji pembelian suatu
barang atau aset kepada bank.
b) Jika bank menerima permohonan tersebut, maka bank harus
membeli terlebih dahulu aset yang dipesannya secara sah
dengan pedagang.
c) Bank kemudian menawarkan aset tersebut kepada nasabah dan
nasabah harus menerima (membeli)-nya sesuai dengan janji
yang telah disepakatinya, karena secara hukum janji tersebut
mengikat, kemudian kedua belah pihak harus membuat
d) Dalam jual beli ini bank dibolehkan meminta nasabah untuk
membayar uang muka saat menandatangani kesepakatan awal
pemesanan.
e) Jika nasabah kemudian menolak membeli barang tersebut,
maka biaya riil bank harus dibayar dari uang muka tersebut.
f) Jika nilai uang muka kurang dari kerugian yang harus
ditanggung oleh bank, bank dapat meminta kembali sisa
kerugiannya kepada nasabah.
g) Jika uang muka memakai kontrak ‘urbun sebagai alternatif
dari uang muka, maka
(1) jika nasabah memutuskan untuk membeli barang tersebut,
ia tinggal membayar sisa harga.
(2) jika nasabah batal membeli, uang muka menjadi milik
bank maksimal sebesar kerugian yang ditanggung oleh
bank akibat pembatalan tersebut dan jika uang muka tidak
mencukupi, maka nasabah wajib melunasi
kekurangannya.
3) Jaminan dalam Murabahah:
a) Jaminan dalam murabahah dibolehkan, agar nasabah serius
dengan pesanannya.
b) Bank dapat meminta nasabah untuk menyediakan jaminan
4) Utang dalam Murabahah:
a) Secara prinsip, penyelesaian utang nasabah dalam transaksi
murabahah tidak ada kaitannya dengan transaksi lain yang
dilakukan nasabah dengan pihak ketiga atas barang tersebut.
Jika nasabah menjual kembali barang tersebut dengan
keuntungan atau kerugian, ia tetap berkewajiban untuk
menyelesaikan utangnya kepada bank.
b) Jika nasabah menjual barang tersebut sebelum masa angsuran
berakhir, ia tidak wajib segera melunasi seluruh angsurannya.
c) Jika penjualan barang tersebut menyebabkan kerugian,
nasabah tetap harus menyelesaikan utangnya sesuai
kesepakatan awal. Ia tidak boleh memperlambat pembayaran
angsuran atau meminta kerugian itu diperhitungkan.
5) Penundaan Pembayaran dalam Murabahah:
a) Nasabah yang memiliki kemampuan tidak dibenarkan
menunda penyelesaian utangnya.
b) Jika nasabah menunda-nunda pembayaran dengan sengaja,
atau jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya,
maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi
Syari’ahsetelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
6) Bangkrut dalam Murabahah:
Jika nasabah telah dinyatakan pailit dan gagal
menyelesaikan utangnya, bank harus menunda tagihan utang
sampai ia menjadi sanggup kembali,atau berdasarkan kesepakatan.
b. Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 13/DSN-MUI/XI/2000
menetapkan fatwa tentang uang muka dalam Murabahah tertanggal 16
September 2000 adalah sebagai berikut :
1) Ketentuan Umum Uang Muka :
a) Dalam pembiayaan Murabahah, Lembaga Keuangan Syariah
boleh meminta uang muka apabila kedua belah pihak sudah
bersepakat.
b) Besar uang muka ditentukan berdasarkan kesepakatan kedua
belah pihak.
c) Jika nasabah membatalkan akad Murabahah, maka nasabah
harus membayar ganti rugi kepada Lembaga Keuangan
Syariah dari uang muka tersebut.
d) Jika uang muka lebih kecil dari kerugian maka Lembaga
Keuangan Syariah dapat meminta tambahan kepada nasabah.
e) Dan jika uang muka lebih besar dari kerugian maka Lembaga
keuangan Syariah wajib mengembalikan kelebihannya kepada
nasabah.
