• Tidak ada hasil yang ditemukan

komunikasi pada orang tua dengan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "komunikasi pada orang tua dengan"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

KOMUNIKASI DENGAN ORANG TUA DALAM PERSPEKTIF AL-QURAN

MAKALAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Tafsir

Dosen Pengampu : Dr. Hj. Yuyun Affandi, Lc. Ma

Disusun oleh :

Muhammad Asep Bachtiar (121211069) Nur Afifah Ghoida (121211074)

Nur Latif (121211075)

Nur Ma’shumah (121211076)

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

(2)

I. LATAR BELAKANG

Al-quran merupakan kalam Allah yang benar. Al-quran dijadikan pegangan hidup bagi umat manusia, karena didalamnya mengandung segala sumber hukum yang menyangkut ibadah, tauhid, akhlaq, ilmu pengetahuan, serta sejarah-sejarah orang terdahulu.

Lisan merupakan alat komunikasi oral yang dimiliki manusia dalam menyampaikan gagasan, pikiran, unek-unek, dll. Bentuk-bentuk komunikasi ada banyak, diantaranya Bentuk – bentuk komunikasi dalam keluarga. Menurut Pratikto (dalam Prasetyo, 2000), salah satunya adalah komunikasi orangtua dengan anak. Komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak dalam satu ikatan keluarga di mana orang tua bertanggung jawab dalam mendidik anak. Hubungan yang terjalin antara orang tua dan anak di sini bersifat dua arah, disertai dengan pemahaman bersama terhadap sesuatu hal di mana antara orang tua dan anak berhak menyampaikan pendapat, pikiran, informasi atau nasehat.

Dalam kesempatan ini penulis akan mencoba menafsirkan ayat yang berkenaan dengan adab berkomunikasi kepada orang tua yaitu QS. Al-Israa : 23. Komunikasi yang santun dan sehat kepada kedua orang tua merupakan salah satu ciri-ciri dari anak yang shaleh. Seorang anak haruslah berkomunikasi yang santun kepada kedua orang tuanya, tidak boleh kasar atau membentak.

II. PEMBAHASAN

A. Teks Utama

     

             

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia hendaklah kamu berbuat bai pada Ibu, Bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ’ah’, dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS. Al-Isra: 23)1

(3)

B. Mufrodat

 : Memberi keputusan dan perintah

 : Nama suara untuk menyatakan kejengkelan dan sakit.

 : Mulia

C. Korelasi Ayat

                            

102. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar". (ash-Shaffat ayat 102)

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menggunakan suatu jenis kalimat dengan makna yang berbeda. Tidak jarang, kalimat perintah digunakan untuk melarang. Contoh, seorang ibu yang melarang anaknya memanjat pohon dengan menggunakan kata, “Panjat, panjatlah!” Kalimat ini jenisnya kalimat perintah karena terdapat partikel lah. Tetapi dalam konteks percakapan ibu dan anak, kalimat itu bermakna larangan. Si anak sebagai peserta komunikasi sadar kalau kalimat itu adalah larangan walau bentuknya kalimat perintah.2

Dari uraian di atas, dapat diambil point-point sebagai acuan dalam berkomunikasi kepada anak.

1. orang tua hendaknya selalu melakukan kegiatan bersama sehingga terbentuk kesamaan frame of reference (kerangka acuan) dan filed of experience (bidang pengalaman) antara orang tua dan anak.

2ht

(4)

2. Kedua, menyelaraskan antara perkataan dan perbuatan. Hal inilah yang akan meningkatkan kredibilitas orang tua di mata anak. Tan menyebutkan kredibilitas adalah penilaian komunikan terhadap komunikator bahwa komunikator memiliki pengetahuan dan tidak memihak atas pesan yang disampaikan. Penilaian komunikan ini bisa terwujud jika komunikator (orang tua). menyelaraskan antara perkataan dengan perbuatanya. Ketiga, menyesuaikan pesan/informasi yang disampaikan kepada anak sesuai dengan usia sang anak. Seringkali, orang tua tidak menyesuaikan perkataan (informasi) yang disampaikan dengan usia anak. Kondisi ini membuat anak tidak mampu menalar pesan yang disampaikan dengan baik. Hasilnya, tujuan komunikasi tidak akan tercapai.

