• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI KARBON AKTIF

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI KARBON AKTIF"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI KARBON AKTIF DARI BIJI KELOR (Moringa oleifera. Lamk)

DENGAN NaCl SEBAGAI BAHAN PENGAKTIF

SKRIPSI

Oleh: Siti Mu’jizah NIM. 05530007

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

(2)

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI KARBON AKTIF DARI BIJI KELOR (Moringa oleifera. Lamk)

DENGAN NaCl SEBAGAI BAHAN PENGAKTIF

SKRIPSI

Diajukan Kepada: Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Malang Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam

Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si)

Oleh: Siti Mu’jizah NIM. 05530007

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

(3)
(4)
(5)
(6)

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim,

Segala puji syukur kami haturkan kehadirat Allah swt, penguasa dan sang

kholik seluruh alam raya, yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya,

sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi sebagai prasyarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Sains (S. Si) dengan baik dan lancar.

Shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada Nabi kita, Baginda

Nabi Besar Muhammad saw., seluruh keluarga, istri, anak, kerabat, sahabat, dan

umat beliau Rosulullah saw. yang telah membawa manusia dari kehidupan yang

penuh dengan kebiadaban menuju kehidupan yang penuh dengan peradaban,

yakni Agama Islam.

Penulis menyusun skripsi ini dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir

perkuliahan sebagai wujud pengamalan ilmu yang telah diperoleh penulis selama

ada di bangku perkuliahan sehingga dapat bermanfaat bagi penulis pribadi, dan

juga bagi mahasiswa dan masyarakat pada umunya.

Penulis menghaturkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu kami dalam menyelesaikan tugas skripsi ini, baik secara langsung

maupun tidak langsung. Oleh karena itu, perkenankan penulis mengucapkan rasa

terima kasih, khususnya kepada yang terhormat:

1. Untuk Ibuku, terima kasih atas kucuran keringat dan darahnya selama ini.

Surga Allah swt sedang menanti, Ayah semoga beliau selalu dalam surgaNya.

(7)

mengetahui dan akan selalu menolong hamba-Nya selama mau menolong

hambanya yang lain. Kebaikan akan dinanti dengan kebaikan.

2. Bapak Anton Prasetyo, M. Si, Bapak Ach. Nashihuddin, MA dan Ibu Eny

Yulianty,M.Si selaku dosen pembimbing kami. Sukron katsiron penulis

haturkan atas waktu yang telah beliau limpahkan untuk bimbingan, arahan,

serta motivasi dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Semoga beliau

beserta seluruh keluarga besar, selalu mendapatkan Rahmat dan Hidayah

Allah swt. serta dimudahkan, diberi keikhlasan dan kesabaran dalam

menjalani kehidupan, baik di dunia maupun di akhirat.

3. Ibu Elok Kamilah Hayati, M. Si dan Ibu Akyunul Jannah selaku penguji kami.

Terima kasih atas waktu, arahan dan bimbingan beliau selama ini. semoga

Allah memberikan kesehatan bagi beliau sekeluarga.

4. Ibu Rini Nafsiati Astuti, M. Pd, selaku dosen wali penulis selama menempuh

kuliah di Jurusan Kimia Fakultas Saintek Universitas Islam Negeri Maulana

Malik Ibrahim Malang. Terima kasih kami haturkan kepada beliau yang telah

memberikan bimbingan, saran, serta motivasi selama menempuh perkuliahan.

Penulisan laporan ini tidak luput dari bantuan semua pihak, baik secara

langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis menghaturkan terima

kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo selaku Rektor UIN Maliki Malang

2. Bapak Prof. Sutiman Bambang Sumitro, SU. DSc selaku Dekan Fakultas

(8)

3. Ibu Diana Candra Dewi, M.Si selaku Ketua Jurusan Kimia, UIN Maliki

Malang yang telah memberikan arahan dan nasehat kepada penulis.

4. Segenap Dosen kimia Fakultas Saintek Universitas Islam Negeri Maulana

Malik Ibrahim Malang yang telah menyampaikan pengajaran, mendidik,

membimbing, serta mengamalkan ilmunya dengan ikhlas. Semoga Allah swt

memberikan pahala-Nya yang sepadan kepada beliau semua.

5. Guru-guru ku terima kasih atas ilmu yang engkau berikan, semoga Allah

melimpahkan rahmat pada beliau semua.

6. Keluarga besar PSG UIN MALIKI Malang, bu ilfi, bu rini, bu erfa, bu

jamilah, bu yuli, bu ulfah, mbak leli terima kasih atas motivasi, masukan dan

kepercayaannya selama ini. Semoga ilmu dan pengalaman yang penulis

peroleh bermanfaat di kehidupan penulis kelak.

7. Staf laboratorium dan administrasi Jurusan Kimia Fakultas Saintek

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang (mas abi, mbak

ana, mbak nia, mbak rika n mas taufik), penulis ucapkan terima kasih atas

partisipasinya dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Sahabat-sahabat PMII Komisariat Universitas Islam Negeri Maulana Malik

Ibrahim Malang, khususnya Rayon Galileo. Terima kasih atas motivasi dan

persaudaraannya selama ini.

9. Semua sahabat-sahabat ku masit, wardah, lailis, fajar, H5, ais, umi, asri, nely,

nur, dedi, agus, helmi. Kalian telah memberikan segudang pengalaman bagi

penulis semoga kita mampu menjalani kehidupan nyata setelah keluar dari

(9)

kebersamaannya selama ini. Fajar makasih banyak atas bantuannya selama

ini…semoga silaturrahim kita tetap terjaga selamanya…..

10. Mas Sony terima kasih do’a n motivasinya, anas suwon benerin komputer n

buatin posterny, firi thaks pinjaman monitornya, nana semangat S2nya, abid,

ifa ayo semangat!!! Aim n adi suwon do’anya.

11. Teman2 HMJ kimia maupun teman2 kimia dari angkatan 2003 sampai 2009

terima kasih motivasi dan masukannya. Yudi n Mita selamat melanjutkan

penelitian tentang karbon.

12. Teman-teman kos atas kebersamaan dan semangat yang diberikan selama

proses penyusunan skripsi.

13. Kepada semua pihak yang ikut terlibat dan berpartisipasi dalam

menyelesaikan penulisan skripsi ini, yang tidak bisa disebutkan oleh penulis

satu-persatu.

Semoga apa yang telah penulis peroleh selama kuliah di Fakultas Saintek

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang ini bermanfaat. Karya

tulis ini bermanfaat bagi semua pembaca, khususnya bagi penulis pribadi. Disini

penulis sebagai manusia biasa yang tak pernah luput dari salah dan dosa,

menyadari bahwasannya skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena

itu, penulis sangat mengaharap kritik dan saran dari semua pihak demi

kesempurnaan skripsi ini.

Malang, 24 Juni 2010 Penulis,

(10)

DAFTAR ISI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Kelor ... 6

2.2 Karbon Aktif……… ... 9

2.3 Karbonisasi. ... 11

2.4 Aktivasi. ... 14

2.4.1 Aktivasi secara Kimia ... 14

2.4.2 Aktivasi secara Fisika ... 16

2.5 Kelor sebagai Karbon Aktif ... 17

2.6 Karakterisasi Karbon Aktif... 18

2.6.1 Berat Jenis Karbon Aktif ... 18

2.6.2 Kadar Air Karbon Aktif ... 18

2.6.3 Kadar Abu Karbon Aktif ... 19

2.6.4 Daya Serap Karbon Aktif Terhadap Larutan Iodin ... 19

2.7 Adsorpsi... 20

2.8 Fluidized bed reaktor... 22

2.9 Anova (Analysis Of Variance) ... 23

2.10 Anjuran Memikirkan Tumbuhan dalam Al-Qur’an ... 24

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 30

3.2 Alat dan Bahan Penelitian ... 30

(11)

3.5.3 Karbonisasi ... 32

3.5.4 Aktivasi Fisika ... 32

3.5.5 Karakterisasi ... 33

3.5.5.1 Penentuan Berat Jenis Karbon Aktif ... 33

3.5.5.2 Penentuan Angka Iodin Karbon Aktif ... 33

3.5.5.3 Penentuan Kadar Air Karbon Aktif ... 34

3.5.5.4 Penentuan Kadar Abu Karbon Aktif ... 35

3.6 Analisa Data ... 36

BAB IV PEMBAHASAN ... 37

4.1 Preparasi Sampel ... 37

4.2 Aktivasi Kimia ... 37

4.3 Karbonisasi ... 39

4.4 Aktivasi Fisika ... 40

4.5 Karakterisasi Karbon Aktif... 42

4.5.1 Bilangan Iodin ... 42

4.5.2 Berat Jenis... 46

4.5.3 Kadar Air ... 49

4.5.4 Kadar Abu... 52

4.6 Sampel Terbaik ... 54

4.7 pembuatan Karbon Aktif dari Biji Kelor (Moringa oleifera. Lamk) Perspektif Islam ... 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 58

5.1 Kesimpulan ... 58

5.2 Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kandungan Nutrisi Biji Kelor ... 9

