BAB 2
TINJUAN PUSTAKA
2.1 Air
Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi
kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat
dan kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin menurun. Kegiatan
industri, domestik, dan kegiatan lain berdampak negatif terhadap sumber daya air,
antara lain menyebabkan penurunan kualitas air (Effendi, 2003).
Air dipermukaan bumi terdiri atas 97 % air asin di lautan 2 % masih berupa
es, 0,0009 % berupa danau, 0,00009 % merupakan air tawar di sungai dan sisanya
merupakan air permukaan yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan hidup
manusia, tumbuhan dan hewan yang hidup di daratan. Oleh sebab itu, air
merupakan barang langka yang paling dominan dibutuhkan di permukaan bumi
ini.
Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara.
sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorang pun
dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Selain itu, air juga
dipergunakan untuk memasak, mencuci, mandi, dan membersihkan kotoran yang
ada disekitar rumah. Air juga digunakan untuk keperluan industri, pertanian,
pemadam kebakaran, tempat rekreasi, transportasi, dan lain-lain (Chandra, 2006).
Suatu perairan merupakan suatu ekosistem yang kompleks sekaligus
seperti ikan dan berbagai jenis makhluk hidup berukuran kecil (mikroba) yang
hanya dapat dilihat dengan bantuan mikroskop.
Seiring dengan meningkatnya kemajuan di sektor industri, semakin
meningkat pula masalah pencemaran di Indonesia. Masuknya limbah industri ke
dalam suatu perairan dapat menyebabkan menurunnya kualitas perairan tersebut
( Nugroho, 2006).
2.2 Sumber air
Mengingat pentingnya peranan air, sangat diperlukan adanya sumber air yang
dapat menyediakan air yang baik dari segi kuantitas dan kualitas nya. Beberapa
sumber air, yaitu :
a. Air Permukaan (Surface Water)
Air Permukaan meliputi air sungai, danau, waduk, rawa, dan genangan air
lainnya. Air yang jatuh sebagai hujan tidak semuanya dapat mencapai permukaan
tanah, sebagai tertahan oleh vegetasi dan bangunan. Sebagaian air yang mencapai
permukaan tanah akan masuk ke dalam tanah dan menjadi air tanah melalui
proses infiltrasi, sebagaian lagi mengalir ke badan air sebagai air permukaan.
Air hujan yang jatuh ke bumi dan menjadi air permukaan memiliki kadar
bahan- bahan terlarut atau unsur hara yang sangat sedikit. Air hujan biasanya
bersifat asam, dengan nilai pH sekitar 4,2. Hal ini disebabkan air hujan
melarutkan gas- gas yang terdapat di atmosfer, misalnya gas karbondioksida
(CO2), sulfur (S), dan nitrogen oksida (NO2) yang dapat membentuk asam lemah.
b. Air Tanah (Ground Water)
Air tanah (ground water) merupakan air yang berada di bawah permukaan
kecepatan arus berkisar antara 10-10 m/detik dan kuantitas air yang mampu diserap
oleh tanah tergantung pada kondisi fisik tanah, misalnya bobot isi (bobot tanah
tiap satuan volume tanah), permeabilitas (daya tanah melalukan air), infiltrasi
(daya tanah meresapkan air), porositas (jumlah volume udara yang terkandung
dalam tanah). Sebelum mencapai jenuh, air hujan yang jatuh ke permukaan tanah
akan dialirikan sebagai limpasan permukaan (surface run off ) ke badan air. Air
yang masuk ke dalam tanah akan mencapai akifer (Effendi,2003).
2.3 Kegunaan Air
Air dibutuhkan untuk bermacam-macam keperluan. Kualitas air untuk
keperluan minum berbeda dengan untuk keperluan industri. Kegunaan air dirinci
menjadi golongan sebagai berikut :
Gol. I : Air minum yang dapat digunakan langsung tanpa pengolahan
Gol II: Air untuk minum rumah tangga dan keperluan lainnya tapi tidak
untuk golongan I.
