• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bedah Buku Dan Filsafat Pendidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Bedah Buku Dan Filsafat Pendidikan"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENGERTIAN DAN KEDUDUKAN FILSAFAT DALAM ILMU

PENGETAHUAN DAN KEHIDUPAN MANUSIA

A. Pengertian Filsafat Secara Keseluruhan

Filsafat berasal dari Griek berasal dari kata Pilos (cinta), Sophos (kebijaksanaan), tahu dengan mendalam, hikmah. Filsafat menurut term : ingin tahu dengan mendalam (cinta pada kebijaksanaan). Menurut Ciceros (106-43 SM), penulis Romawi orang yang pertama memakai kata-kata filsafat adalah Phytagoras (497 SM), sebagai reaksi terhadap cendikiawan pada masanya yang menamakan dirinya ”Ahli pengetahuan”, Phytagoras mengatakan bahwa pengetahuan dalam artinya yang lengkap tidak sesuai untuk manusia . tiap-tiap orang yang mengalami kesukaran-kesukaran dalam memperolehnya dan meskipun menghabiskan seluruh umurnya, namun ia tidak akan mencapai tepinya. Jadi pengetahuan adalah perkara yang kita cari dan kita ambil sebagian darinya tanpa mencakup keseluruhannya. Oleh karena itu, maka kita bukan ahli pengetahuan, melainkan pencari dan pencinta pengetahuan.

Menurut Prof, I.R. PUDJAWIJATNA menerangkan juga ”Filo” artinya cinta dalam arti seluas-luasnya yaitu ingin dan karena ingin itu selalu berusaha mencapai yang diinginkannya . ”Sofia artinya kebijaksanaan artinya pandai, mengerti dengan mendalam. Datangnya hikmah bukan dari penglihatan saja, tetapi juga dari penglihatan dan hati, atau dengan kata-kata lain , dengan mata hati dan pikiran yang tertuju kepada alam yang ada disekeling kita, banyak orang yang melihat tetapi tidak memperhatikan.

B. Filsafat Sebagai Induk Ilmu Pengetahuan

(2)

mengetahui apa yang kita tahu dan apa yang belum kita tahu. Filsafat dalam pandangan tokoh-tokoh dunia diartikan sebagai berikut:

Plato (427 – 348 sm), filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli

Aristoteles (382 – 322 sm), filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung dalam ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, ekonomi, politik dan estetika

Al Kindi (801 – ……m), filsafat adalah pengetahuan tentang realisasi segala sesuatu sejauh jangkauan kemampuan manusia

Al Farabi (870 – 950 m), filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam wujud bagaimana hakikat sebenarnya.

Prof. H. Muhammad Yamin, filsafat adalah pemusatan pikiran, sehingga manusia menemui kepribadiannya. Di dalam kepribadiannya itu dialami sesungguhnya. Dalam kamus Bahasa Indonesia, filsafat dapat diartikan sebagai berikut

1. Teori atau analisis logis tentang prinsip-prinsip yang mendasari pengaturan, pemikiran pengetahuan, sifat alam semesta.

2. Prinsip-prinsip umum tentang suatu bidang pengetahuan.

3. Ilmu yang berintikan logika ,estetika, metafisika, dan epistemologi 4. Falsafah

(3)

disebut salah (logika); (2) mana yang dianggap baik dan mana yang dianggap buruk (etika); (3)apa yang termasuk indah dan apa yang termasuk jelek (estetika).

Kemudian ketiga cabang utama itu berkembang lagi menjadi cabang-cabang filsafat yang mempunyai bidang kajian yang lebih spesifik. Cabang-cabang filsafat tersebut antara lain mencakup:

Epistemologi (Filsafat Pengetahuan) Etika (Filsafat Moral)

Estetika (Filsafat Seni) Metafisika

Politik (Filsafat Pemerintahan) Filsafat Agama

Filsafat Ilmu Filsafat Pendidikan Filsafat Hukum Filsafat Sejarah Filsafat Matematika

(4)

BAB II

PENGERTIAN PENDIDIKAN

DAN FILSAFAT PENDIDIKAN SERTA PERANANNYA

A. Pengertian Filsafat Pendidikan

Pandangan fislafat pendidikan sama dengan perananya merupakan landasan filosofis yang menjiwai seluruk kebijaksanaan pelaksanaan pendidikan. Dimana landasan filsofis merupakan landasan yang berdasarkan atas filsafat. Landasan filsafat menalaah sesautu secara radikal, menyeluruh, dan konseptual tentang religi dan etika yang bertumpu pada penalran. Oleh karena itu antara filsafat dengan pendidikan sangat erat kaitannya, dimana filsafat mencoba merumuskan citra tentang manusia dan masyarkaat sedangkan pendidikan berusahan mewujudkan citra tersebut.

Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan.

(5)

1. Filsafat mempuyai objek lebih luas, sifatnya universal. Sedangkan filsafat pendidikan objeknya terbatas dalam dunia filsafat pendidikan saja

2. Filsafat hendak memberikan pengetahuan/ pendiidkan atau pemahaman yang lebih mendalam dan menunjukkan sebab-sebab, tetapi yang tak begitu mendalam 3. Filsafat memberikan sintesis kepada filsafat pendidikan yang khusus, mempersatukan dan mengkoordinasikannya

4. Lapangan filsafat mungkin sama dengan lapangan filsafat pendidikan tetapi sudut pandangannya berlainan

Dalam menerapkan filsafat pendidikan, seoran guru sebagai pendidik dia mengharapkan dan mempunyai hak bahwa ahli-ahli filsafat pendidikan menunjukkan dirinya pda masalah pendiidkan pad aumumnya serta bagaimna amasalah itu mengganggu pada penyekolhan yang menyangkut masalah perumusan tujuan, kurkulum, organisasi sekolah dan sebagainya. Dan para pendidik juga mengahrapkan dari ahli filsafat pendiidkan suatu klasifikasi dari uraian lebih lanjut dari konsep, argumen dirinya literatur pendidikan terutam adalam kotraversi pendidikan sistem-sistem, pengjuian kopetensi minimal dan kesamaan kesepakatan pendidikan.

