• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PENETAPAN PRIORITAS PEMBANGUNAN BA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "STUDI PENETAPAN PRIORITAS PEMBANGUNAN BA"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

STUDI PENETAPAN PRIORITAS PEMBANGUNAN BASE TRANSCEIVER STATION (BTS) DI ZONA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DAN JAWA TENGAH,

W. Nugroho, M. Faizal, D.A. Wibowo (2017)

Pembangunan tower BTS seringkali dilakukan hanya berdasar perspektif dari pihak operator yakni dapat memberikan keuntungan bagi operator dalam hal mendapatkan coverage area yang lebih luas. Dengan demikian sangat nyata bahwa di dalam pembangunan BTS, operator hanya mempertimbangkan penentuan lokasi berdasarkan kepentingan mereka, yakni lokasi BTS yang tepat dapat memaksimalkan jangkauan terhadap jangkauan cakupan wilayah dan pelayanan trafiknya. Idealnya, di dalam pemilihan lokasi pembangunan BTS mempertimbangkan dua sudut pandang yaitu sudut pandang dari operator dan sudut pandang dari pemerintah. Operator seluler melihat lokasi dari sudut keuntungan maksimum untuk jangka panjang, tanpa menegasikan variabel kepentingan pemerintah, yang mempertimbangkan dari sudut pandang kesesuaian alokasi tata ruang dan lingkungan. Dengan demikian, maka diperlukan adanya analisis pengambilan keputusan dalam pemilihan lokasi yang sesuai, baik dalam sudut pandang pemerintah, operator, maupun stakeholder lain yang berkaitan.

Pendekatan yang digunakan dalam studi ini yakni pendekatan empirik dengan mendasarkan kepada metode statistik (analisis faktor) dan matematis dalam sistem pengambilan keputusan (Decision Support System). Jenis data yang digunakan yakni data kualitatif dan data kuantitatif. Data yang tersusun dalam bentuk variabel tersebut kemudian dielaborasikan untuk dilakukan analisis faktor terhadap variabel tersebut untuk didapatkan variabel yang manakah yang berperan dalam pembangunan tower BTS. Selain mengidentifikasi variabel yang berperan secara signifikan, proses analisis faktor juga dapat menjelaskan keeratan hubungan antar variabel, kemudian variabel yang memiliki hubungan yang erat tersebut dikelompokkan ke dalam satu kelompok faktor, sedangkan variabel yang tidak berperan signifikan dalam kegiatan akan dihilangkan. Variabel yang tidak signifikan ini bukan berarti bahwa literatur yang menyatakan variabel tersebut berperan adalah salah, tetapi variabel tersebut tidak sesuai untuk diterapkan pada kondisi studi ini, sehingga pengaruhnya tidak signifikan. Dengan demikian, proses analisis faktor berperan dalam penyusunan struktur hirarki yang nantinya digunakan di dalam analisis pengambilan keputusan dengan menggunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP). Dalam studi ini proses AHP adalah analisis akhir yang menghasilkan prioritas lokasi pembangunan BTS.

(2)

1. PENDAHULUAN

Perkembangan kehidupan manusia yang semakin kompleks dan dinamis secara

tidak langsung menuntut adanya kemajuan teknologi telekomunikasi, yang dapat

menghubungkan manusia satu dengan lainnya, di manapun mereka berada, dalam

menjalankan aktivitasnya sehari-hari. Tuntutan tersebut mengakibatkan tidak

tercukupinya kebutuhan berkomunikasi hanya dengan adanya telekomunikasi

jaringan telepon tetap (fixed phone), sehingga memerlukan alat komunikasi lain yang dapat digunakan di mana saja tanpa adanya batasan tempat. Salah satu cara

yaitu dengan memperbanyak tower Base Transceiver Station (BTS) agar luas area jangkauannya semakin luas sehingga kebutuhan masyarakat untuk berkomunikasi

secara mobile akan terpenuhi.

Infrastruktur telekomunikasi memiliki peran penting terhadap perkembangan

ekonomi nasional. Selain itu, permintaan terhadap layanan telekomunikasi

semakin banyak didukung oleh perkembangan teknologi di bidang telekomunikasi

yang berkembang pesat. Sehingga kebutuhan dalam bidang telekomunikasi telah

menjadi kebutuhan dasar bagi setiap manusia modern. Dalam mendukung

kegiatan telekomunikasi, para operator terus membangun infrastruktur sebagai

usaha coverage area pelayanannya semakin luas dan kualitasnya lebih baik. Salah satu infrastruktur yang terus menerus dibangun adalah Base Transceiver Station (BTS). Masing–masing perusahaan operator membangun menaranya secara terpisah sesuai kebutuhan dan perencanaan tiap operator. Hal tersebut

menjadikan pertumbuhan tower BTS tidak terkendali. Permasalahan yang sering dihadapi adalah sulitnya menentukan lokasi tower yang strategis. Pada umumnya, lokasi tower berada pada sebuah lahan kosong yang dikhususkan untuk pendirian tower, namun yang terjadi kini adalah lokasi tower dapat berada pada tempat manapun. Lokasi tower bahkan dapat berada pada pemukiman padat penduduk. Hal itu merupakan sebuah peringatan sekaligus permasalahan bagi pemerintah.

(3)

berkaitan dengan ketidaklayakan lokasi BTS seperti pembangunan yang tidak

memiliki izin, tidak sesuai dengan rencana tata ruang, dan lokasi pembangunan

berada terlalu dekat dengan pemukiman sehingga menimbulkan konflik dengan

masyarakat di sekitar lokasi BTS.

Pembangunan tower BTS seringkali dilakukan hanya berdasar perspektif dari pihak operator yakni dapat memberikan keuntungan bagi operator dalam hal

mendapatkan coverage area yang lebih luas. Dengan demikian sangat nyata bahwa di dalam pembangunan BTS, operator hanya mempertimbangkan

penentuan lokasi berdasarkan kepentingan mereka, yakni lokasi BTS yang tepat

dapat memaksimalkan jangkauan terhadap jangkauan cakupan wilayah dan

pelayanan trafiknya. Idealnya, di dalam pemilihan lokasi pembangunan BTS

mempertimbangkan dua sudut pandang yaitu sudut pandang dari operator dan

sudut pandang dari pemerintah. Operator seluler melihat lokasi dari sudut

keuntungan maksimum untuk jangka panjang, tanpa menegasikan variabel

kepentingan pemerintah, yang mempertimbangkan dari sudut pandang

kesesuaian alokasi tata ruang dan lingkungan. Kesesuaian yang dimaksud adalah

penetapan segala aktivitas ekonomi yang dianggap sesuai untuk lokasi tersebut

agar menjamin keserasian pemakaian lahan dengan pelaku ekonomi lainnya

dengan kriteria yang berlaku secara legal formal.

