• Tidak ada hasil yang ditemukan

proposal Pengaruh Model Pembelajaran CIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "proposal Pengaruh Model Pembelajaran CIR"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CIRC (COOPERATIVE, INTEGRATED, READING, AND COMPOSITION) TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 1 PALEMBANG

1. Latar Belakang

Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena pendidikan adalah salah satu cara untuk mengetahui dan mengembangkan potensi dalam diri manusia yang belum diketahui. Sepatutnya, pendidikan mendapatkan perhatian terus menerus dalam upaya peningkatan mutunya dari waktu ke waktu tanpa henti karena dengan pendidikan yang bermutu akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Indonesia dalam Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003, Bab I, Pasal 1 menyatakan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

(2)

dasar, satuan pendidikan sekolah menengah pertama, dan sekolah menengah atas. Fungsi kurikulum dalam pendidikan tidak lain merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam hal ini Kurikulum 2013, menurut Poerwati dan Amri (dikutip Nurdiana, 2015:17), yaitu kurikulum yang terintegrasi, maksudnya adalah suatu model kurikulum yang dapat mengintegrasikan skill, themes, concepts, and topics baik dalam bentuk within singel disciplines, across several disciplines and within and across learners. Kurikulum 2013 memiliki empat aspek penilaian, yaitu aspek pengetahuan, aspek keterampilan, aspek sikap, dan perilaku. Di dalam Kurikulum 2013, terutama di dalam materi pembelajaran terdapat materi yang dirampingkan dan materi yang ditambahkan. Materi yang dirampingkan terlihat ada di materi Bahasa Indonesia, IPS, PPKn, dsb., sedangkan materi yang ditambahkan adalah materi Matematika.

(3)

mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media yang lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; 5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Berdasarkan tujuan pembelajaran matematika dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika dapat membantu siswa memahami konsep, menyelesaikan masalah matematis, mengkomunikasikan gagasan, dan dapat menjelaskan ide-ide, situasi dan relasi matematisnya dengan baik secara lisan maupun tertulis.

Menurut Shadiq (dikutip Ramellan, dkk, 2012:77), mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa matematika justru lebih praktis, sistematis dan efisien. Matematika merupakan bahasa yang universal, dimana untuk satu symbol dalam matematika dapat dipahami oleh setiap orang dengan bahasa apapun didunia, misalnya dalam matematika untuk menyatakan jumlah digunakan lambang ∑ dan semua orang memahami bahwa lambang itu menyatakan jumlah (Armiati, 2009:271). Kemampuan komunikasi matematis siswa perlu dikembangkan mengingat siswa-siswa yang cerdas dalam matematika seringkali kurang mampu menyampaikan hasil pemikiranya terlebih pada soal yang berbentuk cerita.

(4)

pasif karena selama pembelajaran siswa hanya mendengarkan dan mencatat. Seringkali ditemui siswa mengobrol sendiri di dalam kelas, bermain, atau menggambar. Siswa kurang menanggapi apa yang disampaikan guru. Hanya satu atau dua orang siswa yang berani bertanya kepada guru, sehingga kebanyakan dari mereka tidak terampil dalam mengkomunikasikan ide-ide atau gagasan mereka mengenai matematika. Oleh karena itu perlu memilih model atau metode pembelajaran yang tepat dan dapat mengaktifkan siswa.

(5)

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti mengambil judul “PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CIRC (COOPERATIVE, INTEGRATED, READING, AND COMPOSITION) TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADYAH 1 PALEMBANG”.

2. Masalah Penelitian

2.1 Pembatasan Lingkup Masalah

Untuk memudahkan dalam pelaksanaan penelitian serta guna menghindari salah penafsiran, peneliti perlu membatasi lingkup permasalahan sebagai berikut: 1. Pengaruh yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dilihat dari

perbandingan hasil tes akhir kemampuan komunikasi matematis kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran CIRC (Cooperative, Integrated, Reading, and Compotition) dengan kelas kontrol yang menggunkan metode pembelajaran konvensional.

2. Materi yang diajarkan dalam penelitian dibatasi hanya mempelajari materi bangun ruang sisi datar kubus dan balok.

3. Siswa yang diteliti adalah siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 1 Palembang semester genap tahun ajaran 2016/2017.

2.2 Rumusan Masalah

(6)

3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh model pembelajaran CIRC (Cooperative, Integrated, Reading, and Composition) terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 1 Palembang.

4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini pun diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi upaya berikut :

a. Bagi Siswa

Membangun daya imajinasi pikiran siswa dengan strategi penyelesaian soal cerita pada pembelajaran kooperatif tipe CIRC sehingga dapat memahami dan menyelesaikan makna yang tersirat dari soal cerita matematika

b. Bagi Guru

Membantu guru dalam menciptakan kegiatan belajar yang menarik serta memberikan alternatif dalam memilih dan menggunakan model/metode dalam mengadakan variasi terhadap pola pembelajaran matematika.

c. Bagi Sekolah

(7)

5. Landasan Teori 5.1 Tinjauan Pustaka

5.1.1 Model Pembelajaran CIRC 5.1.1.1 Pengertian

Pembelajaran CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) dikembangkan oleh Stevans, Madden, Slavin dan Farnish pada tahun 1987. Model CIRC ini merupakan pengembangan dari model kooperatif tipe TAI, yang menunjukkan bahwa kombinasi yang menggunakan kelompok pengajaran homogen dan kelompok kerja heterogen bisa bersifat praktis dan sekaligus juga efektif. Pembelajaran kooperatif tipe CIRC merupakan sebuah program pemahaman membaca dan menulis pada tingkat dasar, menengah, dan atas. CIRC terdiri dari tiga unsur penting, yaitu : kegiatan-kegiatan dasar terkait, pengajaran langsung memahami bacaan, dan seni berbahasa dan menulis terpadu (Slavin, 2016:200).

