• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan konsumen perlindungan konsumen perlindungan konsumen (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Perlindungan konsumen perlindungan konsumen perlindungan konsumen (1)"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

PERLINDUNGAN KONSUMEN

HUKUM BISINIS

KELOMPOK 3

Kelas U1

(2)

Kelompok

3 (Kelas

U1)

Christopher Thomas

(0213U013)

Nauval Akbar

(0213U018)

Ichsan Farid

(0213U021)

Haura Hannifah

(0213U067)

(3)

PERLINDUNGAN KONSUMEN

BAKU DALAM

PERJANJIAN

HAK DAN KEWAJIBAN KONSUMEN DAN PELAKU

USAHA BAGI PELAKU

USAHA PENEGAKAN

(4)

PENGERTIAN

DAN

PENGATURAN

PERLINDUNG

AN

KONSUMEN

PENGERTIAN PERLINDUNGAN

KONSUMEN

Perlindungan konsumen adalah suatu

perlindungan terhadap konsumen agar

tercipta suatu keseimbangan antara

produsen dan konsumen dalam

pemenuhan hak dan kewajiban

masing-masing pihak.

PENGATURAN PERLINDUNGAN

KONSUMEN

Pengaturan perlindungan konsumen di

Indonesia yang memiliki instrument

hukum integrative dan komprehensif

terdapat dalam Undang-Undang No.8

Tahun 1999 Tentang Perlindungan

(5)

Dasar hukum yang menjadikan seorang konsumen dapat mengajukan perlindungan adalah:

Undang Undang Dasar 1945 Pasal 5 ayat (1), pasal 21

ayat (1), Pasal 21 ayat (1), Pasal 27 , dan Pasal 33.

Undang Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1999 No. 42 Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia No. 3821

Undang Undang No. 5 tahun 1999 Tentang Larangan

Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Usaha Tidak Sehat.

Undang Undang No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbritase

dan Alternatif Penyelesian Sengketa

Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2001 tentang

Pembinaan Pengawasan dan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen

Surat Edaran Dirjen Perdagangan Dalam Negeri No.

235/DJPDN/VII/2001 Tentang Penangan pengaduan konsumen yang ditujukan kepada Seluruh dinas Indag Prop/Kab/Kota

Surat Edaran Direktur Jenderal Perdagangan Dalam

Negeri No. 795 /DJPDN/SE/12/2005 tentang Pedoman Pelayanan Pengaduan Konsumen

(6)

PENGERTIAN

DAN

PENGATURAN

PERLINDUNG

AN

KONSUMEN

UNDANG – UNDANG INFORMASI

DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

Undang Undang ITE (

Informasi dan

Transaksi Elektronik

) merupakan

undang-undang yang di berlakukan

untuk setiap orang (tanpa memandang

suku, ras, dan sosial ekonomi) yang

bertujuan untuk menghormati hak-hak

cipta milik orang lain, terutama bagi

para pelaku dunia maya yang

menggunakan jasa internet dalam

kehidupan sehari-hari dan melindungi

segala kegiatan dan usaha yang

(7)

PENGERTIAN

Secara garis besar UU ITE mengatur hal-hal sebagai berikut :

 Tanda tangan elektronik memiliki kekuatan hukum yang sama dengan tanda tangan konvensional (tinta basah dan

bermaterai). Sesuai dengan e-ASEAN Framework

Guidelines (pengakuan tanda tangan digital lintas batas).

Alat bukti elektronik diakui seperti alat bukti lainnya yang diatur

dalam KUHP.

 UU ITE berlaku untuk setiap orang yang melakukan perbuatan hukum, baik yang berada di wilayah Indonesia maupun di luar Indonesia yang memiliki akibat hukum di Indonesia.

 Pengaturan Nama domain dan Hak Kekayaan Intelektual.

Perbuatan yang dilarang (cybercrime) dijelaskan pada Bab VII

(pasal 27-37):

 Pasal 27 (Asusila, Perjudian, Penghinaan, Pemerasan).

Pasal 28 (Berita Bohong dan Menyesatkan, Berita Kebencian

dan Permusuhan).