Pembangunan tower BTS selain memiliki manfaat bagi perkembangan daerah namun di sisi lain juga dapat menimbulkan dampak negatif dan konflik di

kemudian hari apabila terdapat ketidaksesuaian dalam pemilihan lokasi baik dari

sisi perspektif pemerintah, masyarakat maupun operator. Dengan demikian, maka

diperlukan adanya pertimbangan dalam pemilihan lokasi yang sesuai, baik dalam

(4)

perlu diperhatikan kriteria lokasinya, agar manfaat yang didapatkan dari

pembangunan tersebut lebih optimal.

Gambar 1. Tahap di dalam proses pengadaan Site BTS

Pendekatan yang digunakan dalam studi ini yakni pendekatan empirik dengan

mendasarkan kepada metode statistik dan matematis dalam sistem pengambilan

keputusan (Decision Support System) sebagai langkah dalam pemecahan dari permasalahan. Jenis data yang digunakan yakni data kualitatif dan data kuantitatif.

(5)

mempengaruhi penentuan lokasi tower BTS. Dalam studi ini kemudian data kualitatif diubah ke dalam bentuk kuantitatif. Data kualitatif yang dikuantifikasi

adalah data yang didapat dari persepsi responden dalam menentukan

perbandingan antar kriteria dan sub kriteria (pada proses pairwise comparison) dalam menentukan lokasi pembangunan tower BTS di DIY dan Jateng. Sedangkan data kuantitatif meliputi biaya pengadaan, durasi pengadaan, dan densitas

pelanggan sehingga melengkapi variabel-variabel yang digunakan dalam studi ini.

Variabel-variabel tersebut kemudian dielaborasikan untuk dilakukan analisis faktor

terhadap variabel tersebut untuk didapatkan variabel yang manakah yang

berperan dalam pembangunan tower BTS. Selain mengidentifikasi variabel yang berperan secara signifikan, proses analisis faktor juga dapat menjelaskan keeratan

hubungan antar variabel, kemudian variabel yang memiliki hubungan yang erat

tersebut dikelompokkan ke dalam satu kelompok faktor, sedangkan variabel yang

tidak berperan signifikan dalam kegiatan akan dihilangkan. Variabel yang tidak

signifikan ini bukan berarti bahwa literatur yang menyatakan variabel tersebut

berperan adalah salah, tetapi variabel tersebut tidak sesuai untuk diterapkan pada

kondisi studi ini, sehingga pengaruhnya tidak signifikan. Dengan demikian, proses

analisis faktor berperan dalam penyusunan struktur hirarki yang nantinya

digunakan di dalam analisis pengambilan keputusan dengan menggunakan

metode Analytic Hierarchy Process (AHP). Dalam studi ini proses AHP adalah analisis akhir yang menghasilkan prioritas lokasi pembangunan BTS.

2. RUMUSAN PERMASALAHAN

Rumusan permasalahan pada studi ini adalah sebagai berikut :

1. Variabel-variabel apakah yang berperan signifikan di dalam pemilihan site Base Transceiver Station (BTS) ?

2. Lokasi-lokasi manakah yang ditetapkan sebagai prioritas pembangunan BTS di

(6)

3. TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Base Transceiver Station(BTS)

BTS adalah kependekan dari Base Transceiver Station. Terminologi ini termasuk baru dan mulai populer di era booming seluler saat ini. BTS berfungsi menjembatani perangkat komunikasi pengguna dengan jaringan menuju jaringan

lain. Satu cakupan pancaran BTS dapat disebut Cell. Komunikasi seluler adalah komunikasi modern yang mendukung mobilitas yang tinggi. Dari beberapa BTS

kemudian dikontrol oleh satu Base Station Controller (BSC) yang terhubungkan dengan koneksi microwave ataupun serat optik. BTS berfungsi sebagai interkoneksi antara infra struktur sistem selular dengan Out Station. BTS harus selalu memonitor Out Station yang masuk ataupun yang keluar dari sel BTS tersebut. Luas jangkauan dari BTS sangat dipengaruhi oleh lingkungan, antara lain

topografi dan gedung tinggi. BTS sangat berperan dalam menjaga kualitas GSM,

terutama dalam hal frekuensi hoping dan antena diversity (Purbo, et al., 2007).. BTS dapat dilihat dari dasar bagian dalam jaringan Base Station Service sebagai perlengkapan hubungan antara Base Station Controller dan Mobile Station. Fungsi BTS dalam BSS adalah BTS berinteraksi langsung dengan Mobile Subscriber melalui radio interface. BTS harus mampu berkomunikasi dengan ponsel pada suatu coverage (cakupan) area dan mampu untuk memenuhi trafficchannel (lalu lintas kanal) untuk komunikasi termasuk percakapan dan pertukaran data.

BTS terdiri atas :

a. Base Station Site : lokasi fisik dari BTS yang terdiri dari Base Station Equipment dan antena pemancar dan penerima.

b. Base Equipment : peralatan tanpa antena (Hardware dan Software) c. Sel / Sektor : coverage area dari satu arah stasiun antena.

Agar dapat terjadi koneksi yang berkelanjutan antara BTS dengan ponsel maka

(7)

berdasarkan signal-to-noise-ratio seminimum mungkin pada sisi penerima dan daya transmisi maksimum pada sisi pengirim. Dalam perencanaan pembangunan

BTS, luas area cakupan biasanya didekati dengan model heksagonal dan

pendekatan cakupan ideal (berupa lingkaran), tetapi pada kenyataannya area

cakupan berbentuk tidak beraturan, tergantung dari lingkungan (topografi dan

morfologi) (Purbo, et al., 2007).

Berdasarkan Roger L Freeman , luasan lahan yang dibutuhkan untuk sebuah tower BTS berbeda-beda menyesuaikan ketinggiannya (Purbo, et al., 2007).

Ketiga kategori itu adalah :

a. Dalam gedung  pikosel

b. Diluar gedung  makrosel

c. Diluar gedung  mikrosel

3.2. Analisis Faktor yang berpengaruh terhadap Lokasi BTS

Menurut (Adam et al., 2008) dalam merancang ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan yaitu business goals dan technical requirements. Implementasi jaringan wireless harus mempertimbangkan biaya pengadaan peralatan dan

infrastruktur pendukung (support facilty) (Gadi, et al., 2014).