Tabel 2.2 Syarat Mutu Karbon Aktif Standart Industri Indonesia ... 11

Tabel 2.3 Luas permukaan spesifik dari karbon dengan menggunakan metode Giles and Nakhwa, dan metode langmuir ... 17

Tabel 2.4 Perbedaan adsorpsi fisika dan kimia ... 21

Tabel 4.1 Bilangan Iodin karbon aktif ... 44

Tabel 4.2 Berat jenis karbon aktif ... 47

Tabel 4.3 Kadar air karbon aktif ... 50

Tabel 4.4 Kadar abu karbon aktif ... 53

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tanaman Kelor ... 8

Gambar 2.2 Fluidized Bed Reaktor ... 23

Gambar 4.1 Grafik angka iodin karbon aktif ... 44

Gambar 4.2 Grafik berat jenis karbon aktif ... 48

Gambar 4.3 Grafik kadar air karbon aktif ... 51

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1Diagram Alir ... 63

Lampiran 2 Skema Kerja ... 64

Lampiran 3 Pembuatan Reagen kimia ... 68

Lampiran 4 Data Penelitian ... 75

Lampiran 5 Analisa Statistik ... 88

(15)

ABSTRAK

Mu’jizah, S. 2010. Pembuatan dan Karakterisasi Karbon Aktif dari Biji Kelor (Moringa oleifera. Lamk) dengan NaCl sebagai Bahan Pengaktif Pembimbing I: Anton Prasetyo, M. Si; Pembimbing Agama: Ach. Nasichuddin, MA

Kata Kunci: Biji Kelor, dehidrasi, karbonisasi, aktivasi

Permintaan karbon aktif di dunia setiap tahun meningkat sekitar 5% pertahun, diperkirakan kebutuhan karbon aktif tahun 2010 sekitar 1.200.000 ton. Oleh karena itu banyak dilakukan usaha-usaha penelitian tentang bahan alternatif yang bisa dipakai sebagai bahan baku pembuatan karbon aktif. Penelitian Muallifah menunjukkan bahwa karbon aktif dari biji kelor dapat digunakan untuk memurnikan minyak goreng bekas, namun karbon aktif biji kelor yang digunakan belum dilengkapi data karakterisasi karbon aktif sesuai Standar Industri Indonesia (SII) maka penelitian tentang karakterisasi karbon aktif dari biji kelor perlu dilakukan. Dalam penelitian ini akan dilakukan kajian tentang pengaruh konsentrasi NaCl pada proses karbonisasi terhadap karakterisasi karbon aktif dan pengaruh aktivasi fisika terhadap karakterisasi karbon aktif.

Proses pembuatan karbon aktif melalui 3 tahapan yaitu dehidrasi biji kelor pada suhu 105 °C selama 24 jam, kemudian perendaman biji kelor dalam larutan NaCl 15 %, 20 %, 25 %, 30 %, 35%, dan 40 % selama 5 jam, proses karboniasi pada suhu 500 ºC selama 120 menit dan karbon aktif biji kelor di ayak 120 – 250 mesh kemudian diaktivasi fisika pada suhu 650 ºC dalam medium nitrogen selama 120 menit. Karakterisasi yang dilakukan meliputi berat jenis, bilangan iodin, kadar air dan kadar abu karbon aktif.

(16)

ABSTRACT

Mu’jizah, S. 2010. Preparation and Characterization of Activated Carbon from Bean (Moringa oleifera. Lamk) with NaCl as an activator Materials Pembimbing I: Anton Prasetyo, M. Si; Pembimbing Agama: Ach. Nasichuddin, MA

Keywords: Seed kelor, dehydration, carbonization, activation

Activated carbon demand in the world each year increased by approximately 5% per year, estimated that the demand of activated carbon of about 1.2 million tons in 2010. Therefore many efforts carried out research into alternative materials that could be used as raw material for making activated carbon. Muallifah research shows that activated carbon from Moringa seeds can be used to purify used frying oil, but the activated carbon used Moringa seeds have not completed the characterization of activated carbon according to data Indonesian Industrial Standard (SII), the research on the characterization of activated carbon from Moringa oleifera seed needs to be done. In this research study will be conducted on the effect of NaCl concentration on the process of carbonization of the characterization of activated carbon and the influence of physical activation of the characterization of activated carbon.

The process of making activated carbon through the three stages of Moringa oleifera seed dehydration at 105 ° C for 24 hours, then oleifera seed soaking in a solution of NaCl 15%, 20%, 25%, 30%, 35%, and 40% for five hours, the process karboniasi at 500 º C for 120 minutes and the activated carbon in the sifter M. oleifera 120-250 mesh and then activated with physics at a temperature 650 º C in the medium of nitrogen for 120 minutes. The characterization was conducted on the specific gravity, iodine number, water content and ash content of activated carbon.

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karbon aktif merupakan senyawa karbon amorph, yang dapat dihasilkan

dari bahan-bahan yang mengandung karbon atau dari arang yang diperlakukan

dengan cara khusus untuk mendapatkan permukaan yang lebih luas. Luas

permukaan karbon aktif berkisar antara 300-3500 m2/gram dan ini berhubungan

dengan struktur pori internal yang menyebabkan karbon aktif mempunyai sifat

sebagai adsorben. Karbon aktif dapat mengadsorpsi gas dan senyawa-senyawa

kimia tertentu atau sifat adsorpsinya selektif, tergantung pada besar atau volume

pori-pori dan luas permukaan (Sembiring, dkk, 2003).

Karbon aktif merupakan golongan karbon yang diproses untuk

menghasilkan adsorben yang kuat (Mayer, dkk, 2005). Karbon aktif dapat

digunakan untuk mengadsorbsi bahan yang berasal dari cairan maupun fasa gas

(Ruiz, 2008).

Permintaan dunia terhadap karbon aktif pada tahun 2005 sebesar 970.000

ton yakni 52% untuk asia, 26% amerika selatan, 13% eropa barat dan 9% untuk

negara lainnya. Kebutuhan karbon aktif diramalkan meningkat 5% pada tahun

2009 hingga tahun 2010 mencapai 1.200.000 ton. Peningkatan permintaan

terhadap karbon aktif disebabkan meningkatnya sektor farmasi dan obat-obatan.

Seiring perkembangan zaman isu-isu lingkungan seperti pengolahan air,

(18)

bermotor telah meningkatkan daya jual karbon aktif di dunia. (Freedonia Group,

2006).

Pembuatan karbon aktif dilakukan dengan proses karbonisasi yang

dilanjutkan dengan proses aktivasi. Aktivasi adalah proses perlakuan terhadap

karbon untuk membuka pori karbon. Proses aktivasi dapat dilakukan melalui

aktivasi secara fisika dan aktivasi secara kimia. Penelitian Rahardjo (1997)

tentang pembuatan karbon aktif dari serbuk gergajian pohon jati dengan NaCl

sebagai bahan pengaktif menghasilkan adanya peningkatan luas permukaan

spesifik yang relatif lebih baik jika NaCl ditambahkan pada proses karbonisasi,

sedangkan penelitian Sabaruddin (1996) tentang pengaruh temperatur dan

konsentrasi NaCl pada aktivasi arang tempurung kelapa, hasil penelitian

menjelaskan bahwa daya adsorpsi optimum diperoleh dari karbon aktif yang

diaktivasi pada temperatur 500 °C dan konsentrasi NaCl 30% (b/v). Pembuatan

karbon aktif dari kulit kacang tanah pada penelitian Yulianto menggunakan bahan

pengaktif KOH menghasilkan waktu perendaman optimum untuk memperoleh

karbon aktif yang mempunyai daya adsorpsi tinggi yaitu selama 5 jam. Penelitian

yang dilakukan Warhurst dkk (2005) tentang karakteristik karbon aktif dari biji

dan kulit Moringa oleifera. Lamk dengan metode pirolisis uap, hasil penelitian

menjelaskan bahwa karbon aktif yang mempunyai luas permukaan spesifik

terbesar menggunkan metode BET (Brunauer, Emmett and Teller) yaitu karbon

aktif hasil pirolisis pada temperatur 800 °C selama 30 menit kemudian diikuti

temperatur 750 °C selama 120 menit dan 750 °C selama 30 menit dengan luas

(19)

menggunakan adsorbat phenol, sedangkan angka iodin terbaik diperoleh dari

karbon aktif hasil pirolisis pada temperatur 750 °C selama 120 menit yakni 718

mg g-1 kemudian diikuti temperatur 800 °C selama 30 menit dengan angka iodin

703 mg g-1 dan terendah pada temperatur 750 °C selama 30 menit dengan angka

iodin 552 mg g-1. Penelitian Husni husin (2008) menyebutkan bahwa karbon aktif

yang berasal dari batang pisang melalui proses pengeringan 110 °C selama 24 jam

dengan aktivasi pada suhu 650 °C dalam medium nitrogen serta ukuran 100 mesh

mempunyai kadar air dan daya serap yang sesuai dengan SII.

Sumber bahan mentah yang digunakan sebagai karbon aktif diantaranya

biji apricot, biji chery, biji anggur, kulit kacang, kulit almond, tongkol jagung,

kulit jagung (Ioannidou, 2006). MCconnacchie (1996) menyebutkan bahwa kelor

dapat digunakan sebagai karbon aktif.

