PERLINDUNGAN KONSUMEN
HUKUM BISINIS
KELOMPOK 3
Kelas U1
Kelompok
3 (Kelas
U1)
Christopher Thomas
(0213U013)
Nauval Akbar
(0213U018)
Ichsan Farid
(0213U021)
Haura Hannifah
(0213U067)
PERLINDUNGAN KONSUMEN
BAKU DALAMPERJANJIAN
HAK DAN KEWAJIBAN KONSUMEN DAN PELAKU
USAHA BAGI PELAKU
USAHA PENEGAKAN
PENGERTIAN
DAN
PENGATURAN
PERLINDUNG
AN
KONSUMEN
PENGERTIAN PERLINDUNGAN
KONSUMEN
Perlindungan konsumen adalah suatu
perlindungan terhadap konsumen agar
tercipta suatu keseimbangan antara
produsen dan konsumen dalam
pemenuhan hak dan kewajiban
masing-masing pihak.
PENGATURAN PERLINDUNGAN
KONSUMEN
Pengaturan perlindungan konsumen di
Indonesia yang memiliki instrument
hukum integrative dan komprehensif
terdapat dalam Undang-Undang No.8
Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Dasar hukum yang menjadikan seorang konsumen dapat mengajukan perlindungan adalah:
Undang Undang Dasar 1945 Pasal 5 ayat (1), pasal 21
ayat (1), Pasal 21 ayat (1), Pasal 27 , dan Pasal 33.
Undang Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1999 No. 42 Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia No. 3821
Undang Undang No. 5 tahun 1999 Tentang Larangan
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Usaha Tidak Sehat.
Undang Undang No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbritase
dan Alternatif Penyelesian Sengketa
Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2001 tentang
Pembinaan Pengawasan dan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen
Surat Edaran Dirjen Perdagangan Dalam Negeri No.
235/DJPDN/VII/2001 Tentang Penangan pengaduan konsumen yang ditujukan kepada Seluruh dinas Indag Prop/Kab/Kota
Surat Edaran Direktur Jenderal Perdagangan Dalam
Negeri No. 795 /DJPDN/SE/12/2005 tentang Pedoman Pelayanan Pengaduan Konsumen
PENGERTIAN
DAN
PENGATURAN
PERLINDUNG
AN
KONSUMEN
UNDANG – UNDANG INFORMASI
DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK
Undang Undang ITE (
Informasi dan
Transaksi Elektronik
) merupakan
undang-undang yang di berlakukan
untuk setiap orang (tanpa memandang
suku, ras, dan sosial ekonomi) yang
bertujuan untuk menghormati hak-hak
cipta milik orang lain, terutama bagi
para pelaku dunia maya yang
menggunakan jasa internet dalam
kehidupan sehari-hari dan melindungi
segala kegiatan dan usaha yang
PENGERTIAN
Secara garis besar UU ITE mengatur hal-hal sebagai berikut :
Tanda tangan elektronik memiliki kekuatan hukum yang sama dengan tanda tangan konvensional (tinta basah dan
bermaterai). Sesuai dengan e-ASEAN Framework
Guidelines (pengakuan tanda tangan digital lintas batas).
Alat bukti elektronik diakui seperti alat bukti lainnya yang diatur
dalam KUHP.
UU ITE berlaku untuk setiap orang yang melakukan perbuatan hukum, baik yang berada di wilayah Indonesia maupun di luar Indonesia yang memiliki akibat hukum di Indonesia.
Pengaturan Nama domain dan Hak Kekayaan Intelektual.
Perbuatan yang dilarang (cybercrime) dijelaskan pada Bab VII
(pasal 27-37):
Pasal 27 (Asusila, Perjudian, Penghinaan, Pemerasan).
Pasal 28 (Berita Bohong dan Menyesatkan, Berita Kebencian
dan Permusuhan).
Pasal 29 (Ancaman Kekerasan dan Menakut-nakuti).
Pasal 30 (Akses Komputer Pihak Lain Tanpa Izin, Cracking).
Pasal 31 (Penyadapan, Perubahan, Penghilangan Informasi). Pasal 32 (Pemindahan, Perusakan dan Membuka Informasi
Rahasia).
UU perlindungan konsumen tersebut memiliki asas sebagai berikut :
Asas manfaat : penyelengaraan perlindungan
konsumen harus memberikan manfaat
sebesar-besarnya kepada konsumen maupun pelaku usaha secara keseluruhan.
Asas keadilan : konsumen dan pelaku usaha
untuk memperoleh hak dan kewajibannya secara adil.
