• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMPOSISI LUAS RELUNG DAN TUMPANG TINDIH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KOMPOSISI LUAS RELUNG DAN TUMPANG TINDIH"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

KOMPOSISI, LUAS RELUNG DAN TUMPANG TINDIH MAKANAN KOMUNITAS

IKAN DOMINAN DI DANAU LAUT TAWAR

Food Composition, niche breadth and Overlap of Fish Commumnity at Laut Tawar Lake

Iwan Hasri

1

Juandela Rosa

1

dan Laila Fitri

1

1

Program studi Budidaya Perairan, Universitas Gajah Putih Takengon

Jl. Takengon Isaq Km 7 Blang Bebangka Pegasing Aceh Tengah e-mail korespondensi: iwanhasri@yahoo.com

ABSTRAK

Ketersediaan pakan dan kebiasaan ikan dalam memilih pakan sangat menentukan struktur komunitas ikan dan produksi ikan suatu perairan. Tujuanpenelitian adalah untuk mengakji komposisi, relung dan tumpang tindih makanan komunitas ikan dominan. Penelitian dilakukan pada bulain Mei, Juli dan Oktober 2012 di empat stasiun yang mewakili semua zona di danau Laut Tawar. Ikan ditangkap menggunakan jaring insang (ukuran mata jaring 3/8;5/9;5/8;1,5;2,5;3,5;4,5 inchi), bubu dan jaring angkat. Data yang dikumpulkan berupa panjang, berat dan pemeriksaan isi saluran pencernaan. Kebiasan makanan ikan dianalisa berdasarkan indeks bagian terbesar, luas relung dan tumpang tindih luas relung makan. Hasil penelitian diperoleh 13 jenis ikan yang tertangkap selama penelitian terdapat 7 jenis ikan yang dominan yaitu Rasbora tawarensis, Poropuntius tawarensi, Osteochilus sp, Oreochromis niloticus, Xiphophorus hellery, Poecilia reticulata dan Rasbora sp. Ikan dominan memiliki makanan utama fitoplankton, ikan endemik Rasbora tawarensis memiliki makanan utama insekta. Berdasarkan komposisi makanan ikan nila cukup tinggi di empat stasiun. Komposisi bervariasi tergatung pada spesies ikan. Pemanfaatan makanan antara ikan P. tawarensis, Osteochilus sp, Oreochromis niloticus, Xiphophorus hellery, Poecilia reticulata dan Rasbora sp menunjukkan terjadi persiangan dalam mencari makan.

PENDAHULUAN

Danau Laut Tawar merupakan danau tektonik yang terletak di Kabupaten Aceh Tengah dengan luas 5 472 Ha. Terdapat 21 jenis ikan yang ditemukan di Danau Laut Tawar yang terdiri dari native dan introduksi (Muchlisin et al. 2009). Estimasi potensi produksi ikan Danau Laut Tawar berdasarkan produktivitas primer fitoplankton adalah sebesar 70.8 kg/ha/tahun (Kartamihardja et al. 1995) dan pada tahun 2010 diperkirakan potensi ini terus meningkat akibat perubahan status perairan yang menjadi eutrofikasi (Nurfadillah 2010).

(2)

persaingan ruang dan makanan. Selain itu perubahan status perairan akibat peran jenis ikan dalam pemanfaatan pakan alami tidak lengkap.

Peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan hasil tangkapan yang berkelanjutan menjadi tujuan bersama. Dalam rangka pembangunan perikanan daerah dan peningkatan pendapatan masyarakat nelayan sekitar Danau maka untuk itu perlu dikaji komposisi, luas relung dan tumpang tindih makanan komunitas ikan. Harapannya agar program pemerintah dalam pemacuan stok ikan di Danau Laut Tawar dapat tepat sasaran tanpa mengakibatkan ikan asli dan endemik perairan ini terancam. (Mendale) merupakan kawasan yang menerima limbah dari kota Takengon, III (Kelitu) merupakan fishing ground, IV (Bintang) merupakan kawasan yang tertutup dan memiliki inlet terbesar.

Pengambilan ikan contoh dilakukan dengan jarring insang tinggi 4 m, panjang jaring 200 m ukuran mata jaring 5/9 sampai 4.5 inchi. Jaring dipasang pada sore hari dan kemudian diangkat pada pagi hari. Sampel ikan juga dikumpulkan dari hasil tangkapan nelayan di Danau Laut Tawar yang menggunakan alat tanggkap bubu dan jaring nagkat. Ikan yang ditangkap segera diawetkan dengan formalin 10% dan dikelompokkan berdasarkan daerah penangkapannya. Panjang ikan total ikan contoh diukur dari ujung kepala terdepan sampai ujung sirip ekor paling belakang menggunakan penggaris. Berat total menggunakan timbangan digital ketelitian 0.01 gram.