Menurut Dynastya, et.al (2013) faktor penentu lokasi menara BTS adalah faktor biaya sewa lahan, jenis lokasi menara, tinggi menara, tingginya kepadatan

(8)

Rakhmad, Christiono, & Ajulian (2013) menyebutkan kriteria dalam melakukan perancangan untuk menentukan lokasi BTS adalah kepadatan penduduk, biaya,

jarak, dan akses. Dalam menentukan lokasi BTS pemancar dan penerima harus

memperhatikan propagasi ruang bebas (free space) dan LOS (Purbo, et al., 2007), (Nugraha, et al., 2007) , (Puspitorini, et al., 2011). Selain itu dalam membangun node diluar ruang juga harus mempertimbangkan ketersediaan daya (Purbo, et al., 2007).

Dengan mempertimbangkan beberapa kriteria dari literatur di atas, maka dalam

studi ini ditetapkan variabel-variabel yang berpengaruh sebagai berikut :

a. Biaya Pengadaan (cost of delivery) b. Durasi Pengadaan (time of delivery) c. Populasi Pelanggan (customer density)

d. Dukungan masyarakat setempat (social support)

(9)

Gambar 2. Penyebab keterbatasan kelayakan pada sebuah Site BTS

(10)

Pada studi ini digunakan metode kuisioner yang diisi oleh stakeholder dari pihak-pihak yang terlibat pada pembangunan tower BTS. Dari kuisioner tersebut diharapkan dapat tereksplorasi score atau bobot masing-masing lokasi terhadap variabel-variabel tersebut. Untuk kemudian dilakukan analisis faktor terhadap

variabel-variabel tersebut untuk didapatkan variabel manakah yang berperan

dalam pembangunan tower BTS. Sehingga yang dianalis selanjutnya tidak keseluruhan faktor, tetapi hanya faktor-faktor yang berpengaruh saja.

Analisis faktor adalah salah satu teknik statistika yang dapat digunakan untuk

memberikan deskripsi yang relatif sederhana melalui reduksi jumlah peubah yang

disebut faktor. Analisis faktor adalah prosedur untuk mengidentifikasi item atau variabel berdasarkan kemiripannya. Kemiripan tersebut ditunjukkan dengan nilai

korelasi yang tinggi. Item-item yang memiliki korelasi yang tinggi akan membentuk satu kerumunan faktor (Johnson, et. Al, 2007). Prinsip dasar dalam analisis faktor adalah menyederhanakan deskripsi tentang data dengan mengurangi jumlah

variabel/ dimensi. Analisis faktor pada studi ini adalah analisis faktor yang bersifat

confirmatory dan dilakukan dengan alat bantu perangkat lunak SPSS versi 16. Tahap-tahap di dalam melakukan analisis faktor adalah sebagai berikut (Johnson, et. Al, 2007) :

1. Melakukan uji korelasi antar variabel asal dengan tujuan agar penyusutan

variabel analisis faktor menjadi lebih sederhana dan bermanfaat, tanpa

kehilangan banyak informasi sebelumnya.

2. Uji kelayakan data (menggunakan basis faktor) apakah cocok dilakukan analisis

faktor.

3. Me ari akar iri da atriks Σ atau ‘.

4. Mengurutkan akar ciri yang terbentuk dari terbesar sampai terkecil.

5. Mencari proporsi keragaman yang berguna untuk mengetahui berapa faktor

(11)

6. Mengalokasikan setiap variabel asal kedalam faktor sesuai dengan nilai

loading.

7. Apabila terdapat nilai loading yang identik atau hampir sama maka dilakukan rotasi baik dengan cara orthogonal ataupun non orthogonal.

8. Setelah yakin dengan faktor yang terbentuk, maka diberikan identitas dengan

cara pemberian nomor/nama pada faktor tersebut dengan cara melihat

variabel penyusun faktor tersebut.

3.3. Analytic Hierarchy Process (AHP)

Sistem Pengambilan Keputusan (Decision Support System) didefinisikan sebagai sebuah sistem berbasis komputer yang membantu dalam proses pengambilan

keputusan. Sistem ini bersifat adaptif, interaktif, fleksibel, yang secara khusus

dikembangkan untuk mendukung solusi dari pemasalahan manajemen yang tidak

terstruktur dalam meningkatkan kualitas pengambilan keputusan (Kusumadewi, et al, 2006). Analytic Hierarchy Process (AHP) adalah salah satu system pengambilan keputusan yang menggunakan teori pengukuran melalui

perbandingan berpasangan dan hasilnya bergantung pada para ahli yang

menurunkan skala prioritas AHP juga merupakan pendekatan multi criteria decision making dalam beberapa faktor yang disusun berdasarkan struktur hirarki (Saaty, 1990), (Saaty, 2008).

Dalam penelitian Akinci, Ozalp, & Turgut, (2013), AHP digunakan sebagai metode multi criteria decision making untuk menentukan lokasi dalam bidang penelitian, pengembangan, pembangunan di berbagai bidang. Di dalam metode AHP

menghasilkan perbandingan, bobot dari masing-masing kriteria yang dianalisis

(12)

Prosedur dalam menentukan perbandingan masing-masing kriteria dalam AHP

adalah sebagai berikut :

a. Dekomposisi masalah pengambilan keputusan menjadi sebuah hierarki.

b. Buat perbandingan berpasangan dan menetapkan prioritas di antara

elemen-elemen dalam hierarki.

c. Sintesa judgments untuk mendapatkan bobot masing-masing kriteria. d. Cek dan analisis konsistensi judgment.

Prosedur atau langkah-langkah dalam metode AHP, jika ada sejumlah n kriteria

menurut (Uyan, 2013) adalah sebagai berikut:

a. Membuat matrix perbandingan berpasangan (n x n) untuk beberapa faktor,

jika Pij = sejauh yang kita inginkan dari faktor i ke faktor j.

Kemudian menganggap Pij = 1/Pij. Kemungkinan penilaian factor Pij dalam

matriks perbandingan berpasangan.

