• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian paragraf ini ada beberapa pendapat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengertian paragraf ini ada beberapa pendapat"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

HAKIKAT BAHASA

Bahasa adalah alat yang sistematis untuk menyampaikan gagasan / perasaan dengan memakai tanda – tanda, bunyi – bunyi, gesture yang berkaitan dengan mimic atau tanda – tanda yang disepakati dan mengandung makna yang dapat dipahami.

 Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1990: 66) bahasa diartikan sebagai sistem lambang bunyi berartikulasi yang bersifat sewenang-wenang dan konvensional yang dipakai sebagai alat komunikasi untuk melahirkan perasaan dan pikiran.

 Kamus Webster mendefinisikan bahasa sebagai A systematic means of communication ideas or feeling by the use of communication sign, sounds, gestures, or mark having understood

meanings.

Persamaan dari kedua pengertian di atas:  Alat komunikasi antar manusia  Pengungkapan pikiran dan perasaan

 menggunakan simbol-simbol komunikasi baik yang berupa suara, gestur (sikap badan), atau tanda-tanda berupa tulisan

Bahasa dalam Lingustik

 Kridalaksana (1993:21) mengartikannya sebagai sebuah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri.

 Pei dan Gaynor (1975:119) mengatakan bahwa bahasa adalah A system of communication by sound, i.e., through the organs of speech and hearing, among human beings of certain group or community, using vocal symbols possessing arbitrary conventional meaning.

 Ciri atau sifat yang hakiki dari bahasa yaitu: (1) bahasa itu adalah sebuah sistem,

(2) bahasa itu berwujud lambang, (3) bahasa itu berupa bunyi, (4) bahasa itu bersifat arbitrer, (5) bahasa itu bermakna,

(6) bahasa itu bersifat konvensional, (7) bahasa itu bersifat unik,

(2)

(11) bahasa itu bersifat dinamis, dan (12) bahasa itu manusiawi.

A. Sifat-sifat Bahasa

1. Bahasa itu adalah Sebuah Sistem

Sistem berarti susunan teratur berpola yang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna atau berfungsi. sistem terbentuk oleh sejumlah unsur yang satu dan yang lain berhubungan secara fungsional. Bahasa terdiri dari unsur-unsur yang secara teratur tersusun menurut pola tertentu dan membentuk satu kesatuan.

Sebagai sebuah sistem,bahasa itu bersifat sistematis dan sistemis. Sistematis artinya bahasa itu tersusun menurut suatu pola, tidak tersusun secara acak. Sistemis artinya bahasa itu bukan merupakan sistem tunggal, tetapi terdiri dari sub-subsistem atau sistem bawahan (dikenal dengan nama tataran linguistik). Tataran linguistik terdiri dari tataran fonologi, tataran morfologi, tataran sintaksis, tataran semantik, dan tataran leksikon. Secara hirarkial, bagan subsistem bahasa tersebut sebagai berikut.

2. Bahasa itu Berwujud Lambang

Lambang dengan berbagai seluk beluknya dikaji orang dalam bidang kajian ilmu semiotika, yaitu ilmu yang mempelajari tanda-tanda yang ada dalam kehidupan manusia. Dalam semiotika dibedakan adanya beberapa tanda yaitu: tanda (sign), lambang (simbol), sinyal (signal), gejala (sympton), gerak isyarat (gesture), kode, indeks, dan ikon. Lambang bersifat arbitrer, artinya tidak ada hubungan langsung yang bersifat wajib antara lambang dengan yang

dilambangkannya.

3. Bahasa itu berupa bunyi

Menurut Kridalaksana (1983), bunyi adalah kesan pada pusat saraf sebagai akibat dari getaran gendang telinga yang bereaksi karena perubahan dalam tekanan udara. Bunyi bahasa adalah bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia. Tetapi juga tidak semua bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia termasuk bunyi bahasa.

4. Bahasa itu bersifat arbitrer

Kata arbitrer bisa diartikan ’sewenang-wenang, berubah-ubah, tidak tetap, mana suka’. Yang dimaksud dengan istilah arbitrer itu adalah tidak adanya hubungan wajib antara lambang bahasa (yang berwujud bunyi itu) dengan konsep atau pengertian yang dimaksud oleh lambang tersebut. Ferdinant de Saussure (1966: 67) dalam dikotominya membedakan apa yang

dimaksud signifiant dan signifie. Signifiant (penanda) adalah lambang bunyi itu, sedangkan signifie (petanda) adalah konsep yang dikandung signifiant.

