BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Televisi
Televisi dilihat dari asal kata, dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu tele dan vision, yang secara harfiah dapat berarti sebagai visualisasi dari sebuah objek yang jauh. Televisi dan radio merupakan media massa elektronik. Media massa yang dalam menyampaikan pesan akan sangat bergantung pada aliran listrik. Pada masa sekarang media massa elektronik juga dapat ditayangkan melalui bantuan tenaga diesel. Membedakan media cetak dengan media televisi sebagai berikut: televisi dan radio menguasai ruang, tetapi tidak menguasai waktu, sementara media cetak (surat kabar/majalah) menguasai waktu tetapi tidak menguasai ruang. Televisi sebagai media massa harus mempunyai unsur-unsur penting, yaitu:(kuswandi 1998)
a. Adanya sumber informasi
b. Isi pesan
c. Saluran informasi
d. Khalayak sasaran
e. Umpan balik
2.2. Fungsi Televisi
Televisi merupakan media massa yang sangat efektif untuk mempengaruhi penonton. Fungsi televisi dibagi menjadi tiga, yaitu:
Televisi sebagai media pendidikan, karena pesan yang ditayangkan mengandung nilai-nilai pendidikan. Ajakan kepada penonton untuk melakukan hal positif, mengajak untuk taat menjalankan ibadah, dan menyadarkan penonton dari hal-hal yang tidak baik. Walaupun banyak tayangan televisi yang merusak nilai-nilai positif.
B. Sebagai Media Hiburan
Televisi dalam menayangkan acaranya banyak yang bersifat menghibur penonton. Hal tersebut agar mengajak penonton untuk tidak konflik dan sebagai media informasi
Menyajikan pengetahuan, pesan, dan nilai-nilai baru yang dapat diterapkan di masyarakat.
C.Sebagai Media Sosial
Televisi dapat menyampaikan pesan-pesan sosial yang dapat mempengaruhi penonton supaya memiliki jiwa sosial. Pesan yang disajikan mengandung sebuah upaya sosial, interaksi, dan imitasi.( Arief 2000 )
2.3.Peran Media Massa
Media Massa adalah institusi yang berperan sebagai agent of change, yaitu sebagai institusi pelopor perubahan. Ini adalah paradigm utama media masssa. Dalam mempelajari paradigm media massa berperan:
Televisi sebagai media audio visual juga memiliki kekurangan, baik itu dari sifat medianya maupun pengemasannya. Menurut Waldoyo (2000) kekurangannya antara lain:a. Komunikasinya bersifat searah, sehingga kecil kemungkinan audience untuk memberikan respon aktif terhadap informasi yang diterimanya. Pada hal dalam upaya mengoptimalkan kualitas ketika kita menyampaikan pesan, sebaiknya komunikasi dilakukan secara timbal balik (dua arah).
a. Biaya yang relatif mahal untuk merancang dan mengembangkan paket program siaran yang akan disajikan bagi pemirsanya.
b. Dipengaruhi oleh faktor cuaca dan kondisi geografis, kondisi cuaca yang kurang baik kadang-kadang mengganggu kualitas tayangan program siaran yang ditayangkan. Begitu pula pada daerah-daerah tertentu, acapkali siaran televisi tidak dapat diterima dengan baik.
c. Sulitnya televisi mengendalikan dan menyeleksi informasi yang diterima. Tayangan televisi cenderung dapat disaksikan oleh setiap orang tampa mengenal usia maupun status sosial dalam masyarakat. Karena bagaimanapun suatu jenis informasi belum tentu cocok atau sesuai dengan semua orang.
2.4.Pengaruh Televisi Terhadap Perilaku
Televisi sebagai sebuah media komunikasi mempunyai pengaruh terhadap tingkah laku.Pengaruh televisi terhadap perilaku terjadi bila terdapat perubahan pada perilaku nyata yang dapat diamati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan atau kebiasaan berperilaku.Terdapat empat efek pemanfaatan media massa, yaitu:
b. Efek kognitif, yaitu mengenai terjadinya perubahan pada apa yang diketahui, difahami, atau dipersepsi siswa.
c. Efek afektif, yaitu berkenaan dengan timbulnya perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci siswa. (Rakhmat 2000),
d. Efek behavior, yaitu berkaitan pada perilaku nyata yang dapat diamati, yang mencakup pola-pola tindakan kegiatan, atau kebiasaan berperilaku siswa.
