arsitektur e-Journal, Volume 7 Nomor 1, Juni 2014
TIPOLOGI TATA RUANG DALAM
RUMOH ACEH
DI KAWASAN MUKIM
ACEH LHEE SAGOE
Farisa Sabila, Antariksa, Rinawati P. Handajani
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas BrawijayaJl. Mayjen Haryono 167 Malang 65145 Email:farisasabila@ymail.com
ABSTRACT
Aceh Lhee Sagoe belongs to the area of Hindu Buddha Kingdom’s legacy which suceeded to be surrendered by Bandar Aceh Darussalam Empire which recently becomes the settlement for Aceh society. The legacy of Aceh Lhee Sagoe in the form of the three concepts toward the architecture object with the meaning of the relationship between human with God and nature. As for the uppermost is the existence of implementation concept of three chamber design with the balance meaning toward Rumoh Aceh that is very interesting to be observed.The problem that faced right now is the lack of existence of Rumoh Aceh after the incident of tsunami which happened in Aceh, as conflict and tsunami that will create worry as a matter of culture heritage will dissapear. The purpose of this study is to find the typology of space building in Rumoh Aceh as information for the society therefore it can take the benefit from the values of local wisdom, the variety and the architecture uniqueness of Rumoh Aceh. Using Qualitative Descriptive method that conducts observation directly toward the typology types of space building that formed. There are two types of downstairs chamber and upstairs chamber which represent the whole character of space or chamber in Aceh Lhee Sagoe.
Key words: thypology, building space, Rumoh Aceh, Aceh Lhee Sagoe
ABSTRAK
Aceh Lhee Sagoe merupakan kawasan peninggalan kerajaan Hindu Budha yang berhasil ditaklukkan oleh Kerajaan Bandar Aceh Darussalam yang saat ini menjadi mukim tempat tinggal masyarakat Aceh. Adanya peninggalan Aceh Lhee Sagoe berupa konsep tiga segi pada objek arsitektur dengan makna hubungan keseimbangan antara manusia dengan Tuhan dan liingkungan. Adapun yang paling menonjol, yaitu dengan adanya penerapan konsep pola tiga ruang dengan makna keseimbangan pada Rumoh Aceh sangat menarik untuk dilakukan studi. Permasalahan yang dihadapi saat ini adalah minimnya keberadaan Rumoh Aceh pasca runtutan peristiwa yang terjadi di Aceh, seperti konflik dan tsunami yang dikhawatirkan warisan budaya semakin memudar. Tujuan dari studi ini untuk menemukan tipologi ruang bangunan Rumoh Aceh sebagai informasi bagi masyarakat agar dapat mengambil manfaat dari nilai kearifan lokal dan keberagaman serta keunikan arsitektur Rumoh Aceh. Menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap tipologi ruang bangunan yang terbentuk. Terdapat dua tipe ruang bawah dan lima tipe ruang atas yang mewakili keseluruhan karakter ruang di Aceh Lhee Sagoe.
