• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis perilaku konsumen pada presfekt

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisis perilaku konsumen pada presfekt"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 latar Belakang Masalah

Islam adalah agama sempurna yang memuat berbagai persoalan kehidupan manusia baik diungkapkan secara global maupun secara rinci. Di dalam ajaran Islam terdapat pengeluaran perilaku manusia. Baik katainnya dengan Tuhan-Nya maupun kaitannya dengan sesama manusia salah satu bentuk dari hubungan antara sesama manusia adalah kegiatan ekonomi, dalam bagian yang komprehensif Islam telah menerangkan tentang aturan–aturan perekonomian baik di dalam produksi, distribusi, dan konsumsi.

Islam adalah agama yang mengatur segenap perilaku manusia. Sebagai khalifah bagi dirinya sendiri manusia mempunyai peranan yang sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan untuk mengarungi kehidupan didunia. Demikian pula dalam masalah konsumsi, Islam mengatur bagaimana manusia dapat melakukan kegiatan-kegiatan konsumsi yang membawa manusia berguna bagi kemashlahatan hidupnya. Seluruh aturan Islam mengenai aktivitas konsumsi terdapat dalam Al-Qur’an dan as-Sunnah. Perilaku konsumsi yang sesuai dengan ketentuan Al-Qur’an dan as-Sunnah ini akan membawa pelakunya mencapai keberkahan dan kesejahteraan hidupnya.

(2)

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat dibumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah – langkah setan; karena setan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu. Sesungguhnya setan hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui.

Sedangkan untuk batasan terhadap minuman merujuk pada firman Allah dalam al qur’an surah Al-Maidah[5] : 90 :

“Hai orang – orang yang beriman, sesungguhnya (minuman khamer, berjudi,(berkorban untuk) berhala, dan mengundi nasib adalah perbuatan keji termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan – perbuatan itu agar kamu beruntung.

Konsumsi umumnya didefinisikan sebagai pemakaian barang-barang hasil industri (pakaian, makanan dan sebagainya), atau barang-barang yang langsung memenuhi keperluan kita. Barang-barang seperti ini disebut sebagai barang konsumsi. Kata yang berhubungan dengan konsusmsi dalam Al-Qur’an dan Hadits, adalah makanan (al-ukul), yang mencakup juga di dalamnya minuman (asy-syarab). Serta hal-hal lainnya seperti pakaian ( al-kiswan) dan perhiasan, seperti tercantum di dalam surat Al- A’raaf ayat 31-32: “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makanlah dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. Katakanlah: ‘Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba_Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik?’ Katakanlah: ‘Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat. Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui.”

Konsumsi bukan hanya sekedar makan atau minum, tetapi merupakan setiap penggunaan atau pemakaian barang-barang dan jasa-jasa yang secara langsung dapat memuaskan kebutuhan seseorang. Objeknya segala macam barang dan jasa yang dapat digunakan untuk memenuhi atau memuaskan kebutuhan manusia. Konsumsi memiliki urgensi yang sangat besar dalam perekonomian, karena tiada kehidupan tanpa konsumsi. Pengabaian terhadap konsumsi berarti mengabaikan kehidupan sekaligus tugas dalam kehidupan. Manusia diperintahkan untuk mengkonsumsi pada tingkat yang layak bagi dirinya, keluarganya dan orang paling dekat di sekitarnya.

(3)

bersifat abstrak, pemuasan yang lebih berkaitan dengan posisi manusia sebagai hamba Allah Swt.