Interpretasi penilaian Pij dapat dilihat pada tabel berikut.

b. Menentukan normalisasi perbandingan berpasangan

Untuk mengontrol kosistensi dari bobot, maka kosistensi rasio dapat dihitung

dengan tahap sebagai berikut :

(13)

Di mana :

n = banyaknya elemen

 max = eigenvalue

c.) Hitung rasio konsistensi dengan persamaan :

CR = CI / IR Di mana :

CR = Consistency Ratio , CI = Consistency Indeks,

IR = Indeks Random Consistency

Jika nilainya lebih dari 10%, maka penilaian data judgment harus diperbaiki. Namun jika rasio konsistensi (CI/IR) kurang atau sama dengan 0,1, maka hasil

perhitungan bisa dinyatakan benar. Pada dasarnya AHP digunakan untuk

mengolah data dari satu responden ahli. Namun demikian dalam aplikasinya

penilaian kriteria alternatif dilakukan oleh beberapa ahli multidisipliner

(kelompok). Bobot penilaian untuk penilaian berkelompok dinyatakan dengan

menemukan rata-rata geometrik (Geometric Mean) dari penilaian yang diberikan oleh seluruh anggota kelompok.

Nilai geometrik ini dirumuskan dengan persamaan :

Di mana :

(14)

xn = Penilaian orang ke-n,

n = Jumlah penilai.

4. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan metode sebagai berikut :

a. Survei data sekunder, dilakukan untuk mendapatkan profil dan kondisi eksisting BTS di DIY dan Jateng. Pengambilan data sekunder dilakukan

dari dokumen Profil Rencana Proyek HCPT Network Development zona DIY dan Jateng. Data tersebut meliputi :

i. biaya pengadaan

ii. lama pengadaan

iii. densitas pelanggan

iv. indeks dukungan sosial

v. indeks dukungan pemerintah

vi. indeks ketersediaan tenaga listrik

b. Survei data primer, dilakukan oleh penyusun didapatkan dengan cara memberikan survey kuesioner kepada pihak terkait pembangunan

tower BTS pada PT. H3I (Hutchinson 3 Indonesia). Data tersebut meliputi :

i. Perbandingan importance level antar variabel pada level kriteria ii. Perbandingan importance level antar variabel pada level sub

(15)
(16)

18 Tegalrejo Tgr

Sumber : PT. Hutchinson 3 Indonesia

5. Metode Analisis Data

5.1. Analisis Faktor yang berpengaruh terhadap penentuan lokasi BTS

Data pada Tabel 1 digunakan dalam menentukan score dari variabel yang berpengaruh terhadap proses pemilihan lokasi BTS. Untuk kemudian dilakukan proses analisis

faktor terhadap variabel-variabel tersebut, sehingga untuk selanjutnya didapatkan

(17)

Sehingga yang dianalis selanjutnya tidak keseluruhan faktor, tetapi hanya faktor-faktor

yang berpengaruh secara signifikan saja.

Data pada tabel 1 tersebut harus ditransformasi dalam bentuk Z-score. Karena data

tersebut memiliki variasi yang besar diakibatkan oleh perbedaan satuan dan rentang

data. Hasil transformasi ke dalam bentuk Z-score sebagai berikut :

Tabel 2. Data Kondisi Tower BTS dalam bentuk Z-score

Sumber : Hasil Perhitungan dengan SPSS

No Name Cost Time Customer Social Gov Power

1 Berbah -0.17687866 -0.65374167 -0.27755932 -0.21177742 -1.55234924 0.1287601

2 Kalasan -0.0325272 -0.65374167 -0.77155432 1.20007206 -0.58965204 0.1287601

3 Candi Sambisari 0.55065271 -0.65374167 -0.45539752 0.35296237 -2.03369785 0.1287601

4 Tempel -0.37704602 2.01200107 -1.18651012 -2.47073658 -2.27437215 -0.97489787

5 Prambanan 1.91717988 1.72638578 2.76544986 -1.341257 0.37304517 -1.71066985

6 Cokrotulung -0.77738074 -0.65374167 -0.75838112 -0.49414732 0.13237087 -0.97489787

7 Jatinom -0.64842677 0.7743348 -0.93621932 -1.341257 0.13237087 0.1287601

8 Karangdowo -0.13261088 0.4887195 -0.52455682 -0.21177742 -0.34897774 0.1287601

9 Delanggu -0.95445187 -0.08251108 0.43050017 -0.21177742 -0.34897774 -1.71066985

10 Ceper 1.0799414 -0.65374167 0.64456467 0.35296237 0.37304517 -1.71066985

11 Colomadu -1.30859412 -0.65374167 0.35475427 -1.05888711 0.13237087 0.1287601

12 Karanganyar -1.19503764 -0.65374167 -0.20181342 -0.49414732 0.37304517 0.1287601

13 Ngargoyoso -0.73696233 0.29830931 -0.51797022 0.35296237 0.61371947 -0.97489787

14 Tasikmadu -1.46641839 -0.65374167 -0.42246452 -0.21177742 0.13237087 -0.97489787

15 Tawangmangu 0.33893723 -0.65374167 -0.53114342 -0.21177742 -0.34897774 -0.97489787

16 Gemolong 0.35433472 -0.65374167 0.02904691 0.60709527 -0.97473092 1.41636105

17 Kalangan 0.51215899 0.29830931 -0.51434759 2.1601297 0.08423601 1.41636105

18 Tegalrejo 1.15307948 1.25036029 -0.16657511 1.22830904 -1.50421438 1.41636105

19 Tunggul 0.13299581 -0.65374167 -0.97079897 -1.8777598 -1.76895612 0.20233729

20 Jenar 2.65625937 -0.65374167 3.37635701 -0.63533226 1.14320293 -0.60701188

21 Gombong -0.30583263 0.29830931 -0.49985707 0.29648839 0.8784612 0.20233729

22 Sempor -0.16533054 0.29830931 -0.69547909 -0.63533226 0.8784612 1.41636105

23 Kutowinangun 0.40437656 0.29830931 -0.24265034 0.60709527 0.34897774 1.41636105

24 Jerotengah -0.50022593 -0.65374167 0.80791235 0.60709527 0.34897774 -0.60701188

25 Banjarsari 1.73818407 -0.65374167 1.0433833 1.22830904 1.14320293 -0.60701188

26 Bumiayu -0.89093722 -1.60579265 0.72459186 -0.32472538 0.8784612 1.41636105

27 Pruwatan -0.76583262 -0.65374167 0.1123674 0.29648839 1.14320293 1.41636105

28 Kaliwadas -0.26156485 -0.65374167 -0.23540508 1.22830904 1.40794466 0.20233729

29 Adisana -1.06415898 2.20241127 -0.13034881 0.60709527 0.8784612 0.20233729

(18)

Dari analisis faktor dengan software SPSS terdapat beberapa hal yang perlu dicermati sebagai berikut :

Tabel Correlation Matrixmerupakan tabel matriks korelasi yang berisi nilai-nilai korelasi antara variabel-variabel yang akan dianalisis. Pada bagian Correlation dapat dilihat besarnya korelasi antar variabel.