arsitektur e-Journal, Volume 7 Nomor 1, Juni 2014
2
Pendahuluan
Aceh Lhee Sagoe merupakan mukim bekas kerajaan Hindu-Budha yang berhasil ditaklukkan oleh kerajaan Bandar Aceh Darussalam yang ditandai dengan adanya tiga artefak bersejarah membentuk tiga sisi segitiga, yaitu Indrapatra, Indrapurwa, dan Indrapuri. Saat ini kawasan ini merupakan kawasan Kabupaten Aceh Besar. Aceh Lhee Sagoe atau disebut juga dengan Aceh Tiga Segi ini memiliki objek peninggalan yang memiliki konsep segitiga keseimbangan hubungan manusia, Tuhan, dan lingkungan, salah satu yang paling menonjol adalah objek arsitektur berupa rumah dengan konsep tiga ruang pada Rumoh Aceh. Ruang bangunan Rumoh Aceh sangat menarik untuk distudi karena memiliki makna yang dalam mengenai penerapan hubungan manusia dengan Tuhan(hablumminallah), dan manusia dengan manusia(hablumminannas),serta dengan lingkungannya. Namun permasalahan yang terjadi saat ini adalah masyarakat Aceh hanya memahami konsep arsitektural pada Rumoh Aceh, seperti konsep struktur, fasad bangunan, dan ornamen. Masyarakat hanya memahami konsep Rumoh Aceh
melalui tampilan bangunan saja tanpa mengetahui bahwa sesungguhnya tipologi ruang bangunan Rumoh Aceh memiliki konsep tiga ruang yang cukup menarik dan mampu menyelesaikan permasalahan di lingkungan. Bagi masyarakat Aceh pola ruang bangunan yang terdapat di Rumoh Aceh selama ini hanya sebatas pola ruang bangunan yang diterapkan pada Rumoh Aceh di museum, yaitu prototype ideal dan bukan merupakan wujud pola ruang bangunan yang diterapkan diRumoh Aceh asli sebagai rumah tinggal masyarakat di gampong tradisional. Terlebih runtutan kejadian di Aceh semakin mengurangi keberadaan Rumoh Aceh. Oleh karena itu perlunya untuk meningkatkan informasi dan pengetahuan bagi masyarakat mengenai tipe ruang bangunanRumoh Aceh
yang memiliki kecenderungan keberagaman dengan luasnya kawasanAceh Lhee Sagoe, yaitu 2969km², dengan jumlah 206 gampong yang terdiri dari 25 kecamatan. Hal ini memungkinkan adanya keberagaman tipe ruang yang semakin memperkaya arsitektur
Rumoh Aceh dengan keberadaan Kabupaten Aceh Besar sebagai daerah yang mengawali arsitektur Rumoh Aceh di Provinsi Aceh (Tammat et al. 1996). Berdasarkan pemaparan di atas, permasalahan yang akan diselesaikan adalah untuk mengetahui bagaimanakah tipologi ruang bangunan Rumoh Aceh di kawasan mukim Aceh Lhee Sagoe. Adapun tujuan dari studi ini agar masyarakat dapat mengambil manfaat dari penerapan nilai-nilai kearifan lokal yang diterapkan pada ruang bangunan Rumoh Aceh
untuk kehidupan masyarakat saat ini. Hal ini juga tidak menutup kemungkinan adanya studi lanjutan mengenai pola ruang bangunan yang akan diimplementasikan ke dalam ruang bangunan rumah tinggal saat ini.
Metode Penelitian
Studi ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat analisis dan deskripsi mengenai fakta-fakta yang terjadi di lapangan dengan cara mencatat, mengumpulkan informasi terkait dengan pola ruang bangunan Rumoh Acehdengan meninjau faktor non fisik yang terdapat di lapangan sebagai faktor yang mempengaruhi terbentuknya pola ruang bangunan.
Ruang lingkup studi dibatasi dengan kriteria sebagai berikut:
a. Merupakan bangunan rumah tinggal kuno, berusia 50 tahun atau lebih (UU RI Tentang Cagar Budaya No.11 pasal 5 tahun 2010).
b. Bangunan masih ditempati sebagai rumah tinggal yang di dalamnya masih melakukan aktivitas.
c. Rumah berada di kabupaten Aceh Besar.
arsitektur e-Journal, Volume 7 Nomor 1, Juni 2014
e. Rumah yang distudi masih menerapkan konsep pola ruang bangunan Rumoh Acehyang asli, walaupun mengalami perubahan ruang.
Pemilihan objek studi dilakukan di beberapa gampong dengan letak titik persebaran yang berbeda yang diharapkan akan menemukan keberagaman tipe ruang yang mewakili keseluruhan karakter keseluruhan kawasan. Berdasarkan kesesuaian dengan kriteria studi, maka ditemukan 40 Rumoh Acehyang tersebar di enam Gampong
di Kabupaten Aceh Besar, yaitu Gampong Lamlhom, Blangtingkeum, Lambada, Lambari Bakmee, Pasie Lamgarot, dan Indrapuri, yang memenuhi kriteria studi untuk dijadikan sebagai objek pengamatan.
