• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Latar Belakang - Riyanti Putri Wulandari, Nurmala, dan Lestari Wuryanti

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "1. Latar Belakang - Riyanti Putri Wulandari, Nurmala, dan Lestari Wuryanti"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Penggunaan Modal Asing (Hutang) Terhadap Tingkat Laba

Pada PT Sorini Agro Asia Corporindo Tbk

Tahun 2006-2010

Riyanti Putri Wulandari, Nurmala, dan Lestari Wuryanti

Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Malahayati, Bandar Lampung Email; mala_napoleon@yahoo.co.id

Abstract. PT Sorini Agro Asia Corporindo is a company engaged in industrial sorbitol and starch derivatives are known polyols , membutukan company additional funds to develop the operations in order to meet the increasing market demand for corporate finance with its own capital and foreign capital ( debt ) . PT Sorini Agro Asia Corporindo constantly strives to improve its financial performance to improve corporate profits and attract investors . The financial performance of the company can be viewed by way of analyzing the company's financial statements , an analysis tool used is represented by the ratio laverage Total Debt To Total Assets Ratio ( TDTAR ) , Total Debt To Total Equity Ratio ( TDTER ) , and the Times Interest Earned Ratio ( TIER ) .This study aims to determine the effect of the use of foreign capital ( debt ) to income level PT Sorini Agro Asia Corporindo partially or simultaneously .Based on research conducted at PT Sorini Agro Asia Corporindo the period 2006 to 2010 is partially the result that the variable TDTAR) and TDTER a significant effect on the rate of profit , while TIER no significant effect on the rate of profit . Simultaneously TDTAR) , TDTER and ( TIER a significant effect on the rate of profit . Value ajusted R Square of 0.995 which means that 99.5 % profit rate is influenced by TDTAR , TDTER) , and TIER . While the rest of 0.05 % can be explained by other variables outside the model.

Keywords: Tingkat Laba, Total Debt To Total Assets Ratio (TDTAR), Total Debt To Total Equity Ratio (TDTER), dan Times Interest Earned Ratio (TIER).

1. Latar Belakang

Persaingan dalam dunia bisnis dan ekonomi yang semakin keras telah membuat suatu perusahaan meningkatkan nilai perusahaan. Meningkatkan nilai perusahaan salah satunya dapat dilakukan melalui meningkatkan kepemilikkan atau para penanam modal asing. Keberadaan para penanam modal asing dan peranan manajemen sangat penting untuk menentukan besar keuntungan yang nantinya akan diperoleh. Suatu keputusan yang diambil manajer dalam suatu pembelanjaan harus dipertimbangkan secara teliti sifat dan biaya dari sumber dana yang akan dipilih karena masing-masing sumber dana tersebut memiliki konsekuensi finansial yang berbeda. Sumber dana perusahaan adalah semua perkiraan yang terdapat pada sisi pasiva neraca, mulai dari utang dagang hingga laba ditahan. Kesemuanya itu lebih dikenal dengan struktur keuangan (Riyanto, 2001).

Kebutuhan akan modal sangat penting dalam membangun dan menjamin kelangsungan perusahaan selain faktor pendukung lainnya. Kebutuhan akan modal tersebut dapat dipenuhi dari berbagai sumber dan mempunyai jenis yang berbeda-beda. Modal terdiri dari modal sendiri dan hutang (modal asing), perbandingan modal sendiri dan hutang dalam struktur finansial perusahaan disebut struktur modal (Husnan, 1998). Manajer harus mampu menghimpun modal baik yang bersumber dari dalam perusahaan maupun dari luar perusahaan secara efisien, pendanaan tersebut harus mampu meminimalkan biaya modal yang harus ditanggung perusahaan (Yuke dan Hadri, 2005).

(2)

meningkatkan laba. Modal asing (hutang) berperan penting dalam suatu usaha guna meningkatkan produksi dan penjualan sehingga laba yang akan diperoleh akan meningkat (Riyanto, 2001).

PT Sorini Agro Asia Corporindo Tbk membutuhkan tambahan dana untuk meningkatkan kegiatan operasinya dalam rangka mememenuhi permintaan pasar perusahaan membiayai dengan menggunakan modal asing (hutang). Alasan perusahaan menggunakan modal asing karena modal sendiri tidak mencukupi kebutuhan dana tersebut, laba perusahaan dapat dilihat dengan melakukan analisis terhadap

laporan keuangan. Alat analisis yang digunakan adalah rasio keuangan yaitu rasio laverage yang

diawali olehRasio Total Hutang Terhadap Total Aktiva (Total Debt To Total Assets Ratio / TDTAR),

Rasio Total hutang Terhadap Modal Sendiri (Total Debt To Total Equity Ratio/ TDTER). Rasio Laba

Operasi Terhadap Beban Bunga (Times Interest Earned Ratio/ TIER).

