• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEORI PSIKOANALITIK DAN TEORI KOGNITIF

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TEORI PSIKOANALITIK DAN TEORI KOGNITIF"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan merupakan suatu proses yang pasti dialami oleh setiap individu, perkembangan ini adalah proses yang bersifat kualitatif dan berhubungan dengan kematangan seorang individu yang ditinjau dari perubahan yang bersifat progresif serta sistematis di dalam diri manusia.

Berbagai perubahan dalam perkembangan bertujuan untuk memungkinkan orang menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana ia hidup. Untuk mencapai tujuan ini, maka realisasi diri atau yang biasanya disebut “akulturasi-diri” adalah sangat penting. Namun tujuan ini tidak pernah statis. Tujuan dapat dianggap sebagai suatu dorongan untuk melakukan sesuatu yang tepat untuk dilakukan, untuk menjadi manusia seperti yang diinginkan baik secara fisik maupun psikologis. Seiring dengan berkembangnya zaman dan dari bertambahnya masalah diri manusia itu sendiri muncul lah berbagai teori mengenai studi perkembangan sehingga memunculkan pemahaman-pemahaman baru mengenai perkembangan manusia.

Perkembangn pemikiran dan kajian empirik dikalangan para ahli tentang perkembangan manusia telah melahirkan berbagai teori yang beragam sesuai dengan perspektif pemikiran dan pengalaman pribadi para ahli yang membangun teori tersebut. Teori-teori yang muncul biasanya merupkan kritik dari teori-teori sebelumnya. Memang patut diakui bahwa titik pandang (teori) dalam psikologi tidak ada yang sempurna, sehingga terbuka bagi ilmuwan untuk memberikan kritik dan masukan ataupun penyempurnaan dari teori yang sudah ada.

Teori dapat diartikan sebagai model tentang kenyataan yang membantu kita untuk memahami, menjelaskan, memprediksi, dan mengontrol tetang kenyataan

(2)

tersebut. Teori juga dapat diartikan sebagai sekumpulan atau seperangkat asumsi yang relevan dan secara sistematis saling berkaitan.

Dari begitu banyaknya teori yang berusaha menjelaskan bagaimana perkembangan manusia, ada beberapa teori yang sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan manusia diantaranya yaitu terori psikoanalisa, teori kognitif, teori behavioral, teori etologi, dan teori ekologi kontekstual. Setiap teori ini memberikan pandangan yang berbeda tentang perkembangan manusia. Tetapi dalam makalah ini hanya akan membahas tentang teori psikoanalitik dan teori kognitif.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :

1. Bagaimana perkembangan manusia menurut teori psikoanalitik? 2. Bagaimana perkembangan manusia menurut teori kognitif? C. Tujuan Makalah

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari makalah ini adalah : 1. Untuk mengetahui perkembangan manusia menurut teori psikoanalitik.

(3)

A. Teori Psikoanalitik

Psikoanalitik adalah cabang ilmu yang dikembangan oleh Sigmund Freud dan para pengikutnya, sebagai studi fungsi dan perilaku psikologis manusia. Aliran psikoanalisa melihat manusia dari sisi negatif, bahwa kehidupan manusia dikuasai oleh alam ketidaksadaran yakni alam bawah sadar, mimpi dan masa lalu. Aliran ini mengabaikan potensi yang dimiliki oleh manusia. Teori-teori yang diusulkan oleh Sigmund Freud menekankan pentingnya peristiwa masa kanak-kanak dan pengalaman, namun hampir secara khusus berfokus pada gangguan mental bukan yang berfungsi normal.

Menurut Freud, perkembangan anak digambarkan sebagai serangkaian “tahap psikoseksual”. Dalam “Tiga Karangan Tentang Teori Seksualitas” (1915), Freud menguraikan tahapan ini sebagai oral, anal, phalik, latensi dan genital yang dianggap penting dalam perkembangan kepribadian. Setiap tahap melibatkan kepuasan hasrat libidinal dan kemudian dapat memainkan peran dalam kepribadian orang dewasa.

Gambar 1. Sigmund Freud

1. Riwayat Hidup Tokoh Teori Psikoanalitik

(4)

Sigmund Freud lahir di Morovia, pada tanggal 6 Mei 1856 dan meninggal di London pada tanggal 23 September 1939. Gerald Corey dalam “Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy” menjelaskan bahwa Sigmund Freud adalah anak sulung dari keluarga Viena yang terdiri dari tiga laki-laki dan lima orang wanita. Dalam hidupnya ia ditempa oleh seorang ayah yang sangat otoriter dan dengan uang yang sangat terbatas, sehingga keluarganya terpaksa hidup berdesakan di sebuah apartemen yang sempit, namun demikian orang tuanya tetap berusaha memberikan motivasi terhadap kapasitas intelektual yang tampak jelas dimiliki oleh anak-anaknya.

Sebagian besar hidup Freud diabdikan untuk memformulasikan dan mengembangkan tentang teori psikoanalisisnya. Uniknya, saat ia sedang mengalami problema emosional yang sangat berat adalah saat kreativitasnya muncul. Pada umur paruh pertama empat puluhan ia banyak mengalami bermacam psikomatik, juga rasa nyeri akan datangnya maut dan ketakutan lain. Dengan mengeksplorasi makna mimpi-mimpinya sendiri ia mendapat pemahaman tentang dinamika perkembangan kepribadian seseorang.