Dapat kita simpulkan prinsip dasar perilaku konsumen Islami diantaranya:

1. Prinsip syariah, yaitu menyangkut dasar syariat yang harus terpenuhi dalam melakukan konsumsi di mana terdiri dari: Prinsip akidah, yaitu hakikat konsumsi adalah sebagai sarana untuk ketaatan untuk beribadah sebagai perwujudan keyakinan manusia sebagai makhluk dan khalifah yang nantinya diminta pertanggungjawaban oleh Pencipta. (QS. Al-An’am : 165). Prinsip ilmu, yaitu seseorang ketika akan mengkonsumsi harus mengetahui ilmu tentang barang yang akan dikonsumsi dan hukum-hukum yang berkaitan dengannya apakah merupakan sesuatu yang halal atau haram baik ditinjau dari zat, proses, maupun tujuannya. Prinsip amaliah, sebagai konsekuensi akidah dan ilmu yang telah diketahui tentang konsumsi Islami tersebut, seseorang dituntut untuk menjalankan apa yang sudah diketahui, maka dia akan mengkonsumsi hanya yang halal serta menjauhi yang haram dan syubhat.

2. Prinsip kuantitas, yaitu sesuai dengan batas-batas kuantitas yang telah dijelaskan dalam syariat Islam, di antaranya: Sederhana, yaitu mengkonsumsi secara proporsional tanpa menghamburkan harta, bermewah-mewah, mubazir, namun tidak juga pelit (QS. Al-Isra: 27-29, Al-A’raf:31). Sesuai antara pemasukan dan pengeluaran, artinya dalam mengkonsumsi harus disesuaikan dengan kemampuan yang dimilikinya, bukan besar pasak daripada tiang. Menabung dan investasi, artinya tidak semua kekayaan digunakan untuk konsumsi tapi juga disimpan untuk kepentingan pengembangan kekayaan itu sendiri.

(4)

jika tidak terpenuhi maka manusia akan mengalami kesusahan. Tersier, yaitu konsumsi pelengkap manusia.

4. Prinsip sosial, yaitu memperhatikan lingkungan sosial di sekitarnya sehingga tercipta keharmonisan hidup dalam masyarakat, di antaranya: Kepentingan umat, yaitu saling menanggung dan menolong sehingga Islam mewajibkan zakat bagi yang mampu juga menganjurkan sadaqah, infaq dan wakaf. Keteladanan, yaitu memberikan contoh yang baik dalam berkonsumsi baik dalm keluarga atau masyarakat . Tidak membahayakan orang yaitu dalam mengkonsumsi justru tidak merugikan dan memberikan madharat ke orang lain seperti merokok. 5. Kaidah lingkungan, yaitu dalam mengkonsumsi harus sesuai dengan

kondisi potensi daya dukung sumber daya atam dan kebertanjutannya atau tidak merusak lingkungan.

Dasar hukum perilaku konsumen, Hasan sirry menyatakan bahwa sumber hukum konsumsi yang tercactum dalam Al-Qur’an adalah,

Makanlah dan minumlah,namun janganlah berlebih – lebihan, Sesungguhnya Allah itu tidak menyukai orang – orang berlebih – lebihan.

Sumber yang berasal dari Hadits Rasul adalah,

“Abu Said Al – Chodry r.a. berkata: ketika kami dalam bepergian bersama Nabi saw. Mendadak datang seseorang berkendara, sambil menoleh kekanan kekiri seolah – olah mengharapkan bantuan makanan, maka bersabda Nabi: “siapa yang mempunyai kelebihan kendaraan harus dibantukan pada yang tidak mempunyai kendaraan. Dan siapa yang mempunyai kelebihan bekal harus dibantu kepada yang tidak berbekal.” Kemudian Rasulullah menyebut berbagai macam jenis kekayaan hingga kita merasa seseorang tidak berhak memiliki sesuatu yang lebih dari kebutuhan hajatnya.

(5)

Tabzir berarti membelanjakan uang untuk sesuatu yang dilarang menurut hukum Islam. Perilaku ini sangat dilarang oleh Allah swt.

Fenomena tersebut di atas banyak ditemukan ditengah-tengah kehidupan masyarakat sekarang ini, diantaranya yaitu banyak masyarakat tidak pandai mengatur pendapatan yang diperoleh. Sebagian besar dari pendapatan tersebut digunakan untuk mengkonsumsi barang-barang mewah yang berada diluar kebutuhan serta tidak adanya perhatian terhadap etika konsumsi.

