2.1. Pengertian ASI Eksklusif
ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama 6 bulan, tanpa menambahkan dan atau menganti dengan makanan atau minuman lain (Kemenkes RI, 2010). ASI eksklusif adalah tidak memberi bayi makanan atau minuman lain, termasuk air putih, disamping menyusui (kecuali obat-obatan dan vitamin atau mineral tetes) ASI perah juga diperbolehkan (Depkes RI, 2007). ASI eksklusif adalah pemberian ASI selama 6 bulan tanpa dicampur dengan tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi tim. (Maryunani, 2008).
2.1.1. Keuntungan Menyusui Eksklusif
usus bayi dari mekonium (tinja pertama bayi yang berwana kehitaman). Hal ini membersihkan bilirubin dari usus membantu mencegah bayi kuning/ikterus.
Kolostrum juga mengandung zat yang berfungsi sebagai faktor pertumbuhan, yang membantu proses pengembangan organ usus bayi yang belum berkembang sempurna setelah bayi dilahirkan. Karena itu kolostrum membantu bayi terhindar dari alergi dan keadaan tidak tahan (intoleransi) terhadap makanan lain. Di samping itu kolostrum lebih kaya vitamin dari pada ASI matur. Khususnya vitamin A. Vitamin A membantu meringankan infeksi berat yang mungkin di derita bayi (Depkes RI, 2007).
b. Meningkatkan Kecerdasan secara : 1. Asuh (fisik-biomedis)
ASI mengandung zat gizi dengan fungsi spesifik untuk pertumbuhan otak: a). Korg-chain Polyunsaturated Fatty Acid (DHA dan AA) untuk
pertumbuhan otak dan retina.
b). ASI mengandung asam lemak esensial yang tidak terdapat didalam susu sapi atau susu formula. Asam lemak esensial ini dibutuhkan untuk pertumbuhan otak dan mata bayi. Serta kesehatan pembuluh darah. Selain itu, asam lemak terdiri dari Asam lemak Linoleat yang merupakan
oleh tubuh bayi dibandingkan dengan lemak susu sapi atau susu formula (Depkes RI, 2007).
c). Cholestrol untuk myelininsasi jaringan syaraf.
d). Taurin neurotransmiter inhibitor dan stabilisator membrane. e). Laktosa untuk pertumbuhan otak.
f). Choline yang mungkin meningkatkan memori. 2. Asah (stimulasi/pendidikan)
Menurut Roesli dalam Maryunani (2008) menyusui secara eksklusif merupakan stimulasi awal dimana pandangan, belaian, usapan, kata-kata ibu waktu menyusui memenuhi kebutuhan awal dari pendidikan/kebutuhan stimulasi atau kebutuhan rangsangan.
3. Asih (fisk-biomedis)
Bayi yang disusui eksklusif, dipijat, sering didekap, dibelai, membuat bayi merasa aman, terlindung dan dicintai. Bonding yang baik merupakan dasar terbentuk hubungan yang erat dan penuh kasih sayang yang membuat ibu merasa sangat puas secara emosional (Depkes RI, 2007). Bayi tumbuh menjadi manusia mencintai sesamanya/spiritual yang baik, menyusui dini merupakan latihan bersosialisaasi dini dengan membentuk emosional stabil (Maryunani, 2008).
2.1.2. Manfaat ASI Eksklusif
1. ASI mengandung protein yang spesifik untuk melindungi bayi dari alergi.
2. Secara alami, ASI memberikan kebutuhan yang sesuai dengan usia kelahiran bayi (seperti bayi prematur, ASI memiliki kandungan protein lebih tinggi dibanding ASI untuk bayi yang cukup bulan).
3. ASI juga bebas kuman karena diberikan secara langsung. 4. Suhu ASI sesuai dengan kebutuhan bayi.
5. ASI lebih mudah di cerna dan diserap oleh usus bayi.
6. ASI mengandung banyak kadarselenium yang melindungi gigi dari kerusakan. 7. Menyusui akan melatih daya isap bayi dan membantu membentuk otot pipi yang
baik.
Maryunani (2008) juga menjelaskan bahwa manfaat ASI eksklusif bagi ibu diantaranya adalah :
a. Manfaat ASI eksklusif bagi ibu
1. Membantu mempercepat pengembalian rahim ke bentuk semula dan mengurangi perdarahan setelah kelahiran.
2. Membantu menunda kehamilan baru, pemberian ASI eksklusif dapat berfungsi sebagai kontrasepsi selama 6 bulan setelah kelahiran karena isapan bayi merangsang hormon prolaktin yang menghambat terjadinya
ovulasi/pematangan telur sehingga menunda kesuburan.
yang diduga menjadi salah satu pemicu kanker payudara karena tidak adanya keseimbangan antara hormon estrogen dan progeseron.
4. Membantu ibu dan bayi dalam mengembangkan hubungan kasih sayang yang erat (bonding) serta memberi rasa puas, bangga dan bahagia pada ibu yang berhasil menyusui bayinya
5. Mengurangi biaya pengeluaran karena ASI tidak perlu dibeli
b. Keunggulan ASI eksklusif terhadap susu lainnya menurut (Depkes RI, 2007) sebagai berikut :
1. Aspek Gizi
a). Mengandung zat gizi berkualitas tinggi untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi.
b). Zat gizi dalam ASI mudah dicerna dan serap secara efektif.
2. Aspek Imunologis
a). ASI mengandung zat gizi anti infeksi, bersih dan bebas kontaminasi. b). Mengandung IgA, Laktoferin, Lysozim, faktor Bifidus dan lain-lain
yang mampu menjaga daya tahan tubuh bayi. 3. Aspek Kecerdasan
ASI mengandung Taurin, Docosahexaenoic Acid (DHA) danArachidonic
2.1.3. Komposisi ASI
Komposisi ASI tidak selalu sama. Komposisi ASI bervariasi menurut usia bayi, menurut awal hingga akhir proses menyusui, menurut diantara waktu-waktu menyusui dan menurut waktu berlainan pada malam hari dan siang hari.
a. Komposisi ASI dari hari ke hari 1. Kolostrum (Susu Jolong)
a) Kolostrum adalah ASI khusus berwarna kekuningan, agak kental dan diproduksi dalam beberapa hari setelah persalinan. Kolostrum (IgG) dari bahasa latin colostrums atau jolong adalah susu yang dihasilkan oleh kelenjar susu dalam tahap akhir kehamilan dan beberapa hari kelahiran bayi. pada hari ke 2 dan 3 ASI dalam bentuk kolostrum diproduksi lebih banyak dan payudara terasa penuh, keras dan berat. Sebagian orang menyebut kondisi ini “coming-in” (ASI mulai keluar) Kolostrum akan dihasilkan selama 5-7 hari.
b) Kolostrum lebih banyak mengandung anti bodi dan protein anti- infeksi lainnya dibandingkan ASI matur/matang. Hal ini merupakan alasan mengapa kolostrum lebih banyak mengandung sel protein dibanding ASI matur/matang.
mencegah bakteri yang berbahaya penyebab penyakit infeksi pada bayi baru lahir. Disamping itu zat antibodi pada kolostrum dapat mencegah bayi dari kemungkinan timbulnya alergi.
d) Kolostrum memiliki efek pencahar yang berfungsi membersihkan usus bayi dari mekonium (tinja pertama bayi yang berwarna kehitaman). Hal ini membersihkan bilirubin dari usus dan membantu mencegah bayi kuning/ikterus.
e) Kolostrum mengandung zat yang berfungsi sebagai faktor pertumbuhan, yang membantu proses pengembangan organ usus bayi yang belum berkembang sempurna setelah bayi dilahirkan. Karena itu kolostrum membantu bayi terhindar dari alergi dan keadaan tidak tahan (intoleransi) terhadap makanan lain.
f) Kolostrum lebih kaya vitamin dari pada ASI matur/matang, khususnya vitamin A. Vitamin A membantu meringankan infeksi berat yang mungkin di derita bayi. Karena ini sangat penting bagi bayi untuk memperoleh
kolostrum sebagai makanan pertama. Kolostrum sudah tersedia dalam payudara ibu ketika bayi dilahirkan. Kolostrum mengandung semua zat yang dibutuhkan bayi baru lahir sebelum ASI matur/matang dihasilkan. 2. ASI Peralihan
b. Kadar protein berkurang sedangkan kadar karbohidrat dan lemak meningkat.
c. Volume ASI semakin meningkat. 3. ASI Matur/Matang
a. Merupakan ASI yang diproduksi sejak hari ke 14 dan seterusnya, komposisi relative konstan.
b. Komposisi ASI dari menit ke menit
ASI yang diproduksi pada awal proses menyusui disebut susu awal
(foremilk) adalah ASI yang lebih bening, Susu akhir (hind milk) adalah ASI yang lebih putih, diproduksi pada akhir proses menyusui, perbedaan jenis ASI antara kolostrum dengan ASI Matur adalah kolostrum lebih banyak mengandung protein di banding ASI Matur sedangkan susu akhir mengandung lebih banyak lemak dibandingkan susu awal.