Sigmund Freud dikenal juga sebagai tokoh yang kreatif dan produktif. Ia sering menghabiskan waktunya 18 jam sehari untuk menulis karya-karyanya, dan karya tersebut terkumpul sampai 24 jilid. Bahkan ia tetap produktif pada usia senja. Karena karya dan produktifitasnya itu, Freud dikenal bukan hanya sebagai pencetus psikoanalisis yang mencuatkan namanya sebagai intelektual, tapi juga telah meletakkan teknik baru untuk bisa memahami perilaku manusia. Hasil usahanya itu adalah sebuah teori kepribadian dan psikoterapi yang sangat komprehenshif dibandingkan dengan teori serupa yang pernah dikembangkan.

(5)

pembuat peta ketidaksadaran manusia. Lima karya Freud yang sangat terkenal dari beberapa karyanya adalah:

a) The Interpretation of dreams (1900)

b) The Psichopathology of Everiday Life (1901)

c) General Introductory Lectures on Psichoanalysis (1917)

d) New Introductory Lectures on Psichoanalysis (1933) dan

e) An Outline of Psichoanalysis (1940).

Dalam dunia pendidikan pada masa itu, Sigmund Freud belum seberapa populer. Menurut A. Supratika dalam bukunya “mengenal perilaku abnormal”, nama Freud baru dikenal pertama kalinya dalam kalangan psikologi akademis pada tahun 1909, ketika ia diundang oleh G. Stanley Hall, seorang sarjana psikologi Amerika, untuk memberikan serangkaian kuliah di Universitas Clark di Worcester, Massachusetts. Pengaruh Freud di lingkungan psikologi baru terasa sekitar tahun 1930an. Akan tetapi Asosiasi Psikoanalisis Internasional sudah terbentuk tahun 1910, begitu juga dengan lembaga pendidikan psikoanalisis sudah didirikan di banyak negara.

2. Konsep Dasar Teori

(6)

tidak linier. Ajaran psikoanalisis menyatakan bahwa perilaku seseorang itu lebih rumit daripada apa yang dibayangkan pada orang tersebut.

Di sini, Freud memberikan indikasi bahwa tantangan terbesar yang dihadapi manusia adalah bagaimana mengendalikan dorongan agresif itu. Bagi Sigmund Freud, rasa resah dan cemas seseorang itu ada hubungannya dengan kenyataan bahwa mereka tahu umat manusia itu akan punah. Sigmund Freud telah membangkitkan semangat manusia untuk berpikir mengenai psikologi.

Aliran psikoanalitik mempelajari perkembangan kepribadian dan perilaku abnormal daripada aliran psikologi. Proses pengobatan gejala-gejala histeria mulai dari pembiusan kemudian beralih ke hipnotis dan terapi bicara atau psikoanalisa yang mengutamakan pentingnya proses ketidaksadaran.

Aliran Psikoanalitik terdiri dari dua variasi yakni personal dan interpersonal, bagaimana kepribadian mempengaruhi belajar dan perilaku. Aliran personal dari teori psikoanalitik adalah tradisi Sigmund Freud yang berpendapat bahwa orang bertindak atas dasar motif yang tak disadarinya maupun atas dasar pikiran, perasaan, dan kecenderungan yang disadari dan sebagaian tidak disadari.

Dasar pendapat dan pandangan Frued berangkat dari keyakinan bahwa pengalaman mental manusia tidak ubahnya seperti gunung es yang terapung di samudera yang hanya sebagian terkecil yang tampak, sedangkan sembilan persepuluhnya dari padanya yang tidak tampak itulah yang merupakan bagian/lapangan ketidaksadaran mental manusia berupa pikiran kompleks, perasaan, dan keinginan-keinginan bawah sadar yang tidak dialami secara langsung tetapi ia terus mempengaruhi tingkah laku manusia.

(7)

Gambar 2. Diagramatik jangkauan kesadaran individu

Sigmund Freud mengemukakan tiga struktur spesifik kepribadian yaitu id, ego dan superego. Ketiga struktur tersebut diyakininya terbentuk secara mendasar pada usia tujuh tahun.

3. Teori Kepribadian, Id, Ego dan Superego

Dalam pribadi manusia, ada yang disebut dengan id (naluri), ego (saya/aku), dan superego (norma). Ketiga hal ini akan membantu manusia untuk beradaptasi dengan lingkungan hidupnya. Secara naluriah, manusia akan berusaha bertahan hidup dengan cara apapun seperti yang disebut di atas, termasuk mempertahankan diri tentang eksistensinya dalam lingkungan.

a) Id (Das Es)

(8)

Id bagian jiwa paling liar, berpotensi jahat. Ada yang menafsirkan id sebagai nafsu manusia yang mementingkan kebutuhan perut ke bawah. Di sisi lain, id tidak mempertimbangkan akibat dari pemenuhan hasratnya. Intinya, id adalah bagian jahat dari manusia yang beresiko merugikan orang lain dan diri sendiri. Id akan didorong oleh prinsip kesenangan, yang berusaha untuk mendapatkan kepuasan segera dari semua keinginan dan kebutuhan. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka hasilnya adalah kecemasan atau ketegangan.

Contoh mudahnya adalah bila seorang bayi menangis karena lapar atau pun haus maka ia akan mengkomunikasikan hal tersebut kepada ibunya dengan cara menangis. Karena dengan adanya peningkatan rasa lapar atau haus yang dirasakan bayi atau anak maka ia harus menghasilkan upaya segera untuk mendapatkan makan atau minum. Id ini sangat penting pada masa awal hidup, karena itu pastikan bahwa kebutuhan bayi terpenuhi dengan baik.