Hasil dan Pembahasan
Tipologi ruang bangunanRumoh Acehdi kawasan mukimAceh Lhee Sagoe
Ruang dalam pada Rumoh Aceh merupakan ruang yang berdiri di atas tiang sebagai wadah aktivitas penghuni sehari-hari. Terdapat lima tipe ruang dalam pada
Rumoh Aceh di kawasan Aceh Lhee Sagoe. Secara keseluruhan, adapun tipologi ruang ruang dalam padaRumoh Acehmemiliki susunan asli dan fungsi sebagai berikut:
Susunan dan fungsi ruang dalam
Susunan ruang dalam terdiri dari seuramoe keue terletak paling depan, tungai
yang terdiri dari kamar tidur utama yang berada di tengah, dan seuramoe likot berada di susunan paling belakang (Gambar 1).
Adapun fungsi ruang dalam masing-masing memiliki fungsi sesuai dengan susunannya masing-masing. Adapun fungsi ruang berdasarkan susunannya adalah sebagai berikut:
a. Seuramoe keue
Merupakan ruang publik yang difungsikan sebagai ruang serbaguna, yaitu untuk aktivitas menerima tamu, ritual pernikahan, sholat berjamaah, dan sebagai tempat tidur anak laki-laki yang belum menikah, sehingga letak ruang berada di depan karena melibatkan orang lain dalam aktivitasnya (Gambar 2). Seuramoe keuejuga disebut denganseuramoe agam(serambi laki-laki) (Arif 2006).
a. Tungai
Tungai merupakan ruang tengah, disebut juga dengan ruang sakral yang terdiri dari kamar tidur utama dan rambat sebagai ruang istirahat penghuni. Ruang ini
Seuramoe keue Rambat Kamar tidur utama Seuramoe likot
Susunan asli Potongan ruang dalam
Gambar 1. Susunan ruang dalam.
Rumoh.Aceh
Potonganseuramoe keue
arsitektur e-Journal, Volume 7 Nomor 1, Juni 2014
4
bersifat sakral karena ditempati oleh orang yang dituakan, serta sebagai simbol terjadinya peristiwa pernikahan, kelahiran, dan kematian (Gambar 3).
b. Seuramoe likot
Seuramoe likot disebut dengan serambi perempuan, karena perempuan lebih banyak menghabiskan waktunya di ruang ini untuk memasak. Seuramoe likot
berfungsi sebagai ruang servis, yaitu sebagai dapur dan sebagai ruang untuk memandikan jenazah, sehingga letak ruang berada di susunan paling belakang (Gambar 4).
Tipologi ruang dalam
Terdapat lima tipologi ruang dalam pada Rumoh Aceh yang tersebar di enam
gampongdi kawasanAceh Lhee Sagoe, yaitu
Tipe 1
Tipe 1 merupakan tipe ruang dalam yang masih asli, yaitu belum mengalami perubahan susunan ruang. Tipe ini masih banyak dipertahankan di kawasan ini, khususnya di gampong dengan kondisi geografis yang berada jauh dari perkembangan kota, yaitu berada di Blangtingkeum, Lambada, dan Indrapuri (Gambar 5).
Ruang memandikan jenazah
Sebagai ruang perempuan
Gambar 4. Fungsiseuramoe likotsebagai ruang perempuan.
Seuramoe keue Rambat Kamar tidur utama Seuramoe likot
Susunan asli
Potongan ruang dalam
Gambar 5. Susunan ruang dalamRumoh Aceh.
arsitektur e-Journal, Volume 7 Nomor 1, Juni 2014
No Rumah Faktor Pembeda
1. Tidak terdapat perbedaan dari
susunan asli
2. Letak tangga utama di Barat
dengan pertimbangan hubungan kekerabatan, yaitu rumah saudara berada di Barat, sehingga akses berada di Barat.
