• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Penggunaan Bahasa Ibu da

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Hubungan Antara Penggunaan Bahasa Ibu da"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah

yang telah memberikan nikmat Iman dan Islam, dan dengannya terlahir nikmat Ilmu untuk melahirkan amal saleh sebanyak-banyaknya. Shalawat teriring salam semoga dicurahkan kepada Nabi Muhammad ﷻ. yang telah mewariskan ilmu agar dunia dan seisinya ini dapat terjaga dari beragam bentuk kerusakan.

Untuk itu ucapan terima kasih yang tidak terhingga disampaikan kepada,

1. Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin, MS., Direktur Pascasarjana Universitas Ibn Khaldun Bogor,

2. Dr. Hasbi Indra MA. selaku ketua prodi pendidikan islam dan dosen mata kuliah manajemen pendidikan yang telah banyak mencurahkan waktu dan pemikirannya untuk memberikan arahan dan nasihat kepada penulis

3. Dr. Zaenal Abidin Arief, M.Sc. Dosen mata kuliah metodologi penelitian pendidikan islam yang telah banyak berbagi pengalaman dan menjadi pembimbing dalam penulisan makalah ini.

(2)

Akhirnya, hanya kepada Allah

dikembalikan semua urusan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan para pembacanya. Semoga Allah

meridhoi semua usaha yang telah dilakukan untuk merampungkan makalah ini dan mencatatnya sebagai amal ibadah disisi-Nya. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan penulisan di masa mendatang. Mohon doanya agar ini menjadi awal dari upaya untuk terus membuat perubahan hingga akhir hayat di kandung badan.

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...1

DAFTAR ISI...3

BAB I...4

PENDAHULUAN...4

A. Latar Belakang Masalah...4

B. Identifikasi Masalah...7

C. Batasan Masalah...8

D. Rumusan Masalah...9

E. Manfaat Penelitian...9

BAB II...10

KAJIAN TEORITIS...10

A. Deskripsi Teori...10

1. Kesalahan Bahasa Lisan...10

2. Bahasa Ibu...21

3. Komunikasi Lisan...24

4. Minat Baca...26

B. Penelitian Yang Relevan...30

C. Kerangka Berfikir...32

D. Pengajuan Hipotesis...34

BAB III...35

METODOLOGI PENELITIAN...35

A. Tujuan penelitian...35

B. Tempat dan Waktu penelitian...35

C. Metode Penelitian...36

D. Populasi dan Sampel...37

E. Teknik Pengumpulan Data Teknik Analisis Data...38

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dunia Pendidikan memiliki peranan penting dalam membangun sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan unggul. Tidak hanya terkonsentrasi pada masalah ilmu pengetahuan dan nilai- nilai yang tertulis pada kertas saja, tapi lebih dari itu pendidikan merupakan sebuah proses yang bertujuan untuk membina dan memperbaiki permasalahan akhlak yang merupakan tujuan utama diutusnya Nabi Muhammad ﷻ sebagai nabi dan rasul terakhir. Rasulullah ﷻ bersabda dalam sebuah hadits:

إِن

نمم

ق

ِ لمخخلخ

م ا ممرَِاكممم ممممتملِل تلثخعِبل َا

“sesungguhnya aku (Muhammad) diutus untuk menyempurnakan akhlak”1

Pendidikan tidak terfokus hanya dalam masalah pengembanan fisik maupun intelektual saja namun juga berperan dalam membanun ruh, jiwa dan agama peserta didik. Dengan demikian ilmu yang diajarkan di sekolah atau universitas harus bisa menjadikan peserta didik lebih rajin menunaikan shalat berjamaah di masjid, beretika dalam begaul dengan semua orang, memiliki kepedulian terhadap orang lain atau bahan makhluk lain yang membutuhkan.

Agama islam merupakan agama yang sangat mementingkan permasalahan pendidikn dan ilmu, hal ini dibuktikan dengan janji Allah ﷻ di

(5)

dalam firmannya yang menjelaskan dalam AL Quran surat ad Dzariyat ayat 11 bahwa Dia akan mengangkat derajat hambaNya yang beriman dan berilmu:

ُوتتتلُوأل ن

م يخذِتتلناُوم م

خ تتك

ل نخمِ اُوخنلممآ نميخذِلنا هلللا عِفمرخيم

ت

ت َاجمرمدم مملخعِلخا

“ Allah Mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu beberapa derajat”

dalam sebuah hadits Rasulullah ﷻ bersabda:

"

هلللا ل

م هنس

م َامملخعِ هِيخفِ س

ل

مِتملخيم َاقميخرِط

م ك

م لمس

م ن

خ مم

"ةِننجملا َىلمإِ َاقميخرِط

م هِبِ هللم

“Barang siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu maka Allah mudahkan baginya jalan menuju surga” 2

Bebrepa dalil di atas memberikan gambaran kepada kita bahwa

agama islam sangat mementingkan pendidikan dan ilmu bagi

pemeluknya, sebuah pendidikan yang mengarah kepada perbaikan peserta didik dari segi keyakinan dan berfokus pada kebahagiaan dunia da akhirat.

(6)

Dalam dunia pendidikan berbasis asrama atau Boarding yang mewajibkan peserta didiknya utuk tinggal dan menetap di lingkungan sekolah atau lebih sering disebut dalam istilah islam sebagai pesantren. Di Indonesia khususnya banyak lembaga pendidikan yang menerapkan model pendidikan boarding, hal ini bertujuan untuk mmberikan porsi waktu belajar yang lebih banyak disamping banyak keunggulan yang dimiliki lembaga pendidikan yang menerapkan model pendidikan seperti ini. Diantaranya memiliki keunggulan bahasa arab, peserta didik akan lebih mandiri, memiliki waktu yang banyak untuk belajar, mampu berinteraksi dengan berbagai model dan karakter manusia.

STIBA ARRAAYAH di Sukabumi merupakan salah satu perguruan tinggi swasta yang menerapkan sistem boarding school dan mewajibkan semua mahasiswanya untuk menggunakan bahasa arab sebagai bahasa komunikasi sehari-hari. Sehingga sampai penelitian ini dilakukan mahasiswa STIBA ARRAAYAH Sukabumi dikenal memiliki kefasihan berbicara menggunakan bahasa arab. Hal ini menjadikan perguruan tinggi STIBA ARRAYAH banyak diminati oleh lulusan-lulusan jenjang SMA/MA yang ingin mempelajari bahasa arab baik lisan maupun tulisan dan juga ilmu sya’inya.

(7)

proses belajar mengajar pada tahun 2006, hal ini sudah tentu memberikan banyak pengalaman yang berharga dalam hal mengajarkan bahasa arab yang merupakan bahasa asing atau bahasa kedua(B2) bagi masyarakat Indonesia yang notabene telah memiliki bahasa ibu (B1) nasional Indonesia disamping tidak sedikit pula yang memiliki bahasa daerah sebagai bahasa ibu.

