• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.2.2 Motivasi Manajemen Laba - Pengaruh Firm Size, Leverage, Return On Investment (Roi) Free Cash Flow (Fcf), Dividend Payout Ratio (Dpr),Dan Price Earning Ratio (Per) Terhadap Earning Management Pada Perusahaan Manufakturyang Terdaftar Di Bursa Efek Ind

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "2.2.2 Motivasi Manajemen Laba - Pengaruh Firm Size, Leverage, Return On Investment (Roi) Free Cash Flow (Fcf), Dividend Payout Ratio (Dpr),Dan Price Earning Ratio (Per) Terhadap Earning Management Pada Perusahaan Manufakturyang Terdaftar Di Bursa Efek Ind"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Agensi

S

2.2.2 Motivasi Manajemen Laba

Motivasi manajemen laba menurut Scott (dalam Pangaribuan , 2014) yaitu:

1. Bonus Scheme (Rencana Bonus)

Laba perusahaan sering dijadikan indikator penilaian prestasi manajer perusahaan sehingga para manajer yang bekerja dalam perusahaan yang menerapkan bonus scheme akan berusaha mengatur laba yang akan dilaporkan untuk tujuan memaksimalkan jumlah bonus yang akan diterima.

2. Debt Covenant (Kontrak Jangka Panjang)

Ketika perusahaan semakin mendekati waktu pelanggaran perjanjian utang, para manajer cenderung memilih metode akuntansi yang dapat menggeser laba periode mendatang ke periode berjalan dengan harapan dapat mengurangi kemungkinan terjadinya pelanggaran kontrak utang.

3. Political Motivation (Motivasi Politik)

(2)

periode kemakmuran yang tinggi, dengan harapan memperoleh kemudian serta fasilitas dari pemerintah.

4. Taxition Motivation (Motivasi Perpajakan)

Para manajer mengurangi laba yang akan dilaporkan dengan meminimalkan jumlah pajak yang harus dibayar oleh perusahaan. 5. Pergantian CEO (Chief Executive Officier)

Biasanya CEO yang masa jabatannya akan segera berakhir memaksimalkan jumlah laba guna meningkatkan jumlah bonus yang akan diterima. Demikian halnya para manajer dengan kinerja yang buruk, mereka cenderung untuk menaikkan jumlah laba yang akan dilaporkan untuk menghindari diri dari pemecatan.

6. Initial Public Offering (Penawaran Saham Perdana)

Informasi keuangan perusahaan yang menjual sahamnya kepada publik merupakan sumber informasi penting karena dapat dimanfaatkan sebagai sinyal kepda investor potensial. Oleh karena itu manajer berusaha menaikkan jumlah laba yang akan dilaporkan untuk mempengaruhi keputusan yang dibuat investor.

2.2.3 Mekanisme Manajemen Laba

Berikut akan dijelaskan dua metode utama manajemen laba menurut Subramayam dan Wild (2010) :

(3)

Yaitu pemindahan laba dari suatu periode ke periode lainnya. Pemindahan laba dapat mempercepat atau menunda pengakuan beban atau pendapatan. Contoh pemindahan laba sebagai berikut :

1. Chanel loading (penimbunan saluran) mempercepat pengakuan pendapatan dengan membujuk distributor untuk membeli kelebihan produksi pada tahun fiskal.

2. Menunda pengakuan beban dengan mengapitalisasi bunga dan mengamortisasi sepanjang masa periode masa depan.

3. Menggunakan FIFO dalam menilai persediaan dan menggunakan garis lurus untuk penyusutan dapat menunda pengakuan beban. 4. Membebankan biaya yang cukup besar pada periode tertentu

contohnya penurunan nilai aset. b. Manajemen laba melalui klasifikasi

Memindahkan beban dibawah garis, atau melaporkan beban pada pos luar biasa dan tidak berulang sehingga tidak dianggap penting untuk dianalisis.

