• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Filsafat Ilmu MENELAAH METODE IL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Filsafat Ilmu MENELAAH METODE IL"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Metode merupakan prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis. (Suriasumantri, 2005). Sedangkan, metode ilmiah adalah teknik pendekatan yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah-masalah. Metode ilmiah memiliki tahap-tahap sistematis dalam suatu penelitian ilmiah (Danusubroto, 2013). Hasil dari penelitian ilmiah dapat berupa pengetahuan, namun tidak semua pengetahuan dapat disebut ilmu, sebab ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan dengan memenuhi syarat-syarat tertentu yang tercantum dalam metode ilmiah.

Untuk dapat dinyatakan sebagai ilmu, suatu pengetahuan harus dapat ditelaah dengan menggunakan landasan ilmu pengetahuan yang terdiri dari aspek ontologis, epistemologis dan aksiologis. Ontologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang hakikat sesuatu yang berwujud (yang ada) dengan berdasarkan logika. Dengan menggunakan landasan ontologi, dapat membicarakan tentang objek atau hakikat yang ditelaah oleh suatu ilmu (Noerhadi, 1998). Landasan epistemologi pada dasarnya merupakan suatu upaya rasional untuk menimbang dan menentukan nilai kognitif pengalaman manusia dalam interaksinya dengan diri sendiri, lingkungan sosial dan alam sekitarnya. maka epistemologi adalah suatu disiplin ilmu yang bersifat evaluatif, normatif dan kritis (Sudarminta, 2002). Sedangkan menurut Jujun S. Suriasumantri dalam bukunya Filsafat Ilmu mengatakan bahwa aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang nilai secara umum. Sebagai landasan ilmu, aksiologi mempertanyakan untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan serta kaitannya dengan kaidah-kaidah moral.

Dalam makalah ini akan dibahas mengenai penelahaan metode ilmiah ditinjau dari landasan ontologis dan epistemologis.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana penelahaan metode ilmiah ditinjau dari aspek ontologis? 2. Bagaimana penelahaan metode ilmiah ditinjau dari aspek epsitemologis? C. Tujuan

(3)

2. Mengetahui penelahaan metode ilmiah ditinjau dari aspek epsitemologis

BAB II

(4)

A. Kerangka Pikir

B. Landasan Teori Metode Ilmiah

Secara etimologis, metode berasal dari Bahasa Yunani, yaitu “Meta” yang artinya sesudah atau dibalik sesuatu, dan “Hodos” yang artinya jalan yang harus ditempuh. Ada juga yang mengatakan metode berasal dari bahasa Yunani ‘Methodos’ yang berarti jalan. Sedangkan dalam bahasa latin ‘methodus’ berarti cara. Metode menurut istilah adalah suatu proses atau atau prosedur yang sistematik berdasarkan prinsip-prinsip dan teknik-teknik ilmiah yang dipakai oleh

(5)

suatu disiplin (bidang studi) untuk mencapai suatu tujuan. Jadi, ia dapat dikatakan sebagai cara kerja ilmiah. (Sumantri, 2010)

Sebelum menuju ke penjelasan mengenai ilmiah, terlebih dahulu harus mengetahui definisi dari ilmu. Ilmu adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Pengertian “Ilmiah” secara istilah dapat diartikan sebagai sesuatu hal yang bersifat keilmuan/sains (pemahaman tentang sesuatu yang dapat diterima secara logika/akal/pikiran/penalaran).Ilmu yang ilmiah (Ilmu Pengetahuan) adalah ilmu yang diperoleh dan dikembangkan dengan mengolah atau memikirkan realita yang berasal dari luar diri manusia secara ilmiah, yakni dengan menerapkan metode ilmiah. (Sumantri, 2010).

Sehingga diperoleh metode ilmiah merupakan suatu prosedur yang mencakup berbagai tindakan pikiran, pola kerja, cara teknis, dan tata langkah untuk memperoleh pengetahuan baru atau mengembangkan pengetahuan yang telah ada. Namun, tidak semua pengetahuan disebut ilmiah, sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu. (Sumantri, 2010).