PT Sorini Agro Asia Corporindo Tbk merupakan perusahaan yang kegiatan usahanya bergerak dibidang industri yaitu pengolahan Tepung Tapioka. Produk tersebut dijual langsung olah perusahaan dan penjualannya dilakukan secara kredit maupun secara tunai. Penjualan secara kredit yang dilakuakan perusahaan ini adalah kredit jangka pendek yang umumnya kurang dari satu tahun. Karena itu untuk memenuhi kebutuhan PT Sorini Agro Asia Corporindo Tbk lebih banyak menggunakan modal asing jangka pendek dibanding modal jangka panjang.

Perkembangan nilai penjualan bersih perusahaan berfluktuasi, dengan kenaikan tertinggi terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 77,13 persen, atau senilai Rp 453.937.753-, dari tahun sebelumnya dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 36,57 persen, peningkatan itu disebabkan naiknya penjualan tepung tapioka yang dipasarkan pada konsumen. Penurunan yang tertinggi terjadi tahun 2009 yaitu sebesar (1,49) persen atau senilai Rp -22.251.315-, dari tahun sebelumnya.

Turunnya penjualan bersih disebabkan oleh turunnya penjualan tepung Topioka yang dipasarkan kepada konsumen sehingga terjadi persediaan digudang masih banyak. Laba bersih perusahaan berfluktuasi peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2007 sebesar 377,80 dari tahun sebelumnya, peningkatan laba bersih perusahaan itu disebabkan naiknya penjualan tepung tapioka. Penurunan yang tertinggi terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar (59,87) persen dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 94,95 persen. Turunnya laba bersih disebabkan oleh turunnya penjualan tepung Tapioka dimana biaya yang digunakan lebih besar dari hasil penjualan kotor perusahaan.

Perkembangan laba ekonomis modal sendiri perusahaan berfluktuasi, kenaikan tertinggi terjadi tahun 2010 sebesar 287,61. Dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 116,89 persen. Laba ekonomis modal sendiri perusahaan selama tahun 2006-2010 cenderung meningkat dan berfluktuasi, pada tahun 2008 modal sendiri mengalami penurunan sebesar 87,72 persen. Turunnya laba modal sendiri disebabkan oleh turunnya laba bersih yang dipengaruhi oleh modal sendiri. menggambarkan perkembangan laba modal asing perusahaan selama tahun 2006-2010 yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Kenaikan laba modal asing terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 207,13 persen, penurunan yang tertinggi terjadi tahun 2010 yaitu sebesar (76,71) persen dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 36,66 persen. Turunnya persentase laba modal asing dikarenakan turunnya laba yang diperoleh sehingga mempengaruhi modal asing yang ditanamkan kepada perusahaan oleh pihak kreditor sebagai modal didalam perusahaan. menggambarkan perkembangan EBIT perusahaan selama tahun 2006-2010 yang cenderung meningkat. Perkembangan peningkatannya relatif besar. Kenaikan EBIT terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 367,45 persen, penurunan yang tertinggi terjadi tahun 2010 yaitu sebesar (53,89) persen dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 78,65 persen.

Tujuan penelitian ini mengetahui variabel manakah yang memiliki pengaruh paling signifikan terhadap

tingkat laba. Mengetahui apakah terdapat pengaruh Total Debt To Total Assets Ratio (TDTAR), Total

(3)

2. Kajian Pustaka

Pengertian Modal Asing (Hutang).

Menurut Riyanto (2001) modal asing (hutang) adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara bekerja didalam perusahaan dan bagi perusahaan yang bersangkutan modal tersebut merupakan hutang yang pada saatnya harus dibayar kembali. Modal asing dalam tiga golongan yaitu:

Modal Asing (hutang) Jangka Pendek (Short-Term Debt), modal Asing (hutang) Jangka Menengah

(Intermediate-Term Debt), modal Asing (hutang) Jangka Panjang (Long-Term Debt).