2.2.4 Pola Manajemen Laba

Pola mananjemen laba dikemukan oleh Scott (dalamPangaribuan, 2014) yaitu :

1) Taking Bath

(4)

2) Income Minimazation

Jika tingkat profitabilitas yang terjadi sangat tinggi dan periode mendatang diperkirakan akan turun drastis maka dapat diatasi dengan mengambil laba dari periode sebelumnya.

3) Income Maximization

Pola ini dilakukan saat laba perusahaan turun, yang bertujuan untuk melaporkan laba yang tingggi untuk tujun bonus yang lebih besar.

4) Income Smoothing

Hal in dilakukan untuk mengurangu fluktuasi laba yang sangat tajam karena para investor akan tertarik pada laba yang relatif stabil.

5) Offsetting Extraordinary/ Unusual Gains

Memindahkan efek-efek laba yang tidak biasa atau temporal yang berlawanan dengann trend laba.

6) Agresive Accounting Application

Salah saji yang digunakan untuk membagi laba antar periode. 7) Timing Revenue dan Expense Recognition

Membuat kebijakan yang berkaitan dengan timing dari suatu transaksi.

2.2.5 Pengukuran Manajemen Laba

(5)

a. Discretionary Accrual

Pengakuan akrual laba atau beban yang bebas tidak diatur dan merupakan pilihan kebijakan manajemen.

b. Non Discretionary Accrual

Pengakuan laba atau beban yang wajar sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum.

Proksi manajemen laba dapat dihitung melalui beberapa model. Berbagai model tersebut adalah :

1. Model Healy

Healy (1985) menguji manajemen laba dengan membandingkan rata-rata akrual antara varibael yang merupakan bagian manajemen laba. Model ini dirumuskan sebagai berikut :

𝑁𝐷𝐴𝜏

=

ΣTAtT

NDA = non discretionary accrual TA = Total akrual

t = 1,2, . . . t merupakan tahun subcript untuk tahun yang termasuk dalam periode estimasi.

τ = tahun subcript yang menunjukkan suatu tahun dalam

periode berjalan 2. Model DeAngelo

(6)

pertama mempunyai nilai ekspektasi nol yaitu tidak terjadi manajemen laba. Berikut rumusannya :

𝑁𝐷𝐴𝑡 =𝑇𝐴𝑡 −1

3. Model Jones

Jones (1991) mengontrol dampak perubahan ekonomi terhadap nondiscretionary accrual. Model Jones dapat dirumuskan sebagai

berikut :

NDAt = α1(1/At-1) + α 2(ΔREVt)+ α 3(PPEt)

ΔREVt = perubahan pendapatan dari tahun t dengan tahun t-1

PPEt = perubahan peralatan, properti, dan pabrik antara tahun t dengan tahun t-1

α1, α2, α4 = parameter spesifik perusahaan

4. Model Industri

Model ini mengasumsikan bahwa variasi-variasi yang terdapat dalam faktor-faktor penentu nondiscretionary acrual biasa terjadi pada perusahaan dalam industri yang sama. Model ini dirumuskan sebagai berikut :

NDA t = γ 1 + γ 2 median t (TAt)

median t (TAt) = nilai median dari total akrual yang diskala dengan lag aset untuk semua perusahaan non sample, yang sama dengan 2 digit kode SIC.

γ 1, γ 1 = parameter spesifik perusahaan

(7)

Model Jones yang dimodifikasi oleh Dechow, Sloan, dan Sweeny (1995) dirancang untuk mengurangi kecenderungan terjadinya kesalahan model Jones. Model ini menyesuaikan perubahan piutang dengan pendapatan yang berasal dari penjualan kredit. Model ini dapat dirumuskan :

NDAit = α1(1/Ait-1) + β1(ΔREVit/Ait-1–ΔRECit/Ait-1) + β2(PPEit/Ait-1)