Kessler (dikutip Halimah, 2014: 27) juga berpendapat bahwa model CIRC merupakan gabungan kegiatan membaca dan menulis yang menggunakan pembelajaran baru dalam pemahaman bacaan dengan menulis. Keberhasilan metode CIRC sangat bergantung pada proses pembelajaran yang dilaksanakan.

(8)

5.1.1.2 Tujuan Model Pembelajaran CIRC

Kessler (dikutip Halimah, 2014:30), ciri-ciri model CIRC adalah: (1) adanya satu tujuan tertentu, (2) adanya tanggung jawab tiap individu, (3) dalam satu kelompok tiap anggota mempunyai kesempatan yang sama untuk sukses, (4) tidak ada kompetisi antara kelompok, (5) tidak ada tugas khusus, dan (6) menyesuaikan diri dengan kebutuhan menjadi kewajiban tiap individu. Berdasarkan ciri-ciri tersebut maka tujuan CIRC dalam prosesnya menggunakan kelompok-kelompok kooperatif untuk membantu para siswa mempelajari kemampuan memahami bacaan yang dapat diaplikasikan secara lugas. CIRC terdiri atas tiga unsur penting kegiatan dasar terkait pengajaran langsung, yaitu: pelajaran memahami bacaan, seni berbahasa, dan menulis terpadu (Slavin, 2016: 204). Semua kegiatan mengikuti siklus reguler yang melibatkan presentasi dari siswa, latihan tim, latihan independen, pra penilaian teman, latihan tambahan, dan tes. Metode CIRC pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kemampuan peserta dalam memahami isi bacaan sekaligus membina kemampuan menulis reproduksi atas bahan bacaan yang dibacanya. Metode CIRC dapat membantu guru memadukan kegiatan membaca dan menulis dalam pelaksanaan pembelajaran membaca.

5.1.1.3 Komponen-komponen Model Pembelajaran CIRC

Slavin (dikutip Halimah, 2014: 32), model pembelajaran CIRC memiliki delapan komponen. Kedelapan komponen tersebut sebagai berikut :

1. Teams, yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri atas 4 atau 5 siswa.

(9)

3. Student creative, melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya.

4. Team study, yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan guru memberika bantuan kepada kelompok yang membutuhkannya.

5. Team scorer and team recognition, yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan kriteria penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas.

6. Teaching group, yakni memberikan materi secara singkat dari guru menjelang pemberian tugas kelompok.

7. Facts test, yaitu pelaksanaan test atau ulangan berdasarkan fakta yang diperoleh siswa.

8. Whole-class units, yaitu pemberian rangkuman materi oleh guru di akhir

waktu pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah.

5.1.1.4 Langkah-langkah Model Pembelajaran CIRC

Menurut Slavin (dikutip Halimah, 2014:32), langkah-langkah model pembelajaran CIRC yaitu:

1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4-5 orang yang secara heterogen 2. Guru memberikan wacana sesuai dengan topik pembelajaran

3. Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberikan tanggapan terhadap wacana dan ditulis pada lembar kertas 4. Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok

5. Guru memberikan penguatan

(10)

Dengan mengadopsi model pembelajaran CIRC, untuk melatih dan meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa dalam menyelesaikan soal berbentuk cerita, langkah-langkah yang diterapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Guru menerangkan suatu pokok bahasan matematika kepada siswa, pada penelitian ini digunakan LKS/buku yang berisi materi bangun ruang kubus yang akan diajarkan pada setiap pertemuan.

2. Guru membentuk kelompok yang heterogen. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang.

3. Guru membagikan LKS dan soal diskusi yang telah disusun berdasarkan langkah-langkah penyelesaian masalah kemampuan komunikasi matematis dalam soal cerita matematika kepada setiap siswa dalam kelompok yang sudah terbentuk.

4. Guru memberitahukan kepada setiap kelompok agar terjadi rangkaian kegiatan CIRC yang spesifik sebagai berikut:

a) Salah satu anggota kelompok membaca atau beberapa kelompok saling membaca soal cerita tersebut.

b) Membuat prediksi atau menafsirkan atas isi soal cerita termasuk menuliskan apa yang diketahui, ditanyakan dan memisalkan yang ditanyakan dengan suatu variabel.

(11)

5. Setiap kelompok bekerja berdasarkan rangkaian kegiatan pola CIRC (team study). Guru berkeliling mengawasi pekerjaan kelompok.

6. Ketua kelompok, melaporkan keberhasilan anggota kelompoknya atau melapor kepada guru tentang hambatan-hambatan yang dialami kelompoknya. Jika diperlukan guru memberikan bantuan secara proposional. 7. Setiap kelompok harus dapat menetapkan bahwa setiap anggota kelompok

telah memahami dan dapat mengerjakan soal cerita yang diberikan guru. 8. Guru meminta beberapa perwakilan kelompok tertentu untuk menyajikan

temuannya di depan kelas.

9. Guru bertindak sebagai narasumber atau fasilitator jika diperlukan.

10. Guru memberikan penguatan kepada perwakilan kelompok yang telah menyajikan temuannya di depan kelas.

11. Guru bisa membubarkan beberapa kelompok yang dibentuk dan mempersilahkan untuk kembali ke tempat duduknya masing-masing.