Dari tabel di atas, didapatkan angka KMO = 0.429, dengan demikian hasil perhitungan

dianggap tidak memenuhi syarat (kurang dari 0.5) dan belum menunjukkan

signifikansi hubungan antar variabel yang erat, meskipun signifikansinya memenuhi

syarat.

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .429

Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 25.388

Df 15

(19)

Selain pengecekan terhadap KMO and Bartlett test, dilakukan juga pengecekan Anti Image matrices untuk mengetahui variabel – variabel manakah yang secara parsial layak untuk dianalisis dan tidak dikeluarkan dalam pengujian.

(20)

Eliminasi terhadap dua variabel tersebut bukan berarti pada pelaksanaan nantinya

meniadakan pertimbangan dari sisi biaya dan dukungan pemerintah, tetapi kedua hal

tersebut dijadikan kriteria pada screening awal sebelum dilakukan analisis penetapan prioritas. Dengan demikian, sudah seharusnya lokasi BTS yang akan dipilih, telah

memenuhi syarat dalam hal biaya yang efisien dan perizinan yang telah lengkap.

Setelah dilakukan proses eliminasi terhadap dua variabel tersebut, dan dilakukan

analisis kembali hanya dengan empat variabel, maka didapatkan hasil sebagai berikut :

Correlation Matrix

Zscore(Power) Zscore(Time) Zscore(Customer) Zscore(Social)

Sig. (1-tailed) Zscore(Power) .160 .030 .334

Zscore(Time) .160 .216 .002

Zscore(Customer) .030 .216 .366

Zscore(Social) .334 .002 .366

Kemudian pada baris sig.(1-tailed) menunjukkan signifikansi korelasi antara

variabel-variabel tersebut. Misalnya korelasi antara variabel-variabel time dengan variabel-variabel social dapat

dikatakan sebagai signifikan, terlihat dari nilai p-value sebesar 0,002(<0.05) yang

berarti dapat disimpulkan terdapat hubungan erat antara variabel time dengan

variabel social. Pada kenyataan di lapangan, jangka waktu pelaksanaan pengadaan BTS

sangat dipengaruhi oleh dukungan masyarakat setempat terkait dengan hal non teknis

(21)

Adapun dari Analisis Inferensia didapatkan hasil sebagai berikut :

KMO and Bartlett's Test

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling

Adequacy. .539

Bartlett's Test of

Sphericity

Approx. Chi-Square 12.859

Df 6

Sig. .045

Dari tabel di atas, maka nilai KMO meningkat menjadi = 0.539 (memenuhi syarat di

atas 0.5). Begitu pula dengan nilai signifikansi sebesar 0.045, yang berada di bawah

nilai alfa = 0.05. Dengan demikian, tindakan eliminasi dua variabel tersebut

meningkatkan nilai KMO. Hal ini dapat menunjukkan bahwa keempat variabel

terse ut le ih dari ukup layak u tuk dilakuka a alisis faktor.

Anti-image Matrices

Zscore(Power) Zscore(Time) Zscore(Customer) Zscore(Social)

Anti-image Covariance Zscore(Power) .720 .112 .337 .047

Zscore(Time) .112 .455 -.057 .334

Zscore(Customer) .337 -.057 .746 -.024

Zscore(Social) .047 .334 -.024 .489

Anti-image Correlation Zscore(Power) .569a .195 .459 .079

Zscore(Time) .195 .533a -.098 .709

Zscore(Customer) .459 -.098 .577a -.040

Zscore(Social) .079 .709 -.040 .508a

a. Measures of Sampling Adequacy(MSA)

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa dari empat variabel yang akan dianalisis,

seluruhnya memiliki nilai MSA> 0,5, maka variabel tersebut dapat dianalisis lebih

(22)

Communalities

Initial Extraction

Zscore(Power) 1.000 .744

Zscore(Time) 1.000 .858

Zscore(Customer) 1.000 .750

Zscore(Social) 1.000 .873

Extraction Method: Principal Component

Analysis.

Dari keseluruhan nilai dalam tabel communalities, diperoleh bahwa keempat variabel mempunyai nilai communalities yang besar ( > 0.5). Hal ini dapat diartikan bahwa keseluruhan variabel yang digunakan memiliki hubungan yang kuat dengan faktor

yang terbentuk. Dengan kata lain, semakin besar nilai dari communalities maka

semakin baik analisis faktor, karena semakin besar karakteristik variabel asal yang

dapat diwakili oleh faktor yang terbentuk. Secara umum dapat disimpulkan sebagai

berikut :

1. Keeratan hubungan variabel sosial terhadap faktor yang terbentuk sebesar

0,873 artinya hubungan variabel sosial terhadap faktor yang terbentuk dapat

disimpulkan memiliki hubungan yang erat. Atau dapat juga dikatakan

kontribusi variabel sosial terhadap faktor yang terbentuk sebesar 87.3%.

2. Keeratan hubungan variabel power (ketersediaan listrik) terhadap faktor yang

terbentuk sebesar 0,744 artinya hubungan variabel power terhadap faktor

yang terbentuk dapat disimpulkan memiliki hubungan yang erat. Atau dapat

juga dikatakan kontribusi variabel power terhadap faktor yang terbentuk

sebesar 74.4%.

3. Keeratan hubungan variabel customer terhadap faktor yang terbentuk sebesar

(23)

dapat disimpulkan memiliki hubungan yang erat. Atau dapat juga dikatakan

kontribusi variabel customer terhadap faktor yang terbentuk sebesar 75%.

4. Keeratan hubungan variabel lamanya pengadaan (time) terhadap faktor yang

terbentuk sebesar 0,858 artinya hubungan variabel time terhadap faktor yang

terbentuk dapat disimpulkan memiliki hubungan yang erat. Atau dapat juga

dikatakan kontribusi variabel time terhadap faktor yang terbentuk sebesar

85,8%.