Lemak yang lebih banyak pada susu akhir menyebabkan susu akhir kelihatan lebih putih dibanding susu awal. Lemak yang banyak ini memberikan banyak energy dalam ASI, oleh karena itu jangan menghentikan bayi yang sedang menyusu terlalu cepat. Bayi harus diberi kesempatan untuk menyusu lebih lama sehingga mendapat susu akhir yang kaya lemak secara maksimal.
airakan terpenuhi. Bayi tidak memerlukan lagi air minum selain ASI sebelum berumur 6 bulan walaupun bayi tinggal di daerah beriklim panas. Jika bayi haus diberi tambahan air minum maka bayi akan kurang memperoleh ASI.
c. Kandungan Zat dalam ASI 1. Protein ASI
Kandungan zat gizi dalam ASI, untuk merujuk mengapa zat gizi tersebut sangat sempurna untuk bayi. ASI, susu sapi dan susu kambing mengandung protein untuk pertumbuhan dan ketiganya mengandung gula susu yaitu laktosa, yang juga memberi energi, perbedaan jumlah protein yang terdapat dalam ASI dengan susu hewan adalah susu hewan mengandung lebih banyak protein di banding ASI. Protein adalah zat penting dan kita mungkin berpikir bahwa lebih banyak protein pasti lebih baik. Akan tetapi, hewan tumbuh lebih cepat dari pada manusia, karena itu hewan memerlukan susu dengan konsentrasi protein lebih tinggi. Mengingat bayi memiliki organ ginjal yang belum sempurna, maka akan sulit untuk membuang kelebihan sisa protein dari susu hewan.
Kandungan protein yang mudah larut atau protein whey yang mengandung protein anti-infeksi yang dapat melindungi bayi terhadap infeksi. Susu hewan tidak mengandung jenis protein anti-infeksi tersebut untuk melindungi bayi.
Bayi yang diberi susu formula kemungkinan akan mengalami
intoleransi terhadap protein yang berasal dari susu hewan. Bayi mungkin akan terkena diare, sakit perut, kulit kemerahan dan lainnya apabila diberi jenis protein lain. Diare mungkin bisa persisten (menetap) dan menunjang terjadinya kurang gizi. Bayi yang diberi susu formula atau susu hewan kemungkinan akan menderita alergi yang dapat menyebabkan eksim dan asma. Bayi mungkin mengalami
intoleransi atau alergi setelah diberi sedikit saja susu formula pada hari-hari pertama kehidupannya.
Protein yang mengandung anti-infeksi dalam ASI termasuk laktoferrin (yang mengikat zat besi dan mencegah pertumbuhan bakteri yang membutuhkan zat besi) dan lisozim (yang membunuh bakteri), serta antibodi (immunoglobulin, terutama IgA). Faktor anti-infeksi lainnya termasuk faktor bifidus (yang menunjang pertumbuhan laktobasillus
bifidus yang menghambat pertumbuhan bakteri berbahaya, dan menyebabkan tinja bayi yang diberi ASI berbau seperti yogurt). ASI juga mengandung faktor anti-virus dan faktor anti-parasit.
Imunoglobulin utama dalam ASI adalah IgA-sering disebut secretory immunoglobulin A (SigA) yang dialirkan ke ASI sebagai respon terhadap infeksi pada ibu. IgA berbeda dengan immunoglobulin lain seperti IgG yang dialirkan dalam darah.
2. Lemak dalam ASI
Semua jenis susu mengandung lemak sebagai sumber energi utama yang dibutuhkan bayi manusia atau bayi hewan, dan juga mengandung laktosa yang juga memberi energi. ASI mengandung asam lemak esensial yang tidak terdapat didalam susu sapi atau susu formula. Asam lemak esensial ini dibutuhkan untuk pertumbuhan otak dan mata bayi, serta kesehatan pembuluh darah. Selain itu, asam lemak terdiri dari Asam Lemak Linoleat yang merupakan Prekursor
block” otak yang siap pakai. ASI juga mengandung enzim lipase yang membantu mencerna lemak Enzim ini tidak terdapat di dalam susu hewan atau susu formula. Lemak yang terdapat didalam ASI dicerna lebih sempurna dan digunakan lebih efesien oleh tubuh bayi dibandingkan dengan lemak susu sapi atau susu formula.
Tinja bayi yang diberi susu formula berbeda dengan tinja bayi yang diberi ASI. Hal ini antara lain disebabkan karena tinja bayi yang diberi susu formula lebih banyak mengandung sisa makanan yang tidak dapat digunakan oleh tubuh bayi. Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) yang diberi susu formula yang kurang mengandung asam lemak esensial telah terbukti menunjukkan perkembangan mental dan penglihatan yang tidak optimal. Saat lahir lambung bayi belum menghasilkan semua enzim yang dibutuhkan untuk mencerna lemak susu. Lipase dalam ASI membentu menyempurnakan pencernaan lemak di dalam lambung bayi. Lipase dalam ASI disebut bile–salt
stimulated lipase. Karena mulai bekerja di dalam usus bersamaan dengan tersedianya garam-empedu tersebut. Lipase tidak aktif dipayudara atau didalam lambung sebelum ASI bercampur dengan empedu.
3. Vitamin dalam ASI
tahun di kedua usia bayi. Susu sapi banyak mengandung vitamin B, tetapi tidak mengandung vitamin A dan C sebanyak dalam ASI.
4. Zat besi dalam ASI
Zat besi penting untuk mencegah anemia. Beberapa jenis susu mengandung zat besi dalam jumlah yang sangat sedikit 0,5-07 mg/l. hanya sekitar 10 % zat besi pada susu sapi yang bisa diserap, namun sekitar 50 % zat besi dari ASI dapat diserap oleh usus bayi. Bayi yang diberi susu sapi mungkin tidak mendapat cukup zat besi, sehingga bayi sering menderita anemia. Dengan demikian ASI secara Eksklusif kepada bayi kecukupan zat besi akan terpenuhi dan bayi dapat terlindung dari anemia sampai sekurangnya bayi berumur 6 bulan atau lebih. Pada beberapa merk susu formula ditambahkan zat besi, akan tetapi tambahan tersebut tidak diserap dengan baik sehingga harus ditambah dalam jumlah besar untuk melindungi bayi dari anemia. Penambahan zat besi dapat mempermudah tumbuhnya beberapa jenis bakteri yang mungkin akan meningkatkan peluang terjadinya infeksi misalnya meningitis dan sepsis (Depkes RI, 2007).
2.1.4. Cara Menyusui yang Efektif
Tanda-tanda perlekatan bayi yang baik adalah :
a. Tampak areola lebih banyak diatas mulut bayi daripada dibawah mulutnya. Ini menunjukkan bahwa lidah bayi sedang menjangkau bagian bawah sinus laktiferus untuk menekan ASI keluar.
b. Mulut bayi terbuka lebar.
c. Bibir bawah bayi terputar keluar. d. Dagu bayi menyentuh payudara.
Tanda ini merupakan tanda yang dapat terlihat dari luar yang menunjukkan bahwa bayi melekat dengan baik pada payudara. Perlekatan yang kurang baik akan menyebabkan nyeri dan kerusakan pada puting. Bila bayi tidak melekat dengan baik dan menghisap puting maka ibunya kesakitan. Perlekatan yang kurang baik merupakan penyebab yang paling penting terjadinya puting lecet. Saat bayi menghisap kuat untuk memperoleh ASI, bayi menarik puting masuk dan keluar. Hal ini menyebabkan puting tergesek oleh mulut bayi. Bila bayi terus menghisap dengan cara ini, bayi merusak kulit puting, dan menyebabkan puting retak (fisura).
Jika bayi melekat kurang baik, bayi tidak memperoleh ASI secara efektif, akibatnya sebagai berikut :
a. Kedua payudara ibu mungkin menjadi bengkak.
c. Bayi mungkin tidak mendapat cukup ASI, bayi mungkin sangat frustasi sehingga menolak menyusu sama sekali.
d. Kenaikan berat badan bayi mungkin kurang.
dengan baik pada payudara yaitu pada bayi sangat kecil atau lemah serta kurangnya bantuan yang terampil. Penyebab yang sangat penting terjadinya perlekatan yang kurang baik adalah kurangnya bantuan dan dukungan yang terampil. Ada beberapa ibu yang merasa terkucil dan kurang mendapat dukungan dari masyarakat. Ibu mungkin kekurangan bantuan dari ibu berpengalaman misalnya ibu mereka sendiri yang sangat terampil membantu proses menyusui. Petugas kesehatan yang menangani ibu dan bayi misalnya dokter dan bidan mungkin belum dilatih untuk membantu ibu menyusui.