Syarat-syarat yang harus dipenuhi suatu pengetahuan dapat disebut dan dikatakan sebagai ilmiah adalah sebagai berikut:

1. Objektif, artinya pengetahuan sesuai dengan objeknya atau didukung dengan fakta empiris.

2. Metodik, artinya pengetahuan itu diperoleh dnegan menggunakan cara-cara tertentu yang teratur dan terkontrol.

3. Sistematik, pengetahuan itu disusun dalam suatu sistem yang satu sama lain saling berkaitan dan saling menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh.

4. Berlaku umum, artinya pengetahuan itu tidak hanya dapat diamati oleh seseorang atau beberapa orang saja, tetapi semua ornag dengan cara eksperimen yang sama akan memperoleh hasil yang sama pula. (Ruwanto, 2006)

(6)

Metode ilmiah berperan dalam tataran transformasi dari wujud pengetahuan menuju ilmu pengetahuan. Bisa-tidaknya pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan yang sangat bergantung pada metode ilmiah, karena metode ilmiah menjadi standar untuk menilai dan mengukur kelayakan suatu ilmu pengetahuan. Sesuatu fenomena pengetahuan logis tetapi tidak empiris tapi tidak logis, maka tidak akan digolongkan sebagai ilmu pengetahuan. Sebaliknya, meskipun fenomena pengetahuan logis tetapi tidak empiris, juga tidak termasuk dalam ilmu pengetahuan. Dengan demikian metode ilmiah selalu diikuti oleh dua pilar pengetahuan, yaitu rasio dan fakta. (Qomar, 2006)

Supaya suatu metode yang digunakan dalam penelitian dapat disebut metode ilmiah, metode tersebut harus memiliki kriteria sebagia berikut:

a. Berdasarkan Fakta

Keterangan-keterangan yang ingin diperoleh dari penelitian, yang akan dikumpulkan dan dianalisis haruslah berdasarkan fakta-fakta yang nyata. Penemuan atau pembuktian janganlah didasarkan pada daya khayal atau legenda.

b. Bebas dari Prasangka

Dalam memahami serta memberi arti terhadap fenomena yang kompleks harus digunakan prinsip-prinsip analisis. Semua masalah harus dicari sebab serta pemecahannya dengan analisis logis.

c. Menggunakan Hipotesis

Dalam metode ilmiah, saintis harus dituntun dalam proses berpikir analitis. Hipotesis harus ada untuk menggolongkan persoalan serta memandu jalan pikiran ke arah tujuan yang ingin dicapai sehingga hasil yang diperoleh akan tepat mengenai sasaran.

d. Menggunakan Ukuran Obyektif

Kerja penelitian dan analisis harus dinyatakan dengan ukuran yang objektif. Pertimbangan-pertimbangan harus dibuat secara objektif dengan menggunakan akal yang sehat.

e. Menggunakan Teknik Kuantitatif

Ukuran seperti ion, ohm, kilogram dan sebagainya harus selalu digunakan. Hindari ukuran seperti sejauh mata memandang, sehitam aspal, dan sebagianya sebagai ukuran kuantitatif. Kuantifikasi termudah adalah dengan menggunakan ukuran nominal, ranking dan rating. (Ruwanto, 2006)

Ontologis

(7)

being (teori tentang keberadaan sebagai keberadaan), atau ilmu tentang yang ada. (Bakhtiar, 2004).

Ontologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang hakikat sesuatu yang berwujud (yang ada) dengan berdasarkan logika. Dengan menggunakan landasan ontologi, dapat membicarakan tentang objek atau hakikat yang ditelaah oleh suatu ilmu (Noerhadi, 1998)

Pertanyaan-pertanyaan ontologis berfokus pada sifat dari realita dan hal apa yang harus kita kaji. Kesepakatan para ilmuwan mengenai ontologi membentuk latar belakang bagi cara mereka berteori. Ontologi adalah studi mengenai sesuatu yang ada dan tidak ada atau dengan kata lain mempelajari mengenai sesuatu yang ada atau prinsip umum mengenai sesuatu yang ada. Ontologis memberikan kita suatu cara pandang terhadap dunia dan pada apa yang membentuknya karakteristik-karakteristik pentingnya. (West and Turner, 2008)