2) Jika salah satu pihak tidak melaksanakan kewajiban atau terjadi
Arbitrase Syariah setelah tidak menemui kesepakatan melalui
musyawarah.
c. Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 16/DSN-MUI/IX/2000
menetapkan fatwa tentang diskon dalam Murabahah tertanggal 16
September 2000 adalah sebagai berikut :
1) Ketentuan Umum
a) Harga (tsaman) didalam jual beli memiliki suatu jumlah yang
disepakati oleh kedua belah pihak, baik sama dengan nilai
(qimah) benda yang menjadi obyek jual beli, lebih tinggi
maupun rendah.
b) Harga dalam jual beli Murabahah adalah harga jual beli yang
ditambah dengan keuntungan sesuai dengan kesepakatan kedu
belah pihak.
c) Jika dalam jual beli Murabahah pihak Lembaga Keuangan
Syariah mendapatkan diskon (potongan) dari supplier, maka
harga sebenarnya adalah harga setelah diskon, karena diskon
itu adalah hak nasabah.
d) Jika diskon terjadi setelah akad, maka pembagian diskon
dilakukan berdasarkan perjanjian (persetujuan) yang dimuat
dalam akad.
e) Jika pembagian diskon terjadi setelah akad, hendaknya dibuat
2) Jika salah satu pihak tidak melaksanakan kewajiban atau terjadi
perselisihan, maka penyelesaian akan dilakukan oleh Badan
Arbitrase Syariah setelah tidak menemui kesepakatan melalui
musyawarah.
d. Fatwa Dewan Syariah Nasional Nasional Nomor
17/DSN-MUI/IX/2000 menetapkan sanksi atas nasabah mampu yang menunda
– nunda pembiayaan dalam Murabahah tertanggal 16 September 2000 adalah sebagai berikut:
1) Ketentuan Umum
a) Nasabah yang tidak/belum mampu membayar disebabkan
force majeur tidak boleh dikenakan sanksi.
b) Nasabah yang menunda-nundan pembayaran dan/atau tidak
mempunyai kemauan atau itikad baik untuk membayar
hutangnya boleh dikenakan sanksi.
c) Sanksi didasarkan pada prinsip ta’zir, bertujuan agar nasabah
lebih disiplin dalam melaksanakan kewajibannya.
d) Sanksi dapat berupa denda sejumlah uang yang besarannya
telah ditentukan atas kesepakatan pada saat akad berlangsung.
e) Dana yang berasal dari denda diperuntukkan sebagai dana
sosial.
2) Jika salah satu pihak tidak mampu menunaikan kewajibannya atau
penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syari’ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
e. Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 23/DSN-MUI/III/2002
menetapkan potongan pelunasan dalam Murabahah tertanggal 28
Maret 2002 adalah sebagai berikut, jika nasabah melakukan pelunasan
pembayaran tepat waktu atau lebih cepat dari waktu yang telah
disepakati. Lembaga Keuangan Syariah boleh memberikan potongan
dengan syarat tidak diperjanjikan dalam akad. Besar potongan di
tentukan sesuai dengan kebijakan Lembaga Keuangan Syariah.
6. KPR dan KPR Syariah
a. Pengertian KPR dan KPR Syariah
KPR atau Kredit Pemilikan Rumah merupakan salah satu jenis
pelayanan kredit yang diberikan oleh pihak bank kepada nasabah yang
menginginkan pinjaman khusus untuk memenuhi kebutuhan dalam
pembangunan rumah atau renovasi rumah (Rosyida, 2017).Dengan
adanya produk KPR ini, maka nasabah bisa mencicil atau mengangsur
pembayarannya sampai lunas.
Dalam dunia perbankan konvensional produk KPR dipastikan
tidak akan lepas dari bunga yang merupakan ciri utama dari bank
konvensional. Dalam KPR konvensional biasa terlibat berbagai unit-unit
lain seperti pihak perseroan terbatas yang akan menyediakan lokasi yang
dipergunakan dalam kegiatan pembangunan rumah. Selain itu juga
adalah harga jual yang bersifat kontan, uang muka dan suku bunga
angsuran yang harus dibayarkan oleh nasabah serta berbagai barang dan
juga keperluan lain yang harus dibayarkan oleh pihak debitur (Heykal,
2014).