3. Ketiga point di atas hendaknya bisa menjadi acuan para orang tua dalam berkomunikasi kepada anaknya. Jika hal ini dilakukan, penulis yakin komunikasi yang dilakukan akan berhasil. Hal itu telah dibuktikan oleh Ibrahim. Pertanyaan yang muncul, apakah orang tua mampu mengikuti gaya komunikasi yang dicontohkan Ibrahim itu.

D. Tafsir

a. Tafsir menurut para ahli.

Menurut Imam Al Qurtubi dalam tafsir Al- Qurtubi membahas 16 masalah :

1. Pertama ىضضقض : “ Memerintahkan “. Maksudnya , memerintahkan, mengharuskan dan mewajibkan.

2. Kedua: Allah SWT memerintahkan bertauhid dan beribadah kepada-Nya. Dan menjadikan bakti kepada kedua orang tua selalu dibarengkan dengan beribadah kepada-Nya. Sebagaimana telah membarengkan terimakasih kepada keduanya dengan bersyukur kepada-Nya. Allah berfirman, ىضضقضوض

انناسضححإإ نإيحدضلإاوضلحابإوض ههاييضإإ اليضإإ اودهبهعحتض اليضأض كضبيهرض“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya”.

(5)

dalam shahih dari Abdullah bin amru, “Sesungguhnya di antara dosa besar itu adalah seseorang yang mencaci kedua orang tuanya”. Para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah apakah (ada) seseorang yang mencaci orang tuanya sendiri?”. Beliau menjawab, “ Ya (ada),yaitu seseorang yang mencaci ayah orang lain berarti ia mencaci ayahnya sendiri, kemudian ia mencaci ibu orang lain berarti ia telah mencaci ibunya sendiri.3

4. Keempat: Durhaka terhadap orang tua adalah menentang maksud keduanya yang bersifat mubah. Sebagaimana berbakti kepada keduanya adalah menuruti apa yang menjadi maksud keduanya. Dengan demikian jika keduanya atau salah satu dari keduanya memerintahkan suatu perintah kepada anaknya, mak ia wajib menaatinya jika perintah itu bukan suatu kemaksiatan dan selama yang diperintahkan itu merupakan hal hal yang mubah (boleh) dan termasuk mandub (dianjurkan). Sebagia ulama berpandangan bahwa perintah kedua orang tua untuk hal-hal yang mandub maka menjadi bertambah kuat ke mandubnya itu.

5. Kelima: At-Tirmidzi meriwayatkan dari Ibnu Umar, ia berkata,” Aku memiliki seorang istri yang aku cintai. Sedangkan ayahku membencinya sehingga memerintahkanku agar aku menceraikannya namun aku menolaknya.

6. Keenam: Dalam Ash-Shahih terlansir riwayat dari Abu Hurairah, ia berkata, “Datang seorang pria kepadanya Nabi SAW lalu berkata,

“Siapakah orang yang paling berhak aku perlakukan denga biak ?” Beliau menjawab, “Ibumu”. Ia bertanya lagi, “ Kemudian siapa lagi?” Beliau menjawab, “Ibumu”. Ia bertanya lagi, “ Kemudian siapa lagi?” Beliau menjawab, “Ibumu”. Ia bertanya lagi, “ Kemudian siapa lagi?” Beliau menjawab, “Ayahmu”.4

Hadist ini menunjukan bahwa kecintaan dan kasih sayang kepada ibu harus tiga kali lipat dari kecintaan terhadap ayah. Hal itu karena Nabi SAW menyebutkan ibu Sampai tiga kali, sementara Ayah hanya sekali saja.

(6)

Jika makna ini dihayati maka akan tearlihat jelas bahwa kepayahan mengandung, melahirkan, menyusui, dan mendidik hanya khusus pada diri.

