• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TERHADAP SEKTOR STRATEGIS PEMER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS TERHADAP SEKTOR STRATEGIS PEMER"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1

ANALISIS TERHADAP SEKTOR STRATEGIS PEMERINTAH INDONESIA DAN

PERKIRAAN CAPAIAN TARGET SEKTOR STRATEGIS PADA TAHUN 2025

Mouliza Kristhopher Donna Sweinstani Kebijakan Publik Moh. Hasbi Rofiqi

PENDAHULUAN

Di dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2025, terdapat rumusan visi Indonesia untuk dua puluh tahun mendatang. Visi jangka panjang yang tertuang dalam dokumen tersebut adalah menjadikan Indonesia sebagai negara yang mandiri, maju, adil, dan makmur tahun 2025. (Bapenas, 2007: 36). Menjadi bangsa mandiri dalam konteks ini diartikan sebagai bangsa yang mampu mewujudkan kehidupan sejajar dan sederajat dengan bangsa lain yang telah maju dengan mengandalkan kemampuan dan kekuatannya sendiri. Karenanya, mutlak diperlukan upaya membangun kemajuan ekonomi yang salah satunya dapat dilakukan dengan melakukan optimalisasi kemampuan daya saing Indonesia di tingkat Internasional. Kemampuan daya saing negara ini diyakini dapat menjadi kunci utama untuk mencapai kemajuan sekaligus kemandirian suatu bangsa yang dapat dilihat dari ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, pemenuhan tuntutan kebutuhan dan kemajuan pembangunannya, kemandirian aparatur pemerintah dan aparatur penegak hukum dalam menjalankan tugasnya, ketergantungan pembiayaan pembangunan dari sumber dalam negeri yang semakin kokoh, dan kemampuan memenuhi kebutuhan pokok.

(2)

2 digunakan sebagai tolak ukur dari dua aspek tersebut. Keadilan dan kemakmuran harus tercermin dalam setiap aspek kehidupan. Semua rakyat mempunyai kesempatan yang sama dalam meningkatkan taraf kehidupan; memperoleh lapangan pekerjaan; mendapatkan pelayanan sosial, pendidikan dan kesehatan; mengemukakan pendapat; melaksanakan hak politik; mengamankan dan mempertahankan negara; serta mendapatkan perlindungan dan kesamaan di depan hukum. Bangsa yang adil berarti tidak adanya diskriminasi dalam bentuk apapun, baik antar individu, gender maupun wilayah. Bangsa yang makmur adalah bangsa yang telah terpenuhi seluruh kebutuhan hidupnya, sehingga dapat memberikan makna penting bagi bangsa-bangsa lain di dunia.

Apa yang tercantum dalam RPJPN tersebut, selanjutnya akan dibahasakan lebih lanjut dalam Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional RPJMN masing-masing rezim Pemerintahan yang mana perumusannya ini juga dipengaruhi oleh visi dan misi presiden terpilih pada masa kampanye. Dalam Pemerintahan Joko Widodo – Jusuf Kalla saat ini, dikenal sebuah

program yang berangkat dari visi-misi pasangan ini pada saat masa kampanye yang disebut dengan Nawa Cita. Nawa Cita selanjutnya menjadi agenda prioritaas yang hendak dicapai selama pemerintahan Presiden Joko Widodo bersama kabinet kerjanya. Guna mencapai tujuan tersebut, Pemerintah kemudian menurunkannya kedalam strategi pembangunan yang telah ditetapkan. Strategi tersebut mencakup tiga dimensi pembangunan yang dinilai penting yakni; Dimensi Pembangunan Manusia, Dimensi Pembangunan Sektor Unggulan, dan Dimensi Pemerataan dan Kewilayahan.1

Dalam essay ini penulis akan menitik beratkan pada dimensi sektor unggulan yang selanjutnya dapat dimaknai sebagai sektor industri strategis Indonesia pada era pemerintahan

1

(3)
(4)

4

PEMBAHASAN

Dasar Penetapan Kelima Sektor Strategis dalam RPJMN 2014-2019

Seperti yang telah penulis jelaskan pada bagian sebelumnya, terdapat lima sektor yang dikategorikan sebagai sektor unggulan yang dianggap strategis pada pemerintahan saat ini. Dikutip dari laman resmi kementerian perindustrian, Dirjen Industri Unggulan Basis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian Budi Dharmadi, mengungkapkan bahwa penetapakan kelima sektor haruslah sesuai dengan kriteria strategis itu sendiri yaitu mencakupi industri yang berhubungan dengan hajat hidup orang banyak, industri yang paling berpengaruh dan dapat mempersatukan atau mempertahankan NKRI, serta industri yang mampu mempertahankan eksistensi Indonesia di dalam kancah atau percaturan ekonomi dunia sekaligus mampu menciptakan kemandirian ekonomi nasional. Atas dasar kriteria strategis yang demikianlah dalam penjabaran Sasaran Pokok RPJMN 2014-2019, ditetapkanlah kelima sektor di atas.