12. Menjelang akhir waktu guru dapat mengulangi materi yang disampaikan dan strategi penyelesaian soal cerita.

13. Guru memberikan tes formatif sesuai kompetensi yang diperlukan.

5.1.1.5 Kelebihan Model Pembelajaran CIRC

Kelebihan model pembelajaran CIRC menurut Slavin (dikutip Halimah, 2014:34) adalah sebagai berikut:

1. Model pembelajaran kooperatif tipe CIRC amat tepat untuk meningkatkan pemahaman siswa pada materi pembelajaran

(12)

3. Siswa termotivasi pada hasil secara teliti karena bekerja dalam kelompok 4. Para siswa dapat memahami makna soal dan saling mengecek pekerjaan 5. Membantu siswa yang lemah dalam memahami tugas yang diberikan

6. Meningkatkan hasil belajar, khususnya dalam menyelesaikan soal yang diberikan guru

7. Siswa dapat memberikan tanggapannya secara bebas, dilatih untuk dapat bekerjasama, dan menghargai pendapat orang lain.

5.1.1.6 Kekurangan Model Pembelajaran CIRC

Kekurangan model pembelajaran CIRC adalah sebagai berikut:

1. Pada saat tahap diskusi kelompok, biasanya hanya siswa yang aktif yang berani mengemukakan pendapatnya

2. Memerlukan waktu yang relatif lama

3. Kadang-kadang menimbulkan kegaduhan dalam kelas

4. Adanya kegiatan-kegiatan kelompok yang tidak bisa berjalan seperti apa yang diharapkan

5. Penggunaan model pembelajaran CIRC meninbulkan sebuah masalah yaitu, apabila guru sedang mengajarkan satu kelompok membaca, siswa lain cenderung melakukan kegiatan lain.

Namun, kekurangan Model CIRC diatas dapat dihindari apabila guru dapat mengelolah waktu dan menguasai kelas secara baik.

5.2 Model Pembelajaran Konvensional

(13)

dengan metode ekspositori. Pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorentasi kepada pendidik (Teacher center approach). Dikatakan demikian, karena dalam strategi ini, pendidik memegang peran yang dominan. Fokus utama pembelajaran ekspositori adalah kemampuan akademik (academic acheivement) peserta didik. Tahap perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dengan metode ekspositori menuntut peran aktif guru yang lebih banyak daripada aktivitas peserta didik. Pelaksanaan metode ini dimulai dengan berbicara di awal pelajaran, menerangkan materi dan contoh soal serta waktu-waktu tertentu saja. Peserta didik tidak hanya mendengarkan penjelasan guru tetapi mengerjakan soal sendiri, saling bertanya, dan mengerjakan bersama teman atau disuruh membuatnya di papan tulis. Guru dapat memeriksa pekerjaan peserta didik secara individual, menjelaskan lagi kepada peserta didik secara individual atau klasikal. Peserta didik mengerjakan latihan sendiri/ dapat bertanya temanya atau diminta guru untuk mengerjakan di papan tulis. Meskipun dalam hal terpusatnya kegiatan pembelajaran masih kepada guru, tetapi dominasi guru sudah banyak berkurang (Suyitno dalam Kartika, 2011:27).

5.3 Kemampuan Komunikasi Matematis 5.3.1 Komunikasi

(14)

perolehan informasi dan pengertian. Proses dua arah ini merupakan dasar hakiki dari suatu informasi.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah suatu hubungan antara dua orang atau lebih yang didalamnya terjadi proses penyampaian dan penerimaan suatu informasi baik secara lisan maupun tidak. 5.3.2 Komunikasi Matematis

Di dalam komunikasi harus dipikirkan bagaimana caranya agar pesan yang disampaikan dapat dipahami oleh orang lain. Untuk dapat menyampaikan dan menerima pesan tersebut diperlukan alat berupa bahasa. Menurut Shadiq (dikutip Ramellan, dkk, 2012:77) mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa matematika justru lebih praktis, sistematis dan efisien. Matematika merupakan bahasa yang universal, dimana untuk satu simbol dalam matematika dapat dipahami oleh setiap orang dengan bahasa apapun didunia, misalnya dalam matematika untuk menyatakan jumlah digunakan lambang ∑ dan semua orang memahami bahwa lambang itu menyatakan jumlah (Armiati, 2009:271).

(15)

Berdsarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi matematis adalah keterampilan siswa dalam memahami matematika dan mengungkapkannya melalui gagasan atau ide matematika serta menafsirkannya secara tertulis.

5.3.3 Kemampuan Komunikasi Matematis

Menurut The Intended Learning Outcomes (ILOs) (dikutip Armiati, 2009: 271), Kemampuan komunikasi matematis adalah suatu keterampilan penting dalam matematika yaitu kemampuan untuk mengeksperikan ide-ide matematika secara koheren kepada teman, guru, dan lainnya melalui bahasa lisan dan tulisan. Izzati (dikutip Rahayu, 2016:10) juga menyatakan bahwa komunikasi matematis merupakan kemampuan menggunakan bahasa matematika untuk mengeksperesikan gagasan dan argumen dengan tepat, singkat dan logis. Melalui keterampilan ini siswa mengembangkan dan memperdalam pemahaman matematika mereka bila mereka menggunakan bahasa matematika yang benar untuk berbicara dan menulis tentang apa yang mereka kerjakan. Bila siswa berbicara dan menulis tentang matematika. Mereka mengklarifikasikan ide-ide mereka dan belajar bagaimana membuat argument yang meyakinkan dan merepresentasikan ide-ide matematika secara verbal, gambar, diagram dan simbol. Dari beberapa definisi tentang kemampuan komunikasi diatas dapat disimpulkan bahwa, kemampuan komunikasi matematis merupakan kemampuan mengungkapkan pemahaman matematika, ide-ide dan gagasan para siswa baik kepada teman maupun guru baik secara verbal, gambar, tabel, grafik dan simbol.

