• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN SPIRITUALITAS DI TEMPAT KERJA SEBA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERAN SPIRITUALITAS DI TEMPAT KERJA SEBA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1

GURU SEKOLAH ISLAM TERPADU MALANG RAYA

Nurul Octaria

akunuruloctaria@gmail.com Ika Rahma Susilawati

ikarahma@ub.ac.id Selly Dian Widyasari sellydianpsi@yahoo.co.id

Program Studi Psikologi, Universitas Brawijaya Malang ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peran spiritualitas di tempat kerja sebagai mediator religiusitas terhadap kualitas kehidupan kerja pada guru Sekolah Islam Terpadu Malang Raya sebanyak 68 guru. Teknik pengambilan data yang digunakan adalah quota sampling. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Reliabilitas dalam penelitian ini menunjukkan nilai reliabilitas skala Religiusitas sebesar 0,862, skala Spiritualitas si Tempat kerja sebesar 0,895, dan skala Kualitas Kehidupan Kerja sebesar 0,803. Analisis yang digunakan adalah uji regresi mediasi sederhana dengan metode causal step dan Uji Mediasi indirect effect menggunakan bootstrapping (SPSS Macro) dengan nilai confidence interval sebesar 1,0262. Hasil penelitian menunjukkan bahwa spiritualitas di tempat kerja berperan signifikan sebagai mediator religiusitas terhadap kualitas kehidupan kerja pada guru Sekolah Islam Terpadu Malang Raya.

Kata Kunci: Religiusitas, Spiritualitas, Kualitas Kehidupan Kerja

ABSTRACT

This research was aimed to understand role of Spirituality at Work Place as Mediator of Religiousity to Quality of Work Life among the teachers of Islam Terpadu School Malang Raya. The sample of this research are 68 teacher. Sampling technique that was used is quota sampling. Validity used in this research is validity content. Reliability scale in this research showed that Religiousty Scale =0,862, Spirituality of work place Scale = 0,895, and Quality of Work Life Scale =0,803. The data analysis using simple mediation regression’ causal step method and used Bootstrapping (SPSS Macro) for measuring indirect effect with value of confidence interval = 1,0262 . The result of this study showed that workplace spirituality was found to mediate between religiousity and quality of work life’ teachers of Islam Terpadu School Malang Raya.

(2)

LATAR BELAKANG

Peran manajemen sumberdaya salah satunya adalah dengan memelihara peran aktif karyawan agar tercapainya peningkatan produktivitas dan efektivitas organisasi. Salah satu upaya yang dilakukan manajemen sumber daya manusia untuk meningkatkan produktivitas dan efektivitas organisasi adalah dengan meningkatkan kepuasan kerja. Saklani (2004) mengatakan bahwa salah satu usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kepuasan kerja adalah memperbaiki kualitas kehidupan kerja (quality of work life) (Zulkarnain, Mahamood, & Omar 2010).

Kalliath dan Morris (2002) menyatakan bahwa kualitas kehidupan kerja diartikan seperti manajemen dinamis yang melibatkan faktor - faktor secara fisik, teknologi, sosial, dan psikologi yang berdampak pada budaya dan pembaharuan lingkungan organisasi (Aketch dkk, 2012). Kualitas kehidupan kerja menyangkut seluruh faktor fisik maupn psikologis dalam kehidupan kerja individu. Penelitian ini membahas mengenai guru sekolah Islam Terpadu. Guru sekolah Islam Terpadu selain mendapatkan reward secara materi, pelatihan intelektual ke profesiannya, juga mendapatkan pembinaan ruhani yaitu liqo (mengaji) sebagai upaya pembentukan kualitas kehidupan kerja terhadap guru-gurunya. Liqo, merupakan salah satu upaya manajemen untuk menghadirkan nilai-nilai spiritualitas di lingkungan kerja, mengembangkan nilai-nilai personal guru, serta menguatkan tindakannya dalam bekerja sehingga mendorong perasaan subjektifnya dalam pembentukan kepuasan hidup dan pekerjaannya (Karakas, 2010).