Gol. III : Air untuk keperluan perikanan, peternakan dan keperluan lainnya
tetapi tidak sesuai golongan I dan II
Gol. IV : Air untuk keperluan pertanian, usaha industri listrik tenaga air, lalu
lintah air dan keperluan lainnya tapi tidak sesuai I, II, dan III
Gol. V : Air yang tidak sesuai untuk golongan I, II, III, dan IV
(Gintings. P, 1992)
2.4 Sifat-Sifat Air
Air memiliki karakteristik yang khas yang tidak dimiliki oleh senyawa
1. Air memiliki karakteristik yang khas yang tidak dimiliki oleh senyawa kimia
yang lain. Karakteristik tersebut adalah sebagai berikut :pada kisaran suhu yang
sesuai bagi kehidupan, yakni 0° C (32° F) – 100° C, air berwujud cair. Suhu 0°C
merupakan titik beku (freezing point) dan pada suhu 100°C merupakan titik
didih (boiling point) air. Tanpa sifat tersebut, air yang terdapat di laut, sungai,
danau, dan badan air yang lain akan berada dalam bentuk gas atau padatan,
sehingga tidak akan terdapat kehidupan di muka bumi ini, karena sekitar 60 % -
90 % bagian sel makhluk hidup adalah air.
2. Perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air memiliki sifat penyimpan
panas yang sangat baik. Sifat ini memungkinkan air tidak menjadi panas
ataupun dingin dalam seketika. Perubahan suhu air yang lambat mencegah
terjadinya stresspada makhluk hidup karena adanya perubahan suhu yang
mendadak dan memelihara suhu bumi agar sesuai bagi makhluk hidup. Sifat ini
juga menyebabkan air sangat baik digunakan sebagai pendingin mesin.
3. Air memerlukan panas yang tinggi dalam proses penguapan. Penguapan
(evaporasi) adalah proses perubahan air menjadi uap air. Proses ini
memerlukan energi panas dalam jumlah yang besar. Sebaliknya, proses ini
perubahan uap air menjadi cairan (kondensasi) melepaskan energi panas yang
besar. Pelepasan energi ini merupakan salah satu penyebab mengapa kita kita
merasa sejuk pada saat berkeringat. Sifat ini juga merupakan salah satu faktor
utama yang menyebabkan terjadinya penyebaran panas secara baik di bumi.
4. Air merupakan pelarut yang sangat baik. Air mampu melarutkan berbagai jenis
senyawa kimia. Air hujan mengandung senyawa kimia dalam jumlah yang
35.000 mg/liter. Sifat ini memungkinkan unsur hara (nutrien) terlarut diangkut
keseluruh jaringan tubuh makhluk hidup dan memungkinkan air digunakan
sebagai pencuci yang baik dan pengencer bahan pencemar (polutan) yang
masuk kedalam badan air.
5. Air memiliki tegangan permukaan yang tinggi. Suatu cairan dikatakan
memiliki tegangan permukaan yang tinggi jika tekanan antar - molekul cairan
tersebut tinggi. Tegangan permukaan yang tinggi juga memungkinkan
terjadinya sistem kapiler, yaitu kemampuan untuk bergerak dalam pipa kapiler
dan sifat sebagai pelarut yang baik, air dapat membawa nutrien dari dalam
tanah ke jaringan tumbuhan (akar, batang, dan daun). Adanya tegangan
permukaan memungkinkan beberapa organisme, misalnya jenis- jenis insekta,
dapat menyerap di permukaan air.
6. Air merupakan satu-satunya senyawa yang merenggang ketika membeku. Pada
saat membeku, air merenggang sehingga es memiliki nilai densitas
(massa/volume) yang lebih rendah daripada air. Dengan demikian, es akan
mengapung di air. Sifat ini mengakibatkan danau-danau di daerah yang
beriklim dingin hanya membeku pada bagian permukaan (bagian di bawah
permukaan masih berupa cairan) sehingga kehidupan organisme akuatik tetap
berlangsung.
2.4.1. Parameter Fisika
Parameter fisika umumnya dapat diidentifikasi dari kondisi fisik air
tersebut. Parameter fisika meliputi bau, kekeruhan, rasa, suhu, warna dan jumlah
zat padat terlarut (TDS). Air yang baik idealnya tidak berbau. Air yang berbau
Air yang baik idealnya harus jernih. Air yang keruh mengandung partikel
padat tersuspensi yang dapat berupa zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan.