(3)

untuk mengetahui maknanya.

5. Bahasa itu bermakna

Salah satu sifat hakiki dari bahasa adalah bahasa itu berwujud lambang. Sebagai lambang, bahasa melambangkan suatu pengertian, suatu konsep, suatu ide, atau suatu pikiran yang ingin disampaikan dalam wujud bunyi itu. Maka, dapat dikatakan bahwa bahasa itu mempunyi

makna. Karena bahasa itu bermakna, maka segala ucapan yang tidak mempunyai makna dapat disebut bukan bahasa.

[kuda], [makan], [rumah], [adil], [tenang] : bermakna = bahasa [dsljk], [ahgysa], [kjki], [ybewl] : tidak bermakna = bukan bahasa

6. Bahasa itu bersifat konvensional

Meskipun hubungan antara lambang bunyi dengan yang dilambangkannya bersifat arbitrer, tetapi penggunaan lambang tersebut untuk suatu konsep tertentu bersifat konvensional. Artinya, semua anggota masyarakat bahasa itu mematuhi konvensi bahwa lambang tertentu itu

digunakan untuk mewakili konsep yang diwakilinya. Misalnya, binatang berkaki empat yang biasa dikendarai, dilambangkan dengan bunyi [kuda], maka anggota masyarakat bahasa Indonesia harus mematuhinya. Kalau tidak dipatuhinya dan digantikan dengan lambang lain, maka komunikasi akan terhambat.

7. Bahasa itu bersifat unik

Bahasa dikatakan bersifat unik, artinya setiap bahasa mempunyai ciri khas sendiri yang tidak dimiliki oleh bahasa lainnya. Ciri khas ini bisa menyangkut sistem bunyi, sistem pembentukan kata, sistem pembentukan kalimat, atau sistem-sistem lainnya.

8. Bahasa itu bersifat universal

Selain bersifat unik, bahasa juga bersifat universal. Artinya, ada ciri-ciri yang sama yang dimiliki oleh setiap bahasa yang ada di dunia ini. Misalnya, ciri universal bahasa yang paling umum adalah bahwa bahasa itu mempunyai bunyi bahasa yang terdiri dari vokal dan konsonan.

9. Bahasa itu bersifat produktif

Bahasa bersifat produktif, artinya meskipun unsur-unsur bahasa itu terbatas, tetapi dengan unsur-unsur yang jumlahnya terbatas itu dapat dibuat satuan-satuan bahasa yang tidak terbatas, meski secara relatif, sesuai dengan sistem yang berlaku dalam bahasa itu. Misalnya, kita ambil fonem dalam bahasa Indonesia, /a/, /i/, /k/, dan /t/. Dari empat fonem tersebut dapat kita hasilkan satuan-satuan bahasa:

 /i/-/k/-/a/-/t/

 /k/-/i/-/t/-/a/

 /k/-/i/-/a/-/t/

(4)

10. Bahasa itu bervariasi

Anggota masyarakat suatu bahasa biasanya terdiri dari berbagai orang dengan berbagai status sosial dan latar belakang budaya yang tidak sama. Karena perbedaan tersebut maka bahasa yang digunakan menjadi bervariasi. Ada tiga istilah dalam variasi bahasa yaitu:

1. Idiolek : Ragam bahasa yang bersifat perorangan.

2. Dialek : Variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat pada suatu tempat atau suatu waktu.

3. Ragam : Variasi bahasa yang digunakan dalam situasi tertentu. Misalnya, ragam baku dan ragam tidak baku.

11. Bahasa itu bersifat dinamis

Bahasa tidak pernah lepas dari segala kegiatan dan gerak manusia sepanjang keberadaan manusia itu sebagai makhluk yang berbudaya dan bermasyarakat. Karena keterikatan dan keterkaitan bahasa itu dengan manusia, sedangkan dalam kehidupannya di dalam masyarakat kegiatan manusia itu selalu berubah, maka bahasa menjadi ikut berubah, menjadi tidak tetap, menjadi dinamis. Perubahan itu dapat berupa pemunculan kata atau istilah baru, peralihan makna sebuah kata, dan perubahan-perubahan lainnya.