(6)

BAB III

PROBLEMA POKOK FILSAFAT DAN PENDIDIKAN

A. Objek Dan Sudut Pandang Filsafat

Berpikir merupakan subjek dari filsafat pendidikan. Akan tetapi, tidak semua berpikir berarti berfilsafat. Subyek filsafat pendidikan adalah seseorang yang berpikir atau memikirkan hakikat sesuatu dengan sungguh-sungguh dan mendalam tentang bagaimana memperbaiki pendidikan.

Obyek filsafat, obyek itu dapat berupa suatu barang atau subyek itu sendiri. Obyek filsafat dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

1) Obyek materi, yaitu segala sesuatu atau realita, ada yang harus ada (disebut dengan absoluth/ mutlak, yaitu Sang Pencipta) dan ada yang tidak harus ada (mahluk yang diciptakan Tuhan).

2) Obyek formal/ sudut pandang, yaitu mencari keterangan sedalam-dalamnya, sampai keakarnya persoalan sampai kepada sebab-sebab terakhir tentang objek materi filsafat, sepanjang kemungkinan yang ada pada akal budi manusia.

Pandangan atau sudut pandang yang berbeda terhadap suatu obyek akan melahirkan filsafat yang berbeda-beda. Misalnya, mengambil manusia sebagai obyeknya. Jika dilihat dari segi jiwanya saja, maka akan muncul filsafat tentang jiwa manusia, yang disebut Psikologi. Jika dilihat dari segi rasa, muncul filsafat yang disebut estetika. Jika dilihat dari segi akal manusia, muncul filsafat yang dikenal Logika.

Pandangan mengenai hasil dari usaha manusia menyangkut akal, rasa dan kehendak dapat dijadikan satu, yang disebut filsafat kebudayaan. Sebab kebudayaan menyangkut ketiga segi dan alat-alat kejiwaan manusia tadi.

Selanjutnya, jika ilmu pengetahuan yang menjadi menjadi objek filsafat maka menjadi filsafat ilmu pengetahuan. Dalam rangka menggali, menyusun, dan mengembangkan pemikiran kefilsafatan tentang pendidikan, maka perlu diikuti pola dan pemikiran kefilsafatan pada umumnya. Adapun pola dan sistem pemikiran kefilsafatan sebagai suatu ilmu adalah:

(7)

2) Tinjauan terhadap permasalahan yang dipikirkan bersifat radikal artinya menyangkut persoalan yang mendasar sampai keakar-akarnya.

3) Ruang lingkup pemikirannya bersifat universal, artinya persoalan-persoalan yang dipikirkan mencakup hal-hal yang menyeluruh dan mengandung generalisasi bagi semua jenis dan tingkat kenyataan yang ada di alam ini, termasuk kehidupan umat manusia, baik pada masa sekarang maupun masa mendatang.

4) Meskipun pemikiran yang dilakukan lebih bersifat spekulatif, artinya pemikiran-pemikiran yang tidak didasari dengan pembuktian-pembuktian empiris atau eksperimental (seperti dalam ilmu alam), akan tetapi mengandung nilai-nilai obyektif. Dimaksud dengan nilai obyektif oleh permasalahannya adalah suatu realitas (kenyataan) yang ada pada obyek yang dipikirkannya.

Pola dan sistem berpikir filosofis demikian dilaksanakan dalam ruang lingkup yang menyangkut bidang-bidang sebagai berikut:

1) Cosmologi, yaitu suatu pemikiran dalam permasalahan yang berhubungan dengan alam semesta, ruang dan waktu, kenyataan hidup manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan, serta proses kejadian kejadian dan perkembangan hidup manusia di alam nyata dan sebagainya.

2) Ontologi yaitu suatu pemikiran tentang asal-usul kejadian alam semesta, dari mana dan kearah mana proses kejadiannya. Pemikiran ontologis akhirnya akan menentukan suatu kekuatan yang menciptakan alam semesta ini, apakah pencipta itu satu zat (monisme) ataukah dua zat (dualisme) atau banyak zat (pluralisme). Dan apakah kekuatan penciptaan alam semesta ini bersifat kebendaan, maka paham ini disebut materialisme.

B. Sikap Manusia Terhadap Filsafat

Sesuai dengan macam-macam dan perbedaan pengertian mereka terhadap arti kata filsafat, maka dapat digolongkan menjadi :

1) Pandangan yang berpendapat bahwa setiap mendengar kata “ filsafat “ maka yang ada dalam bayangan mereka adalah sesuatu yang ruwet dan sulit. Yang dalam yang hanya dapat dipahami oleh orang tertentu saja.

(8)

3) Pandangan yang bersifat negatif karena mengambil manfaat secara negatif, dengan mengatakan dengan berfilsafat adalah bermain api atau berbahaya.Karena pengertian filsafat hanya dibatasi pada pengertian mencari hakikat Tuhan.

4) Golongan yang memandang dari sudut positif, yakni filsafat adalah suatu lapangan studi, tempat melatih akal untuk berpikir. Jadi setiap manusia mempunyai kemungkinan untuk berfilsafat.

Filsafat sebagai lapangan studi banyak memberikan nilai kegunaan bagi yang mempelajarinya, antara lainnya:

1) Ilmu filsafat dapat dijadikan pedoman dalam kenyataan kehidupan sehari-hari baik sebagai individu ataupun sebagai anggota masyarakat.

2) Bila memiliki filsafat hidup, pandangan hidup akan menjadi mantap yang akhirnya menentukan criteria baik buruknya tingkah laku, yang dipilih atas dasar keputusan batin sendiri. Jadi manusia telah memiliki kebebasan dan kepribadian sendiri.

3) Kehidupan dan penghidupan ke arah gejala yang negatif dalam keadaan masyarakat yang serba tidak pasti akan dapat dikurangi.

4) Tingkah laku manusia pada dasarnya ditentukan oleh filsafat hidupnya, maka manusia terus berusaha memiliki filsafat agar tingkah lakunya berguna.