Tanda-tanda bayi menyusu dengan efektif adalah bayi melakukan hisapan lambat dan dalam ini adalah tanda penting bayi mendapatkan ASI. Bayi melakukan hisapan dangkal dan cepat terus menerus ini adalah tanda bayi kurang mendapatkan ASI. Ia melekat kurang baik dan tidak menyusu secara
efektif. Bayi menelan sampai terlihat atau terdengar tegukannya, bila bayi menelan berarti ia mendapatkan ASI. Kadang terdengar tegukan, apabila bayi membuat suara kecapan ketika menghisap ini adalah tanda bayi melekat kurang baik. Serta bayi terlihat puas menyusu dimana bayi melepaskan sendiri payudara, tampak puas dan mengantuk. Disamping perlekatan bayi yang baik juga harus diperhatikan “Posisi Bayi yang Baik “ pada saat menyusu.
Tanda-tanda posisi bayi yang baik pada saat menyusui adalah : a. Kepala dan badan bayi dalam garis lurus.
d. Bayi dekat ke payudara, hidung berhadapan dengan putting.
Posisi menyusui yang benar akan membantu bayi untuk melekat dengan baik pada payudara ibu, apabila posisi menyusu dan perlekatan ke payudara benar maka bayi akan mengisap dengan efektif (Depkes RI, 2007).
2.1.5. Cara Kerja Menyusui
Dengan memahami proses menyusui, akan dapat ditentukan apa yang terjadi serta langkah penyelesaian masalah menyusu.
a. Anatomi Payudara
Puting dan kulit berwarna gelap disekelilingnya yang di sebut areola. Pada
areola ada kelenjar-kelenjar kecil yang di sebut “kelenjar montgomery”yang mengeluarkan cairan berminyak untuk menjaga kulit tetap sehat. Didalam payudara ada alveoli, yang berbentuk kantong-kantong kecil terdiri dari “sel-sel pembuat ASI”. Ada jutaan alveoli. Hormonprolaktin merangsang sel-sel alveoli tersebut memproduksi ASI.
Di sekeliling alveoli terdapat sel-sel otot, yang dapat berkontraksi dan memerah ASI keluar. Hormon oksitosin membuat sel-sel otot tersebut berkontraksi. Pembuluh kecil atau duktus, mengalirkan ASI keluar dari alveoli. Di bawah areola, pembuluh-pembuluh tersebut melebar, dan membentuk sinus-sinus
laktiferus, dimana ASI mengumpul untuk persiapan satu kali menyusui. Pembuluh-pembuluh tersebut menyempit lagi ketika melewati puting. Alveoli dan
besar dan kecil. Payudara besar dan kecil mempunyai jaringan kelenjar dalam jumlah yang sama banyaknya sehingga keduanya menghasilkan cukup banyak ASI.
b. Hormon Prolaktin
Ketika bayi menyusui pada payudara rangsangan sensorik mengalir dariputing susu ke otak. Sebagai reaksi, bagian depan (anterior) kelenjar pituitary di dasar otak mengeluarkan hormon prolaktin. Prolaktin masuk ke dalam darah menuju payudara dan merangsang sel-sel untuk memproduksi ASI. Sebagian besar
hormon prolaktin berada dalam darah selama kurang lebih 30 menit setelah proses menyusui, jadi hormon ini membuat payudara memproduksi ASI untuk proses menyusui “berikutnya”. Untuk proses menyusui saat ini, bayi menghisap ASI yang sudah tersedia di dalam payudara.
Cara untuk meningkatkan pasokan ASI adalah bila bayi menyusui lebih banyak maka payudara ibu akan lebih banyak menghasilkan ASI. “lebih banyak menyusui lebih banyak produksi ASI”. Kebanyakan ibu dapat memproduksi ASI lebih banyak dari yang dibutuhkan bayi. Bila seorang ibu mempunyai dua bayi dan keduanya menyusu, payudaranya akan memproduksi ASI untuk dua bayi. Bila bayi kurang menyusu, payudara memproduksi ASI lebih sedikit. Bila bayi berhenti menyusu, payudara segera berhenti memproduksi ASI.
c. Refleks Oksitosin
mengeluarkan hormon oksitosin. Oksitosin masuk ke dalam darah menuju payudara dan merangsang sel-sel otot di sekeliling alveoli berkontraksi. Kontraksi ini membuat ASI yang terkumpul di dalam alveoli mengalir melalui pembuluh menuju sinus-sinus laktiferus. Kadang-kadang ASI mengalir keluar payudara. Hal ini disebut “refleks oksitosin” atau refleks pengeluaran ASI.
Oksitosin diproduksi lebih cepat daripada prolaktin. Hormon ini menyebabkan pengeluaran ASI pada waktu proses menyusui. Oksitosin dapat mulai berfungsi sebelum bayi menghisap bila ibu memikirkan akan menyusui. Bila reflek oksitosin ibu tidak berfungsi dengan baik, bayi dapat mengalami kesulitan memperoleh ASI. Tampaknya seolah-olah payudara berhenti memproduksi ASI, padahal sebenarnya payudara memproduksi ASI namun ASI tidak mengalir keluar.
d. Membantu dan Menghambat Refleks Oksitosin
1. Seorang ibu perlu berada dekat bayinya sepanjang waktu, sehingga ia dapat melihat, menyentuh dan meresponnya. Hal ini membantu tubuh ibu menyiapkan diri untuk menyusui dan membantu pengeluaran ASI. Bila ibu terpisah dari bayinya di antara waktu menyusui, refleks oksitosin mungkin tidak bekerja dengan baik.
2. Perasaan ibu penting sekali membuat ibu merasa baik dan membangun rasa percaya diri untuk membantu ASI keluar dengan lancar. Apabila perasaan khawatir atau membuat ibu tidak percaya diri tidak dapat memberikan ASI. Ibu sering menyadari adanya refleks oksitosin tersebut. Beberapa tanda reflek
soksitosin sedang berfungsi aktif dapat di ketahui antara lain :
1. Sensari diperas atau gelenyar (tingling sensation) di dalam payudara sesaat sebelum menyusui atau pada waktu proses menyusui berlangsung. 2. ASI mengalir dari payudara bila ibu memikirkan bayinya, atau mendengar
bayinya menangis.
3. ASI menetes dari payudara sebelah, bila ibu menyusu pada payudara lainnya.
4. ASI memancar halus ketika bayi melepas payudara pada waktu menyusui. 5. Adanya nyeri yang berasal dari kontraksi rahim, kadang diiringi
keluarnya darah selama menyusui di minggu pertama kelahiran bayi. 6. Hisapan yang lambat, dalam dan tegukan bayi menunjukkan bahwaASI
Bila ada satu atau lebih tanda atau sensasi tersebut, maka refleks oksitosin aktif.
e. Zat Penghambat (Inhibitor) dalam ASI
Kadang-kadang payudara berhenti menghasilkan ASI, sementara payudara satunya terus menghasilkan ASI-meskipun oksitosin dan prolaktin sama-sama mengalir kedua payudara. Ada satu zat dalam ASI yang dapat mengurangi atau “mencegah” (inhibit) produksi ASI. Bila ada banyak ASI tertinggal di dalam satu payudara, zat pencegah atau inhibitor tersebut menghentikan sel-sel pembuat ASI agar tidak memproduksi lagi. Penghentian ini membantu melindungi payudara yang di dalamnya masih tertinggal banyak ASI dari bahaya efek kepenuhan. Hal ini juga diperlukan bila bayi meninggal atau berhenti menyusu untuk alasan lainnya. Bila ASI dikeluarkan, baik melalui hisapan bayi atau diperah, inhibitor juga turut dikeluarkan.
inhibitor didalam payudara adalah “hisapan bayi mengendalikan semuanya, hisapan bayilah yang membuat payudara menghasilkan ASI”. Agar ibu mengasilkan cukup ASI, bayinya harus sering menyusu dengan cara benar. f. Refleks-refleks pada Bayi
Ada tiga refleks utama pada bayi yaitu : 1. Refleks mencari puting (reflex “Rooting”)
Ketika ada sesuatu menyentuh bibir atau pipi, bayi akan membuka mulut dan menggerakkan kepala untuk menemukannya. Bayi menggerakkan lidah kebawah dan kedepan ini di sebut refleks rooting (mencari puting). Biasanya yang dicari adalah payudara.
2. Refleks menghisap
Ketika ada sesuatu menyentuh langit-langit mulutnya, bayi mulai menghisap. 3. Refleks menelan
Ketika mulutnya terisi ASI, bayi akan menelannya. Semua refleks yang terjadi secara otomatis tanpa bayi harus belajar melakukannya (Depkes RI, 2007).