Epistemologis

Secara etimologi, istilah epistemologi berasal dari kata Yunani episteme berarti pengetahuan, dan logos berarti teori. Epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber, struktur, metode dan sahnya (validitasnya) pengetahuan. (Suriasumantri, 2005)

Sebagai cabang ilmu filsafat, epistemologi bermaksud mengkaji dan mencoba menemukan ciri-ciri umum dan hakiki dari pengetahuan manusia. Bagaimana pengetahuan itu pada dasarnya diperoleh dan diuji kebenarannya? Manakah ruang lingkup atau batas-batas kemampuan manusia untuk mengetahui? Epistemologi juga bermaksud secara kritis mengkaji pengandaian-pengandaian dan syarat-syarat logis yang mendasari dimungkinkannya pengetahuan serta mencoba memberi pertanggungjawaban rasional terhadap klaim kebenaran dan objektivitasnya. Pertanyaan pokok "bagaimana saya tahu bahwa saya dapat tahu?" mau dicoba untuk dijawab secara saksama. Epistemologi atau filsafat pengetahuan pada dasarnya juga merupakan suatu upaya rasional untuk menimbang dan menentukan nilai kognitif pengalaman manusia dalam interaksinya dengan diri, lingkungan sosial, dan alam sekitarnya (Sudarminta, 2002).

(8)

dengan pengetahuan yang telah dikumpulkan sebelumnya. Secara sistematik dan kumulatif pengetahuan ilmiah disusun setahap demi setahap dengan menyusun argumentasi mengenai sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah ada. Secara konsisten dan koheren maka ilmu mencoba memberikan penjelasan yang rasional kepada objek yang berada dalam fokus penelaahan (Suriasumatri, 2005).

Penjelasan yang bersifat rasional ini dengan kriteria kebenaran koherensi tidak memberikan kesimpulan yang bersifat final, sebab sesuai dengan hakikat rasionalisme yang bersifat pluralistik, maka dimungkinkan disusunnya berbagai penjelasan terhadap suatu objek pemikiran tertentu (Suriasumatri, 2005). Di sinilah pendekatan rasional digabungkan dengan pendekatan empiris sebagai langkah-langkah yang sempuna yang dapat mengkonstruksi pengetahuan ilmiah. Langkah-langkah inilah yang ditelaah dalam epistemologi ilmu yang juga disebut metode ilmiah (Suryana, 2010).

BAB III

PEMBAHASAN

Berikut merupakan penelahaan metode ilmiah ditinjau dari aspek ontologis dan epistemologis :

BAB I. PENDAHULUAN

(9)

Merupakan masalah penelitian yang membutuhkan solusi. Masalah harus dijawab dengan sebuah keputusan yang masuk akal dan dapat diteliti. (Indriantoro dan Supomo, 2002) Hal ini sesuai dengan dasar ontologi yang membahas tentang segala sesuatu yang ada (dalam latar belakang, yaitu masalah). (Mustansyir dan Munir, 2006). Dasar ontologi kenyataan atau keberadaan sesuatu. (Delfgraauw, 1992)

B. Tujuan Penelitian

Merupakan pernyataan singkat yang menjawab pertanyaan penelitian untuk mengembangkan pengetahuan yang sesuai dengan rumusan masalah penelitian(Indriantoro dan Supomo, 2002). Hal ini tidak termasuk dalam dasar ontologi atau epistimologi karena ontologi menjelaskan tentang mengkaji masalah dan epistimologi membahas proses dalam usaha untuk mendapatkan pengetahuan. Tujuan Penelitian termasuk dalam dasar aksiologi karena aksiologi menjelaskan tentang penerapan nilai (dalam hal ini, penelitian). (Suriasumantri, 2005)

C. Manfaat Penelitian

Merupakan gambaran kegunaan penelitian yang ditujukan pada subyek-subyek tertentu untuk perkembangan ilmu dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini tidak termasuk dalam dasar ontologi atau epistimologi karena ontologi menjelaskan tentang mengkaji masalah dan epistimologi membahas proses dalam usaha untuk mendapatkan pengetahuan. Manfaat penelitian termasuk dalam dasar aksiologi karena aksiologi juga menjelaskan tentang teori nilai dan makna (dalam hal ini, penelitian). (Notohadiprawiro, 2006)