Tabel Total Variance Explained di atas menunjukkan besarnya persentase keragaman total yang mampu diterangkan oleh keragaman faktor - faktor yang terbentuk. Dalam

tabel tersebut juga terdapat nilai eigenvalue dari tiap-tiap faktor yang terbentuk. Faktor 1 memiliki eigenvalue sebesar 1,980 dan Faktor 2 sebesar 1,244. Untuk menentukan berapa komponen/faktor yang dipakai agar dapat menjelaskan

keragaman total maka dilihat dari besar nilai eigenvalue, dan komponen dengan

Loadings Rotation Sums of Squared Loadings

(24)

eigenvalue >1 adalah ko po e ya g dipakai. Kolo u ulative % e unjukkan persentase kumulatif varians yang dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk.

Besarnya keragaman yang mampu diterangkan oleh Faktor 1 sebesar 49,497 persen,

sedangkan keragaman yang mampu dijelaskan kumulasi Faktor 1 dan 2 sebesar 80,610

persen. Berdasarkan alasan nilai eigen value kedua faktor yang lebih dari 1 dan

besarnya persentase kumulatif kedua faktor sebesar 80,610 persen, dapat

disimpulkan bahwa kedua faktor sudah cukup mewakili keragaman variabel – variabel

asal.

Componen matrixa

Component

1 2

Zscore(Power) -.620 -.599

Zscore(Time) .843 -.385

Zscore(Customer) .576 .647

Zscore(Social) -.744 .565

Extraction Method: Principal Component

Analysis.

a. 2 components extracted.

Tabel componen matrix menunjukkan besarnya korelasi tiap variabel dalam faktor yang terbentuk. Nilai – nilai koefisien korelasi antara variabel dengan faktor - faktor

yang terbentuk (loading factor) dapat dilihat pada tabel Componen matrix. Kedua faktor tersebut menghasilkan matrik loading faktor yang nilai-nilainya merupakan koefisien korelasi antara variabel dengan faktor-faktor tersebut. Bila dilihat variabel–

variabel yang berkorelasi terhadap setiap faktornya, ternyata loading faktor yang dihasilkan belum mampu memberikan arti sebagaimana yang diharapkan. Hal ini

(25)

0,620, sedangkan dengan faktor 2 sebesar -0,599 (tanda negatif hanya menunjukkan

arah korelasi), sehingga kita sulit untuk memutuskan apakah variabel power

dimasukkan ke faktor 1 atau faktor 2. Tiap faktor belum dapat diinterpretasikan

dengan jelas sehingga perlu dilakukan rotasi dengan metode varimax. Rotasi varimax adalah rotasi orthogonal yang membuat jumlah varian faktor loading dalam masing-masing faktor akan menjadi maksimum, dimana nantinya peubah asal hanya akan

mempunyai korelasi yang tinggi dan kuat dengan faktor tertentu saja (korelasinya

mendekati 1) dan tentunya memiliki korelasi yang lemah dengan faktor yang lainnya

(korelasinya mendekati 0). Hal yang demikian belum tercapai pada tabel componen matrix diatas.

Rotated Componen matrixa

Component

1 2

Zscore(Power) .127 -.853

Zscore(Time) -.902 .209

Zscore(Customer) -.062 .864

Zscore(Social) .934 -.006

Extraction Method: Principal Component

Analysis. Rotation Method: Varimax with

Kaiser Normalization.

a. Rotation converged in 3 iterations.

Setelah dilakukan rotasi faktor dengan metode varimax, diperoleh tabel seperti yang tertera di atas yaitu Rotated Componen matrix. Terdapat perbedaan nilai korelasi variabel dengan setiap faktor sebelum dan sesudah dilakukan rotasi varimax. Terlihat bahwa loading faktor yang dirotasi telah memberikan arti sebagaimana yang diharapkan dan setiap faktor sudah dapat diinterpretasikan dengan jelas. Terlihat pula

(26)

variabel yang korelasinya < 0,5 di kedua faktor). Dengan demikian, lebih tepat

digunakan loading faktor yang telah dirotasi sebab setiap faktor sudah dapat menjelaskan keragaman variabel awal dengan tepat dan hasilnya adalah sebagai

berikut

1. Faktor 1 , beberapa variabel yang memiliki korelasi yang kuat dengan faktor 1 ,

yaitu variabel time dan social. Faktor 1 untuk selanjutnya dinamakan dengan

Faktor Lingkungan.

2. Faktor 2, terdapat beberapa variabel yang memiliki korelasi yang kuat dengan

faktor 2 , yaitu variabel power dan customer. Faktor 2 untuk selanjutnya

dinamakan dengan Faktor Daya Dukung Lokasi.

Component Transformation

Matrix

Component 1 2

1 -.793 .610

2 .610 .793

Extraction Method: Principal

Component Analysis. Rotation

Method: Varimax with Kaiser

Normalization.

Tabel Component Transformation Matrix berfungsi untuk menunjukkan apakah faktor

– faktor yang terbentuk sudah tidak memiliki korelasi lagi satu sama lain atau orthogonal. Bila dilihat dari tabel Component Transformation Matrix, nilai – nilai korelasi yang terdapat pada diagonal utama berada di atas 0,5 yaitu -0,793; 0,793;

0,610 dan 0.610. Hal ini menunjukkan bahwa kedua faktor yang terbentuk sudah tepat

(27)

5.2. Analisis untuk menentukan prioritas lokasi pembangunan Tower BTS dengan metode AHP

Setelah didapatkan variabel-variabel yang berpengaruh secara signifikan, maka

selanjutnya dilakukan penetapan prioritas lokasi pembangunan Tower BTS. Untuk menentukan bobot masing-masing faktor dan penetapan alternatif lokasi dilakukan

dengan menggunakan metode AHP. Pendapat bobot dari masing-masing responden

didapatkan dengan menggunakan kuesioner yang telah dilakukan.

(28)

Dari analisis pairwise comparison pada kriteria dan sub kriteria sebagai proses analisis untuk data kuisioner, didapatkan hasil sebagai berikut :

1. Terdapat penilaian tingkat kepentingan yang sama antara faktor lingkungan

dan faktor daya dukung lokasi.

2. Sub kriteria social dan customer merupakan kriteria yang paling penting bagi

responden dalam pembangunan tower BTS. Hal ini dibuktikan dengan hasil

pairwise comparison di mana social dan customer masing-masing memiliki nilai 0,333.

3. Sub kriteria time dan power masing-masing memiliki nilai 0,167 yang

menunjukkan bahwa responden berpendapat bahwa kedua kriteria lebih tidak

penting dibanding social dan customer.