Asas keseimbangan : memberikan
keseimbangan antara kepentingan konusmen dan pelaku usaha beserta pemerintah
Asas keamanan dan keselamatan konsumen :
Untuk memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen
Asas kepastian hukum : Negara menjamin
kepastian hokum kepada pihak pelaku usaha maupun konsumen dalam memperoleh
PENCANTUMA
N KLAUSULA
BAKU DALAM
PERJANJIAN
PENCANTUMAN
KLAUSULA BAKU DALAM
PERJANJIAN
Dengan lahirnya UU No.8
Tahun 1999 menyatakan
bahwa pencantuman
klausula baku dalam
dokumen atau perjanjian
dibatasi guna menempatkan
kedudukan konsumen setara
denga pelaku usaha
PENCANTUMA
N KLAUSULA
BAKU DALAM
PERJANJIAN
Pasal 18 UU No.8 Tahun
1999 tersebut menyatakan
bahwa pelaku usaha
dalam menawarkan
barang dan/atau jasa yang
ditunjukan untuk
diperdagangkan dilarang
membuat atau
mencantumkan klausula
HAK DAN
KEWAJIBAN
KONSUMEN
DAN PELAKU
USAHA
4 hak dasar konsumen yang sudah berlaku secara universal, yaitu sebagai berikut :
Hak atas keamanan dan kesehatan. Hak atas informasi yang jujur.
Hak pilih.
Hak untuk didengar.
Kewajiban konsumen menurut perundag-undangan yang berlaku adalah sebagai berikut :
Membaca atau mengikuti petunjuk, informasi
dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau jasa demi keamanan dan keselamatan.
Beritikad baik dalam bertransaksi.
Membayar sesuai dengan nilai tukar yang
telah disepakati.
Mengikuti upaya penyelesaian hukum tentang
HAK DAN
KEWAJIBAN
KONSUMEN
DAN PELAKU
USAHA
Hak pelaku usaha adalah sebagai berikut :
Menerima pembayaran sesuai kesepakatan.
Mendapatkan perlindungan hukum dari perlakuan konsumen yang tidak beritikad baik.
Melakukan pembelaan diri sepatutnya dalam penyelesaian
sengketa konsumen.
Merehabilitasi nama baik.
Hak-hak lain yang diatur dalam berbagai perundang-undangan. kewajiban pelaku usaha adalah :
Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya.
Memberikan informasi yang benar, jelas &j ujur tentang kondisi&
penggunaan barang dan jasa.
Memberlakukan & melayani konsumen secara benar & jujur.
Menjamin mutu barang /jasa sesuai standard mutu yang berlaku.
Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji/mencoba barang/jasa.
Memberikan ganti rugi manakala terjadi kerugian bagi konsumen dalam hubungan dengan penggunaan barang atau jasa.
Memberikan ganti rugi manakala terjadi kerugian bagi konsumen
jika ternyata barang atau jasa tidak sesuai dengan yang diperjanjikan.
Menyediakan suku cadang dan/atau fasilitas purna jual oleh
produsen.
PRINSIP
PERLINDUNG
AN
KONSUMEN
PRINSIP PERLINDUNG
AN
KONSUMEN
Tanggung Jawab
Berdasarkan Kelalaian
Tanggung Jawab
Berdasarkan Wanprestasi
PRINSIP
PERLINDUNG
AN
KONSUMEN
Tanggung jawab
berdasarkan kelalaian
suatu prinsip tanggung jawab
yang bersifat subjektif, yaitu
suatu tanggung jawabysng
ditentuksn oleh perilaku
produsen. Kelalaian produsen
merupakan faktor yang
mengakibatkan adanya kerugian
pada konsumen (hubungan
PRINSIP
PERLINDUNG
AN
KONSUMEN
Tanggung Jawab Berdasarkan
Wanprestasi
Tanggung jawab berdasarkan
kontrak ketika suatu produk rusak
dan mengakibatkan kerugian,
konsumen biasanya melihat isi
kontrak atau perjanjian atau
jaminan yang merupakan bagian
dari kontrak, baik tertulis maupun
lisan. Penerapan kewajiban yang
sifatnya mutlak, yaitu suatu
PRINSIP
PERLINDUNG
AN
KONSUMEN
Tanggung Jawab Mutlak
Asas tanggung jawab ini dikenal
dengan nama
product liability.