Berbagai macam tumbuhan Allah ciptakan di muka bumi ini memiliki

maksud tertentu yang tidaklah sia-sia. Allah telah menjelaskannya dalam

QS.An-Nahl:11 yang berbunyi: zaitun kurma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) kaum yang memikirkan (QS.An-Nahl:11)

Menurut tafsir Nurun Qur’an karangan Imani (2005) dijelaskan bahwa

(20)

dan kekuasaan Allah dan sebagai bahan untuk berfikir agar tercipta kemaslahatan

umat.

Penjelasan lain dijelaskan dalam Al-qur’an QS. Asy-Syu’ara:7:

ö

”Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya kami tumbuhkan di bumi ini berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik? (QS.Asy-Syu’ara:7).

Shihab (2002) memberikan tafsir bahwa Allah menumbuhkan dari

berbagai macam tumbuhan yang baik yaitu subur dan bermanfaat. Seperti halnya

tanaman kelor yang di dalamnya banyak manfaatnya bagi manusia karena dapat

digunakan sebagai sayuran dan biji buah kelor yang sudah kering dapat

dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan karbon aktif.

Penelitian Muallifah (2009) tentang penentuan angka asam thiobarbiturat

dan angka peroksida pada minyak goreng bekas dengan karbon aktif biji kelor

yang telah diaktivasi kimia dengan larutan NaCl dan aktivasi kimia pada suhu 500

°C selama 2 jam dapat menurunkan angka asam thiobarbiturat dan angka

peroksida pada minyak goreng bekas. Karbon aktif yang digunakan pada

penelitian Muallifah belum dilengkapi dengan data tentang karakterisasi karbon

aktif yang sesuai dengan SII (Standar Industri Indonesia) maka penelitian tentang

pembuatan karbon aktif dari biji kelor dengan variasi aktivasi kimia (variasi

konsentrasi NaCl) dan variasi aktivasi fisika (variasi temperatur) pada medium

(21)

sehingga dapat meningkatkan nilai tambah karbon aktif dari biji kelor dan potensi

pemanfaatan karbon aktif biji kelor lebih luas.

1.2 Rumusan Masalah

a. Bagaimana pengaruh konsentrasi NaCl pada proses karbonisasi terhadap

karakterisasi karbon aktif ?

b. Bagaimana karakterisasi karbon aktif setelah melalui proses aktivasi fisika ?

1.3 Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi NaCl pada proses karbonisasi

terhadap karakterisasi karbon aktif.

b. Untuk mengetahui karakterisasi karbon aktif setelah melalui proses aktivasi

1.4 Batasan Masalah

a. Sampel yang digunakan adalah biji kelor yang berasal dari daerah Probolinggo.

b. Karakterisasi yang ditentukan meliputi berat jenis karbon aktif, penentuan

kadar air karbon aktif, penentuan kadar abu karbon aktif dan daya adsorbsi

karbon aktif diukur terhadap larutan I2.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah kepada

masyarakat tentang karakterisasi karbon aktif dari biji kelor sehingga dapat

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelor (Moringa oleifera. Lamk)

Kelor (Moringa oleifera. Lamk) atau Marongghi (Madura) dikenal sebagai

jenis tanaman sayuran yang sudah dibudidayakan. Daunnya majemuk, menyirip

ganda, dan berpinak daun membundar kecil-kecil. Bunganya berwarna putih

kekuningan. Buahnya panjang dan bersudut-sudut pada sisinya. Pohon kelor

sering digunakan sebagai pendukung tanaman lada atau sirih (Winarno, 2003).

Menurut Supriyanto, dkk., (2005) kelor dapat diklasifikasikan sebagai

berikut:

Divisio : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Subkelas : Dillenildae Ordo : Capparidales

Familia : Moringa oleiferaceae Spesies : Moringa oleifera. Lamk

Pohon kelor (drumstick tree: Inggris) termasuk jenis tumbuhan perdu yang

memiliki ketinggian pohon antara 7 – 12 m. batang kayunya lunak dan getas

(mudah patah) dan cabangnya jarang, tetapi mempunyai akar yang kuat. Pohon

kelor berbunga dan berganti daun sepanjang tahun, tumbuh dengan cepat, dan

tahan terhadap musim kering (kemarau) (Jonni, dkk, 2008).

Daun kelor berbentuk bulat telur (oval) dengan ukuran kecil-kecil,

(23)

Daun kelor berguguran apabila kekurangan air (biasanya terjadi pada musim

kemarau panjang) dan tumbuh kembali ketila kebutuhan air tercukupi (Jonni, dkk,

2008).

Bunga kelor berwarna putih kekuning-kuningan dan tudung pelepah

bunganya berwarna hijau. Bunganya akan keluar (mekar) sepanjang tahun dengan

bau khas semerbak (Jonni, dkk, 2008).

Buah kelor berbentuk polong segitiga memanjang sekitar 30-50 cm, yang

biasa disebut klentang (Jawa). Berisi 15 – 25 biji, coklat kehitaman, bulat,

bersayap tiga, hitam Sementara, getahnya yang telah berubah warna menjadi

cokelat disebut blendok (Jawa). Buah kelor mempunyai banyak biji yang nantinya

dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengkembangbiakannya. Disamping

menggunakan biji, pengembangbiakannya juga dapat dilakukan dengan

menggunakan setek batang (Jonni, dkk, 2008). Biji Moringa oleifera. Lamk

mengandung mustard oil (minyak Ben, minyak Moringa), trigliserida asam lemak

behen (C22H44O2) yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan sabun, bahan iluminasi, lubrikan jam tangan, bahan campuran untuk pembuatan

(24)

Gambar 2.1 Biji Kelor

Kelor merupakan tanaman yang banyak berkhasiat obat antara lain

(Wardhana, 2005): buah dan daunnya dapat digunakan sebagai peluruh air seni,

dahak dan haid, penambah nafsu makan, pereda kejang, obat sakit kepala, bedak

bayi yang baru lahir, mencegah iritasi, pelancar ASI, bedak untuk menghilangkan

flek pada kulit wajah, sedangkan bijinya memiliki kadar mutu gizi dan fungsional

yang tinggi, minyaknya dapat digunakan sebagai minyak goreng, bahan

(25)

Analisis kandungan biji kelor perseratus gram ditunjukkan pada Tabel 2.1

Tabel 2.1 Kandungan nutrisi biji kelor

Komponen (mg)

Air (%) 86,9

Kalori 26,0

Protein 2,5

Lemak 0,1

Karbohidrat 8,5

Abu 2,0

Serat 4,8

Mineral 2,0

Ca 30

Mg 24

P 110

K 259

Cu 3,1

Fe 5,3

S 137

Oxalic acid 10

Vitamin A B Carotene 0,11

Vitamin B Choline 423

Sumber: Muharto, dkk., 2004

2.2 Karbon Aktif

Karbon aktif adalah karbon yang diolah lebih lanjut pada suhu tinggi

sehingga pori-porinya terbuka dan dapat digunakan sebagai adsorben (Pari, 2002).

Karbon aktif dapat berupa serbuk, butiran dan lempengan yang terbuat dari

karbon amorph dengan karakteristik dengan luas permukaan per unit volume

(Parker, 1993). Karbon aktif mampu mengadsorbsi gas maupun cairan, Untuk

mengadsorbsi fasa cair karbon aktif yang digunakan umumnya memiliki daerah

pori sekitar 3 nm atau lebih, sedangkan untuk mengadsorbsi fasa gas memiliki

(26)

Struktur karbon aktif terdiri dari atom karbon yang tersusun paralel dari

lapisan heksagonal menyerupai struktur grafit, yang terbentuk pada orbital sp2.

Setiap karbon berikatan dengan tiga karbon yang lain dengan ikatan σ, pada

orbital pz terdiri dari satu elektron dari delokalisasi ikatan π. Perbedaan ikatan

pada permukaan lapisan dihubungkan oleh ikatan vanderwaals (Roque, 2007).

Unsur utama bahan dasar pembuatan karbon aktif melalui metode steam

gas ini harus mengandung beberapa hal, diantaranya yang paling penting adalah

rendahnya kandungan zat volatil, kandungan unsur karbon tinggi, memiliki

porositas kecil, dan memiliki kemampuan yang cukup untuk pengikisannya

(Jankowska, et all, 1991).

Karbon aktif digunakan sebagai molekul penyaring, pemurnian cairan dan

gas, pemurnian dan penjernihan air, proses pembuatan makanan, katalis,

penghilangan sulfur dan nitrogen pada industri, pemurnian emas, aktif karbon

digunakan pada pabrik sukrosa, glukosa, maltosa, laktosa, minuman ringan,

minyak, parafin, phosphor, plastik, gliserol, gelatin, pektin, kafein, kuinin, vitamin

C, jus buah, bir dan perusahaan alkohol (Sen, 2005).