Menurut pendapat Yusuf Qaradawi dalam teori konsumsi Islami dibutuhkan pengarahan mendasar bagi para konsumen tentang penggunaan hasil produk, dalam aktifitas tersebut diperlukan adanya penjelasan bagaimana, mengapa dan kapan para konsumen membutuhkan dan bisa manfaatkan hasil produksi, karena dalam ekonomi Islam kegiatan ekonomi selalu bersamaan dengan semangat spiritualitas yang merupakan acuan pokok dalam melakukan aktifitas ekonomi termasuk didalamnya cara dan pola konsumsi yang Islami. Diantara moral dalam berkonsumsi adalah membelanjakan harta pada hal-hal atau barang yang baik secara hemat dan kewajiban muslim untuk berinfak baik dijalan Allah atau untuk diri dan keluarganya. Sedangkan menurut Yusuf Qardawi ada beberapa norma dasar dalam perilaku konsumsi seorang muslim yang beriman dalam membelanjakan harta hendaknya untuk kebaikan, yaitu menjauhi sifat kikir, tidak melakukan kemubadziran, dan selalu bersikap sederhana.

Kecendrungan dalam perilaku konsumsi yang tidak baik dapat ditemukan dalam bentuk sikap boros, royal, dan suka menghambur-hanburkan uang yang cendrung dilakukan oleh sebagian besar wanita khususnya di kota-kota besar saat ini, banyak dari mereka yang menganggap bahwa uang yang mereka miliki memang sudah menjadi hak mereka yang digunakan semaunya saja.

(6)

lingkungan, faktor psikologis, faktor budaya dan lain-lainnya. Yang menyebabkan mereka berperilaku konsumtif. Sehingga tidak mengherankan jika seseorang ditanya mengenai tujuan mereka berkonsumsi maka akan kita temukan jawaban yang bervariasi/ beragam antara satu individu dengan yang lain.

Hal tersebut memberikan kesempatan kepada penyusun untuk meneliti bagaimana perilaku konsumsi Muslim khususnya masyarakat yang ada dikota Banjarmasin yang merupakan bagian dari masyarakat yang tinggal dikota besar, meliputi kebiasaan masyarakat yang menjadi ibu rumah tangga ataupun secara pribadi tersebut saat mengkonsumsi barang-barang dalam kehidupannya sehari-hari, apakah sudah memenuhi secara wajib, sunnah,mubah atau kah haram. Dan keseimbangan antara pendapatan mereka untuk mengkonsumsi yang mereka butuhkan apakah sudah sesua dengan hukum Islam.

Hal ini mengingat dikota Banjarmasin moyoritas beragama Islam jadi secara tidak langsung dalam masalah konsumsi sangat berpengaruh termasuk di dalam ajaran Islam untuk hidup sederhana, tidak boros dan mengkonsumsi yang halal. yakni diantaranya: yang Wajib diperlukan seperti bahan pokok dan kebutuhan sehari-hari, yang Sunnah seperti Zakat, infaq,dan shadaqah Mubah seperti berlebihan yang tidak dibutuhkan dibeli seperti orang yang mempunyai mobil lebih dari satu dan hanya untuk koleksi saja, dan yang Haram seperti orang yang mengkonsumsi yang dapat merusak dirinya seperti konsumsi minum-minuman, berjudi dan lain hal. Sedangkan berkah yang diharapkan didapat dari aktivitas konsumsi tersebut yaitu: Kehalalan barang dan jasa yang dikonsumsi, ‘Idak Israf artinya memberikan kegunaan bagi yang mengkonsumsinya maupun bagi yang lainnya dan mendapat Ridho Allah.

Oleh karena itu perilaku konsumsi seseorang dalam kehidupan sehari-hari yang sesuai dengan ajaran Islam sangat lah di butuhkan oleh setiap umat Muslim.

(7)

Secara sederhana Metwally (1995: 26-23) telah memberikan kontribusi yang sangat berarti dalam perumusan keseimbangan konsumsi Islami.