Selanjutnya ikan dibedah dengan gunting bedah, dimulai dari anus menuju bagian atas perut dibawah garis sisi dan menyusuri garis sisi tersebut sampai bagian belakang tutup insang kemudian dilanjutkan kearah ventral hingga ke dasar perut. Otot dibuka sehingga organ dalam ikan dapat terlihat. Sehingga organ pencernaan dipisahkan dari organ lainnya. Isi usus dipisahkan kemudian dimasukkan kedalam gelas ukur dan diencerkan dengan aquades yang perbandingan satu satu bagian usus dan sembilan bagian aquades.

(3)

Gambar 1. Peta Lokasi Pengambilan Contoh

Analisa Data

Kebiasaan makanan dianalisis dengan menggunakan indeks bagian terbesar (Index of Propenderance, IP), yang merupakan gabungan dari metode frekuensi kejadian dengan metode volumetrik. Analisis nilai indeks bagian terbesar dihitung dengan menggunakan rumus perhitungan menurut Natarajan dan Jhingran (1961) in Effendie (1979) sebagai berikut :

Keterangan : IPi = Indeks bagian terbesar (Index of Propenderance); Vi = Persentase volume makanan ikan

jenis ke-i; Oi= Persentase frekuensi kejadian makanan jenis ke-i

Perhitungan luas relung makanan dilakukan untuk melihat proporsi sumberdaya makanan yang dimanfaatkan oleh ikan dan adanya selektivitas suatu jenis individu dalam suatu spesies yang sama terhadap sumberdaya makanan pada habiatat tertentu (Krebs, 1898). Perhitungan luas relung makanan de ga e ggu aka etode Le i ’s Measure Coll el da Futu a a, 9 , aitu :

St IV St III

(4)

[∑ ] Keterangan :

BA= Luas relung kelompok ukuran ikan ke-i terhadap sumberdaya makanan ke-j; Pij = Proporsi dari kelompok

ukuran ikan ke-I yang berhubungan sumberdaya makanan ke-j; n = Jumlah makanan kelompok ukuran ikan

i= , , ,…

Nilai Tumbang tindih relung makanan menunjukkan adanya kesamaan jenis makanan yang dimanfaatkan antar ika . Perhitu ga tu pa g ti dih ika relu g aka a e ggu aka “i plified

Morisita I dek Hor , 9 in Krebs, 1989) yaitu :

∑ ∑

Keterangan ;

Cij = Indeks Morisita yang disederhanakan

Pij; Pik = Proporsi jenis organisnme makanan ke-i yang digunakan oleh 2 kelompok ukuran ke-j dan kelompok

lukuran ikan ke-k; n = Jumlah organisme makanan; m,l = Jumlah kelompok ukuran ikan,

HASIL

Komposisi Hasil Tangkapan

(5)

Gambar 2. Komposisi ikan sampel selama penelitian

Komposisi Makanan

Ikan nila, nilem, relo, plati pedang, kawan dan bontok memiliki pakan utama fitoplankton. Makanan tambahan untuk nila, plati pedang dan nilem berupa serasah (detritus). Ikan kawan dan relo memiliki makanan tambahan berupa zooplankton. Berbeda dengan ikan bontok/seribu memiliki makanan tambahan moluska. Ikan depik yang merupakan ikan endemic di danau Laut Tawar memiliki makanan utama serangga air dengan makanan tambahan fitoplankton (Gambar 2).

Luas Relung Makanan

(6)

Gambar 3. Kebiasaan makan komunitas ikan dominan di Danau Laut Tawar

Tabel 1. Luas relung makanan komunitas ikan domisnan di Danau Laut Tawar Spesies Ikan Luas Relung Standarisasi

Kawan 1.51 0.08

Nila 1.71 0.14

Depik 1.02 0.01

Nilem 1.68 0.14

Bontok 1.50 0.12

Relo 1.49 0.16

Plati Pedang 1.36 0.07

Tumpang Tindih Makanan

Nilai tumpang tindih makanan diantara ke-7 jenis ikan tertera pada Gambar 3. Pemanfaatan makanan antara ikan kawan, plati pedang, nilem, relo, nila, dan bontok menunjukan kompetisi yang sangat nyata. Sedangkan pemanfaatan sumber daya pakan antar ikan dominan lain dengan depik menunjukan kompetisi yang tidak nyata.