Melihat realita di lapangan terkait kemampuan mahasiswa STIBA ARRAAYAH dalam berbahasa arab secara lisan, ternyata masih memiliki kesalahan dan kekurangan. Hal ini merupakan hal yang biasa dan pasti terjadi pada setiap lembaga yang mengajarkan bahasa asing(B2). Kesalahan yang wajar dan normal terjadi ini bukan terus dibiarkan begitu saja. Setiap lembaga pendidikan yang mengajarkan bahasa asing, terlebih bahsa asing ini menjadi nilai plus dan keunggulan, harus terus dan senantiasa dievaluasi prosesnya, sehingga tujuan dalam pembelajaran bahasa tersebut sebagaimana tercantum dalam tujuan-tujuan lembaga pendidikan tersebut dapat tercapai dan terus terjadi peningkatan bukan malah kemunduran.

(8)

B. Identifikasi Masalah

Permasalahan yang telah dikemukakan di latar belakang masalah berupa kesalahan berbahasa arab lisan mahasiswa STIBA Arrayah memiliki banyak penyebab dan faktor.

Apakah bahasa arab sangat sulit utuk dipelajari?, apakah

perbedaan huruf-huruf arab dengan huruf-huruf bahasa indonesia

menjadikan mahasiswa merasa kesulitan dalam mengucapkannya?,

apakah minimnya dasar keilmuan bahasa arab di sekolah tempat

mahasiswa sebelumnya belajar menjadi sebab kesalahan dalam

berbahasa arab lisan?, apakah minat baca buku-buku berbahasa arab

menjadi faktor sulitnya berbicara dengan bahasa arab?, apakah

rendahnya keinginan belajar bahasa arab berdampak pada

kesalahan-kesalahan mahasiswa dalam berbahasa arab secara lisan?, apakah

penggunaan bahasa ibu baik itu bahasa indonesia atau bahasa daerah

selama proses belajar bahasa arab berpengaruh pada komunikasi lisan

dengan bahasa arab?, apakah ketidak sungguhan mahasiswa dalam

mempraktekkan bahasa arab dalam berbicara menjadi sebab banyak

(9)

C. Batasan Masalah

Dari beberapa penyebab yang telah teridentifikasi maka penulis membatasi masalah yang akan dibahas dalam penulisan ini menjadi tiga variabel:

X1 : Penggunaan bahasa ibu dalam komunikasi lisan.

X2: Minat baca buku-buku bahasa arab.

Y: Kesalahan bahasa arab lisan mahasiswa STIBA ARRAAYAH Sukabumi.

D. Rumusan Masalah

Pokok pembahasan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah penggunaan bahasa ibu dalam komunikasi lisan berhubungan dengan kesalahan bahasa arab lisan mahasiswa STIBA ARRAAYAH Sukabumi?.

2. Apakah minat baca buku-buku bahasa arab berhubungan dengan kesalahan bahasa arab lisan mahasiswa STIBA ARRAAYAH Sukabumi?.

3. Apakah hubungan antara penggunaan bahasa ibu dalam komunikasi lisan dan minat baca buku-buku bahasa arab secara bersama-sama berhubungan dengan kesalahan bahasa arab lisan mahasiswa STIBA ARRAAYAH Sukabumi?.

E. Manfaat Penelitian

(10)

2. Peelitian ini menjadi rujukan bagi peneliti-peneliti lain yang mengangkat tema yang sejenis dengan penelitian ini.

3. Penelitian ini menjadi pedoman bagi tenaga pendidik yang menekuni pembelajaran bahasa arab.

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Deskripsi Teori

1. Kesalahan Bahasa Lisan a. Pengertian Kesalahan Bahasa

Pembahasan tentang kesalahan berbahasa merupakan masalah yang tidak sederhana, Istilah kesalahan berbahasa memiliki pengertian yang beragam. Untuk itu, pengertian kesalahan berbahasa perlu diketahui lebih awal sebelum kita membahas tentang kesalahan berbahasa. Corder (1974) menggunakan 3 (tiga) istilah untuk membatasi kesalahan berbahasa: (1) Lapses, (2) Error, dan (3) Mistake. Bagi Burt dan Kiparsky dalam Syafi’ie (1984) mengistilahkan kesalahan berbahasa itu dengan “goof”, “goofing”, dan “gooficon”. Sedangkan Huda (1981) mengistilahkan kesalahan berbahasa itu dengan “kekhilafan (error)”. Adapun Tarigan (1997) menyebutnya dengan istilah “kesalahan berbahasa”.

Lapses, Error dan Mistake adalah istilah-istilah dalam wilayah kesalahan berbahasa. Ketiga istilah itu memiliki domain yang berbeda-beda dalam memandang kesalahan berbahasa. Corder (1974) menjelaskan:

(11)

Lapses adalah kesalahan berbahasa akibat penutur beralih cara untuk menyatakan sesuatu sebelum seluruh tuturan (kalimat) selesai dinyatakan selengkapnya. Untuk berbahasa lisan, jenis kesalahan ini diistilahkan dengan “slip of the tongue” sedang untuk berbahasa tulis, jenis kesalahan ini Analisis Kesalahan Berbahasa Drs. Dian Indihadi, M.Pd. 3 diistilahkan “slip of the pen”. Kesalahan ini terjadi akibat ketidaksengajaan dan tidak disadari oleh penuturnya.

2) Error

Error adalah kesalahan berbahasa akibat penutur melanggar kaidah atau aturan tata bahasa (breaches of code). Kesalahan ini terjadi akibat penutur sudah memiliki aturan (kaidah) tata bahasa yang berbeda dari tata bahasa yang lain, sehingga itu berdampak pada kekurangsempurnaan atau ketidakmampuan penutur. Hal tersebut berimplikasi terhadap penggunaan bahasa, terjadi kesalahan berbahasa akibat penutur menggunakan kaidah bahasa yang salah.

3) Mistake

(12)

atau tuturan yang mengandung kesalahan, “gooficon” untuk menyebut jenis kesalahan (sifat kesalahan) dari kegramatikaan atau tata bahasa, sedangkan “goofing” adalah penyebutan terhadap seluruh kesalahan tersebut, goof dan gooficon. Menurut Huda (1981), kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh siswa (anak) yang sedang memperoleh dan belajar bahasa kedua disebut kekhilafan (error). Kekhilafan (error), menurut Nelson Brook dalam Syafi’ie (1984), itu “dosa/kesalahan” yang harus dihindari dan dampaknya harus dibatasi, tetapi kehadiran kekhilafan itu tidak dapat dihindari dalam pembelajaran bahasa kedua.

Ditegaskan oleh Dulay, Burt maupun Richard (1979), kekhilafan akan selalu muncul betapapun usaha pencegahan dilakukan, tidak seorang pun dapat belajar bahasa tanpa melakukan kekhilafan (kesalahan) berbahasa. Menurut temuan kajian dalam bidang psikologi kognitif, setiap anak yang sedang memperoleh dan belajar bahasa kedua selalu membangun bahasa melalui proses kreativitas3. Jadi, kekhilafan adalah hasil atau implikasi dari kreativitas, bukan suatu kesalahan berbahasa. Kekhilafan adalah suatu hal yang wajar dan selalu dialami oleh anak (siswa) dalam proses pemerolehan dan pembelajaran bahasa kedua. Hal itu merupakan implikasi logis dari proses pembentukan kreatif siswa (anak).