12. Bahasa itu manusiawi

Alat komunikasi manusia berbeda dengan binatang. Alat komunikasi binatang bersifat tetap, statis. Sedangkan alat komunikasi manusia, yaitu bahasa bersifat produktif dan dinamis. Maka, bahasa bersifat manusiawi, dalam arti bahasa itu hanya milik manusia dan hanya dapat

digunakan oleh manusia.

Unsur-Unsur Dasar Bahasa

1. Fonem, adalah unsur terkecil dari bunyi ucapan yang bias digunakan untuk membedakan arti dari suatu kata.

2. Morfem adalah unsur terkecil dari pembentukan kata dan disesuaikan dengan aturan suatu bahasa

3. 3. Sintaksis adalah penggabungan kata menjadi kalimat berdasarkan aturan sistemtis yang berlaku pada bahasa tertentu.

(5)

VARIASI BAHASA

TERJADINYA VARIASI BAHASA

Chaer& Agustina(2004) mengatakan bahwa variasi atau ragam bahasa dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa dan keragaman fungsi bahasa.

VARIASI DARI SEGI PENUTUR

Idiolek yaitu variasi bahasa yang bersifat perseorangan. Variasi ini berkenaan dengan warna suara, pilihan kata, gaya bahasa, susunan kalimat, dsb.

Dialek yaitu variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang berada pada satu tempat, wilayah, atau area tertentu.

Kronolek atau dialek temporal yaitu variasi bahasa yang digunakan oleh kelompok sosial pada masa tertentu.

Sosiolek atau dialek sosial yaitu variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas sosial para penuturnya.

VARIASI DARI SEGI PEMAKAIAN

Variasi bahasa berkenaan dengan penggunaannya, pemakaiannya, atau fungsinya disebut fungsiolek, ragam, atau register.

Variasi ini dibicarakan berdasarkan bidang penggunaan, gaya, atau tingkat keformalan, dan sarana penggunaan.

Variasi bahasa berdasarkan bidang pemakaian ini adalah menyangkut bahasa itu digunakan untuk keperluan atau bidang apa. Misalnya bidang sastra, perikanan, jurnalis.

VARIASI DARI SEGI KEFORMALAN

Ragam beku adalah variasi bahasa yang paling formal, yang digunakan dalam situasi-situasi khidmat, dan upacara-upaca resmi.

(6)

Ragam usaha atau ragam konsultatif adalah variasi bahasa yang lazim digunakan dalam pembicaraan biasa disekolah, dan rapat-rapat atau pembicaraan yang berorientasi kepada hasil atau produksi.

Ragam santai atau ragam kasual adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi tidak resmi untuk berbincang-bincang dengan keluarga atau teman karib pada waktu beristirahat, berolahraga, dsb.

(7)

JENIS ARTIKULASI DAN KLASIFIKASI BUNYI BAHASA

A.Jenis-jenis Artikulasi

Pada bahasan sebelumnya telah dipelajari alat-alat ucap dengan baik. berbagai

bunyi yang kta dengar dari alat bunyi merupakan hasil macam-macam penyekatan atau

rintangan terhadap udara yang ditiupkan ke dalamnya. Paru-paru dapat

menghembuskan udara ke tempat alat ucap yang ada di atasnya melalui tenggorokan

dan kerongkongan dapat mengalami macam-macam penyekatan dan rintangan.

Rongga yang dilalui aliran udara itu dapat berubah-ubah bentuknya disebabkan oleh

jenis-jenis gerakan artikulator.

Artikulator adalah bagian alat ucap yang dapat bergerak dan menyentuh daerah

artikulasi. Daerah artikulasi atau titik artikulasi selalu berada pada posisi tetap, tidak

dapat bergerak. Sebagai akibat dari gerakan artikulator-artikulator yang menyentuh titik

artikulasi terjadilah jenis-jenis artikulasi. Jenis-jenis artikulasi yang dimaksud adalah

sebagai berikut.