D. Keaslian Penelitian

Keaslian penelitian dikemukakan dengan menunjukkan bahwa masalah yang dihadapi belum pernah dipecahkan oleh peneliti terdahulu atau dinyatakan dengan tegas perbedaan penelitian ini dengan yang terdahulu. Hal ini termasuk dalam dasar ontologi karena ontologi menjelaskan tentang mengkaji problem, sehingga dengan mengkaji penelitian tersebut dapat diketahui apakah sama dengan penelitian yang lain. (Moleong, 2008)

(10)

Rumusan masalah dalam karya ilmiah termasuk aspek ontologis. Hal ini sesuai dengan teori yang dikatakan oleh (Thoha, 2003) bahwa perumusan masalah merupakan ontologi sains. Dalam rumusan masalah terdapat pertanyaan-pertanyaan mengenai penelitian apa yang dilakukan oleh penulis karya ilmiah sehingga rumusan masalah dikatakan termasuk dalam aspek ontologis.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

Dalam suatu telaah pustaka atau kajian pustaka terdapat garis besar penelitian. Garis besar penelitian tersebut meliputi:

1. Membahas mengenai objek apa saja yang dikaji dalam penelitian, bagaimana bentuk atau wujud hakiki objek tersebut, bagaimana hubungan objek dengan daya pikir manusia yang dirasakan atau ditangkap panca indera manusia

2. Bagaimana proses yang memungkinkan digalinya pengetahuan yang berupa ilmu dari hasil penelitian, bagaimana prosedurnya, hal hal apa saja yang perlu dipertimbangkan agar memperoleh hasil dari penelitian yang benar (Budiharto, 2006)

Berdasarkan hal hal penting tersebut maka telaah pustaka mengandung unsur atau landasan ontologis dan landasan epistemologis.

1. Telaah pustaka dari sudut pandang ontologi

Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani. Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis yang terkenal diantaranya Thales, Plato, dan Aristoteles. Pada masanya, kebanyakan orang belum mampu membedakan antara penampakan dengan kenyataan. Ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality yang berbentuk jasmani / kongkret maupun rohani / abstrak (Bakhtiar, 2006).

(11)

meliputi yang dipengaruhi dan yang mempengaruhi. Landasan ontologis mampu melihat atau menelaah dari sudut pandang objek apa yang ditinjau oleh ilmu dan bagaimana wujud hakiki objek tersebut. Landasan ontologis ini sesuai dengan isi kerangka penelitian yaitu meninjau tentang apa objek kerangka penelitian dan bagaiman wujud hakiki objek tersebut.

2. Telaah pustaka dari sudut pandang Epistemologi

Ada beberapa pengertian epistemologi yang diungkapkan para ahli yang dapat dijadikan pijakan untuk memahami apa sebenarnya epistemologi itu. Epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge). Masalah epistemologi bersangkutan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang pengetahuan. Dalam pembahasan filsafat, epistemologi dikenal sebagai sub sistem dari filsafat. Epistemologi adalah teori pengetahuan, yaitu membahas tentang bagaimana cara mendapatkan pengetahuan dari objek yang ingin dipikirkan (Suriasumatri, 2003).

Telaah pustaka adalah presentasi, klasifikasi dan evaluasi tentang apa yang telah ditulis oleh peneliti peneliti lain mengenai suatu objek tertentu. Meskipun demikian, tinjauan pustaka bukan hanya sekedar “daftar belanja’ tentang apa yang telah dikemukakan oleh orang lain telaah pustaka disusun berdasarkan tujuan penelitian, pertanyaan penelitian, dan masalah yang akan dipecahkan. Bersama dengan tujuan penelitian, telaah pustaka membentuk garis besar yang disusun oleh orang lain dalam bidang tersebut dan dikemas sedemikian rupa untuk memahami kebutuhan peneliti itu sendiri.

Telaah pustaka ditinjau dari landasan epistemologis menjelaskan bahwa dalam menyusun suatu penelitian dibutuhkan teori penelitian yang didasarkan pada teori pengetahuan. Landasan epistemologis ini mengacu atau memfokuskan pada teori pengetahuan tersebut. Obyek dari epistemologi bisa juga merupakan “seluruh proses yang terlibat dalam suatu usaha untuk memperoleh pengetahuan” (Suriasumantri, 2005). Sehingga jika ditinjau dari landasan epistemologis, telaah pustaka suatu penelitian merupakan uraian yang membahas bagaimana peneliti mengalirkan jalan pemikiran secara logis dalam rangka memecahkan masalah yang telah dirumuskan.