KPR Syariah atau Kepemilikan Rumah Syariah adalah salah satu
pembiayaan yang diberikan oleh pihak bank kepada nasabah untuk
membeli rumah secara angsuran. Sistem yang digunakan oleh perbankan
syariah dengan menggunakan sistem yang menggunakan aturan Islam,
jauh lebih unggul dan lebih aman dan bebas dari riba (Khaerunnisa,
2016)
KPR syariah merupakan pembiayaan pemilikan rumah dimana
syarat – syarat dan ketentuan yang dijalankan berdasarkan aturan Islam
dan perhitungan bunga tidak ada dalam KPR Syariah hanya ada margin
(Noviyanti, 2011).
KPR dalam perbankan syariah dapat diartikan sebagai
kepemilikan rakyat yang mekanismenya berdasarkan pada akad jual
beli. Hubungan antara pihak bank syariah dengan pihak nasabah yang
mengambil produk KPR syariah adalah hubungan antara penjual dan
pembeli (Widayat, 2008).
b. Perbedaan KPR dan KPR Syariah
Produk KPR yang ada pada perbankan syariah pada dasarnya
berbeda dengan KPR yang ada di perbankan konvensional. Perbedaan ini
dengan perbankan konvensional. KPR Syariah merupakan salah satu
produk pembiayaan Bank Syariah yang membiayai kebutuhan nasabah
dalam hal pengadaan rumah tinggal (konsumtif), baik baru maupun
bekas. Perbedaan antara KPR konvensional dan KPR syariah terletak
pada konsep bagi hasil dan margin sedangkan dalam perbankan
konvensional dikenal sistem yang berbasis bunga. Dan dalam perbankan
konvensional hanya menggunakan satu akad saja yaitu kredit sedangkan
dalam perbankan syariah menggunakan akad murabahah, istishna,
ijarah muntahiyah bittamlik dan musyarakah mutanaqisha (Addina,
2017) . Dalam menjalankan produk KPR, bank syariah memadukan dan
menggali transaksi yang dibolehkan dalam Islam dengan operasional
KPR perbankan konvensional (Sari, 2017).
Tabel 4
Perbedaan KPR dan KPR Syariah
No Kategori KPR KPR Syariah 1 Penentuan
laba bank
Sistem fixed (tetap) , floating (mengikuti keadaan pasar) dan bunga
Fixed (tetap) dan margin
2 Prosedur pembiayaan
Sistem Bunga 1. Murabahah 2. Istishna’
3. Ijarah muntahiyah bittamlik
4. Musyarakah mutanaqisah Sumber: Amalia Nur Addina 2017
c. Pembagian KPR dan KPR Syariah
KPR adalah salah satu pembiayaan yang diberikan kepada
nasabah untuk membeli rumah secara kredit. Secara umum KPR terbagi
1. KPR Subsidi, yaitu kredit yang diperuntukan kepada masyarakat
yang berpenghasilan menengah ke bawah dalam rangka memenuhi
kebutuhan perumahan atau perbaikan rumah yang sudah dimiliki.
Subsidi ini diatur tersendiri oleh Pemerintah, sehingga tidak setiap
masyarakat yang mengajukan kredit dapat diberikan fasilitas ini.
Secara umum batasan yang ditetapkan oleh Pemerintah dalam
memberikan subsidi adalah penghasilan pemohon dan maksimum
kredit yang diberikan.