(3)

LANDASAN TEORI

Religiusitas

Kata religi berasal dari bahasa latin religio yang bermula adalah religere yang menurut Cicero berarti mengikat (Kahmad, 2002). Istilah religi dikenal dalam berbagai bahasa lain diantaranya, agama (Bahasa Indonesia), dien (Bahasa Arab), dan religion (Bahasa Inggris). Dollahite (1998) mendefinisikan religi adalah sebuah komunitas perjanjian iman dengan ajaran – ajaran dan narasi yang meningkatkan pencarian suci dan mendorong moralitas (Ivtzan dkk, 2011). Dalam istilah religi tersebut, kemudian muncul yang biasa disebut religiusitas. Dister (Rahayu, 2003) mendefinisikan religiusitas sebagai keberagamaan yang artinya adanya internalisasi agama di dalam diri seseorang. Nashori dan Mucharam (2002) mengartikan religiusitas pada perilaku keberagamaan dan digambarkan mengenai seberapa jauh pengetahuan, seberapa kuat keyakinan, seberapa sering pelaksanaan ibadah dan kaidah, serta seberapa dalam penghayatan atas agama yang dianutnya. Bagi seorang Muslim, religiusitas dimaknai tentang seberapa jauh pengetahuan, keyakinan, pelaksanaan, dan penghayatan atas agama Islam.

Rahim (2001) menjelaskan bahwa akhlak merupakan fungsionalisasi agama. Maksudnya adalah keberagamaan menjadi tidak berarti perilaku individu dikatakan masih merugikan dirinya sendiri dan orang lain atau melakukan perbuatan tercela maka keberagamaanya menjadi tidak benar dan sia-sia. Akhlak bisa dilihat dari perilaku sehari-hari baik dari ucapan, perbuatan, dan sikap individu. Dalam agama Islam, manifestasi dimensi ini diantaranya ramah, berbuat baik terhadap orang lain, menolong sesama, bertanggung jawab, memperjuangkan kebenaran dan keadilan, dapat dipercaya, menghindari zina, mencari rizki dengan cara halal, dan lain sebagainya.

Spiritualitas di Tempat Kerja

(4)

kemungkinan spiritualitas berhubungan dengan konsep seperti pencarian arti dalam hal apa yang harus dikerjakan di tempat kerja (Krishnakumar & Neck, 2002).

Krishnakumar dan Neck (2002) menggambarkan bahwa spiritulitas mendorong seseorang mencari arti tentang pekerjaan yang dilakukannya, mengapa dan untuk apa individu melakukan pekerjaan tersebut. Kemudian mendorong seseorang untuk mencari arti mengapa melakukan pekerjaan tersebut, apa yang mendorong atau mengarahkannya, serta mencari alasan bertahan dalam organisasi tersebut. Spiritualitas mengarahkan individu untuk memahami keberadaan dirinya dalam upaya pencapaian arti hidup yang sesungguhnya.

Disamping itu, Sanders, Hopkin, & Geroy (2004) menjelaskan definisi spiritualitas ditempat kerja dinyatakan bukan mengenai agama atau membuat para karyawan mengakui sistem kepercayaan tertentu tetapi sebaliknya, spiritualitas ini tentang pengembangan karyawan untuk memungkinkan mereka untuk menjadi lebih peduli dan welas asih dalam interaksi mereka dengan rekan kerja. Namun hal itu tidak berarti bahwa konsep antara religiusitas dan spiritualitas tidak bisa terpisahkan (Dadabhay, 2011). Dent dkk (2005) menyatakan sesungguhnya hubungan antara kereligiusan dan spiritualitas di tempat kerja tidak bisa diabaikan (Behestifhar & Zare, 2013).

Kualitas Kehidupan Kerja

Studi mengenai kualitas kehiduan kerja sudah berlangsung sejak beberapa puluh tahun silam. Sekharan (1985) (Walton, 2005) melakukan observasi mengenai konsep sejarah dari kualitas kehidupan kerja secara orisinil hanya mencakup isu-isu tentang upah, jam kerja, dan kondisi pekerjaan. Bagaimana pun, konsep tersebut telah diperpanjang dan beberapa faktor seperti keterlibatan para karyawan dalam lingkungan pekerjaan, kompetensi pencapaian kerja, memenuhi pekerjaan dan sebagainya. Kualitas kehidupan kerja telah digunakan sebagai konstruk yang berhubungan dengan kesejahteraan para karyawan. Greenhaus dkk (1987) menerangkan bahwa dari segi perspektif bisnis, kualitas kehidupan kerja merupakan hal penting dimana sifat dari lingkungan pekerjaan berhubungan dengan adanya kepuasan karyawan dan perilaku-perilaku karyawan (Zulkarnain, dkk, 2010).