Produsen wajib bertanggung
jawab atas kerugian yang
diderita konsumen atas
penggunaan produk yang
beredar dipasaran.Penggugat
(konsumen) hanya perlu
membuktikan adanya hubungan
klausalitas antara perbuatan
produsen dan kerugian yang
dideritanya dapat menuntut
konpensasi tanpa harus
mempermasalahkan ada atau
PERBUATAN
YANG
DILARANG
BAGI PELAKU
USAHA
Perundang-undangan memberikan larangan-larangan tertentu kepada pelaku usaha dalam kegiatannya sebagai berikut :
Larangan yang berhubungan dengan barang
dan/jasa yang diperdagangkan.
Larangan yang berhubungan dengan promosi
atau iklan yang menyesatkan.
Larangan dalam hubungan penjualan barang
secara obral atau lelang yang menyesatkan.
Larangan yang berhubungan dengan waktu
dan jumlah yang tidak dinginkan.
Larangan terhadap tawaran dengan
iming-iming hadiah.
Larangan terhadap tawaran dengan paksaan. Larangan terhadadp tawaran dengan
pembelian melalui pesanan.
Larangan yang berhubungan dengan pelaku
usaha periklanan.
Larangan yang berhubungan dengan klausula
Konsekuensi Yudiris terhadap
pelanggaran perundang-undangan tentang Perlindungan Konsumen
Pelaku usaha yang melanggar ketentuan perundang-undangan tentang perlindungan konsumen berakibatkan terhadap
konsekuensi-konsekuensi hukum sebagai berikut :
Kewajiban pelaku usaha atau importer atau
penjual untuk menghentikan kegiatannya
atau menarik barangnya dari peredaran, dan atau
Memberikan ganti rugi kepada konsumen
dalam waktu 7 hari setelah transakasi
dengan beban pembuktian di pihak pelaku usaha atau importer atau penjual, dan atau
Tuntutan pidana terhadap pelaku usaha atau
importer atau penjual, dengan beban
pembuktian pada pelaku usaha atau importir atau penjual tersebut.
PENEGAKAN
HUKUM
PENEGAKAN
HUKUM
KONSUMEN
Badan Perlindungan Konsumen Nasional
Badan Perlindungan Konsumen Nasional mempunyai tugas-tugas sebagai berikut :
Memberikan saran dan rekomendasi
kepada pemerintah dalam rangka menyusun kebijaksanaan di bidang perlindungan nasional.
Melakukan penelitian dan pengkajian
terhadap perundang-undangan.
Melakukan penelitian terhadap barang dan
atau jasa yang menyangkut keselamatan konsumen.
Mendorong berkembangnya lembaga
perlindungan konsumen swadaya masyarakat.
Memasyarakatkan prinsip perlindungan
konsumen
Menerima perlindungan tentang
perlindungan konsumen.
Melakukan survey yang menyangkut
dengan kebutuhan konsumen.
Bekerja sama dengan organisasi konsumen
PENEGAKAN
HUKUM
KONSUMEN
Lembaga Perlindungan Konsumen
Swadaya Masyarakat
Lembaga ini mempunyai tugas-tugas
sebagai berikut :
Menyebarluaskan informasi untuk
meningkatkan kesadaran tentang
perlindungan konsumen.
Memberi nasihat kepada konsumen
yang memerlukannya.
Bekerja sama dengan instansi terkait
dalam upaya mewujudkan
perlindungan konsumen.
Membantu konsumen dalam
memperjuangkan haknya, termasuk
menerima keluhan atau pengaduan
dari konsumen.
Melakukan pengawasan bersama
dengan pemerintah dan masyarakat
terhadap jalannya perlindungan
PENEGAKAN
HUKUM
KONSUMEN
Badan Penyelesaian Sengketa
Konsumen
Menurut pasal 45 ayat (2) UU No.
8 Tahun 1999 menyatakan bahwa
:
“Penyelesaian sengketa
konsumen tidak menutup
kemungkinan penyelesaian
damai oleh para pihak yang
bersengketa yaitu tanpa melalui
pengadilan atau Badan
PENEGAKAN
HUKUM
KONSUMEN
Penerapan Sanksi-Sanksi
Sanksi Pidana
Sanksi pidana dapat dijatuhkan oleh
pengadilan (umum) setelah melalui
proses pidana biasa, yaitu lewat proses
penyidikan, penuntutan, pengadilan.
Sanksi Perdata
Sanksi perdata kepada pihak pelaku
usaha yang telah merugikan konsumen
mungkin diberikan dalam bentuk
kompensasi atau ganti rugi perdata,
yang dijatuhkan oleh pengadilan
perdata.