Dimana :

S : Sedekah

H : Harga barang dan jasa BR : Barang

JS : Jasa

Z : Zakat (25%) P : Jumlah pendapatan 1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana perilaku konsumen dalam prespektif hukum Islam dikota Banajarmasin??

2. Untuk mengetahui konsumen terhadap pendapatan yang digunakan untuk konsumsi menurut hukum Islam,di kota Banjarmasin?? 3. Bagaimana keseimbangan antara pendapatan dan pengeluaran

konsumen menurut hukum Islam pada masyarakat kota Banjarmasin?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisi perilaku konsumen dalam prespektif hukum Islam yang ada dikota Banjarmasin.

2. Untuk mendeskripsikan keseimbangan pendapatan dan pengeluaran konsumen menurut hukum Islam dikota Banjarmasin. 3. Untuk mengetahui adanya hubungan pengeluaran dan pendapatan

konsumen menurut hukum Islam dikota Banjarmasin.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan kegiatan ekonomi agar sesuai dengan prisip-prisip konsumsi ajaran Islam.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmiah dalam wacana sosial ekonomi ke Islaman, khususnya yang berkaitan dengan perilaku konsumsi yang sesuai dengan Syari’ah. 1.5 Metode Penelitian

1. Sifat Penelitian

(8)

Banjarmasin dalam kesehariannya dengan Variabel depeden pengetahuan ajaran Islam.

2. Sumber data

a. Data Primer, yaitu data yang di ambil dari subjek pertama langsung dari subyek yang diteliti.

b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh langsung yaitu dari leteratur-literatur dan dari obyek penelitian yang berhubungan dengan penelitian.

3. Populasi

Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang ciri-cirinya akan diduga. Karena yang akan diteliti disini adalah populasi kecil atau jumlah responden kurang dari 100 orang maka populasi dalam penelitian ini yaitu masyarakat muslim yang ada kota Banjarmasin yang berjumlah 70 orang yang akan diberi kreteria dari usia, pekerjaan, pendidikan dan jenis kelamin.

4. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian bertempat di Banjarmasin, yang mereprensentasikan masyarakat Indonesia mayoritas beragama Islam.

5. Subyek Penelitian

Masyarakat di Banjarmasin yang akan di teliti dalam perilaku konsumen menurut hukum Islam, pendapatan yang digunakan untuk konsumsi menurut hukum Islam dan keseimbangan antara pendapatan dan pengeluran. sampling) yaitu anggota sampel ditentukan berdasarkan pada ciri tertentu yang di anggap mempunyai hubungan erat dengan ciri populasi.

8. Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner, yaitu sejumlah pertanyaan secara tertulis yang akan dijawab oleh responden penelitian,agar penelitian memperoleh data lapangan untuk memecahkan masalah penelitian. Kuesioner ini diberikan dengan maksud agar responden bersedia memberikan respon sesuai dengan permintaan dan ke inginan peneliti.

9. Metode analisa data

(9)

a. Analisi Deskriptif

Deskriptif survei yaitu analisis yang di dasarkan pada hasil yang diberikan responden melalui survei yang dilakukan dengan analisis deskriptif prosentase. Analisis ini bertujuan untuk mengambarkan dan memberikan pemahaman tentang bagaimana perilaku konsumsi yang dilakukan oleh masyarakat yang ada dikota Banjarmasin

b. Analisis Kuantitatif

Yaitu suatu analisis yang bersifat objektif dengan berdasarkan pada data berupa angka-angka, agar data yang diperoleh berwujud data kuantitatif, maka setiap alternatif jawaban diberi skor. Penentuan skor disini menggunakan Skala likert, yaitu skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapar dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang penomena sosial.