Ait-1 = total aktiva perusahaan i tahun t-i

ΔRECit = piutang perusahaan i pada tahun t dikurangi piutang tahun

t-1

6. Model Kaznik

Model ini menambahkan komponen perubahan CFO (cash Flow Operation). Model ini dirumuskan sebagai berikut :

NDACCit = α1 (1/ Ait-1) + α2 (Δ REVit / Ait-1 - (Δ RECit / Ait-1) + α3 (Δ PPEit / Ait-1) + α4 (Δ CFOit / Ait-1)

Δ CFOit = Perubahan arus kas operasi perusahaan i pada periode t

dibagi total aset perusahaan i pada periode t-1 2.3 Firm Size (Ukuran Perusahaan)

Firm size (ukuran perusahaan) dapat dinilai dari total aset yang dimiliki

(8)

luasnya pangsa pasar yang dimiliki perusahaan tersebut. Perusahaan yang dikategorikan perusahaan besar biasanya memiliki kapasitas produksi yang besar dan produknya dipasarkan secara luas. Rahmani dan Mir (2013) menyatakan bahwa perusahaan besar memiliki sistem pengendalian internal yang lebih canggih dan auditor internal yang kompeten. Pengendalian internal yang efektif berkontribusi terhadap keandalan pelaporan keuangan. Perusahaan besar biasanya diaudit oleh auditor yang berpengalaman. Perusahaan besar juga memiliki kredibilitas dalam bisnis dan tanggung jawab sosial yang baik, termasuk kredibilitas dalam informasi keuangan karena mereka lebih mampu memenfaatkan keahlian mereka dan memiliki teknologi yang canggih untuk menghasilkan informasi yang handal dan tepat waktu.

2.4 Leverage

Leverage digunakan untuk menggambarkan kemampuan perusahaan untuk

mengunakan aktiva atau dana yang mempunyai beban tetap untuk memperbesar tingkat penghasilan bagi pemilik perusahaan (Sadalia, 2010 : 128). Leverage menunjukkan seberapa besar aset dibiayai oleh utang. Sudana (2011) menyatakan bahwa untuk mengukur besar kecilnya leverage ratio dapat diukur dengan cara: 1. Debt Ratio yaitu untuk mengukur proporsi dana yang bersumber dari utang

untuk membiayai aktiva perusahaan.

2. Times interest ratio yaitu untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar beban tetap berupa bunga dengan menggunakan EBIT.

(9)

2.5 Free Cash Flow (FCF)

Free cash flow (FCF) merupakan arus kas bebas suatu perusahaan.

Menurut Lubis dan Adi (2014) yang dimaksud dengan free cash flow yaitu (1) FCF merupakan jumlah kas yang tersedia untuk operasi yang berasal dari distribusi dari semua investor (termasuk stockholders dan debtholders) sesudah melakukan investasi untuk mendukung perusahaan, (2) Nilai dari sebuah perusahaan tergantung pada jumlah FCF yang dapat dihasilkannya. Sedangkan menurut Keown et.al., (2011), arus kas bebas adalah jumlah yang tersedia dari operasi setelah investasi pada modal kerja operasional bersih dan aktiva tetap. Uang tunai ini tersedia untuk didistribusikan pada pemilik perusahaan dan kreditor atau secara sederhannya setelah perusahaan membayar semua beban opersinya dan melaukan investasi, maka sisa kas didistribusikan kepada pemegang saham dan kreditor. Lubis dan Adi (2014) menyatakan bahwa agar manajer dapat membuat perusahaan lebih bernilai maka nilai free cash flow harus dinaikkan.

2.6 Return On Invesment (ROI)

Return On Invesment (ROI) atau sering juga disebut Return On Asssets

(10)

dalam memperoleh laba bersih. Hal ini akan menjadi daya tarik bagi para investor karena perusahaan memiliki tingkat pengembalian yang tinggi. Untuk mencapai tingkat pengembalian yang tinggi perusahaan harus berusaha untuk mencapai laba yang tinggi.