Id pada manusia menghasilkan kecenderungan untuk agresif dan terfokus pada pemenuhan kebutuhan jasmani. Id seluruhnya berada pada alam bawah sadar. Id sering ditafsirkan sebagai instink seperti pada hewan. Namun instink berbeda dengan id. Oleh Freud, id disebut sebagai Triebe atau dalam arti literalnya

drive (dorongan). Dorongan inilah yang menurut Freud mengendalikan dan menentukan kemampuan, kualitas, dan kapasitas seseorang. Kalau id seseorang itu tinggi, maka kualitas orang tersebut secara keseluruhan dengan sendirinya akan tinggi. Usaha yang dilakukan oleh orang dengan Id yang tinggi lebih baik jika dibandingkan dengan usaha yang dilakukan oleh orang yang id-nya rendah. Karena orang dengan id tinggi berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidup dalam arti luas dengan lebih baik. Begitu hebatnya id ini menurut Freud sampai-sampai Freud berkata “Man is what his sex is; Kulitas Laki-laki itu tergantung dari nafsu birahinya”.

b) Ego (Das Ich)

(9)

sendiri. Sudah ada pertimbangan, dan telah memikirkan akibat dari yang telah dilakukannya. Tepatnya, ego adalah pengontrol id. Contoh nyata dari ego adalah peraturan. Semua rule yang dibuat adalah untuk mencegah manusia menjadi liar dan tak terkontrol.

Ego merupakan inti dari kesatuan manusia, dan bila terjadi ancaman terhadap ego hal ini merupakan ancaman terhadap eksistensi manusia. Sehingga kegagalan/ kekecewaan terhadap pencapaian hal tersebut, atau terusiknya ego manusia, salah satunya diungkapkan dengan marah.

Selain sebagai bentuk ekspresi emosi, marah juga merupakan satu bentuk komunikasi. Adakalanya orang lain baru mengerti maksud yang ingin kita sampaikan ketika kita marah. Tanpa marah, orang lain malah menganggap kita main-main atau tidak serius. Dalam hal ini, tentunya juga berkaitan dengan masalah budaya. Dalam budaya masyarakat tertentu, suatu bentuk ekspresi seseorang akan dianggap sebagai bentuk ekspresi marah sedangkan dalam budaya masyarakat lain dianggap biasa-biasa saja, salah satu contoh konkretnya adalah logat bahasa. Contoh lain: dalam pertandingan sepak bola tidak jarang kita lihat ada pemain yang bersitegang, terutama apabila terjadi pelanggaran. Ketika bersitegang, sikap yang ditunjukkan para pemain Eropa akan berbeda dengan sikap yang diperlihatkan para pemain Indonesia. Dalam kebanyakan pertandingan Liga Eropa yang kita saksikan di televisi, apabila pemain saling bersitegang, mereka beradu mulut dan bahkan saling berhadapan. Mata melotot dan urat-urat leher pun tampak menjadi tegang. Namun, setelah melampiaskan kekesalan dan amarah masing-masing, mereka pun bisa segera melanjutkan pertandingan dengan baik. Adapun di Indonesia, tak jarang kita menyaksikan bersitegang antara dua pemain, namun merembet pada pemain lain sehingga menyebabkan perkelahian massal antarpemain.

(10)

dengan lingkungan sekitarnya. Untuk bisa bertahan dalam suatu kehidupan, maka individu tersebut tidak bisa hanya semata-mata bertindak sekadar mengikuti impuls-impuls atau dorongan-dorongan, individu harus belajar menghadapi realitas yang ada. Dan ini lebih kompleks dari sekedar id saja. Contoh mudahnya adalah bila seorang anak merasakan lapar maka ia akan berusaha untuk mendapatkan makanan untuk mengatasi rasa laparnya. Hanya saja sekarang ia akan berusaha melihat kenyataan bagaimana cara mendapatkan makanan dengan baik tanpa ada yang merasa disalahkan atau pun ia salah dalam melakukan tindakan mendapatkan makanan karena didorong oleh rasa laparnya tersebut.

Menurut Freud, ego adalah struktur kepribadian yang berurusan dengan tuntutan realita, yang berisi penalaran dan pemahaman yang tepat. Ego berusaha menahan tindakan sampai dia memiliki kesempatan untuk memahami realitas secara akurat, memahami apa yang sudah terjadi di dalam situasi yang berupa di masalalu, dan membuat rencana yang realistik di masa depan. Tujuan ego adalah menemukan cara yang realistis dalam rangka memuaskan id. Fungsi ego ini juga berguna untuk menyaring dorongan-dorongan yang ingin dipuaskan oleh id berdasarkan kenyataan yang ada.

c) Superego (Das Uber Ich)

Superego atau yang lebih sering disebut dengan “hati nurani”. Pembentukan dan perkembangan superego sangat ditentukan oleh pengarahan atau bimbingan lingkungan sejak usia dini. Bila seseorang di asuh dalam lingkungan yang serba cuek dan mau menang sendiri, bisa dipastikan, superego atau nuraninya tumpul.

(11)

Superego merupakan bagian kepribadian yang berhubungan dengan etika, standar moral dan aturan. Superego berkembang selama 5 tahun pertama kehidupan sebagai respon dari pendidikan orang tua. Perkembangan superego menyerap tradisi dari keluarga dan lingkungan sekitar. Superego berfungsi sebagai pengendali perilaku atau penyaring rangsangan sosial yang tidak memenuhi standar perilaku.