(12)

Perumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara atau dugaan terhadap pertanyaan yang diajukan.Pengujian hipotesis merupakan pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis yang diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta yang mendukung hipotesis tersebut. Penarikan kesimpulan yang merupakan penilaian apakah sebuah hipotesis ditolak atau diterima. Maka dari pengertian tersebut hipotesis dapat dimasukkan dalam kategori aksiologis (Suriasumantri, 2005).

C. Kerangka Berpikir

Dalam pengajuan hipotesis yang merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara berbagai faktor yang saling terkait. Kerangka berpikir disusun secara rasional berdasarkan premis-premis ilmiah yang teruji kebenarannya dengan memperhatikan bukti empiris yang relevan dengan permasalahan. Kerangka berpikir termasuk dalam episemologi (Suriasumantri, 2005).

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian memaparkan apa, mengapa dan bagaimana masalah akan diteliti. Penyusunan desain penelitian ditetapkan setelah topik penelitian ditentukan. Desain penelitian mengandung dua inti penting yaitu substansi penelitian dan metode penelitian [CITATION WGu \l 1033 ].

Dalam hal ini, desain penelitian merupakan aspek ontologis dan epistimologis. Dari aspek ontologis dapat ditinjau dari adanya paparan mengenai penelitian apa yang akan dilakukan, serta apa substansi yang terkait di dalamnya. Sedangkan dari aspek epistimologis, dapat ditinjau dari paparan mengenai bagaimana penelitian tersebut akan dilakukan, hal ini tertuang dalam penjelasan mengenai metode penelitian.

B. Populasi dan Sampel

(13)

merupakan bagian dari populasi. Pada bagian ini dijelaskan mengenai target populasi dan sampel yang akan dituju serta bagaimana prinsip proses penarikan sampel [ CITATION WGu \l 1033 ]. Dari hal tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa sub bab ini merupakan aspek ontologis dan epistimologis dari sebuah metode penelitian.

C. Variabel dan Definisi Operasional

Jenis variable penelitian merupakan aspek ontologis, karena menjelaskan variable apa yang akan diteliti. Definisi operasional variable merupakan aspek ontologis dan epistimologis karena menjabarkan apa yang dimaksud dari variable yang digunakan beserta penjelasan mengenai skala pengukuran dan metode pengukurannya.

D. Instrumen Penelitian

1. Penelitian kualitatif

Bagian ini berisi uraian tentang macam spesifikasi instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data. Perlu disertai uraian tentang reliabilitas dan validitasnya serta pembenaran atau alasan menggunakan instrumen tersebut.

2. Penelitian kuantitatif

Bagian ini berisi uraian tentang macam spesifikasi instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data. Perlu disertai uraian tentang reliabilitas dan validitasnya serta pembenaran atau alasan menggunakan instrumen tersebut (Nursalam, 2008).

Ditinjau dari filsafat ilmu, instrumen penelitian termasuk ke dalam ontologis. Landasan ontologis adalah hal-hal yang berkaitan dengan objek yang ditelaah. Oleh karena divertifikasi ilmu terjadi atas dasar spesifikasi objek telaahannya, setiap disiplin ilmu mempunyai landasan ontologis yang berbeda. (Budiharto, 2008)

E. Teknik Pengumpulan Data

Secara garis besar teknik yang dapat digunakan untuk pengumpulan data yaitu:

1. Wawancara

2. Angket

3. Pengamatan

4. Pemeriksaan (Budiarto, 2002)

(14)

F. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas untuk alat ukut yang mnghasilkan nilai kuantitatif. Alat pengumpul data berupa wawancara terbuka, pedoman observasi, format penjaring data dan sejenisnya tidak perlu diuji (dan memang tidak dapat diuji) validitas dan reliabilitas. Perihal uji validitas dan reliabilitas, peniliti dapat saja menggunakan instrumen baku yang validitas dan reliabilitasnya telah diuji oleh ahli lain. (Danim& Darwis, 2003)