Tabel 1.1

Kode Alternatif dan skor Angket untuk variabel

No Alternatif jawaban skor

1 Sangat sejutu 4

2 Setuju 3

3 Kurang setuju 2

4 Tidak setuju 1

Analisis Kuantitatif juga merupakan pengujian hipotesis untuk mencari hubungan antar Variabel perilaku konsumsi menurut hukum Islam dengan Variabel Pendapatan konsumen dalam hukum Islam.

c. Uji Coba Instrumen

Adapun dua syarat yang penting berlaku pada kuesioner atau angket, yaitu keharusan sebuah angket untuk valid dan riabel. Uji Validitas adalah ukuran untuk menunjukkan tingkat kevalidan dan kesahihan suatu instrumen. Instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat dipergunakan pengukuran untuk mengukur apa yang hendak di ukur. Validitas yang digunakan dalam menyusun instrumen ini disusun berdasarkan pertimbangan rasional yang didukung oleh konsep-konsep teori yang telah disusun sebelumnya.

(10)

Fungsi konsumsi = fungsi maslahah: M = m + (Mf, B)Yd

M = m + Mf Yd + B Yd

M = maslahah dalam berkonsumsi

m = konsumsi rata-rata = kebutuhan dasar

Mf = manfaat

B = berkah atau amal saleh

Yd = pendapatan halal personal (pendapatan halal yang siap dibelanjakan)

Secara sederhana Metwally (1995: 26-23) telah memberikan kontribusi yang sangat berarti dalam perumusan keseimbangan konsumsi Islami.

Dimana : S : Sedekah

H : Harga barang dan jasa BR : Barang

JS : Jasa

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Rofi’ah, perilaku konsumsi siswa-siswi di madrasah aliyah nurul ummah kota yogyakarta dalam presfektif hukum Islam.

Yusuf al-Qardawi, norma dan etika ekonomi Islam, cet ke-1(Jakarta Gema Insani Press,1997), hlm 31.

file:///D:/TESIS%20SAYA/BAHAN%20TESIS/Dunia_ku%20%20TEORI %20KONSUMSI%20DALAM%20EKONOMI%20ISLAM.htm

file:///D:/TESIS%20SAYA/BAHAN%20TESIS/Ekonomi%20Dunia%20Islam %20%20Konsumsi%20Dalam%20Ekonomi%20Islam.htm

wordpress.com/2013/11/16/teori-konsumsi-Islam/

http://painoalganteng.blogspot.com/2011/05/teori-konsumsi-Islami-makalah-disusun.html

http://www.academia.edu/4083530/

PERILAKU_KONSUMEN_DALAM_PERSPEKTIF_EKONOMI_ISL AM

file:///D:/TESIS%20SAYA/TUKAR%20%20ANALISIS%20KOMPARATIF %20%20TEORI%20TINGKAH%20LAKU%20KONSUMEN

%20KONVENSIONAL%20DAN%20ISLAM.htm

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian wawancara tersebut dapat di simpulkan bahwa dalam pemberian izin SPA di Makassar cukup optimal dalam meminimalisir tempat-tempat yang di

- Jika t hitung > t tabel , maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya bahwa kualitas jasa syariah mempunyai pengaruh positif terhadap loyalitas nasabah di

Pasal 56 ayat (1) KUHAP yang di dalamnya menegaskan hak dari tersangka atau terdakwa untuk didampingi penasehat hukum apabila tindak pidana yang disangkakan atau

Karena manusia zaman modern menghabiskan sebagian waktunya di dalam ruangan tertutup, maka pengkondisian udara menjadi suatu hal yang penting dan dapat menghasilkan sesuatu

Pada gambar 8 dan 9 menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi inhibitor ekstrak rimpang jahe yang ditambahkan ke dalam larutan elektrolit (NaCl 3,5%) dan

Hal ini adalah kerana pihak UTHM berharap dengan membiayai perbelanjaan pelajar bagi menganjurkan program seperti program khidmat masyarakat pelajar dapat

yang cukup dan merata bagi pelayanan kesehatan yang baik; (3) merencanakan transisi Universal Health Coverage bagi warga/penduduk sehingga berkontribusi terhadap

Penelitian ini bertujuan untuk menduga umur simpan produk fish snack (produk ekstrusi) dengan pendekatan kadar air kritis yaitu pendekatan kurva sorpsi isotermis dan