Disamping itu air yang keruh sulit didesinfeksi, karena mikroba patogen dapat
terlindungi oleh partikel tersebut.
Air yang baik idealnya juga tidak memiliki rasa/tawar. Air yang tidak
tawar mengindikasikan adanya zat-zat tertentu di dalam air tersebut. Rasa asin
disebabkan adanya garam-garam tertentu di dalam air, begitu juga rasa asam
disebabkan adanya asam di dalam air dan rasa pahit disebabkan adanya basa di
dalam air tersebut.
Padatan terlarut total (Total Dissolved Solid-TDS) adalah bahan bahan
terlarut (Diameter < 106) dan koloid (diameter 10-6 - 10-3 mm) yang berupa
senyawa-senyawa kimia dan bahan-bahan lain. Bila TDS bertambah maka
kesadahan akan naik. Kesadahan yang tinggi dapat mengakibatkan terjadinya
endapan/kerak pada sistem perpipaan.
2.4.2. Parameter Kimia
Parameter kimiawi dikelompokkan menjadi kimia anorganik dan kimia
organik. Dalam standard air minum di Indonesia zat kimia anorganik dapat berupa
logam, zat reaktif, zat-zat berbahaya dan beracun serta derajat keasaman (pH).
Sedangkan zat kimia organik dapat berupa insektisida dan herbisida, Volatile
organic chemicals (zat kimia organik mudah menguap) zat-zat berbahaya dan
beracun maupun zat pengikat oksigen.
Sumber logam dalam air dapat berasal dari industri, pertambangan ataupun
proses pelapukan secara alamiah. Korosi dari pipa penyalur air minum dapat juga
2.5. Fosfat
Fosfat terdapat dalam air alam atau air limbah sebagai senyawa ortofosfat,
polifosfat, dan fosfat organis. Ortofosfat adalah senyawa monomer seperti H2PO4-,
HPO42-, dan PO43-, sedangkan polifosfat (juga disebut “condensed phosphates”)
merupakan senyawa polimer seperti (PO3)63- (heksametafosfat), P3O10
5-(tripolifosfat) dan P2O74- (pirofosfat); fosfat organis adalah P yang terikat dengan
senyawa-senyawa organis sehingga tidak berada dalam larutan secara terlepas.
Dalam air alam atau buangan, fosfor P yang terlepas dan senyawa P selain yang
disebutkan di atas hampir tidak ditemui (Alaerts, G. dan Sri Sumestri, S. 1984).
Kandungan fosfat yang tinggi menyebabkan suburnya algae dan organisme
lainnya. Fosfat kebanyakan berasal dari bahan pembersih yang mengandung
senyawa fosfat. Dalam industri kegunaan fosfat terdapat pada ketel uap untuk
mencegah kesadahan. Maka pada saat penggantian air ketel, buangan ketel
menjadi sumber fosfat.
Pengukuran kandungan fosfat dalam air limbah berfungsi untuk mencegah
tingginya kadar fosfat sehingga tidak merangsang pertumbuhan
tumbuh-tumbuhan dalam air. Sebab pertumbuh-tumbuhan subur akan menghalangi kelancaran arus
air. Pada danau suburnya tumbuh-tumbuhan air mengakibatkan berkurangnya
oksigen terlarut karena berkurangnya intensitas cahaya yang masuk ke perairan
dan kesuburan tanaman lainnya (Gintings, 1992).
Air biasanya mengandung fosfat anorganik terlarut. Fitoplankton dan
tanaman lain akan mengabsorbsi fosfat ini membentuk senyawa misalnya
adenosin trifosfat, ATP. Fosfor juga merupakan faktor pembatas. Perbandingan
organisme hidup. Diduga bahwa fosfor merupakan nutrien pembatas dalam
eutrofikasi, artinya air dapat mempunyai misalnya konsentrasi nitrat yang tinggi
tanpa percepatan eutrofikasi asalkan fosfat sangat rendah. Fosfor ternyata
merupakan pendorong kegiatan pengikatan nitrogen bagi ganggang biru
(Sastrawijaya, 1991).
Didalam suatu perairan sumber nutrien dapat berupa unsur hara makro (C, O,
H, N, P, Mg, Ca, Na dan Cl) dan unsur hara mikro (Fe, Mn, Cu, Zn, B, Co).