(5)

sebagai persepsi-persepsi karyawan seperti bahwa karyawan merasa aman, secara relatif merasa puas serta mendapatkan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang sebagai layaknya manusia (Kartika, 2009). Carter dkk (1990), Efraty & Sirgy (1990), dan Efray dkk (1991) menerangkan bahwa kualitas kehidupan kerja diketahui juga berdampak pada respon kerja para karyawan dalam jangka identifikasi organisasi, kepuasan kerja, keterlibatan kerja, usaha-usaha kerja, performansi kerja, itensi untuk keluar, pergantian karyawan dalam organisasi, dan kepribadian untuk mengasingkan diri (Dargahi, 2011).

METODE PENELITIAN

Responden dan Desain Penelitian

Jumlah subjek yang digunakan dalam penelitian ini ialah sebanyak 68 guru, terdiri dari 66 guru perempuan dan 2 guru laki-laki. Subjek yang diteliti ialah guru Sekolah Islam Terpadu TK dan SD Insan Permata, TK dan SD Mutiara Hati, serta TK dan SD Robbani yang berada di Malang Raya dan mendapatkan program pembinaan liqo. Peneliti menggunakan metode non-probability sampling dengan teknik quota sampling dalam pengambilan data penelitian. Desain penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan kausal-komparatif.

Alat Ukur dan Prosedur Penelitian

Alat ukur dalam penelitian ini adalah Skala Religiusitas, peneliti mengembangkan skala religiusitas dengan mengacu pada teori Glock dan Stark (Ancok, 1995, Holdcroft, 2006) dalam Subandi (2013). Skala Religiusitas ini terdiri dari lima dimensi diantaranya Religious Belief (keyakinan), Religious Practice (ibadah), Religious Feeling (penghayatan), Religious Knowledge (ilmu), dan Religious Effect (amal). Skala ini terdiri dari 15 aitem. Nilai Cronbach Alpha pada saat uji coba sebesar 0,862 sehingga reliabilitas dianggap sangat baik/ tinggi dan skala religiusitas merupakan alat ukur yang reliabel.

(6)

Skala Kualitas Kehidupan Kerja, peneliti mengembangkan skala kualitas kehidupan kerja dengan mengacu pada teori dari Walton (2005). Skala Kualitas Kehidupan Kerja ini terdiri dai delapan dimensi yaitu kompensasi yang adil dan layak, keamanan dan kesehatan di lingkungan kerja, kesempatan untuk memberdayakan dan mengembangkan kepuasan individu secara tanggap, peluang untuk keberlanjutan perkembangan dan jaminan, integrasi sosial di dalam organisasi kerja, aturan-aturan dalam organisasi kerja, pekerjaan dan seluruh ruang kehidupan, dan tanggung jawab sosial perusahaan. Skala ini terdiri dari 22 aitem. Nilai Cronbach Alpha sebesar 0,803 sehingga reliabilitas dianggap sangat baik/ tinggi dan skala religiusitas merupakan alat ukur yang reliabel.

Adapun prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini, yang pertama menentukan variabel penelitian kemudian melakukan studi kepustakaan mengenai variabel yang telah ditentukan untuk mendapatkan konsep teoritis yang jelas kemudian mengidentifikasi masalah, menentukan kerangka berpikir, dan menentukan hipotesis penelitian. Lalu ,Peneliti menentukan desain dan metode penelitian yang sesuai dengan topik penelitian, menentukan instrumen. Setelah itu, menyiapkan skala dan instrumen pengukuran dengan melakukan Expert Judgement. Setelah itu, Peneliti mengajukan permohonan izin pada instansi yang dituju. Peneliti kemudian melakukan uji coba try out. Peneliti kemudian melakukan analisis aitem. Kedua, peneliti melakukan penelitian dan ketiga, membuat analisis dan pengolahan data untuk melakukan penafsiran hasil analisis data dan melakukan pembahasan dengan melakukan interpretasi dan membahas hasil analisis statistik berdasarkan teori dan kerangka berpikir yang diajukan sebelumnya dan selanjutnya merumuskan kesimpulan hasil penelitian.