0 20 40 60 80 100

Kawan Nila Depik Nilem Bontok Relo Plati Pedang

Bacillariophyceae Chlorophyceae Cyanophyceae Dinophyceae

Desmidiaceae Myxophyceae Rotifera Zooplankton

(7)

Tree Diagram for 7 Variables

Gambar 4. Tumpang Tindih Makanan Ikan Dominan di Danau Laut Tawar

PEMBAHASAN

Hasil tangkapan ikan selama penelitian berfluktuasi secara nyata. Ikan dominan yang tertangkap selama penelitian yaitu ikan depik, nila, kawan, plati pedang, relo, bontok dan nilem. Ikan depik, nila, relo dan bontok tertangkap pada setiap stasiun pengamatan. Ikan nilem hanya tertangkap pada stasun I dan IV dan ikan kawan hanya tertangkap di stasiun I dan III. Perbedaan ini diduga akibat tingkah laku dalam pemilihan habitat menyebabkan kelimpahan ikan dan kehadiran ikan tiap lokasi berbeda. Berdasarkan Bhukaswan (1980) faktor yang mempengaruhi distribusi spasial ikan yaitu tingkah laku dalam pemilihan habitat dan interaksi dengan faktor lingkungan. Tingkah laku pemilihan habitat ditentukan oleh aktivitas ikan antara lain dikelompokkan dalam aktivitas mencari makan dan pemijahan (Hartoto 1998). Larger (1972) menyatakan bahwa keberadaan suatu jenis ikan disuatu perairan memiliki hubungan erat dengan keberadan makanannya. Ikan cenderung mencari makan pada daerah yang kaya akan sumberdaya makanan yang disukai. Berdasarkan Hasri et al (2011) ikan depik menyebar secara merata di Danau Laut Tawar.

(8)

Ikan endemik Danau Laut Tawar yaitu depik memiliki pakan utama serangga 98.82% dengan makanan tambahan fitoplankton 0.89%. Ikan endemik kawan memiliki pakan utama fitoplankton dari kelas Bacillariophyceae dengan pakan tambahan detritus dan zooplankton. Ikan relo memiliki pakan utama fitoplankton dengan pakan tambahan zooplankton.

Ikan nilem yang keberadaannya mulai berkurang akhir-akhir ini memiliki pakan utama fitoplankton dari kelas Bacillariophyceae dan Chlorophyceae dengan pakan tambahan detritus. Berdasarkan Purnamningtyas dan Tjahjo (2009) bahwa ikan nilem memiliki pakan utama detritus. Ikan nilem di Danau Maninjau dijadikan alternative penebaran untuk mengatasi blooming fitoplankton karena memanfaatkan jenis fitoplankton Cyanophyceae dan Chhlorophyceae (Syandri 2004)

Ikan bontok (P. reticulata) di Jawa Barat dikenal dengan nama ikan seribu dan nama umum yaitu ikan guppy. Ikan bontok memiliki pakan utama fitoplankton dengan pakan tambahan moluska. Berdasarkan Zandona (2010) in Sulistiono et al. (2010) ikan seribu di anak sungai Trinidad memnafaatkan fitoplankton, detritus dan avertebrata akuatik. ikan seribu memiliki kelenturan makanan (Plasticity of food habits). Ikan seribu di Telaga Warna hanya menkonsumsi fitoplankton (Sulistiono et al. 2010).

Ikan plati pedang (X. hellerii) memiliki pakan utama fitoplankton dengan pakan tambahan detritus. Berdasarkan Sulistiono et al. (2010) bahwa ikan cingir putri (X. hellerii) menkonsumsi fitiplankton dan zooplankton. Berdasarkan perbedaan konsumsi ikan X. hellerii disebabkan oleh kemampuan ikan dalam mengembangkan kelenturan kebiasaan makanan ikan.

Luas relung pakan yang paling luas adalah ikan nila dapat disimpulkan bahwa ikan nila memanfaatkan kelompok pakan dalam jumlah yang banyak dan seimbang. Hal ini terbukti dengan dominannya hasil tangkapan ikan nila di Danau Laut Tawar. Berdasarkan Tjahjo et al (2001) ikan nila merupakan ikan yang dominan di waduk Darma karena memiliki luas relung pakan yang cukup tinggi, hal ini menunjukkan bahwa ikan nila memiliki kemampuan dalam menyesuaikan terhadap fluktuasi sumberdaya pakan. Colwell dan Futuyma (1971) mengatakan bahwa, semakin besar nilai nilai luas relung maka pola makanan semakin generalis dan tidak selektif terhadap organisme yang dimakan, sedangkan luas relung makanan yang kecil mencirikan bahwa ikan tersebut lebih selektif dalam memilih makanannya.