3. Tidak terdapat perbedaan dari
susunan asli
4. Tidak terdapat perbedaan dari
susunan asli
5. Tidak terdapat perbedaan dari
susunan asli.
6. Tidak terdapat perbedaan dari
susunan asli
7. Tidak terdapat perbedaan dari
susunan asli
8. Tidak terdapat perbedaan dari
susunan asli
9. Tidak terdapat perbedaan dari
susunan asli
Terdapat perbedaan pada rumah Ibu Fauziah disebabkan dengan pertimbangan hubungan kekerabatan penghuni yang cenderung berinteraksi dengan saudaranya yang
Tabel 1. Tipe 1 Ruang DalamAceh Lhee Sagoe
Rumah Ibu Barisyah-GampongLamlhom
Rumah Ibu Fauziah-GampongLamlhom
Rumah Ibu Nurnizah-GampongBlangtingkeum
Rumah Bapak Fakhrurrazi-GampongLambada
Rumah Ibu Nur Meutia-GampongLambada
Rumah Ibu Zurtawani-GampongLambada
Rumah Ibu Siti Aminah-GampongLambada
Rumah Ibu Aisyah-GampongPasie Lamgarot
arsitektur e-Journal, Volume 7 Nomor 1, Juni 2014
Tipe 3
Terdapat penambahan ruang tambahan di salah satu susunan ruang dalam dan ruang tambahan di belakang bawah Rumoh Aceh. Tipe ini banyak dijumpai di gampong
yang berada di daerah dengan lokasi di dekat pusat kota, yaitu di Gampong Lambari Bakmee, Pasie Lamgarot, dan Indrapuri (Gambar 9).
Penambahan ruang di seuramoe likot dan ruang tambahan di belakang bawah Rumoh Aceh.
Kecenderungan penambahan ruang berada di susunan seuramoe likot. Hal ini disebabkan karena seuramoe likot masih merupakan ruang penghuni, privasi ruang tambahan tetap terjaga. Hal ini juga menyebabkan fungsi seuramoe likot mengalami perubahan fungsi, sehingga fungsi dapur dipindahkan ke bangunan tambahan yang berada di belakang bawahRumoh Aceh(Tabel 2).
No Rumah Perubahan Fungsi Faktor Pembeda
1. Perubahan fungsi seuramoe
likot menjadi kamar tidur
tambahan dan dapur
dipindahkan ke ruang
belakangRumoh Aceh.
Arah penambahan ruang ke arah belakang (seuramoe likot) dan bangunan tambahan di
belakangRumoh Aceh.
2. Perubahan fungsi seuramoe
likot menjadi kamar tidur
tambahan dan dapur
dipindahkan ke ruang
belakangRumoh Aceh.
Arah penambahan ruang ke arah belakang (seuramoe likot) dan bangunan tambahan di
belakangRumoh Aceh.
di Timur Akses beradadi Selatan
Seuramoe keue
Tabel 2. Tipe 3 Ruang DalamAceh Lhee Sagoe
Rumah Ibu Fauziah-Gampong
Lambari Bakmee
arsitektur e-Journal, Volume 7 Nomor 1, Juni 2014
dengan terdapatnya penambahan ruang privasi bagi penghuni. Seuramoe likot juga menjadi penghubung antara Rumoh Aceh dan bangunan tambahan yang berada di belakang bawahRumoh Aceh(Gambar 10).
Arah penambahan ruang
Pada umumnya kecenderungan penambahan ruang ke arah seuramoe likot. Hal ini disebabkan karena seuramoe likotmasih merupakan ruang penghuni, sehingga tingkat privasi tetap terjaga. Masyarakat Aceh sangat terbuka kepada siapa saja, namun dalam hal privasi, masyarakat Aceh sangat menjunjung tinggi kehormatan serta batasan bagi yang bukan muhrimnya (Gambar 11).
Namun teradapat salah satu kasus di Gampong Pasie Lamgarot, dimana penambahan ruang berada di susunan seuramoe keue, sehingga pergeseran privasi mulai terjadi karena penghuni mulai menghilangkan batas privasi penghuni dengan melakukan penambahan ruang di area publik (Gambar 12).