 Pasal 29 (Ancaman Kekerasan dan Menakut-nakuti).

 Pasal 30 (Akses Komputer Pihak Lain Tanpa Izin, Cracking).

Pasal 31 (Penyadapan, Perubahan, Penghilangan Informasi).  Pasal 32 (Pemindahan, Perusakan dan Membuka Informasi

Rahasia).

(8)

UU perlindungan konsumen tersebut memiliki asas sebagai berikut :

Asas manfaat : penyelengaraan perlindungan

konsumen harus memberikan manfaat

sebesar-besarnya kepada konsumen maupun pelaku usaha secara keseluruhan.

Asas keadilan : konsumen dan pelaku usaha

untuk memperoleh hak dan kewajibannya secara adil.

Asas keseimbangan : memberikan

keseimbangan antara kepentingan konusmen dan pelaku usaha beserta pemerintah

Asas keamanan dan keselamatan konsumen :

Untuk memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen

Asas kepastian hukum : Negara menjamin

kepastian hokum kepada pihak pelaku usaha maupun konsumen dalam memperoleh

(9)

PENCANTUMA

N KLAUSULA

BAKU DALAM

PERJANJIAN

PENCANTUMAN

KLAUSULA BAKU DALAM

PERJANJIAN

Dengan lahirnya UU No.8

Tahun 1999 menyatakan

bahwa pencantuman

klausula baku dalam

dokumen atau perjanjian

dibatasi guna menempatkan

kedudukan konsumen setara

denga pelaku usaha

(10)

PENCANTUMA

N KLAUSULA

BAKU DALAM

PERJANJIAN

Pasal 18 UU No.8 Tahun

1999 tersebut menyatakan

bahwa pelaku usaha

dalam menawarkan

barang dan/atau jasa yang

ditunjukan untuk

diperdagangkan dilarang

membuat atau

mencantumkan klausula

(11)

HAK DAN

KEWAJIBAN

KONSUMEN

DAN PELAKU

USAHA

4 hak dasar konsumen yang sudah berlaku secara universal, yaitu sebagai berikut :

Hak atas keamanan dan kesehatan.Hak atas informasi yang jujur.

Hak pilih.

Hak untuk didengar.

Kewajiban konsumen menurut perundag-undangan yang berlaku adalah sebagai berikut :

Membaca atau mengikuti petunjuk, informasi

dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau jasa demi keamanan dan keselamatan.

Beritikad baik dalam bertransaksi.

Membayar sesuai dengan nilai tukar yang

telah disepakati.

Mengikuti upaya penyelesaian hukum tentang

(12)

HAK DAN

KEWAJIBAN

KONSUMEN

DAN PELAKU

USAHA

Hak pelaku usaha adalah sebagai berikut :

 Menerima pembayaran sesuai kesepakatan.

 Mendapatkan perlindungan hukum dari perlakuan konsumen yang tidak beritikad baik.

Melakukan pembelaan diri sepatutnya dalam penyelesaian

sengketa konsumen.

Merehabilitasi nama baik.

 Hak-hak lain yang diatur dalam berbagai perundang-undangan. kewajiban pelaku usaha adalah :

Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya.

Memberikan informasi yang benar, jelas &j ujur tentang kondisi&

penggunaan barang dan jasa.

Memberlakukan & melayani konsumen secara benar & jujur.

 Menjamin mutu barang /jasa sesuai standard mutu yang berlaku.

 Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji/mencoba barang/jasa.

 Memberikan ganti rugi manakala terjadi kerugian bagi konsumen dalam hubungan dengan penggunaan barang atau jasa.

Memberikan ganti rugi manakala terjadi kerugian bagi konsumen

jika ternyata barang atau jasa tidak sesuai dengan yang diperjanjikan.

Menyediakan suku cadang dan/atau fasilitas purna jual oleh

produsen.