Diantara unsur hara tersebut, yang dianggap sangat esensial untuk produksi yaitu
nitrogen (N) dan fosfor (P) karena dapat dibentuk melalui proses fotosintesis.
Selain itu, N dan P merupakan faktor pembatas pertumbuhan fitoplankton di
perairan alami. Namun demikian, N dan P dapat menjadi pemicu blooming alga
apabila jumlahnya berlebihan.
Tabel 1.1. Kategori Kesuburan Perairan berdasarkan Kandungan Fosfat
Kandungan P (mg/L) Kesuburan Perairan
0,000 – 0,020 Rendah
0,021 – 0,050 Cukup
0,051 – 0,100 Baik
0,101 – 0,200 Baik sekali
>0,201 Sangat baik sekali
(Nugroho, 2006)
Air limbah yang berasal dari rumah tangga (setempat) sangat kaya akan
senyawa-senyawa fosfor. Kadar fosfor anorganik biasanya berkisar antara 2
sampai 3 mg/L; bagian- bagian yang anorganik bervariasi dari 0,4 hingga 1 mg/L.
sumbangan, dimana jumlah fosfor yang dilepaskan merupakan suatu fungsi
pemasukan protein. Tetapi pada saat ini, karena pemakaian detergen sintetik yang
meningkat, kadar fosfor air limbah rumah tangga dengan cepat meningkat.
Semua air limbah mengandung fosfor dalam jumlah yang memadai, cukup
untuk tujuan- tujuan pemupukan. Jumlah fosfor dalam tumbuh-tumbuhan tidaklah
besar dibandingkan dengan jumlah-jumlah nitrogen dan kalium. Air limbah rumah
tangga bahkan sekarang sangat kaya akan senyawa fosfor, tapi sejumlah fosfor
yang lebih besar barangkali akan harus diberikan pada tanah dikemudian hari
selama dialiri dengan irigasi air limbah, karena meningkatnya penggunaan
detergen sintetik. Sekali pun, jika sejumlah besar fosfor dibawa dalam kombinasi-
kombinasi organik, senyawa-senyawa semacam itu mudah disederhanakan oleh
jasad-jasad renik. Fosfor organik dimineralisasi dan muncul dalam larutan tanah
dalam kombinasi anorganik, yang bentuk khususnya tergantung dari pH tanah
(Mahida, U. N. 1984).
Polusi air yang disebabkan oleh penggunaan detergen terutama menyangkut
masalah surfaktan atau bahan pembentuk. Penanganan terhadap polusi surfaktan
telah banyak dilakukan, sedangkan penanganan terhadap polusi bahan pembentuk
baru akhir-akhir ini banyak dibicarakan dan dipraktekkan. Surfaktan yang banyak
digunakan pada saat ini berbeda dengan yang digunakan beberapa tahun yang
lalu. Perbedaan utama adalah karena yang digunakan pada saat ini mempunyai
sifat dapat dipecah secara biologis (biodegradable), yaitu dapat dipecah menjadi
senyawa-senyawa sederhana oleh bakteri yang terdapat dilingkungan, sedangkan
sehingga terdapat dalam bentuk tetap tidak berubah dalam jangka waktu lama di
lingkungan.
Setelah perang dunia kedua penggunaan detergen semakin meningkat untuk
berbagai keperluan, dan masalah utama yang timbul bukan karena racunnya,
tetapi busanya yang mengganggu lingkungan di sekitarnya. Surfaktan yang
digunakan dalam detergen sebelum tahun 1965 tidak dapat dipecah dengan cepat
sehingga mengumpul di tempat buangan atau sungai disekitarnya. Masalah ini
kemudian dapat dipecahkan dengan cara mengubah struktur molekul komponen
secara kimia sehingga lebih mudah dipecah oleh bakteri. Perubahan struktur
surfaktan dari yang bersifat “nonbiodegradable” menjadi “biodegradable”
dilakukan sejak tahun 1965 dan ternyata dapat memecahkan masalah utama
tersebut. Bahan pembentuk utama di dalam detergen adalah natrium tripolifosfat
(Na5P3O10). Senyawa ini tidak merupakan masalah dalam dekomposisinya di
lingkungan sebab ion P3O10-5 akan mengalami reaksi hidrolisis perlahan di dalam
lingkungan untuk memproduksi ortofosfat yang tidak beracun.