Dalam bahasa sederhana, superego sering diterjemahkan sebagai conscience

atau suara hati. Pelanggaran terhadap suara hati atau standar superego menghasilkan perasaan bersalah, kegelisahan dan rasa khawatir. Superego terus berkembang seiring dengan pertumbuhan dan pengetahuan pribadi seseorang dimana ia menemukan sosok, sistem aturan atau pikiran-pikiran yang diketahuinya dari pergaulan dalam masyarakat yang lebih luas.

Superego atau pun aspek sosiologis adalah merupakan sistem kepribadian yang berisikan nilai-nilai dan aturan-aturan yang sifatnya evaluatif (menyangkut hal yang berhubungan dengan baik-buruk). Superego lebih merupakan kesempurnaan daripada kesenangan, karena itu superego dapat dianggap sebagai aspek moral daripada kepribadian itu sendiri. Juga merupakan aspek kepribadian yang menampung semua standar internalisasi moral dan cita-cita yang kita peroleh dari kedua orangtua serta masyarakat. Superego memberikan pedoman untuk membuat sebuah penilaian.

Fungsi manfaat superego adalah sebagai pengendali dorongan-dorongan atau impuls-impuls naluri id agar impuls-impuls teresbut disalurkan dengan cara atau bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat. Mengarahkan ego pada tujuan-tujuan yang sesuai dengan moral daripada dengan kenyataan. Mendorong individu kepada kesempurnaan.

(12)

sebagai suatu sistem yang kompleks memakai energi untuk berbagai tujuan seperti halnya bernafas, bergerak, mengamati, dan mengingat. Kegiatan psikologi juga membutuhkan energi, yang disebutnya energi psikis yaitu energi yang ditransform dari energi fisik melalui id beserta instink-instinknya. Ini sesuai dengan kaidah fisika, bahwasannya energi tidak dapat hilang, tetapi dapat pindah dan berubah bentuk.

4. Perkembangan kepribadian

Perkembangan manusia dalam psikoanalitik merupakan suatu gambaran yang sangat teliti dari proses perkembangan psikososial mulai dari lahir sampai dewasa. Dalam teori Freud setiap manusia harus melewati serangkaian tahap perkembangan dalam proses menjadi dewasa. Tahap-tahap ini sangat penting bagi pembentukan sifat-sifat kepribadian yang bersifat menetap.

Berikut 5 tahapan perkembangan menurut Sigmund Freud : a) Tahap Oral (Oral Stage)

Ialah tahapan pertama kepribadian Freud, yang berlangsung selama 18 bulan pertama kehidupan. Kenikmatan seorang bayi berpusat di sekitar mulut. contohnya mengunyah, menghisap, dan menggigit adalah sumber utama kenikmatan. Tindakan-tindakan ini mengurangi tekanan dan ketegangan pada bayi.

b) Tahap Anal (Anal Stage)

Ialah tahapan kedua kepribadian Freud, yang berlangsung antara usia 1,5 samai 3 tahun, dalam kenikmatan terbesar anak meliputi lubang anus atau fungsi pengeluaran atau pembersihan. Dalam sudut pandang Freud latihan otot - otot lubang dubur mengurangi tekanan atau ketegangan.

c) Tahap Falik (Phallic Stage)

(13)

karena anak menemukan bahwa manipulasi diri (self manipulation) dapat memberi kenikmatan tersendiri.

d) Tahap Latensi (Laten Stage)

Ialah tahap keempat kepribadian Freud yang berlangsung antara kira - kira usia 6 tahun dan masa pubertas, anak menekan semua minat terhadap seks dan mengembangkan keterampilan sosial dan intelektual. Kegiatan ini menyalurkan sebagian terbesar energi anak ke hal yang secara emosional “aman”, dan membantu anak melupakan konflik pada tahap phallic yang sangat menekan.

e) Tahap Genital (Genital Stage)

Ialah tahapan kelima kepribadian Freud yang berlangsung dari masa pubertas dan seterusnya. Tahap kemaluan atau genital ialah suatu masa kebangkitan kembali dorongan seksual, sumber kesenangan seksual sekarang adalah orang yang berada diluar keluarga. Freud yakin bahwa konflik yang terjadi yang mungkin tidak dapat teratasi dengan orangtua terjadi kembali selama masa remaja atau pubertas. Bila teratasi dengan baik, individu mampu mengembangkan suatu hubungan cinta yang dewasa dan berfungsi secara mandiri sebagai seorang yang dewasa.

5. Aplikasi Teori Sigmund Freud Dalam Bimbingan

Apabila menyimak konsep kunci dari teori kepribadian Sigmund Freud, maka ada beberapa teorinya yang dapat aplikasikan dalam bimbingan, yaitu:

(14)

Kedua, konsep kunci tentang “kecemasan” yang dimiliki manusia dapat digunakan sebagai wahana pencapaian tujuan bimbingan, yakni membantu individu supaya mengerti dirinya dan lingkungannya; mampu memilih, memutuskan dan merencanakan hidup secara bijaksana; mampu mengembangkan kemampuan dan kesanggupan, memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya; mampu mengelola aktivitasnya sehari-hari dengan baik dan bijaksana; mampu memahami dan bertindak sesuai dengan norma agama, sosial dalam masyarakatnya.