2. KPR non subsidi, merupakan KPR yang diperuntukkan bagi seluruh
masyarakat tanpa adanya campur tangan pemerintah. Ketentuan
KPR ditetapkan oleh bank itu sendiri, sehingga penentuan besarnya
kredit maupun suku bunga dilakukan sesuai dengan kebijakan bank
Hasil Penelitian Terdahulu
Identitas
Peneliti Aspek
Shindy Marcela Nasir dan Siswadi Sululing Universitas Muhammadiyah Luwuk 2015
Anis Khaerunnisa
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2016
Eva Rosyida
Universitas Negeri Surabaya 2017
1. Judul Penerapan Akuntansi Murabahah terhadap
Pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah pada Bank Syariah Mandiri Cabang Luwuk
Efektivitas Penyaluran Pembiayaan KPR Syariah Bersubsidi Bank BTN Syariah Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah
Analisis Perbandingan Pembiayaan Hunian Syariah Dengan Akad Murabahah dan Akad Musyarakah pada Bank Muamalat
2. Institusi / Perusahaan yang diteliti
Bank Syariah Mandiri Cabang Luwuk
Bank Bank BTN Syariah Kantor Cabang Tanggerang
Bank Muamalat Surabaya
3. Permasalahan Apakah pembiayaan KPR menggunakan Akad Murabahah pada Bank Syariah Mandiri Cabang Luwuk sesuai PSAK No.102 tentang akuntansi
Murabahah?
Bagaimana prosedur dan mekanisme pembiayaan KPR bersubsidi dalam menyediakan hunian bagi masyarakat
berpenghasilan rendah dan apakah sudah efektif bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah?
Bagaimana perbandingan pembiayaan hunian syariah dengan Akad Murabahah dan Musyarakah pada Bank Muamalat?
pembiayaan Murabahah pada Bank Syariah Mandiri
Cabang Luwuk terhadap Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan No. 102 tentang akuntansi Murabahah
bersubsidi dalam menyediakan hunian bagi masyarakat
berpenghasilan rendah dan mengetahui efektif penyaluran pembiayaan bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah
dengan Akad Murabahah dan Musyarakah pada Bank Muamalat
5. Metode Penelitian
Analisis Deskriptif Kualitatif Analisis Deskriptif Kuantitatif Analisis Deskriptif
6. Hasil Peneliti Bank Syariah Mandiri Cabang Luwuk telah menerapkan pembiayaan yang operasionalnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku yaitu Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 102 tentang Akuntansi Murabahah
Dalam pelaksanaannya
mekanisme pemberian subsidi KPR telah sesuai dengan Standart Operasional Prosedur (SOP) yang sudah ditetapkan dan dari hasil penelitian
menunjukan bahwa penyaluran pembiayaan KPR subsidi yang 97 disalurkan oleh Bank BTN Syariah Cabang Tangerang kepada nasabah yang tergolong masyarakat berpengahsilan rendah sudah cukup efektif sesuai dengan Standart
Pembiayaan hunian syariah dengan Akad Murabahah memiliki angsuran tetap , jangka waktu peminjam terdiri dari 60 bulan, 120 bulan dan 180 bulan dengan uang muka 20 % ditanggung oleh nasabah dan sisanya 80 % ditanggung oleh Bank. Pelunasannya pun dapat dilakukan secara sebagian atau keseluruhan sebelum jatuh tempo.
Sedangkan pembiayaan hunian syariah dengan Akad
kementerian perumahan rakyat (KEMENPERA).
jawab uang muka bagi nasabah dan sisanya 80% menjadi tanggung jawab Bank. Jangka waktu pembiayaan yang diberikan adalah 60 bulan, 84 bulan, 120 bulan dan 180 bulan
Penelitian yang penulis laksanakan saat ini memiliki persamaan dengan
penelitian-penelitian terdahulu yang dicantumkan dalam tabel di atas, yaitu tentang
penerapan akad murabahah pada produk KPR ditinjau dari PSAK No. 102 tentang
akuntansi murabahah dan Fatwa DSN-MUI. Namun demikian, terdapat perbedaan
yang terletak pada wilayah dan objek peneliti. Perbedaan lainnya, penelitian penulis
bersifat deskriptif komparatif (perbandingan) , sedangkan peneliti terdahulu pada
39
A. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel
Dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, maka penulis
menguraikan beberapa variabel yang menjadi pokok peneliti, yaitu:
1. Akad Murabahah adalah akad jual beli barang dengan harga jual ditambah
dengan keuntungan yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.