Adapun penambahan bangunan pada umumnya berada di belakangRumoh Aceh.
Hal ini dengan tujuan agar tidak mengganggu akses tetangga dengan letak rumah yang
Dapur dipindahkan ke bangunan tamabahan di
belakang bawahRumoh Aceh. Seuramoe likot menjadi kamar tidur tambahan
Seuramoe likotsebagai akses menuju bangunan tambahan di belakang bawahRumoh Aceh.
Pen
Gambar 10. Perubahan fungsiseuramoe keuemenjadi kamar tambahan.
Gambar 11. Kecenderungan penambahan ruang di susunanseuramoe likot.
Seuramoe keue Ruang tambahan
arsitektur e-Journal, Volume 7 Nomor 1, Juni 2014
Pada rumah masyarakat Aceh, jumlah rueng pada rumah tinggal 3-4 rueng, sementara untuk rumah bangsawan sebanyak 5 rueng ke atas. Namun keberadaan
Rumoh Aceh bangsawan saat ini sangat jarang sekali dijumpai. Adapun yang masih terdapat di kabupaten Aceh Besar adalah pada Rumoh Aceh Cut Nyak Dhien di Lampisang.
Perbedaan Akses
Walaupun memiliki susunan dan prinsip perubahan ruang yang sama pada tipe 3, namun adanya perbedaan akses ruang yang dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas penghuni, yaitu pada beberapa rumah di Gampong Lambari Bakmee memiliki akses kamar tidur utama yang umumnya berada di sisirambat, tetapi berada ke arahseuramoe keue dan seuramoe likot. Setelah diteliti, bahwa adanya peran aktivitas yang mempengaruhi orientasi akses yang seharusnya menghadap ke area tungai karena merupakan ruang privasi (Gambar 17).
Adapun terdapatnya ruang pada dalam tipe 3 pada Rumoh Acehdipengaruhi oleh faktor non fisik, yaitu
a. Peristiwa pernikahan, pertambahan anggota keluarga; b. Kebutuhan akan ruang penyimpanan padi mengingkat; c. Aktivitas sehari-hari penghuni.
d. Usia penghuni mempengaruhi perlakuan ruang; dan e. Hubungan kekerabatan penghuni dan tetangga.
Tipe 4.
Ruang dalam tidak mengalami perubahan susunan ruang Rumoh Aceh asli, namun terdapat bangunan tambahan di belakangRumoh Aceh. Hal ini disebabkan karena adanya peristiwa tsunami dengan adanya bantuan dari volunteer asing, sehingga masyarakat memutuskan untuk melakukan penambahan ruang di sisi belakang bawah
Rumoh Aceh, tanpa mengubah susunan ruang dalam asli pada Rumoh Aceh. Adanya Timur menunjukkan strata ekonomi penghuni.
Akses kamar tidur
pada umumnya Perbedaan akses kamar tidur ke arah seuramoe keuedan likot.
Gambar 16. Perbedaan akses pada tipe 3 pada ruang dalam Rumoh Aceh.
Orientasi akses kamar tidur keseuramoe likot
Orientasi akses kamar tidur ke
seuramoe keue.
Rambat
K. Tidur
arsitektur e-Journal, Volume 7 Nomor 1, Juni 2014
12
Tahun 1930
Tahun 2005 Rumah Ibu
Aminah
Tahun 2006 Tahun 1935
Rumah Ibu Sa’diah
Rumah Ibu Nurhayati
Tahun 2005 Tahun 1940
Rumah Ibu Zuriah Tahun 1935
Tahun 2000
Rumah Ibu Naimah
Tahun 1940 Tahun 1998
Rumah Ibu Aisyah Tahun 1924
Tahun 1994 Rumah Ibu
Nurhayati Tahun 2005 Tahun 1940
Rumah Ibu Hafsah Tahun 1920
arsitektur e-Journal, Volume 7 Nomor 1, Juni 2014
14
Terdapatnya bangunan tambahan tetap memperhatikan hubungan kekerabatan, yaitu dengan meletakkan bukaan ke arah rumah tetangga (Gambar 21).