(13)

PRINSIP

PERLINDUNG

AN

KONSUMEN

PRINSIP PERLINDUNG

AN

KONSUMEN

Tanggung Jawab

Berdasarkan Kelalaian

Tanggung Jawab

Berdasarkan Wanprestasi

(14)

PRINSIP

PERLINDUNG

AN

KONSUMEN

Tanggung jawab

berdasarkan kelalaian

suatu prinsip tanggung jawab

yang bersifat subjektif, yaitu

suatu tanggung jawabysng

ditentuksn oleh perilaku

produsen. Kelalaian produsen

merupakan faktor yang

mengakibatkan adanya kerugian

pada konsumen (hubungan

(15)

PRINSIP

PERLINDUNG

AN

KONSUMEN

Tanggung Jawab Berdasarkan

Wanprestasi

Tanggung jawab berdasarkan

kontrak ketika suatu produk rusak

dan mengakibatkan kerugian,

konsumen biasanya melihat isi

kontrak atau perjanjian atau

jaminan yang merupakan bagian

dari kontrak, baik tertulis maupun

lisan. Penerapan kewajiban yang

sifatnya mutlak, yaitu suatu

(16)

PRINSIP

PERLINDUNG

AN

KONSUMEN

Tanggung Jawab Mutlak

Asas tanggung jawab ini dikenal

dengan nama

product liability.

Produsen wajib bertanggung

jawab atas kerugian yang

diderita konsumen atas

penggunaan produk yang

beredar dipasaran.Penggugat

(konsumen) hanya perlu

membuktikan adanya hubungan

klausalitas antara perbuatan

produsen dan kerugian yang

dideritanya dapat menuntut

konpensasi tanpa harus

mempermasalahkan ada atau

(17)

PERBUATAN

YANG

DILARANG

BAGI PELAKU

USAHA

Perundang-undangan memberikan larangan-larangan tertentu kepada pelaku usaha dalam kegiatannya sebagai berikut :

Larangan yang berhubungan dengan barang

dan/jasa yang diperdagangkan.

Larangan yang berhubungan dengan promosi

atau iklan yang menyesatkan.

Larangan dalam hubungan penjualan barang

secara obral atau lelang yang menyesatkan.

Larangan yang berhubungan dengan waktu

dan jumlah yang tidak dinginkan.

Larangan terhadap tawaran dengan

iming-iming hadiah.

Larangan terhadap tawaran dengan paksaan.Larangan terhadadp tawaran dengan

pembelian melalui pesanan.

Larangan yang berhubungan dengan pelaku

usaha periklanan.

Larangan yang berhubungan dengan klausula

(18)

Konsekuensi Yudiris terhadap

pelanggaran perundang-undangan tentang Perlindungan Konsumen

Pelaku usaha yang melanggar ketentuan perundang-undangan tentang perlindungan konsumen berakibatkan terhadap

konsekuensi-konsekuensi hukum sebagai berikut :

Kewajiban pelaku usaha atau importer atau

penjual untuk menghentikan kegiatannya

atau menarik barangnya dari peredaran, dan atau

Memberikan ganti rugi kepada konsumen

dalam waktu 7 hari setelah transakasi

dengan beban pembuktian di pihak pelaku usaha atau importer atau penjual, dan atau

Tuntutan pidana terhadap pelaku usaha atau

importer atau penjual, dengan beban

pembuktian pada pelaku usaha atau importir atau penjual tersebut.

PENEGAKAN

HUKUM

(19)

PENEGAKAN

HUKUM

KONSUMEN

Badan Perlindungan Konsumen Nasional

Badan Perlindungan Konsumen Nasional mempunyai tugas-tugas sebagai berikut :

Memberikan saran dan rekomendasi

kepada pemerintah dalam rangka menyusun kebijaksanaan di bidang perlindungan nasional.

Melakukan penelitian dan pengkajian

terhadap perundang-undangan.

Melakukan penelitian terhadap barang dan

atau jasa yang menyangkut keselamatan konsumen.

Mendorong berkembangnya lembaga

perlindungan konsumen swadaya masyarakat.

Memasyarakatkan prinsip perlindungan

konsumen

Menerima perlindungan tentang

perlindungan konsumen.

Melakukan survey yang menyangkut

dengan kebutuhan konsumen.