2.1.6. Faktor Penghambat Pemberian ASI Eksklusif yang Merupakan Anggapan yang Salah tentang Menyusui
a. ASI Tidak Keluar (Sedikit)
semakin banyak ASI dibuat dipayudara. Jadi, sekalipun pada hari pertama yang keluarnya hanya sedikit, tetaplah menyusui. Isapannnya akan merangsang produksi ASI, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana perlekatan bayi, posisi bayi waktu menyusu, dengan perlekatan yang baik dan posisi yang baik akan menciptakan menyusui yang efektif sehingga payudara akan membuat ASI lebih banyak lagi (Budiasih, 2006).
b. Takut Payudara “Turun”
Pada saat mencapai usia tertentu, payudara seorang wanita tak lagi sekencang waktu remaja. Selain faktor usia, banyak faktor lain yang menjadi penyebabnya diantaranya pengunaan penutup payudara yang tidak cukup kuat menopang payudara, akibatnya payudara terlihat “turun”).
c. Takut Badan menjadi “Melar”
d. Bayi menjadi Sering Diare
Banyak ibu yang menganggap bayinya diare karena BAB-nya cair. Ibu-ibu mengira, buang air besar bayinya akan serupa dengan buang air besar anak atau orang dewasa, ASI yang diduga menyebakan bayinya diare. Bayi yang berumur dibawah satu bulan, bahkan wajar jika bayi BAB 10 kali sehari. Ini adalah mekanisme alami pembersihan usus, bayi usia 3-5 bulan, juga wajar jika BAB nya 3-5 kali sehari. Tak ada ASI yang tidak cocok untuk bayinya. Bayi dan ASI sudah menjadi pasangan yang sudah dibuat Allah dalam tubuh ibu (Budiasih, 2006).
e. Anak Kurang Montok, Lebih Montok Anak Susu Formula
Dalam pandangan mata kasar mungkin benar. Susu formula memang lebih cepat merasa kenyang. Jika bayi cukup agresif makannya, bukan tak mungkin ia terlihat lebih gendut dibandingkan anak seusianya yang minum ASI saja. Susu sapi memang dirancang membuat badan lebih besar (Budiasih, 2006).
f. Informasi yang Kurang atau Salah
Ada klinik atau rumah sakit yang buru-buru menyarankan memberi susu formula atau bahkan langsung memberi susu formula pada bayi baru lahir. Ini bukan hanya sekedar merampas hak ibu untuk memberi ASI eksklusif, tetapi juga sudah melanggar etika.
g. Pendapat Orang Sekitar
diberi susu sambungan atau bahkan makanan. Bayi seumuran itu seharusnya sudah makan, sementara ibu yang memberi susu formula atau memberi makanan pada bayi mendapat dukungan untuk membela diri, dengan alasan menangis saja tandanya masih lapar tidak cukup dengan ASI saja. Biasanya intervensi atau pengaruh orang lain sangat bergantung pada keteguhan seseorang. Semakin kita bisa menampilkan sikap konsisten dalam kehidupan sehari-hari, semakin kecil kemungkinan orang lain akan mempengaruhi keputusan kita (Budiasih, 2006). h. Godaan Susu Formula
Menyusui sebenarnya adalah kegiatan yang bersifat naluriah. Kemajuan teknologi yang mampu mengolah susu sapi menjadi susu formula telah bertindak secara “berlebihan” dengan mencoba mengeser secara halus tentu saja peran menyusui dari ibu untuk bayinya. Iklan pun dibuat sehingga susu formula terlihat sangat hebat diklaim dapat membuat anak montok, pintar dan menggemaskan. Pokoknya, bayi harus minum susu formula (Budiasih, 2006).
2.2. Sosial Budaya
Kata sosial berasal dari kata “socius” yang berarti segala sesuatu yang lahir,tumbuh dan berkembang dalam kehidupan bersama. Sedangkan menurut Soekanto (1993) istilah sosial berkaitan dengan prilaku interpersonal,atau yang berkaitan dengan proses-proses sosial. Sosial adalah social structure yang mencakup
social relation dan social interaction (Sudarno, 2002). Social sructure adalah suatu tatanan hirarki dan hubungan-hubungan sosial dalam masyarakat yang menempatkan pihak-pihak tertentu (individu, keluarga kelompok dan kelas) di dalam posisi-posisi sosial tertentu berdasarkan suatu sistem nilai dan norma yang berlaku pada suatu
masyarakat pada waktu tertentu. Budaya adalah bentuk jamak dari kata budi dan daya yang berarti cinta rasa
dan karsa. Menurut Soemarjan dan Soemardi dalam Setiadi, dkk (2008) kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat yang berfungsi sebagai tempat berlindung, kebutuhan makan dan minum, pakaian dan perhiasan. Menurut EB.Taylor dalam Syafrudin, dkk ((2010) kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum dan adat istiadat. Dengan demikian kebudayaan atau budaya menyangkut keseluruhan aspek kehidupan manusia baik material maupun non material.
tertentu, atau dirumah tangga sendiri, kaitan-kaitannya dapat dinyatakan sebagai gejala-gejala sosial budaya. Gagasan-gagasan budaya dapat menjelaskan makna hubungan-hubungan timbal balik antara gejala-gejala sosial dari penyakit dan perawatan kesehatan dengan gejala-gejala biologis dan biomedis. Kebudayaan kesehatan masyarakat membentuk, mengatur dan mempengaruhi tindakan atau kegiatan individu-individu suatu kelompok sosial dalam memenuhi berbagai kebutuhan kesehatan baik yang berupa upaya mencegah penyakit maupun menyembuhkan diri dari penyakit.
Menurut Koentajaraningrat (1990) wujud dari budaya dapat dikelompokan dalam 3 hal, yaitu; (a) wujud sebagai suatu komplek dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma dan peraturan, (b) wujud kebudayaan sebagai suatu komplek aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat, dan (c) wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
2.2.1. Keyakinan atau Kepercayaan
Kepercayaan atau keyakinan adalah kemauan seseorang untuk bertumpu pada orang lain dimana kita memiliki keyakinan padanya. Kepercayaan merupakan kondisi mental yang didasarkan oleh situasi seseorang dan konteks sosialnya. Ketika seseorang mengambil keputusan, ia akan lebih memilih keputusan berdasarkan pilihan dari orang yang lebih dapat ia percaya daripada yang kurang dipercayai (Moorman, 1993).
dan penyakit. Ketika tubuh sakit dan emosi berada diluar kontrol, spritualitas, dan keyakinan seseorang mungkin menjadi satu-satunya dukungan yang tersedia.
Menurut Ba dan Pavlou (2002) kepercayaan atau keyakinan sebagai penilaian hubungan seseorang dengan orang lain yang akan melakukan transaksi tertentu sesuai dengan harapan dalam sebuah lingkungan yang penuh ketidakpastian. Kepercayaan terjadi ketika seseorang yakin dengan realibitas dan itegritas dari orang yang dipercaya. Kepercayaan menurut McKnight, Kacmar, dan Choudry (dalam Zainuddin, 2013), menyatakan bahwa kepercayaan dibangun sebelum pihak-pihak tertentu saling mengenal satu sama lain melalui transaksi atau interaksi.
Ibu-ibu yang percaya dan menyakini bahwa ASI yang terbentuk dalam tubuh ibu yang melahirkan seorang bayi dalam suatu proses yang secara logika ilmiah hanya dapat diyakini dan dipercaya bahwa memang sudah diatur oleh yang maha kuasa, merupakan standar keyakinan yang penting dimiliki oleh setiap ibu untuk dapat memberikan ASI secara baik dan benar kepada bayinya. Akumulasi dari aspek pengetahuan, nilai atau norma, serta keyakinan atau kepercayaan tentang ASI akan berkontribusi membentuk prilaku dalam bentuk tindakan atau praktek pemberian ASI kepada bayi (Hasan, 2009).
2.2.2. Dimensi Kepercayaan
tindakan seseorang berdasarkan sugesti dari orang itu sendiri untuk memberikan rasa percaya kepada siapa saja mulai dari diri sendiri, kepada orang lain, kepada pemerintah, dan tentunya kepercayaan kepada tuhan. Dengan menumbuhkan rasa kepercayaan maka setiap orang akan dapat melakukan sesuatu yang terbaik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain, dan yang lebih penting adalah kepercayaan kepada Tuhannya.
Kepercayaan juga sering didefenisikan sebagai kepercayaan pihak lain dalam melakukan hubungan sosial, yang didalamnya tercakup resiko yang berasosiasi dengan harapan itu. Artinya bila seseorang mempercayai orang lain maka ketika hal itu tidak terbukti ia akan menerima konsekwensi seperti merasa dikhianati (Lewicki dan Bunker dalam Zainuddin,2013).