Jika dilihat dari masing-masing sektor yang ditetapkan, penentuan kelima sektor tersebut menjadi sektor strategis atau sektor yang diunggulkan oleh pemerintah Jokowi-JK tentunya bukan tanpa alasan. Penentuan ketahanan pangan sebagi salah satu sektor strategis, misalnya, dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Menurut Nainggolan dalam Purwaningsih peranan sekrtor pertanian di Indonesia sangat penting dilihat dari keharusannya memenuhi kebutuhan pangan penduduk yang diprediksi laju pertumbuhan pangan per tahun berada pada kisaran 1,25 persen.2 Secara normative, penetapan ketahanan pangan sebagai salah satu sektor strategis Indonesia merupakan perwujudan dari amanah konstitusi terutama yang berkaitan dengan pembangunan sumber daya manusia. Hal ini dapat dilihat dari konsideran UU NO 18 Tahun 2012 tentang pangan yang tertulis bahwa pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang

2

(5)

5 paling utama dan pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi manusia yang dijamin di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sedangkan disesuaikan dengan konteks kekinian, dengan pertumbuhan ekonomi yang kuat dan kapasitas kelembagaan yang besar, Indonesia memiliki potensi yang besar untuk meningkatkan ketahanan pangan dan gizi pada beberapa tahun mendatang, apalagi dengan melihat keberhasilan Indonesia dalam MDGs untuk mengurangi setengah dari jumlah penduduk yang hidup dalam kelaparan dan kemiskinan ekstrim. Berdasarkan pada keyakinan ini pemerintah menetapkan ketahanan pangan sebagai salah satu bidang prioritas dalam RPJMN.3

Begitu Pula dengan keempat sektor lainnya, kemaritiman ditetapkan karena melihat fakta bahwa luas perairan Indonesia mencapai 2/3 luas Indonesia yang mana potensi ini dapat menjadi peluang bagi Indonesia untuk menjadi penghasil ikan terbesar di ASEAN. Sektor ketahanan energi ditetapkan karena Indonesia memiliki potensi menciptakan alternative energi dari alam Indonesia yang cukup berlimpah namun saat ini pasokan listrik justru masih kekurangan. Pengembangan sektor ini nanti ditujukan untuk mendukung sektor industri di Indonesia. Sektor pariwisata ditetapkan karena Indonesia memiliki potensi pariwisata yang cukup kaya dan beragam namun sejauh ini jumah wisatawan mancanegara hanya 8,2 juta atau sepertiga dari jumlah wiatawan Malaysia dan Singapura. Untuk itu, sektor ini perlu dikembangkan dan menjadi prioritas karena sektor ini setidaknya dapat menghasilkan output yang baik dalam jangka panjang ketika dikelola dengan baik.4 Terakhir, sektor konektivitas ditetapkan untuk meningkatkan

3

Dewan Ketahanan Pangan. 2015. Peta Ketahanan dan Kerawanan Pangan Indonesia 2015: Versi Rangkuman.

Jakarta: Dewan Ketahanan Pangan.

4

(6)

6 pemerataan pembangunan infrastruktur dasar dan keterhubungan antardaerah yang mana pembangunan sektor ini sejauh ini masih terkonsentrasi di Pulau Jawa.5

Sasaran dan Arah Kebijakan Sektor Unggulan

Guna mewujudkan target dan sasaran kelima sektor di atas, pemerintah telah menetapkan arah kebijakan serta menyiapkan beberapa kementerian lembaga terkait yang bertanggung jawab atas terlaksananya implementasi kelima sektor ungguan Indonesia. Di kutip dari pemaparan Bappenas pada tahun 2014 tentang penyusunan RPJMN 2014-2019, arah kebijakan masing-masing sektor adalah sebagai berikut:6

1. Arah kebijakan pada sektor kedaulatan pangan meliputi: 1) Peningkatan ketersediaan pangan melalui penguatan kapasitas produksi dalam negeri; 2) Peningkatan aksesibilitas masyarakat terhadap pangan; 3) Meningkatkan perbaikan kualitas konsumsi pangan dan gizi masyarakat; dan 4) Mitigasi gangguan terhadap kedaulatan pangan.

2. Arah kebijakan pada kedaulatan energi dan ketenagalistrikan yakni: 1) Meningkatkan produksi energi primer (minyak, gas dan batubara); 2) Meningkatkan Cadangan Penyangga dan Operasional Energi; 3) Meningkatkan peranan energi baru terbarukan dalam bauran energi; 4) Meningkatkan Aksesibilitas; 5) Peningkatan efisiensi dalam penggunaan energi; 6) Meningkatkan pengelolaan subsidi BBM yang lebih transparan dan tepat sasaran; dan 7) Memanfaatkan potensi Sumber Daya Air untuk PLTA (kelistrikan).