Tingkat Laba

Menurut Munawir (2002) Tingkat leverage menunjukan tingkat laba perusahaan, atau dengan kata lain

seberapa besar perubahan penjualan akan mempengaruhi perubahan laba operasi (Earning Before

Interest And Tax / EBIT) dan laba bersih (Earning After Tax / EAT), tingkat leverage terdiri dari tiga

macam yaitu:Tingkat Leverage Operasi (Degree Of Operating Leverage = DOL, Tingkat Leverage

Keuangan (Degree Of Financial Leverage = DFL)dan Tingkat Leverage Gabungan (Degree Of

Combined Leverage = DCL).

Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan beberapa faktor fundamental yang dihubungkan dengan prediksi pendapatan telah dilakukan oleh beberapa peneliti, yaitu sebagai berikut :

1. Widyaningrum, (2008) tentang Pengaruh Penggunaan Modal Asing Terhadap Tingkat

Profitabilitas pada PT Wirakencana Adiperdana Bandar Lampung Tahun 2002-2007, menunjukkan bahwa konstanta a = Rp. -1.278.757.686,759 dan b1 = Rp. 21.566.064,089, b2 = Rp. 1.124.496,474, dan b3 = Rp. 221.816,450 sehingga persamaan regresinya menjadi Y= Rp. 1.278.757.686,759 + Rp. 21.556.064,089 X1 + Rp. 1.124.496,474 X2 + Rp. 221.816,450 X3 dimana konstanta sebesar Rp. 1.278.757.686,759 menyatakan bahwa jika tidak ada TDTAR, TDTER, dan TIER (X = 0) maka tingkat kemampuan Rp. 21. 566.064,089 menyatakan bahwa setiap penambahan satu satuan X1 maka akan meningkatkan tingkat kemampulabaan sebesar Rp. 21.566.064,089, untuk X2 sebesar Rp. 1.124.496,474 menyatakan bahwa setiap penambahan satu satuan X2 maka akan meningkatkan tingkat kemampulabaan sebesar Rp. 1.124.496,474 dan untuk X3 sebesar Rp. 221.816,450 menyatakan bahwa setiap penambahan satu satuan X3 maka akan meningkatkan tingkat kemapulabaan sebesar Rp. 221.816,450 yang berarti bahwa penggunaan modal asing berpengaruh terhadap tingkat kemampulabaan perusahaan.

2. Nurmalasari, (2011) tentang Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Perubahan Laba Pada

Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Bursa Efek Indonesia (BEI). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa secara parsial hanya net income to sales yang berpengaruh signifikan

terhadap perubahan laba, sedangkan quick ratio, debt ratio, inventory turn over, dan gross profit margin tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba. Secara bersamaan, quick ratio,

debt ratio, inventory turn over, net income to sales, dan gross profit margin berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba.

3. Stein, (2012) tentang Pengaruh Struktur Modal (Debt Equity Ratio) Terhadap Profitabilitas

(Return On Equity). Hasil analisis menunjukkan bahwa Debt Equity Ratio (DER) parsial

berpengaruh signifikan negatif terhadap Return On Equity (ROE) perusahaan manufaktur di BEI

periode 2006-2010 pada level of significance kurang dari 5% (sebesar 0,05%). Kemampulabaan

prediksi dari variabel tersebut terhadap Return On Equity (ROE) sebesar 38,2% sebagaimana

ditunjukkan oleh besarnya adjusted R square sebesar 38,2%, sedangkan sisanya 61,8%

dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam model penelitian.

3. Metodologi Penelitian

Jenis Data dan Sumber Data Populasi Dan Sampel.

(4)

kesimpulannya (Sugiyono, 2006). Dalam karya ilmiah ini yang dijadikan populasi adalah Laporan keuangan tahun 2006-2010 pada PT Sorini Agro Asia Corporindo Tbk.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2006). Dalam karya ilmiah ini penulis mengambil sampel dengan melihat data laporan laba rugi dan neraca dari tahun 2006-2010 pada PT Sorini Agro Asia Corporindo Tbk.

Variabel Penelitian.

Variabel yang digunakan dalam karya ilmiah ini terdiri dari variabel independen dan variabel

dependen, yaitu sebagaiberikut: Variabel Independen adalah Modal Asing (hutang) atau Variabel (X)

yang diwakili oleh rasio laverage yaitu : variabel X1 = Rasio Total Hutang Terhadap Total Aktiva

(Total Debt To Total Assets Ratio / TDTAR). Variabl X2 =Rasio Total hutang Terhadap Modal Sendiri

(Total Debt To Total Equity Ratio / TDTER). Variabel X3 = Rasio Laba Operasi Terhadap Beban

Bunga (Times Interest Earned Ratio / TIER). Variabel Dependen Dalam karya ilmiah ini yang menjadi

variabel dependen adalah tingkat laba atau Variabel (Y).