2.2.3. Aspek-aspek Kepercayaan
Kepercayaan dibentuk melalui 4 aspek pokok kepercayaan, yaitu kompetensi, keterbukaan, kepedulian dan realibilitas (Mishra,1996).
a. Keterbukaan
Aspek keterbukaan sering disejajarkan dengan kejujuran (honesty) meskipun keduanya secara konseptual berbeda. Keduanya memang berkaitan erat satu dengan yang lainnya. Keterbukaan dan kejujuran sering digunakan oleh individu sebagai daya tarik atau untuk menunjukan bahwa dirinya dapat dipercaya.
b. Kompetensi
Kompetensi merupakan daya tarik untuk membangun kepercayaan dalam pola hubungan bisnis, keterbukaan merupakan daya tarik yang mengandung nilai-nilai moral utuk membangun hubungan sosial. Aspek kepedulan sebagai bagian dari kepercayaan inilah yang sebenarnya berkaitan langsung dengan keadilan sosial. c. Kepedulian
lebih penting adalah perannya sebagai mekanisme untuk menyeimbangan antara kepentingan pribadi dengan kepentingan orang lain.
d. Realibilitas
Dalam psikologi sosial primaci efek terbukti besar pengaruhnya terhadap pembentukan opini termasuk dalam membangun kepercayaan. Kepercayaan yang kuat terbentuk dari proses hubungan sosial yang terjalin lama dan terus menerus dalam kondisi yang sangat memungkinkan adanya tes terhadap pihak-pihak yang dipercayai. Dengan mengetahui reabilitas pihak kedua maka resiko yang harus ditanggung pihak pertama, dengan jalan mempercayai pihak kedua, juga dinilai lebih kecil.
2.2.4. Proses Terbentuknya Kepercayaan terhadap Orang Lain
Sarason (1993) menyatakan bahwa kepercayaan terbentuk dan berkembang melalui proses belajar secara individual maupun sosial. Ada tiga mekanisme dasar terbentuknya kepercayaan yaitu;
a. Characteristic-based trust, merupakan ide dasar mengaitkan antara kepercayaan dengan latar belakang individu dan dengan stereotipe yang menyertainya. Proses terjadinya kepercayaan yang berdasarkan karakteristik ini merupakan proses yang berlangsung lama.
berjangka panjang, terkadang tidak cukup hanya sekali melakukan transaksi sosial. Dalam proses memerlukan waktu keterjaminan dan stabilitas akan hubungan yang resiprokal yang merupakan perekat yang menguatkan tinggi rendahnya kepercayaan.
Sosial budaya yang mendukung dalam pemberian ASI adalah;
1. Kepercayaan minum wejah (sejenis minuman dari daun-daunan tertentu) dengan keyakinan bahwa ASI akan lebih banyak keluar.
2. Kepercayaan bahwa ASI tidak boleh dibuang sembarangan. Makna dari kepercayaan tersebut adalah bahwa ASI diberikan kepada bayi bukan untuk dibuang (Arisman, 2007).
Sosial budaya yang tidak mendukung dalam pemberian ASI
1. Berbagai tahayul untuk berpantang makanan yang seharusnya tidak dimakan oleh ibu yang sedang menyusui seperti ikan laut, udang, cumi-cumi dan lain-lain, dengan anggapan ASI akan berbau amis sehingga bayi tidak menyukainya.
2. Kepercayaan memberikan cairan manis ketika bayi lahir sebagai salah satu cara dalam agama.
3. Keyakinan bahwa dengan menyusui akan merusak bentuk tubuh dan payudara. 4. Keyakinan untuk berhenti menyusui bayi apabila ibu dalam keadaan hamil
(Arisman,2007).
menjadi tradisi setempat, dikabupaten Bener Meriah makanan yang dianggap dapat menimbulkan gatal pada payudara ibu adalah makanan yang diyakini dapat menyebabkan gatal contohnya sayur terong, ikan tongkol, cumi-cumi, Sedangkan makanan yang dianjurkan adalah makanan yang dianggap baik dan harus dikosumsi (Mutiaf, 1998).
Keyakinan atau kercayaan dari ibu yang kuat merupakan faktor determinan yang penting terhadap keberhasilan pemberian ASI eksklusif (Kurniawan,2013). Kepercayaan atau keyakinan berpengaruh pada sikap terhadap prilaku tertentu, norma-norma subjektif dan kontrol prilaku (Robbins, 1996). Berbagai faktor sosial melatar budaya yang melatar belakangi prilaku pemberian ASI eksklusif adalah berkaitan dengan kebiasaan masyarakat dalam memberikan makanan pada bayi yang baru lahir. Menurut sebagian besar masyarakat kebiasaan memberikan madu, pada mulut bayi yang baru lahir supaya mulut bayi bersih. Kebiasaan tersebut dilakukan secara turun temurun, dan masih dijalani oleh masyarakat bahwa madu yang dioleskan kemulut bayi akan menyebabkan mulut bayi menjadi bersih. Penelitian yang dilakukan oleh Rayuni, (2010) mengungkapkan budaya yang mendukung dalam pemberian ASI eksklusif adalah keterikatan keluarga dan sosial sebagai pemberi dukungan untuk memberikan ASI eksklusif. Sedangkan budaya yang tidak mendukung adalah adanya pantangan dan mitos pada pemberian ASI eksklusif.
peduli dan mempunyai nurani kalau ayah dan ibunya mampu memberikan bekal pendidikan yang baik, menyusui adalah awal dari pendidikan anak (Perinansia, 2003) 2.2.5. Nilai dan Norma
Nilai adalah sebuah kepercayan yang didasarkan pada sebuah kode etik di dalam masyarakat. Nilai yang dianut seseorang ditentukan oleh semua prilakunya karena nilai tersebut menghasilkan norma dan mengajarkan bahwa norma-norma tersebut adalah benar (Suhardjo, 2000).
Nilai mempengaruhi individu berprilaku atau mengambil keputusan sesuai dengan nilai tersebut. Nilai berfungsi sebagai rujukan dalam memilih dan mengevaluasi tingkah laku dan kejadian- kejadian. Nilai berfungsi sebagai pengarah tingkah laku dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
Dalam penelitian ini, nilai dan norma yang terkait dengan pemberian ASI secara umum terkait dengan pemahaman tentang sejauh makna makna ASI, serta memahami bahwa ASI merupakan sesuatu yang amat penting bagi kehidupan seorang bayi sehingga diharapkan hal ini akan membuka wacana, dan motivasi kepada ibu-ibu untuk dapat memberikan ASI kepada bayinya.
Nilai menunjukan tentang apa yang benar dan yang salah, baik dan buruk, juga menunjukan tentang bagaimana pengalaman hidup dimasa lalu. Nilai merupakan unsur yang penting dalam budaya karena dapat menentukan seseorang boleh atau tidak boleh melakukan sesuatu.
dapat mempengaruhi prilaku seseorang. Nilai dapat dikatakan sebagai kumpulan perasaan mengenai apa yang diinginkan atau yang tidak diharapkan, mengenai apa yang boleh dilakukan atau yang tabu dilakukan, seperti ada seorang ibu yang akan menyusui bayinya hingga berumur 2 tahun, ia menilai ASInya sangat berharga bagi pertumbuhan dan perkembangan bayinya, baginya akan merasa bersalah bila tidak melakukan hal tersebut, terutama bila dikemudian hari terjadi sesuatu yang dapat merugikan anaknya, dan sebaliknya ada ibu yang menghentikan pemberian ASI kepada bayinya karna ia menyakini ketika ASI yang ia berikan membuat masalah bagi kehidupan bayinya maka ia akan segera menghentikan pemberian itu, ia menilai begitu berharganya bayi bagi dirinya.
Nilai dan norma tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya, karena keduanya saling berkaitan. Secara umum norma merupakan nilai yang mengandung sanksi yang relatif tegas terhadap pelanggarnya. Oleh karna itu norma merupakan faktor pendorong bagi individu/masyarakat untuk mematuhinya.
Norma terbagi beberapa tingkatan,yakni :
a. Usage (cara berbuat). Pada tingkat norma yang disebut cara, bila terjadi pelanggaran,hukumannya sangat lemah. Misalnya, makan sambil berdiri, atau berdecak, pada tingkat ini lebih banyak dinilai tingkat pelanggaran antar individu saja, tidak terkait dengan orang lain.
kebiasaan. Misalnya, berkata sopan santun kepada semua orang dan mengucapkan salam setiap bertemu orang.
c. Mores (tata-kelakuan) adalah bentuk norma yang telah diakui masyarakat sebagai pengatur dalam setiap prilaku. Tata kelakuan mempunyai kekuatan memaksa untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu sehingga sanksinya adalah dikucilkan masyarakat dari pergaulan atau pengusiran dari lingkungannya. Ini biasanya terjadi didaerah-daerah yang masih kental hukum adatnya, seperti Bali, Sumatera Barat, dan Aceh.
d. Custom (adat istiadat) adalah tata-kelakuan berupa aturan-aturan yang mempunyai sanksi/hukuman yang lebih keras lagi, baik formal maupun non- formal. Misalnya, kasus pemerkosaan, selain mendapat hukuman dari penegak hukum (formal) sesai dengan undang-undang tertulisnya, pemerkosaan juga mendapat hukuman dari masyarakat (non-formal ) bahkan lebih berat, misalnya dipukuli atau diadili secara massal dan dikucilkan.
Nilai merupakan konsep mengenai apa yang hidup dalam pikiran sebagian besar warga suatu masyarakat, mengenai apa yang mereka anggap benilai, berharga, dan penting dalam hidup, berfungsi sebagai pedoman kehidupan warganya (Koentjaraningrat, 1990).
baik, masyarakat/individu dapat mempunyai nilai yang berbeda, demikian pula antara ras/suku bangsa atau kelompok masyarakat.