Terbentuknya ruang dalam tipe 4 juga disebabkan oleh faktor non fisik, yaitu a. Peristiwa pernikahan, kelahiran;
b. Kebutuhan penunjang ruang usaha; c. Usia penghuni; dan
d. Bantuan pasca tsunami.
Tipe 5
Terdapat penyeederhanaan susunan ruang tipe 5 menjadi dua susunan saja, yaitu fungsi tungai digantikan pada seuramoe keue atupun seuramoe likot. Hal ini dengan pertimbangan ekonomi dan menghemat biaya pembangunan. Faktor ekonomi merupakan salah satu faktor non fisik yang juga menjadi landasan yang melatarbelakangi terbentuknya ruang (Ulfa 2011) (Gambar 22).
Jalangampong
Bangunan Tambahan Orientasi bukaan
Gambar 20. Orientasi bukaan bangunan tambahan menghadap ke rumah tetangga.
Susunan asli
Penyederhanaan susunan
arsitektur e-Journal, Volume 7 Nomor 1, Juni 2014
16
Menurut Wilson (1974) bidang dinding/pembatas (the vertical space devider)
merupakan unsur perancangan yang dapat menciptakan ruang. Kondisi susunan ruang dalam pada tipe 5 yang terdiri dari seuramoe keue sebagai ruang publik danseuramoe likot sebagai ruang penghuni yang bersifat lebih privat menjadikan ruang memiliki fungsi dan kedudukan yang berbeda. Terdapat elemen arsitektural berupa dinding yang membatasi kedudukan ruang tersebut, sehingga privasi penghuni di ruangseuramoe likot
lebih terjaga (Gambar 26).
Perbedaan akses
Pada kamar tidur utama, terdapat perbedaan akses ruang yang disesuaikan dengan kecenderungan perilaku penghuni beraktivitas. Adapun pengaruh aktivitas penghuni juga sangat mempengaruhi pola ruang padaRumoh Aceh. Terdapat hubungan manusia dengan ruang. Salah satu perasaan yang penting mengenai ruang adalah perasaan teritorial. Perasaan ini memenuhi kebutuhan dasar akan identitas diri, kenyamanan dan rasa aman pada pribadi manusia (Wilson 1974) (Gambar 27).
Posisi kamar tidur di
seuramoe keue
Gambar 25. Letak kamar tidur diseuramoe keue.
arsitektur e-Journal, Volume 7 Nomor 1, Juni 2014
Bentuk seuramoe likot
Bentuk seuramoe likot terdiri dari dua tipe, yaitu tipe seuramoe likot dengan anjongan, yaitu dengan adanya ruang yang menjorok ke Timur sebesar 2 meter dan sebagai tempat diletakkannya dapur (Hadjat 1987) (Gambar 28).
Terdapat pula dapur tanpa anjongan dengan luas ruang sama seperti seuramoe keue(Gambar 29).
Gambar 28. Dapur dengananjongan.
Gambar 29. Dapur tanpa anjongan.
Akses keseuramoe likot
Akses keseuramoe keue
arsitektur e-Journal, Volume 7 Nomor 1, Juni 2014
18
Ruang dalam tipe 5 tidak mengalami perubahan susunan sama sekali, hanya saja terdapat penyederhanaan susunan pada ruang dalam. Terbentuknya pola ruang dalam pada tipe 5, yaitu
a. Kesadaran masyarakat untuk tetap mempertahankan pola ruang asli tanpa adanya penambahan dan pengurangan ruang.
b. Kondisi geografis daerah yang berada jauh dari pusat kota, sehingga belum mengalami degradasi budaya dan perubahan bangunan yang disebabkan oleh tuntutan zaman.
c. Kondisi perekonomian masyarakat yang menyebabkan tidak terjadinya penambahan ruang karena minimnya biaya.