Ketiga, konsep psikolanalisis yang menekankan pengaruh masa lalu (masa kecil) terhadap perjalanan manusia.Walaupun banyak para ahli yang mengkritik, namun dalam beberapa hal konsep ini sesuai dengan konsep pembinaan dini bagi anak-anak dalam pembentukan moral individual. Dalam sistem pembinaan akhlak individual, Islam menganjurkan agar keluarga dapat melatih dan membiasakan anak-anaknya agar dapat tumbuh berkembang sesuai dengan norma agama dan sosial. Norma-norma ini tidak bisa datang sendiri, akan tetapi melalui proses interaksi yang panjang dari dalam lingkungannya. Bila sebuah keluarga mampu memberikan bimbingan yang baik, maka kelak anak itu diharapkan akan tumbuh menjadi manusia yang baik.

Keempat, teori Freud tentang “tahapan perkembangan kepribadian individu” dapat digunakan dalam proses bimbingan, baik sebagai materi maupun pendekatan. Konsep ini memberi arti bahwa materi, metode dan pola bimbingan harus disesuaikan dengan tahapan perkembangan kepribadian individu, karena pada setiap tahapan itu memiliki karakter dan sifat yang berbeda. Oleh karena itu konselor yang melakukan bimbingan haruslah selalu melihat tahapan-tahapan perkembangan ini, bila ingin bimbingannya menjadi efektif.

(15)

B. Teori Kognitif

Teori kognitif dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog Swiss yang hidup tahun 1896-1980. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi Piaget berarti kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya

schemata (skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya) dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental. Teori ini digolongkan ke dalam konstruktivisme, yang berarti, tidak seperti teori nativisme (yang menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan pengetahuan dan kemampuan bawaan), teori ini berpendapat bahwa kita membangun kemampuan kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungan. Untuk pengembangan teori ini, Piaget memperoleh Erasmus Prize.

Gambar 3. Jean Piaget

(16)

Jean Piaget dilahirkan di Neuhatel, Swiss pada tanggal 9 Agustus 1896. Ayahnya Arthur Piaget, dia seorang profesor sastra abad pertengahan yang sangat menyenangi sejarah lokal. Ibunya Rebecca Jackson adalah seorang wanita yang cerdas dan sangat bersemangat. Sebagai anak sulung, Piaget memilki keleluasan untuk menentukan keinginannya. Piaget sangat semangat ketika ia menuntut ilmu sampai akhirnya dia memperoleh gelar doktor di bidang sains dari Universitas of Neuchatel. Selama setahun berkutnya, dia bekerja di laboratorium psikologi di Zurich dan klinik psikiatri milik Bleuler. Dalam periode inilah dia berkenalan dengan karya-karya Freud, Jung dan pemikir-pemikir lainnya. Piaget adalah seorang tokoh psikologi kognitif yang memiliki peran besar atau berpengaruh terhadap perkembangan pemikiran para pakar psikolog yang hidup setelahnya. Teori kognitif Piaget yang kemudian berkembang pula aliran konstruktivistik, menekankan bahwa belajar lebih banyak ditentukan oleh adanya kemauan individu. Penataan kondisi bukan sebagai penyebab terjadinya belajar sebagaimana yang ditemukan oleh aliran behavioristik, tetapi sekadar memudahkan dalam proses belajar. Keaktifan dari siswa merupakan faktor penentu utama dalam menentukan kesuksesan atau keberhasilan dari kegiatan belajar. Aktivitas mandiri adalah jaminan untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal.

2. Pengertian Kognitif

Kognitif adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan. Secara umum kognitif diartikan potensi intelektual yang terdiri dari tahapan : pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan (aplication), analisa (analysis), sintesa (sinthesis), dan evaluasi (evaluation). Kognitif berarti persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional (akal).

(17)

sebab itu kognitif berbeda dengan teori behavioristik, yang lebih menekankan pada aspek kemampuan perilaku yang diwujudkan dengan cara kemampuan merespons terhadap stimulus yang datang kepada dirinya.

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata kognitif. Dari aspek tenaga pendidik misalnya, seorang guru diharuskan memiliki kompetensi bidang kognitif. Artinya seorang guru harus memiliki kemampuan intelektual, seperti penguasaan materi pelajaran, pengetahuan mengenai cara mengajar, pengetahuan cara menilai siswa dan sebagainya.

3. Perkembangan Kognitif

Teori perkembangan kognitif Piaget adalah salah satu teori yang menjelasakan bagaimana anak beradaptasi serta menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian sekitarnya. Bagaimana anak mempelajari ciri-ciri dan fungsi dari objek-objek seperti mainan, perabot, dan makanan serta objek-objek sosial seperti diri sendiri, orangtua dan teman. Bagaimana cara anak mengelompokan objek-objek untuk mengetahui persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaannya, untuk memahami penyebab terjadinya perubahan dalam objek-objek dan perisiwa-peristiwa dan untuk membentuk perkiraan tentang objek-objek dan peristiwa tersebut.

Piaget memandang bahwa anak memainkan peran aktif dalam menyusun pengetahuannya mengenai realitas. Anak tidak pasif menerima informasi. Walaupun proses berfikir dalam konsepsi anak mengenai realitas telah dimodifikasi oleh pengalaman dengan dunia sekitarnya, namun anak juga berperan aktif dalam menginterpretasikan informasi yang ia peroleh melalui pengalaman, serta dalam mengadaptasikannya pada pengetahuan dan konsepsi mengenai dunia yang telah ia punya.