Hendrickson dalam Nurhadi (1990) menyimpulkan bahwa kekhilafan berbahasa bukanlah sesuatu yang semata-mata harus dihindari, melainkan sesuatu yang perlu dipelajari. Dengan mempelajari

(13)

kekhilafan minimal ada tiga informasi yang akan diperoleh guru (pengajar) bahasa, yakni:

1) kekhilafan berguna untuk umpan balik (feedback), yakni tentang seberapa jauh jarak yang harus ditempuh oleh anak untuk sampai kepada tujuan serta hal apa (materi) yang masih harus dipelajari oleh anak (siswa).

2) kekhilafan berguna sebagai data/fakta empiris untuk peneliti atau penelitian tentang bagaimana seseorang memperoleh dan mempelajari bahasa.

3) kekhilafan berguna sebagai masukan (input), bahwa kekhilafan adalah hal yang tidak terhindarkan dalam pemerolehan dan pembelajaran bahasa, dan merupakan salah satu strategi yang digunakan oleh anak untuk pemerolehan bahasanya (Corder; Richard, 1975).

Dengan melihat pemaparan di atas dapat dikaakan bahswa kesalahan bahasa lisan adalah kesalahan penutur bahasa secara sengaja atau tidak disengaja yang meliputi suara, kaidah dan pemilihan kata.

b. Jenis Kesalahan Bahasa Lisan

Kesalahan berbahasa bisa terjadi pada semua unsur kebahasaan dan aspek penggunaan bahasa. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan oleh para peneliti, kesalahan-kesalahan bahasa dalam komunikasi lisan ini bisa dikelompokkan dalam berbagai kategori berikut:

1. Fonologi

(14)

1.1. Al-fãtikah Al-fãtihah

1.2. Allãhu akbãr Allãhu akbar

1.3. Asshalatu khairun minnaum Asshalãtu khairun minannûm 1.4. Mad, mad, Muhammad..! Ya Muhammad..!

1.5. Allahumma shalli....wa sallîm Allahumma shalli....wa sallim

Sebelum menganalisis data kesalahan berbahasa sesuai klasifikasinya, ada baiknya jika disajikan terlebih dahulu istilah dan pengertian dari klasifikasi dalam kajian linguistik tersebut. Secara etimologi, kata fonologi terambil dari fon yaitu bunyi, dan logi yaitu ilmu. Maksudnya, fonologi adalah salah satu bidang kajian linguistik yang mempelajari, menganalisis, dan membicarakan runtunan bunyi-bunyi bahasa.4

a) Pada contoh 1.1., itu berkaitan dengan fenomena masyarakat Jawa yang kesulitan dalam pengucapan al-fatikah (ةكتَافلا). Meski mereka tahu penulisan kata tersebut, namun memang ternyata orang Jawa, terutama kalangan usia lanjut, sulit melafatkan huruf (ح) yang berada di tengah kata. Maka terbacalah kata (ةحتَافلا) menjadi (ةكتَافلا). Ada sebagian yang berhujjah, bahwa kesalahan pengejaan itu dipengaruhi ejaan lama bahasa Indonesia. Namun ada juga yang beralasan lain.Semua itu memang perlu adanya penelitian khusus.

b) Kata Allãhu akbar (ربكأ هللا), pada contoh 1.2., sering terdengar Allãhu akbãr (رَابكأ هللا). Kesalahan ini biasa terdengar saat pengumandanan adzan. Muadzin memanjangkan harakat pada huruf (ب) yang

(15)

semestinya dibaca pendek. Hal ini biasanya dipengaruhi oleh lagu adzan. Kesalahan serupa juga sering dijumpai saat imam sholat berjema’ah ber-takbiratul ihram. Sebagai bahasa yang sistematis, bahasa Arab mempunyai aturan atau kaidah bahasa yang seyogyanya ditaati bersama oleh siapa saja yang meu mempelajarinya.

c) Pada contoh kesalahan ketiga, berkaitan juga dengan kebiasaan muadzin di waktu subuh. Kalimat ash-shalãtu khairun minannaum (مُونلا نم ريخ ةلصلا), sering terbacaash-shalãtu khairun minannm:memanjangkan harakat dammah pada huruf (ُو), di (

مُونلا). Lagi-lagi, alasan untuk kesalahan tersebut karena faktor kebiasaan.

d) Pada contohh kesalahan selanjutnya, berkaitan dengan kebiasaan masyarakat kita saat memanggil (al-nida) rekannya. Penulis contohkan nama “Muhammad”, biasanya terpanggil dengan kata “mad”. Dalam bahasa Arab, untuk pemanggilan atau an-nida, biasanya didahuli dengan kata ya atau aya atau ayyuha (panggilan untuk komunitas), tapi tetap harus menyempurnakan –minimal– nama inti.

e) Untuk data contoh kesalahan dalam tinjauan fonologi terakhir, kalimat Allahumma shalli ‘ala sayyida Muhammdin wa ‘alã ãlihi wa sallim (ملسُو هبحصُو هلآ َىلعُو دمحم َانديس َىلع لص مهللا), karena

penyesuaian lagu, kata wasallim sering

(16)

contoh-contoh kesalahan lainnya, pada kesalahan ini juga disebabkan karena kebiasaan.

2. Morfologi/sintaksis (tata bahasa)

No Kesalahan Yang benar / lebih benar 2.1

.

Mã aharru asy-syahr ! Mã aharra asy-syahr !

2.2 .

Nabhats maudû’al jadîd Nabhats ‘an maudû’in jadîdin

2.3 .

Urîdu ata’allamu ... Urîdu an ata’allama ...

2.4 .

Ana khãlas ãkulu ... Ana akaltu ...

2.5 .

Man yadribu anta ? Man darabaka ?

2.6 .

Ana tãlib faslun wahîd Ana tãlibu al-fasli al-awwal

2.7 .