Norma merupakan hasil interaksi dan sosialisasi dalam masyarakat, kemudian menjadi suatu aturan dalam bermasyarakat yang disepakati bersama baik secara lisan maupun tulisan, dan mempunyai sanksi yang jelas bagi pelanggarnya.
2.2.6. Pengetahuan
Menurut Bloom dalam Notoatmodjo (2003) pengetahuan adalah pemberian bukti seseorang setelah melewati proses pengenalan atau pengingatan informasi atau ide yang sudah diperolehnya sebelumnya. Pengetahuan dikelompokan kedalam ranah koqnitip, apektif dan psikomotor. Pengetahuan ditempatkan sebagai urutan yang pertama karena pengetahuan merupakan unsur dasar untuk pembentukan tingkatan-tingkatan ranah koqnitif yaitu pemahaman (comprehension), penerapan (application), analisa (analysis), sintesa (synthesis), dan penilaian (evaluation), sedangkan menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan merupakan hasil penginderaan manusia terhadap suatu objek, sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera penglihatan (mata) dan indera pendengar (telinga). Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelahorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman rasa dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.
responden (Notoatmodjo, 1997). Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Menurut Rogerss dalam Notoatmodjo (1997) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yakni :
a. Kesadaran (Awareness), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
b. Merasa tertarik (Interest) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap subjek sudah mulai timbul.
c. Menimbang-nimbang (Evaluation) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang kehendaki oleh stimulus.
e. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
2.2.6.1. Tingkatan Pengetahuan
Menurut Bloom (dalamNotoatmodjo, 2003) pengetahuan yang di cakup dalam
domain kognitip mempunyai 6 (enam) tingkat yaitu :
b. Memahami (comprenhension)
Memahami suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menguraikan materi tersebut secara benar.
c. Tingkat penerapan (application), bila telah ada kemampuan untuk menggunakan apa yang telah dipelajari dari suatu situasi kesituasi lain.
d. Tingkat analysis (analysis),bila kemampuan lebih meningkat,ia telah mampu untuk menerangkan bagian-bagian yang menyusun suatu bentuk pengetahuan tertentu dan menganalisis satu dari yang lainnnya.
e. Tingkat sintesis (syntesis), bila sudah mampu untuk menyusun kembali bentuk semula maupun kebentuk lain.
f. Tingkat evaluasi (avaluation),merupakan tingkat pengetahuan yang tertinggi telah ada kemampuan untuk mengetahui secara menyeluruh semua bahan yang dipelajari.
Dengan kata lain, pengetahuan itu dapat berkembang menjadi ilmu apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. Mempunyai objek kajian
b. Mempunyai metode pendekatan
perilaku masyarakat dari yang negative menjadi positif, selain itu pengetahuan juga membentuk kepercayaan (Wawan, 2010).
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
c. Pengalaman
Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain. Pegalaman yang diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang.
d. Tingkat Pendidikan
Secara umum, orang yang berpendidikan lebih tinggi akan memiliki pengetahuan yang lebih luas daripada yang berpendidikan lebih rendah.
e. Keyakinan
Biasanya keyakinan diperoleh secara turun-temurun, baik keyakinan positif maupun keyakinan yang negative, tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. f. Fasilitas
Fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat memperoleh pengetahuan seseorang adalah majalah, radio, koran, televisi, buku, dan lain-lain.
g. Penghasilan
Penghasilan tidak berpengaruh secara langsung terhadap pengetahuan seseorang. Namun, jika seseorang berpenghasilan cukup besar, maka dia mampu menyediakan fasilitas yang lebih baik.
Penelitian yang dilakukan (Wowor, Dkk) menyatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan pemberian ASI, ada hubungan antara sikap dengan pemberian ASI, penelitian terkait yang menyatakan bahwa adanya hubungan antara pengetahuan dengan sikap dengan pemberian ASI eksklusif (Team, 2010). 1. Pengertian Pendidikan
Menurut Undang-Undang No. 2 tahun 1989 tentang sistem Pendidikan Nasional defenisi Pendidikan adalah usaha sadar untuk mempersiapkan peserta didik melalui pengajaran, bimbingan, dan/atau latihan bagi perannya dimasa yang akan datang. Menurut Mj. Langeveld (dalam Notoatmodjo, 2003) Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh dan bantuan yang diberikan kepada anak, yang tertuju kepada kedewasaan. Konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti di dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan kearah yang lebih dewasa, lebih baik, dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat. (Notoatmojdo, 2003). Sedangkan pendidikan dalam arti formal adalah suatu proses penyampaian materi guna mencapai perubahan dan tingkah laku.
Bloom, dkk (dalam Mudyaharjo, 2001) menjelaskan tujuan pendidikanyaitu :
b. Afektif adalah jenis pendidikan yang bertujuan mengembangkan kemampuan menghayati nilai-nilai untuk mengenal kegunaannya bagi hidup terhadap apa yang telah dipelajari secara langsung.
c. Psikomotor/keterampilan adalah jenis pendidikan yang bertujuan mengembangkan kemampuan melakukan perbuatan secara tepat, sehingga menghasilkan kinerja yang standar.
Berdasarkan undang-undang No.2 Tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional merupakan bimbingan, pengajaran, latihan dan panduan diantaranya. Di lihat dari jenjang pendidikan sekolah disusun tiga tingkatan yaitu :
I. Sekolah yang menyelenggarakan pendidikan dasar yaitu : SD, MIN, MIS, SLTP
II. Sekolah yang meyelenggarakan pendidikan yang menengah yaitu : SMU, SMK, MA.
III. Sekolah menyelenggarakan pendidikan tinggi yaitu : S3, S2, S1, D4, D3, D2, dan D1.
dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun orang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal.
Pendidikan memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas manusia, pendidikan juga berperan untuk menentukan kehidupan manusia untuk menjadi lebih baik. Pendidikan kesehatan memotivasi seseorang untuk memperoleh informasi dan berbuat sesuatu untuk menghindari masalah dalam kesehatan, diantaranya adalah pemberian ASI Eksklusif, ibu yang memiliki pendidikan lebih tinggi cenderung lebih banyak mendapat informasi tentang ASI Eksklusif dari pada ibu yang memiliki pendidikan lebih rendah (Nursalam, 2003).
2.2.7. Hukum
Hukum adalah peraturan yang berupa norma dan sanksi yang dibuat dengan tujuan untuk mengatur tingkah laku manusia, menjaga ketertiban, keadilan, mencegah terjadi kekacauan. Hukum memiliki tugas untuk menjamin bahwa adanya kepastian hukum dalam masyarakat. Hukum dapat diartikan sebagai sebuah peraturan atau ketetapan yang tidak tertulis maupun yang tertulis untuk mengatur kehidupan masyarakat dan menyediakan sangsi untuk orang yang melanggar hukum. Sejenis peraturan daerah yang mengatur penyelenggaraan pemerintah dan kehidupan masyarakat dipropinsi Aceh. Qanun terdiri atas; Qanun Aceh yang berlaku diseluruh wilayah provinsi Aceh, Qanun Aceh disahkan oleh gubernur setelah mendapat persetujuan dengan Dewan Perwakilan Rakyat Aceh. Qanun kabupaten /kota disahkan oleh bupati /wali kota setelah mendapat persetujuan bersama dengan DPRK (Dewan Perwakilan Rakyat Kota). Pemerintah Aceh mengeluarkan Qanun yang berkenaan dengan ASI eksklusif yaitu Qanun nomer 17/2011 tentang kesehatan ibu, bayi baru lahir dan balita.
Isi yang terkandung didalam Qanun no. 17/2011 yang berkenaan dengan ASI eksklusif diantaranya:kesehatan ibu, bayi baru lahir, dan anak balita yang selanjutnya disingkat KIBLLA adalah pelayanan kesehatan terpadu dengan tujuan menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi serta meningkatkan kesehatan ibu, bayi baru lahir dan anak balita.
nondiskriminatif, dan norma-norma agama, adapun tujuan pelayanan KIBBLA diantaranya, terwujudnya peningkatan kualitas KIBBLA, tercapainya penurunan angka kematian ibu melahirkan dan bayi baru lahir dan anak balita melalui peningkatan kualitas pelayanan, terbangunnya partisipasi masyarakat dalam pelayanan KIBBLA dan terjadinya perubahan prilaku masyarakat, pemerintah dan pemberi jasa pelayanan kesehatan yang kurang menguntungkan KIBBLA.