(16)

a. Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematika b. Menjelaskan ide, situasi dan relasi matematik, secara tulisan dengan benda

nyata, gambar, grafik dan aljabar

c. Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika d. Mendengarkan, berdiskusi dan menulis tentang matematika

e. Membaca dengan pemahaman suatu persentasi dalam matematika

f. Menyusun konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi dan generalisasi

g. Menyusun argumen, merumuskan definisi dan generalisai.

h. Menjelaskan dan membuat pertanyaan matematika yang telah dipelajari.

Menurut NCTM 1989 (Susanty, 2015:17), indikator kemampuan komunikasi matematis adalah sebagai berikut:

a. Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematika melalui lisan, tertulis, dan mendemonstrasikannya serta menggambarkannya secara visual.

b. Kemampuan memahami, mengiterpretasikan dan mengevaluasi ide-ide matematika yang disajikan dalam bentuk tulisan atau visual

c. Kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi matematika dan struktur-strukturnya untuk menyajikan ide, menggambarkan hubungan-hubungan dan model-model situasi.

(17)

a. Menulis matematis (written text), pada kemampuan ini, siswa dituntut untuk dapat menuliskan penjelasan dari jawaban permasalahannya secara matematis, masuk akal, jelas serta tersusun secara logis dan sistematis

b. Menggambar secara matematis (drawing), pada kemampuan ini, siswa dituntut untuk dapat melukiskan gambar, diagram dan tabel secara lengkap dan benar

c. Ekspresi matematis (mathematical expression), pada kemampuan ini, siswa diharapkan untuk memodelkan permasalahan matematika dengan benar atau mengekspresikan konsep matematika dengan menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika dengan benar, kemudian melakukan perhitungan atau mendapatkan solusi secara lengkap dan benar.

Berdasarkan uraian di atas maka pada penelitian ini, kemampuan komunikasi matematis yang akan diteliti adalah kemampuan komunikasi tertulis dengan indikator sebagai berikut:

a. Membuat/menjelaskan gambar dari suatu situasi atau permasalahan matematis

b. Menjelaskan situasi dan relasi suatu masalah matematika dengan bahasa sendiri

c. Menggunakan bahasa dan simbol-simbol matematika untuk mengekspresikan gagasan-gagasan matematis.

(18)

Model pembelajaran CIRC termasuk model pembelajaran cooperative learning yang pada mulanya merupakan pembelajaran kooperatif terpadu membaca dan menulis. Namun, CIRC telah berkembang bukan hanya dipakai pada pelajaran bahasa tetapi juga pelajaran eksak seperti pelajaran matematika. Menurut Suyitno (dikutip Yuliana, 2013), kegiatan pokok model CIRC untuk menyelesaikan pemecahan masalah matematika meliputi rangkaian kegiatan bersama yang spesifik, yaitu: (1) Salah satu anggota atau beberapa kelompok membaca soal; (2) Membuat prediksi atau menafsirkan isi soal pemecahan masalah, termasuk menuliskan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan dan memisalkan yang ditanyakan dengan suatu variabel; (3) Saling membuat ikhtisar/rencana penyelesaian soal pemecahan masalah; (4) Menuliskan penyelesaian soal pemecahan masalah secara urut; (5) Saling merevisi dan mengedit pekerjaan/penyelesaian. Melalui model pembelajaran CIRC ini, diharapkan siswa dapat meningkatkan pikiran kritisnya, kreatif, menumbuhkan rasa sosial yang tinggi dan mampu mengemukakan gagasan atau ide-ide matematikanya ke dalam bahasa yang sistematis yang pada akhirnya dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematika. Dari perspektif teori ini model pembelajaran CIRC juga dapat membantu siswa meningkatkan keterampilan dan menyelesaikan persoalan sesuai dengan indikator kemampuan komunikasi matematis.

5.5 Materi Bangun Ruang Sisi Datar Kubus dan Balok

(19)

ruang sisi datar. Ada banyak sekali bangun ruang sisi datar mulai yang paling sederhana seperti kubus, balok, limas sampai yang sangat kompleks seperti limas segi banyak atau bangun yang menyerupai kristal. Namun demikian pada penelitian ini akan membahas spesifik tentang bangun ruang kubus dan balok.

5.5.1 Kubus

Disebut bangun ruang kubus ketika bangun tersebut dibatasi oleh 6 buah sisi yang berbentuk persegi (bujur sangkar). Bangun ruang ini mempunyai 6 buah sisi, 12 buah rusuk, dan 8 buah titik sudut. Beberapa orang sering menyebut bangun ini sebagai bidang enam beraturan dan juga prisma segiempat dengan tinggi sama dengan sisi alas.

Bagian-bagian kubus:

Perhatikan gambar kubus di bawah ini.

Gambar. 1

Sumber: http://rumus-matematika.com/wp-content/uploads/2013/06/kubus.jpg

(20)

Selanjutnya, AB , BC , CD , AD , EF , FG , GH , EH , AE , BF , CG , dan DH disebut rusuk-rusuk kubus.