3. Arah kebijakan pada maritim dan kelautan adalah: 1) Penyelesaian tata batas dan batas landas kontinen di luar 200 mil laut, serta penamaan pulau-pulau dan pendaftarannya; 2) Pengaturan dan pengendalian ALKI; 3) Penguatan lembaga pengawasan laut; 4)

5

Lihat peta Desa tanpa Penghubung Antar Desa yang dikutip dari wfp.org

6

(7)

7 Peningkatan Koordinasi Dalam Penanganan Pelanggaran Tindak Pidana; 5) Meningkatkan pembangunan sistem transportasi multimoda; 6) Melakukan upaya keseimbangan antara transportasi yang berorientasi nasional dengan transportasi yang berorientasi lokal dan kewilayahan; 7) Percepatan pengembangan ekonomi kelautan; 8) Meningkatkan dan mempertahankan kualitas, daya dukung dan kelestarian fungsi lingkungan laut; 9) Meningkatkan wawasan dan budaya bahari serta penguatan SDM dan Iptek kelautan; dan 10) Meningkatkan harkat dan taraf hidup nelayan serta masyarakat pesisir.

4. Arah kebijakan pariwisata dan industri meliputi: 1) Pemasaran Pariwisata Nasional: mendatangkan sebanyak mungkin wisatawan manca negara dan mendorong peningkatan wisatawan nusantara; 2) Pembangunan Destinasi Pariwisata: meningkatkan daya tarik daerah tujuan wisata sehingga berdayasaing di dalam negeri dan di luar negeri. 3) Pembangunan Industri Pariwisata: meningkatkan partisipasi usaha lokal dalam industri pariwisata nasional serta meningkatkan keragaman dan daya saing produk / jasa pariwisata nasional di setiap destinasi periwisata yang menjdai fokus pemasaran; 3) Pembangunan Kelembagaan Pariwisata: membangun sumber daya manusia pariwisata serta organisasi kepariwisataan nasional; 4) Pengembangan Perwilayahan Industri di luar Pulau Jawa; 5) Penumbuhan Populasi Industri dengan menambah paling tidak sekitar Sembilan ribu usaha; 6) Peningkatan Daya Saing dan Produktivitas (Nilai Ekspor dan Nilai Tambah Per Tenaga Kerja).

(8)

8 dengan penguatan industri nasional untuk mendukung Sistem Logistik Nasional dan penguatan konektivitas nasional dalam kerangka mendukung kerjasama regional dan global; 4) Meningkatkan Kapasitas dan Kualitas Jaringan Jalan Kota; 5) Mengoptimalisasi pemanfaatan spektrum frekuensi radio dan orbit satelit sebagai sumber daya terbatas; 6) Mendorong pembangunan fixed/wireline broadband termasuk di daerah perbatasan Negara; 7) Mendorong tingkat literasi dan inovasi TIK; 8) Meningkatkan peranan Energi Baru Terbarukan dalam Bauran Energi; 9) Meningkatkan Aksesibilitas Energi.

Tepatkah Lima sektor tersebut menjadi Sektor Strategis?

(9)

9 Bila dilihat secara umum, sektor strategis yang telah diterapkan diatas telah sesuai dengan potensi yang dapat dikembangkan, namun bila disesuaikan dengan visi indonesia 2025, tidak semua sektor-sektor tersebut mendukung pencapaian RPJPN yang telah ditetapkan, padahal seharusnya RPJMN mengacu pada RPJPN sehingga terjadi pembangunan yang simultan dan terencana. Dalam RPJPN, arah pembangunan ekonomi Indonesia sampai tahun 2025 mengamanatkan beberapa hal, yakni: peningkatan produktivitas, pengembangan rumpun industri (industrial cluster), penggunaan teknologi informasi, peningkatan nilai tambah pada industri

sektor primer, pengembangan UKM dan Koperasi dan ketahanan pangan.7 Namun, sektor stratergis pembangunan pemerintah seperti yang telah diuraikan diatas tidak semuanya mengarah seperti yang diamanatkan dalam RPJPN, seperti tidak adanya program pemeritah yang menitik beratkan pada penggunaan dan pengembangan teknologi informasi pada tiap sektor. Peningkatan nilai tambah ada industri primer pun sepertinya juga luput dari perhatiann pemmerintah, bahkan pada arah sektor energi dan kelistrikan yang disebutkan adalah peningkatan produksi, bukan nilai tambah, padahal nilai tambah ini sangatlah penting untuk efisiensi pengeluaran dan optimalisasi pendapatan. Seperti dengan pembangunan kilang-kilang minyak maka Indonesia dapat menekan ekspor minyak mentah dan memproduksi sendiri kebutuhan bahan bakar untuk konsumsi dalam negeri.