Murabahah merupakan akad antara kedua belah pihak, antara bank dengan
pembeli, bank membeli barang yang dibutuhkan atau diinginkan oleh
nasabah kemudian pihak bank menjual kepada nasabah dengan harga yang
telah disepakati oleh kedua belah pihak.
2. KPR adalah fasilitas yang diberikan oleh bank untuk nasabah yang ingin
memiliki rumah. KPR juga adalah salah satu produk yang memudahkan
nasabah yang tidak memiliki cukup uang, karena bank menawarkan
pembayaran bisa dilakukan secara angsuran/cicilan
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan penulis bersifat deskriptif-komparatif.
Deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan atau
mendeskripsikan suatu subjek atau objek dalam penelitian berdasarkan fakta
aktual sedangkan komparatif adalah penelitian yang bersifat membandingkan
1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif
dan data kuantitatif.
a. Data Kualitatif, yaitu data yang berbentuk selain angka seperti sejarah
singkat dan struktur organisasi perusahaan. Penulis menggunakan
data kualitatif di antaranya berupa gambaran sejarah singkat
perusahaan, struktur organisasi, tugas dan tanggung jawab dari setiap
bagian yang ada dalam struktur organisasi perusahaan di bank Bank
BTN Syariah dan Bank BNI Syariah KC Banjarmasin
b. Data Kuantitatif, yaitu data yang berbentuk angka, seperti data
pembiayaan konsumer. Penulis menggunakan data kuantitatif di
antaranya laporan keuangan bank Bank BTN Syariah dan Bank BNI
Syariah KC Banjarmasin.
2. Sumber data
a. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber
asli tanpa perantara melalui teknik wawancara dengan karyawan di
PT. Bank BTN Syariah dan Bank BNI Syariah KC Banjarmasin.
b. Data skunder adalah data yang peneliti peroleh secara tidak langsung
melalui media perantara, berupa dokumen perusahaan seperti struktur
organisasi, dan data yang lainnya yang mendukung dalam penelitian
1. Teknik Dokumentasi
Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data sekunder. Teknik ini
dilakukan dengan memanfaatkan dokumen – dokumen tertulis, gambar,
foto atau benda – benda lainnya yang berkaitan.
2. Teknik Wawancara
Teknik ini mengadakan tanya jawab secara langsung dengan pihak yang
terkait dengan pelaksanaan produk KPR dengan akad murabahah.
3. Teknik Kepustakaan
Teknik yang dilakukan dengan membaca dan mempelajari teori yang
mendukung penelitian ini.
E. Teknik Analisis Data
Dalam hal ini penulis menganalisis serta menjelaskan hal yang
berhubungan dengan produk KPR menggunakan akad murabahah.
Langkah-langkah teknik analisis yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi dan menganalisis data yang telah terkumpul dari teknik
wawancara maupun dokumentasi dan kepustakan terhadap produk KPR
menggunakan akad murabahah.
2. Melakukan analisa untuk membandingkan data yang telah terkumpul dari
hasil wawancara mengenai produk KPR menggunakan akad murabahah
pada kedua objek.