7. Ketujuh: Bakti kepada orang tua tidak khusus ketika kedua orangtua itu muslim. Bahkan sekalipun keduanya kafir,berbakti dan berbuat baik kepada keduanya tetap wajib,apalagi jika keduanya kafir dzimmi (yang berhak hidup damai). Allah SWT berfirman “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadp orang-orang yang tiada memerangimu kaerna agam dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu.” (Qs.Al Mumtahanah [60]: 8)

8. Kedalapan:Diantara berbuat baik kepada orang tua adalah jika ditentukan untuk berangkat berjihad maka hendaknya berjihad dengan izin keduanya. ”ada seorang pria datang kepada Nabi SAW meminta izin untuk berjihad.Maka beliau menjawab ,”Ya”.beliau bersabda,”Berjihad dengan berbakti pada keduanya.”5

Sedangkan lafazh Muslim di selain Ash-Shahih :

Ia berkata,”Ya,aku meninggalkan keduanya dalam keadaan menangis”.Beliau bersabda ,”Kembalilah dan buat keduanya tertawa sebagaimana engkau telah membuat keduanya menangis.”

9. Kesembilan: Para ulama berbeda pendapat berkenaan dengan kedua orang tua yang musyrik, apakah anaknya harus keluar dengan izinnya , jika jihad adalah salah satu fardhu kifayah. Ats-Tsauri mengatakan,” tidak boleh berperang melainkan dengan izin kedunya.”

Asy-Syafi’i berkata, “ boleh baginya berperang dengan tanpa izin keduanya.”

Ibnu Al Mundir berkata, “ para kakek adalah para ayah sedangkan para nenek adalah para ibu, sehingga seseorang tidak boleh beperang dengan izin mereka. Dan aku tidak mengetahui adanya indikasi yang mewajibkan itu kepada saudara dan kerabat lainnya.”

Sedangkan Thawus melihat bahwa berbuat baik kepada saudara-saudara lebih baik dari pada jihad dijalan Allah ‘Azza wa Jalla.’.

10.Kesepuluh: Diantara faktor menyempurnakan bakti kepada kedua orang tua adalah menyambung silaturrahim kepada para sahabat atau temannya.

(7)

Rasulullah juga memberikan hadiah kepada kawan-kawan Khadizah sebagai bakti beliau kepadanya dan memenuhi janjinya, karena dia adalah istri beliau. Maka apalagi apalagi dengan kedua orang tua 11.

11.Kesebelas: Firman Allah SWT: “jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu.” Dikhususkan ketika masa lanjut usia karena ini adalah masa di mana keduanya sangat membutuhkan baktinya karena perubahan kondisi pada keduanya yang melemah faktor usia yang tua. Karena keduanya dalam kondisi ini telah menjadi tanggung jawab anaknya. Keduanya sangat membutuhkan perhatian dari orang yang dulu pernah diurusinya diwaktu kecil, yaitu dari anak-anaknya.

Selain itu juga masa yang lama berada bersama seseorang kadang-kadang menimbulkan kebosanan dan kejenuhan sehingga menstimulasi emosi terhadap keduia orang tuanya. Untuk mengantisipasi situasi ini, maka dianjurkan agar sianak tetap berbicara dengan baik dan lemah lembut terhadap kedua orang tuanya,dengan demikian dia akan selamat dari segala cela dan aib. Maka Allah SWT berfirman: “Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.”

Orang bahagia adalah orang yang segera menggunakan kesempatan untuk berbakti kepada kedua orang tuanya agar tidak terkejar dengan kematian keduanya sehingga akan menyesali semua itu. Sedangkan orang sengsara adalah orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya. Apalagi bagi orang yang telah sampai kepadanya perintah untuk berbakti kepada kedua orang tua.

(8)

Mujahid berkata.”Artinya: Jika anda, mendapatkan kedua orang tau dalam kondisi lanjut usia lalu ia buangt aiar besardan aie kecil, maka janganlah anda keduanya lalu anda ucapkan ah.” Sedangkan maksud ayat ini lebih luas dari makna ini.

Uff dan tuff adalah kotoran kuku, dan juga dikatakan terhadap apa-apa yang menggelisahkan dan memberati.

Al Azhari berkata,”Uff juga sesuatun yang snagat hina. dengan kasratain sebagaimana macam-macam sauar yang di kasratain kan.

Sedangkan Abu Amru bun Al Ala’berkata,”Uf adalah kotoran di sela-sela kuku sedangkan tuff adalah potongannya.”

Az-Zujjaj berkata.”Arti uff dalah busuk,”.

