KEBIJAKAN LPS
DALAM PENJAMINAN
SIMPANAN BANK SYARIAH
KEBIJAKAN LPS
DALAM PENJAMINAN
SIMPANAN BANK SYARIAH
Bahan 13 PERBANKAN
Kelembagaan LPS • Tujuan Pendirian LPS
• Jaring Pengaman Sistem Keuangan • Kelembagaan LPS
• Program Penjaminan LPS • Pendanaan LPS
• Penyelesaian Bank Gagal Tidak Sistemik • Penanganan Bank Gagal Sistemik
Penjaminan Bank Syariah • Dasar Hukum
• Konsep & Kontrak Penjaminan • Risiko2 di Bank Syariah
• Bentuk Simpanan Yang Dijamin • Jumlah Simpanan Yang Dijamin • Klaim Tidak Layak Bayar
Materi Presentasi
Kelembagaan LPS
1) Menjaga kepercayaan masyarakat terhadap sistem perbankan
2) Melindungi simpanan nasabah bank 3) Mencegah timbulnya bank runs / rush 4) Membatasi beban keuangan negara
5) Menciptakan mekanisme formal dalam resolusi dan likuidasi bank
6) Menfasilitasi transisi dari blanket guarantee ke penjaminan terbatas
7) Mendukung terciptanya stabilitas sistem keuangan
Tujuan Pendirian LPS
Bank BI Pengatura n & Pengawas an Perbanka n
Jaring #1 Jaring #2 Jaring #3 Jaring #4
Problem Bank BI & Menkeu Fasilitas Lender of Last Resort (FPJP&FP D) LPS Menkeu/ Pemerintah Problem Bank Problem Bank
JPSK - Sektor Perbankan
Penjaminan Simpanan & Resolusi Bank Crisis Managem ent Protocols Skala Permasalahan
Jaring Pengaman Sektor Keuangan (1)
Pengaturan dan pengawasan perbankan merupakan jaring pengaman pertama dalam JPSK (first liine of dee ense)
Adanya pengawasan yang ketat dan efektif diharapkan dapat mengidentifkasi permasalahan perbankan secara dini
sehingga dapat diambil langkah antisipasi terhadap setiap risiko yang berpotensi mengganggu stabilitas sistem
perbankan
Jaring # 1
Jaring # 2
Apabila bank mengalami kesulitan likuiditas, bank sentral dapat memberi fasilitas Lendeer of the Last Resofrt dalam bentuk Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek (FPJP) & Fasilitas
Pembiayaan Darurat (FPD)
FPJP dapat diberikan kepada semua bank, sedangkan FPD
Jaring Pengaman Sektor Keuangan (2)
Apabila permasalahan tidak dapat diatasi dengan jaring #2 dan solvabilitas bank mulai terganggu, pengawas bank
menempatkan bank dalam pengawasan khusus dan
melakukan profmpt cofrrectiive actiiofns. Bank yang tidak berhasil melalui fase ini dinyatakan sebagai bank gagal dan penyelesaian/penanganannya akan diserahkan kepada LPS
Sesuai mandat yang dimiliki, LPS dapat membayar
penjaminan simpanan nasabah bank gagal tersebut atau melakukan penyelamatan bank tersebut
Jaring # 4
Dalam upaya pencegahan & penanganan krisis, sebagai jaring terakhir adalah Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang diketuai Menteri Keuangan dan beranggotakan Gubernur Bank Indonesia untuk menetapkan kebijakan & langkah2 manajemen krisis yang terkoordinasi
Jaring Pengaman Sektor Keuangan (3)
Jaring Pengaman Sektor Keuangan (3)
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang
Lembaga Penjamin Simpanan sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun
2009
(1)
LPS adalah badan hukum yang independen,
transparan, dan akuntabel
(2) LPS bertanggung jawab kepada Presiden
Kelembagaan LPS (1)
Kelembagaan LPS (1)
Status LPS
(1)
Menjamin simpanan nasabah penyimpan; dan
(2) Turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem
perbankan sesuai kewenangannya
(1)
Merumuskan, menetapkan, dan
melaksanakan kebijakan penjaminan
simpanan nasabah penyimpan
(2) Merumuskan dan menetapkan kebijakan
dalam rangka turut aktif memelihara
stabilitas sistem perbankan; dan