C. Problem Esensial Filsafat Dan Pendidikan

Masalah pendidikan adalah merupakan masalah hidup dan kehidupan manusia. Proses pendidikan berada dan berkembang bersama proses perkembangan hidup dan kehidupan manusia, bahkan keduanya pada hakikatnya adalah proses yang satu. Lodge mengatakan bahwa seluruh proses dan kehidupan manusia adalah proses pendidikan segala pengalaman sepanjang hidupnya merupakan dan memberikan pendidikan baginya.

(9)

menggunakan analisa ilmiah semata-mata, tetapi memerlukan analisa dan pemikiran yang mendalam, yaitu analisa filsafat.

Beberapa contoh permasalahan pendidikan yang memerlukan analisa filsafat dalam memahami dan memecahkannya adalah:

1) Apakah pendidikan bermanfaat atau berguna membina kepribadian manusia atau tidak? Apakah potensi hereditas yang menentukan kepribadian ataukah faktor luar? Mengapa anak yang potensi hereditasnya relatif baik, tanpa pendidikan dan lingkungan yang baik tidak mencapai perkembangan kepribadian sebagaimana diharapkan?

2) Apakah tujuan pendidikan itu sesungguhnya? Apakah pendidikan berguna bagi individu sebdiri atau untuk kepentingan sosial; apakah pendidikan itu dipusatkan pada pembinaan manusia pribadi atau masyarakat?

3) Apakah hakikat masyarakat itu dan bagaimanakah kedudukan individu di dalam masyarakat?

Masalah-masalah tersebut hanyalah sebagian dapi problematika pendidikan, yang dalam pemecahannya memerlukan usaha-usaha pemikiran yang mendalam dan sistematis. Dalam memecahkan masalah tersebut, analisa filsafat menggunakan berbagai macam pendekatan yang sesuai dengan permasalahannya. Di antaranya pendekatan yang digunakan antara lain:

1) Pendekatan secara spekulatif

(10)

2) Pendekatan normatif

Yaitu nilai atau aturan dan ketentuan yang berlaku dan dijunjung tinggi dalam hidup dan kehidupan, juga merupakan masalah kependidikan. Dengan pendekatan ini, diharapkan untuk berusaha memahami nilai-nilai norma yang berlaku dalam hidup dan kehidupan manusia dalam proses kehidupan, serta bagaimana hubungan nilai dan norma tersebut dengan pendidikan. Sehingga dapat dirumuskan petunjuk-petunjuk ke arah mana usaha pendidikan akan diarahkan.

3) Pendekatan analisa konsep

Artinya, pengertian, atau tangkapan seseorang terhadap suatu obyek. Setiap orang memiliki pengertian atau penangkapan yang berbeda-beda mengenai suatu hal yang sama. Dengan pendekatan ini, diharapkan untuk memahami konsep dari para ahli pendidikan tentang bagaimana masalah yang berhubungan dengan pendidikan.

4) Analisa ilmiah

Sasaran pendekatan ini adalah masalah-masalah kependidikan yang aktual, yang menjadi problema di masa kini. Dengan menggunakan metode-metode ilmiah, dapat didiskripsikan dan kemudian dipahami permasalah-permasalahan yang hidup dalam masyarakat dan dalam proses pendidikan serta aktivitas yang berhubungan dengan pendidikan.

Selanjutnya, menurut Harry Schofield, sebagaimana dikemukakan oleh Imam Bernadib dalam bukunya Filsafat Pendidikan, menekankan bahwa analisa filsafat terhadap masalah-masalah pendidikan digunakan dua macam pendekatan, yaitu: 1) Pendekatan filsafat historis

Yaitu dengan cara mengadakan deteksi dari pertanyaan-pertanyaan filosofis yang diajukan, mana-mana yang telah mendapat jawaban dari para ahli filsafat sepanjang sejarah. Dari jawaban-jawaban yang ada, dapat dipilih jawaban mana yang sekiranya sesuai dan dibutuhkan.

2) Pendekatan filsafat kritis

Yaitu dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan filosofis dan diusahakan jawabannya secara filosofis pula. Analisa dalam pendekatan filsafat kritis adalah: 1) Analisa bahasa (linguistik)

(11)

2) Analisa konsep

Sedangkan analisa konsep adalah suatu analisa mengenai istilah-istilah (kata-kata) yang mewakili gagasan.

BAB IV

PROSES HIDUP SEBAGAI DASAR FILSAFAT PENDIDIKAN

PROSES HIDUP SEBAGAI DASAR FILSAFAT PENDIDIKAN

A. Keterkaitan antara Proses Pendidikan dan Kehidupan

Pendidikan adalah masalah yang memerlukan perhatian khusus demi keberlangsungan hidup seseorang. Semua pengalaman yang dialami seseorang semenjak dia lahir sampai dewasa atau meninggal dapat dikatakan sebagai proses yang mengarah ke pendidikan.

Pendidikan formal yang ada di sekolah sejatinya hanyalah salah satu bagian terkecil dari beberapa bagian yang harus dipenuhi dalam kehidupan sebab pendidikan yang sesungguhnya yakni ketika seseorang berada di lingkungan keluarga dan masyarakat yang lebih nyata dalam mendapatkan pendidikan secara alami. Namun hal tersebut tidak menjadikan pendidikan formal tidak serta merta harus ditinggalkan. Ia tetap diperlukan sebagai bagian dari proses pendidikan bagi seseorang.

(12)

tua atau penghuni rumah, semua itu adalah bentuk pendidikan yang sedang dijalani dalam lingkungan keluarga.

Pengertian pendidikan berarti usaha manusia dewasa secara sadar dalam membimbing, melatih, mengajar, dan menanamkan nilai-nilai dan pandangan hidup kepada manusia yang belum dewasa. Tujuannya, agar menjadi manusia dewasa, bertanggung jawab, dan mampu mandiri sesuai sifat, hakikat, dan ciri-ciri kemanusiaannya. Masalah kependidikan mempunyai ruang lingkup yang luas pula, yang meliputi segala aspek kehidupan dan pengalaman yang dialami manusia sejak lahir sampai mati. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan sangat berkaitan erat dengan proses kehidupan manusia seumur hidup. Oleh karena itu, pendidikan mempunyai kedudukan penting yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia.