Definisi Operasional Variabel

Sendiri (Total Debt To Total Equity

Ratio / TDTER). Rasio Total Hutang

Terhadap Total Aktiva (Total Debt To

Total Assets Ratio / TDTAR). Rasio Laba Operasi Terhadap Beban Bunga

Leverage Operasi (Degree Of Operating Leverage = DOL). Tingkat Leverage

Keuangan (DFL). Tingkat Leverage

Gabungan (DCL).

Teknik Pengumpulan Data.

Teknik pengumpulan data karya ilmiah dilakukan dengan cara sebagai berikut Yaitu suatu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan pencatatan terhadap data yang berhubungan dengan pokok bahasan berupa dokumen-dokumen, naskah-naskah yang berhubungan dengan penulisan ini serta laporan keuangan yaitu neraca dan laporan rugi laba PT Sorini Agro Asia Corporindo Tbk tahun 2006 - 2010.

Analisis Kuantitatif .

Analisis Kuantitatif adalah analisis ini digunakan untuk menjelaskan hasil data yang berbentuk angka, atau data kualitatif yang diangkakan (Sugiyono, 2006). Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif yaitu angka-angka yang berupa laporan rugi laba dan neraca keuangan tahun 2006-2010 yang diperoleh dari PT Sorini Agro Asia Corporindo Tbk.

1. Rasio Total Hutang Terhadap Total Aktiva (Total Debt To Total Assets Ratio / TDTAR)

Rasio ini merupakan perbandingan antara total hutang dengan total aktiva, yaitu besarnya peranan hutang dalam membiayai aktiva dan kegiatan perusahaan.

2. Rasio Total hutang Terhadap Modal Sendiri (Total Debt To Total Equity Ratio/ TDTER).

Rasio ini merupakan perbandingan antara seluruh hutang (Modal Asing) dengan modal sendiri, yaitu besarnya modal sendiri yang digunakan untuk menutup hutang perusahaan secara keseluruhan.

3. Rasio Laba Operasi Terhadap Beban Bunga (Times Interest Earned Ratio/TIER).

(5)

4. Tingkat Laba

Menurut Munawir (2002) Tingkat leverage menunjukan tingkat laba perusahaan, atau dengan

kata lain seberapa besar perubahan penjualan akan mempengaruhi perubahan laba operasi.

Uji Asumsi Klasik

Asumsi yang harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum melakukan pengujian model struktur adalah :

Uji Normalitas

Menurut (Nugroho, 2005) Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah analisis antara variabel dependen dengan variabel independen mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk menguji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, dengan uji ini dapat diketahui bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini berdistribusi normal atau tidak. Dasar pengambilan keputusan adalah jika probabilitas signifikasinya diatas kepercayaan 0,05 maka model regresi ini memenuhi asumsi normalitas. Apabila probabilitas signifikasinya dibawah kepercayaan 0,05 maka model regresi ini tidak memenuhi asumsi normalitas.

Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam suatu model. Kemiripan antara variabel menyebabkan terjadinya korelasi yang sangat kuat antar suatu variabel independen dengan variabel independen yang lain. Selain deteksi terhadap multikolinearitas juga dapat bertujuan untuk menghindari kebiasaan dalam proses pengambilan kesimpulan mengenai pengaruh uji parsial masing-masing variabel independen Terhadap dependen. Deteksi multikolinieritas pada suatu model dapat dilihat dari beberapa hal antara lain ( Nugroho, 2005 )

Jika nilai Variance Inflantion Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance tidak kurang dari 0,1, maka model tersebut dapat dikatakan terbebas dari multikolinearitas.

Jika nilai koefisien korelasi antar masing-masing variabel independen kurang dari 0,70, maka model ini dapat dinyatakan bebas dari asumsi klasik multikolinieritas. Jika lebih dari 0,70 maka diasumsikan terjadi korelasi yang sangat kuat antar variabel independen sehingga terjadi mutikolinearitas.

Jika nilai koefisien determinan, baik dilihat dari R2 maupun R- square diatas 0,60 namun tidak ada

variabel independen yang berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Maka model

tersebut terkena multikolinieritas. Dalam penelitian ini menggunakan metode nilai Variance

Inflantion Factor (VIF) dan nilai tolerance karena lebih sering digunakan dan dirasa lebih mudah dipahami.