(3) Melaksanakan penyelesaian bank gagal yang
tidak berdampak sistemik dan penanganan
bank gagal yang berdampak sistemik
Tugas LPS Fungsi LPS
Kelembagaan LPS (2)
(1) Kepesertaan bersifat wajib bagi bank yang
melakukan kegiatan usaha di wilayah
Indonesia
(2) Simpanan yang dijamin meliputi giro,
deposito, sertifkat deposito, tabungan, dan
bentuk lain yang dipersamakan
(3) Simpanan yang dijamin maksimal sebesar Rp
2 milyar per nasabah per bank sejak 13
Oktober 2008
(4) Premi penjaminan sebesar 0,1% dari rata-rata
jumlah simpanan dibayar setiap enam bulan
sekali atau 0.2% per tahun
Program Penjaminan LPS
1) Modal awal LPS sebesar Rp 4 triliun merupakan kekayaan negara yang dipisahkan
2) Bank peserta membayar kontribusi kepesertaan pada awal menjadi peserta dan membayar premi penjaminan setiap enam bulan sekali
3) Dalam hal LPS mengalami kesulitan likuiditas, Pemerintah memberi pinjaman kepada LPS
4) Dalam hal modal LPS menjadi kurang dari modal awalnya, Pemerintah akan menyetor tambahan modal untuk menutup kekurangannya
5) Kekayaaan LPS yang berbentuk investasi hanya dapat ditempatkan pada surat berharga yang diterbitkan oleh Pemerintah RI dan/atau Bank Indonesia
Pendanaan LPS
Bank Gagal Tidak Sistemik Diselamatkan LPS? Tindakan Penyelamatan oleh LPS LPS Mengusulkan Pencabutan Izin Bank BI Mencabut Izin Usaha Bank
LPS Bayar Klaim Penjaminan Ya Tidak BI menyerahkan kpd LPS
Syarat Penyelamatan:
1.Biaya penyelamatan lebih rendah dari biaya tdk menyelamatkan;
2.Memiliki prospek usaha yang baik;
3.Kesediaan RUPS menyerahkan penyelesaian ke LPS;
LPS Melikuidasi Bank Bank Sehat Bank Dalam Pengawasan Khusus max. 6 bln
LPS harus divestasi dlm waktu 2 thn + (2 X 1 thn)
Penyelesaian Bank Gagal Tidak Sistemik
Bank Gagal Sistemik Pemegang Saham (PS) Ikutserta?
LPS setor 100%
LPS ambil alih RUPS
Bank Sehat Ya Tida k Pemerintah memberi pinjaman jika keuangan LPS tidak mencukupi PS setor min 20% Bank Dalam Pengawasan Khusus max. 6 bln
KSSK menyerahkan penanganannya kpd LPS
LPS setor max. 80%
Tindakan Penyelamatan oleh LPS
LPS harus divestasi dlm waktu 3 thn + (2 X 1 thn)
Ditengarai sistemik oleh BI dan dibawa ke Rapat KSSK
Berdampak Sistemik? Ya Tida k Mengikuti Bagan Alur Penyelesaian Bank Gagal Tidak Sistemik
Penanganan Bank Gagal Sistemik
Penjaminan Bank Syariah
1) Pasal 4 UU LPS menyatakan bahwa fungsi
LPS adalah menjamin simpanan nasabah
penyimpan
dan
turut
aktif
dalam
memelihara stabilitas sistem perbankan
sesuai kewenangannya
2) Dalam Penjelasan Pasal 4 dinyatakan bahwa
penjaminan simpanan nasabah penyimpan
meliputi pula penjaminan bentuk yang
setara dengan simpanan bagi bank yang
melaksanakan usaha berdasarkan prinsip
syariah
Dasar Hukum (1)
4) Dalam Pasal 96 UU LPS ditegaskan kembali
bahwa
LPS
melaksanakan
fungsi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 bagi
bank yang melaksanakan usaha berdasarkan
prinsip syariah
5) Ketentuan
lebih
lanjut
mengenai
pelaksanaan fungsi LPS tersebut ditetapkan
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 39
Tahun 2005 tentang Penjaminan Simpanan
Nasabah Bank Berdasarkan Prinsip Syariah
6) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008
Tentang Perbankan Syariah
Dasar Hukum (2)
17
1) Pada simpanan dengan akad mudharabah, nasabah telah mengetahui risiko kerugian yang mungkin timbul jika proyek yang didanai simpanannya gagal
2) Apabila nasabah paham adanya potensi risiko kehilangan dana, apakah masih diperlukan penjaminan?