Sebagaimana dikemukakan oleh John Dewey dalam analisisnya sebagai berikut:

1. Education as a necessity on life 2. Education as social function. 3. Education as direction. 4. Education as growth.

5. Preparation, unfolding and formal discipline. Atau dengan kata lain pendidikan sebagai: 1. Salah satu kebutuhan hidup.

2. Salah satu fungsi sosial. 3. Bimbingan.

4. Sarana pertumbuhan.

(13)

Jadi, pendidikan merupakan suatu aktivitas manusia terhadap manusia dan untuk manusia, atau yang berhubungan dengan kehidupan manusia dengan segala problematikanya.

B. Proses Hidup Manusia dan Filsafat Pendidikan

Manusia sebagai penghuni alam jagat ini ternyata banyak mengikut kepada hukum yang berlaku di alam jagat ini. Namun sebagai makhluk, dia bukanlah sebagai makhluk-makhluk lain. Ia diberi oleh Tuhan ciri-ciri khusus untuk membolehkannya memegang jabatan sebagai wakil atau khalifah Allah di atas bumi.

Sudah merupakan suatu kenyataan dalam proses kehidupan manusia, bahwa mereka harus melaksanakan tugas-tugas hidup yang dilaksanakan dan ditunaikan dengan baik dan sempurna, sejak zaman kehidupan mereka yang sederhana, dihutan rimba dan digoa batu, atau ditempat lainnya, sampai kehidupan umat abad 21 ini. Di dalam kehidupan manusia yang sederhana, mereka bersusah payah dan penuh kesulitan yang beragam dalam menghadapi perjuangan hidup, bersama dengan hewan dan makhluk lainnya dalam memperebutkan makanan dan tempat tinggal.

Kita sebagai orang awam sudah puas dengan jawaban pancaindra, karena sudah menyaksikan dengan mata sendiri, bahwa manusia itu ada. Tetapi, ahli pikir seperti H.V.Loon tidak puas dengan hal demikian. Ia ingin hakikat, yakni hakikat hidup. Sehingga timbul beberapa pertanyaan darinya yang mungkin bagi orang lain sangat tidak perlu untuk dipertanyakan.

(14)

yang infra human, artinya di bawah taraf manusia, seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan, tidak dapat bertanya karena tidak mengerti. Manusia mengerti, manusia menangkap dirinya. Dalam tangkapan itu, timbullah pertanyaan tentang diri sendiri dan arti hidupnya.

Oleh karena itu, wajib bagi manusia menyadari dengan sungguh-sungguh akan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan tadi. Proses pemikiran manusia seperti ini dalam kehidupan manusia, juga mendasari perkembangan filsafat pendidikan atau sebagai dasar filsafat pendidikan. Dalam perkembangan sejarah umat manusia, maka tampillah manusia-manusia unggul yang mengadakan perenungan, pemikiran, penganalisisan terhadap problem hidup dan kehidupan, dan alam semesta.

Proses kehidupan umat manusia pada abad ke-XX telah mengalami perubahan drastis. Pembangunan yang luar biasa dari ilmu pengetahuan dan teknologi telah mendorong kehidupan umat manusia, prosesnya lebih maju 100 tahun dari sebelumnya. Dengan kemajuan teknologi, maka jarak antarbenua terasa semakin dekat, baik melalui hubungan transportasi, telekomonikasi, dan lain-lain. Peristiwa yang terjadi disuatu Negara telah dapat diketahui pada saat itu juga, atau relative cepat diketahui oleh negara lain. Dan masih banyak lagi dalam penggunaan teknologi canggih yang ada di negara kita, yang semula dianggap mustahil dan ajaib sekarang sudah menjadi barang biasa.

Manusia sebagai makhluk hidup umumnya mempunyai ciri-ciri sebagai berikut

1. Organ tubuhnya kompleks dan sangat khusus, terutama otaknya. 2. Mengadakan metabolisme atau penyusunan dan pembongkaran zat, yaitu ada zat yang masuk dan keluar.

(15)

4. Memiliki potensi untuk berkembang. 5. Tumbuh dan berkembang.

6. Berinteraksi dengan lingkungannya. 7. Bergerak.

Apabila dibandingkan dengan tubuh hewan tingkat tinggi lainnya, seperti gajah, harimau, burung dan buaya, tubuh manusia lebih lemah. Gajah dapat mengangkat balok yang berat, harimau dapat berjalan cepat, burung dapat tebang, dan buaya dapat berenan cepat. Sekalipun demikian, rohani manusia, yaitu akal budi dan kemauannya, manusia dapat menggembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan kedua alat tersebut, manusia dapat menguasai dan mengungguli makhluk lain.

Manusia memiliki salah satu sifat yang paling esensial, yaitu berpikir, dan lahirnya filsafat pendidikan tentang manusia berasal dari pemikiran manusia tantang jati dirinya yang unik dan misterius.

C. Fungsi Pendidikan dalam Kehidupan Manusia

(16)

Menurut Prof. Richey tersebut, istilah pendidikan berkenaan dengan fungsi yang luas mengenai pemeliharaan dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat, terutama memperkenalkan kepada warga mengenai tanggung jawab bersama di dalam masyarakat. Jadi, pendidikan adalah suatu proses yang lebih luas daripada proses yang berlangsung di dalam sekolah. Pendidikan adalah suatu aktivitas sosial yang memungkinkan masyarakat tetap ada dan berkembang. Di dalam masyarakat yang kompleks, fungsi pendidikan mengalami proses spesialisasi dam melembaga dalam pendidikan formal, yang senantiasa tetap berhubungan dengan proses pendidikan informal di luar sekolah.

Menurut Prof. Lodge tersebut, perkataan pendidikan terkadang dipakai dalam pengertian yang luas dan kadang dalam arti yang lebih sempit. Dalam pengertian yang lebih luas, semua pengalaman dapat dikatakan sebagai pendidikan. Sebagai contoh, seorang anak dapat mendidik orang tuanya sebagaimana halnya seorang murid dapat pula mendidik gurunya.