(9)

Menurut Larger (1972) tidak semua sumberdaya pakan yang tersedia di suatu perairan akan disukai oleh ikan, namun tergantung dari ukuran makanan, ketersediaan makanan di alam dan selera ikan terhadap makanan itu sendiri. Ikan keperas yang besar memiliki luas relung ekologi yang tinggi dibandingkan ikan berukuran kecil (Hedianto et al 2010). Berdasarkan hasil pengamatan ikan nila dan nilem memiliki luas relung makanan yang besar disebabkan oleh ukuran ikan yang cukup besar dibandingkan komunitas ikan dominan di Danau Laut Tawar.

Nilai tumpang tindih relung makanan dapat terjadi bila ada kesamaan jenis makanan yang dimanfaatkan oleh dua atau lebih kelompok ikan. Bila tumpang tindih yang diperoleh mendekati 1, maka kedua kelompok yang dibandingkan mempunyai jenis makanan yang sama. Sebaliknya, bila nilai mendekati nol, artinya tidak diperoleh jenis makanan yang sama antar kedua kelompok yang dibandingkan (Colwell dan Futuyma 1977). Tumpang tindih relung makanan terjadi antara ikan Plati pedang, kawan, nila, relo , bontok dan nilem hal ini ditunjukkan dengan nilai tumbang tindih yang mendekati satu sedangkan ikan depik memiliki nilai nol. Nilai tumpang tindih relung makanan yang besar tidak mengindikasikan terjadi kompetisi (Collwell dan Futuyma 1977). Nilai tumpang tindih yang besar bias diakibatkan oleh kelimpahan jenis organisme yang dominan di perairan.

KESIMPULAN

1. Komunitas ikan dominan di Danau Laut Tawar memanfaatkan fitoplankton sebagai makanan utama, kecuali ikan depik yang memanfaatkan insekta sebagai makanan utama.

2. Ikan nila dan nilem memiliki luas relung makanan yang cukup tinggi dibandingkan dengan komunitas ikan lainnya. Ikan depik memiliki luas relung makanan yang sempit.

3. Terjadi tumpang tindih relung makanan di Danau Laut Tawar antara ikan nila, nilem, plati pedang, relo, bontok dan kawan.

SARAN

Perlu dilakukan penebaran ikan yang sesuai dengan ketersediaan pakan di Danau Laut Tawar sehingga hasil tangkapan nelayan meningkat serta kelestarian ikan endemic tetap terjaga.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Koordinator Kopertis Wilayah I Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi yang telah mendanai penelitian ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Fakultas Pertanian Gajah Putih yang telah banyak membantu dalam penelitian ini.

(10)

Bhukaswan T. 1980. Management of Asian Reservoir Fisheries. FAO Fish Technical paper 207:69. Celwell RK and Furuyma, DJ. 1971. One the measurement of niche breadth and overlap. Ecology

52(4):567-576

[Disnakkan] Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Aceh Tengah. 2011. Data Statistik Perikanan Kabupaten Aceh Tengah. Takengon. 30 hal.

Effendie MI. 2002. Biologi Perikanan. Edisi Revisi. Yayasan Dewi Sri. Bogor. 112 hal.

Hartoto DI, Sarniat AS, Sjafei DS, Satya A, Syawal Y, Sulastri, Kamal MM, dan Siddik Y. 1998. Kriteria Evaluasi Suaka Perikanan Darat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Limnologi LIPI. Cibinong. Larger KF, Bardach JE, Miller RH, and Passino RM. 1977. Ichthyology. John Wiley dan Sons. Inc.

Toronto, Canada.

Hasri I, M. Kamal dan Zairion. 2011. Pertumbuhan dan laju eksploitasi ikan endemik Rasbora tawarensis (Weber & de Beaufort, 1916) di Danau Laut Tawar, Aceh Tengah. Jurnal Iktiologi Indonesia 1( 1) : 26-33.

Hasri I, M. Kamal dan Zairion. 2011. Distribusi Spasial dan Kondisi Lingkungan Perairan IKan Endemik Rasbora tawarensis (Weber & de Beaufort, 1916) di Danau Laut Tawar, Aceh Tengah. Jurnal Iktiologi Indonesia 11( 1) : 21-28.

Hedianto DA, R Affandi dan SN Aida. 2010. Komposisi dan Luas Relung Makanan Ikan Keperas (Cyclocheilicthys apogon, Valenciennes, 1842) di Sungai Musi. JurnalIktiologi Indonesia 10( 1) : 73-81.