3) Di beberapa negara muslim penjaminan hanya meliputi simpanan konvensional, sedangkan di Malaysia & Indonesia simpanan berakad mudharabah termasuk dalam lingkup penjaminan
4) Pertimbangan pemberian jaminan tersebut
meliputi perlindungan terhadap dana
masyarakat, menjaga kepercayaan
masyarakat, mendukung daya saing produk syariah, dan memenuhi aspirasi umat
Konsep & Kontrak Penjaminan (1)
5) Kontrak antara penjamin simpanan dan bank peserta penjaminan umumnya menggunakan akad : kafalah bil ujr; atau tabarru’ atau
tabarru’ ta’awuni
6) Dengan akad kafalah bil ujr, bank setuju membayar secara periodik sejumlah fee kepada penjamin simpanan untuk mendapat
penjaminan atas pembayaran kembali
simpanan nasabah jika bank peserta
penjaminan dicabut izinnya
7) Dalam akad tabarru’, bank secara sukarela mengumpulkan premi/fee untuk dikelola oleh penjamin simpanan & digunakan untuk
Konsep & Kontrak Penjaminan (2)
8) Akad tabarru’ ta’awuni juga digunakan dalam kontrak asuransi komersial (takaful)
9) Dalam sistem penjaminan simpanan, akad
tabarru’ ta’awuni umumnya digunakan dalam penjaminan simpanan yang menganut sifat kepesertaan sukarela (tidak wajib)
10) Meskipun tidak secara tegas diatur dalam undang-undang atau peraturan pemerintah,
dalam prakteknya LPS menggunakan
pendekatan akad kafalah bil ujr
Konsep & Kontrak Penjaminan (3)
Menempatkan dana pada bank syariah dalam bentuk simpanan
Nasabah Bank Peserta Penjamin Simpanan
Apabila bank peserta penjaminan mengalami kegagalan (dicabut izinnya), penjamin simpanan akan menanggung sebagian kewajiban bank tersebut dengan cara membayar
Membayar fee dalam bentuk premi untuk melindungi
simpanan yang dijamin
Konsep & Kontrak Penjaminan (4)
Konsep & Kontrak Penjaminan (4)
Kontrak penyimpa nan dana
Kontrak penjamina
Risiko2 di Bank Syariah
Risiko2 di Bank Syariah
Bank Syariah Risiko Kredit Risiko Pasar Risiko Liquiditas Risiko Hukum Risiko Reputasi Risiko Operasional Risiko Strategik Risiko Kepatuhan Equity Investment Risk Rate of Return Risk Syariah Non-Compliance Risk
risiko yang unik di bank syariah
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2005, simpanan di bank syariah yang dijamin LPS berbentuk:
1) giro wadiah
2) tabungan wadiah
3) tabungan mudharabah muthlaqah atau
mudharabah muqqayadah yang risikonya
ditanggung oleh bank
4) deposito mudharabah muthlaqah atau
mudharabah muqqayadah yang risikonya
ditanggung oleh bank; dan/atau
5) simpanan berdasarkan prinsip syariah lainnya
yang ditetapkan LPS setelah mendapat
pertimbangan dari Bank Indonesia
Bentuk Simpanan Yang Dijamin
1) Jumlah simpanan yang dijamin sebesar Rp
2 milyar per nasabah per bank meliputi
seluruh rekening yang dimiliki nasabah;