Segala sesuatu yang kita katakan, pikiran, atau kerjakan dapat mendidik kita. Demikian pula, apa yang dikatakan atau dilakukan sesuatu kepada kita, baik dari benda-benda mati maupun benda-benda hidup. Dalam pengertian yang lebih luas ini, hidup adalah pendidikan dan pendidikan adalah proses hidup dan kehidupan yang berjalan bersama, tidak terpisah satu sama lain karena berlangsung di dalam dan oleh proses masyarakat, sehingga sekurang-kurangnya tiap pribadi manusia terlibat dengan pengaruh pendidikan. Jadi pendidikan meliputi seluruh umat manusia, sepanjang sejarah adanya manusia dan sepanjang hidup manusia.

(17)

dengan sekolah yaitu pengajaran formal dalam kondisi dan situasi yang diatur, yang hanya menyangkut pribadi yang secara suka rela mengikutinya.

D. Tujuan Filsafat Pendidikan

Filsafat pendidikan memiliki tujuan di antaranya sebagai berikut :

1. Memberikan landasan dan sekaligus mengarahkan kepada proses pelaksanaan pendidikan;

2. Membantu memperjelas tujuan-tujuan pendidikan;

3. Melaksanakan kritik dan koreksi terhadap proses pelaksanaan tersebut;

4. Melakukan evaluasi terhadap metode dari proses pendidikan;

Tujuan filsafat pendidikan memberikan inspirasi bagaimana mengorganisasikan proses pembelajaran yang ideal. Teori pendidikan bertujuan menghasilkan pemikiran tentang kebijakan dan prinsip-prinsip pendidikan yang didasari oleh filsafat pendidikan. Praktik pendidikan atau proses pendidikan menerapkan serangkaian kegiatan berupa implementasi kurikulum dan interaksi antara guru dengan peserta didik guna mencapai tujuan pendidikan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori-teori pendidikan.

(18)

BAB V

TUJUAN HIDUP DAN TUJUAN PENDIDIKAN A. Tujuan Hidup

Mengetahui tujuan hidup tidak akan terlepas dari siapa yang memberikan kehidupan sebagai asal kehidupan itu sendiri, dan mengetahui asal dari kehidupan tidak bisa terlepas dari pengenalan terhadap diri sendiri, sebagai mana dijelaskan oleh Imam Ali a.s. dalam Nahjul Balaghah bahwa, “Awwaluddiin ma’rifatuhuu…” artinya “Awal agama adalah mengenal Allah”. Yang telah memberikan kehidupan.

Dalam kesempatan yang lain Imam Ali a.s. menyatakan, “Siapa yang mengenal dirinya pasti mengenal Tuhannya”. karan diri adalah ego yang sering membuat manusia itu egois dengan dirinya, lupa akan siapa dirinya yang tercipta dari segumpal darah menjadi segumpal daging serta tanah tak tak bernilai, jika manusia sadar mengapa dia tercipta dari tanah yang rendah dan slalu diinjak injak pasti dia akan menyadari bahwa hidupnya hanyalah seorang budak yang setiap saat tunduk serta merendahkan diri dan siap untuk menerima injakan dan cobaan dari Penciptanya. Dalam hal ini Self-managing sangat berperan untuk lebih mengetahui dengan jelas apa yang ingin kita capai, selanjutnya adalah mengelola diri kita untuk mencapai tujuan tersebut.

(19)

Manusia tidak tahu kapan akan mencapai tujuan hidupnya yaitu mati, karena itu siapkanlah diri untuk menghadapi kematian dengan sebaik-baiknya. Dengan kata lain, “Belajarlah mati sebelum mati” (Mutuu qabla an tamuutuu), yaitu belajar dan berusaha agar kita selalu siap, agar sewaktu-waktu bila telah sampai pada tujuan, kembalilah dengan selamat dan bahagia. yaitu matinya orang orang yang bertakwa, yang hatinya selalu berzikir dan ingat kepada Allah dalam keadaan apa pun, dalam Al qur’an dijelaskan ” Wajah-wajah mereka (orang-orang beriman) pada hari itu berseri-seri. Mereka melihat kepada Tuhannya.

B. Tujuan Pendidikan

Filsafat pendidikan merupakan aplikasi filsafat dalam pendidikan (Kneller, 1971). Pendidikan membutuhkan filsafat karena masalah-masalah pendidikan tidak hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan yang dibatasi pengalaman, tetapi masalah-masalah yang lebih luas, lebih dalam, serta lebih kompleks, yang tidak dibatasi pengalaman maupun fakta-fakta pendidikan, dan tidak memungkinkan dapat dijangkau oleh sains pendidikan.

Seorang guru, baik sebagai pribadi maupun sebagai pelaksana pendidikan, perlu mengetahui filsafat pendidikan. Seorang guru perlu memahami dan tidak boleh buta terhadap filsafat pendidikan, karena tujuan pendidikan senantiasa berhubungan langsung dengan tujuan hidup dan kehidupan individu maupun masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan . Tujuan pendidikan perlu dipahami dalam hubungannya dengan tujuan hidup. Guru sebagai pribadi mempunyai tujuan hidupnya dan guru sebagai warga masyarakat mempunyai tujuan hidup bersama.

(20)

Kalau kita berbicara tentang pendidikan, tentunya tidak akan terlepas dari masalah apa sih sebenarnya tujuan pendidikan itu. Pendidikan dapat dikatakan berhasil jika sudah mempunyai tujuan-tujuan yang jelas dan ditempuh dengan tindakan-tindakan yang jelas pula. Di Indonesia sendiri, dari masalah pendidikan ini akhirnya muncul polemik-polemik yang harus segera dipecahkan. Kalau boleh bicara jujur, sebenarnya pendidikan di Indonesia ini masih dapat dikatakan belum berhasil. Terbukti dengan semakin tingginya angka pengangguran di setiap tahunnya.

BAB VI

FUNGSI PENDIDIKAN DALAM KEHIDUPAN MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BIOLOGI

A. Fungsi Pendidikan dalam Hidup dan kehidupan Manusia

(21)

Pendidikan adalah suatu aktivitas sosial yang memungkinkan masyarakat tetap ada dan berkembang. Didalam masyarakat yang kompleks,fungsi pendidikan ini mengalami proses spesialisasi dan melembaga dengan pendidikan formal yang senantiasa tetap behubungan dengan proses pendidikan informal di luar sekolah.