Uji Autokorelasi

Menguji suatu korelasi dalam suatu model bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antar variabel pengganggu (e t) pada periode tertentu dengan variabel penggangu periode sebelumnya (e t-1). Autokorelasi sering terjadi pada sampel dengan data time series dengan n-sampel adalah periode

waktu. Sedangkan untuk sampel data crossection dengan n-sampel item seperti perusahaan, orang,

wilayah, dan lain sebagainya jarang terjadi, karena variabel pengganggu item sampel yang satu berbeda dengan yang lain. Cara mudah untuk mendeteksi autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin Watson. Model regresi linier berganda terbebas dari autokorelasi jika nilai Durbin Watson hitung terletak didaerah No Autocorelation. Penentu letak tersebut dibantu dengan tabel dl (batas bawah) dan du (batas atas), dibantu dengan nilai k (jumlah variabel independen). Untuk mempercepat proses ada tidaknya autokorelasi dalam suatu model dapat digunakan patokan nilai dari Durbin Watson hitung mendekati angka 2. (Nawari, 2011). Jika nilai Durbin Watson hitung mendekati atau disekitar angka 2 maka model tersebut terbebas dari asumsi klasik autokorelasi, karena angka 2 pada uji Durbin

Watson terletak di daerah No Autocorelation. Kriteria pengambilan keputusan pengujian autokorelasi

adalah sebagai berikut:

• Angka D-W antara 0 sampai 0,10 berarti ada autokorelasi.

• Angka D-W antara 1,10 sampai 1,54 berarti tidak ada kesimpulan.

(6)

• Angka D-W antara 2,47 sampai 2,90 berarti tidak ada kesimpulan.

• Angka D-W lebih dari 2,91 berarti ada autokorelasi.

Uji Heteroskesdastisitas

Heteroskedastisitas menguji terjadinya perbedaan varience residual suatu periode pengamatan ke

periode pengamatan yang lain, atau gambaran hubungan antara nilai yang diprediksi dengan

Studentized Delete Residual nilai tersebut. Model regresi yang baik adalah model regresi yang

memiliki persamaan varience residual suatu periode pengamatan yang lain, atau adanya hubungan

antara nilai yang diprediksi dengan Studentized Delete Residual nilai tersebut sehingga dapat

dikatakan model tersebut homokesdastisitas. Cara memprediksi ada tidaknya heterokesdastisitas pada

suatu model dapat dilihat dari pola model gambar Scatterplot model tersebut. Menurut (Nugroho,

2005) analisis pada gambar Scatterplot yang menyatakan model regresi linier berganda tidak terdapat

heteroskedatisitas jika :

• Titik-titik data menyebar diatas dan dibawah atau disekitar angka 0.

• Titik-titik data tidak mengumpul hanya diatas atau dibawah saja.

• Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola

• bergelombang melebar kemudian meyempit dan melebar.

• Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola. Pengujian gejala Heteroskesdastisitas juga bisa dilakukan dengan menggunakan metode Park dengan cara sebagai berikut :

1) Mendapatkan nilai residual atau kesalahan pengganggu dari persamaan regresi, kemudian nilai

residual tersebut diabsolutkan.

2) Melakukan regresi antara nilai residual yang dikuadratkan dengan tiap-tiap variabel

independen.

3) Apabila terdapat hubungan yang signifikan dari hasil regresi atau jika t hitung > t tabel, maka

disimpulkan telah terjadi heteroskedastisitas. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode Park karena lebih sering digunakan dan dirasa lebih mudah dipahami.

Regresi Linear Berganda

Digunakan untuk mengetahui pengaruh hasil analisis rasio Leverage terhadap tingkat laba.

Dimana

Y = Tingkat laba.

X1 = Rasio Total Hutang Terhadap Total Aktiva (Total Debt To Total Assets Ratio /

TDTAR)

X2 = Rasio Total hutang Terhadap Modal Sendiri (Total Debt To Total Equity Ratio/

TDTER).

X3 = Rasio Rasio Laba Operasi Terhadap Beban Bunga (Times Interest Earned

Ratio/TIER). a = Konstanta

b1-3 = Koefisien Regresi

Uji Hipotesis

Uji hipotesis ini digunakan untuk mengetahui apakah ada pengaruh rasio– rasio laverage pada

terhadap tingkat laba perusahaan seperti yang diduga oleh penulis atau hipotesis. Langkah ini juga diambil yaitu untuk menguji hipotesis yang dikemukakan oleh penulis. Hipotesis yang digunakan yaitu uji T (uji koefisien regresi parsial) dan uji F (uji simultan) dengan menggunakan program SPSS 16.0 (Santoso, 2000).