rekening tunggal, rekening gabungan
(
joint account
), rekening konvensional,
serta rekening syariah
2) Misalnya: Seorang nasabah mempunyai
tabungan konvensional di Bank XYZ
sebesar
Rp500
juta
dan
deposito
konvensional sebesar Rp1 milyar, serta
deposito mudharabah di UUS Bank XYZ
sebesar
Rp1
milyar,
maka
jumlah
simpanan yang dijamin untuk nasabah
tersebut maksimal sebesar Rp2 milyar
Jumlah Simpanan Yang Dijamin (1)
3) Nilai simpanan yang dijamin mencakup
saldo pada tanggal pencabutan izin usaha
bank
4) Untuk simpanan yang memiliki komponen
bagi hasil, saldo tersebut meliputi pokok
ditambah bagi hasil yang telah menjadi
hak nasabah pada tanggal pencabutan izin
usaha BUS, BPRS, atau bank umum
konvensional yang menjadi induk UUS
Jumlah Simpanan Yang Dijamin (2)
1) Klaim penjaminan dinyatakan tidak layak
bayar
apabila
nasabah
penyimpan
memperoleh keuntungan tidak wajar,
salah satu sebabnya jika nasabah
memperoleh bunga melebihi tingkat
bunga yang ditetapkan LPS
2) Ketentuan bunga maksimum tersebut
tidak berlaku bagi simpanan di bank
syariah. Apabila realisasi bagi hasil
simpanan di bank syariah diekuivalenkan
dengan tingkat bunga melebihi tingkat
bunga wajar yang ditetapkan LPS,
simpanan tersebut tetap dijamin
Klaim Tidak Layak Bayar
Dalam Jutaan Rupiah
No Periode
Bank Umum BPR
Total Premi Konven
sional* Syariah Konvensional Syariah
1 2005 527.898 6.123 10.005 253 544.279
2 2006
2.315.17
2 27.932 28.701 713
2.372.51 8 3 2007 2.666.82
4 39.094 34.686 1.263
2.741.86 7 4 2008 3.066.55
9 50.358 42.131 1.834
3.160.88 1 5 2009 3.665.28
0 65.645 46.451 2.277
3.779.65
4
12.241.7 12.599.1
Komposisi Premi Penjaminan
No. Nama Bank Tgl Pencabutan Izin
1. PT BPR Tripillar Arthajaya – Yogyakarta 19 Januari 2006
2. PD BPR Cimahi – Bandung 26 Januari 2006
3. PT BPR Mitra Banjaran – Bandung 7 Februari 2006
4. PT BPR Mranggen Mitraniaga – Demak 22 Agustus 2006
5. PT BPR Samadhana – Sukabumi 27 September 2006
6. PT BPR Gununghalu – Bandung 11 Oktober 2006
7. PT BPR Bekasi Istana Artha – Bekasi 24 Januari 2007
8. PT BPR Era Aneka Rezeki – Cibinong 16 Maret 2007
9. PT BPR Bangunkarsa Arthasejahtera – Bandung
6 Juni 2007
10. PD BPR Bungbulang – Garut 20 Nopember 2007
Bank Yang Dicabut Izinnya (1)
No. Nama Bank Tgl Pencabutan Izin
11 PT BPR Anugrah Arta Niaga – Pati 13 Desember 2007
12. PT BPR Citraloka Dana Mandiri – Bandung
14 Februari 2008
13. PT BPR Kencana Artha Mandiri – Solo 13 Maret 2008
14. PT BPR Sumber Hiobaja – Sukoharjo 23 April 2008
15. PT BPR Handayani Ciptasehati – Makasar
18 Desember 2008
16. PT BPR Tripanca Setiadana – Lampung
14 Pebruari 2008
17. PT Bank IFI - Jakarta 17 April 2009
18. PD BPR Syariah Babussalam – Garut 1 Mei 2009
19. PT BPR Sri Utama Tabanan – Bali 13 Mei 2009