Anta tanjahu idza tata’allam In tata’allam tanjah

Pada bagian ini, penulis sengaja menggabung data kesalahan berbahasa dalam tinjauan morfologi dan sintaksis. Selain alasan efisiensi, kedua kajian linguistik ini memang mengarah pada gramatikal bahasa. Morfologi atau ilmu sharraf membahasa klasifikasi morfom, macam-macamnya, makna dan fungsinya. Sedangkan sintaksis atau ilmu nahwu membahas seputar hukum dan kedudukan kata yang terdapat dalam kalimat atau teks, pembagian kalimat dan sebaganya.5

(17)

Pada bagian ini, penulis akan memaparkan kesalahan-kesalahan pelajar kita dalam perspektif gramatikal bahasa Arab, baik dari tinjauan morfonnya, juga dari kedudukan kata dalam kalimat atau teks bahasa Arab.

a) Pertama, kata Mã aharru asy-syahr (رلهشلا ررحأ َام), dengan

men-dammah-kan huruf (ر) adalah sebuah kesalahan. Yang benar harus di-fathah-kan. Sengaja penulis mengarsipkan contoh tersebut. Karena kesalahan ini merupakan fenomena cikal-bakal perintisan ilmu bahasa Arab; menjadi salah satu indikator munculnya ilmu Nahwu. Sebagaimana dilakoni oleh Abu Aswad Adduali dan putrinya.6

b) Contoh kesalahan selanjutnya, pada kalimat Nabhats maudû’al jadîd (

د

م يخدِجم لاخ عم ُوخضل ُوخمم ثل حم بخنم ). Dalam kaidah ilmu nahwu, kalimat tersebut disebut na’at man’ut, atau penyifatan. Na’at adalah sifat, sedangkan man’ut adalah yang disifati. Kata (ديخدِجملاخ ) menjadi sifat, sedangkan (

ع

م ُوخضل ُوخمم ) adalah yang disifati. Dalam kaidahnya, kata sifat harus mengikuti kata yang disifati, pada semua aspeknya. Jika kata yang disifatimudzakkar, maka sifatnya juga harus mudzakar; jika yang disifati nakirah, demikian juga sifatnya harus dari nomina nakirat. Dalam kalimat di atas, kata (م ُوخضع ل ُوخمم) adalah nomina mudzakkar yang nakirah, maka seharusnya kata (ديخدِجملاخ) sebagai sifat harus juga nomina yang mudzakar-nakirah. Maka yang benar susunan kalimat tersebut adalah Nabhats maudû’in jadîdin (

ثل حم بخنم نخ عم

دتيخدِجم عتُوخضل ُوخمم )

(18)

c) Pada contoh selanjutnya, kalimat Urîdu ata’allamu ( مل لنعمتمأم ل يخرِأد ل ) adalah kesalahan yang kerap kali dijumpai pelajar dalam penyusunan kalimat Arab. Kalimat tersebut terdiri dari dua kata kerja: urîdu (mau/ menginginkan), dan ata’allamu (saya belajar). Dalam kaidah bahasa Arab, dua kata kerja seperti itu harus dipisahkan dengan harf nasb (

نخ أم). Maka kalimat tersebut seharusnya Urîdu an ata’allama ( لنعمتمأمنخ أمدل يخرِأل مم ).

d) Pada dasarnya, bahasa Arab adalah bahasa yang simpel. Perubahan kata-katanya sangat sistimatis. Dalam kata kerja, umpamanya, perhitungan waktu sangat sistematis. Tanpa harus ditambah kata penegasan waktu lampai, saat ini atau yang akan datang, dengan kaidah yang berlaku, seseorang sudah mafhum dengan waktu yang dimaksud penutur. Jika ingin mengatakan sudah melakukan sesuatu, penutur bahasa Arab tidak usah penambahkan kata sudah, sebagaimana bahasa Indonesia. Maka pada contoh kalimat Ana khãlas ãkulu ( لل كل آ صخ م خم َامنأمل ), yang maksudnya saya sudah makan, penutur cukup menggunakan fi’il madi dari kata ( لكآ ), menjadi ( ...

تل لخكم أم )

e) Pada kalimat man yadribu anta ( تم نخأم بلرِضخيم نخمم ), itu juga salah. Yang benar adalahman yadribuka ( كم بلرِضخ يم نخ مم ). Dalam kaidah nahwu

(19)

f) Pada contoh kesalahan selanjutnya, berkaitan dengan kaidah bilangan (‘adad). Dalam kaidah bahasa arab, dibedakan antara bilangan nominal dan bertingkat. Bilangan nominal satu, misalnya, berbeda dengan kata kesatu. Jika yang pertama wãhidun, untuk mudzakkar, dan wãhidatun untuk muannas; maka bilangan bertingkatnya menjadi al-awwal dan al-ûla. Maka kalimat di atas yang semuala Ana tãlibul faslil wahîd (دِحِامُولخا لِ صخ فملخا بل لَاِطم َامنأم ), yang benar adalah Ana tãlibul faslil awwali ( لِ ُونلم اخ لِصخفملخا بللَِاطم َامنأم )

g) Pada contohh 2.7., adalah contoh kesalahan penutur karena tidak mencermati kaidah bahasa Arab berkaitan syart dan jawabu al-syart. Selain itu, penutur kurang mencermati cara penggunaan antara fi’il madi dan mudari’. Untuk kalimat Anta tanjahu idza tata’allam ( تم نخأم مل لنعمتمتم امذإِ هلجمنختم ), seharusnya menjadi tanjahu idza ta’allamta ( امذإِ حلجمنختم

تم مخلنعمتم ), atau in tata’allam tanjah ( حخجمنختم مخلنعمتمتم نخإِ )7 3. Diskursus/wacana

No Kesalahan Yang benar / lebih benar 3.1. Ista’mil waktaka ...! Inthiz waktaka ...!

3.2. Asta’milu libãsan Albasu libãsan

3.3. La madza-madza La ba’sa bih../ la musykilata fih.. 3.4. Ba’din, ana ajî’ ilaika Ajîuka ba’din

3.5. Ali qãla ilayya ... Qãla li, Ali ... 3.6. Syukran ! – Sawa’-sawa’ Sukran ! – ‘Afwan

Pada bagian ini, penulis mencoba memaparkan beberapa kesalahan berbahsa Arab di kalangan pelajar Indonesia menurut tinjauan diskursus atau wacana. Dalam perspektif psikolinguistik, pemahaman seseorang terhadap suatu bahasa harus melalui empat tingkatan:

(20)

fonologis (al-mustawa al-shawti), leksikologis (al-mustawa al-mu’jami), struktural (almustawa al-tarkibi), dan diskursus /wacana (mustawa al-khitabbi). Keempat tingkatan tersebt tidak jarang dihadapkan pada perbedaan-perbedaan antara kedua bahasa (ibu dan asing), meskipun kedua bahasa itu juga memiliki kesamaan. Berangkat dari kesamaan sistem bahasa itulah pembelajaran bahasa asing diasumsikan jadi lebih mudah difahami.8

a) Pada contoh 3.1. penutur masih kurang mencermati leksikologi bahasa Arab yang membedakan penggunaan kosakata antara ista’mala, labisa, intahaza. Dalam bahasa Indonesia, ketiga kosakata tersebut sama-sama bermakna memakai. Namun fungsinya berbeda-beda. Kata ista’mala digunakan untuk pemakaian sesuatu yang dahir, sedangkan intahaza digunakan untuk sesuatu yang abstrak. Ada juga kosakata Arab yang digunakan khusus untuk pemakaian baju, yakni, labisa-yalbasu. Kata waktu termasuk sesuatu yang abstrak. Jadi, salah kalauu menggunakan ist’mala. Harusnya memakai kata intahaza. Maka kalimat yang benar adalah intahiz waktaka.[8] Jadi

kalimat ista’mil waktaka ( كم تمقخُوم لخمِعختمسخ اِ ) seharusnya menjadi intahiz waktaka ( كم تمقخُوم زخهِتمنخاِ )

b) Pada contoh 3.2., argomentasi pembenaran untuk kesalahannya sama dengan alasan sebelumnya. Maka kalimat asta’milu libãsan ( لِ لل مِعختمسخ أم