Ruang lingkup KIBBLA meliputi ibu hamil, ibu bersalin, ibu nipas, ibu menyusui bayi baru lahir, bayi dan anak balita. Hak dan kewajiban KIBBLA diantaranya setiap ibu berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik dan optimal untuk menyelamatkan hidup dan kualitas hidupnya, mendapatkan inisiasi menyusui dini (IMD), mendapatkan air susu kolustrum dan air susu ibu eksklusif, mendapatkan imunisasi dasar yang lengkap dan berkualitas, mendapatkan lingkungan yang bersih dan sehat dari bahan- bahan yang merugikan kesehatan dan keselamatan bayi serta anak balita dan memperoleh makanan dan minuman yang bergizi dan bersih serta aman dari pencemaran biologis dan kimiawi.
pembinaan, dan pengawasan dalam bidang pelayananan KIBBLA, mengupayakan pembebasan pembiayaan pelayanan KIBBLA untuk penduduk miskin dan tidak mampu sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku dan melakukan kemitraan dengan pihak swasta guna meningkatkan derajat KIBBLA.
Penyelenggara jasa pelayanan berkewajiban, mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan, keselamatan dan perlindungan dalam pelayanan KIBBLA, memberikan pelayanan berkualitas sesuai dengan standar pelayanan, memiliki izin oprasional dari pemerintah kota serta menyediakan tenaga KIBBLA yang memiliki kompetensi dan sertifikasi yang sah, meningkatkan kemempuan dan keahlian tenaga kesehatan dan sarana pendukung lainnya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi KIBBLA dan melakukan AMP setiap kasus yang terkait dengan kematian ibu, bayi baru lahir dan anak balita.
Kewajiban masyarakat diantaranya, berpartisipasi dan memudahkan ibu, bayi baru lahir dan anak balita untuk mendapatkan akses pelayanan KIBBLA, mengutamakan asupan makanan yang baik dan bergizi kepada ibu, bayi baru lahir dan anak balita sesuai dengan petunjuk dan anjuran tenaga KIBBLA dan mengubah sikap dan prilaku yang tidak menguntungkan KIBBLA.
2.2.8. Adat Istiadat
Adat adalah gagasan kebudayaan yang terdiri dari nilai kebudayaan, norma, kebiasaan, kelembagaan, dan hukum adat yang lazim dilakukan disuatu daerah. Apabila adat ini tidak dilaksanakan akan terjadi kerancuan yang menimbulkan sanksi tak tertulis oleh masyarakat setempat terhadap pelaku yang dianggap menyimpang. Adat berasal dari bahasa Arab yang berarti cara atau kebiasaan. Adat istiadat juga diartikan suatu kebiasaan yang diterapkan dalam kehidupan secara turun temurun.
Adat adalah gagasan kebudayaan yang terdiri dari nilai-nilai kebudayaan, norma, kebiasaan, kelembagaan, dan hukum adat yang lazim dilakukan disuatu daerah. Kebiasaan, adat istiadat, dan prilaku masyarakat sering kali merupakan penghalang atau penghambat terciptanya pola hidup sehat dimasyarakat, kemampuan serta kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat.
Provinsi Aceh terdiri atas sembilan suku, yaitu Aceh (mayoritas), Tamiang (Kabupaten Aceh Timur bagian Timur), Alas (Kabupaten Aceh Tenggara), Aneuk Jamee (Aceh selatan), Aneuk Laot, Simeulue, dan Sinabang (Kabpayen Simeulue) Gayo (Kabupaten Bener Meriah dan Kabupaten Aceh Tengah). Masing-masing suku mempunyai budaya, bahasa dan pola pikir masing-masing. Bahasa yang umum digunakan adalah bahasa Aceh. Didalamnya terdapat beberapa dialek lokal, seperti Aceh Rayeuk, dialek Pidie, dan dialek Aceh utara. Sedangkan untuk bahasa Gayo dikenal dengan dialek Gayo Lut, Gayo Deret dan Gayo Lues.
sebelum Republik Indonesia berdiri, tepatnya sejak masa kesultanan, syariat Islam sudah meresap ke dalam diri masyarakat Aceh.
Roesli (2000), mengungkapkan bahwa fenomena kurangnya pemberian ASI eksklusif disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya pengetahuan ibu yang kurang memadai tentang ASI eksklusif, beredarnya mitos yang kurang baik tentang pemberian ASI eksklusif, serta kesibukan ibu dalam melakukan pekerjaanya dan singkatnya pemberian cuti melahirkan yang diberikan oleh pemerintah terhadap ibu yang bekerja, merupakan alasan-alasan yang sering diungkapkan oleh ibu yang tidak berhasil menyusui secara eksklusif.
Di Kabupaten Bener Meriah sudah turun temurun mengenal adanya istilah “DENA” yaitu kepercayaan terhadap adanya kuman didalam air susu ibu, atau istilah lainnya sering disebut dengan susu basi, sehingga banyak ibu-ibu yang percaya bahwa dirinya terkena DENA ini, ia akan menghentikan pemberian ASInya, diyakini apabila ASI tetap dilanjutkan akan membuat bayinya menjadi sakit, masalah lain yang masih terjadi dikabupaten Bener Meriah adalah masih banyaknya bayi yang baru lahir diberi madu, air gula, air putih bahkan susu formula, setelah beberapa hari kelahiran bayi langsung diberi pisang dan air tajin, hal ini biasanya dilakukan oleh nenek dari sibayi, peran orang tua dari si ibu bayi masih dominan didaerah ini, karena yang merawat ibu setelah bersalin adalah orang tuanya.
tentang makanan yang apabila dikosumsi oleh ibu akan menyebabkan bayinya sakit, diyakini oleh para ibu-ibu menyusui ini terdapat kuman pada susunya, yang ditandai dengan timbulnya bercak-bercak merah pada tubuh bayi, perut bayi menjadi kembung, bayi menangis setiap disusui, makanan yang dimaksud contohnya seperti sayur terong, udang, cumi-cumi, ikan tongkol. Jika bayi belum mau menyusui, ibunya akan mengolesi madu pada puting susunya yang ditujukan untuk menghilangkan rasa amis pada susu kuning (colostrum). Sedangkan penelitian yang sama juga mengungkapkan hal yang tidak jauh berbeda, bahwa madu, air madu air matang dan susu formula diberikan kepada bayi yang baru lahir. Alasan pemberian makanan/minuman ini adalah ASI belum keluar, agar bayi tidak lapar, disarankan orang tua dan ibu belum kuat menyusui (Widodo, 2001). Demikian pula kebiasaan masyarakat memberikan makanan tambahan kepada bayi sebelum usia enam bulan. pemberian makanan tambahan pada bayi yang berusia sangat dini sudah diberikan. Hal ini karena ada anggapan bahwa ASI tidak cukup membuat bayi cepat besar dan kuat (Mutiaf, 1998).
sangat dipengaruhi oleh sanro yang bertindak sebagai dukun atau ahli dalam memberikan informasi dalam masyarakat Ammatoa.
Penelitian lain yang terkait dengan adat ditemukan hasil penelitian sebagian besar responden (70%) tidak memberikan ASI eksklusif. Hal ini berarti bahwa kesadaran ibu untuk memberikan ASInya kepada bayi masih relatif rendah dan besarnya keyakinan ibu menyusui terhadap adat kebiasaan dilingkungan mereka (Zuhara, 2008).
Penelitian yang terkait dengan budaya ditemukan hasil budaya yang mendukung dalam pemberian ASI eksklusif adalah keterikatan keluarga dan sosial sebagai pemberi dukungan untuk memberikan ASI eksklusif. Sedangkan budaya yang tidak mendukung adalah adanya pantangan dan mitos pada pemberian ASI eksklusif. (Firanika, 2010). Penelitian lain yang dilakukan (Susilawaty, 2007) menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara ibu yang tidak bekerja dengan pemberian ASI eksklusif (OR adjusted = 3,566, tingkat kepercayaan 95%, CI: 1,922 – 6,616; nilai p = 0,000). Adanya hubungan yang signifikan antara anjuran nilai budaya dengan pemberian ASI eksklusif (OR adjusted = 2,660, tingkat kepercayaan 95%, 0 1,043 – 5,041, nilai p; 0,003) Budaya suku Sasak yang yang berkaitan dengan kesehatan adalah budaya pemberian nasi papah pada bayi setelah dilahirkan, yang menyebabkan gagalnya pemberian ASI ekskusif pada bayi.
2.2.9. Pekerjaan
barang guna memenuhi kebutuhan hidup. Sedangkan menurut Nursalam (2005), bekerja adalah suatu bentuk aktivitas yang bertujuan untuk mendapatkan kepuasan. Aktivitas ini melibatkan fisik dan mental.
Bekerja merupakan proses fisik dan mental manusia dalam mencapai tujuannya. Pekerjaan merupakan pekerjaan formal yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Pengalaman dan pendidikan sekarang dan sejak kecil akan mempengaruhi sikap dan penampilan mereka. Dalam kaitannya dengan pekerjaan, bahwa kesesuaian antara pekerjaan diri seseorang memberikan kesan sendiri. Ini berarti makin sesuai bakat dan minat seseorang dengan pekerjaan, maka makin tinggi pula tingkat kepuasan yang diperoleh dari pekerjaan beserta status sosial ekonomi yang dicapai. Pembagian tingkat pekerjaan antara lain pegawai negeri, petani dan pedagang (Nursalam, 2003).