Pembuatan karbon aktif dilakukan dengan proses dehidrasi, karbonisasi

dan dilanjutkan dengan proses aktivasi material karbon yang biasanya barasal dari

tumbuh-tumbuhan. Proses karbonisasi dilakukan dengan pembakaran dari

material yang mengandung karbon dan dilakukan tanpa adanya kontak langsung

dengan udara (Marsh, 2006). Proses karbonisasi juga dikenal dengan pirolisis

yang didefinisikan sebagai suatu tahapan dimana material organik awal

(27)

(Hugh, 1993). Proses karbonisasi dilanjutkan dengan proses aktivasi dimana

proses ini akan mengubah produk atau material karbon menjadi adsorben.

Adsorben mempunyai porositas yang tinggi dengan luas permukaan yang besar

yaitu 500-1500m2/gr (Parker, 1993).

Tabel 2.2.Syarat mutu karbon aktif

No Uraian Satuan Persyaratan

Butiran Serbuk

Sumber : Standar Industri Indonesia, 1989

2.3 Karbonisasi

Karbonisasi (pengarangan) adalah suatu proses pirolisis (pembakaran) tak

sempurna dengan udara terbatas dari bahan yang mengandung karbon. Pada

proses ini pembentukan struktur pori dimulai. Tujuan utama dalam proses ini

adalah untuk menghasilkan butiran yang mempunyai daya serap dan struktur yang

rapi.

Dasar karbonisasi adalah pemanasan. Bahan dasar dipanaskan dengan

(28)

dengan menyisakan karbon dan komponen volatil yang lain diuapkan (Jankowska,

et all, 1991).

Sifat-sifat dari hasil karbonisasi ini ditentukan oleh kondisi dari bahan

dasarnya. Beberapa parameter yang biasa digunakan untuk menentukan kondisi

karbonisasi yang sesuai yaitu temperatur akhir yang dicapai, waktu karbonisasi,

laju peningkatan temperatur, medium dari proses karbonisasi (Jankowska, et all,

1991).

Temperatur akhir proses mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap

struktur dari butiran. Pada temperatur tinggi akan terjadi berbagai macam reaksi

dari bahan mentah, sesuai dengan sifat dari struktur kimianya. Reaktivitas dari

hasil karbonisasi yang didapatkan setelah pirolisis pada temperatur 300 ºC lebih

rendah dari temperatur 600 ºC dikarenakan penurunan jumlah karbonnya

(Jankowska, et all, 1991).

Jika temperatur yang dinaikkan dengan cepat, pembentukan sebagian besar

zat volatil terjadi dalam waktu singkat dan hasilnya biasanya terbentuk pori yang

berukuran lebih besar. Reaktivitas hasil karbonisasinya lebih besar dari pada hasil

yang dipanaskan dengan laju lambat. Dekomposisi termal dari reaksi samping

hasil pirolisis juga dipengaruhi oleh medium, jika gas dan uap yang dihasilkan

selama pirolisis dipisahkan dengan cepat oleh gas netral maka akan didapatkan

hasil karbonisasi yang kecil dengan reaktivitas yang besar (Jankowska, et all,

1991).

Proses fisika dan kimia yang komplek selalu terjadi devolatilisasi atau

(29)

lajunya hingga mencapai 700 °C. Komposisi material akan berkembang sebagai

fungsi temperatur, tekanan, dan komposisi gas selama devolatilisasi. Proses

pirolisis dimulai sekitar 230 °C, ketika komponen dengan panas yang tidak stabil,

seperti lignin pada biomass, dan komponen volatil pada batu bara, akan terlepas

dan menguap dengan komponen volatil yang lain. Proses ini dapat diwakili

dengan reaksi secara umum berikut ini (Basu, 2006):

Batu bara (atau biomass) + pemanasan Arang + Gas + Uap atau cairan

Produk pada uap cairan terdiri dari tar dan poliaromatik hidrokarbon (PAH).

Secara umum produk pirolisis adalah gas seperti H2, CO, CO2, H2O, CH4, tar dan

arang.

Pirolisis adalah penguraian bahan-bahan organik pada temperatur tinggi di

bawah kondisi non oksidatif. Pendekatan utama dari pirolisis adalah

pendaurulangan bahan-bahan yang dapat diuraikan secara termal untuk

menghasilkan produk-produk yang bernilai. Pada prosesnya tidak memungkinkan

memperoleh oksigen yang benar-benar bebas dari campuran udara lain, karena

sejumlah oksigen terdapat dalam beberapa sistem pirolisis, menyebabkan

terjadinya peristiwa oksidasi. Reaksi pirolisis dari selulosa ditampilkan berikut ini

(Husni, 2008):

(30)

2.4 Aktivasi

Aktifasi adalah suatu perlakuan terhadap arang yang bertujuan untuk

memperbesar pori yaitu dengan cara memecahkan ikatan hidrokarbon atau

mengoksidasi molekul-molekul permukaan sehingga arang mengalami perubahan

sifat, baik fisika maupun kimia, yaitu luas permukaannya bertambah besar dan

berpengaruh terhadap daya adsorpsi (Sembiring, 2003).

Produk dari karbonisasi tidak dapat diaplikasikan sebagai adsorben

(karena struktur porosnya tidak berkembang) tanpa adanya tambahan aktivasi.

Dasar metode aktivasi terdiri dari perawatan dengan gas pengoksidasi pada

temperatur tinggi. Proses aktivasi menghasilkan karbon oksida yang tersebar

dalam permukaan karbon karena adanya reaksi antara karbon dengan zat

pengoksidasi (Kinoshita, 1988).

Aktivasi karbon aktif dapat dilakukan melalui 2 cara, yakni aktivasi secara

kimia dan aktivasi secara fisika (Kinoshita, 1988).

2.4.1 Aktivasi Secara Kimia

Aktivasi kimia merupakan proses pemutusan rantai karbon dari senyawa

organik dengan pemakaian bahan-bahan kimia (Sembiring, 2003). Aktivasi secara

kimia biasanya menggunakan bahan-bahan pengaktif seperti garam kalsium

klorida (CaCl2), magnesium klorida (MgCl2), seng klorida (ZnCl2), natrium

hidroksida (NaOH), natrium karbonat (Na2CO3) dan natrium klorida (NaCl).

(31)

menggunakan NaCl dengan variasi konsentrasi antara 15%, 20%, 25%, 30%, 35%

dan 40%.

Kerugian penggunaan bahan-bahan mineral sebagai pengaktif terletak

pada proses pencucian bahan-bahan mineral tersebut kadang-kadang sulit

dihilangkan lagi dengan pencucian (Jankowska, et all, 1991) sedangkan

keuntungan penggunaan bahan-bahan mineral sebagai pengaktif adalah waktu

aktivasi yang relatif pendek, karbon aktif yang dihasilkan lebih banyak dan daya

adsorbsi terhadap suatu adsorbat akan lebih baik (Jankowska, et all, 1991).

Bahan-bahan pengaktif tersebut berfungsi untuk mendegradasi atau

penghidrasi molekul organik selama proses karbonisasi, membatasi pembentukan

tar, membantu dekomposisi senyawa organik pada aktivasi berikutnya, dehidrasi

air yang terjebak dalam rongga-rongga karbon, membantu menghilangkan

endapan hidrokarbon yang dihasilkan saat proses karbonisasi dan melindungi

permukaan karbon sehingga kemungkinan terjadinya oksidasi dapat dikurangi

(Manocha, 2003).

Kusuma dan Utomo (1970) menyebutkan bahwa butiran arang tempurung

jika direndam dalam larutan NaCl akan mengadsorbsi garam tersebut. Semakin

tinggi konsentrasi larutan NaCl maka semakin bertambah banyak mineral yang

teradsorpsi sehingga menyebabkan volume pori karbon cenderung bertambah

besar karena garam ini dapat berfungsi sebagai dehydrating agent dan membantu

menghilangkan endapan hidrokarbon yang dihasilkan pada proses karbonisasi.

Penggunaan NaCl sebagai bahan pengaktif memberikan karakteristik adsorpsi

(32)

2.4.2 Aktivasi Secara Fisika

Aktivasi fisika merupakan proses pemutusan rantai karbon dari senyawa

organik dengan bantuan panas, uap dan CO2 (Sembiring, 2003). Metode aktivasi

secara fisika antara lain dengan menggunakan uap air, gas karbon dioksida,

oksigen, dan nitrogen. Gas-gas tersebut berfungsi untuk mengembangkan struktur

rongga yang ada pada arang sehingga memperluas permukaannya, menghilangkan

konstituen yang mudah menguap dan membuang produksi tar atau

hidrokarbon-hidrokarbon pengotor pada arang .

Aktivasi fisika dapat mengubah material yang telah dikarbonisasi dalam

sebuah produk yang memiliki luas permukaan yang luar biasa dan struktur pori.

Tujuan dari proses ini adalah mempertinggi volume, memperluas diameter pori

yang terbentuk selama karbonisasi dan dapat menimbulkan beberapa pori yang

baru. Fluidized bed reactor dapat digunakan untuk proes aktivasi fisika. Jenis

reaktor ini telah digunakan untuk pembuatan karbon aktif dari batu (Swiatkowski,

1998).