Televisi mempuyai pengaruh yang positif dan negatif bagi perilaku siswa. Perubahan pada perilaku siswa bebas bermain di dalam, bermain dengan air dan tanah, namun pada saat menonton televisi, anak menjadi tidak perhatian pada orang lain dan pada apa yang terjadi disekitarnya.Kecenderungan meningkatnya tindak kekerasan dan perilaku negatif lainnya pada siswa diduga sebagai dampak gencarnya tayangan televisi. Setelah televisi dimatikan, anak akan menjadi gugup, menangis dan tak jarang akan berteriak.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh organisasi psikologis di Amerika tahun 2001, mengatakan bahwa anak-anak yang menonton film kartun menjadi lebih agresif dan mudah melakukan tindakan kekerasan. Organisasi tersebut menjelaskan ada tiga efek dari menonton kekerasan di televisi, yaitu siswa jadi kurang sensitif terhadap penderitaan orang lain, anak menjadi takut bersosialisasi dengan dunia luar dan siswa menjadi lebih agresif terhadap orang lain.
Televisi sebagai media massa dapat memberikan pengaruh terhadap beberapa aspek, yaitu:
Pengaruh televisi terhadap perilaku dapat ditinjau dari beberapa aspek, yaitu pendidikan, sosial, dan ekonomi. Perubahan perilaku dapat dilihat secara bertahap dan tidak langsung berubah secara signifikan.
Pada tahun 2001 National Institute of Mental Health mengadakan pengkajian terhadap 2.500 penelitian tentang dampak televisi dengan kesimpulan:
1. Ada korelasi langsung antar kekerasan dalam televisi dan perilaku agresif, meskipun tidak dapat diduga siapa dan mengapa dipengaruhi.
2. Penonton setia televisi lebih menunjukkan sifat penakut, kurang percaya diri, dan lebih gelisah.
3. Anak yang menonton program yang prososial (program yang konstruktif) akan lebih berkelakuan baik.
Dilihat dari aspek pendidikan, bahwa pengetahuan tentang nilai-nilai pendidikan akan lebih jelas dan tergambarkan oleh tayangan media audio visual. Tayangan-tayangan informasi, seperti acara keagamaan, berita, dan dialog merupakan jenis tayangan yang bernuansa pendidikan.Penonton akan melakukan hal yang positif dari tayangan tetsebut, seperti tayangan keagamaam mengajak penonton yang tadinya tidak menjalankan ibadahnya, maka dengan menonton akan menjalankan ibadahnya. penonton akan meningkat pengetahuanna, salah satunya melalui tayangan televisi.
Kebiasaan menonton televisi secara pasti menurunkan kemampuan anak untuk membaca. Baik buku umum terlebih buku pelajaran. Media massa sangat berpengaruh dalam pendidikan IPS. Informasi yang ditayangkan oleh televisi akan menggugah penonton untuk melakukan sesuatu. Manfaat penggunaan televisi khususnya di sekolah, yaitu:
a. Televisi bersifat langsung dan nyata b. Televisi memperluas tinjauan kelas
Dilihat dari aspek ekonomi, Penonton akan mengikuti gaya yang ditayangkan pada televisi, seperti menjadi lebih konsumtif. Siaran televisi dalam kategori sosial akan mempengaruhi penonton untuk membeli produk. Penonton bisa melakukan pemborosan sesuai dengan isi tayangan acara televisi. Penonton juga dapat diajak untuk hidup lebih disiplin, hemat, dan dapat mengatur kehidupannya. (Fara, 2001)
Menurut Esther Tjahja (2000) televisi dapat menjadi guru bertombol, ditambah jika televisi dapat memberikan tampilan acara-acara yang bersifat edukatif Program televisi yang bersifat pendidikan, misalnya “si bolang” yang dapat meningkatkan pengetahuan umum, dan “jika aku menjadi” yang mengandung nilai-nilai sosial. Program tersebut dikemas dengan menarik walaupun nuansa pendidikannya tetap ada. Televisi merupakan sumber belajar yang sangat efektif untuk meningkatkan perilaku pembelajaran peserta didik. Televisi juga dapat menyajikan kejadian yang aktual dengan kondisi yang nyata sehingga dapat memberikan informasi sesuai kejadian, seperti kejadian Aceh, Solo, Irak, dan lain-lain.