3. Membuat kesimpulan dari hasil penelitian terhadap penerapan akad
Gambar 5
PENERAPAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK KPR DI BANK BANK BTN SYARIAH DAN BANK BNI SYARIAH KC
BANJARMASIN
Sumber: Disusun oleh penulis 2018
Temuan Awal
1. Murabahah adalah akad yang paling sering digunakan dalam pembiayaan KPR.
2. Pembiayaan KPR di bank syariah mendominasi pembiayaan produk konsumer ( BTN Syariah sebesar 97,05% dan BNI Syariah sebesar 85,53% )
Rumusan Masalah
1. Bagaimana penerapan akad murabahah pada produk KPR di Bank BTN Syariah KC Banjarmasin dan BNI Syariah KC Banjarmasin 2. Bagaimana kesesuaian penerapan akad murabahah pada produk
KPR di Bank BTN Syariah KC Banjarmasin dan BNI Syariah KC Banjarmasin dengan PSAK 102 dan Fatwa DSN-MUI
3. Apakah ada perbedaan penerapan akad murabahah di Bank BTN Syariah KC Banjarmasin dan BNI Syariah KC Banjarmasin
Teknik Analisis
Deskriptif
Deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan suatu subjek atau objek dalam penelitian berdasarkan fakta aktual
Komparatif
Komparatif adalah penelitian yang bersifat membandingkan satu variabel dengan variabel yang lainnya
Penerapan Akad Murabahah Pada produk KPR di Bank BTN Syariah KC Banjarmasin dan BNI Syariah KC Banjarmasin
43
A. Hasil Penelitian
1. PT Bank BTN Syariah Kantor Cabang Banjarmasin a. Sejarah Singkat Perusahaan
Sejarah Bank BTN Syariah berawal dari adanya perubahan
peraturan perundang-undangan perbankan oleh pemerintah dari UU
Perbankan No. 7 tahun 1992 menjadi UU Perbankan No. 10 tahun 1998.
Sejarah itu, dunia perbankan nasional menjadi marak dengan
boomingnya bank syariah. Persaingan dalam pasar perbankan pun kian
ketat, ditambah lagi dengan dikeluarkannya PBI No. 4/1/PBI/2002
tentang perubahan kegiatan usaha bank umum konvensional menjadi
bank umum berdasarkan prinsip syariah oleh bank umum konvensional,
jumlah bank syariah pun bertambah dengan banyaknya UUS (Unit
Usaha Syariah).
Mencermati perkembangan tersebut maka manajemen PT. Bank
Tabungan Negara (Persero), melalui rapat komite pengarah tim
implementasi restrukturasi BTN tanggal 12 Desember 2013,
manajemen BTN menyusun rencana kerja dan perubahan anggaran
dasar untuk membuka UUS agar dapat bersaing di pasar perbankan
syariah. Untuk mengantisipasi adanya kecenderungan tersebut, maka
PT Bank Tabungan Negara (Persero) pada Rapat Umum Pemegang
di Jakarta membentuk divisi syariah berdasarkan Ketetapan Direksi No.
14/DIR/DSYA/2004.
Pembentukan Unit Usaha Syariah ini juga untuk memperkokoh
tekad ajaran BTN untuk menjadikan kerja sebagai bagian dari ibadah
yang tidak terpisah dengan ibadah-ibadah lainnya. Selanjutnya BTN
Unit Usaha Syariah disebut “Bank BTN Syariah” dengan motto “Maju dan Sejahtera Bersama”. Dalam pelaksanaan kegiatannya, Unit Usaha Syariah didampingi oleh Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang
bertindak sebagai pengawas, penasehat dan pemberi saran kepada
Direksi, Pimpinan Divisi Syariah dan Pimpinan Kantor Cabang Syariah
mengenai hal-hal terkait dengan prinsip syariah.
Pada tanggal 15 Desember 2004, BTN menerima surat
persetujuan dari BI, Surat No. 6/1350/DPbs perihal persetujuan BI
mengenai prinsip KCS (Kantor Cabang Syariah) BTN, Maka tanggal
inilah diperingati secara resmi sebagai hari lahir Bank BTN Syariah.
Berdasarkan persetujuan BI dan Direksi PT. BTN maka dibukalah KCS
Jakarta pada tanggal 14 Februari 2005, KCS Bandung pada tanggal 25
Februari 2005, KCS Surabaya pada tanggal 17 Maret 2005, pada
tanggal 4 dan 11 April 2005 KCS Yogyakarta dan KCS Makassar dan
pada bulan Desember 2005 di buka kembali KCS Malang dan Solo.
Pada tahun 2007, BTN setelah mengoperasikan 12 Kantor Cabang