Penggunaan gas nitrogen selama proses aktivasi karena nitrogen

merupakan gas yang inert sehingga pembakaran karbon menjadi abu dan oksidasi

oleh pamansan lebih lanjut dapat dikurangi, selain itu dengan aktivasi gas akan

mengembangkan struktur rongga yang ada pada arang sehingga memperluas

permukaannya (Sugiharto, 1978). Kenaikan temperatur aktivasi pada kisaran 450

°C - 700 °C dapat meningkatkan luas permukaan spesifik dari karbon aktif

(33)

2.5 Kelor sebagai Karbon Aktif

Warhurst, et all, (1997) menyebutkan bahwa kulit biji kelor dapat

dijadikan sebagai karbon aktif dengan satu langkah pemanasan (secara pirolisis).

Kulit biji kelor dalam penelitian tersebut dipanaskan dengan suhu yang

berbeda-beda, yakni: 750 0C selama 30 menit, 750 0C selama 120 menit, dan 800 0C

selama 30 menit.

Tabel 2.3 Luas permukaan spesifik dari karbon dengan menggunakan metode giles and nakhwa, dan metode langmuir (warhust, dkk, 1997)

Adsorbat Karbon Luas Permukaan Spesifik (m

2 g –1) Giles and Nakhwa Langmuir

Phenol

750 0C/30 menit 534 694

750 0C/120 menit 597 776

800 0C/30 menit 625 786

4-Nitrophenol

750 0C/30 menit 506 620

750 0C/120 menit 601 751

800 0C/30 menit 664 749

Methylene blue

750 0C/30 menit 94 139

750 0C/120 menit 188 312

800 0C/30 menit 211 334

Data tersebut menunjukkan bahwa kulit biji kelor yang dipanaskan pada

suhu 800 0C selama 30 menit mempunyai luas permukaan karbon yang paling

tinggi, sedangkan kulit biji kelor yang pada suhu 750 0C selama 30 menit

(34)

2.6 Karakterisasi Karbon Aktif

Penentuan sifat-sifat karbon aktif yang diperoleh melalui karbonisasi dan

aktivasi, maka perlu dilakukan karakterisasi. Karakterisasi dalam penelitian ini

meliputi penentuan berat jenis, penentuan angka iodin, kadar air dan kadar abu.

2.6.1 Berat Jenis Karbon Aktif

Berat Jenis karbon aktif didefinisikan sebagai massa per volume sampel

karbon aktif. Berat jenis karbon aktif tergantung dari bentuk, ukuran dan berat

jenis partikel individunya. Satuan yang biasa digunakan adalah Kg/m3. Berat jenis

dapat digunakan untuk memperkirakan volume pori karbon aktif, jika berat

jenisnya kecil maka volume pori karbon aktif tersebut besar. Penelitian ini

menggunakan metode pendekatan dengan mengggunakan bantuan berat jenis air

yang dicampurkan pada karbon yang akan ditentukan berat jenisnya (Jankowska,

et all, 1991).

2.6.2 Kadar Air Karbon Aktif

Prinsip dalam penentuan kadar air adalah air menguap pada suhu di atas

100 ºC sehingga tercapai berat konstan selama ±4 jam. Berdasarkan standar

industri indonesia karbon aktif yang baik mempunyai kadar air maksimal 15%

untuk serbuk karbon aktif.

Penentuan kadar air dapat dilakukan dengan asumsi bahwa dalam karbon

aktif tersebut hanya air yang merupakan senyawa mudah menguap. Pada dasarnya

penentuan kadar air adalah dengan menguapkan air dari karbon aktif dengan

(35)

Penetapan kadar air bertujuan untuk mengetahui sifat higroskopis arang aktif,

dimana karbon aktif mempunyai sifat afinitas yang besar terhadap air.

2.6.3 Kadar Abu Karbon Aktif

Karbon aktif yang dibuat dari bahan alam tidak hanya mengandung

senyawa karbon saja, tetapi juga mengandung beberapa mineral. Sebagian mineral

ini hilang selama proses karbonisasi dan aktivasi, sebagian lagi tertinggal dalam

karbon aktif (Jankowska, et all, 1991). Penentuan kadar abu pada arang aktif

dilakukan untuk mengetahui kandungan oksida logam dalam arang aktif.

Kadar abu karbon aktif adalah sisa yang tertinggal pada saat karbon

dibakar, biasanya pada temperatur 600 ºC - 900 ºC selama 3-16 jam. Berdasarkan

Standart Industri Indonesia, karbon aktif serbuk yang baik maksimal 10% (SII).

2.6.4 Daya Serap Karbon Aktif Terhadap Larutan Iodin

Adsorbsi iodin telah banyak dilakukan untuk menentukan kapasitas

adsorbsi karbon aktif. Penetapan ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan

arang aktif untuk menyerap larutan berwarna. Angka iodin didefinisikan sebagai

jumlah miligram iodin yang diadsorpsi oleh satu gram karbon aktif. Dimana

konsentrasi filtrat adalah 0,02 N, pada metode ini diasumsikan bahwa iodin berada

dalam kesetimbangan pada konsentrasi 0,02 N yaitu dengan terbentuknya lapisan

tunggal (monolayer) pada permukaan karbon aktif dan inilah yang menjadi alasan

(36)

spesifik karbon aktif (Jankowska, et all, 1991). Berdasarkan Standart Industri

Indonesia karbon aktif yang baik mampu menyerap iodin minimal 750mg/g (SII).

2.7 Adsorpsi

Adsorbsi merupakan suatu fenomena yang berkaitan erat dengan

permukaan dimana terlibat interaksi antara molekul-molekul cairan atau gas

dengan molekul padatan. Interaksi ini terjadi karena adanya gaya tarik atom atau

molekul yang menutupi permukaan tersebut. Kapasitas adsorpsi dari karbon aktif

tergantung pada jenis pori dan jumlah permukaan yang mungkin dapat digunakan

untuk mengadsorpsi (Manocha, 2003).

Berdasarkan kekuatan dalam berinteraksi, adsorpsi dapat dibedakan

menjadi 2, yaitu adsorpsi fisika dan adsorpsi kimia. Adsorpsi fisika terjadi bila

gaya intermolekular lebih besar dari gaya tarik antar molekul atau gaya tarik

menarik yang relatif lemah antara adsorbat dengan permukaan adsorben. Gaya ini

disebut gaya van der waals sehingga adsorbat dapat bergerak dari satu bagian

permukaan ke bagian permukaan lain dari adsorben. Gaya antar molekul adalah

gaya tarik antara molekul-molekul fluida dengan permukaan padat, sedangkan

gaya intermolekular adalah gaya tarik antar molekul-molekul fluida itu sendiri

(Sudirjo, 2005). Adsorpsi kimia terjadi karena adanya pertukaran atau pemakaian

bersama elektron antara molekul adsorbat dengan permukaan adsorben sehingga

terjadi reaksi kimia. Ikatan yang terbentuk antara adsorbat dengan adsorben

(37)

fisika dan adsorpsi kimia dibedakan berdasarkan kriteria antara lain, dapat dilihat

pada tabel 2.4 (Bansal,2005).

Tabel 2.4 Perbedaan adsorpsi fisika dan adsorpsi kimia

Adsorpsi Fisika Adsorpsi kimia

Entalpi adsorpsi kecil (biasanya kurang dari 20 KJ/mol)

Entalpi adsorpsi besar (biasanya antara 40-400 KJ/mol)

Terjadi adsorpsi multiayer Kebanyakan monolayer Terjadi pada temperatur dibawah

titik didih adsorbat

Dapat terjadi pada temperatur tinggi

Tidak melibatkan energi aktivasi Proses adsorpsi terjadi bila sistem mempunyai energi aktivasi

Sifat arang aktif yang paling penting adalah daya serap. Faktor-faktor yang

mempengaruhi daya serap adsorpsi yaitu:

1. Jenis dan Sifat Adsorben

Arang aktif yang merupakan adsorben adalah suatu padatan berpori, yang

sebagian besar terdiri dari unsur karbon bebas dan masing-masing berikatan

secara kovalen. Permukaan arang aktif dan struktur pori merupakan faktor yang

penting. Permukaan arang aktif bersifat non polar (Sembiring, 2003).

Struktur pori berhubungan dengan luas permukaan, semakin kecil

pori-pori arang aktif, mengakibatkan luas permukaan semakin besar dan kecepatan

adsorpsi bertambah (Sembiring, 2003). Luas permukaan berpengaruh terhadap

tersedianya tempat adsorpsi. Luas permukaan adsorben adalah luas persatuan

(38)

2. Sifat adsorbat

Kelarutan zat terlarut dalam jumlah besar merupakan faktor penting dalam

adsorpsi. Kelarutan besar maka ikatan zat terlarut dengan pelarut lebih kuat

sehingga dapat menyebabkan jumlah yang teradsorpsi kecil (Hassler, 1963).

3. Temperatur

Reaksi yang terjadi pada adsorpsi biasanya eksotermis, oleh karena itu

adsorpsi akan besar jika temperatur rendah (Sawyer and Carty, 1987).

4. pH (Derajat Keasaman)

Jumlah adsorpsi dipengaruhi pH larutan, oleh karena itu pH menentukan

derajat disosiasi adsorbat. pH juga dapat mempengaruhi muatan permukaan

adsorben sehingga mengubah kemampuannya untuk menyerap senyawa dalam

bentuk ion (Sawyer and Carty, 1987).