(18)

bersifat invarian, selalu tetap, tidak melompat atau mundur. Perubahan kualitatif ini terjadi karena tekanan biologis untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan serta adanya pengorganisasian struktur berfikir. Sebagai seorang yang memperoleh pendidikan dasar dalam bidang eksakta, yaitu biologis, maka pendekatan dan uraian dari teorinya terpengaruh aspek biologi.

Teori Piaget merupakan akar revolusi kognitif saat ini yang menekankan pada proses mental. Piaget mengambil perspektif organismik, yang memandang perkembangan kognitif sebagai produk usaha anak untuk memahami dan bertindak dalam dunia mereka. Menurut Piaget, bahwa perkembangan kognitif dimulai dengan kemampuan bawaan untuk beradaptasi dengan lingkungan. Dengan kemampuan bawaan yang bersifat biologis itu, Piaget mengamati bayi-bayi mewarisi reflek-reflek seperti reflek menghisap. Reflek ini sangat penting dalam bulan-bulan pertama kehidupan mereka, namun semakin berkurang signifikansinya pada perkembangan selanjutnya.

Pertumbuhan atau perkembangan kognitif terjadi melalui tiga proses yang saling berhubungan, yaitu:

a) Organisasi

Merupakan istilah yang digunakan Piaget untuk mengintegrasikan pengetahuan kedalam sistem-sistem. Dengan kata lain, organisasi adalah sistem pengetahuan atau cara berfikir yang disertai dengan pencitraan realitas yang semakin akurat. Contoh: anak laki-laki yang baru berumur 4 bulan mampu untuk menatap dan menggenggam objek. Setelah itu dia berusaha mengkombinasikan dua kegiatan ini (menatap dan menggenggam) dengan menggenggam objek-objek yang dilihatnya.

(19)

b) Adaptasi

Merupakan cara anak untuk memperlakukan informasi baru dengan mempertimbangkan apa yang telah mereka ketahui. Adaptasi ini dilakukan dengan dua langkah, yaitu:

1) Asimilasi

Merupakan istilah yang digunakan Piaget untuk merujuk pada peleburan informasi baru kedalam struktur kognitif yang sudah ada. Seorang individu dikatakan melakukan proses adaptasi melalui asimilasi, jika individu tersebut menggabungkan informasi baru yang dia terima ke dalam pengetahuan mereka yang telah ada.

Contoh asimilasi kognitif : seorang anak yang diperlihatkan segi tiga sama sisi, kemudian setelah itu diperlihatkan segitiga yang lain yaitu siku. Asimilasi terjadi jika si anak menjawab bahwa segitiga siku-siku yang diperlihatkan adalah segitiga sama sisi.

2) Akomodasi

(20)

Contoh : bayi yang biasanya mendapat susu dari payudara ibu ataupun botol, kemudian diberi susu dengan gelas tertutup (untuk latihan minum dari gelas). Ketika bayi menemukan bahwa menyedot air gelas membutuhkan gerakan mulut dan lidah yang berbeda dari yang biasa dilakukannya saat menyusu dari ibunya, maka si bayi akan mengakomodasi hal itu dengan akomodasi skema lama. Dengan melakukan hal itu, maka si bayi telah melakukan adaptasi terhadap skema menghisap yang ia miliki dalam situasi baru yaitu gelas. Dengan demikian asimilasi dan akomodasi bekerjasama untuk menghasilkan ekuilibrium dan pertumbuhan.

4. Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif

Menurut Piaget, pikiran anak-anak dibentuk bukan oleh ajaran orang dewasa atau pengaruh lingkungan lainnya. Anak-anak memang harus berinteraksi dengan lingkungan untuk berkembang, namun merekalah yang membangun struktur-struktur kognitif baru dalam dirinya. Piaget juga yakin bahwa individu melalui empat tahap dalam memahami dunia. Masing-masing tahap terkait dengan usia dan terdiri dari cara berfikir yang khas/berbeda.

Tahapan perkembangan kognitif menurut Piaget adalah sebagai berikut: a) Tahap Sensorimotor

(21)

Dengan berfungsinya alat-alat indera serta kemampuan kemampuan-kemampuan melakukan gerak motorik dalam bentuk refleks ini, maka seorang bayi berada dalam keadaan siap untuk mengadakan hubungan dengan dunianya.

Piaget membagi tahap sensorimotor ini kedalam 6 periode, yaitu:

1) Periode 1 : Skema Refleks (Usia 0-1 bulan)

Refleks yang paling jelas pada periode ini adalah refleks menghisap (bayi otomatis menghisap kapanpun bibir mereka disentuh) dan refleks mengarahkan kepala pada sumber rangsangan secara lebih tepat dan terarah. Misalnya jika pipi kanannya disentuh, maka ia akan menggerakkan kepala kearah kanan.

2) Periode 2 : Reaksi Sirkular Primer/Kebiasaan (Usia 1-4 bulan)

Reaksi ini terjadi ketika bayi menghadapi sebuah pengalaman baru dan berusaha mengulanginya. Contoh: menghisap jempol. Pada contoh menghisap jempol, bayi mulai mengkoordinasikan 1). Gerakan motorik dari tangannya dan 2). Penggunaan fungsi penglihatan untuk melihat jempol.

3) Periode 3 : Reaksi Sirkular Sekunder / Reproduksi Kejadian yang Menarik (Usia 4-8 bulan)

Reaksi sirkular primer terjadi karena melibatkan koordinasi bagian-bagian tubuh bayi sendiri, sedangkan reaksi sirkular sekunder terjadi ketika bayi menemukan dan menghasilkan kembali peristiwa menarik diluar dirinya.