Berikut jumlah bagian-bagian kubus: 1. Titik sudut 8 buah

2. Sisi berjumlah 6 buah (luasnya sama) 3. Rusuk berjumlah 12 buah sama panjang 4. Diagonal bidang berjumlah 12 buah 5. Diagonal ruang berjumlah 4 buah. 6. Bidang diagonal berjumlah 6 buah Rumus-rumus kubus:

Luas permukaan kubus = luas jaring-jaring kubus = 6 x luas persegi

= 6 x ( S x S ) = 6S2

Jadi luas permukaan kubus dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

L = Luas permukaan kubus S = panjang rusuk kubus

(21)

Rumus volume kubus

Untuk menentukan volume sebuah kubus dapat dilakukan dengan cara mengalikan panjang rusuk kubus sebanyak tiga kali. Sehingga dapat disimpulkan bahwa rumus volume kubus adalah:

Volume kubus = panjang rusuk x panjang rusuk x panjang rusuk = S x S x S

= S3

Jadi dapt disimpulkan bahwa volume kubus adalah sebagai berikut:

Keterangan: V = volume kubus S = panjang rusuk kubus

5.5.2 Balok

Balok adalah bangun ruang yang memiliki tiga pasang sisi segi empat (total 6 buah) dimana sisi-sisi yang berhadapan memiliki bentuk dan ukuran yang sama. Berbeda dengan kubus yang semua sisinya berbentuk persegi yang sama besar, balok sisi yang sama besar hanya sisi yang berhadapan dan tidak semuanya berbentuk persegi, kebanyakan bentuknya persegi panjang. Perhatikan gambar berikut ini:

(22)

Gambar. 2

Sumber: http://rumus-matematika.com/wp-content/uploads/2013/06/balok.jpg

Bagian-bagian dari bagung ruang sisi datar ini sama seperti bagian-baian kubus. Sebuah balok terdiri dari sisi, sudut, diagonal bidang, diagonal ruang, dan yang terakhir adalah bidang diagonal.

Berikut rincian jumlahnya: 1. Titik sudut 8 buah

2. Sisi berjumlah 6 buah (luasnya beda-beda) 3. Rusuk berjumlah 12 buah

4. Diagonal bidang berjumlah 12 buah 5. Diagonal ruang berjumlah 4 buah. 6. Bidang diagonal berjumlah 6 buah Rumus-rumus balok:

Luas permukaan balok = luas persegi panjang 1 + luas persegi panjang 2 + luas persegi 3 + luas persegi panjang 4 + luas persegi panjang 5 + luas persegi panjang 6

(23)

= (p x l)+(p x l)+(l x t)+(l x t)+(p x t)+(p x t)

= 2((p x l)+(l x t)+(p x t))

= 2(pl+¿+pt)

Jadi, luas permukaan kubus dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

L = Luas permukaan balok

Rumus volume kubus

Untuk menentukan volume sebuah kubus dapat dilakukan dengan cara mengalikan ukuran panjang, lebar dan tinggi balok. Sehingga dapat disimpulkan bahwa rumus volume balok adalah:

Volume balok = panjang x lebar x tinggi

= p x l x t

Jadi dapt disimpulkan bahwa volume kubus adalah sebagai berikut:

Keterangan: V = volume balok

Contoh soal:

L = 2(pl + lt + pt)

(24)

1. Devi ingin membungkus kotak jam yang berbentuk kubus dengan kertas karton. Jika kotak jam tersebut memiliki panjang rusuknya 10 cm, tentukan luas karton yang dibutuhkan Devi? Dikarenakan sisinya ada 6, maka:

(25)

matematis.

5.6 Kajian Terdahulu Yang Relevan

Beberapa kajian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini dan menunjukkan hasil yang positif, diantaranya dilakukan oleh Azizah (2010) dan Kartika (2011).

Penelitian Azizah tentang Pengaruh Model Pembelajaran Tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) Terhadap Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika, hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan perhitungan uji hipotesis menggunakan uji-t, diperoleh harga thit = 2,32 dan ttab = 1,67. Karena thit > ttabel

(2,32 > 1,67), maka H0 ditolak atau Ha diterima. Sehingga dapat disimpulkan rata-rata

kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC lebih tinggi daripada rata-rata kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional.

(26)

diperoleh hasil sebesar 69,79% sehingga memenuhi kriteria aktif berdasarkan perhitungan yang telah ditentukan.

6. Anggapan Dasar

Menurut Surakhmad (Arikunto, 2010:104), anggapan dasar atau postulat adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyelidik.

Penelitian ini mempunyai anggapan dasar sebagai berikut:

1. Semua siswa kelas VIII semester ganjil SMP Muhammadiyah 1 Palembang tahun pelajaran 2016/2017 memperoleh materi yang sama dan sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan.

2. Model pembelajaran CIRC memiliki potensi yang besar untuk memberi pengalaman yang menekankan keterlibatan siswa secara optimal.

3. Kemampuan komunikasi matematis siswa bervariasi.

7. Hipotesis

(27)

8. Kriteria Pengujian Hipotesis

Kriteria pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah

H

0 diterima apabila

t

hitung

<

t

(1−α) dan tolak H

a apabila t hitung ≥ t (1-α) dengan derajat kebebasannya (dk)

= (n1 + n2 – 2), pada taraf signifikan 5% ( α=0,05¿ (Sudjana, 2005:234). Adapun

kriteria pengujian hipotesis dalam penelitian ini, yaitu:

H0:(μ1=μ2) : Tidak ada pengaruh yang signifikan model pembelajaran CIRC

(Cooperative, Integrated, Reading, and Composition) terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 1 Palembang.

Ha:(μ1>μ2) : Ada pengaruh yang signifikan model pembelajaran CIRC

(Cooperative, Integrated, Reading, and Composition) terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 1 Palembang.

Keterangan :

μ1 : Rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa dengan menggunakan

metode pembelajaran CIRC (Cooperative, Integrated, Reading, and Composition).

μ2 : Rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa dengan menggunakan

pembelajaran konvensional.

(28)

9.1 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang bentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010:2). Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2014 : 161).

Variabel pada penelitian ini terdiri atas:

1. X1 = Kemampuan komunikasi matematis yang diajarkan dengan model CIRC.

2. X2 = Kemampuan komunikasi matematis yang diajarkan dengan model

konvensional.