Bekerja sama dengan organisasi konsumen

(20)

PENEGAKAN

HUKUM

KONSUMEN

Lembaga Perlindungan Konsumen

Swadaya Masyarakat

Lembaga ini mempunyai tugas-tugas

sebagai berikut :

Menyebarluaskan informasi untuk

meningkatkan kesadaran tentang

perlindungan konsumen.

Memberi nasihat kepada konsumen

yang memerlukannya.

Bekerja sama dengan instansi terkait

dalam upaya mewujudkan

perlindungan konsumen.

Membantu konsumen dalam

memperjuangkan haknya, termasuk

menerima keluhan atau pengaduan

dari konsumen.

Melakukan pengawasan bersama

dengan pemerintah dan masyarakat

terhadap jalannya perlindungan

(21)

PENEGAKAN

HUKUM

KONSUMEN

Badan Penyelesaian Sengketa

Konsumen

Menurut pasal 45 ayat (2) UU No.

8 Tahun 1999 menyatakan bahwa

:

“Penyelesaian sengketa

konsumen tidak menutup

kemungkinan penyelesaian

damai oleh para pihak yang

bersengketa yaitu tanpa melalui

pengadilan atau Badan

(22)

PENEGAKAN

HUKUM

KONSUMEN

Penerapan Sanksi-Sanksi

Sanksi Pidana

Sanksi pidana dapat dijatuhkan oleh

pengadilan (umum) setelah melalui

proses pidana biasa, yaitu lewat proses

penyidikan, penuntutan, pengadilan.

Sanksi Perdata

Sanksi perdata kepada pihak pelaku

usaha yang telah merugikan konsumen

mungkin diberikan dalam bentuk

kompensasi atau ganti rugi perdata,

yang dijatuhkan oleh pengadilan

perdata.

Sanksi Administrasi

(23)

PENEGAKAN

HUKUM

KONSUMEN

Pembinaan dan Pengawasan Perlindungan Konsumen

Pasal 29 UU No.8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen menegaskan

bahwa pemerintah bertanggung jawab atas pembinaan penyelenggaraan perlindungan konsumen yang menjamin diperolehnya hak konsumen dan pelaku usaha serta melaksanakan kewajibannya.

Pasal 17 UU No.8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen bahwa pembinaan oleh pemerintah atas penyelenggaraan

perlindungan konsumen tersebut

dilimpahkan dan dilaksanakan oleh Menteri yang ruang lingkup tugas dan tanggung

jawabnya meliputi bidang perdagangan dan/atau bertanggung jawab secara teknis menurut bidang tugasnya.

Pasal 30 UU No.8 Tahun 1999, pengawasan

terhadap penyelenggaraan perlindungan konsumen diatur serta penerapan

ketentuan peraturan perundang-undangan diselenggarakan oleh Pemerintah,

(24)

KASU

S

Pada tanggal 26 Februari 2014, Jhonny (22 tahun belum menikah) belanja barang secara online melalui situs jual beli “Berniaga.com” kepada Paul (20 tahun sudah menikah) sebagai penjual di situs jual beli online tersebut yaitu sebuah laptop :

Sony Vaio Duo 13 SVD13-217PG Harga : 23.900.000

Spesifikasi : Core i7 4500U 1.8Ghz, 8GB DDR3, 256GB SSD, No Optical Drive, Intel HD, 13.3” WXGA Touch Screen, Wifi, 3G, Bluetooth, Camera, Win 8 Pro 64 Bit

Kedua belah pihak sepakat atas harga dan kondisi barang yang tertera di online shop tersebut. Dengan system pembayaran secara transfer melalui Bank BCA dengan nomer rekening : 002134224453 pada tanggal 26

Februari 2014 sesuai dengan harga yang telah di sepakati yang tertera pada online shop tersebut. Setelah barang diterima oleh Johnny dan uang telah diterima pula oleh Paul sesuai dengan yang diperjanjikan, ternyata informasi spesifikasi laptop yang tertera di online shop tersebut tidak sesuai dengan kondisi laptop ketika hendak digunakan.Laptop yang diterima oleh Johnny memiliki spesifikasi :

Core i5 3317U 1.7Ghz, 4GB DDR3, 128GB SSD, No Optical Drive, Intel HD, 11.6” WXGA Touch Screen, Wifi, Bluetooth, Camera, Win 8 64 Bit

Dengan melihat spesifikasi tersebut Johnny telah membeli laptop Sony Vaio Duo 11 SVD11-215CV dengan harga sebenarnya adalah 13.100.000

(25)

KASU

S

PERTANYAAN :

Apakah kasus tersebut merupakan kasus

pelanggaran hak konsumen ?Apa dasar

hukumnya apabila kasus tersebut merupakan

pelanggaran hak konsumen?