HASIL

(7)

1. HA1: Religiusitas berpengaruh terhadap Kualitas Kehidupan Kerja Guru Sekolah Islam Terpadu Malang Raya

Berdasarkan hasil perhitungan statistik dapat diketahui bahwa variabel kebutuhan religiusitas memberikan nilai koefisien 0,395 dengan thitung 3,497 yang lebih besar dari ttabel1,669 dan nilai signifikansi 0,001 yang kurang dari 0,05. Pengujian ini menunjukkan bahwa H0 ditolak, dan HA1 diterima sehingga disimpulkan kebutuhan religiusitas berpengaruh terhadap kualitas kehidupan kerja.

2. HA2 : Religiusitas berpengaruh terhadap spiritualitas di tempat kerja guru Sekolah Islam Terpadu Malang Raya

Berdasarkan hasil perhitungan statistik dapat diketahui bahwa variabel kebutuhan religiusitas memberikan nilai koefisien 0,693 dengan thitung7,819 yang lebih besar dari ttabel1,669 dan nilai signifikansi 0,000 yang kurang dari 0,05. Pengujian ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan HA2 diterima sehingga disimpulkan kebutuhan religiusitas berpengaruh signifikan terhadap spiritualitas di tempat kerja.

3. HA3 : Religiusitas berpengaruh terhadap kualitas kehidupan kerja dengan melalui spiritualitas di tempat kerja guru Sekolah Islam Terpadu Malang Raya

Berdasarkan hasil perhitungan statistik (lampiran persamaan satu) dapat diketahui bahwa variabel kebutuhan religiusitas memberikan nilai unstandardized coefficients -0,095 dengan thitung-2.93 yang lebih kecil dari ttabel1,669 dan nilai signifikansi 0,771 yang lebih besar dari 0,05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat penururnan nilai unstandardized coefficients dengan memasukkan M atau c

menjadi c’ dari 0,931 menjadi -0,095 serta nilai signifikansi berubah menjadi tidak

signifikan dari 0,001 menjadi 0,771 sehingga variabel M sebagai variabel mediasi dan dapat dikatakan HA3 diterima.

4.HA4 : Spiritualitas di tempat kerja religiusitas berperan secara tidak langsung dalam memediasi religiusitas terhadap kualitas kehidupan kerja guru sekolah Islam Terpadu Malang Raya

(8)

α (0,05). Berdasarkan hasil beda nilai penurunan nilai standar koefisien beta dan hasil uji Sobel lebih besar dari nilai standar, maka dapat disimpulkan bahwa HA4 diterima dan H0 ditolak pada tingkat signifikansi 0,05. Selain itu, untuk mengetahui nilai confidence interval sebesar 1,0262 Nilai tersebut berada di antara LL (0,5130) < (1,0262) < UL (1,5394) sehingga sebagai variabel mediasi secara tidak langsung dan dapat dikatakan HA4 diterima.

DISKUSI

Berdasarkan hasil uji statistik mengenai hipotesis yang telah dipaparkan sebelumnya, didapatkan hasil bahwa spiriualitas di tempat kerja berperan sebagai mediator religiusitas terhadap kualitas kehidupan kerja. hasil uji tersebut dilakukan berdasarkan konsep causal step Baron & Kenny (1986) dan uji indirect effect Preacher & Hayes (2004). Penelitian ini menjelaskan bahwa religiusitas mengarahkan guru untuk mencapai arti dan nilai-nilai tujuan mereka dalam bekerja (spiritualitas di tempat kerja). Hasil uji causal step regression menjelaskan spiritualitas di tempat kerja dikatakan sebagai mediator sehingga dapat meningkatkan pengaruh religiusitas terhadap kualitas kehidupan kerja dan sebaliknya jika variabel spiritualitas di tempat kerja ini tidak ada, maka nilai pengaruh religiusitas terhadap kualitas kehidupan kerja akan turun.