2.7 Dividend Payout Ratio (DPR)

Defenisi dividend payout ratio menurut Sudana (2011) yaitu rasio untuk mengukur berapa besar bagian laba bersih setelah pajak yang dibayarkan sebagai dividen kepada para pemegang saham. Semakin besar rasio ini berarti semakin sedikit bagian laba yang ditahan untuk membelanjai investasi yang dilakukan perusahaan. Menurut Marlina dan Clara (2009) kebijakan dividen perusahaan tergambar pada dividend payout ratio yaitu persentase laba yang dibagikan dalam bentuk dividen tunai, artinya besar kecilnya dividend payout ratio akan mempengaruhi keputusan investasi para pemegang saham dan disisi lain berpengaruh pada kondisi keuangan perusahaan. Dividen yang dibagikan kepada para pemegang saham tergantung pada berapa besar laba yang dihasilkan suatu perusahaan karena laba yang diperoleh perusahaan pada periode tertentu akan didistribusikan kepada investor atau ditahan untuk membiayai kegiatan opersional perusahaan.

2.8 Price Earning Ratio (PER)

Price Earning Ratio (PER) atau disebut juga rasio harga terhadap laba.

(11)

mendefenisikan price earning ratio yaitu rasio untuk mengukur bagaimana investor menilai prospek pertumbuhan dimasa yang akan datang, dan tercermin dari harga saham yang bersedia dibayar oleh investor untuk setiap rupiah laba yang diperolah perusahaan. Semakin tinggi nilai dari rasio ini menunjukkan investor mempunyai harapan yang baik tentang perkembangan perusahaan di masa yang akan datang.

2.9 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu telah melakukan penelitian mengenai manajemen laba dan peneliti menggunakannya sebagai referensi untuk menyusun penelitian ini. Berikut beberapa penelitian mengenai manajemen laba yaitu: penelitian oleh Llukani (2013) meneliti hubungan antara firm size (ukuran perusahaan) dengan manajemen laba. Penelitian ini dilakukan pada Albanian Market. Penelitian ini menyimpulkan bahwa perusahaan di Albanian Market terindikasi melakukan inisiatif manajemen laba dan tidak ada perbedaan signifikan mengenai inisiatif manajemen laba dan praktek baik perusahaan kecil dan perusahaan besar.

(12)

Penelitian oleh Handayani dan Agustono (2009) yaitu meneliti pengaruh ukuran perusahaan terhadap manajemen laba. Populasi penelitian adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2003-2006. Metode analisis data yang digunaka yaitu analisa parametrik multivariate probit analysis antara variabel ukuran perusahaan dengan manajemen laba yang diprosikan dalam skala laba dan skala perubahan laba. Penelitian menyimpulkan bahwa baik perusahaan besar dan perusahaan sedang tidak terbukti lebih agresif melakukan manajemen laba melalui pelaporan laba positif, baik untuk menghindari earnigs loses maupun earnings decreases.

Penelitian oleh Nilasari (2012) yaitu menganalisis faktor-faktor manajemen laba dengan menggunakan varibel current ratio, DER, ukuran perusahaan, dan ROA. Populasi penelitian adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2006-2010. Manajemen laba dihitung dengan menggunakan model Modified Jones Model. Alat uji yang digunakan yaitu statistik regresi berganda. Penelitian ini menyimpulkan bahwa DER dan ROA memiliki pengaruh signifikan terhadap praktik manajemen laba.

(13)

Kesimpulan penelitian ini yaitu ROA serta CG berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Selain itu hasil penelitian menunjukkan CG mampu memoderasi hubungan antara ROA dan manajemen laba.

Ningsaptiti (2010) meneliti hubungan antara ukuran perusahaan dan mekanisme Corporate Governence terhadap manajemen laba. Proksi CG dalam penelitian yaitu konsentrasi kepemilikan, komposisi dewan komisaris, kualitas audit, dan komposisi komite audit. Manajemen laba dihitung dengan menggunaka Modified Jones Model. Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang

terdaftar di BEI periode 2006-2008. Hipotesis dalam penelitian ini di uji dengan menggunakan analisis linear berganda. Penelitian memberikan kesimpulan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Mekanisme CG yaitu kosentrasi kepemilikan dan kualitas audit memiliki hubungan signifikan terhadap manajemen laba. Komposisi dewan komisaris dan komposisi komite audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba.