1) Hentian (stop), terjadi karena aliran udara terhenti sepenuhnya pada suatu tempat oleh

alat ucap yang menutup rapat, sehingga terbentuklah bunyi-bunyi seperti p, b, t, d, k, g.

2) Spiran, terjadi bila rongga tempat udara lewat menyempit sehingga terbentuklah

bunyi-bunyi berdesis seperti s,sy,z.

3) Getar atau trill, terjadi bila salah satu alat ucap bergetar sehingga terbentuk bunyi r.

4) Vokal, terjadi bila udara yang keluar dari paru-paru boleh dikatakan tidak mendapat

rintangan, sedangkan rongga mulut berubah-ubah bentuknya karena gerakan lidah dan

(8)

5) Frikatif, pada dasarnya jenis artikulasi ini termasuk ke dalam spiran. Bunyi f, v, dan

sebagainya menjadi bunyi yang dihasilkan jenis bunyi ini.

B.Klasikfikasi Bunyi Bahasa

Akhir-akhir ini, pada umumnya orang lebih suka mengklasifikasikan bunyi bahasa

menjadi dua kelas yaitu vokal dan konsonan. Di bawah ini terlebih dahulu akan

diuraikan kelas bunyi vokal (vokoid).

Vokal merupakan bunyi bahasa yang dihasilkan dengan melibatkan pita siara

tanpa penyempitan dan penutupan pada daerah artikulasi.

Yang dimaksud vokoid ialah bunyi-bunyi bahasa yang terjadi karena udara dari paru-paru ke luar dengan bebas tidak mengalami rintangan sesuuatu apa pun. Celah pita suara yang dilalui udara tidak ter lalu longgar, akan tetapi agak menyempit saja. Vokoid semacam ini pada dasarnya termasuk bunyi yang bersuara, artinya selaput suara ikut bergetar sewaktu ada hembusan udara dari laring. Yang mempengaruhi bunyi vokoid selain jalan udara yang ditempuh juga lidah dan bibir. Vokoid mungkin merupakan bunyi oral, karena aliran udara seluruhnya mengalir lewat mulut atau sebaliknya termasuk bunyi nasal karena aliran udara seluruhnya lewat rongga hidung. Sehubungan dengan terjadinya vokoid, maka bagian-bagian lidah yang berfungsi sebagai artikulator memegang peranan penting sebagai pembentuk bunyi tersebut, misalnya depan lidah (pembentuk vokoid depan), tengah lidah (pembentuk vokoid pusat/tengah), dan belakang lidah (pembentuk belakang).

Secara artikulatoris, vokal dapat diklasifikasikan lagi ke dalam beberapa kelas

(9)

bahasa itu diproduksi. Agar lebih spesifik, berikut ini adalah klasifikasi vokal menurut

posisi lidah, bentuk bibir, artikilator yang bergerak maupun dari jumlah vokal.

1) Dilihat dari Posisi Lidah

Posisi lidah dalam memroduksi bunyi bahasa akan mempengaruhi terhadap bunyi

yang dihasilkan. Maka dari itu, terdapat beberapa jenis vokal apabila dilihat dari posisi

lidah ketikan memroduksi bunyi. Jenis vokal yang dimaksud adalah sebagai berikut:

a) vokal tinggi.

b) vokal tengah; dan

c) vokal rendah.

2) Dilihat dari bagian lidah yang bergerak

Bergerak atau tidaknya lidah dalam memroduksi bunyi bahasa akan menghasilkan

bunyi bahasa yang berbeda, untuk itu ada pengklasifikasian jenis vokal menurut bagian

lidah yang bergerak. Adapun pengklasifikasian yang dimaksud adalah sebagai berikut:

a) vokal depan/datar;

b) vokal belakang; dan

c) vokal tengah.

3) Dilihat dari bentuk bibir

Bentuk bibir yang dimaksud dalam pengklasifikasian jenis vokal berikut adalah

bentuk bibir ketika proses produksi bunyi bahasa. Bentuk bibir ketika memroduksi

bahasa terbagi atas dua jenis vokal yakni

a) vokal bundar; dan

b) vokal tak bundar

4) Dilihat dari jumlah vokal

Jumlah vokal ketika ujaran atau bunyi bahasa itu terdiri atas dua jenis vokal.