Sanksi Administrasi
PENEGAKAN
HUKUM
KONSUMEN
Pembinaan dan Pengawasan Perlindungan Konsumen
Pasal 29 UU No.8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen menegaskan
bahwa pemerintah bertanggung jawab atas pembinaan penyelenggaraan perlindungan konsumen yang menjamin diperolehnya hak konsumen dan pelaku usaha serta melaksanakan kewajibannya.
Pasal 17 UU No.8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen bahwa pembinaan oleh pemerintah atas penyelenggaraan
perlindungan konsumen tersebut
dilimpahkan dan dilaksanakan oleh Menteri yang ruang lingkup tugas dan tanggung
jawabnya meliputi bidang perdagangan dan/atau bertanggung jawab secara teknis menurut bidang tugasnya.
Pasal 30 UU No.8 Tahun 1999, pengawasan
terhadap penyelenggaraan perlindungan konsumen diatur serta penerapan
ketentuan peraturan perundang-undangan diselenggarakan oleh Pemerintah,
KASU
S
Pada tanggal 26 Februari 2014, Jhonny (22 tahun belum menikah) belanja barang secara online melalui situs jual beli “Berniaga.com” kepada Paul (20 tahun sudah menikah) sebagai penjual di situs jual beli online tersebut yaitu sebuah laptop :
Sony Vaio Duo 13 SVD13-217PG Harga : 23.900.000
Spesifikasi : Core i7 4500U 1.8Ghz, 8GB DDR3, 256GB SSD, No Optical Drive, Intel HD, 13.3” WXGA Touch Screen, Wifi, 3G, Bluetooth, Camera, Win 8 Pro 64 Bit
Kedua belah pihak sepakat atas harga dan kondisi barang yang tertera di online shop tersebut. Dengan system pembayaran secara transfer melalui Bank BCA dengan nomer rekening : 002134224453 pada tanggal 26
Februari 2014 sesuai dengan harga yang telah di sepakati yang tertera pada online shop tersebut. Setelah barang diterima oleh Johnny dan uang telah diterima pula oleh Paul sesuai dengan yang diperjanjikan, ternyata informasi spesifikasi laptop yang tertera di online shop tersebut tidak sesuai dengan kondisi laptop ketika hendak digunakan.Laptop yang diterima oleh Johnny memiliki spesifikasi :
Core i5 3317U 1.7Ghz, 4GB DDR3, 128GB SSD, No Optical Drive, Intel HD, 11.6” WXGA Touch Screen, Wifi, Bluetooth, Camera, Win 8 64 Bit
Dengan melihat spesifikasi tersebut Johnny telah membeli laptop Sony Vaio Duo 11 SVD11-215CV dengan harga sebenarnya adalah 13.100.000
KASU
S
PERTANYAAN :
Apakah kasus tersebut merupakan kasus
pelanggaran hak konsumen ?Apa dasar
hukumnya apabila kasus tersebut merupakan
pelanggaran hak konsumen?
Apabila kasus tersebut merupakan
pelanggaran hak konsumen, apakah konsumen
berhak mendapatkan ganti rugi? Jelaskan
secara singkat dengan dasar hukumnya !
Apa sanksi bagi Pelaku Usaha atas kasus
pelanggaran hak konsumen tersebut? Jelaskan
secara singkat dengan dasar hukumnya !
Bagaimana bila identitas Pelaku Usaha
Dalam kasus ini yang menjadi pelanggaran hak konsumen adalah ketidaksesuaian informasi yang diberikan oleh Pelaku Usaha kepada
Konsumen sehingga konsumen merasa dirugikan atas pembelian barang tersebut.Oleh karena itu, UU perlindungan konsumen tersebut memiliki asas sebagai berikut :
Asas manfaat
Asas keadilan
Asas keseimbangan
Asas keamanan dan keselamatan konsumen
Asas kepastian hukum
PEMBAHAS
menggunakan pendekatan utama
pada
Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen
(“UU
PK”) dan
Peraturan Pemerintah
Nomor 82 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Sistem dan
Transaksi Elektronik
(“PP PSTE”).
PP PSTE sendiri merupakan turunan
dari
Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2008 tentang Informasi
dan Transaksi Elekronik
(“UU
ITE”).
Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2008
BAB V
TRANSAKSI
ELEKTRONIK
Pasal 17, Pasal 19,
Pasal 20
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 BAB VTRANSAKSI ELEKTRONIK Pasal 21
(1) Pengirim atau Penerima dapat melakukan Transaksi
Elektronik sendiri, melalui pihak yang dikuasakan olehnya, atau melalui Agen Elektronik.