Religiusitas merupakan sebuah konsep perilaku keber-agamaan yang digambarkan mengenai seberapa jauh pengetahuan, seberapa kuat keyakinan, seberapa sering pelaksanaan ibadah dan kaidah, serta seberapa penghayatan atas agama yang dianutnya (Nashori & Mucharam, 2002). Menurut Ostow dan Schrafstein (Subandi, 2013) manusia memiiki kebutuhan terhadap perilaku keberagamaan. Hal tersebut merupakan fitrah yang ada pada diri manusia agar memiliki sandaran kepercayaan terhadap Tuhannya, dimana akan menjadi pedoman atau aturan dalam menjalani kehidupannya. Berbeda halnya dengan religiusitas, spiritualitas merupakan konsep pengembangan dirinya. Spiritualitas di tempat kerja menurut Naylor, dkk (1996); Neck & Milliman(1994); Kahnweiler & Otte (1997) merupakan sebuah konsep yang menggambarkan tentang pencarian arti dalam hal apa yang harus dikerjakan di tempat kerja dan mendorong atau mengarahkan individu untuk memahami keberadaan dirinya untuk bertahan dalam pekerjaanya (Krishnakumar & Neck, 2002).

(9)

menjalankan kehidupan, sedangkan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa konsep spiritualitas di tempat kerja mendorong individu memaknai pekerjaannya secara berarti. Dent dkk (2005) menjelaskan bahwa identifikasi dan pengenalan kehidupan seseorang bermula dari pengertian motivasi diri individu untuk bekerja dan berhubungan terhadap peningkatan kehidupan masyarakat dikatakan dipengaruhi oleh keyakinan masyarakat, nilai-nilai, dan budaya-budaya (religi atau lainnya) (Dadabhay, 2011).

Faktor-faktor religiusitas mempengaruhi nilai-nilai spiritualitas di tempat kerja yang tinggi guru-guru Sekolah Islam Terpadu Malang. Perilaku religiusitas baik beribadah seperti sholat, liqo, mendatangi kajian, bersedekah, mempelajari hukum sunnah dan fiqih dengan membaca, serta mengamalkan nilai-nilai pedoman hidupnya yaitu Alquran. Aktivitas religius tersebut mendorong guru mengembangkan nilai-nilai spiritualnya. Guru mendasarkan pedoman dan pengetahuan dari agamanya dalam melakukan aktivitas pekerjaannya di sekolah, mencari keberartian hidup, dan pekerjaannya. Seperti yang dikemukan Ashmos dan Duchon (2000) bahwa berdasarkan pengetahuan, masyarakat membutuhkan pikiran-pikiran mereka, tubuh-tubuh, dan jiwa-jiwa yang terpelihara dalam mengartikan sebuah langkah-langkah melalui pekerjaan yang mereka lakukan. Masyarakat mencari tujuan dalam pekerjaan mereka diluar hal-hal bersifat materi dan karakteristik pekerjaan formal yang dilakukannya (Dadabhay, 2011).

Religiusitas mengarahkan guru sekolah Islam Terpadu Malang Raya mengembangkan nilai spiritualnya dalam pekerjaan. Guru merasakan adanya rasa kesejajaran antara nilai-nilai organisasi dengan nilai-nilai individu, dan pencarian arti nilai-nilai, artinya ialah guru melakukan pencarian arti mengenai dirinya, pekerjaannya, dan kontribusi yang dilakukan dalam pekerjaannya sehingga guru dapat mengembangkan nilai-nilai personalnya untuk terlibat pada aktivitas peran dan partisipasinya di luar peranannya sebagai guru. Hal tersebut mengarahkan guru untuk turut berpartipasi pada upaya-upaya pengembangan. Rasa kontribusi pada komunitas kerja, artinya adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai guru tersebut selaras dengan nilai-nilai personal dan mendukung hubungannya dengan rekan-rekan kerjanya sehingga mendorong guru untuk berinteraksi sosial dan tergabung dalam bagian kelompok kerjanya di sekolah.

(10)

lain serta guru merasakan fasilitas yang memadai dalam menjalankan perannya sebagai guru di sekolah.