Gambar 5. Hasil perbandingan antar sub kriteria pada kriteria lingkungan

Gambar 6. Hasil perbandingan antar sub kriteria pada kriteria daya dukung lokasi

(29)

Hasil analisis pada Kabupaten Sleman :

Pembahasan hasil analisis pada Kabupaten Sleman adalah sebagai berikut :

1. Pada kriteria social, Site Kalasan menempati urutan teratas dengan score 0,101 2. Pada kriteria customer, Site Prambanan menempati urutan teratas dengan

(30)

5. Dari analisis perbandingan seluruh kriteria terhadap alternatif, Site Prambanan menempati urutan teratas dengan score 0,255. Meskipun hanya unggul dalam aspek customer, serta peringkat 4 pada aspek lain, Site Prambanan adalah site prioritas untuk dibangun. Di sisi lain, Site Kalasan meski tertinggi dalam aspek social, tetapi rendah pada aspek customer.

Hasil analisis pada Kabupaten Klaten :

(31)

Pembahasan hasil analisis pada Kabupaten Klaten adalah sebagai berikut :

1. Pada kriteria social, Site Ceper menempati urutan teratas dengan score 0,333 2. Pada kriteria customer, Site Delanggu dan Ceper menempati urutan teratas

dengan score 0,333

3. Pada kriteria time, Site Cokrotulung dan Delanggu menempati urutan teratas dengan score 0,167

4. Pada kriteria power, Site Jatinom dan Karangdowo menempati urutan teratas dengan score 0,167

5. Dari analisis perbandingan seluruh kriteria terhadap alternatif, Site Ceper menempati urutan teratas dengan score 0,239.

Hasil Analisis pada Kabupaten Karanganyar :

(32)

Pembahasan hasil pada Kabupaten Karanganyar adalah berikut:

1. Pada kriteria social, Site Ngargoyoso menempati urutan teratas dengan score

0,333

2. Pada kriteria time, Site Colomadu, Karanganyar, Tasikmadu, dan

Tawangmangu bersama-sama menempati urutan teratas dengan score 0,167

3. Pada kriteria customer, Site Colomadu menempati urutan teratas dengan

score 0.333

4. Pada kriteria power, Site Colomadu dan Karanganyar menempati urutan

teratas dengan score 0.167

5. Dari analisis perbandingan seluruh kriteria terhadap alternatif, Site Colomadu

(33)

Hasil Analisis pada Kabupaten Sragen :

Pembahasan hasil analisis pada Kabupaten Sragen adalah sebagai berikut :

1. Pada kriteria social, Site Kalangan menempati urutan teratas dengan score 0,120

2. Pada kriteria customer, Site Jenar menempati urutan teratas dengan score 0,139

3. Pada kriteria time, Site Tegalrejo menempati urutan teratas dengan score 0.066

(34)

5. Dari analisis perbandingan seluruh kriteria terhadap alternatif, Site Tegalrejo menempati urutan teratas dengan score 0,243. Site ini unggul dalam aspek time dan power.

Hasil Analisis pada Kabupaten Brebes :

Pembahasan hasil analisis pada Kabupaten Brebes adalah sebagai berikut :

(35)

2. Pada kriteria customer, Site Bumiayu menempati urutan teratas dengan score 0,110

3. Pada kriteria time, Site Bumiayu menempati urutan teratas dengan score 0.055

4. Pada kriteria power, Site Bumiayu dan Pruwatan menempati urutan teratas dengan score 0.048

5. Dari analisis perbandingan seluruh kriteria terhadap alternatif, Site Bumiayu menempati urutan teratas dengan score 0,248. Site ini unggul dalam aspek time, customer dan power.

Hasil Analisis pada Kabupaten Kebumen :

(36)

Pembahasan hasil analisis pada Kabupaten Kebumen adalah sebagai berikut :

1. Pada kriteria social, Site Banjarsari menempati urutan teratas dengan score 0.115

2. Pada kriteria customer, Site Banjarsari menempati urutan teratas dengan score 0.137

3. Pada kriteria time, Site Banjarsari menempati urutan teratas dengan score 0.048

4. Pada kriteria power, Site Gombong, Sempor dan Kutowinangun menempati urutan teratas dengan score 0.041.

5. Dari analisis perbandingan seluruh kriteria terhadap alternatif, Site Banjarsari menempati urutan teratas dengan score 0.318. Site ini unggul dalam aspek social, time, dan customer.

6. Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan yang didapatkan pada studi ini adalah sebagai berikut :

A. Analisis Faktor

1. Faktor yang berpengaruh terhadap seleksi site BTS meliputi :

a. Faktor 1, dengan variabel yang memiliki korelasi yang kuat dengan

faktor 1 , yaitu variabel time dan social.

b. Faktor 2, dengan variabel yang memiliki korelasi yang kuat dengan

faktor 2 , yaitu variabel power dan customer.

2. Berdasarkan nilai eigen value kedua faktor, besarnya persentase kumulatif

kedua faktor adalah sebesar 80,61 persen, maka dapat disimpulkan bahwa

kedua faktor sudah cukup mewakili keragaman variabel – variabel asal.

3. Dari tabel Component Transformation Matrix ditunjukkan bahwa faktor – faktor yang terbentuk sudah tidak memiliki korelasi lagi satu sama lain atau

orthogonal. Bila dilihat dari tabel Component Transformation Matrix, nilai – nilai korelasi yang terdapat pada diagonal utama berada di atas 0,5 yaitu

-0,793; -0,793; 0,610 dan 0.610. Hal ini menunjukkan bahwa kedua faktor yang

terbentuk sudah tepat karena memiliki korelasi yang tinggi pada diagonal –

(37)

B. Analisis Prioritas lokasi dengan AHP

1. Analisis pairwise comparison kriteria dari data kuisioner, didapatkan hasil sebagai berikut :

a. Kriteria social dan customer merupakan kriteria yang paling penting

bagi responden dalam pembangunan tower BTS. Hal ini dibuktikan

dengan hasil pairwise comparison di mana social dan customer masing-masing memiliki nilai 0,333.

b. Kriteria time dan power masing-masing memiliki nilai 0,167 yang

menunjukkan bahwa responden berpendapat bahwa kedua kriteria

lebih tidak penting dibanding social dan customer.

2. Pada wilayah DIY, Site Prambanan menempati urutan teratas dengan score

0,255. Meskipun hanya unggul dalam aspek customer, serta peringkat 4 pada

aspek lain, Site Prambanan adalah site prioritas untuk dibangun. Di sisi lain,

Site Kalasan meski tertinggi dalam aspek social, tetapi rendah pada aspek

customer.