Reaksinya adalah sebagai berikut:
P3O10-5 + 2H2O → 2HPO4-2 + H2PO4-
(Fardiaz, S. 1992).
2.6. Pemilihan Titik Pengambilan Sampel
Kecepatan aliran dalam sungai, saluran dan sebagainya tidaklah merata, di
dalam danau dan kolam, sifat-sifat air pun tidak homogan, tetapi berada dalam
lapisan-lapisan dengan sifat yang berbeda. Maka bila diperlukan data-data
mengenai badan air tersebut secara keseluruhan titik pengambilan sampel harus
satu bagian dengan karakteristik yang kebetulan dapat diselidiki. Berikut beberapa
usulan dan anjuran yang dapat dikemukakan, namun diharapkan adanya
pemikiran bahwa setiap pengambilan sampel, merupakan suatu kasus yang
tersendiri.
Bila sampel diambil dari seluruh saluran, sungai dan sebagainya yang
kedalamannya tidak lebih dari 5 meter, dan alirannya cukup turbulen bagi air
tersebut untuk menjadi homogen, sampel sebaiknya diambil kira-kira 1/2sampai 2/3
tinggi penampang basah dari bawah permukaan air. Dekat dasar sungai air
mengandung terlalu banyak zat tersuspensi yang mengendap atau yang dapat
tergerus oleh aliran air. Dekat lapisan permukaan air, ada resiko bahwa lapisan
tersebut mengandung banyak zat yang ringan seperti lumut, minyak dan lemak,
dan sebagainya.Sampel tidak boleh diambil terlalu dekat dengan tepi penampang
sungai atau tepi saluran yang tidak diplester dengan baik karena air di daerah
tersebut kurang mewakili seluruh badan air, namun untuk saluran yang diplester
dengan baik sampel dapat diambil ± 10 cm dari tepi saluran.
Bila sampel diambil dari saluran atau sungai yang terdiri dari aliran- aliran
yang terpisah, misalnya pada musim kering, sampel harus diambil dari aliran
bagian yang paling besar dan yang dapat dianggap bersifat sama dengan keadaan
asli sungai tersebut. Bila penampang sungai tidak teratur (irreguler) sampel harus
diambil (bila mungkin) ditengah aliran utama, yaitu di mana tinggi penampang
basah terbesar dan alirannya tidak terganggu. Bila sampel diambil dari saluran
atau anak sungai yang bermuara di dalam sungai maupun laut, harus diingat
bahwa tinggi permukaan sungai atau laut tersebut dapat berubah pada waktu hujan
dipilih cukup jauh dari muara, dimana aliran anak sungai atau saluran tidak
terganggu.
Pada umumnya, titik pengambilan sampel dipilih agar sampel benar- benar
dapat mewakili badan air tersebut, debit dapat diukur secara cukup teliti, dan
daerah drainase yang menyebabkan pencemaran dapat diketahui secara lengkap.
Daerah tersebut terdiri dari sumber pencemaran setempat (point source) dan
sumber pencemaran yang tersebar (disperse source). Termasuk sumber
pencemaran setempat adalah pabrik, rumah sakit dan sebuah kampung yang
seluruh air buangannya ditampung oleh satu saluran drainase atau anak sungai
termasuk sumber pencemaran yang tersebar adalah saluran- saluran dan anak
sungai yang mengandung air buangan penduduk dan bermuara di dalam induk
sungai di berbagai tempat sepanjang induk sungai tersebut, atau air irigasi yang
keluar dari sawah-sawah dan dibuang ke dalam induk sungai di tempat- tempat
yang berbeda ( Alaerts, G. dan Sri Sumestri, S. 1984).
2.7. Spektrofotometri
Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari
spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum
dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas
cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Jadi, spektrofotometer
digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut
ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang
gelombang. Kelebihan spektrofotometer dibandingkan fotometer adalah panjang
gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi dan ini diperoleh dengan alat
Pada fotometer filter, sinar dengan panjang gelombang yang diinginkan
diperoleh dengan berbagai filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi
melewatkan trayek panjang gelombang tertentu. Pada fotometer filter, tidak
mungkin diperoleh panjang gelombang yang benar- benar monokromatis,
melainkan suatu trayek panjang gelombang 30-40 nm. Sedangkan pada
spektrofotometer, panjang gelombang yang benar- benar terseleksi dapat
diperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma. Suatu
spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinyu,
monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau blanko dan suatu alat
mengukur perbedaan absorpsi antara sampel dan blanko ataupun pembanding.