Uji T (uji koefisien regresi parsial)

Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui signifikansi dari masing-masing rasio laverage

(variabel X) terhadap tingkat laba (variabel Y), dimana tingkat signifikansinya adalah α = 0, 05 (5 %).

(7)

Tetapi jika α > 0,05 (5 %) maka rasio–rasio laverage tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat laba.

Dasar pengambilan keputusan pada uji T :

Ho diterima jika – t tabel ≤ t hitung atau t hitung ≥ t tabel

Ho di tolak jika t hitung ≥ t tabel atau t hitung ≤ - t tabel

Uji F (Uji Simultan)

Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui signifikansi dari rasio–rasio laverage (variabel X)

secara simultan terhadap tingkat laba (variabel Y), Dimana tingkat signifikansinya adalah

α = 0,05 (5%). Tetapi jika α > 0,05 (5 %) maka rasio–rasio laverage tidak memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap tingkat laba. Dasar pengambilan keputusan pada uji F : Ho diterima jika F hitung < F tabel

Ho ditolak jika F hitung > F tabel

4. Hasil Analisis dan Pembahasan

Analisis Data

Data menggunakan laporan keuangan dari tahun 2006 -2010. Adapun data-data yang dideskripsikan menjadi variabel dependen/variabel Y dan variabel independen/variabel X yaitu :

Y = Tingkat Laba

X1 = Total Debt To Total Assets Ratio (TDTAR) X2 = Total Debt To Total Equity Ratio (TDTER) X3 = Times Interest Earned Ratio (TIER)

Hasil Perhitungan Rasio Laverage

Berdasarkan analisis laporan keuangan yang dilakukan dengan menggunakan alat analisis yaitu Rasio

Laverage yang di wakili oleh Total Debt To Total Assets Ratio (TDTAR), Total Debt To Total Equity Ratio (TDTER),dan Times Interest Earned Ratio (TIER), maka dapat diiktisarkan nilai variabel- variabel sebagai berikut:

Tabel 4.1 Rekapitulasi Data Analisis Regresi

TDTAR TDTER TIER TINGKAT

LABA

38,00 71,00 49,00 04,00

43,00 83,00 13,00 10,00

46,00 95,00 75,00 11,00

42,00 76,00 11,00 13,00

54,00 129,00 27,00 05,00

Sumbe :Laporan Laba Rugi Pada PT Sorini Agro Asia Corporindo Tbk (data diolah) 2012

Hasil Uji Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan pengujian mengenai ada tidaknya pelanggaran terhadap asumsi - asumsi klasik. Hasil pengujian hipotesis yang baik adalah pengujian yang tidak melanggar tiga asumsi klasik yang mendasari model regresi linier, keempat asumsi tersebut adalah sebagai berikut :

Uji Normalitas

(8)

Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah suatu keadaan dimana satu atau lebih variabel dependent dinyatakan sebagai

kombinasi linier dengan variabel dependent lainnya. Multikolinearitas dapat dideteksi dengan uji

korelasi antar variabel dependent dengan menggunakan Variance Inflating Factor (VIF) dan

Tolerance Value. Batas VIF adalah 10 dan Tolerance Value adalah 0.1 jika nilai VIF lebih besar dari

10 dan nilai Tolerance Value lebih kecil dari 0.1 maka terjadi multikolinearitas dan harus

dikelompokkan dari model. Berdasarkan tabel diatas maka dapat simpulkan bahwa VIF data yang diteliti adalah TDTAR = 8,185 < 10 maka TDTAR tidak terjadi multikolinieritas, TDTER = 6,220 < 10 maka TDTER tidak terjadi multikolinieritas, dan TIER = 1,169 < 10 maka TIER tidak terjadi multikolinieritas, sehingga secara keseluruhan data tidak terjadi multikolinieritas.

Autokorelasi

Autokorelasi adalah korelasi antar anggota sampel yang diurutkan berdasarkan waktu. Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi antara anggota serangkaian data observasi yang

diurutkan menurut waktu (time series). Untuk mendeteksi terjadinya autokorelasi dalam karya ilmiah

ini maka digunakan uji DW dengan melihat koefisien korelasi DW test . Kriteria pengambilan

keputusan pengujian autokorelasi adalah sebagai berikut:

a. Angka D-W antara 0 sampai 0,10 berarti ada autokorelasi.

b. Angka D-W antara 1,10 sampai 1,54 berarti tidak ada kesimpulan.

c. Angka D-W antara 1,55 sampai 2,46 berarti tidak ada autokorelasi.

d. Angka D-W antara 2,47 sampai 2,90 berarti tidak ada kesimpulan.

e. Angka D-W lebih dari 2,91 berarti ada autokorelasi.