Rivaldo (2013) meneliti mengenai manajemen laba dengan variabel indepeden GCG, ROA, dan Leverage. Populasi penelitian pada perusahaan manufaktur di sektor Industri. Manajemen laba dihitung dengan menggunakan Modified Jones Model. Metode analisis yang digunakan adalah regresi OLS

(14)

Agustia (2013) meneliti hubungan GCG, Free Cash Flow, dan Leverage terhadap manajemen laba. Penelitian ini menggunakan populasi perusahaan textil yang terdaftar di BEI dan periode penelitian 2007-2011. Data dianalis dengan menggunakan regresi berganda. Manajemen laba dihitung dengan menggunaka Modified Jones Model. Penelitian ini menyimpulkan bahwa semua komponen

GCG tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba, leverage berpengaruh terhadap manajemen laba, dan FCF berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Hal ini berarti perusahaan dengan free cash flow yang tinggi akan membatasi praktek manajemen laba.

Penelitian terdahulu tersebut menggunakan beberapa variabel independen yang berbeda-beda dan kesimpulan yang berbeda pula. Perbedaan hasil penelitian tersebuat membuat peneliti mengangkat kembali topik manajemen laba, adapun perbedaan dengan penelitian terdahulu yaitu tahun penelitian dari 2011-2013 pada perusahaan manufaktur dan peneliti menambah beberapa variabel independen.

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu

(15)

1 Llukani

2. Changes in Sales 3. Foreign Capital

Structures dan besar dalam melakukan praktek

manajemen laba.

(16)

3 Amertha 3. Kinerja Laba 4. Capital Intancity

Ratio laba positif, baik untuk

menghindari

earnigs loses maupun earnings decreases.

(17)

terhadap Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia dan profitabilitas tidak

berpengaruh signifikan terhadap

manajemen laba

No Peneliti Judul Variabel Penelitian Hasil Penelitian 8 Ningsaptiti

(2010) terdaftar di BEI

(18)

tahun 2006-2008) komisaris 4. Spesialisasi

industri KAP 5. Komposisi

komite audit

komite audit ttidak

berpengaruh secara signifikan terhadap

manajemen laba.

Sumber: berdasarkan penelitian terdahulu

2.10 Kerangka Konseptual

Berdasarkan uraian tinjauan pustaka di atas variabel dalam penelitian ini yaitu variabel dependen manajemen laba dan variabel independen terdiri dari firm size, Leverage, Free Cash Flow (FCF), ROI (Return On Investment), Dividend

Payout Ratio (DPR), dan PER (Price Earning Ratio). Berikut skema kerangka

konseptual penelitian:

H1

H2

H3

H7

Firm Size X1

Leverage X2

Earning Management

Y Free Cash Flow (FCF)

(19)

H4

H5

H6

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu earning management (manajemen laba). Variabel independen yang digunakan yaitu ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan dapat dilihat dari kemampuan produksi, pemasaran dan luasnya pangsa pasar yang dimiliki perusahaan tersebut. Perusahaan selalu berusaha menampilkan kinerja yang baik agar para investor tertarik untuk berinvestasi. Leverage dalam penelitian ini menggunakan debt ratio. Rasio leverage merupakan rasio untuk mengukur seberapa besar aset dibiayai oleh utang. Free cash flow merupakan kas yang tersedia untuk didistribusikan pada pemilik perusahaan dan kreditor atau secara sederhannya setelah perusahaan membayar semua beban opersinya dan melakukan investasi, maka sisa kas didistribusikan kepada pemegang saham dan kreditor. Return on investment merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya. Semakin tinggi rasio pengembalian atas investasi berarti semakin baik produktivitas aset dalam memperoleh laba bersih. Saat kinerja perusahaan buruk maka pihak manajer akan bertindak agar