Menurut Soetijiningsih, (2004) pekerjaan akan mempengaruhi perekonomian seseorang karena dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik yang primer maupun yang sekunder. Pekerjaan yang ditekuni seseorang ibu memiliki hubungan mendatangkan pengetahuan tentang suatu hal baru baik yang berhubungan dengan pekerjaan itu sendiri maupun mengenai hal-hal yang baik.
yang signifikan anatara ibu yang tidak bekerja degan pemberian ASI eksklusif (OR adjusted = 3,566, tingkat kepercayaan 95%, CI: 1,922 – 6,616; nilai p = 0,000). 2.2.10. Pendapatan
Menurut Notoatmodjo (2003), Pendapatan adalah segala sesuatu balas jasa yang diterima oleh seseorang sebagai akibat dari pelaksanaan pekerjaan, dalam bentuk uang atau lainya yang bisa berupa gaji, upah, bonus, dan tunjangan seperti kesalahan, tunjangan hari raya, uang makan, uang cuti, dan sebagainya. Pembayaran penghasilan ada yang dikaitkan langsung dengan taraf perekonomian seperti upah atau gaji, bonus dan komisi tersebut juga komisi langsung dan ada juga yang tidak dikaitkan langsung dengan kinerja sebagai upaya meningkatkan ketenangan dan kepuasan kerja seseorang seperti tunjangan-tunjangan. Tunjangan adalah tambahan penghasilan diluar gaji pokok sebagai akibat mengemban tanggung jawab atau memegang resiko pekerjaan.Insentif adalah pemberian imbalan atas hasil kerja yang melampaui rata-rata.
Pembayaran pendapatan langsung dapat dibayar berdasarkan waktu seperti seseorang menerima upah harian dalam jumlah yang tetap. Diluar gaji atau upah yaitu mendapatkan tambahan yang dihasilkan berdasarkan pada unjuk kerja seperti komisi dan bonus. Tujuan utama pemberian komisi salah satu diantaranya memotipasi kinerja dan mendorong peningkatan pengetahuan dan keterampilan seseorang dalam upaya meningkatkan kompetensi secara keseluruhan.
besar kecilnya pendapatan dapat mempengaruhi prestasi kerja. Salah satu tujuan dari system pendapatan adalah mempengaruhi prestasi kerja. Dengan pemberian pendapatan yang memadai merupakan suatu penghargaan terhadap prestasi kerja. Pendapatan yang diberikan ditempat kerja akan dapat menarik dan mempertahankan serta memberikan motivasi kerja apabila diberikan secara tepat dan sesuai dengan jasa yang diberikan.
Menurut Effendy (2007), gaji dan upah dimaknakan sama, balas jasa dalam bentuk uang yang diterima sebagai konsenkuensi dan kedudukan sebagai seseorang yang memberikan sumbangan dalam mencapai tujuan dari pekerjaan. Gaji dan upah sudah barang tentu merupakan salah satu alasan bagi seseorang untuk bekerja. Penghasilan merupakan salah satu faktor yang penting dalam meningkatkan produktifitas kerja.
kinerja. Ini dapat diartikan untuk memancing motivasi kerja. Imbalan yang sesuai akan mendorong kinerja meningkat.
Menurut Malayu (2005), jika kompensasi yang diterima seseorang semakin besar berarti jabatannya semakin tinggi statusnya semakin baik, dan pemenuhan kebutuhan yang dinikmatinya semakin banyak pula. Dengan demikian, kepuasan kerjanya juga semakin baik. Disinilah letak pentingnya kompensasi bagi seseorang sebagai seorang penjualan tenaga (fisik dan pikiran).
Berdasarkan Peraturan Mentri tenaga kerja no. 05/Men/1989 tanggal 29 mei 1989 tentang upah minimum, Gubernur Aceh menetapkan upah minimum propinsi (UMP) No. 65 tahun 2012 dari Rp 1,400,000-.tahun 2012 menjadi Rp. 1.550.000,- tahun 2013. Upah minimum ini wajib dipatuhi oleh perusahaan swasta, Badan Usaha Milik Negara dan instansi pemerintah. Bila Tidak dipatuhi oleh pengelola usaha dan instansi dapat dikenakan sanksi.
lamanya pemberian ASI eksklusif adalah pendidikan, pengetahuan, pendapat perkapita.
2.2.11. Sikap
Sikap adalah kesiapan mental untuk merespon sesuatu, baik yang negatif maupun yang positif. Sikap didampangi oleh sesuatu yang terjadi sebelumnya dan hasil yang diperoleh. Sikap juga merupakan perbuatan, perilaku, gerak-gerik yang berdasarkan pada pendirian, pendapat atau keyakinan. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan ibu terhadap suatu objek (Wahyuningsih, 2009). 2.2.11.1. Fungsi Sikap
Menurut Notoadmodjo (2003), sikap mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut :
a. Sikap sebagai instrument atau alat untuk mencapai tujuan.
c. Sikap pertahanan ego
Kadang-kadang orang mengambil sikap terhadap sesuatu karena untuk mempertahankan ego. Apabila seseorang merasa egonya terancam maka ia akan mengambil sikap tertentu terhadap objek demi pertahanan egonya.
d. Sikap sebagai ekspresi nilai
Bahwa sikap seseorang menunjukkan bagaimana nilai-nilai pada orang tua, sikap yang diambil oleh seseorang mencerminkan system nilai yang ada pada diri orang tersebut.
e. Sikap sebagai fungsi pengetahuan
Bahwa bagaimana sikap seseorang terhadap suatu objek yang akan mencerminkan keadaan pengetahuan dari orang tersebut, apabila pengetahuan seseorang mengenai sesuatu belum konsisten maka itu berpengaruh pada sikap orang tersebut.
2.2.11.2. Ciri-ciri Sikap
Menurut Notoatmodjo (2003), sikap memiliki cirri-ciri sebagai berikut : a. Sikap bukan dibawa sejak lahir melaikan dibentuk atau dipelajari sepanjang
perkembangan itu dalam hubungan objeknya.
b. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang lain.
senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.
d. Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tertentu.
e. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat alamiah yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau pengetahuan yang dimiliki orang.
2.2.11.3. Tingkatan Sikap
Menurut Notoatmodjo (2003), sikap terdiri dari tingkatan yaitu : a. Menerima (receiving)
Orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek. b. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya serta mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan terlepas jawaban pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang menerima ide tersebut.
c. Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain mengajak atau mendiskusikan terhadap suatu masalah. d. Bertanggung Jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya merupakan tingkat sikap yang paling penting.
ada hubungan antara pengetahuan dengan pemberian ASI, ada hubungan antara sikap dengan pemberian ASI penelitian terkait yang menyatakan bahwa adanya hubungan antara pengetahuan dengan sikap dengan pemberian ASI eksklusif (Team, 2010). Penelitian lain menyatakan sikap ibu secara bermakna meningkatkan prilaku pemberian ASI eksklusif (Yuliarti, 2008).
2.3. Landasan Teori
Kesehatan seseorang dipengaruhi oleh faktor perilaku dan non perilaku. Faktor perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor predisposisi, pendukung dan pendorong. Faktor presdisposisi mencakup antara lain pengetahuan individu, sikap, kepercayaan/keyakinan, nilai, dan unsur-unsur lain yang terdapat dalam diri individu. Faktor pendukung yaitu faktor ketersediaan sumberdaya kesehatan dan keterjangkauannya, komitmen masyarakat dan pemerintah serta keterampilan terkait dengan kesehatan. Faktor pendorong adalah sikap dan perilaku petugas kesehatan, serta dukungan dari orang-orang yang berpengaruh terhadap individu seperti guru, teman dan keluarga. Faktor predisposisi dan faktor penguat merupakan sasaran utama dari pendidikan kesehatan yang pada akhirnya mempengaruhi perilaku kesehatan seseorang (Green dan Lewis, 1986).
masa kehidupan anak yaitu usia 0-6 bulan, dimana seharusnya ASI diberikan tanpa memberikan makanan lain.
Perilaku seseorang dalam hal pemberian ASI eksklusif sangat berkaitan dengan faktor predisposisi antara lain pengetahuan individu, sikap, kepercayaan/keyakinan, nilai, dan unsur-unsur lain yang terdapat dalam diri individu seperti pendidikan, pendapatan, pekerjaan dan sebagainya. Selain itu faktor pendukung dan penguat juga memegang peranan penting.
2.4. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini merupakan penyederhanaan dari kerangka teori yang disesuaikan dengan tujuan penelitian yaitu mengetahui hubungan sosial budaya dengan pemberian ASI eksklusif di Kabupaten Bener Meriah. Faktor sosial budaya yang diteliti pengetahuan, nilai, kepercayaan/keyakinan, sikap, pekerjaan dan pendapatan. Adapun kerangka konseptual dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian Faktor Predisposisi
(Sosial Budaya) 1. Pengetahuan 2. Nilai
3. Kepercayaan 4. Sikap
5. Pekerjaan 6. Pendapatan