(22)

Pada periode ini bayi belajar untuk mengkoordinasikan dua skema terpisah untuk mendapatkan hasil. Contoh: suatu hari Laurent (anak Piaget) ingin memeluk kotak mainan, namun Piaget menaruh tangannya ditengah jala. Pada awalnya Laurent mengabaikan tangan ayahnya. Dia berusaha menerobos atau berputar mengelilinginya tanpa menggeser tangan ayahnya. Ketika Piaget tetap menaruh tangannya untuk menghalangi anaknya, Laurent terpaksa memukul kotak mainan itu sambil melambaikan tangan, mengguncang tubuhnya sendiri dan mengibaskan kepalanya dari satu sisi ke sisi lain. Akhirnya setelah beberapa hari mencoba, Laurent berhasil menggerakkan perintang dengan mengibaskan tangan ayahnya dari jalan sebelum memeluk kotak mainan. Dalam kasus ini, Laurent berhasil mengkoordinasikan dua skema terpisah yaitu: 1). Mengibaskan perintang 2). Memeluk kotak mainan.

5) Periode 5 : Reaksi Sirkular Tersier/Eksperimen (Usia 12-18 bulan)

Pada periode 4, bayi memisahkan dua tindakan untuk mencapai satu hasil tunggal. Pada periode 5 ini bayi bereksperimen dengan tindakan-tindakan yang berbeda untuk mengamati hasil yang berbeda-beda. Contoh: Suatu hari Laurent tertarik dengan meja yang baru dibeli Piaget. Dia memukulnya dengan telapak tangannya beberapa kali. Kadang keras dan kadang lembut untuk mendengarkan perbedaan bunyi yang dihasilkan oleh tindakannya.

6) Periode 6 : Permulaan Berfikir (Usia 18-24 bulan)

(23)

mulai bisa berfikir.dalam mencapai lingkungan, pada periode ini anak sudah mulai dapat menentukan cara-cara baru yang tidak hanya berdasarkan rabaan fisis dan internal, tetapi juga dengan koordinasi internal dalam gambaran atau pemikirannya.

b) Tahap Pemikiran Pra-operasional

Tahap ini berada pada rentang usia antara 2-6 tahun. Pada tahap ini anak mulai melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar atau simbol. Menurut Piaget, walaupun anak-anak prasekolah dapat secara simbolis melukiskan dunia, namun mereka masih belum mampu untuk melaksanakan “Operation” (operasi), yaitu tindakan mental yang diinternalisasikan yang memungkinkan anak-anak melakukan secara mental, sebelumnya dilakukan secara fisik.

Perbedaan tahap ini dengan tahap sebelumnya adalah “kemampuan anak mempergunakan simbol”. Penggunaan simbol bagi anak pada tahap ini tampak dalam lima gejala berikut:

1) Imitasi Tidak Langsung

Anak mulai dapat menggambarkan sesuatu hal yang dialami atau dilihat, yang sekarang bendanya sudah tidak ada lagi. Jadi pemikiran anak sudah tidak dibatasi waktu sekarang dan tidak pula dibatasi oleh tindakan-tindakan indrawi sekarang.

Contoh: anak dapat bermain kue-kuean sendiri atau bermain pasar-pasaran. Ini adalah hasil imitasi.

(24)

Sifat permainan simbolis ini juga imitatif, yaitu anak mencoba meniru kejadian yang pernah dialami.

Contoh: anak perempuan yang bermain dengan bonekanya, seakan-akan bonekanya adalah adiknya.

3) Menggambar

Pada tahap ini merupakan jembatan antara permainan simbolis dengan gambaran mental. Unsur pada permainan simbolis terletak pada segi “kesenangan” pada diri anak yang sedang menggambar. Sedangkan unsur gambaran mentalnya terletak pada “usaha anak untuk memulai meniru sesuatu yang rill”.

Contoh: anak mulai menggambar sesuatu dengan pensil atau alat tulis lainnya.

4) Gambaran Mental

Merupakan penggambaran secara pikiran suatu objek atau pengalaman yang lampau. Gambaran mental anak pada tahap ini kebanyakan statis. Anak masih mempunyai kesalahan yang sistematis dalam menggambarkan kembali gerakan atau transformasi yang ia amati.

Contoh yang digunakan Piaget adalah deretan lima kelereng putih dan hitam.

5) Bahasa Ucapan

(25)

c) Tahap Operasi Berpikir Kongkret (usia 6-11 tahun)

Tahap ini berada pada rentang usia 6-11 tahun. Tahap ini dicirikan dengan perkembangan sistem pemikiran yang didasarkan pada aturan-aturan yang logis. Anak sudah mengembangkan operasi logis. Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:

1) Pengurutan

Yaitu kemampuan untuk mengurutkan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya : bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil.

2) Klasifikasi

Kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan).

3) Decentering

Anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap gelas lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding gelas kecil yang tinggi.

4) Reversibility

(26)

menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.

5) Konservasi

Memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi gelas yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi gelas lain.

6) Penghilangan sifat egosentrisme

Kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, Lala menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Baim memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Lala kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Lala akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Baim.

d) Tahap Operasi Berfikir Formal (usia 11 tahun sampai dewasa)

(27)

saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit.