Berdasar hasil analisis regresi diperoleh nilai Durbin Watson sebesar 1,970. Sedangkan nilai DW-tabel: 1,55+ 2,46 = 4,01 Jadi nilai tengahnya adalah 4,01: 2= 2,005 maka dari perhitungan disimpulkan bahwa DW-test terletak di daerah tidak ada autokorelasi

Heteroskedastisitas

Pengujian Heteroskedastisitas dilakukan dalam sebuah model regresi, dengan tujuan bahwa apakah suatu regresi tersebut terjadi ketidaksamaan varian dari residual dari setiap pengamatan ke pengamatan lainnya berbeda, maka disebut heteroskedastisitas. Gejala heteroskedastisitas dapat dihitung dengan mengalikan nilai Rsquare dengan N (jumlah tahun), jika nilai lebih besar dari 9,2 maka terjadi

heteroskedastisitas. Berdasarkan tabel 4.4 maka diperoleh hasil perkalian dari nilai R square dengan

N (0.999X 5) = 4,995 yang berarti 4,995 < 9,2 hal ini menandakan tidak terjadi Heteroskedastisitas pada data.

Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis data dalam karya ilmiah ini menggunakan analisis regresi linier berganda. Untuk melakukan perhitungan uji tersebut dapat diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut :

Y = 71,141 + 3,882X1 +1,041X2 – 0,033X3

Dari persamaan tersebut diketahui konstantanya adalah 71,141 bahwa jika X1 : 0 , X2 : 0 dan X3 : 0

maka tingkat laba 71,141, sedangkan koefisien regresi X1 sebesar 3,882 menyatakan bahwa setiap

(9)

Hasil Pengujian Hipotesis

Pengujian Koefisien Determinasi / Goodness of Fit (R²)

Nilai koefisien determinasi (R²) diperoleh 0,995 artinya 99,5 % tingkat laba dipengaruhi oleh variabel TDTAR, TDTER, TIER. Sedangkan sisanya sebesar 0,05 % dapat dijelskan oleh variabel yang lain diluar model.

Pengujian Koefisien Regresi Parsial (Uji T)

Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui signifikansi dari masing-masing rasio laverage

(variabel X) terhadap tingkat laba (variabel Y), dimana tingkat signifikansinya adalah α = 0,05. Tetapi

jika α > 0,05 maka rasio-rasio laverage tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat laba.

Hasil analisis data dengan teknik uji t yang dilakukan terhadap variabel TDTAR, TDTER, dan TIER.

Hasil dari pengolahan data pada tabel 4.7 diketahui bahwa: Variabel TDTAR memiliki thitung sebesar

26,354 sedangkan ttabel sebesar -2,015 berarti -thitung > -ttabel dengan probabiltas tingkat signifikan

TDTAR sebesar 0,024 yang lebih kecil dari tingkat signifikansi 0,05. Dengan demikian, maka Ho ditolak Ha diterima hal ini berarti variabel TDTAR secara parsial mempunyai pengaruh terhadap tingkat laba. Variabel TDTER memiliki thitung sebesar 27,371 sedangkan ttabel sebesar 2,015 berarti

thitung > ttabel dengan probabiltas tingkat signifikan TDTER sebesar 0,023 yang lebih kecil dari tingkat

signifikansi 0,05. Dengan demikian, maka Ho ditolak Ha diterima. hal ini berarti variabel TDTER secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat laba. Variabel TIER memiliki thitung sebesar -5,837 sedangkan ttabel sebesar -2,015 berarti -thitung < -ttabel dengan probabilitas tingkat

signifikan TIER sebesar 0,108 yang lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05. Dengan demikian berarti Ho diterima dan Ha ditolak hal ini berarti variabel TIER secara parsial tidak berpengaruh terhadap tingkat laba.