Peneliti berpendapat bahwa media televisi sangat efektif untuk mempengaruhi penonton. Pesan atau informasi yang diberikan oleh media televisi dapat membuat penonton melakukan sesuatu. Perilaku seseorang merupakan sebuah respon akibat dorongan yang ada.
2.5. Perilaku dan karakteristik
yang akan dapat mempengaruhi pembentukan perilaku sosial siswa karena ia akan memberikan pengaruh yang cukup besar.
A. Proses kognitif
Ingatan dan pikiran yang memuat ide-ide, keyakinan dan pertimbangan yang menjadi dasar kesadaran sosial seseorang akan berpengaruh terhadap perilaku sosialnya. Misalnya seorang calon pelatih yang terus berpikir agar kelak dikemudian hari menjadi pelatih yang baik, menjadi idola bagi atletnya dan orang lain akan terus berupaya dan berproses mengembangkan dan memperbaiki dirinya dalam perilaku sosialnya. Contoh lain misalnya seorang siswa karena selalu memperoleh tantangan dan pengalaman sukses dalam pembelajaran penjas maka ia memiliki sikap positif terhadap aktivitas jasmani yang ditunjukkan oleh perilaku sosialnya yang akan mendukung teman-temannya untuk beraktivitas jasmani dengan benar. (sekaragengpratiwi.wordpress, 2012)
2.6.Pengaruh Tayangan Televisi Terhadap Anak
Dalam perkembangan teknologi dan informasi saat ini, televisi (TV) telah menjadi kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan hiburan maupun informasi. Semakin tingginya minat masyarakat dalam menonton TV, baik itu dari kalangan orangtua, remaja dan anak-anak telah ikut meningkatkan bisnis penyiaran di Indonesia, sehingga banyak stasiun-stasiun TV bersaing dalam menyuguhkan berbagai macam acara untuk menarik masyarakat menontonnya. (Wahyudi 2003)
motif yang bersifat psikologis. Karakter/tokoh dalam film kartun bisu memiliki sifat atau kebiasaan serta perilaku tertentu, jika ditonton berulang maka sifat atau perilaku tersebut yang akan ditiru oleh anak. Maka dampak paling nyata (observable) film kartun bisu terhadap kepribadian anak adalah perilaku enggan berbicara pada anak. http://smoeland..com/2013/01/makalah-pengaruh-tontonan-tv-terhadap.html
Tayangan televisi untuk anak-anak tidak bisa dipisahkan dengan film kartun.
Karena jenis film ini sangat populer di lingkungan mereka, bahkan tidak sedikit orang
dewasa yang menyukai film ini. Jika kita perhatikan, film kartun masih didominasi
oleh produk film impor. Tokoh seperti Batman, Superman, Popeye, Mikhty Mouse,
Tom and Jerry, atau Woody Woodpecker begitu akrab di kalangan anak-anak. Begitu
pula film kartun Jepang, seperti Dora Emon, Candy Candy, Sailoor Moon, Dragon
Ball, Spongebob Skuarepants, Dora The Explorer, Kapten Tsubasa, Ranma, Scooby
Doo, Crayon Sincan, dan Rugrats sangat populer dan bahkan mendominasi tayangan
stasiun televisi kita.
pacaran yang mestinya belum pantas untuk mereka tonton, tidak hormat terhadap orang tua, gaya hidup yang hura-hura (mementingkan duniawi saja) dan masih banyak lagi deretan dampak negatif yang akan menggrogoti anak-anak yang masih belum mengerti dan mengetahui apa-apa. Mereka hanya tahu bahwa acara televisi itu bagus, mereka merasa senang dan terhibur serta merasa penasaran untuk terus mengikuti acara demi acara selanjutnya. Sudah sepatutnya orang tua menyadari hal seperti ini. Dibawah ini dicantumkan data mengenai fakta tentang pertelevisian di indonesia Indonesia.
1. tahun 2002 jam tonton televisi anak-anak 30-35 jam/hari atau 1.560 – 1.820 jam/tahun, sedangkan jam belajar SD umumnya kurang dari 1.000jam/tahun.
2. 85% acara televisi tidak aman untuk anak, karena banyak mengandung adegan kekerasa, seks dan mistis yang berlebihan dan terbuka.
3. saat ini ada 800 judul acara anak, dengan 300 kali tayang selama 170jam/minggu padahal satu minggu hanya ada 24 jam X 7 hari = 168 jam.