Spiritualitas di tempat kerja dinyatakan berperan sebagai mediator yang berpengaruh signifikan terhadap kualitas kehidupan kerja. Spiritualitas di tempat kerja berperan mengarahkan guru-guru Sekolah Islam Terpadu dalam menilai kualitas kehidupan kerjanya di sekolah. Peran spiritualitas di tempat kerja mengarahkan guru-guru untuk menjalin hubungan sosialnya yang juga turut menyumbang aspek kualitas kehidupan kerja, artinya faktor pekerjaan mendorong guru-guru untuk berinteraksi dalam organisasi kerja dan saling mendukung satu sama lain. Selain itu, peranan atau profesinya sebagai guru dalam penelitian ini pun menjelaskan bahwa pekerjaan telah memberi ruang kehidupan lain bagi hidup para guru dan tidak semua waktu tersita hanya untuk pekerjaan. Selain itu, adanya kesempatan untuk terlibat dalam pekerjaan di sekolah, terlibat dalam peluang pengembangan, terlibat dalam tugas-tugas yang memperkaya ilmunya dalam menjalankan perannya di sekolah. Penelitian Zulkarnain, Mahamood, & Omar (2010) memperkuat hasil penelitian dimana faktor positif persepsi mengenai perkembangan karier berkorelasi dengan kehidupan kerja yang tinggi. Dikatakan bahwa guru yang memiliki persepsi positif mengenai aktivitas perkembangan kariernya akan berlaku jika sejalan dengan keterlibatan karyawan.

(11)

Pengamatan terhadap pembentukan kualitas kehidupan kerja disini dikaitkan pada faktor personal seperti kepuasan subjektif yang berasal dari individu. Adapun religiusitas dan spiritualitas merupakan aspek personal individu yang diamati dalam penelitian ini, sedangkan kualitas kehidupan kerja mengacu pada keadaan menyenangkan atau tidak menyenangkannya lingkungan pekerjaan bagi seseorang. Faktor - faktor pembentuk kualitas kehidupan kerja berasal dari faktor intrinsik individu dan faktor ekstrinsik atau lingkungan pekerjaan. Meski spiritualitas di tempat kerja sebagai mediator religiusitas telah meningkatkan kualitas kehidupan kerja namun aspek ekstrinsik pun perlu diperhatikan untuk tetap menjaga keseimbangan kepuasan kerja para karyawan, produktivitas, dan efektivitas kerja di organisasi.

DAFTAR PUSTAKA

Aketch, J.R., Odera, O.,Chepkuto, P., & Okaka, O. (2012). Effects of Quality of Work Life on Job Performance : Theoritical Perspectives and Literature Review. Curent Research Journal of Social Sciences 4(5): 383-388, 2012. ISSN: 20141-3246,from http://maxwellsci.com/print/.../v4-383-388.pdf

Azwar, Saifuddin. (2011). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, Saifuddin. (2012). Penyusunan Skala Psikologi (Ed.2). Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Azwar, Saifuddin. (2013). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Azwar, Saifuddin. (2013). Reliabilitas dan Validitas (Ed.4). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Baron, R. M and Kenny, D. A. (1986). The Moderator-Mediator Variable Distinction in

Social Psychological Research: Conceptual, Strategic, and Statistical Considerations. Journal of Personality and Social Psychology. Vol. 51, No. 6, 1173-1182. American Psychological Association, Inc.

Beheshtifar, Malikeh., & Zare, Elham. (2013) . Effects of Spirituality in Workplace on Job Performance. Interdisciplinary. Journal of Contemporary Research in Bussines. Volume 5. No.2, from http://jpurnal-archieves33.webs.com/284-254.pdf.

Burrack, E.H. (1999). “ Spirituality in the workplace”, Journal of Organizational Change

Management, Vol. 12 No. 4, pp. 280-91

Cash, K.C. & Gray, G.R. (2000). “ A framework for accomodating religion and spirituality in

(12)

Dadabhay, Muhamed. (2011). The Mediating Role of Workplace Spirituality on Perception of Transformational Leadership, Organisational Commitment and Employee Job Satisfaction within a Sample of South African Muslim School Teachers. A Dissertation submitted in partial of requirements of Master in

Industrial/Organisational Psychology,from

http://wiredspace.wits.ac.za/bitstream/handle/10539/118999/muhamed_dadabhay_fin al%202011.pdf.