Apabila kasus tersebut merupakan

pelanggaran hak konsumen, apakah konsumen

berhak mendapatkan ganti rugi? Jelaskan

secara singkat dengan dasar hukumnya !

Apa sanksi bagi Pelaku Usaha atas kasus

pelanggaran hak konsumen tersebut? Jelaskan

secara singkat dengan dasar hukumnya !

Bagaimana bila identitas Pelaku Usaha

(26)

Dalam kasus ini yang menjadi pelanggaran hak konsumen adalah ketidaksesuaian informasi yang diberikan oleh Pelaku Usaha kepada

Konsumen sehingga konsumen merasa dirugikan atas pembelian barang tersebut.Oleh karena itu, UU perlindungan konsumen tersebut memiliki asas sebagai berikut :

Asas manfaat

Asas keadilan

Asas keseimbangan

Asas keamanan dan keselamatan konsumen

Asas kepastian hukum

PEMBAHAS

(27)

menggunakan pendekatan utama

pada 

Undang-Undang Nomor 8

Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen

 (“UU

PK”) dan 

Peraturan Pemerintah

Nomor 82 Tahun 2012 tentang

Penyelenggaraan Sistem dan

Transaksi Elektronik

 (“PP PSTE”).

PP PSTE sendiri merupakan turunan

dari 

Undang-Undang Nomor 11

Tahun 2008 tentang Informasi

dan Transaksi Elekronik

 (“UU

ITE”).

Undang-Undang Nomor 11 Tahun

2008

BAB V

TRANSAKSI

ELEKTRONIK

Pasal 17, Pasal 19,

Pasal 20

(28)

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 BAB VTRANSAKSI ELEKTRONIK Pasal 21

(1) Pengirim atau Penerima dapat melakukan Transaksi

Elektronik sendiri, melalui pihak yang dikuasakan olehnya, atau melalui Agen Elektronik.

(2) Pihak yang bertanggung jawab atas segala akibat hukum dalam pelaksanaan Transaksi Elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur sebagai berikut:

a. jika dilakukan sendiri, segala akibat hukum dalam pelaksanaan Transaksi Elektronik menjadi tanggung jawab para pihak yang bertransaksi;

b. jika dilakukan melalui pemberian kuasa, segala akibat hukum dalam pelaksanaan Transaksi Elektronik menjadi

tanggung jawab pemberi kuasa; atau

c. jika dilakukan melalui Agen Elektronik, segala akibat hukum dalam pelaksanaan Transaksi Elektronik menjadi tanggung jawab penyelenggara Agen Elektronik.

(3) Jika kerugian Transaksi Elektronik disebabkan gagal

beroperasinya Agen Elektronik

akibat tindakan pihak ketiga secara langsung terhadap Sistem Elektronik, segala akibat hukum menjadi tanggung jawab

penyelenggara Agen Elektronik.

(4) Jika kerugian Transaksi Elektronik disebabkan gagal

beroperasinya Agen Elektronik

akibat kelalaian pihak pengguna jasa layanan, segala akibat

hukum menjadi tanggung jawab pengguna jasa layanan.

(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku dalam hal dapat dibuktikan terjadinya keadaan memaksa, kesalahan, dan/atau kelalaian pihak pengguna system elektronik.

(29)

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 BAB V TRANSAKSI ELEKTRONIK Pasal 22

(1) Penyelenggara Agen Elektronik tertentu harus menyediakan fitur pada Agen Elektronik yang

dioperasikannya yang memungkinkan penggunanya

melakukan perubahan informasi yang masih dalam proses transaksi.