Uji validitas dan realibilitas ditinjau dari filsafat ilmu termasuk dalam epistemologis. Epistemologi atau filsafat pengetahuan pada dasarnya juga merupakan suatu upaya rasional untuk menimbang dan menentukan nilai kognitif pengalaman manusia dalam interaksinya dengan diri, lingkungan sosial dan alam sekitarnya. (Sudarminta, 2002)

G. Analisis Data

Pada proses penelitian memerlukan suatu analisis untuk memperoleh kebenaran data. Hasil analisis tersebut dapat ditafsirkan untuk menjawab suatu pemasalahan yang telah dirumuskan, berdasarkan teknik analisis yang telah ditentukan dan sesuai dengan pemasalah yang akan dikaji. Analisis adalah proses menyusun data yang dapat ditafsikrkan. Di mana analisis data merupakan tahap suatu proyek penelitian yang mencoba menjawab pertanyaan, “apa yang telah kita temukan?” dan “apa yang diungkap oleh data?”. Kemudian dalam analisis data ini apa yang orang lakukan terhadap questioner, wawancara, dokumen, data eksperimen, catatan kancah (lapangan), atau data lain yang dikumpulkan selama berlangsungnya proyek penelitian. Analisis ini biasanya dikerjakan setelah selesai pengumpulan data, sebagai penulisan dan pelaporan hasil penelitian. Analisis data termasuk dalam epistemologis.

H. Kesulitan penelitian

1. Desain penelitian kualitatif itu adalah peneliti sendiri, sehingga peneliti lah yang paham pola penelitian yang akan dilakukan;

(15)

3. Ragam ilmu social yang variasinya bermacam-macam sehingga memiliki tujuan dan kepentingan yang berbeda-beda pula terhadap metode penelitian kualitatif. (Burhan, 2008)

4. Mencari sumber yang akuntabel

Sumber yang akuntabel diperlukan dalam rangka mempertanggungjawabkan keilmiahan suatu karya. Suatu sumber dikatakan akuntabel salah satunya dapat dilihat dari pengarangnya Sebagai mahasiswa yang selalu membutuhkan referensi untuk memenuhi tugas kuliah maupun menyusun penelitian, hendaknya harus hati-hati dalam memilih sumber.

Penyajian sumber juga menentukan kualitas sumber. Misalnya, banyak tulisan-tulisan yang isinya ilmiah, isinya seputar ilmu bidang yang dikuasai penulis, penulisnya telah menempuh pendidikan tinggi, namun tulisan tersebut disajikan dalam situs jejaring sosial yang tidak resmi, misalnya dalam blog. Sumber tersebut menjadi tidak akuntabel. Sumber dalam dunia maya, seperti blog, situs-situs tidak resmi yang tidak mendapatkan izin pembublikasian tidak dapat dikatakan sebagai sumber yang akuntabel.Namun demikian, tidak berarti bahwa semua sumber dari dunia maya tidak akuntabel.Sebagai fungsinya yang mempermudah komunikasi dan sumber pengetahuan yang mendunia, dunia maya banyak memberikan keuntungan bagi penggunanya salah satunya menyediakan sumber-sumber ilmiah hasil penelitian di seluruh dunia baik dalam bentuk buku maupun jurnal yang telah mendapat izin publikasi dan dapat dibaca maupun didownload.Tulisan-tulisan penelitian yang telah menjadi jurnal baik nasional maupun internasional dan buku-buku bacaan primer yang pengarangnya berkualitas merupakan sumber-sumber yang sangat akuntabel.

Dilihat dari beberapa keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa kesulitan penelitian termasuk ontologis.

(16)

Sebagai peneliti, kita tidak akan bisa membuat proyek penelitian kita berhasil tanpa ada bantuan dari orang lain. Jika peneliti mengharapkan mereka (calon responden) untuk menyisihkan waktu mereka yang berharga untuk membantu kita (peneliti), maka sebaiknya kitapun memberikan mereka sesuatu sebagai timbal baliknya. Banyak orang yang dengan senang hati memberikan banyak informasi personal selama penelitian kita, oleh karena itu kitapun perlu menghargai mereka dan informasi yang mereka berikan dengan penuh kejujuran dan kehormatan.Hal seperti inilah yang merupakan Kode Etik Penelitian.