Pada tahap ini, remaja telah memiliki kemampuan untuk berpikir sistematis, yaitu bisa memikirkan semua kemungkinan untuk memecahkan suatu persoalan. Contoh : ketika suatu saat mobil yang ditumpanginya mogok, maka jika penumpangnya adalah seorang anak yang masih dalam tahap operasi berpikir kongkret, ia akan berkesimpulan bahwa bensinnya habis. Ia hanya menghubungkan sebab akibat dari satu rangkaian saja. Sebaliknya pada remaja yang berada pada tahap berfikir formal, ia akan memikirkan beberapa kemungkinan yang menyebabkan mobil itu mogok. Bisa jadi karena businya mati, atau karena platinanya, dll.

Seorang remaja pada tahap ini sudah mempunyai ekuilibrum yang tinggi, sehingga ia dapat bepikir fleksibel dan efektif, serta mampu berhadapan dengan persoalan yang kompleks. Remaja dapat berfikir fleksibel karena dapat melihat semua unsur dan kemungkinan yang ada. Dan remaja dapat berfikir efektif karena dapat melihat pemikiran mana yang cocok untuk persoalan yang dihadapi.

5. Implementasi Teori Perkembangan Kognitif Piaget Dalam Pembelajaran

(28)

a) Memfokuskan pada proses berfikir atau proses mental anak tidak sekadar pada produknya. Di samping kebenaran jawaban siswa, guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada jawaban tersebut.

b) Pengenalan dan pengakuan atas peranan anak-anak yang penting sekali dalam inisiatif diri dan keterlibatan aktif dalam pembelajaran. Dalam kelas Piaget penyajian materi jadi (ready made) tidak diberi penekanan, dan anak-anak didorong untuk menemukan untuk dirinya sendiri melalui interaksi spontan dengan lingkungan.

c) Tidak menekankan pada praktek-praktek yang diarahkan untuk menjadikan anak-anak seperti orang dewasa dalam pemikirannya.

(29)

cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dan para pengikutnya, sebagai studi fungsi dan perilaku psikologis manusia. Aliran psikoanalisa melihat manusia dari sisi negatif, bahwa kehidupan manusia dikuasai oleh alam ketidaksadaran yakni alam bawah sadar, mimpi dan masa lalu. Aliran ini mengabaikan potensi yang dimiliki oleh manusia.

5. Sedangkan teori kognitif dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog Swiss yang hidup tahun 1896-1980. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi Piaget berarti kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan.

6. Perbedaan antara kedua teori tersebut adalah bahwa teori psikoanalitik berdasarkan kehidupan manusia yang dikuasai oleh alam bawah sadar. Contoh mudahnya adalah bila seorang bayi menangis karena lapar ataupun haus maka ia akan mengkomunikasikan hal tersebut kepada ibunya dengan cara menangis. Sedangkan teori kogitif berdasarkan kenyataan yang ada atau yang dialami manusia itu sendiri. Contohnya adalah seorang guru diharuskan memiliki kompetensi bidang kognitif, artinya seorang guru harus memiliki kemampuan intelektual, seperti penguasaan materi pelajaran, pengetahuan mengenai cara mengajar, pengetahuan cara menilai siswa dan sebagainya.

7. 8. 9. 10. 11.

12. DAFTAR RUJUKAN

13.

(30)

14. Bertens, Kees. (2006). Psikoanalisis Sigmund Freud. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

15. Santrock, Jhon W. (2003). ADOLESCENE Perkembangan Remaja. Jakarta : Erlangga

16. Semiun, Yustinus. (2006). Teori Kepribadian Dan Terapi Psikoanalitik Freud. Yogyakarta : Kanisius

17. Supratika, A. (1995). Mengenal Perilaku Abnormal. Yogyakarta : Kanisius 18.

19. Wikipedia.org. 19 September 2014. Wikipedia : Psikoanalisis. (online). http://id. wikipedia.org/wiki/Psikoanalisis

20. Wikipedia.org. 19 September 2014. Wikipedia : Sigmund Freud. (online). http://id.wikipedia.org/wiki/Sigmund_Freud

Gambar

Gambar  1. Sigmund Freud
Gambar 2. Diagramatik jangkauan kesadaran individu
Gambar 3. Jean Piaget

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal i ni, proses yang utama adalah degradasi, pelapukan, dan pelepasan material, pelapukan material permukaan bumi yang disebabkan oleh berbagai proses erosi dan gerakan

Saya puas dengan cara aplikasi traveloka dalam memberikan tanggapan sesuai dengan apa yang saya lakukan.. Sistem Traveloka memberikan layanan yang

Penentuan Resolusi Spasial Fungsi Sebar Sisi Resolusi spasial dari suatu sistem pencitraan dapat diturunkan dengan menentukan lebar setengah puncak ( fwhm ) melalui

Para transgender dalam penelitian ini memilih untuk berdamai dengan kondisi yang dimiliki dan memutuskan untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan yang difasilitasi oleh

Wasita Kusumah – (khusus Parakanhonje belok kiri Jl. Mayjen Ibrahim Aji – belok kiri Parakanhonje) – belok kanan Jl.. Mayjen Ibrahim Aji

(MEA), siswa lebih antusias dalam belajar terlihat jelas dari langkah awal guru dalam menyajikan materi pembelajaran matematika dengan pendekatan berbasis heuristik,

Ikan yang akan digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan bakso ikan haruslah dipilih dari jenis yang memiliki kadar gizi dan kelezatan yang tinggi,

Riset penelitian yang akan saya lakukan ini dikatakan riset lanjutan dari sebelumnya, yaitu mencoba untuk mengetahui lebih lanjut bentuk partisipasi politik etnis