Pendekatan Hukum Perlindungan Konsumen dalam

Transaksi Jual Beli/Belanja secara Online Dengan pendekatan UU PK, kasus tersebut dapat disimpulkan sebagai salah

satu pelanggaran terhadap hak konsumen. Pasal 4 UU PK

menyebutkan salah satunya bahwa hak konsumen adalah :

hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa

hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya kewajiban bagi pelaku usaha (dalam hal ini adalah penjualonline), sesuai Pasal 7 UU PK menyebutkan salah satunya adalah:

memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur

mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan

pemeliharaan

memberi kompensasi, ganti

rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.

(30)

Di tegaskan lagi oleh Pasal 8 UUPK melarang pelaku usaha untuk memperdagangkan barang/jasa yang tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket, keterangan, iklan atau promosi penjualan

barang dan/atau jasa tersebut merupakan

bentuk pelanggaran/larangan bagi pelaku usaha dalam memperdagangkan barang.

Apabila pelaku usaha tidak melaksanakan kewajibannya, pelaku usaha dapat dipidana berdasarkan Pasal 62

UUPK, yang berbunyi:

“Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 13 ayat

(2), Pasal 15, Pasal 17 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, huruf e, ayat (2) dan Pasal 18 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak Rp 2.000.000.000,00 (dua milyar rupiah)”.

Terkait dengan perlindungan konsumen, Pasal 49 ayat (1) PP PSTE menegaskan bahwa Pelaku Usaha yang menawarkan produk melalui Sistem Elektronik wajib menyediakan informasi yang lengkap dan

benar berkaitan dengan syarat kontrak, produsen, dan produk yang ditawarkan. Pada ayat berikutnya lebih ditegaskan lagi bahwa Pelaku Usaha wajib memberikan kejelasan informasi tentang penawaran

kontrak atau iklan.

(31)

Pasal 49 ayat (3) PP PSTE mengatur tidak

sesuai dengan yang diperjanjikan, yakni

Pelaku Usaha wajib memberikan batas waktu kepada konsumen untuk mengembalikan

barang yang dikirim apabila tidak sesuai

dengan perjanjian atau terdapat cacat tersembunyi.

Dalam hal pelaku usaha atau penjual ternyata menggunakan identitas palsu atau melakukan tipu muslihat dalam jual beli online tersebut, maka pelaku usaha dapat

juga dipidana berdasarkan Pasal 378 Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana (“KUHP”)

tentang penipuan dan Pasal 28 ayat (1) UU ITE tentang menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik.

Perbuatan sebagaimana dijelaskan di dalam

Pasal 28 ayat (1) UU ITE diancam dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp1 miliar (Pasal 45 ayat [2] UU ITE).

(32)

Sesi

pertanyaan

dengan satu

pertanyaan

dari setiap

kelompok.

Diharapkan

pertanyaan

yang

Referensi

Dokumen terkait

 Namun pengamat tidak bisa mencatat burung yang di luar waktu dan jarak yang di tentukan..

Pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan ini dilakukan dengan Teknik Penelitian Kepustakaan (library reseach) yaitu dengan menelusuri bahan pustaka atau data sekunder

Terdapat dua daripada tiga item berada dalam kedudukan paling rendah yang merupakan item dalam indikator penilaian terhadap rangsangan luar (item 8: Saya berasa risau

Penelitian ini bertujuan untuk membandingan penggunaan kalimat perintah antara anak bebahasa Indonesia dan anak berbahasa inggris berusia tiga tahun serta mendeskripsikan respon

Nilai tercatat utang pajak, aset pajak tangguhan dan liabilitas pajak tangguhan Perusahaan dan Entitas Anak sesuai dengan tanggal laporan posisi keuangan

Olahraga dan kesenian termasuk unsur budaya yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia di mana pun ia berada. Terutama keseniaan sebagai nilai estetika yang dapat

(3) pengaruh secara simultan antara pemberian hadiah dan keaktifan menjawab pertanyaan terhadap hasil belajar IPS materi peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam

Anak kandung adalah anak yang lahir dari kandungan ibu dan ayah kandungnya sedangkan anak sah adalah anak.. kandung yang lahir dari perkawinan orang tuanya yang sah menurut