َامسَامب ), yang benar adalahalbasu libãsan ( َامسَامبلِسل بملخأم )

(21)

c) Pada contoh 3.3., penutur mengindonesiakan bahasa Arab: menterjemahkan bahsa Indonesia untuk kalimat tidak apa-apa, dengan mentransfer langsung kata perkata menjadi la madza-madza. Hal ini tentu salah, karena siyaq Arabi untuk kalimat tersebut adalah la ba’sa bih ( هِبِ سم أخبم لم ), atau la musykilata lah (هيف ةملمكِ شخ مل لم ). d) Kalimat ba’din ana ajiu ilaika ( كم يخلمإِ ئل يخجِأم َامنأم دتعخبم) pada nomer 3.4.,

adalah contoh penggunaan ta’liqat atau konjungsi kata yang keliru. Yang benar setelah kata jãa, tanpa diimbuhi kata ila. Maka kalimat tersebut seharusnya ajîuka ba’din (دتعخبم كم ئليخجِأم).

e) Setelah kata qãla, ta’lîqãt yang di pakai adalah li. Maka contoh pada nomer 3.5., seharusnya menjadi qãla li Ali ( يلع يل لَاق ).

f) Berbeda dengan kebiasaan kita yang mengatakan sama-sama, saat menjawab ungkapan terimakasih dari seseorang, maka orang Arab menyatakan ‘afwan ( اُوفع ).Lagi pula, kalimat sawa’-sawa’, adalah kalimat Indonesia yang di-Arabkan saja. Penggunaannya jelas keiru. 2. Bahasa Ibu

a. Pengertian Bahasa

Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri.9

Adapun pengertian bahasa menurut para ahli adalah sebagai berikut:

(22)

1. Carrol: Bahasa adalah sebuah sistem berstruktural mengenai bunyi dan urutan bunyi bahasa yang sifatnya manasuka, yang digunakan,

atau yang dapat digunakan dalam komunikasi antar individu oleh

sekelompok manusia dan yang secara agak tuntas memberi nama

kepada benda-benda, peristiwa-peristiwa, dan proses-proses

dalam lingkungan hidup manusia.

2. Sudaryono: Bahasa adalah sarana komunikasi yang efektif walaupun tidak sempurna sehingga ketidaksempurnaan bahasa

sebagai sarana komunikasi menjadi salah satu sumber terjadinya

kesalahpahaman.

3. Saussure: Bahasa adalah objek dari semiologi

4. Mc. Carthy: Bahasa adalah praktik yang paling tepat untuk mengembangkan kemampuan berpikir

5. William A. Haviland: Bahasa adalah suatu sistem bunyi yang jika digabungkan menurut aturan tertentu menimbulkan arti yang dapat

ditangkap oleh semua orang yang berbicara dalam bahasa itu.

6. al Jurjani dalam kitab At Ta’rifat bahasa adalah suatu perantara yang digunakan untuk mengungkapkan keinginan-keinginan sekelompok manusia10

b. Pengertian Bahasa Ibu

Bahasa ibu merupakan bahasa yang dimiliki secara alamiah, secara tidak sadar yang diperoleh di lingkungan keluarga11. Bahasa Ibu

10 Al Jurjani, At Ta’rifat, Kairo, Dar Al Fadhilah, hlm 161

11Jannatun Indriyani dkk. Jurnal PENGARUH BAHASA PENGANTAR

(23)

dalam bahasa Inggris disebut native language adalah bahasa pertama yang dikuasai atau diperoleh anak (Soenjono, 2003: 241).12

Di mana pun anak itu lahir, kemudian ia memperoleh atau menguasai bahasa pertamanya maka bahasa yang dikuasai itu merupakan bahasa Ibu. Apakah itu bahasa daerah, bahasa Nasional, hingga bahasa Internasional misalnya bahasa Inggris. Umumnya, bahasa pertama yang dikuasai seorang anak adalah bahasa Ibu (bahasa daerahnya) bukan bahasa Nasional atau Internasional. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan bahasa pertama yang ia tahu dan gunakan adalah bahasa negaranya dan bahasa Internasional. Bergantung pada siapa, di mana, dan atas kepentingan apa bahasa tersebut diperoleh.

Dalam kamus bahasa Indonesia, dikatakan bahwa Bahasa ibu bahasa pertama yang dikuasai manusia sejak lahir melalui interaksi dengan sesama anggota masyarakat bahasanya, seperti keluarga dan masyarakat lingkungannya.13 Pengertian ini pun lebih mengisyaratkan kepada kita bahwa bahasa Ibu adalah bahasa pertama yang dikuasi anak dan selalu digunakan saat berinteraksi dengan keluarga dan lingkungannya dengan bahasa pertamanya itu.

Jadi, peneliti simpulkan bahwa bahasa Ibu atau bahasa pertama adalah bahasa yang kali pertama diperoleh atau dikuasai oleh manusia (anak) melalui interaksi dengan masyarakat bahasanya, dengan bahasa itu ia mengungkapkan ide, pemikiran, perasaan, dan ekspresi dirinya.

12 Lisdwiana Kurniati, Izhar, BAHASA IBU DALAM PEMBELAJARAN ANAK DI SEKOLAH, hlm. 3.

(24)

Bahasa Ibu disebut juga bahasa pertama sebab bahasa ibu itu yang paling dahulu dikuasai seorang anak. Bahasa lain yang dipelajari setelah bahasa ibu disebut bahasa kedua. Keterampilan seseorang terhadap sebuah bahasa bergantung pada adanya kesempatan untuk menggunakan bahasa tersebut. Dapat saja terjadi bahasa kedua lebih dikuasai dari pada bahasa ibunya. Pada umumnya masyarakat Indonesia adalah masyarakat bilingual. Artinya, bahasa daerah adalah bahasa pertama atau bahasa ibu, sedangkan bahasa keduanya adalah bahasa Indonesia. Kemampuan komunikatif seseorang juga bervariasi, setidaknya menguasai satu bahasa ibu dengan pelbagai variasinya atau ragamnya; dan yang lain mungkin menguasai, selain bahasa ibu, juga sebuah bahasa lain atau lebih, yang diperoleh sebagai hasil pendidikan atau pergaulannya dengan penutur bahasa di luar lingkungannya. Rata-rata seorang Indonesia yang pernah menduduki bangku sekolah menguasai bahasa Ibu dan bahasa Indonesia. Semua bahasa beserta ragam-ragamnya yang dimiliki atau yang dikuasai oleh seorang penutur disebut dengan istilah verbal repertoire.