Menurut Prof.Lodge tersebut bahwa perkataan pendidikan di pakai kadang-kadang dalam pengertian yang lebih luas dan dalm arti sempit .Dalam pengertian yang lebih luas: semua pengalaman dapat dikatakan sebagai pendidikan,sebagai contoh:seorang anak dapat mendidik orang tuanya sebagaimana halnya seorang murid dapat pula seorang murid dapat pula mendidik gurunya,bahkan seekor anjing pun dapat pula mendidik tuannya. segala sesuatu yang kita katakan ,pikiran atau kerjaan,dapat mendidim kita,demikian pula apa yang dikatakan atau dilakukukan sesuatu kepada kita,baik dari benda-benda mati maupun benda-benda-benda-benda hidup.Dalam pengertian yang lebih luas ini,bahwa hidup adalah pendidikan ,dan pendidikan adalah proses hidup dan kehidupan,yang berjalan sama,tidak terpisah satu sama lainnya.

sedangkan dalam pengertian yang lebih sempit,di uraikan selanjutnya olehLodge bahwa pendidikan dibatasi pada fungsi tertentu di dalam masyarakat yang terdiri atas penyerahan adat istiadat(tradisi) dengan latar belakang sosialnya,dan demikianlah seterusnya.

B. Peranan Lembaga Pendidikan

(22)

sekolah adalam lembaga pendidikan yang penting setelah keluarga,yang berfungsi juga membantu keluarga untuk medidik anak-anak.anak-anak mendapatkan pendidikan di lembaga ini,apa yang tidak di dapat di dalam keluarga atau karena kedua orang tuanya tidak mempunyai kesempatan untuk memberikan pendidikan dan pengajaran kepada anak-anaknya.Dan salah satu tugas pendidik utuk anak-anak ,oleh orang tua diserahkan kepada guru sebagai pendidik propesional untuk memberikan ilmu pengetahuan,keterampilan, jiwa beragama kepada anak dan sebagainya.

Bagi sekolah-sekolah negri yang di kelola oleh pemerintah ,maka masyarakat memperoleh banyak kemudahan dan keuntungan .adanya kewajiban belajar di tingkat bawah bagi tiap-tiap warga negara adalah merupakan perwujudan urgensi pendidikan bagi manusia buat keluarga,masyarakat dan negara .artinya negara sebagai lembaga hidup bersama lebih menyadari urgensi pendidikan bagi kepentingan warga negara ,berdasarkan nilai-nilai dan tujuan pendidikan yang berlaku di negara itu.Demikepentingan warga negara untuk membina kesejahteraan hidup brsama di dalam negara,maka pendidikan menjadi tanggung jawab dan kewajiban negara

C. pendidikan adalah suatu keharusan bagi manusia sebagai makhluk biologis.

(23)

berbagai macam gerakan ,menerkam dan lari seperti kepandaian yang di milki induknya.

Dari contoh tadi rupanya yangmelantar belakangi pendapat Lodge tersebut,bahwa bintang juga mendidik anak-anaknya .Binatang juga memelihara melindungi dan mengajarkan anak-anaknya,sehingga anak-anaknya itu dapat berdiri sendiri lepas dari induknya.

Berdasarkan uraian di atas jelaslah bahwa pendidikan itu bersaha untuk mengembangkan ptensi-potensi yang utuh yang merupakan aspek-aspek kepribadian termasuk didalamnya aspek individulualitas,moralitas,seimbanmg dengan kebutuhan jasmani dan rohani dan atara duniawi dan kubrowi.dan sebagai mana pada umumnya manusia selalu ingin terpenuhi segala kebutuhan hidupnya. Tetapi karena kehidupan ini selalu berubah atau bersifat nisbi sesuai dengan perkembangan social budaya sebagai diri manusia modern yang tak pernah berhenti menakhlukan kondisi lingkungan yang baru,maka kemampuan dan kebtuhan biologis fisikis social dan bersifat paedagogis semakin Nampak bertambah.

BAB VII

DEMOKRASI PENDIDIKAN A. Pengertian Demokrasi Pendidikan

(24)

vertikal ialah bahwa setiap anak mendapat kesempatan yang sama untuk mencapai tingkat pendidikan sekolah yang setinggi-tingginya sesuai dengan kemampuannya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, demokrasi diartikan sebagai gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua warga negara. Dalam pendidikan, demokrasi ditunjukkan dengan pemusatan perhatian serta usaha pada si anak didik dalam keadaan sewajarnya (intelegensi, kesehatan, keadaan sosial, dan sebagainya). Di kalangan Taman Siswa dianut sikap tutwuri handayani, suatu sikap demokratis yang mengakui hak si anak untuk tumbuh dan berkembang menurut kodratnya.

Dengan demikian, tampaknya demokrasi pendidikan merupakan pandangan hidup yang mengutarakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama di dalam berlangsungnya proses pendidikan antara pendidik dan anak didik, serta juga dengan pengelola pendidikan. Sedangkan demokrasi pendidikan dalam pengertian yang luas mengandung tiga hal yaitu :

1. Rasa hormat terhadap harkat sesama manusia

Demokrasi pada prinsip ini dianggap sebagai pilar pertama untuk menjamin persaudaraan hak manusia dengan tidak memandang jenis kelamin, umur, warna kulit, agama dan bangsa. Dalam pendidikan, nilai-nilai inilah yang ditanamkan dengan memandang perbedaan antara satu dengan yang lainnya baik hubungan antara sesama peserta didik atau hubungan dengan gurunya yang saling menghargai dan menghormati.

2. Setiap manusia memiliki perubahan ke arah pikiran yang sehat

(25)

kemampuan anak didik untuk berpikir dan memecahkan persoalan-persoalannya sendiri secara teratur, sistematis dan komprehensif serta kritis sehingga anak didik memiliki wawasan, kemampuan dan kesempatan yang luas.

3. Rela berbakti untuk kepentingan dan kesejahteraan bersama

Dalam konteks ini, pengertian demokrasi tidaklah dibatasi oleh kepentingan individu-individu lain. Dengan kata lain, seseorang menjadi bebas karena orang lain menghormati kepentingannya. Oleh sebab itu, tidak ada seseorang yang karena kebebasannya berbuat sesuka hatinya sehingga merusak kebebasan orang lain atau

kebebasannya sendiri.