Kedua jenis vokal tersebut adalah:

a) vokal tunggal (dasar); dan

(10)

Di atas telah dipaparkan secara singkat bahasan mengenai vokal dan

pembentukkannya. Selanjutnya kita akan membahas konsonan sebagai salah satu

jenis fonem beserta pembentukkannya.

Konsonan adalah bunyi yang dihasilkan dengan mempergunakan artikulasi pada

salah satu bagian alat bicara. Berlainan dengan pembentukkan vokal, pembentukan

konsonan dilakukan dengan jalan merintangi aliran udara yang keluar dari paru-paru.

Rintangan bisa dilakukan dalam rongga tenggorokan, rongga mulut, dan rongga bibir.

Semua bunyi konsonan adalah bunyi kontoid. Udara yang dihembuskan dari paru-paru

bisa lewat rongga mulut sehingga bunyi yang terjadi disebut bunyi oral; dapat juga lewat

hidung sehingga bunyi yang dihasilkan disebut bunyi nasal.

Bunyi kontoid ialah bunyi yang terjadi jika aliran udara yang dihembuskan dari paru-paru mendapat rintangan atau halangan baik penuh maupun sebagian. Klasifikasi vokoid dapat dilakukan dengan dasar-dasar sebagai berikut.

1) Menurut dasar ucapannya (artikulator dan titik artikulasi), kontoid dapat dibedakan menjadi enam yakni: labial, dental, palatal, trill, dan semi vokal.

2) Menurut cara pengucapannya atau ada tidak adanya halangan, kontoid dapat dibedakan menjadi lima yakni hambat, spiran, lateral, trill dan semi vokal.

3) Didasarkan pada getar atau tidaknya selaput suara, kontoid dapat dibedakan menjadi dua yakni, bersuara dan tidak bersuara.

4) Didasarkan pada jalan keluarnya udara dari paru-paru, kontoid dapat dibedakan menjadi dua yakni, oral dan nasal.

5) Kombinasi dari berbagai kriteria di atas sehingga akan menghasilkan nama bunyi yang kombinasi juga.

Biasanya konsonan diklasifikasikan berdasarkan tiga hal yang ikut

menentukannya yaitu dasar ucapan, cara melisankan, dan getaran pita suara. Bunyi

(11)

Pada bahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa artikulator adalah alat ucap

yang dapat bergerak, sedangkan daerah artikulasi merupakan alat ucap yang tidak

dapat bergerak. Artikulator tertentu biasanya menghampiri atau merapat pada daerah

artikulasi tertentu secara tetap. Post dorsum, misalnya, selalu mengartikulasi ke arah

velum, tidak pernah mengartikulasi ke arah prae-palatum. Aspek tidak pernah

berartikulasi ke arah velum. Titik artikulasi yang merupakan titik pertemuan antara

artikulator dan daerah artikulasi ialah bilabial, labiodental, apikodental, apikoalveolar,

apikopalatal, dorsovelar, dan glotal. Nama konsonan disesuaikan dengan titik artikulasi

pada pembentukan konsonan yang bersangkutan. Pertemuan antara bibir bawah dan

bibir atas disebut bilabial (dua bibir), bunyi yang terjadi disebut bunyi bilabial seperti [p],

[b], dan [m].

Labiodental ialah pertemuan antara bibir dan gigi. Bunyi laiodental ialah [f]. Bunyi

apikoalveolar terjadi karena ujung lidah (apeks) menyentuh alveolar. Konsonan [d]

adalah bunyi apikoalveolar. Bunyi dorsoveolar ialah [k], [g], [nj]. Bunyi glotal terjadi di

tenggorokan [?] terjadi bila glotis menutup, [h] terjadi bila glotis tetap terbuka. Bunyi [h]

sering kali juga dianggap bunyi faringgal. Memang ada dua macam desah, ada yang

faringgal ada yang laringgal. Dengan demikian lambang fonetiknya haruslah dibedakan.

Di samping dasar ucapan, klasifikasi konsonan harus dilakukan pula berdasarkan

jenis ucapan (cara ucapan). Terdapat lima jenis artikulasi yaitu hentian (stop), spiran,

sengau, lateral, getar. Yang termasuk konsonan hentian ialah [p], [b], [t], [d], [c], [j], [k],

dan [g]. Bunyi-bunyi itu disebut plosif atau eksplosif sebab dibentuk dengan jalan

menutup jalan udara secara sementara saja kemudian dibuka sehingga terjadi letupan.