5. Waktu kontak

Arang aktif yang ditambahkan dalam suatu cairan, dibutuhkan waktu

untuk mencapai kesetimbangan. Waktu yang dibutuhkan berbanding terbalik

dengan jumlah arang yang digunakan. Larutan yang mempunyai viskositas tinggi,

dibutuhkan waktu singgung yang lebih lama (Sembiring, 2003).

2.8 Fluidized Bed Reaktor

Fluidized bed Reaktor adalah alat yang digunakan untuk pembakaran dengan suhu tinggi disertai dengan adanya aliran gas (Basu, 2006). Penggunaan

(39)

proses pembuatan karbon aktif. Fluidized-bed Reaktor mempunyai efisiensi yang

tinggi, penggunaan konsumsi yang rendah. Metode fluidized-bed oven dalam

produksi karbon aktif merupakan metode yang sesuai pada pabrik karbon aktif

terutama jika diharapkan sebagai adsorbent zat cair, adsorben yang dihasilkan

mempunyai daya serap tinggi terhadap warna (Jankowska, et all, 1991).

Keuntungan menggunakan Fluidized bed Reaktor adalah (Basu, 2006):

1. Efisiensi tinggi, karena memberikan panas yang tinggi didalam reaktor dan

memudahkan terjadinya reaksi.

2. Gas pengaktif akan cepat bereaksi dengan bahan karbon sehingga limbah

gas atau senyawa volatil akan cepat terevaporasi

3. Dapat digunakan untuk memproses bahan karbon yang berbentuk serbuk.

(40)

2.9 ANOVA (Analysis Of Variance)

Anova adalah suatu metode untuk menguraikan keragaman total data

menjadi komponen - komponen yang mengukur berbagai sumber keragaman

(Walpole, 1995). Anova digunakan untuk menguji rata – rata hitung untuk lebih

dari dua kelompok sampel, anova juga sering digunakan untuk menguji hipotesa

penelitian untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan rata – rata hitung yang

signifikan antara kelompok – kelompok sampel yang diteliti (Anonymous, 2008).

Pengujian Anova 1 arah dapat dihitung dengan perintah (Harini, 2009):

1. Pilih menu stat

2. Pilih menu anova

3. Pilih menu one way

4. Masukkan data

5. Bila Fhitung > F tabel yang berarti terdapat beda yang sangat nyata maka

dilakukan uji BNT

2.10 Anjuran Memikirkan Tumbuhan dalam Alqur’an

Keanekaragaman tumbuhan yang dimiliki Indonesia salah satunya adalah

tumbuhan kelor. Keanekaragaman tersebut merupakan nikmat yang diberikan oleh

Allah kepada manusia. Nikmat tersebut harus disyukuri dan dimanfaatkan dengan

baik. Salah satu cara memanfaatkan tumbuhan yang telah diciptakan adalah

dengan mengkaji potensi pemanfaatan tumbuhan tersebut melalui suatu penelitian.

Manusia diperintahkan untuk selalu berfikir dan mencari sesuatu yang belum

(41)

seperti hewan dan tumbuhan yang terdapat dimuka bumi ini, karena sebenarnya

Allah SWT menciptakan segala sesuatu agar manusia berfikir, seperti yang

dijelaskan dalam firman-Nya surat Ar-Ra’d ayat 3-4

θèδρ

”Dan Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. Dan di bumi Ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir (QS. Ar-Ra’d:3-4).

Salah satu tanaman yang dikenal cukup baik oleh masyarakat Indonesia

adalah tumbuhan kelor. Sejauh ini biji tumbuhan kelor tua kurang dimanfaatkan,

sehingga manusia perlu memikirkan suatu cara untuk memanfaatkan potensi

tumbuhan tersebut. Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu dengan membuat

karbon aktif dari biji kelor yang tua. Karbon aktif dapat dimanfaatkan sebagai

adsorben. Allah menganjurkan kepada seluruh hambanya untuk selalu memahami

kebesaran dan kekuasaan-Nya dengan melihat seluruh ciptaan-Nya, sehingga ayat

(42)

ā

“Sesungguhnya dalam penciptaan Langit dan Bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi-orang-orang berakal. Yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring. Mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), Ya Tuhan kami, tiadalah engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa api neraka”(QS.Ali Imron: 190-191).

Ayat di atas mendiskripsikan suatu kehidupan seseorang yang selalu

memikirkan dan menganalisis, bahwa tiadalah Allah menciptakan alam beserta

isinya dengan sia-sia dan batil, yang menciptakan dengan benar dan merupakan

kebenaran. Begitu pula Tuhan menciptakan tumbuh-tumbuhan agar manusia dapat

menggambil manfaat darinya dan ciptaan Tuhan seperti tumbuh-tumbuhan telah

tercipta dengan sempurna dan tidak sia-sia (Quthb, 2001).

Ayat diatas dipertegas oleh ayat selanjutnya yang berbunyi (Ashiddiqi, 1997)

(43)

anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman (QS. Al An’am : 99).

Ayat di atas menjelaskan bahwa Tuhan menumbuhkan tanaman-tanaman

dengan air hujan mulai dari tanaman-tanaman yang mudah layu sampai yang

panjang usianya dan paling banyak manfaatnya. Proses turunnya hujan sampai

akibat-akibat yang ditimbulkannya adalah tanda-tanda kebesaran Allah SWT,

hanya kaum yang memikirkan dan beriman mampu memahami semua itu. Seluruh

yang tercipta di Alam seperti tumbuhnya tanaman-tanaman dan buah-buahan

untuk kemaslahatan manusia yakni manusia dapat menggambil manfaat darinya

dan mempergunakan dengan sebaik-baiknya (Imani, 2004).

Penjelasan tersebut dapat diambil pelajaran bahwa Allah menumbuhkan

tumbuh-tumbuhan yang indah, hijau dan banyak memberi manfaat serta

kenikmatan kepada manusia. Banyak ayat Alqur’an yang mengajak manusia

untuk berfikir dan menyelidiki tumbuh-tumbuhan agar mendapat manfaat yang

lebih banyak. Allah berfirman dalam surat An Nahl ayat 11:

(44)

Menurut tafsir Nurul qur’an karangan Imani (2005) dijelaskan bahwa

Allah telah menciptakan segala macam tanaman sebagai tanda-tanda kekuasaan

Allah dan bahan berfikir bagi kemaslahatan umat (Imani, 2005). Ayat ini

menyebutkan beberapa tanaman yang ditumbuhkan Allah dari yang paling cepat

layu, yang paling panjang usianya dan paling banyak manfaatnya seperti zaitun,

kurma dan anggur (Shihab, 2002). Kaum yang memikirkan akan tanda-tanda

kekuasaan-Nya tentu akan dapat mengambil pelajaran dan manfaat terhadap

segala ciptaan-Nya. Sebagaimana memanfaatkan biji kelor sebagai karbon aktif.

Umat Islam diperintahkan dalam Alqur’an untuk mempelajari setiap

kandungan ayatnya. Kita perlu meningkatkan pemahaman mengenai ayat-ayat

Alqur’an, karena di dalamnya terkandung pengetahuan yang banyak terhadap

alam semesta. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al Jaatsiyah ayat 13 yaitu:

¤‚™ρ di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir (QS. Al Jaatsiyah: 13).

Ayat di atas menjelaskan bahwa penundukan tersebut secara potensial

terlaksana melalui hukum-hukum alam yang ditetapkan Allah dan kemampuan

yang dianugerahkan-Nya kepada manusia. Ini berarti manusia berpotensi

mengetahui rahasia alam raya dan mengantarkan manusia untuk memanfaatkan

(45)

kekuasaan Allah bagi kaum yang memikirkan, mengkajinya dan melakukan

penelitian ilmiah (Shihab, 2002).

Berdasarkan uraian di atas memberikan motivasi kepada manusia untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan. Manusia sebagai makhluk yang berakal

mempunyai tugas, kewajiban dan tanggung jawab terhadap alam sekitarnya. Hal

ini dijelaskan dalam Firman Allah surat Az-Zumar ayat 9:

ô

Katakanlah: "Adakah sama orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran .

Ayat di atas mengajak manusia untuk berpikir dengan beragam bentuk

tentang segala hal, kecuali tentang zat Allah. Berpikir tidak hanya terbatas pada

segi-segi materiil, namun menyentuh sisi-sisi maknawi (Qardhawi, 1998). Ayat

tersebut menerangkan bahwa, sesungguhnya Allah mempunyai tujuan dalam

segala penciptaannya, untuk itu manusia harus memikirkannya, karena manusia

diberi akal agar dapat memanfaatkan segala penciptaan Tuhan (Yahya,

(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan November 2009 sampai bulan

Januari 2010 di laboratorium kimia Universitas Islam Negeri Maulana Malik

Ibrahim Malang dan Laboratorium Kimia Fisik Universitas Brawijaya.

3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah oven, tanur, seperangkat

alat gelas, statif, biuret, neraca analitik, ayakan ukuran 100 mesh - 150 mesh, 1 set

reaktor fluidasi.

3.2.2 Bahan

Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji kelor yang

berasal dari daerah Probolinggo.

Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah natrium klorida

(NaCl) teknis, gas N2, asam klorida (HCl, p.a), Iodin (I2 p.a), Natrium tiosulfat

(Na2S2O3 . 5H2O p.a), tembaga (II) Sulfat (CuSO4 . 5 H2O), kalium iodide (KI

p.a), amilum, AgNO3, kertas saring, kertas lakmus biru, kertas whatman no. 12,

(47)

3.3 Rancangan Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian percobaan, dengan

rancangan percobaan berupa RAK (Rancangan Acak Kelompok). Percobaan

dilakukan untuk mempelajari pengaruh konsentrasi NaCl terhadap karakter

karbon aktif. Konsentrasi NaCl yang digunakan untuk merendam biji kelor terdiri

dari 6 variasi yakni 15%, 20%, 25%, 30%, 35%, 40% (b/v). Parameter yang

diamati adalah berat jenis, kadar air, kadar abu dan bilangan iodium dari karbon

aktif yang dihasilkan baik sebelum aktivasi fisika maupun sesudah aktivasi fisika,

untuk memperoleh hasil yang akurat maka dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali

pada karakterisasi karbon aktif.

3.4 Tahapan Penelitian 1. Preparasi sampel

2. Aktivasi Kimia

3. Karbonisasi

4. Aktivasi Fisika

5. Karakterisasi Karbon Aktif

6. Analisis Data

3.5 Cara Kerja

3.5.1 Preparasi Sampel (Husni, dkk, 2008)

Sampel yang berupa biji kelor (Moringa oleifera. Lamk) dikeringkan pada

(48)

3.5.2 Aktivasi Kimia

Sampel yang sudah ditimbang direndam dalam larutan natrium klorida

dengan variasi konsentrasi 15%, 20%, 25%, 30%, 35% dan 40% selama 5 jam

dengan ratio 1:4 (b/v) pada suhu 80 °C pada magnetic stirer, kemudian disaring

dan dikeringkan dalam oven pada suhu 105 ºC selama 24 jam. Sampel yang sudah

kering siap diproses menjadi karbon.

3.5.3 Karbonisasi (Prihatini, 2005)

Sampel yang sudah dikeringkan dikarbonisasi dalam tanur pada

temperatur 500 ºC selama 2 jam agar biji kelor menjadi karbon/karbon.

3.4.4 Aktivasi Fisika

Karbon hasil proses karbonisasi ditumbuk/digiling dengan mortar sampai

halus kemudian diayak dengan menggunakan ayakan ukuran 120 mesh dan 250

mesh. Karbon yang lolos dari 120 mesh dan tertahan pada ayakan 250 mesh

dimasukkan dalam alat reaktor fluidasi dan diaktivasi pada temperatur 650 ºC

dalam medium gas N2 dengan kecepatan alir 200 mL/menit. Karbon aktif yang

dihasilkan dicuci dengan 100 mL HCl 0,1 M kemudian dilanjutkan dengan

pencucian menggunakan air panas sampai bebas Cl (dengan AgNO3) dan filtrat

mempunyai pH netral (pH 6-7). Setelah dicuci, karbon aktif dikeringkan pada

(49)

3.5.5 Karakterisasi

3.5.5.1 Penentuan Berat Jenis Karbon Aktif

Berat jenis karbon aktif ditentukan dengan menggunakan piknometer 25

mL, piknometer dikeringkan dan ditimbang sebelum digunakan, setelah itu

piknometer diisi dengan aquades dan ditimbang berat piknometer yang berisi

aquades. Aquades di buang kira-kira 5 mL. selanjutnya ± 1.00 g karbon aktif

dimasukkan dalam piknometer dan ditambah aquades sampai penuh lalu

ditimbang. Berat jenis dihitung dengan rumus (Prihatini, 2005).

ρ

ρ

... (1)

Keterangan:

A = berat karbon aktif (g)

B = Volume piknometer (mL)

C = berat piknometer + air + karbon aktif (g)

D = berat piknometer + karbon aktif (g)

ρac = berat jenis karbon aktif (g/mL)

ρw = berat jenis air (g/mL)

3.5.5.2 Penentuan Angka Iodin Karbon Aktif

Karbon aktif dioven pada suhu 115 ± 5 ºC selama 1 jam. Didinginkan

(50)

50 mL larutan iodin 0,1 N. Erlenmeyer langsung ditutup dan dikocok selama 15

menit. Kemudian disaring dengan kertas whatman no 12 untuk memisahkan

filtratnya. Filtrat dipipet 10 mL ke dalam erlenmeyer dan dititrasi dengan Na2S2O3

0,1 N. Jika warna kuning dari larutan samar tambahkan larutan amilum 1 %

sebagai indikator. Titrasi kembali dengan teratur sampai mendapatkan titik akhir

bila warna biru larutan hilang. Normalitas filtrat dihitung dengan rumus

(Anonymous, 1989).

! " #$ %

& ………….…..….…..(2)

Dimana :

V = Volume Na2S2O3 (mL)

N = Normalitas Na2S2O3 (N)

12,69 = Jumlah iod sesuai dengan 1 mL larutan natrium tiosulfat 0,1 N

W = berat karbon aktif, gram

3.5.5.3 Penentuan Kadar Air Karbon Aktif

Krus porselin dimasukkan dalam oven pada temperatur 140 ºC dan setelah

60 menit dikeluarkan lalu didinginkan dalam desikator selama 30 menit,

kemudian ditimbang. Prosedur tersebut dilakukan berulang-ulang dengan selang

(51)

berturut-turut selisihnya tidak lebih dari 0.0029). Selanjutnya ditimbang ±1 g karbon aktif

dan dimasukkan dalam kurs porselin tersebut dimasukkan dalam oven pada

temperatur 140 ºC dan setelah 60 menit dikeluarkan lalu didinginkan dalam

desikator selama 30 menit, kemudian ditimbang. Prosedur tersebut dilakukan

berulang-ulang dengan selang waktu yang sama sampai tercapai berat konstan.

Kadar air dihitung dengan rumus (AOAC, 1990):

' )( *++ , ……….……(3)

Dimana:

Mc = kadar air (% b/b)

G = Berat wadah kosong (g)

B = G + berat sampel (g)

F = G + berat sampel kering (g)

3.5.5.4 Penentuan Kadar Abu Karbon Aktif

Satu gram karbon aktif yang sudah ditentukan kadar airnya, dimasukkan

dalam tanur dan dibakar pada temperatur 650 ºC. Setelah 120 menit dikeluarkan

dan didinginkan dalam desikator selama 30 menit, kemudian ditimbang. prosedur

tersebut dilakukan berulang-ulang dengan selang waktu yang sama sampai

tercapai berat konstan (dua kali penimbangan berturut-turut selisihnya tidak lebih

(52)

( )

) *++ , ……….…………(4)

Dimana:

Ac = kadar abu (% b/b)

G = Berat wadah kosong (g)

B = G + Berat sampel kering (g)

F = G + berat abu (g)

3.6 Analisis Data

Data karakterisasi karbon aktif dianalisis ragam melalui uji F untuk

menguji adanya pengaruh atau perbedaan antar perlakuan variasi konsentrasi

NaCl terhadap karakterisasi karbon aktif. Apabila terdapat adanya pengaruh atau

perbedaan antar perlakuan maka dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT)

dengan tingkat signifikasi 1% untuk mengetahui perlakuan yang berpengaruh atau

(53)

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Preparasi Sampel

Biji kelor yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji kelor yang telah

tua dan kering di pohon, berwarna coklat tua dan keras. Biji kelor dikeringkan

dengan pengovenan pada suhu 105 ºC selama 24 jam untuk menguapkan seluruh

kandungan air pada bahan baku. Biji kelor merupakan bahan organik yang kaya

karbon dan rendah kadar abu sehingga dapat digunakan sebagai bahan dasar

pembuatan karbon aktif. Pemanfaatan biji kelor yang kurang optimal

dipertimbangkan menjadi bahan baku yang sangat penting karena dua fakta yakni

sumber yang dapat diperbaharui dan harganya yang murah.

4.2 Aktivasi Kimia

Aktivasi kimia dilakukan dengan merendam biji kelor yang telah

dikeringkan dengan larutan natrium klorida. Tujuan aktivasi kimia adalah

mendegradasi atau penghidrasi molekul organik selama proses karbonisasi,

membatasi pembentukan tar, membantu dekomposisi senyawa organik pada

aktivasi berikutnya, dehidrasi air yang terjebak dalam rongga-rongga karbon,

membantu menghilangkan endapan hidrokarbon yang dihasilkan saat proses

karbonisasi dan melindungi permukaan karbon sehingga kemungkinan terjadinya

oksidasi dapat dikurangi. Penggunaan larutan natrium klorida sebagai aktivator

kimia dikarenakan karbon aktif yang diperoleh mempunyai daya adsorpsi yang

(54)

CaCl2, MgCl2.6H2O, Na2CO3, K2CO3, H2SO4 dan ZnCl2 (Gimba, Casmir E., dkk,

2009), selain itu harga NaCl yang murah dibandingkan dengan aktivator lain dan

tidak menimbulkan pencemaran lingkungan. Perendaman dilakukan pada suhu 80

ºC untuk mempercepat proses interaksi antara bahan dasar dengan aktivator. Ratio

bahan dasar dengan aktivator 1:4 (b:v) agar seluruh bahan dasar terendam dalam

aktivator. Bahan dasar yang telah direndam kemudian disaring dan dikeringkan

pada suhu 105 ºC selama 24 jam untuk menguapkan seluruh kandungan air pada

bahan baku dan proses pengarangan dapat terjadi secara merata.