Kesejahteraan dan kebahagiaan hanya tercapai bila setiap warga negara atau anggota masyarakat dapat mengembangkan tenaga atau pikirannya untuk memanjukan kepentingan bersama karena kebersamaan dan kerjasama inilah pilar penyangga demokrasi. Berkenaan dengan itulah maka bagi setiap warga negara diperlukan hal-hal sebagai berikut :

a. pengetahuan yang cukup tentang masalah-masalah kewarganegaraan (civic), ketatanegaraan, kemasyarakatan, soal-soal pemerintahan yang penting;

b. suatu keinsyafan dan kesanggupan semangat menjalankan tugasnya dengan mendahulukan kepentingan negara atau masyarakat daripada

kepentingan sendiri;

c. suatu keinsyafan dan kesanggupan memberantas kecurangan-kecurangan dan perbuatan-perbuatan yang menghalangi kemajuan dan kemakmuran masyarakat dan pemerintah.

B. Prinsip-Prinsip Demokrasi Dalam Pendidikan

(26)

1. Hak asasi setiap warga negara untuk memperoleh pendidikan

2. Kesempatan yang sama bagi warga negara untuk memperoleh pendidikan 3. Hak dan kesempatan atas dasar kemampuan mereka

Dari prinsip-prinsip di atas dapat dipahami bahwa ide dan nilai demokrasi pendidikan itu sangat banyak dipengaruhi oleh alam pikiran, sifat dan jenis masyarakat dimana mereka berada, karena dalam realitasnya bahwa pengembangan demokrasi pendidikan itu akan banyak dipengaruhi oleh latar belakang kehidupan dan penghidupan masyarakat. Misalnya masyarakat agraris akan berbeda dengan masyarakat metropolitan dan modern, dan sebagainya. Apabila yang dikemukakan tersebut dikaitkan dengan prinsip-prinsip demokrasi pendidikan yang telah diungkapkan, tampaknya ada beberapa butir penting yang harus diketahui dan diperhatikan,diantaranya :

1. Keadilan dalam pemerataan kesempata belajar bagi semua warga negara dengan cara danya pembuktian kesetiaan dan konsisten pada sistem politik yang ada;

2. Dalam upaya pembentukan karakter bangsa sebagai bangsa yang baik; 3. Memiliki suatu ikatan yang erat dengan cita-cita nasional.

Sedangkan pengembangan demokrasi pendidikan yang berorientasi pada cita-cita dan nilai demokrasi, akan selalu memperhatikan prinsip-prinsip berikut ini :

1. Menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sesuai dengan nilai-nilai luhurnya

2. Wajib menghormati dan melindungi hak asasi manusia yang bermartabat dan berbudi pekerti luhur

(27)

kemampuan pribadinya, dalam rangka engembangkan kreasinya ke arah perkembangan dan kemajuan iptek tanpa merugikan pihak lain.

C. Demokrasi Pendidikan di Indonesia

Demokrasi pendidikan merupakan proses buat memberikan jaminan dan kepastian adanya persamaan kesempatan buat mendapatkan pendidikan di dalam masyarakat tertentu.

Pelaksanaan demokrasi pendidikan di Indonesia pada dasarnya telah dikembangkan sedemikian rupa dengan menganut dan mengembangkan asas demokrasi dalam pendidikannya, terutama setelah diproklamirkannya kemerdekaan, hingga sekarang. Pelaksanaan tersebut telah diatur dalam perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, seperti berikut ini:

1. Pasal 31 UUD 1945;

a. Ayat (1): Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran. b. Ayat (2): pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional, yang diatur dengan undang-undang.

Dengan demikian di negara Indonesia, semua warga negara diberikan kesempatan yang sama untuk menikmati pendidikan, yang penyelenggaraan pendidikannya diatur oleh satu undang-undang sistem pendidikan nasional, dalam hal ini tentu saja UU nomor 2 tahun 1989.

2. UU Nomor 2 tahun 1989 tentang sistem Pendidikan Nasional. Menurut UU ini, cukup banyak dibicarakan tentang demokrasi pendidikan, terutama yang

erkaitan dengan hak setiap warga negara untuk memperoleh pendidikan, misalnya:

(28)

Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan.

b. Pasal 6;

Setiap warga negara berhak atas kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengikuti pendidikan agar memperoleh pengetahuan, kemampuan dan keterampilan yang sekurang-kurangnya setara dengan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan tamatan pendidikan dasar.

c. Pasal 7;

Penerimaan seseorang sebagai peserta didik dalam suatu satuan pendidikan diselenggarakan dengan tidak membedakan jenis kelamin, agama, suku, ras, kedudukan sosial dan tingkat kemampuan ekonomi, dan dengan tetap mengindahkan kekhususan satuan pendidikan yang bersangkutan.

d. Pasal 8;

1. Warga negara yang memiliki kelainan fisik dan atau mental berhak memperoleh pendidikan luar biasa.

2. Warga negara yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa berhak memperoleh perhatian khusus.

3. Pelaksanaan ketentuan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dan (2) ditetapkan dengan peraturan pemerintah.

3. Garis-garis Besar Haluan Negara di Sektor Pendidikan. D. Prinsip-prinsip demokrasi dalam pandangan islam

(29)

Sebagai acuan pemahaman demokrasi pendidikan dalam Islam, nampaknya tercermin pada beberapa hal sebagai berikut:

1. Islam mewajibkan manusia untuk menuntut ilmu. Hadits Nabi Muhammad SAW yang artinya :

“Menuntut ilmu adalah wajib hukumnya bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan.” (HR. Ibnu Majah)

Hadits tersebut mencerminkan bahwa di dalam Islam terdapat demokrasi pendidikan, dimana Islam tidak membedakan antara muslim laki-laki dan perempuan dalam hal kewajiban dan hak menuntut ilmu.