Dargahi, H., Changizi, V., & Gharabagh. (2011). Radiology Employees’ Quality of Work Life. Original Report, from http://Journals.tumns.ac.ir/pdf

Dent, E.B., Higgins, M.E., & Wharff, D. M. (2005). Spirituality and leadership: An empirical review of definitions, and embedded assumptions. The Leadership Quarterly, 16, 625-653.

Desmukh, Soha. (2012). Religiosity and Psychological Well Being. International Journal of Bussines and Social Science. Volume 3. No. 11. From http://ijbssnet.com./pdf

Download SPSS Macro untuk Bootstrapping

http://www.afhayes.com/spss-sas-and-mplus-macros-and-code.html#medcurve

Ivtzan, I., P.L, Christine, Gardner, H.E., & Prashar, Kiran.(2009). Lingking Religion and Spirituality with Psychological Well Being: Examining Self-actualisation, Meaning in Life, and Personal Growth Initiative. Journal of Religion and Health,from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21968697

Jayakumar, A., & Kalaiselvi, K.(2012). Quality of Work Life an Overview.

International Journal of Marketing, Financial Services & Management Research. Volume. 1. Issue 10, October 2012, ISSN 2277 3622, from http://indianresearchjournals.com/pdf/.../12.pdf

Kahmad, Dadang. (2002). Sosiologi Agama. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Karakas, Fahri.(2010). Spirituality and Performance in Organizations: a Literature Review. Journal of Bussines Ethics, 94 (1), pp. 89-106, from http://dx.doi.org/doi:10.1007/s10551-009-0251-5

Kartika, Lindawati.(2009). Analisis kepuasan Kerja Karyawan Melalui Faktor-faktor Quality of Worklife (QWL) Pada PT Pertamina (Persero) Perkapalan.Tesis,from http://lontar.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=121921&lokasi=lokal.

Kahnweiler, W. & Otte, F.L. (1997). “In search of the soul of HRD”. Human Resource

(13)

Khrisnakumar, S., & Neck, C.P. (2002). The “ what”, “why”, and “how” of spirituality in the workplace. Department of Management, Pamplin College of Bussines, Virginia Tech., Blacksburg, Virginia, USA. Journal of Managerial Psychology. Volume 17. No. 3, 2002, pp. 153-164, fromhttp://www.emeraldinsight.com/0268-3946.htm.

Loxton, J. Natalie. Testing Mediation Using Bootsrapping in SPSS. http://www2.psy.uq.edu.au/~wlouis/stats/nloxton_mediationbootstrapping.pdf

Lui, C. H., & Robertson, P.J. (2010). Spirituality in the workplace: Theory and measurement. Journal of Management Inquiry, 20, 35-50. From: http://m.jmi.sagepub.com/content/20/1/35

Murniati, dkk. (2013) Alat-Alat Pengujian Hipotesis. Semarang: Universitas Katolik Soegijapranata.

Nashori, Fuad., & Mucharam, R.D. (2002). Mengembangkan Kreativitas dalam Perspektif Psikologi Islam. Jogjakarta : Menara Kudus.

Neck, CP. & Milliman, J.F. (1994). “Thought self-leadership: finding spiritual fulfillment in

organizational life”, Journal of Managerial Psychology, Vol. 9 No. 6, pp 9-16.

Preacher, Kristopher,J., & Hayes, Andrew, F. (2004) .SPSS and SAS prrocedures for estimating indirect effect in simple mediation models. Behavior Research Methods, Instruments, & Computers.Journal 2002,36 (4), 717-731.http://www.quantpsy.org/pubs/preacher_hayes_2004.pdf

Preacher, K. J., Rucker, D. D and Hayes, A. F. (2007). Addressing Moderated Mediation Hypotheses: Theory, Methods, and Prescriptions. Multivariate Behavioral Research,Journal 42(1), 185–227. Lawrence Erlbaum Associates, Inc.pdf

Rahayu, Iin Tri. (2003). Tingkat Religiusitas antara Mahasiswa yang Berlatarbelakang SMU dan MAN di STAIN Malang.Psikodinamik. Vol.5. No. 2. Juli 2003.

Rahim, Husni. (2001). Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Logos. Ramayulis. (2003). Psikologi Agama. Jakarta : Kalam Mulia.