Tipologi perkembangan susunan ruang dalam
Tipe 3 merupakan tipe paling akhir pada urutan perkembangan tipologi ruang dalamRumoh Aceh, sebab pada tipe 3 telah terjadi penambahan ruang di susunan ruang dalam dan terdapatnya bangunan tambahan di belakang bawah Rumoh Aceh. Terdapat dua proses perkembangan tipologi hingga mencapai tipe ke 3, yaitu:
Proses 1
Proses 2
Gambar 30. Tipologi perkembangan susunan ruang dalam.
Penambahan ruang ke
Melakukan penambahan pada ruang atas terlebih dahulu, selanjutnya barulah mendirikan bangunan tambahan di belakang bawah Rumoh Aceh. Hal ini dengan pertimbangan untuk menekan biaya pembangunan. Hal ini terlihat dengan adanya
penerapan ruang atas tipe 2 menjadi tipe 3 Tahun 1940
Tahun 2005
Membangun bangunan tambahan di sisi belakang bawah Rumoh Aceh terlebih dahulu, baru melakukan penabahan di susunan atas, yang ditandai dengan adanya tipe 4 yang dapat berubah menjadi tipe 3 jika dibutuhkan. Namun ini merupakan salah satu upaya untuk tetap mempertahankan susunan asli Rumoh Aceh. tanpa mengubah susunan ruang atas pada
arsitektur e-Journal, Volume 7 Nomor 1, Juni 2014
Kesimpulan
Kesimpulan studi ini adalah:
a. Pola ruang bangunan pada Rumoh Aceh di kawasan mukim Aceh Lhee Sagoe terdiri dari lima tipe.
b. Terdapatnya perubahan ruang pada Rumoh Aceh sangat dipengaruhi oleh faktor non fisik, yaitu faktor filosofi ruang padaRumoh Aceh, kondisi adat berupa adanya peristiwa pernikahan, pertambahan jumlah anggota keluarga, faktor sosial, ekonomi, serta aktivitas penghuni, yaitu sangat dipengaruhi oleh dengan adanya peristiwa kelahiran dengan adanya pertambahan anggota keluarga dan peristiwa pernikahan, serta erat hubungannya kebutuhan ruang yang memiliki keterkaitan sebagai penunjang pekerjaan, seperti ruang tambahan yang berfungsi untuk menyimpan padi hasil panen, dan sebagainya.
c. Pola ruang atas Rumoh Acehdidominasi oleh tipe 3, yaitu dengan adanya ruang tambahan pada susunan asli ruang atas pada Rumoh Aceh dan adanya pnambahan bangunan tambahan yang berada di belakang bawahRumoh Aceh. d. Adapun perubahan pola ruang pada Rumoh Aceh memiliki kecenderungan
penambahan dengan dua pola, yaitu Melakukan penambahan pada ruang atas terlebih dahulu, selanjutnya barulah mendirikan bangunan tambahan di belakang bawah Rumoh Aceh. Hal ini dengan pertimbangan untuk menekan biaya pembangunan. Namun ada pula yang membangun bangunan tambahan di sisi belakang bawah Rumoh Aceh terlebih dahulu, baru melakukan penabahan di susunan atas, yang ditandai dengan adanya tipe 4 yang dapat berubah menjadi tipe 3 jika dibutuhkan. Namun ini merupakan salah satu upaya untuk tetap mempertahankan susunan asli Rumoh Acehtanpa mengubah susunan ruang atas padaRumoh Aceh.
Daftar Pustaka
Hadjat, A., Ali, Z., Ardy, M., Kasim, M., S. & Usman, R. 1984. Arsitektur Tradisional Provinsi Daerah Istimewa Aceh. Banda Aceh: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Ulfa, S. M. 2011. Pola Tata Ruang Dalam Rumah Tinggal Kuno Desa Bakung Kecamatan Udanawu Blitar. Jurnal TESA Arsitektur, IX (2): 62-122 (diakses tanggal 12 Maret 2014)
Wilson, F. 1971. Structure the Essence of Architecture. New York : Van Nostrand Reinhold Company.