Return Of Invesment (ROI) X4

Dividend Payout Ratio (DPR) X5

Price Earning Ratio (PER)

(20)

kinerja perusahaan tetap terlihat baik bagi para investor. Price earning ratio yaitu rasio untuk mengukur bagaimana investor menilai prospek pertumbuhan dimasa yang akan datang, dan tercermin dari harga saham yang bersedia dibayar oleh investor untuk setiap rupiah laba yang diperolah perusahaan. Defenisi dividend payout ratio yaitu rasio untuk mengukur berapa besar bagian laba bersih setelah

pajak yang dibayarkan sebagai dividen kepada para pemegang saham. Semakin besar rasio ini berarti semakin sedikit bagian laba yang ditahan untuk membelanjai investasi yang dilakukan perusahaan.

2.11 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan dugaan sementara terhadap rumusan masalah dalam suatu penelitian. Menurut Sugiyono (2011) menyatakan bahwa dalam penelitian terdapat dua jenis hipotesis penelitian yaitu hipotesis nol dan hipotesis alternatif. Hipotesis nol menyatakan tidak adanya hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. Hipotesis alternatif menyatakan adanya hubungan variabel dependen dengan variabel independen.

2.11.1 Firm Size Terhadap Earning Management

(21)

menginginkan agar kinerja perusahaan selalu terlihat baik. Rahmani dan Mir (2013) menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif yang signifikan dengan manajemen. Hasil penelitian ini juga didukung oleh Qomariyah (2008) menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba. Perusahaan besar cenderung menggunakan prosedur akuntansi menurunkan laba untuk mengurangi pajak yang tinggi dan political cost, sehingga laba yang dilaporkan mengandung akrual tinggi dan berkualitas rendah. Kim et, al,. (2003) menyimpulkan bahwa perusahaan besar lebih cenderung melakukan manajemen laba dibanding perusahanan besar. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa perusahaan kecil melakukan manajemen laba untuk menghindari pelaporan kerugian. Sedangkan perusahaan besar dan sedang lebih agresif melakukan manajemen laba untuk menghindari pelaporan penurunan laba. berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis yang disusun yaitu:

H1: Firm size berpengaruh signifikan terhadap earning management

2.11.2 Leverage Terhadap Earning Management

Leverage menggambarkan seberapa besar aset perusahaan dibiayai

(22)

perusahaan sehingga kinerja perusahaan akan terlihat baik. Penelitian oleh Agustia (2013) menyimpulkan bahwa leverage berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan mempunyai rasio leverage yang tinggi cenderung melakukan manipulasi dalam bentuk manajemen laba. Agustia (2013) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki rasio leverage yang tinggi cenderung mengatur laba yang akan dilaporkan dengan menaikkan atau menurunkan laba periode masa mendatang ke periode saat ini. Barus dan Yosephine (2012) menyimpulkan bahwa leverage berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba. Hal ini berarti semakin tinggi leverage, maka manajemen semakin termotivasi untuk melakukan manajemen laba. berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis yang disusun yaitu:

H2: Leverage berpengaruh signifikan terhadap earning management

2.11.3 Free Cash Flow Terhadap Earning Management

(23)

negatif signifikan terhadap manajemen laba. Hal in dikarenakan perusahaan dengan free cash flow yang tinggi cenderung tidak melakukan manajemen laba karena meskipun tanpa adanya manajemen laba, perusahaan dapat meningkatkan harga sahamnya. Penelitian ini juga didukunng oleh Zuhri dan Prabowo (2011) menyimpulkan bahwa manajemen laba memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap manajemen laba. Perusahaan yang memilki free cash flow yang tinggi cenderung melakukan pelaporan laba yang rendah. Berdasarkan uraian tersebut makae hipotesis yang disusun yaitu:

H3: Free cash flow berpengaruh signifikan terhadap earning management

2.11.4 Return On Investment Terhadap Earning Management

(24)

tindakan manajemen laba agar kinerja perusahaan tetap terlihat baik. Nilasari (2012) juga menyimpulkan bahwa ROA berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis yang disusun yaitu:

H4: ROI berpengaruh signifikan terhadap earning management

2.11.5 Dividend Payout Ratio Terhadap Earning Management

Menurut Marlina dan Clara (2009) kebijakan dividen perusahaan tergambar pada dividend payout ratio yaitu persentase laba yang dibagikan dalam bentuk dividen tunai, artinya besar kecilnya dividend payout ratio akan mempengaruhi keputusan investasi para pemegang saham dan disisi lain berpengaruh pada kondisi keuangan perusahaan. Dividen yang tinggi akan menarik perhatian para investor untuk melakukan investasi pada perusahaan. Besarnya dividen yang akan dibagikan perusahaan sangat bergantung pada laba yang dihasilkan perusahaan. Dalam hal ini perusahaan cenderung untuk melakukan manajemen laba agar laba mengalami peningkatan dari periode sebelumnya. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis yang disusun yaitu:

H5: DPR berpengaruh signifikan terhadap earning management

2.11.6 Price Earning Ratio Terhadap Earning Management

(25)

masa yang akan datang, dan tercermin dari harga saham yang bersedia dibayar oleh investor untuk setiap rupiah laba yang diperolah perusahaan. PER merupakan perbandingan antara harga per saham dengan laba per saham. Semakin tinggi nilai dari rasio ini menunjukkan investor mempunyai harapan yang baik tentang perkembangan perusahaan di masa yang akan datang. Investor selalu mengharapkan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasinya, maka pihak manajemen perusahaan berusaha untuk memenuhi keinginan investor tersebut. Tingkat pengembalian yang tinggi sangat bergantung pada laba yang dihasilkan oleh perusahaan. Setiap perusahan selalu menghindari kerugian. Untuk mengakui laba yang tinggi perusahaan biasanya menggunakan metode akuntansi yang mendukung pengakuan laba yang tinggi dan hal ini akan menunjukkan kinerja perusahan yang baik. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis yang disusun yaitu:

H6: PER berpengaruh signifikan terhadap earning management

2.11.7 Hubungan Firm Size, Leverage, Free Cash FLow, ROI, DPR, Dan PER Terhadap Manajemen Laba

(26)
(27)

ROI, DPR, dan PER memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis yang disusun yaitu:

H7: Firm size, leverage, ROI, FCF, DPR, dan PER berpengaruh signifikan

Gambar

Gambar 2.1

Referensi

Dokumen terkait

Pemilihan bensin sebagai bahan bakar berdasarkan pertimbangan dua kualitas; yaitu nilai kalor (calorific value) yang merupakan sejumlah energi panas yang

pengamatan atau observasi tersebut memberrkan kekayaaan data yang dapat.. memberikan kepercayaan yang besar pada kesimpulan ya.ng dapat dianda1ka.n.. Penganrl~ilnn

dilengakapi dengan LKM dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar mahasiswa pada matakuliah genetika dasar.. Kegialan penelitian n~cndukung pengernbar~gan illnu serla

Dari analisis data hasil penelitian, didapatkan penerapan teknik Catatan: TS dalam pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII

[r]

To the best of our knowledge, there is only one previous epidemiological study addressing the potential protective effects of carotenoids on atherogenesis. This study attempted

Sub sektor tanaman pangan memiliki peranan yang cukup penting dan strategis dalam pembangunan nasional. Pembangunan sektor agribisnis di Indonesia sebagai bagian integral

Marka SSR Berpautan dengan Lokus Target Marka molekuler yang digunakan adalah marka pengapit untuk mendeteksi lokus QTL yang mengatur sifat jumlah bulir isi ( qTSN4 ),