(2) Pihak yang bertanggung jawab atas segala akibat hukum dalam pelaksanaan Transaksi Elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur sebagai berikut:
a. jika dilakukan sendiri, segala akibat hukum dalam pelaksanaan Transaksi Elektronik menjadi tanggung jawab para pihak yang bertransaksi;
b. jika dilakukan melalui pemberian kuasa, segala akibat hukum dalam pelaksanaan Transaksi Elektronik menjadi
tanggung jawab pemberi kuasa; atau
c. jika dilakukan melalui Agen Elektronik, segala akibat hukum dalam pelaksanaan Transaksi Elektronik menjadi tanggung jawab penyelenggara Agen Elektronik.
(3) Jika kerugian Transaksi Elektronik disebabkan gagal
beroperasinya Agen Elektronik
akibat tindakan pihak ketiga secara langsung terhadap Sistem Elektronik, segala akibat hukum menjadi tanggung jawab
penyelenggara Agen Elektronik.
(4) Jika kerugian Transaksi Elektronik disebabkan gagal
beroperasinya Agen Elektronik
akibat kelalaian pihak pengguna jasa layanan, segala akibat
hukum menjadi tanggung jawab pengguna jasa layanan.
(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku dalam hal dapat dibuktikan terjadinya keadaan memaksa, kesalahan, dan/atau kelalaian pihak pengguna system elektronik.
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 BAB V TRANSAKSI ELEKTRONIK Pasal 22
(1) Penyelenggara Agen Elektronik tertentu harus menyediakan fitur pada Agen Elektronik yang
dioperasikannya yang memungkinkan penggunanya
melakukan perubahan informasi yang masih dalam proses transaksi.
Pendekatan Hukum Perlindungan Konsumen dalam
Transaksi Jual Beli/Belanja secara Online Dengan pendekatan UU PK, kasus tersebut dapat disimpulkan sebagai salah
satu pelanggaran terhadap hak konsumen. Pasal 4 UU PK
menyebutkan salah satunya bahwa hak konsumen adalah :
• hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa
• hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya kewajiban bagi pelaku usaha (dalam hal ini adalah penjualonline), sesuai Pasal 7 UU PK menyebutkan salah satunya adalah:
memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur
mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan
pemeliharaan
memberi kompensasi, ganti
rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.
Di tegaskan lagi oleh Pasal 8 UUPK melarang pelaku usaha untuk memperdagangkan barang/jasa yang tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket, keterangan, iklan atau promosi penjualan
barang dan/atau jasa tersebut merupakan
bentuk pelanggaran/larangan bagi pelaku usaha dalam memperdagangkan barang.
Apabila pelaku usaha tidak melaksanakan kewajibannya, pelaku usaha dapat dipidana berdasarkan Pasal 62
UUPK, yang berbunyi:
“Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 13 ayat
(2), Pasal 15, Pasal 17 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, huruf e, ayat (2) dan Pasal 18 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak Rp 2.000.000.000,00 (dua milyar rupiah)”.
Terkait dengan perlindungan konsumen, Pasal 49 ayat (1) PP PSTE menegaskan bahwa Pelaku Usaha yang menawarkan produk melalui Sistem Elektronik wajib menyediakan informasi yang lengkap dan
benar berkaitan dengan syarat kontrak, produsen, dan produk yang ditawarkan. Pada ayat berikutnya lebih ditegaskan lagi bahwa Pelaku Usaha wajib memberikan kejelasan informasi tentang penawaran
kontrak atau iklan.
Pasal 49 ayat (3) PP PSTE mengatur tidak
sesuai dengan yang diperjanjikan, yakni
Pelaku Usaha wajib memberikan batas waktu kepada konsumen untuk mengembalikan
barang yang dikirim apabila tidak sesuai
dengan perjanjian atau terdapat cacat tersembunyi.
Dalam hal pelaku usaha atau penjual ternyata menggunakan identitas palsu atau melakukan tipu muslihat dalam jual beli online tersebut, maka pelaku usaha dapat
juga dipidana berdasarkan Pasal 378 Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (“KUHP”)
tentang penipuan dan Pasal 28 ayat (1) UU ITE tentang menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik.
Perbuatan sebagaimana dijelaskan di dalam
Pasal 28 ayat (1) UU ITE diancam dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp1 miliar (Pasal 45 ayat [2] UU ITE).