Para ulama kuita berkata,”ucapan ‘ah’ terhadap kedua orang tua adalah ucapan yang paling hina karena dengan ucapan itu menolak keduanya dengan penolakan yang termasuk kufur nikmat,kufur dan menolak wasiat Al-Quran.

13.Ketigabelas: firman Allah SWT “Dan janganlah kamu membentak mereka.” An-Nahru : Membentak dan berbicara kasar kepadanya.“Dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. ” Maksudnya,yang lembut dan indah. Seperti: Wahai bapakku dan hai ibuku,dengam tidak menyebut nama atau julukannya.Demikian dikatakan oleh Atha’.

Sedangkan Ibnu Al Baddah[7] At-Tujibi berkata, “ Saya katakan kepada Said bin Al Musayyab bahwa semua yang ada di dalam Al-Qur’an mengenai berbakti kepada kedua orang tua telah saya ketahui, kecuali firman-Nya,” Dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”. Apakah perkataan yang mulia itu?. Ibnu Al Musayyab menjawab,”ucapan seorang hamba yang bersalah kepada kedua orang tuanya yang kasar dan keras.”

14.Keempatbelas: Firman Allah SWT,

(9)

mengambil gambaran dengan ‘sayap’ dan menjadikannya rendah adalah serupa dengan sayap burung ketika merendahkan sayap untuk anaknya. 15.Kelimabelas: Dan didalam ungkapan adalah untuk menjelaskan jenis.

Maksudnya, sungguh rendah diri adalah bagian dari rahmat yang kokoh bersemayam didalam jiwa. Dan juga bisa untuk menunjukan tujuan akhir. Kemudian Allah SWT memerintahkan para hambanya agar berkasih sayang kepada orang tua mereka dan mendo’akan mereka. Hendaknya engkau menyayangi keduanya sebagaimana keduanya menyayangimu dan juga lemah lembut kepada keduanya sebagaimana keduanya lemah lembut kepadamu. Karena keduanya telah menolongmu ketika kamu masih kecil, bodoh dan sangat membutuhkan sehingga keduanya mengutamakanmu dari pada diri mereka sendiri. Keduanya begadang dimalam hari, keduanya lapar demi mengenyangkanmu,keduanya berpakaian compang-camping demi memberikan pakaian untukmu, maka kamu tidak akan bisa mebalas kebaikan keduanya kecuali ketika keduanya telah lanjut usia sampai batas usia mereka tidak berdaya seperti kamu masih kecil,lalu kamu mengurusinya dengan baik sebagaimana keduanya telah mengurusmu dengan baik pula. Dengan demikian kedua orang tua memiliki hak untuk diutamakan.

16.Keenambelas: Firman Allah SWT: “sebagaimana mereka berdua telah mendidiku.” Pendidikan secara khusus disebutkan agar para hamba ingat bahwa kasih sayang kedua orang tua dan kelelahan kedua orang tua adalah dalam mendidik. Sehingga hal itu dapat menambah kasih sayang dan sikap lemah lembut kepada keduanya. Semua ini untuk kedua orang tua yang mukmin6

Menurut Ahmad Al-Ansori Al-Qurtubi dalam tafsirnya Al-Jami’ul Ahkam Al-Qurtubi, beliau menafsirkan kata (qoulan karima) yaitu kata atau ungkapan dengan lemah lembut, seperti memanggil kedua orang tua dengan panggilan yang sopan, semisal Ayahanda atau Ibunda, bukan justru sebaliknya memanggil dengan panggilan namanya maupun dengan ungkapan atau perkataan yang semisalnya, baik berupa sindiran atau kiasan. Lebih jauh lagi beliau menjelaskan (qoulan karima) yaitu kata-kata yang santun, sopan dan bukan kata yang kasar seperti halnya

(10)

kata yang diungkapkan oleh orang-orang jahat. Ayat di atas menegaskan perintah untuk berkata kepada orang tua dengan perkataan yang pantas, kata-kata yang mulia, kata-kata yang keluar dari mulut orang yang beradab dan bersopan santun.7

Menurut ahmad mustafa Al-Maragi ,

mengatakan bahwasanya tidak ada karunia yang samapai kepada manusia yang lebih banyak dibandingkan karunia Allah yang diberikan kepadanya, kemudian karunia dua orang tua. Oleh karena itu Allah memulai dengan memerintah supaya bersyukur atas nikmatnya. Kemudian Allah menerangkan lebih jelas perbuatan baik, apa yang wajib dilakukan terhadap kedua orang tua, dengan firman-nya:

“apabila dua orang tua atau salah satu seorang diantaranya berada disisimu hingga mencapai keadaan lemah, tidak berdaya dan tetap berada disisi mereka berdua pada awal umurmu, maka harus memperlakukan kepada keduanya. Kamu harus memperlakukan kepada keduanya sebagaimana orang yang bersyukur kepada terhadap orang yang telah memberi karunia kepadanya. Perlakuan itu akan menjadi nyata bila kamu lakukan kepada keduanya lima hal sebagai berikut:

a. Pertama: Jangan kamu jengkel terhadap sesuatu yang kamu lakukan oleh salah satu dari orangtuamu atau oleh kedua-duanya yang menyakitkan hati orang lain, tetapi bersabarlah menghadapi semua itu dari mereka berdua dan mintalah pahala Allah atas hal itu, sebagaimana kedua orang itu pernah bersikap kepadamu

b. Kedua: Janganlah kamu menyusahkan keduanya dengan sesuatu perkataan yang membuat mereka berdua merasa tercela. Hal ini merupakan larangan menampakkan perselisihan terhadap mereka berdua dengan perkataan yang disampaikan dengan nada menolak atau mendustakan mereka berdua, di samping ada larangan untuk menampakkan kejemuan, baik sedikit maupun banyak.

c. Ketiga: Ucapkanlah dengan ucapan yang baik kepada orangtua dan perkataan yang manis, dibarengi dengan rasa hormat dan mengagungkan,

(11)

sesuai dengan kesopanan yang baik, dan sesuai dengan tuntutan kepribadian yang luhur. Seperti ucapan: Wahai ayahanda, Wahai Ibunda. Dan janganlah kamu memanggil orangtua dengan nama mereka, jangan pula kamu meninggikan suaramu di hadapan orangtua, apalagi kamu memelototkan matamu terhadap mereka berdua. Menurut Ibnu ‘I-Musayyab, perkataan mulia yaitu seperti perkataan orang budak yang berdosa di hadapan tuannya yang galak.

d. Keempat: Bersikaplah kepada orangtua dengan sikap tawadlu’ dan merendah diri dan taatlah kamu kepada mereka berdua dalam segala yang diperintahkan terhadapmu, selama tidak berupaya kemaksiatan kepada Allah. Yakni sikap yang ditimbulkan oleh belas kasih dan sayang mereka berdua, karena mereka benar-benar memerlukan orang yang bersifat butuh pada mereka berdua. Dan sikap itulah, puncak ketundukan dan kehinaan yang bisa dilakukan.

e. Kelima: Hendaklah kamu berdo’a kepada Allah agar Dia merahmati kedua orangtuamu dengan rahmat-Nya yang abadi, sebagai imbalan kasih sayang mereka berdua terhadap dirimu ketika kamu masih kecil dan belas kasih mereka yang baik terhadap dirimu.8

Menurut M. Quraish shihab dalam tafsir Al-Misbah.

Ayat di atas menyebut secara tegas kedua orang tua atau salah seorang diantara keduanya saja dalam firmannya: “ jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-dunya mencapai ketuaan disisimu walaupun kata mencapai ketuaan ( usia lanjut ) berbentuk tunggal. Hal ini untk menekankan bahwa apapun keadaan mereka, berdua atau sendiri, maka masing-masing harus mendapatkan perhatian anak. Memang boleh jadi keberadaan orang tua sendirian atau keberadaan mereka berdua memang boleh jadi menimbulkan sikap acuh kepadanya. Boleh jadi juga kalau keduanya masih berada disisi anak, maka sang anak yang segan atau cinta pada salah satunya terpaksa berbakti kepada keduanya karena keseganan dan kecintaan pada salah seorang diantara mereka saja. Dan ini menjadikan ia tidak lagi berbakti kalau yang disegani dan di cintai sudah tidak ada9

(12)

E. Hukum

1. Berbakti kepada orang tua hukumnya adalah wajib. F. Hikmah

Hikmah yang terkandung dalam surat Al- Isra ayat 23 di antaranya adalah : 1. Berbakti kepada orang tua adalah salah satu sifat mengesakan Allah. 2. Perintah agar berbakti kepada orang tua, derajatnya sejajar dengan

perintah mengesakan Allah.