1. Sumber
Sumber yang biasa digunakan pada spektroskopi absorpsi adalah lampu
wolfram. Arus cahaya tergantung pada tegangan lampu, i= K Vη, i = arus cahaya ,
V= tegangan, n= eksponen (3-4 pada lampu wolfram), variasi tegangan masih
dapat diterima 0,2 % pada suatu sumber DC, misalnya : baterai. Lampu hidrogen
atau lampu deuterium digunakan untuk sumber pada daerah UV.
2. Monokromator
Digunakan untuk memperoleh sumber sinar yang monokromatis. Alatnya dapat
berupa prisma ataupun grating. Untuk mengarahkan sinar monokromatis yang
diinginkan dari hasil penguraian ini dapat digunakan celah. Jika celah posisinya
tetap, maka prisma atau gratingnya yang dirotasikan untuk mendapatkan λ yang
diinginkan. Ada dua tipe prisma, yaitu susunan Cornu dan susunan littrow. Secara
prisma dimana pada sisinya tegak lurus dengan arah sinar yang berlapis
aluminium serta mempunyai sudut optik 30°.
3. Sel Absorpsi
Pada pengukuran didaerah tampak kuvet kaca atau kuvet corex dapat
digunakan, tetapi untuk pengukuran pada dearah UV kita harus menggunakan sel
kuarsa karena gelas tidak tembus cahaya pada daerah ini. Umumnya tebal kuvet
adalah 10 mm, tetapi yang lebih kecil ataupun yang lebih besar dapat digunakan.
Sel yang biasa digunakan berbentuk persegi, tetapi bentuk silinder dapat juga
digunakan. Kita harus menggunakan kuvet yang bertutup untuk pelarut organik.
Sel yang baik adalah kuarsa atau gelas hasil leburan serta seragam
keseluruhannya.
4. Detektor
Peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap cahaya pada
berbagai panjang gelombang. Pada spektrofotometer, tabung pengganda elektron
yang digunakan prinsip kerjanya telah diuraiakan.
2.7.1. Cara Kerja Spektrofotometer
Cara kerja spektrofotometer dimulai dengan dihasilkannya cahaya
monokromatik dari sumber sinar. Cahaya tersebut kemudian menuju ke kuvet
(tempat sampel/sel). Banyaknya cahaya yang diteruskan maupun yang diserap
oleh larutan akan dibaca oleh detektor yang kemudian menyampaikan ke layar
pembaca. Larutan yang akan diamati melalui spektrofotometer harus memiliki
warna tertentu. Hal ini dilakukan supaya zat di dalam larutan lebih mudah
diserap oleh zat akan identik dengan jumlah zat di dalam larutan tersebut. Secara
kualitatif, panjang gelombang dimana energi dapat diserap akan menunjukkan
jeniszatnya.
(http://depe22.blogspot.com/2012/05/makalah-spektrofotometer.html)
Cara kerja spektrofotometer secara singkat adalah sebagai
berikut.Tempatkan larutan pembanding, misalnya blanko dalam sel pertama
sedangkan larutan yang akan dianalisis pada sel kedua. Kemudian pilih fotosel
yang cocok 200 nm - 650 nm (650 nm – 1100 nm) agar daerah λ yang diperlukan
dapat terliputi. Dengan ruang fotosel dalam keadaan tertutup “ nol “ galvanometer
dengan menggunakan tombol dark- current. Pilih yang diinginkan, buka fotosel
dan lewatkan berkas cahaya pada blanko dan “nol” galvanometer didapat dengan
memutar tombol sensitivitas. Dengan menggunakan tombol sensitivitas, kemudian
atur besarnya pada 100 %. Lewatkan berkas cahaya pada larutan sampel yang
akan dianalisis. Skala absorbansi menunjukkan absorbansi larutan sampel