2. Adanya keharusan bertanya kepada ahli ilmu.

3. Didalam al Qur’an surat An Nahl ayat (43) Allah SWT berfirman: “Dan Kami tidak mengutus kepada mereka, kecuali orang laki-laki yang kami berikan wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kamu nkepada orang-orang yang mempunyai pengetahuan”. (Qs. An Nahl: 43).

4. Ayat tersebut mengisyaratkan bahwa apabila pendidik dan anak didik dalam proses belajar dan dalam pemahaman ilmu-ilmu tersebut terdapat hal-hal yang kurang dipahami, maka perlu bertanya kepada yang ahli dalam bidang tersebut.

BAB VIII

ALIRAN ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN

(30)

Dalam filsafat terdapat berbagai mazhab, aliran-aliran, seperti materialisme, idealisme, realisme, pragmatisme, dan lain-lain. Karena filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat, sedangkan filsafat beraneka ragam alirannya, maka dalam filsafat pendidikan pun kita akan temukan berbagai aliran, sekurang-kurnagnya sebanyak aliran filsafat itu sendiri.

Brubacher (1950) mengelompokkan filsafat pendidikan pada dua kelompok besar, yaitu filsafat pendidikan “progresif” dan filsafat pendidikan “ Konservatif”. Yang pertama didukung oleh filsafat pragmatisme dari John Dewey, dan romantik naturalisme dari Roousseau. Yang kedua didsari oleh filsafat idealisme, realisme humanisme (humanisme rasional), dan supernaturalisme atau realisme religius. Filsafat-filsafat tersebut melahirkan filsafat pendidikan esensialisme, erenialisme, dan sebagainya.

Berikut aliran-aliran dalam filsafat pendidikan: 1. Filsafat Pendidikan Idealisme

Filsafat idealisme memandang bahwa realitas akhir adalah roh, bukan materi, bukan fisik. Pengetahuan yang diperoleh melaui panca indera adalah tidak pasti dan tidak lengkap. Aliran ini memandang nilai adalah tetap dan tidak berubah, seperti apa yang dikatakan baik, benar, cantik, buruk secara fundamental tidak berubah dari generasi ke generasi. Tokoh-tokoh dalam aliran ini adalah: Plato, Elea dan Hegel, Emanuael Kant, David Hume, Al Ghazali.

2. Filsafat Pendidikan Realisme

(31)
(32)

2. Filsafat Pendidikan Materialisme

Materialisme berpandangan bahwa hakikat realisme adalah materi, bukan rohani, spiritual atau supernatural. Beberapa tokoh yang beraliran materialisme: Demokritos, Ludwig Feurbach.

4. Filsafat Pendidikan Pragmatisme

Pragmatisme dipandang sebagai filsafat Amerika asli. Namun sebenarnya berpangkal pada filsafat empirisme Inggris, yang berpendapat bahwa manusia dapat mengetahui apa yang manusia alami. Beberapa tokoh yang menganut filsafat ini adalah: Charles sandre Peirce, wiliam James, John Dewey, Heracleitos.

5. Filsafat Pendidikan Eksistensialisme

Materialisme berpandangan bahwa hakikat realisme adalah Filsafat ini memfokuskan pada pengalaman-pengalaman individu. Secara umum, eksistensialisme menekankn pilihan kreatif, subjektifitas pengalaman manusia dan tindakan kongkrit dari keberadaan manusia atas setiap skema rasional untuk hakekat manusia atau realitas. Beberapa tokoh dalam aliran ini : Jean Paul Satre, Soren Kierkegaard, Martin Buber, Martin Heidegger, Karl Jasper, Gabril Marcel, Paul Tillich.

6. Filsafat Pendidikan Progresivisme

(33)

7. Filsafat Pendidikan esensialisme

Esensialisme adalah suatu filsafat pendidikan konservatif yang pada mulanya dirumuskan sebagai suatu kritik pada trend-trend progresif di sekolah-sekolah. Mereka berpendapat bahwa pergerakan progresif telah merusak standar-standar intelektual dan moral di antara kaum muda. Beberapa tokoh dalam aliran ini: william C. Bagley, Thomas Briggs, Frederick Breed dan Isac L. Kandell.

8. Filsafat Pendidikan Perenialisme

Merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad kedua puluh. Perenialisme lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Mereka menentang pandangan progresivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru. Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian, dan ketidakteraturan, terutama dalam kehidupan moral, intelektual dan sosio kultual. Oleh karena itu perlu ada usaha untuk mengamankan ketidakberesan tersebut, yaitu dengan jalan menggunakan kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang telah menjadi pandangan hidup yang kukuh, kuat dan teruji. Beberapa tokoh pendukung gagasan ini adalah: Robert Maynard Hutchins dan ortimer Adler.

9. Filsafat Pendidikan rekonstruksionisme

Referensi

Dokumen terkait

Uji ini menunjukkan ada perbedaan rerata pengetahuan remaja terhadap aspek kesehatan, sosial, dan hukum aborsi yaitu : 10 remaja dengan hasil pengetahuan lebih rendah daripada

Opini Gubernur DKI-Jakarta tersebut bersesuaian dengan opini Ketua KPK, Agus Rahardjo di hadapan Komisi III DPR, pada Selasa (14/6/2016), yang mengatakan tidak ditemukan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diperoleh kesimpulan bahwa telah ditemukan cacing Fasciola gigantica dengan karakteristik ukuran rata-rata panjang cacing 25,5

Dari sistem informasi perizinan dan manajemen arsip data pada Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, maka pengembangan sistem dengan

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa penggabungan kandungan antara asam laurat pada VCO dan asam oleat pada minyak biji kelor pada pembuatan

Berdasarkan syarat kinematik untuk longsoran jungkiran yang diusulkan oleh Goodman dan Bray’s (1976 op cit. Hoek, 2000), JSC 1 memiliki arah kemiringan (Ap) yang hampir paralel

volume rongga yang terdapat di antara partikel agregat suatu campuran beraspal yang telah dipadatkan, yaitu rongga udara dan volume kadar aspal efektif, yang dinyatakan

“Sudah dua minggu di Rumah Sakit kami dapat kabar Subuh meninggal, anaknya baik kok suka negur sama yang lain mereka ini sudah lumayan cukup lama tinggal di sini sebelumnya di