Kartamihardja ES, Satria H, Sarnita AS. 1995. Limnologi dan potensi produksi ikan Danau Laut Tawar, Aceh Tengah. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia 1(3) : 11-25.

Kartamihardja ES, dan C Umar. 2006. Struktur dan Kebiasaan Makan Komunitas Ikan Di Zona Limnetik Waduk Ir. Djuanda, Jawa Barat. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia 1(3) : 11-25. Krebs, CJ. 1989. Ecological methodology. Harper Collins Publisher. Inc. New York. 654p

Muchlisin ZA dan Azizah SMN, Rudi E, Fadli N. 2009. Danau Laut Tawar dan Permasalahannya.

“e i ar Da au Laut Ta ar “a e Depik . Paper. -10

Needham JG and Needham PR. 1963. A guide to the study of freshwater biology. Fifth edition, revised and enlarged. Holden-Day. Inc., San Fransisco. 65p

Nurfadillah. 2011. Dinamika Struktur Komunitas Fitoplankton dan Status Trofik Perairan Danau Laut Tawar Kabupaten Aceh Tengah [tesis]. Bogor. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Nurnaningsih. 2004. Pemanfaatan Makanan Oleh Ikan-Ikan Dominan di Perairan Waduk Ir. H.

Djuanda [tesis]. Bogor. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Purnamaningtyas SE dan DWH Tjahjo. 2009. Kebiasaan Makan Ikan di Waduk Cirata, Jawa Barat Sebagai Data Dasar Untuk Pemacuan Stok Ikan. Prosiding Forum Pemacuan Sumberdaya Ikan II. 24 Oktober 2009.

(11)

Syandri H. 2004. Penggunaan Ikan Nilem (Ostechilus haselti CV) dan Ikan Tawes (Puntius javanicus CV) sebagai Agen Hayati Pembersih Perairan Danau Maninjau, Sumatera Barat. Jurnal Natur Indonesia 6(2) : 87-90

Tjahjo DWH, S Nuroniah dan SE Purnamaningtyas. 2001. Evaluasi Bio-Limnologi dan Relung Ekologi Komunitas Ikan untuk Menentukan Jenis Ikan yang Akan ditebar di Waduk Darma. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia 7(1) : 10-23

(12)

Nila (Oreochromis niloticus) Kawan (Poropuntius tawarensis)

Plati pedang (Xiphophorus helleri) Relo (Rasbora sp.)

Bontok (Poecilia reticulata) Peres (Osteochilus sp.)

Depik (Rasbora tawarensis)

1 cm

1 cm

Gambar

Gambar 1. Peta Lokasi Pengambilan Contoh
Gambar 2. Komposisi ikan sampel selama penelitian
Tabel 1. Luas relung makanan komunitas ikan domisnan di Danau Laut Tawar
Gambar 4. Tumpang Tindih Makanan Ikan Dominan di Danau Laut Tawar

Referensi

Dokumen terkait

Pendapat lain dari Markaban (2008) menjelaskan bahwa kelebihan dari Model Pembelajaran discovery learning adalah sebagai berikut: (1) Siswa berpartisipasi aktif selama

Malindo Feedmill (MAIN) mengalokasikan 15% dari total perolehan laba bersih tahun 2013 yang sebesar Rp 241,25 miliar untuk dividen atau senilai total dividen Rp 35,8 miliar

1 Bagaimana dengan kesediaan waktu dan perhatian yang diluangkan dokter untuk konsultasi?. 2 Bagaimana dengan kesediaan waktu dan perhatian yang diluangkan petugas

Data Hasil Penetapan Kadar Vitamin C dari Sampel yang Dianalisis. Hasil Penetapan Kadar Vitamin C dari

Hasil analisis data hipotesis menggunakan uji sampel paired t-test dapat diketahui bahwa hasil pada pre-test dan post- test kelompok eksperimen terlihat bahwa p = 0.000 (p

Dan hal ini menjadi tugas bagi guru praktikan agar mencari tau bagaimana menimbullcan persepsi yang bagus terhadap dirinya oleh siswa sehingga pembelajaran di kelas menjadi

En el esquema que aparece a continuación se muestra el circuito de frenado del kart, en el cual se observa como el pedal de freno va conectado directamente al vástago

Pemberian MSG pada kelompok perlakuan sesuai dosis konsumsi rata-rata di Indonesia selama 20 dan 40 hari diperoleh gambaran mikroskopik sediaan testis tikus