3. Komunikasi Lisan

a. Penegertian Komunikasi Lisan

(25)

komunikasi atau communication berasal dari bahasa Latin yaitu

communication, yang berarti pemberitahuan, pemberi bagian (dalam sesuatu), pertukaran dimana si pembicara mengharapkan pertimbangan atau jawaban dari pendengaranya; untuk ikut ambil bagian (Liliweri, 1991: 1). Adapun menurut Cherry, Istilah komunikasi berpangkal pada perkataan latin Communis yang artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Komunikasi juga berasal dari bahasa latin Communico yang artinya membagi (Cangara,2006:18).

Komunikasi juga dapat diartikan sebagai suatu proses penyampaian suatu pesan dalam bentuk lambang bermakna sebagai panduan pikiran dan perasaan berupa ide, informasi, kepercayaan, harapan, imbauan; yang dilakukan seseorang kepada orang lain secara tatap muka maupun tidak langsung, melalui media, dengan tujuan mengubah sikap, pandangan, ataupun perilaku ( Effendy, 2003:60).

Pengertian komunikasi menurut para ahli14

1. Kamal kamil (2007): komunikasi adalah suatu proses interaksi dua orang dengan berbagai aspek dan kegiatan

2. Salamah Abdul Hafids (1993): komunikasi adalah kemampuan untuk menjelaskan gagasan kepada bebagai macam jenis manusia dalam sebuah bahasa yang jelas.

3. Al Uqaili (1993): komunikasi adalah proses mengambil dan memberi beberapa makna antara dua orang, dan merupakan sarana terbaik untuk menyampaikan sebuah informasi, gagasan, pendapat dan perasaan kepada orang lain guna memberikan

(26)

pengaruh dan keyakinan akan sesuatu yang diinginkan baik dengan kata-kata atau tidak dengan kata-kata.

4. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) disebutkan bahwa komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami; hubungan; kontak15.

Dengan mengacu pada pengertian komunikasi yang telah dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi lisan adalah suatu interaksi antara dua orang atau lebih secara lisan baik angsung atau tidak langsung dalam upaya untuk menyampaiakan suatu bertia, gagasan, ide dan keinginan dengan bahasa yang jelas dan dimengerti.

4. Minat Baca

a. Pengertian Minat Baca

Pengertian membaca menurut para ahli:

1. Dalam al mu’jam al washit disebutkan bahwa membaca yang dalam bahasa arab berasal dari kata ((ةءارق – أرقي – أرق , Qiraa ah

adalah mengamati kata-kata dalam sebuah buku dengan melihat dan menyuarakannya.16

2. Dalam kamus al Munjid kata Qiraa ah memiliki dua makna, pertama berarti mengucapkan apa-apa yang tertulis dalam sebuah buku atau mlihat dan menelaahnya. Dan makna kedua dari qiraa ah adalah menggabungkan satu bagian dengan bagian yang lain17 b. Pengertian Minat

15 KBBI https://kbbi.web.id/komunikasi,

16 Ibrahim Dkk, al Mu’jam al washit, 2004, Mesir, Maktabah as syuruq ad dauliyah, hlm 722.

(27)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2001: 744), kata minat memiliki arti kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu, gairah, keinginan. Jadi harus ada sesuatu yang ditimbulkan, baik dari dalam dirinya maupun dari luar untuk menyukai sesuatu. Hal ini menjadi sebuah landasan penting untuk mencapai keberhasilan sesuatu karena dengan adanya minat, seseorang menjadi termotivasi tertarik untuk melakukan sesuatu. Minat ditandai dengan rasa suka dan terkait pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Artinya, harus ada kerelaan dari seseorang untuk melakukan sesuatu yang disukai. Dengan demikian, timbulnya minat terjadi karena adanya penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar dirinya. Semakin kuat atau semakin besar hubungan tersebut maka semakin dekat minat seseorang. Adanya minat dalam diri seseorang juga dapat diungkapkan melalui pernyataan yang menunjukkan bahwa seseorang cenderung lebih menyukai sesuatu hal dari pada yang lain. Minat dapat pula diungkapkan dalam suatu aktivitas tertentu. Seseorang yang memiliki minat terhadap sesuatu akan memberikan perhatian lebih besar terhadap benda tersebut.

(28)

Crow (Dwi Sunar Prasetyono, 2008: 54), menjelaskan bahwa minat merupakan kekuatan pendorong yang menyebabkan seseorang menaruh perhatian pada orang lain atau objek lain.

Sementara itu Hurlock (Dwi Sunar Prasetyono, 2008: 54), mengutarakan pendapat yang sama yaitu bahwa minat merupakan sumber motivasi sama, yaitu bahwa minat merupakan sumber motivasi untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Minat merupakan rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktifitas, tanpa ada yang menyuruh (Slameto, 2010: 180). Menurut Hurlock (Hermanto Blogs, 2011), mengartikan minat sebagai sumber motivasi yang akan mengarahkan seseorang pada apa yang akan mereka lakukan bila diberi kebebasan untuk memilihnya. Bila mereka melihat sesuatu itu mempunyai arti bagi dirinya, maka mereka akan tertarik terhadap sesuatu itu yang pada akhirnya nanti akan menimbulkan kepuasan bagi dirinya.

Menurut Chaplin (Hermanto Blogs, 2011), menyebutkan bahwa

interest atau minat dapat diartikan sebagai:

1. Suatu sikap yang berlangsung terus-menerus yang memberi pola pada perhatian seseorang sehingga membuat dirinya selektif terhadap objek minatnya.

2. Perasaan yang menyatakan bahwa satu aktivitas pekerjaan atau objek itu berharga atau berarti bagi individu.

(29)

Dari berbagai pendapat diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan minat adalah suatu rasa yang lebih suka atau rasa ketertarikan pada suatu kegiatan yang ditunjukkan dengan keinginan, kecenderungan untuk memperhatikan kegiatan tersebut tanpa ada seorangpun yang menyuruh, dilakukan dengan kesadaran diri sendiri dan diikuti dengan perasaan yang senang.

Dan minat baca adalah perasaan tertarik dan suka untuk membaca yang ditunjukan dengan keinginan, kecenderungan untuk membaca tanpa ada unsur paksaan ataupun dorongan dari orang lain dan dilakukan dengan kesadaran sendiri dan diikuti dengan perasaan senang.

1. Faktor yang Mempengaruhi Minat

Minat tidak akan timbul, tumbuh dan berubah tanpa ada interaksi manusia terhadap objek tertentu. Hal tersebut mengandung arti bahwa minat terbentuk dalam hubungan dengan suatu objek. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu yang ada di luar dirinya. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, maka semakin besar minat.