Aktivasi kimia dilakukan sebelum karbonisasi karena aktivator dapat

menyebabkan membengkaknya bahan dasar pembuatan karbon aktif dan

membuka struktur dari selulosa. Selama aktivasi bahan kimia yang digunakan

berfungsi sebagai penstabil dan memastikan bahan dasar tersebut tidak

mengempis kembali. Hasil yang diperoleh adalah poros karbon aktif penuh

dengan bahan pengaktif. Bahan pengaktif tersebut dikeluarkan pada proses

selanjutnya. Bahan dasar karbon akif sebagian besar berasal dari selulosa.

Susunan Selulosa terdiri dari makromolekul yang tersusun memanjang lebih dari

18.000 Å dan mengarah pada posisi longitudinal dan lateral. Kelompok selulosa

ini dikenal sebagai misel. Karena aksi dari zat pengaktif, selulosa mengalami

penggembungan atau swelling. Selama proses penggembungan, molekul tidak

mengalami perubahan kearah longitudinal tetapi ikatan pada arah lateral

mengalami kerusakan. Hal ini dapat meningkatkan peningkatan pembentukan

inter dan intra misel yang semakin meningkat sampai semua selulosa pecah dan

(55)

oksigen dan hidrogen dalam bentuk molekul air dari pada dalam bentuk senyawa

hidrokarbon maupun senyawa organik yang mengandung oksigen. Penambahan

NaCl yang merupakan senyawa dehydrating agent pada proses karbonisasi dapat

membatasi pembentukan tar. Tar yang terbentuk dalam proses karbonisasi ini

akan menutupi pori-pori yang terbentuk sehingga luas permukaan spesifiknya

menjadi kecil, dengan demikian semakin sedikit tar yang terbentuk, maka semakin

besar luas permukaan spesifiknya.

4.3 Karbonisasi

Sampel yang sudah dikeringkan dibungkus dengan aluminium foil agar

tidak terjadi kontak dengan udara saat proses karbonisasi, sehingga sampel

tersebut hanya terkarbonisasi dan tidak teroksidasi. Proses karbonisasi dilakukan

dalam tanur pada suhu 500 ºC selama 2 jam. Tahapan proses karbonisasi ini

pemakaian suhu dilakukan secara lambat dan bertahap. Mulai dari suhu kamar

sampai pada suhu 500 ºC kurang lebih 3 jam. Pertama dilakukan penstabilan suhu

tanur dari suhu 30 oC - 500 oC yang berlangsung kurang lebih selama 1 jam. Pada

suhu sekitar 105 oC - 170 oC terjadi proses dehidrasi yang bertujuan untuk

menguapkan atau menghilangkan kandungan air yang tersisa pada biji kelor. Pada

suhu di atas 170 oC - 275 oC unsur-unsur bukan karbon dikeluarkan (diuapkan)

dalam bentuk gas seperti CO2, CO, H2 dan lain sebagainya, biji kelor secara

perlahan-lahan menjadi arang. Pada suhu 275 oC - 500 oC terjadi dekomposisi

selulosa yang menghasilkan tar, metanol dan hasil samping lainnya. Pada suhu

(56)

pemurnian arang dengan pembentukan tar masih terus berlangsung (Sembiring,

Meilita Trayana & Tuti Sarma Sinaga, 2003). Selama karbonisasi banyak elemen

non karbon, hidrogen dan oksigen dibentuk dalam bentuk gas oleh dekomposisi

pirolisis dari bahan dasar, dan atom-atom karbon bebas mengelompok ke dalam

formasi kristalografis yang dikenal sebagai Kristal grafit. Susunan Kristal grafit

ini beraturan dan kemungkinan sisa tar yang dihasilkan lebih sedikit karena

adanya aktivator sebelum karbonisasi.

4.4 Aktivasi Fisika

Karbon aktif hasil proses karbonisasi ditumbuk/digiling dengan mortar

sampai halus kemudian diayak dengan menggunakan ayakan ukuran 120 mesh

sampai 250 mesh, pengayakan bertujuan untuk memperoleh ukuran yang seragam,

sehingga pada proses aktivasi semua arang dapat teraktifkan. Karbon aktif yang

tertahan pada ayakan ukuran 250 mesh kemudian diaktivasi pada Fluidized bed

reactor dalam medium gas nitrogen dengan kecepatan alir 200 mL/menit, suhu yang digunakan yaitu 650 ºC selama 2 jam. Gas nitrogen ini berfungsi untuk

mengembangkan struktur rongga yang ada pada karbon sehingga memperluas

permukaan karbon aktif, menghilangkan konstituen yang mudah menguap dan

membuang produksi tar atau hidrokarbon-hidrokarbon pengotor pada arang, selain

itu gas nitrogen merupakan gas yang inert sehingga pembakaran karbon menjadi

abu dan oksidasi oleh pamanasan lebih lanjut dapat dikurangi.

Tahapan yang terjadi pada proses aktivasi, karbon bereaksi dengan zat

(57)

karbon aktif. Struktur produk karbonisasi terdiri dari sistem kristal yang serupa

grafit dengan tipe ikatan alifatik membentuk poros. Jarak antara kristal satu

dengan yang lain merupakan struktur poros pertama dari karbon. Poros hasil

karbonisasi selalu terisi dengan tar yang menutupi karbon amorph. Karbon

amorph bereaksi pada awal oksidasi, dan menghasilkan permukaan poros yang

terbuka dan poros baru yang terbentuk (Jankowska, et all, 1991). Pada proses

oksidasi selanjutnya, karbon dengan kristal yang tidak sempurna bereaksi dengan

membentuk poros yang kuat. Temperatur rendah mengakibatkan laju reaksi dari

karbon dengan zat pengoksidasi sangat kecil. Pada tahap ini dihasilkan

keseimbangan dinamik antara zat pengoksidasi pada poros dan pada jarak antar

partikel. Akibat dari aktivasi terbentuk poros yang homogen dengan distribusi

yang seragam. Dengan meningkatnya temperatur oksidasi, laju reaksi kimia

meningkat dengan cepat, laju yang sempurna maka transport zat pengoksidasi

dalam granul semakin cepat. Pada konsentrasi NaCl yang tinggi, reaksi antara zat

pengoksidasi dengan permukaan eksternal karbon semakin tinggi. Akibatnya

dapat kehilangan material yang signifikan dan terjadi pembakaran, sehingga

struktur poros tidak terbentuk. Laju proses oksidasi merupakan batas reaktivitas

dari material karbon terhadap zat pengoksidasi. Semakin tinggi reaktivitas

substrat, semakin rendah temperatur optimal yang digunakan untuk membentuk

formasi poros yang seragam.

Aktivasi fisika dapat mengubah material yang telah dikarbonisasi dalam

sebuah produk yang memiliki luas permukaan yang luar biasa dan struktur pori.

Gambar

Gambar 2.1 Biji Kelor
Tabel 2.1 Kandungan nutrisi biji kelor Komponen (mg)
Tabel 2.2.Syarat mutu karbon aktif  Uraian
Tabel 2.3 Luas permukaan spesifik dari karbon dengan menggunakan metode giles and nakhwa, dan metode langmuir (warhust, dkk, 1997) Luas Permukaan Spesifik (m2 g –1)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bagaimanakah karakteristik CNSs yang diperoleh dari precursor minyak goreng dengan katalis besi ferrocene di permukaan karbon

Dari gambar (2.b) dapat dilihat pola difraksi karbon aktif yang tidak menunjukkan puncak yang tajam, puncak tersebut memberikan informasi bahwa karbon aktif tidak berbentuk

Goreng Bekas Dari KFC Dengan Mengggunakan Adsorben Karbon Aktif..

Pada penelitian Dahlan, dkk (2013) dalam penggunaan karbon aktif dari biji kelor dapat memurnikan minyak jelantah, didapatkan angka asam terendah yaitu 1,024 mg

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa jenis activator karbon aktif yang terbaik dalam penyerapan asam lemak bebas pada minyak goreng bekas adalah HCl

(LIPI, 1998/1999) Dalam penelitian ini dibahas proses pembuatan karbon aktif dari hasil pirolisis ban bekas, pengaruh pemanasan terhadap luas permukaan karbon aktif

Daur Ulang Minyak Pelumas Bekas Menjadi Minyak Pelumas Dasar dengan Kombinasi Batubara Aktif dan Karbon Aktif. Program Studi Teknik Kimia UPN “veteran” Jawa Timur

Penurunan Angka Peroksida dan Asam Lemak Bebas FFA pada Proses Bleaching Minyak Goreng Bekas oleh Karbon Aktif Polong Buah Kelor Moringa oliefera.. Lank dengan AktivasiNaCl.Alchemy,