Hasil Pengujian Hipotesis secara Simultan (uji F)

Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui signifikansi dari rasio–rasio laverage (variabel X)

secara simultan terhadap tingkat laba (variabel Y). Dimana tingkat signifikansinya adalah α = 0,05. Tetapi jika α > 0,05 maka rasio–rasio laverage tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

tingkat laba. Dari Uji ANOVA ( Analysis Of Varian ) atau Uji F pada tabel 4.8, Menunjukan bahwa

nilai Fhitung sebesar 263,503 sedangkan Ftabel 10,13 degan Df pembilang (Y) = 1, penyebutnya (X1, X2,

dan X3) = 3 Sehingga Fhitung > Ftabel. Dari tabel dapat dilihat bahwa signifikan sebesar 0,045 lebih kecil

dari taraf yang ditentukan α = 0,05 yang berarti mengindifikasikan bahwa Total Debt To Total Assets

Ratio (TDTAR), Total Debt To Total Equity Ratio (TDTER) dan Tiems Interest Earned Ratio (TIER) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap tingkat laba.

5. Simpulan dan Saran

Berdasarkan analisis hasil karya ilmiah pada bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : variabel TDTAR dan TDTER yang memiliki pengaruh paling signifikan terhadap tingkat laba. Secara parsial kinerja keuangan perusahaan yang dinyatakan dalam rasio-rasio laverage yang yaitu variabel TDTAR dan TDTER mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat laba, sedangkan TIER tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat laba. Sedangkan secara simultan kinerja keuangan perusahaan yang dinyatakan dalam rasio-rasio keuangan yang terdiri dari variabel TDTAR, TDTER, dan TIER mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat laba. Untuk penelitian selanjutnya hendaklah dapat memperluas sampel, data, maupun kedalaman analisisnya. Misalnya dengan menggunakan periode amatan yang lebih panjang, pada perusahaan dengan sektor usaha yang berbeda sehingga memungkinkan akan diperoleh tingkat kesehatan perusahaan lebih baik.

Daftar Pustaka

Anonim, 2012. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Penerbit Universitas Malahayati, Bandar Lampung.

(10)

Munawir, S, 2002, Analisis Laporan Keuangan, liberty, Yogyakarta.

Nawari, 2011, Analisis Regresi. PT Multi Alexsindo, Jakarta.

Nugroho, Bhuono Agung, 2005, Strategi Jitu Memilih Memilih Metode Statistik Penelitian Dengan

SPSS, Penerbit Andi, Yogyakarta

Nurmalasari, Tika, 2011, Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Perubahan Laba, Skripsi,

Universitas Gunadarma.

Oktopina Teriray, Leli, 2010, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal, Skripsi,

Universitas Pembangunan Nasional.

Riyanto, Bambang, 2001, Dasar-dasar pemblanjaan perusahaan, BPFE, Yogyakarta.

Santoso, singgih, 2000, Buku Latihan Spss Statistik Parametrik, PT Alex Media Komputindo, Jakarta.

Sawir, Agnes , 2005, Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan, Penerbit

PT Gramedia Pustaka, Jakarta.

Stein, Edith Theresa, 2012, Pengaruh Struktur Modal (Dept Equity Ratio) Terhadap Profitabilitas

(Return On Equity), Skripsi,Universitas Hasannudin Makasar.

Sugiyono, 2006, Metode Penelitian Bisnis, CV. Alfabeta, Bandung.

Widyaningrum, wahyuni, 2008, Pengaruh Penggunaan Modal Asing Terhadap Tingkat Profitabilitas,

Skripsi, STIE Darmajaya.

www.idx.com mengakses data pada tanggal 15 april 2012

Referensi

Dokumen terkait

We are going to apply this definition of quantization to infinite-dimensional classical systems, in which both the phase space and algebra of observables are infinite-dimensional..

- Constructed from stainless steel sheet and pipe - Capacities : 16 stainless steel tray, 8 on each side - With Heater &amp; thermo control for warming the food - Power supply AC

Berdasarkan beberapa uraian tersebut dan penelitian- penelitian sebelumnya maka peneliti bermaksud untuk menunjukkan pengaruh kepercayaan konsumen terhadap persepsi

A E N Jatimulyo Sekarjati Bangunrejo Sriwedari Pengkol Sambirejo Kedungharjo Pakah Tambakboyo Ketanggung Jagir Banyubiru Kedung gudel Kayutrejo Sekaralas Sekarputih

TENTANG : KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI SEKTOR PERTANIAN UNTUK KABUPATEN / KOTA DI PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2015. Januari Februari Maret April Mei

Individual stressor adalah penyebab stress yang bersal dari dalam diri individu,. misalnya tipe kepribadian seseorang, control personal dan tongkat

2) Kedua, ” nafs didefinisikan sebagai ”nyawa”, terdapat dalam surat Ali Imran: 185.. “ Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan Sesungguhnya pada hari kiamat

Perbandingan penerapan program breeding ternak ruminansia dalam peningkatan kualitas genetik ternak di Indonesia dan