Konsep etika penelitian bermanfaat untuk:

1. Memberikan struktur untuk analisis dan membuat keputusan.

2. Membantu dan mengingatkan peneliti untuk melindungi subjek (manusia).

3. Memberikan definisi praktis tentang manfaat dan risiko sesuai dengan pedoman untuk mengevaluasi dan menimbang manfaat serta risiko penelitian yang dilakukan.

Terdapat beberapa masalah etika dalam penelitian seperti misalnya: 1. Tidak adanya informed consent

2. Pemaksaan atau intimidasi terhadap relawan 3. Menggunakan populasi yang rentan

4. Eksploitasi populasi rentan 5. Tidak memberikan informasi 6. Tidak memberikan pengobatan

7. Tidak memberikan informasi mengenai risiko 8. Membahayakan subyek

(17)

10. Penipuan

11. Pelanggaran hak-hak subyek

Prinsip-Prinsip yang harus diperhatikan oleh seorang peneliti berkaitan dengan etika antara lain: 1. Plagiarisme

Tindakan mengutip ide orang lain tanpa mengakui/menyebutkan sumbernya. 2. Manipulasi Penelitian

Meliputi tindakan peneliti yang memalsukan, mengarang, atau menciptakan data sendiri sesuai dengan keinginan peneliti.

3. Identitas Pribadi dari Objek Penelitian

Identitas pribadi dari objek yang diteliti perlu dirahasiakan demi melindungi karier, pergaulan, privasi, maupun status sosial dari yang bersangkutan.

4. Akses ke Objek Penelitian

Jika objek yang diteliti menyangkut properti pribadi, maka diperlukan ijin dari pemilik demi menghormati hak milik orang lain.

5. Independensi Penelitian.

Peneliti harus menjaga independensinya sebagai wujud pertanggungjawaban profesional. Etika penelitian termasuk ke dalam ontologis.

BAB IV. HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

(18)

yang akan dijadikan teori baru apabila sesuai dengan hasil penelitian. Sedangkan, aspek epitimologis merupakan pertanggung jawaban pernyataan pengetahuan yang dimiliki manusia.

(Suriasumantri, 2005)

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Pembahasan hasil penelitian karya ilmiah termasuk aspek epistimologis. Aspek epistimologis memiliki sifat empirisme dan positivisme. Postivisme mengajarkan bahwa kebenaran ialah yang logis, ada bukti empirisme, yang terukur. Pembahasan penelitian merupakan pembahasan logis yang membandingkan hasil penelitian dengan teori yang telah ada sehingga bisa mendapatkan teori baru. Oleh sebab itu, pembahasan hasil penelitian dikatakan termasuk aspek epistimologis. (Mustansyir & Munir, 2006)

BAB V. KESIMPULAN & SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan bukan hasil penelitian melainkan interpretasi penulis tentang hasil penelitian. Kesimpulan harus singkat dan padat. Sesudah membaca pendahuluan, kadang kala pembaca yang sibuk langsung beralih pada kesimpulan sehingga kesimpulan yang dibuat penulis haruslah komprehensif.

Kesimpulan yang disusun penulis berisi penilaian terhadap hipotesis yang meliputi apakah suatu hipotesis yang telah dibuat sebelumnya diterima atau ditolak. Penilaian terhadap hipotesis ini didasarkan pada proses pengujian terhadap fakta fakta yang ada dari hasil penelitian dan cukup kuat untuk dijadikan penilaian terhadap hipotesis. Hipotesis yang telah terbukti kebenarannya kemudian menjadi pengetahuan baru.

Kesimpulan merupakan interpretasi penulis tentang keseluruhan kaya ilmiah tersebut sehingga dalam penyusunannya bisa didasarkan pada tiga landasan yaitu landasan ontologis, epistemologis, dan aksiologis (Suriasumantri, 2005).

(19)

Saran dibuat sesuai dengan kesimpulan sehingga digolongkan sebagai epistemologis (Suriasumantri, 2005).