3. Pada Kabupaten Klaten, Site Ceper menempati urutan teratas dengan score

0,239. Site ini unggul dalam aspek social.

4. Pada Kabupaten Karanganyar, Site Colomadu menempati urutan teratas

dengan score 0,233. Site ini unggul dalam aspek time, customer, dan power.

5. Pada Kabupaten Sragen, Site Tegalrejo menempati urutan teratas dengan

score 0,243. Site ini unggul dalam aspek time dan power.

6. Pada Kabupaten Brebes, Site Bumiayu menempati urutan teratas dengan score

0,248. Site ini unggul dalam aspek time, customer dan power.

7. Pada Kabupaten Kebumen, Site Banjarsari menempati urutan teratas dengan

score 0.318. Site ini unggul dalam aspek social, time, dan customer.

8. Dari analisis di atas, meskipun aspek customer dan social memiliki tingkat

kepentingan tertinggi, tetapi bukan berarti site dengan peringkat customer dan

(38)

Saran yang kami rekomendasi untuk studi selanjutnya adalah sebagai berikut :

1. Dilakukan analisis multi kriteria dengan metode ANP (Analytic Network

Program) dengan memodelkan variabel yang saling berpengaruh antara satu

sama lain.

2. Dilakukan perbandingan antara hasil analisis dengan metode AHP dan ANP

sehingga didapat kesimpulan metode mana yang tepat dalam pengambilan

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Adam A & D, K., III, S., (2008). Design and Supporting Computer Networks, CCNA Discovery Learning Guide. Indianapolis: Cisco Press.

Arunraj, N., & Maiti, J. (2010). Risk-Based Maintenence Policy Selection Using AHP and Goal Programing. Science Direct, Safety Science 48 , 238–247.

Akinci, H., Ozalp, A. Y., & Turgut, B. (2013). Agricculture Land Use Suitability Analysis Using GIS and AHP tehnique. Science Direct, Procedia - Social and Behavioral Sciences 99, 391 – 402 .

Dynastya, & Sulistyarso, H. (2013). Model Lokasi Menara BTS Ditinjau dari Faktor-faktor Penentu Lokasi Menara BTS di Surabaya. Jurnal Teknik POMITS, Vol. 2, No. 1.

Fachrie, M., Widowati, S., & Hanuranto, A. T. (2012). Implementasi Fuzzy

Evolutionnary Algorithm untuk Penentuan Base Station Transceiver Station (BTS).

Seminar NasionalAplikasi Teknologi Informasi 2012 (SNATI 2012), (pp. 15-16 Juni ). Yogyakarta.

Gadi, H. D., Murthy, R. V., Shankar M., R., & V, N. (March 2014). Antennae Location Methodology for a Telecom Operator in India. Indian Institute of Management

Bengalore , 454

Gacovski, Z., & Cvetanoski, I. (2006). Fuzzy Decision-Making for Selection of Mobile Base Station Location. 28th Int. Conf. Information Technology ITI 2006, (pp. 19-22 Juni 2006). Cavtat, Croatia.

Ge, Y., Xu, Q., & Li, H. (2008). The Design and Application of a Generic AHP Evaluation System. IEEE , 978-1-4244-2108-4.

Johnson, Richard A & Dean. (2007). Aplied Multavariate statistical Analysis. Upper Saddle River: Pearson Prentice Hall.

Kusumadewi, S. 2004. Penentuan Lokasi Pemancar Televisi Menggunakan Fuzzy Multi Criteria Decision Making. Media Informatika. Vol. 2, No. 2 : 57-64. ISSN: 0854-4743

Nugraha, L. A., & Sudarsono, B. (2007). Survei Topografi untuk Menentukan Garis Tampak Pandang Base Transceiver Staion (BTS). TEKNIK Vol. 28 No. 1 Tahun 2007, ISSN 08521697,Vol.28 No. 1 Tahun2007, ISSN0852-1697,No. 1 .

(40)

Puspitorini, O., Siwandari, N. A., & Arifin. (2011). Analisis Pathloss Exponent pada daerah Urban dan Sub Urban untuk Mendukung Pembangunan Infrastruktur

Telekomunikasi dan Informasi di Surabaya. SNaP P 2011 Sains, Teknologi dan

Kesehatan (pp. Vol 2, No. 1). LPPM UNISBA ISSN: 2089-3582.

Saaty, T. L. (2008). Decision Making with The Analytic Hierarchy Process. Int. J. Services Sciences, Vol 1, No. 1.

Saaty, T. L. (1990). How To Make a Decision : The Analythic Hierarchy Process.

European Journal Of Operational Research, 48, 9-26.

Gambar

Gambar 1. Tahap di dalam proses pengadaan Site BTS
Gambar 2. Penyebab keterbatasan kelayakan pada sebuah Site BTS
Tabel 1. Data Rencana Kondisi Tower BTS pada Zona DIY dan Jateng
Tabel 2. Data Kondisi Tower BTS dalam bentuk Z-score
+6

Referensi

Dokumen terkait

Kerapatan dan indeks stomata yang menurun serta ukuran panjang stomata yang meningkat pada jenis daun angsana di Kota Yogyakarta merupakan salah satu respon adaptasi dan

TAFAQQUH: Jurnal Hukum Ekonomi Syariah dan Ahawl as Syahsiyah Page 81 Dengan begitu besarnya pasar potensial berupa jumlah santri yang banyak didukung dengan potensi pasar

Patung duduk Pangeran Albert sebagai bagian utama monumen; diatas sebuah ketinggian pedestal (landasan berbentuk segi empat terbuat dari granit dan marmer, penuh dengan relief);

Secara internal, dalam diri anak juga terjadi perubahan- perubahan yang mendorongnya untuk lebih interesting (menarik) terhadap interaksi pertemanan dan pergaulan

dirumuskan oleh undang-undang sebagai alat pembayaran yang sah. Berdasarkan fungsinya dalam kegiatan sehari-hari, uang adalah suatu benda yang dapat digunakan sebagai alat

Gambaran mikroskopik payudara mencit yang diinduksi benzo(α)pyrene bersamaan dengan pemberian seduhan teh hijau menunjukkan lapisan sel epitel kuboid yang memiliki kromatin

Penulisan skripsi ini tidak lepas dari dukungan dari berbagai pihak yang telah memberikan kontribusi kepada penulis dalam penyelesaikan skripsi ini, maka dari itu

Berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Zahrawardani tahun 2012 di Semarang pada 128 responden pekerja administrasi, didapatkan responden dengan kadar