Rani, A.A., Abidin, I., & Hamid, M.R A.(2013). The Impact of Spirituality Intelligence on Work Performance : Case studies ini Goverment Hospitals of East Coast of Malaysia. The Macrotheme Review,Journal from http://macrotheme.com/pdf

SPSS Statistics 20.0 for Windows

(14)

Suliyanto. (2011). Ekonomi Terapan – Teori dan Aplikasi dengan SPSS. Yogyakarta : CV. Andi Offset.

Swamy. (2012). A Literature Review on Quality of Worklife and Leadershipstyles. International Journal of Engineering Research and Applications. Vol. 2, Issue, 3 May-Jun (2012), pp. 1053-1059. From www.ijera.com

Team Pustaka Phoenix. (2008). Phoenix Pocket Dictionarty. Jakarta Barat : PT Media Pustaka Phoenix.

Thouless, Robert H. (2000). Pengantar Psikologi Agama. Jakarta: Rajawali Press

Walton, RE. (2005). Quality of Work Life (QWL) Measurement. Article from http://www.Syn.Com/QWL.htm

Widhiarso, Wahyu.(2010). Berkenalan dengan Analisis Mediasi  : Regresi dengan Melibatkan Variabel Mediator (Bagian Pertama). Yogyakarta: Fakultas Psikologi

Universitas Gadjah Mada.Artikel Retrieved from

http://widhiarso.staff.ugm.ac.id/files/Widhiarso%202010%20-%20Berkenalan%20dengan%20Analisis%20Mediasi.pdf

Widhiarso, Wahyu.(2011). Mediator& Moderator Dalam Saru Model Bisa di Analisis Melalui SPSS. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.Artikel

Retrieved from

http://widhiarso.staff.ugm.ac.id/files/Mediator%20&%20Moderator%20dalam%20Sat u%20Model%20Bisa%20di%20Analisis%20Melalui%20SPSS.pdf

Widhiarso,Wahyu.(2009). Analisis Peranan Mediator Melalui SPSS.Artikel http://widhiarso.staff.ugm.ac.id//wpanalisis-peranan-mediator-melalui-spss/pdf

Wulansari, Marintha. E. 2010. Skripsi Perumusan Strategi Pada Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Insan Permata Malang. Skripsi Universitas Brawijaya Malang.

Www.quantpsy.org

Zulkarnain, Mahamood Yahya, & Omar Fatimah. (2010). Implication of Career Development and Demograpic Factors on Quality of Work Life. Jurnal Psikologi,

Volume 37, No.1, Juni (2010): 23-33, from

htttp//jurnal.psikologi.ugm.ac.id/index.php/fpsi/article/download/37/pdf_4.

Referensi

Dokumen terkait

Sederhananya, MPI atau ICC, selanjutnya disebut Mahkamah, dapat didefinisikan sebagai suatu lembaga peradilan pidana internasional yang bersifat permanen dan independen

Jika pengembangan usaha menyebabkan perluasan area usaha baik yang berada pada wilayah kabupaten/kota yang sama maupun berbeda, Pelaku Usaha wajib memenuhi

Berkenaan dengan hal itu penulis tertarik membahas hal ini dengan harapan pada perpindahan elektron-elektron bahan bakar bensin dengan proses mengaktifkan aliran

Terdapat pada episode 50 segmen kedua, peneliti mengkategorikan dua dialog yang terdapat dalam episode tersebut sesuai dengan konsep metode mauidzah hasanah bentuk

Dengan demikian upaya yang dilakukan guru mata pelajaran PKn dalam mengantarkan tercapainya prestasi belajar PKn yang optimal bagi siswa adalah melalui penggunaan

Siswa yang belum mendapatkan skor 55% dikategorikan memiliki konsentrasi belajar rendah. Hasil analisis kuesioner konsentrasi belajar yang diberikan sebelum pemberian

Dinding Exterior adalah dinding yang letaknya di luar ruangan. Karena terletak di luar ruangan maka dinding exterior harus kuat, indah, dan tahan cuaca,

Robot pointer sebagai penunjuk jalan tim SAR dalam pencarian korban bencana salah satu robot yang dapat mengatasi masalah tersebut sehingga pada saat sistem mendeteksi