(30)

dan memuaskan kebutuhannya. Faktor timbulnya minat, menurut Crow and Crow (Hermanto Blogs, 2011), terdiri dari tiga faktor, yaitu:

a. Faktor dorongan dari dalam

b. Faktor motif sosial

c. Faktor emosional

B. Penelitian Yang Relevan

Berikut beberapa penelitian yang terkait dengan penelitian ini

1. ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA ARAB (Studi Kasus

Muhadatsah Yaumiyah Santriwati Asrama As-Shofiyah Pondok Pesantren Tarbiyatut Tolabah Lamongan). Oleh: Tri Tami Gunarti, S.Hum

Kesimpulan: Analisis terhadap muhadatsah yaumiyah yang dilakukan

(31)

tarkib idhafi, kesalahbentukan tarkib wasfhi (na’at man’ut)kesalahbentukan jumlah fi’liyah dan kesalahbentukan maf’ul fihi. (4) kesalahurutan, yang meliputi kesalahurutan istifham, dan kesalahurutan tarkib isnadi.

2. ANALISIS KESALAHAN BAHASA PADA PERCAKAPAN BAHASA ARAB MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB (PBA) STAIN JURAI SIWO METRO TAHUN AKADEMIK 2013/2014, Oleh Walfajri.

Kesimpulan: kesalahan bahasa pada percakapan bahasa Arab

mahasiswa Semester III Program Studi PBA STAIN Jurai Siwo Metro Tahun Akademik 2013/2014 dapat diklasifikasikan dalam tiga jenis kesalahan bahasa, yaitu: (1) kesalahan pengucapan bunyi (fonem), (2) kesalahan morfologi (sharaf), dan (3) kesalahan sintaksis (nahwu).

(32)

Adapun faktor yang menyebabkan terjadinya kesalahan pengucapan fonem dapat dikategorikan sebagai kesalahan antarbahasa (interlanguage errors), yaitu kesalahan yang disebabkan oleh interferensi bahasa ibu atau bahasa pertama (B1) si pelajar/mahasiswa terhadap bahasa kedua (B2) atau bahasa asing yang dipelajari. Sedangkan faktor yang menyebabkan terjadinya kesalahan morfologi (sharaf) dan sintaksis (nahwu) dapat dikategorikan sebagai kesalahan intrabahasa (intralingual errors), yaitu kesalahan yang merefleksikan ciri-ciri umum kaidah yang dipelajari seperti kesalahan generalisasi, aplikasi yang tidak sempurna terhadap kaidah bahasa, dan kegagalan mempelajari kondisi-kondisi penerapan kaidah nahwu-sharaf.

3. KESALAHAN GRAMATIKA DALAM BERBAHASA TUTUR (Studi Kasus Mahasiswa Ma’had Ali Hasyim Asy’ari PP Tebu Ireng Jombang), Oleh Ahmad Sholihudin

Kesimpulan: adanya kesalahan gramatika yang dilakukan oleh

(33)

Kesalahan kedua, intrabahasa, berupa kesalahan-kesalahan yang diakibatkan oleh ketidaktersediaan kaidah B2 pada B1 pembelajar. Kemudian pembelajar menerapkan B2 yang pada akhirnya menyebabkan kesalahan.

C. Kerangka Berfikir

Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional memiliki kedudukan yang penting bagi setiap penduduk Negara Indonesia, tidak terkecuali mahasiswa STIBA ARRAAYAH Sukabumi. Meskipun penggunaan bahasa arab sebagai bahasa percakapan sehari-hari baik dalam lingkungan pendidikan formal didalam ruangan maupun di luar ruangan dan juga sebagai bahasa komunikasi sehari-hari antar mahasiswa, penggunaan bahasa indonesia masih sangat dimungkinkan dan terkadang justru diharuskan.

Diantara penggunaan bahas indonesia dilokasi area STIBA ARRAAYAH adalah: dalam pengajaran mata kuliah umum seperti bahasa indonesia, ppkn dan IT, komunikasi antar mahasiswa dengan pegawai STIBA di luar tenaga pengajar yag tidak memiliki kemampuan bahasa arab. Ditambah penyalahgunaan penggunaan bahasa Indonesia atau bahka bahasa daerah antar sesama mahasiswa yang memungkinkan terjadi diluar pengawasan.

(34)

kontak komunikasi lisan dengan masyarakat umum yang notabene tidak bisa berbahasa arab. Hal ini bisa berimbas pada ketrampilan bahasa arab mahasiswa secara lisan.

Keberadaan perpustakaan STIBA yang di isi dengan buku-buku yang mayoritas berbahasa arab tidak menjamin bisa menjadi daya tarik bagi mahasiswa agar menjadi senang dan sering membaca buku-buku tersebut. Karena disampig bahasa arab selain sebagai bahasa kedua yang memiliki tingkat kesulitan tertentu dalam proses mempelajariya, membaca juga merupakan suatu aktifitas yang memerlukan suatu dorongan yang muncul tanpa adanya paksaan dari pihak lain. Dalam prakteknya, rendahnya minat mahasiswa untuk membaca buku-buku berbahasa arab memiliki dampak dan andil tehadap kmampuan komunikasi lisan mahasiswa denga berbahasa arab.

Penggunaan bahasa ibu B(bahasa nasional Indonesia dan bahasa daerah)

D. Pengajuan Hipotesis

Berdasarkan hasil pembahasan deskripsi teori di atas dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan antara penggunaan bahasa ibu dalam komunikasi lisan dengan kesalahan bahasa arab lisan mahasiswa STIBA ARRAAYAH Sukabumi.

(35)

3. Terdapat hubungan antara penggunaan bahasa ibu dalam komunikasi lisan dan minat baca buku-buku bahasa arab secara bersama-sama dengan kesalahan bahasa arab lisan mahasiswa STIBA ARRAAYAH Sukabumi?.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan penelitian

Penelitian ini kami lakukan dengan tujuan sebagai berikut

1. Mengetahui hubungan antara penggunaan bahasa ibu dalam komunikasi lisan dengan kesalahan bahasa arab lisan mahasiswa STIBA ARRAAYAH.

2. Mengetahui hubungan antara minat baca buku-buku bahasa arab dengan kesalahan bahasa arab lisan Mahasiswa STIBA ARRAAYAH.