9.2 Definisi Operasional Variabel

Adapun definisi operasional istilah berdasarkan pengertian variabel di atas :

1. Pembelajaran CIRC (Cooperative, Integreted, Reading and Composition)

Pembelajaran kooperatif tipe CIRC merupakan sebuah program pemahaman membaca dan menulis pada tingkat dasar, menengah, dan atas. CIRC terdiri dari tiga unsur penting, yaitu : kegiatan-kegiatan dasar terkait, pengajaran langsung memahami bacaan, dan seni berbahasa dan menulis terpadu (Slavin, 2016:200). Kessler (dikutip Halimah, 2014: 27) juga berpendapat bahwa model CIRC merupakan gabungan kegiatan membaca dan menulis yang menggunakan pembelajaran baru dalam pemahaman bacaan dengan menulis. Keberhasilan metode CIRC sangat bergantung pada proses pembelajaran yang dilaksanakan.

(29)

dan mengintepretasikannya melalui tulisan. Penekanan pembelajarannya terletak pada kemampuan membaca, kemampuan memahami bacaan dan kemampuan menulis.

2. Kemampuan komunikasi matematis merupakan kemampuan mengungkapkan pemahaman matematika, ide-ide dan gagasan para siswa baik kepada teman maupun guru baik secara verbal, gambar, tabel, grafik dan simbol. Penelitian kemampuan komunikasi matematis siswa dilihat dari tiap-tiap tahapan dalam pemecahan masalah, yakni :

a. Membuat/menjelaskan gambar dari suatu situasi atau permasalahan matematis b. Menjelaskan situasi dan relasi suatu masalah matematika dengan bahasa sendiri c. Menggunaskan bahasa dan simbol-simbol matematika untuk mengekspresikan

gagasan-gagasan matematis.

3. Pembelajaran Konvensional

(30)

papan tulis. Meskipun dalam hal terpusatnya kegiatan pembelajaran masih kepada guru, tetapi dominasi guru sudah banyak berkurang (Suyitno dalam Kartika, 20011:27).

9.3 Populasi dan Sampel 9.3.1 Populasi

Menurut Saebani (2008:165), populasi adalah keseluruhan sampel. Sedangkan menurut Sugiyono (2014:117), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di SMP Muhammadiyah 1 Palembang tahun ajaran 2016/2017.

9.3.2 Sampel

(31)

dimana satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas lainnya sebagai kelas kontrol.

9.4 Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh penelitian dalam mengumpulkan data penelitiannya (Arikunto, 2014:203). Metode yang digunakan dalam penelitian ini metode eksperimen.

Metode eksperimen adalah suatu cara untuk mencari sebab akibat antara faktor yang sengaja ditimbulkan peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi faktor-faktor yang bisa mengganggu dan metode ini dilakukan untuk melihat akibat dari perlakuan (Arikunto, 2013:207). Eksperimen yang digunakan adalah eksperimen dengan dua kelompok yang masing-masing dipilih secara random (R). Jenis eksperimen yang dipakai adalah metode eksperimen model posstest – only control design yaitu suatu metode yang terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara sampel acak (Random sampling) yaitu kelompok kelas eksperimen diberi perlakuan (X atau pembelajaran CIRC) dan kelompok kelas kontrol yang diajarkan metode ekspositori. Kemudian dua kelompok tersebut diberi tes (0) untuk mengetahui hasil belajar akhir antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Secara umum dapat digambarkan seperti berikut :

Arikunto (2013:212)

Keterangan :

(32)

R : Kelompok kelas kontrol

X : Perlakuan kelas yang menggunakan Pembelajaran CIRC

O1 : Pengukuran nilai setelah diberi perlakuan menggunakan Pembelajaran CIRC

O2 : Pengukuran nilai setelah diberi perlakuan menggunakan pembelajaran

Konvensional

9.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes. Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2014:193).

Tes dilaksanakan pada akhir pembelajaran (posttest). Setiap soal dibuat dengan mengacu pada indikator penilaian kemampuan komunikasi matematis dan sesuai dengan indikator pembelajaran yaitu siswa dapat membuat/menjelaskan gambar dari suatu situasi atau permasalahan matematis, menjelaskan situasi dan relasi suatu masalah matematika dengan bahasa sendiri, menggunakan bahasa dan simbol-simbol matematika untuk mengekspresikan gagasan-gagasan matematis. Tes dilaksanakan di kelas eksperimen dan kelas kontrol. Soal yang diberikan dalam bentuk essay sebanyak 5 soal. Dalam penelitian ini, indikator yang digunakan terlihat pada Tabel I dibawah ini. Kriteria penskoran menggunakan pedoman penskoran Holistic Scoring Rubics, yang diadopsi dari Cai, Lane, dan Jacabcsin, sebagai berikut:

(33)

Pedoman Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematis

Skor Menulis Menggambar Ekspresi

Matematis

0 Tidak ada jawaban, kalaupun ada hanya memperlihatkan tidak memahami konsep sehingga informasi yang diberikan tidak berarti apa-apa.

1 Ada penjelasan tapi

salah. Hanya sedikit dari gambar yang dilukis benar.

Skor maksimal = 4 Skor Maksimal= 3 Skor Maksimal= 3 (Diadaptasi dari Ansari, 2003)

9.6 Teknik Uji Coba Instrument

(34)

mendapatkan data yang sesuai dengan penelitian maka dilakukan teknik uji coba instrumen sebagai berikut :

9.6.1 Uji Validitas

(35)

Y : Jumlah skor

X skor total

XY : Jumlah hasil kali skor X dan Y

X2 : Jumlah kuadrat dari skor X

Y2 : Jumlah kuadrat dari skor Y

Kemudian harga rxy dibandingkan dengan harga rxy Product Moment.