Penutupan jalan udara itu biasa terjadi karena bibir atas dan bawah dirapatkan

(bilabial); bisa juga terjadi karena bibir disentuhkan dengan gigi, atau alveolo

(apikodental atau apiko alveolar) kalau penutupan itu terjadi karena dorsum dilekatkan

(12)

Berdasarkan paparan-paparan di atas, maka dapat diklasifikasikan jenis-jenis

konsonan menurut proses memroduksi bunyi bahasa. Adapun jenis-jenis konsonan

yang dimaksud adalah sebagai berikut.

1) Konsonan Letupan, dihasilkan dengan cara udara dihambat kemudian diletupkan

oleh artikulator. Konsonan letupan dibagi atas lima jenis yaitu:

a) yang dihasilkan di antata bibir [p], [b];

b) yang dihasilkan oleh ujung lidah dan langit-langit keras;

c) yang dihasilkan oleh ujung lidah dan lengkung kaki gigi [t], [d];

d) yang dihasilkan oleh tengah lidah dan langit-langit keras [c], [j];

e) yang dihasilkan oleh pangkal lidah dan langit-langit tekak [k], [g].

2) Gugus/Klaster, konsonan rangkap atau lebih yang termasuk dalam satu suku kata

yang sama

3) Konsonan Sengau, dihasilkan dengan menutup arus udara keluar dari rongga mulut

dengan membuka agar dapat keluar melalui hidung. Konsonan sengau dibagi atas

empat jenis yaitu:

a) dihasilkan antara bibir [m]

b) dihasilkan ujung lidah dan lengkung gigi atas/gusi [n]

c) dihasilkan tengah lidah dan langit-langit keras [ny]

d) dihasilkan pangkal lidah dan langit-langit lunak [ng]

4) Konsonan Samping, konsonan yang dihasilkan dengan menghalangi arus udara

sedemikian rupa sehingga dapat keluar hanya melalui sebelah/kedua belah sisi lidah.

Tempat artikulasinya adalah ujung lidah dengan lengkung kaki gigi [l]

5) Konsonan Geseran/Frikatif, konsonan yang dihasilkan oleh alur yang amat sempit

sehingga sebagian besar arus udara terhambat. Penghambatan terjadi pada:

a) penyempitan dinding varing dan pangkal lidah [h];

b) penyempitan pangkal lidah dan anak tekak [r];

c) penyempitan daun lidah dan lengkung kaki gigi [s], [z]; dan

(13)

6) Konsonan Paduan/Afrikat, dihasilkan dengan menghambat arus udara pada salah

satu tempat artikulasi secara implosif lalu dilepaskan secara penyempitan

7) Konsonan Getaran [r]

Referensi

Dokumen terkait

Saat pernafasan biasa (quiet breathing), untuk ekspirasi tidak diperlukan kegiatan otot, cukup dengan daya elastis paru saja udara di dalam paru akan keluar saat

Pyramid disimpan sebagai suatu file baru berekstensi .rrd (Reduced Resolution Dataset).. Karena sistem koordinat peta yang akan kita registrasi koordinatnya adalah

Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa modal kerja berpengaruh positif terhadap Return on Asset sejalan dengan teori dimana jumlah modal kerja bersih yang merupakan

Dengan adanya perbedaan dari beberapa hasil penelitian di atas, yang menunjukkan bahwa tidak selamanya disiplin kerja berpengaruh terhadap prestasi kerja.Oleh karena itu,

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tekanan penyebab trauma yang dialami oleh tokoh Ajo Kawir, dampak trauma yang diderita, dan mendeskripsikan bentuk

sarana belajar untuk merangsang siswa berpikir produktif, terlihat guru menyuguhkan materi untuk dipelajari, membawa peta Indonesia, dan memyediakan LKS •

Tidak hanya gebyok, saya mendapatkan banyak mendengar cerita dari "arga mengenai cerita kali 1engek, maupun cerita tokoh!tokoh yang kini makamnya berada di