3. Mengetahui hubungan antara penggunaan bahasa ibu dalam komunikasi lisan dan minat baca buku-buku bahasa arab secara bersamaan dengan kesalahan bahasa arab lisan mahasiswa STIBA ARRAAYAH

B. Tempat dan Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di STIBA ARRAAYAH Sukabumi yang beralamat lengkap Jl. Perintis Kemerdekaan RT 01 RW0 05, Kp. Cimenteng, Ds. Sukamulya, Kec. Cikembar, Sukamulya, Sukabumi, Jawa

Barat 43161, Indonesia. Waktu peneletian akan dilakukan dari tanggal 1

(36)

No Kegiatan Bulan

(37)

lisan mahasiswa STIBA ARRAAYAH. Desain penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:

D. Populasi dan Sampel

Populasi adalah sekelompok elemen atau kasus, baik itu individual, objek, atau peristiwa, yang erhubungan dengan kriteria spesifik dan yang merupakan sesuatu yang menjadi target generaliasi dari penelitian kita. Kelompok ini juga biasanya disebut populasi target18. Populasi yang akan menjadi objek penelitian adalah mahasiswa S1 STIBA ARRAAYAH semester 1, atau mahasiswa D3 Semester 3. Dan sampel akan diambil 20 mahasiswa dari setiap kelas S1 semester 1 atau D3 semester 3 yang brjumlah 4 kelas

18 Zaenal Abdidn Arief, Metodologi Penelitian Pendidikan, 2014, Bogor, Graha Widy Sakti, cet II, Hlm 65.

Variabel X1

Variabel Y

Variabel X2

Keterangan:

X1 : Penggunaan bahasa ibu dalam komunikasi lisan

X2 : Minat baca buku-buku bahasa arab

(38)

E. Teknik Pengumpulan Data Teknik Analisis Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. observasi terstruktur.

Observasi ini dilakukan dengan mengamati populasi penelitian dan sampel dalam pembelajaran langsung di kelas maupun di luar kelas dengan objek penelitian dalam hal ini adalah mahasiswa S1 semester 1 dan mahasiswa D3 semester 3 STIBA ARRAAYAH Sukabumi.

b. Kuisioner

Sugiyono (2012:142) menyatakan kuisioner merupakan teknik pemgumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk menjawabnya. Dalam penelitian ini kuisioner digunakan untuk mengumpulakan data dari para responden yang telah ditentukan. Kuisioner berisi pertanyaan yang menyangkut tentang tanggapan pemustaka terhadap penerapan sanksi admistratif pengembalian bahan pustaka. Pertnyaan disusun dengan memperhatikan prinsip-prinsip penulisan angket seperti isi dan tujuan pertanyaan, bahasa yang digunakan, tipe dan bentuk pertanyaan, panjang pertanyaan, urutan pertanyaa, penampilan fisik angket dan sebagainya.

Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh

(39)

analisis data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah statistik

parametris. Statistik parametris digunakan untuk menguji ukuran populasi

melalui data sampel. Pengertian dari statistik adalah data yang diperoleh

dari sampel (Sugiyono, 2009 : 149). Teknik ini digunakan untuk menjawab

rumusan masalah yang telah disusun dan menguji hipotesis yang telah

dirumuskan.

Berdasarkan hasil pengumpulan data melelui teknik kuisioner, dan observasi data akan dengan berbagai tahapan:

1. Pemeriksaan data (Editing), menurut Misran Safar (2007:203) merupakan “proses meneliti kembali catatan pencari data untuk mengetahui apakah catatan itu cukup baik dan segera dapat disiapkan untuk keperluan proses berikutnya.” Editing dilakukan dengan harapan dapat meningkatkan mutu (reabilitas dan validitas) data yang hendak diolah dan dianalisis. Data yang diolah dalam proses editing adalah data kuisioner, catatan observasi selama penelitian di lapangan. Hal –hal yang diperhatikan dalam proses editng adalah lengkapnya pengisisan kuisioner, keterbacaan tulisan, kejelasan makna jawaban, kesesuaian jawaban satu sama lainnya, relevansi jawaban, dan keseragaman kesatuan data.

(40)

dengan tanda kode tertentu lazimnya dalam bentuk angka.” Dalam proses koding peneliti membuat kategori-kategori tertentu untuk mengklasifikasi jawaban responden.

(41)

DAFTAR PUSTAKA

‘Azah ‘Abdus Salam, Maharat ai Ittishal, Kairo, 2007, hlm 5.

Abdidn Arief, Zaenal, Metodologi Penelitian Pendidikan, 2014, Bogor, Graha Widy Sakti, cet II,

Bukhari, Imam, Sahih Bukhari, Beirut, Dar Ibnu Katsir.

Chaer, Abdul, Linguistik Umum, cet. III, Rineka Cipta, Jakarta, 2007

Dkk, al Mu’jam al washit, 2004, Mesir, Maktabah as syuruq ad dauliyah, hlm 722.

Fattah, Abdul, Musykilã lughah wa Takhãtub fi daw’ ;Ilm Lughah al-Nafsi, Cet.I, Dar al-Quba, Kairo, 2002

Galayiyaini, Musthafa al-, Jãmi’u al-Durus al-Arabiyyah, cet.VI, Dar al-Kutub al-Ilmiyah, Bairut, 2006

H.R. Taufiqurrohcman, Leksikologi Bahasa Arab, cet.I, UIN-Malang Press, 2008

Indihadi, Dian, JurnalAnalisis Kesalahan Berbahasa

Indriyani, Jannatun, dkk. Jurnal Pengaruh Bahasa Pengantar

Pembelajaran dan Bahasa Ibu Terhadap Hasil Belajar Bahasa Jawa Kelas III SD Se-Kecamatan Pejagoan.

Jãd al-Karîm, Abdullah, al-Dars al-Nahwu fi al-Qarn al-‘Isyrîn, hal. 43, cet.I, maktabah al-Adab, Kairo, 2004

Jurjani, Al-, At Ta’rifat, Kairo, Dar Al Fadhilah.

KBBI Online https://kbbi.web.id/bahasa, diakses jam 12:40 hari senin tanggal 9 Oktober 2017

Lisdwiana Kurniati, Izhar, BAHASA IBU DALAM PEMBELAJARAN ANAK DI SEKOLAH,.

Ma’luf, Luis, al munjid fi al lughah wa al a’lam, Beirut, Dar al masyriq, 1975, hlm 616.

Referensi

Dokumen terkait

1. Disiapkan Kaloco 10 kg, setelah itu cuci Kaloco hingga bersih. Buang kulit luar Kaloco hingga menghasilkan biji yang berukuran lebih kecil. Setelah kaloco bersih

Pemberdayaan Pemuda dan Perempuan Dalam Pencegahan Terorisme Melalui Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT), dengan tagline #Di bawah sang merah putih (lomba

Ukuran disk yang terbaca adalah sizedisk*(jmldisk-1). Jadi misalkan ada 3 disk @ 10GB digunakan unutuk membuat raid-5 maka kapasitas disk yang terbuat adalah 20GB. Keuntungan

At nung idinikit ni Jeff ang ulo ng titi nito sa puke niya.. ay parang gustong niyang hilahin papunta sa kanya

Pola pendekatan dalam pengelolaan irigasi yang cenderung teifokus pada level agregat seperti yang terjadi selama PJP I perlu direvisi/reorientasi, karena di tingkat

Menerangkan bahwa yang bersangkutan telah menyelesaikan penelitian denganjudul proposal" Pengelolaan Sampah Pasar Sebagai Upaya Pengendalian Pencemaran Lingkungan

Fondasi dari desain dengan memproduksi ide yang bertujuan untuk memberikan bayangan visual dari sebuah proyek, dan sebagai referensi untuk illustrator dan

Garap dangdut dalam gamelan (karawitan) adalah adaptasi dari musik dangdut yang menekankan pada aspek ritme seperti kombinasi instrumen kempul dan gong yang menirukan bass dan