Jika rxy > rtabel berarti valid, jika rxy < rtabel berarti tidak valid.

9.6.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas berhubungan dengan kepercayaan. Menurut Arikunto (2014:221), Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Adapun perhitungan reliabilitas instrumen, dapat digunakan rumus alpha sebagai berikut :

r11 =

(

n

n−1

)

(

1−

σb2

σ2t

)

(Arikunto, 2014:239)

Dimana :

σ2 =

X2−

(

X)2 N N

(Arikunto, 2014:239)

Keterangan :

r11 = Reliabilitas yang dicari

n = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya butir soal

σi2 = Jumlah varians skor tiap-tiap item

(36)

N = Varians total

Kriteria data pengujian reliabel, dikonsultasikan dengan r product-moment,

jika

r

hitung

>

r

tabel

dengan α

=

0,05

dengan derajat kebebasan (dk = n – 2).

9.6.3 Tingkat Kesukaran

Menurut (Arikunto, 2012:222) soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran. Indeks kesukaran diberi simbol P (p besar) singkatan dari ”proporsi”. Rumus untuk mencari tingkat kesukaran soal essay adalah :

P

=

B

JS

(Arikunto, 2012:223)

Dimana :

P = Indeks Kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Menurut Arikunto dalam Hamzah (2014:246), Indeks kesukaran diklasifikasikan sebagai berikut:

TABEL II

(37)

Nilai Dp Intrepretasi Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminan, disingkat D.

Rumus untuk mengetahui indeks diskriminan adalah:

D=BA

JA = Banyaknya peserta kelompok atas

JB = Banyaknya peserta kelompok bawah

BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar

(38)

PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Dengan klasifikasi sebagai berikut:

TABEL III

Klasifikasi Daya Pembeda Diskriminasi Interpretasi

0,00 – 0,20 Jelek

0,21 – 0,40 Cukup

0,41 – 0,70 Baik

0,71 – 1,00 Sangat baik

9.7 Teknik Analisis Data

Setelah semua data yang terkumpul, kemudian menentukan thitung . Namun sebelum menggunakan uji-t terlebih dahulu dilakukan uji normalitas.

9.7.1 Uji Normalitas

Uji statistik uji – t dapat digunakan jika data tersebut berdistribusi normal. Maka perlu dilakukan uji normalitas agar diketahui data tersebut berdistribusi normal atau tidak. Langkah-langkah menguji kenormalan data adalah sebagai berikut :

1. Mencari Nilai Rata-rata Distribusi Frekuensi

x=

fix1

fi (Sudjana, 2005:70)

Keterangan:

(39)

x

i = Kelas Data

f

i = Frekuensi kelas data

2. Mencari Modus

Mo=b+P

(

b1

b1+b2

)

(Sudjana, 2005:77)

Keterangan:

b = Batas bawah kelas modus (kelas yang memiliki frekuensi terbesar) P = Panjang kelas modus

b1 = Frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi sebelum kelas modus

b2 = Frekuensi kelas modus ditambah frekuensi sesudah kelas modus

3. Mencari Simpangan Baku

S=

n

f1x

12−(

f1x1) 2

n(n−1) (Sudjana, 2005:95)

Keterangan:

S = Simpangan Baku n = Jumlah data

4. Menguji normalitas data menggunakan rumus kemencengan kurva

rumus koefisien kemiringan pearson :

Km=(xM0)

S (Sudjana,

2005:109)

Keterangan:

Km = Kemiringan

x

= Rata-rata nilai

M0 = Modus

(40)

Data berdistribusi normal apabila Km terletak antara -1 dan +1 dalam selang

(−1<Km<+ 1) .

9.7.2 Uji Homogenitas

Pengujian homogenitas varians dalam penelitian ini menggunakan uji F Rumus:

F=VariansTerbesar

VariansTerkecil (Sudjana, 2005: 250)

Dengan kriteria pengujian H0 ditolak jika

n mendapatkan suatu kesimpulan maka hasil data tes yang diberikan kepada siswa yang diajarkan menggunakan model pemebelajaran CIRC dan yang tidak diajar menggunakan model pembelajaran CIRC dianalisa dengan menggunakan uji-t

n1 = Sampel kelas eksperimen n2 = Sampel kelas kontrol ´

x1 = Rata-rata posttest kelas eksperimen ´

(41)

s1

2 = Varians kelas eksperimen

s2

2 = Varians kelas kontrol

Kemudian harga thitung dibandingkan dengan harga ttabel dengan kreteria

pengujian HO diterima apabila thitung < ttabel , dengan mengambil taraf signifikan 5%

dengan ttabel didapat dari daftar distribusi student dengan peluang (1-α) dan dk =

n1+ n2 – 2.

10. Jadwal Kerja

Pada proses penelitian harus memiliki jadwal kerja yang ditentukan, agar penelitian dapat selesai tepat waktunya. Karena penelitian yang baik harus memiliki batas waktu yang telah ditentukan dalam melaksanakan penelitian tersebut. Di bawah ini merupakan rincian kegiatan yang akan dilakukan oleh peneliti selama proses penelitian berlangsung.

No Kegiatan Jan Feb Mar April Mei Juni

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1. Judul

(42)

7. Bab IV 8. Bab V 9. Abstrak 10. U. Skripsi

DAFTAR PUSTAKA

Ansari, Bansu Irianto. 2003. Menumbuhkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematik Siswa SMU Melalui Strategi Thing-Talk-Write, Studi Eksperimen pada siswa kelas I SMUN di Kota Bandung. Disertasi UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2013. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2014. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

(43)

Astuti, Sri W. 2012. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematika Dengan Menerapkan Metode Pembelajaran Cooperative Integrated Reading And Composition (Circ). Skripsi S1 (belum diterbitkan). [online].