BAB IV

KESIMPULAN

1. Metode ilmiah adalah teknik pendekatan yang memiliki tahap-tahap sistematis dalam suatu penelitian ilmiah yang dilakukan untuk memecahkan masalah-masalah.

2. Ontologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang hakikat sesuatu yang berwujud (yang ada) dengan berdasarkan logika.

3. Epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber, struktur, metode dan sahnya (validitasnya) pengetahuan

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiar , Amsal. 2006. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Budiarto, E. 2002. Biostatistika. Jakarta: EGC

Budiharto. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan dengan Contoh Bidang Ilmu Kesehatan Gigi. Jakarta: EGC

Danim, S. & Darwis. 2003. Metode Penelitian Kebidanan: Prosedur, Kebijakan, dan Etik. Jakarta: EGC.

Danusubroto, S. 2013. Kajian Ilmiah Masalah Perbedaan Pendapat 4 Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara. Yogyakarta: PSP UGM.

Delfgraauw, B. 1992. Sejarah Ringkas Filsafat Barat (Terjemahan Soejono Soemargono). Yogyakarta: Tiara Wacana Jogja

Gulo, W. 2000. Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo. Hartono. 2004. Statistik untuk Penelitian. Yogyakarta: LSFK2P.

Indriantoro, N dan Supomo, B. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntasi dan Manajemen.Edisi 1. Yogyakarta: BPFE

Kelinbaum, D.G., kupper, L.L., & Muller, K.E. 1998. Applied Regression Analysis and Other Multivariable Methods. New York: Duxbury Press. ITP (An International Thomson Publishing Company).

Kirk, Roger E. 1995. Experimental Design Procedural Sciences. New York: Brooks/Cole. ITP (An International Thomson Publishing Company).

Mason, R.D. Lind, D.A. & Marchal, W.G. 1994. Statistic an Introduction (Second edition). New York: Harcourt Brace Jovanovich Publishing

Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman. 1992. Qualitative data Analysis. Diterjemahkan oleh Tjetjep Rohendi Rohidi; pendamping Mulyarto. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

Moleong, J.L. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Mustansyir, R dan Munir, M. 2006. Filsfat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajarode Pene

Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Noerhadi. T. H., 1998, Filsafat Ilmu Pengetahuan, (Diktat Kuliah), Pascasarjana Universitas Indonesia

Notohadiprawiro, T. 2006. Metode Penelitian dan Penulisan Ilmiah. Yogyakarta: UGM

Qomar, Mujamil. 2006. Epistemologi Pendidikan Islam dari Metode Rasional Hingga Metode Kritik. Penerbit Erlangga: Jakarta.

Ruwanto, Bambang. 2006. Asas-Asas Fisika. Penerbit Yudhistira: Jakarta. Sudarminta, J. 2002. Epistemologi dasar. Yogyakarta: Kanisius

Sumantri, Jujun Suria. 2010. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Pustaka Sinar Harapan: Jakarta

Suriasumantri, J. 2005. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Thoha, M. 2003. Membangun Paradigma Baru Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan. Jakarta: PPE-LIPI

Referensi

Dokumen terkait

Dibimbing oleh LUKY ADRIANTO dan

[r]

Sehinga dapat dikatakan bahwa Pembelajaran IPA terpadu pada tema pestisida dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berpandekatan SETS meningkatkan hasil belajar

Telah dibuat alat ukur konduktivitas panas bahan homogen dengan metode Needle Probe, yaitu suatu metode pengukuran dengan menggunakan batang probe dari logam yang

Kesimpulan Pada jurnal kelas rendah dan tinggi ditemukan bahwa sikap ketaatan beribadah peserta didik tergolong kategori tahapan mulai berkembang, karena dalam

¤ Dalam skala kecil kalsium dapat dibuat melalui reduksi dari CaO dengan aluminium atau reduksi CaCl2 dengan logam natrium... Stronsium adalah unsur kimia dengan lambang

Temuan penelitian ini, wanita pengusaha mampu menggali informasi, mampu memberi rasa nyaman kepada pihak lain saat negosiasi, memiliki kesabaran bertahan lebih lama

2. Persyaratan teknis yang dipakai dalam perencanaan ini yaitu: a) pipa transmisi diasumsikan menggunakan pipa diameter 4 inchi untuk mencegah terjadinya peningkatan