3. Generasi muda dan orang tua sepatutnya membangun hubungan dengan landasan iman.

4. Berbakti kepada orang tua, tidak diisyaratkan bahwa orang tua harus muslim.

5. Berbakti kepada kedua orang tua harus dilakukan oleh seorang anak tanpa perwakilan.

6. Berbakti bisa berarti mencintai, mendidik, menghargai, berkomunikasi dengan baik.

7. Barbaki kepada orang tua adalah kewajiban yang tidak pernah selesai ditunaikan.

8. Jangan titipkan orang tua yang sudah tua renta dipanti jompo atau semacamnya, anak-anaknya yang bertanggung jawab mengasuhnya. 9. Perbuatan dan ucapan yang baik sama-sama pentingnya.

10. Manusia harus berkata santun dan berbuat baik kepada kedua orang tua tanpa pamrih dan tanpa mengharap balasan.

11. Berbakti kepada orang tua berbanding lurus dengan perintah agar manusia mengesakan Allah.

12. Doa anak terhadap orang tua sangat mustajab

13. Mendoakan orang tua adalah ungkapan terima kasih seorang anak.

14. Penderitaan orang tua ketika merawat anaknya sewaktu kecil adalah perjuangan yang harus mendapatkan penghargaaan setinggi-tingginya. 15. Orang tua harus mendidik anaknya penuh dengan kasih sayang. 16. Manusia harus menghargai para pendidiknya.

III. KESIMPULAN

(13)

sudah memberi sepenuhnya kasih sayang kepada anak. Sebagai orang tua pun juga harus memberikan didikan yang baik serta sesuai dengan nilai-nilai agama, karena semua itu demi kebaikan orang tua serta anak. Dengan demikian suatu karakter pendidikan dalam islam bisa tercipta dengan baik jika kedua pihak saling menunjukan keharmonisasian hubungan dengan dasar-dasar pendidikan yang dibentuk sebaik-baiknya.

IV. PENUTUP

Demikian pembahasan makalah kami mengenai kebaikan dan keburukan dalam Q.S Al - Isra ayat 23, yang dapat kami tulis. Kami menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisan makalah ini. Sehingga kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan kedepannya. Semoga makalah ini memberikan manfaat bagi kita semu

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qurthubi, Syaikh Imam, Tafsir Al-Qurthubi, Jakarta: Pustaka Azzam, 2008 Mustafa Al-Maragi, Tafsir Al-Maragi 13, Semarang:CV. Toha putra, 1994 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah 7 , Jakarta: Lentera Hati 2002

(14)

Referensi

Dokumen terkait

Konsep seluler Cellular dibentuk dari jaringan telepon mobile dengan cara: menggunakan daya pancar yang rendah untuk mencakup area yang lebih luas  contoh area metropolitan

Komunikasi interpersonal yang berlangsung secara intensif dengan mengutamakan aspek kuantitas dan kualitas yang seimbang, akan menciptakan hubungan interpersonal yang

tersebut dapat dialokasikan untuk memperbaiki sistem pendidikan, kesehatan, membuka lapangan kerja baru, dan meningkatkan pemanfaatan energi baru terbarukan. Saat ini,

Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa Pengindeksan Subjek adalah kegiatan melakukan identifikasi tentang subjek atau pokok persoalan yang dibahas dalam suatu bahan

Kemungkinan hanya jenis-jenis moluska yang ditemukan tersebut yang mampu beradaptasi pada kondisi lingkungan pada kelima muara sungai di Teluk Lamong.. Nilai indeks

Dalam permasalahan pertama, ruang lingkup permasalahannya meliputi pembahasan mengenai cara menentukan bahwa suatu negara dapat dianggap tidak berkeinginan

Pada perjalanan dari kepengurusan satu ke estafeta pengurus lanjutan selalu terdapat berbagai pembenahan sesuai harapan jamaah dan umat di seputaran mushola Jabal

Tanah ultisol yaitu tanah yang memiliki kesamaan kurang dari 5,5 sesuai dengan sifat kimia, komponen kimia tanahnya yang berperan besar dalam menentukan kesuburan tanah