Tersedia pada: http://eprints.ums.ac.id/21128/17/NASKAH_PUBLIKASI.pdf. Diakses tanggal 30 januari 2017.

Azizah. 2010. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Circ (Cooperative Integrated Reading and Composition) Terhadap Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika. Skripsi S1 (belum diterbitkan) Jakarta: FKIP UIN Syarif Hidayahtullah. [online]. Tersedia pada: http://repository.uinjkt.ac.id/dspac e/bitstream/12345678 9/21615/1/AZIZAH- FITK.pdf. Diakses tanggal 19 Januari 2017.

Depdiknas. 2006. Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP.

Halimah, Andi. 2014. Metode Cooperative Integrated Reading and Composition (Circ) Dalam Pembelajaran Membaca Dan Menulis Di Sd/Mi. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makasar. Vol. 1 No. 1. [online]. Tersedia pada: http://journal.uinalauddin.ac.id/index.php/auladuna/article/download/539/pdf_2. Diakses tanggal 29 Januari 2017.

Hamzah, Ali. 2014. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Kartika, Dwiani L. 2011. Keefektifan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative Integrated Reading and Composition (Circ) Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematika Pada Pembelajaran Matematika Smp. Skripsi S1 (belum diterbitkan). Semarang: FKIP Universitas Negeri Semarang. [online]. Tersedia pada: http://lib.unnes.ac.id/7516/1/10358.pdf. Diakses tanggal 29 Januari 2017.

Ima Nurdiana, Yulia. 2015. Studi Komparasi Implementasi Kurikulum 2013 Di Kelas X Antara Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Taman Sidoarjo Dengan Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo. Undergraduate thesis, UIN Sunan Ampel. [online]. Tersedia pada: http://digilib.uinsby.ac.id/2212/4/Bab%202.pdf . Diakses tanggal 15 Februari 2017.

Rahayu, Tika. 2016. Efektivitas Model Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (Circ) Ditinjau Dari Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Pada Materi Lingkaran. Skripsi S1 (belum diterbitkan). Bandar Lampung:

FKIP Universitas Lampung. [online]. Tersedia pada: http://digilib.unila.ac.id/22063/3/SKRIPSI%20TANPA%20BAB%20PEMBAH ASAN.pdf. Diakses tanggal 30 januari 2017.

Ramellan, Purnama., Musdi, Edwin., Armiati. 2012. Kemampuan Komunikasi Matematis dan Pembelajaran Interaktif. Jurnal Pendidikan Matematika, Part 2.Vol. 1 No. 1 (2012). Hlm. 77-82. [online]. Tersedia pada: http://ejournal.unp.ac.id/students/index.php/pmat/article/viewFile/1175/867. Diakses tanggal 28 Januari 2017.

(44)

Slavin, R. E. 2016. Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.

Sudjana. 2005. Metode Statstik. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Susanty, Septi. 2015. Pengaruh Model Problem Based Learning (Pbl) Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa di Smp Xaverius Maria Palembang. Skripsi. Program Pendidikan Matematika Univ. PGRI Palembang: Tidak diterbitkan.

Uno, Hamzah. 2011. Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

UU RI NO. 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional 8 Juli 2003 Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 4301. Jakarta. (Online). Tersedia pada: http://sindikker.dikti.go.id/dok/UU/UU20-2003-Sisdiknas.pdf. Diakses tanggal 15 Januari 2017.

Yuliana, Atik. 2013. Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Circ Untuk

Meningkatkan Keterampilan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Materi Himpunan Kelas Viii Smp Negeri 13 Malang. FMIPA Universitas Negeri Malang. [online]. Tersedia pada:http://jurnalonline.um.ac.id/data/artikel/artikel B4DE0263B53B5933C4FE ACF38A22C3B9.pdf. Diakses tanggal 29 Januari 2017.

__________________.Pedoman Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematis Dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. [online]. Tersedia pada: http://a-research.upi.edu/operator/upload/t_mtk_0809223_chapter3.pdf. Diakses tanggal 6 Februari 2017.

Gambar

Sumber: Gambar. 2http://rumus-matematika.com/wp-content/uploads/2013/06/balok.jpg
gambar  dari  suatu
gambar yang dilukis
TABEL III

Referensi

Dokumen terkait

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Mata

Model Pembelajaran Berbasis Intuisi untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif.. dalam memecahkan masalah matematika siswa SMA Negeri 2 Sragen valid,

 Persoalan yang melibatkan model matematika banyak muncul dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan, seperti dalam bidang fisika, kimia, ekonomi, atau pada

Pendekatan pemecahan masalah (problem solving) adalah pendekatan pembelajaran yang mendorong siswa untuk mencari dan memecahkan persoalan matematika yang diberikan guru atau

Berbagai cara untuk lebih memudahkan memecahkan masalah matematika sudah diaplikasikan dengan baik, dalam hal ini defragmenting memberikan nuansa baru dalam

Indikator Deskripsi Indikator 1 1 menggunakan berbagai macam angka dan simbol matematika dasar untuk memecahkan masalah praktis dalam berbagai macam konteks kehidupan sehari-hari

yaitu : menggunakan berbagai macam angka dan simbol-simbol yang terkait dengan matematika dasar untuk memecahkan masalah praktis dalam berbagai macam konteks kehidupan sehari-hari,

2 Numerasi adalah kecakapan untuk Numerasi menggunakan berbagai angka dan simbol yang terkait dengan matematika dasar untuk memecahkan masalah praktis dalam berbagai macam konteks