Selain itu, pengembangan UKM dan Koperasi belum menjadi arah pembangunan masing-masing sektor. Bahwa memang ada pelibatan Kementerian Koperasi dan UKM di hampir setiap sektor unggulan8, namun sifatnya hanya sebagai pendorong/supporting saja. Koperasi dan UKM tidak masuk pada sektor unggulan untuk dibangun, padahal kontribusi Koperasi dan UKM

7

Lihat UU nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 - 2025 hlm 30 – 33.

8

(10)

10 sangat lah besar bagi peningkatan ekonomi pada sektor riil dan melahirkan multiplier effect pengembangan ekonomi masyarakat. Bahkan, koperasi dan UKM merupakan bentuk usaha yang paling kuat dan telah terbukti mampu sebagai penopang perekonomian nasional dari efek krisis global seperti yang terjadi pada tahun 2008.9

Kritik diatas buka berarti menafikan keungulan program-program lain yang telah ditetapkan oleh pemerintah seperti arah ketahanan pangan yang dijabarkan secara konprehensif dan industrial cluster yang juga terus dikembangkan sebagai pembangunan kewilayahann dan antar wilayah. Hanya saja, RPJMN 2015 – 2019 belum menyentuh beberapa hal yang sudah seharusnya dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai visi indonesia 2025 mengingat waktu yang terus berjalan.

Prospek Capaian Pada tahun 2025

Untuk dapat melihat prospek capaian masing-masing sektor strategis pada tahun 2025, tentunya kita perlu melihat seberapa jauh capaian masing-masing sektor tersebut pada kondisi saat ini dengan melihat beberapa kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Dengan mengacu pada kondisi saat ini dan target yang telah ditetapkan oleh pemerintah, sektor unggulan yang paling mungkin dan memang sudah memenuhi target yang ditetapkan adalah sektor pariwisata. Pada bulan Desember tahun 2015, jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke Indonesia bahkan telah melampaui target. Angka proyeksi wisman yang ditetapkan oleh kementerian pariwisata sampai dengan akhir 2015 sebesar kurang lebih 10.000 wisman. Namun kenyataan pada akhir tahun 2015, jumlah wisman yang berkunjung ke Indonesia adalah sebesar 10.406.759 wisman, atau naik sebesar 7,2% dari tahun sebelumnya.10 Kenaikan

9

ILO. 2009. Implikasi Krisis Ekonomi Global terhadap Lapangan Kerja di Indonesia.

10

(11)

11 jumlah wisman tersebut bahkan jauh mengungguli negara competitor wisata di ASEAN seperti Malaysia yang hanya mencapai pertumbuhan wisman 2015 sebesar 4% dan Singapura sebesar 0%. Jumlah tersebut telah menyumbang kurang lebih Rp 163 Triliun kepada devisa negara. Melihat kenyataan yang demikianlah penulis melihat bahwa sektor ini dapat lebih mudah tercapai pada tahun 2025.

Ketika sektor pariwisata dapat sukses menjadi sektor unggulan bagi Indonesia, maka belum tentu demikian dengan sektor lainnya. Pada sektor ketahanan pangan misalnya, ketahanan pangan akan terjadi ketika orang memiliki akses fisik dan ekonomi yang cukup, aman, dan makanan yang bergizi untuk memenuhi kebutuhan makanan mereka dan preferensi makanan untuk aktif dan hidup sehat.11 Konsekuensinya, berbagai kebijakan pangan untuk menjamin pasokan, diversifikasi, keamanan, kelembagaan dan organisasi pangan untuk meningkatkan kemandirian pangan dan mengantarkan pada keswadayaan sangat diperlukan. Pemenuhan kebutuhan pangan dengan kemandirian pangan ini sangat diperlukan oleh suatu negara agar negara tidak bergantung pada negara lain, yang mana ketika suatu negara untuk memenuhi kebutuhan dasar warganegaranya saja bergantung pada negara lain, maka hal ini akan menimbulkan konsekuensi politik tertentu.12 Oleh karena itu, pengembangan Pengembangan sektor pangan diera modern ini tidaklah cukup dengan hanya mengandalkan mekanisme tradisional perlu juga diimbangi dengan kemajuan teknologi pangan dan pertanian agar dapat meningkatkan produksi pertanian. Pengembangan teknologi ini penting untuk dilakukan mengingat kondisi alam Indonesia yang tidak menentu yang dapat berpengaruh pada produksi pertanian. Sayangnya, pengembangan teknologi semacam ini masih sangat minim di Inodonesia.

11

Socha, Teresa. (2012). Food Security in a Northern First Nations Community : An Exploratory Study on Food Availability and Accessibility. Journal of Aboriginal Health. Vol 2 (5)

12

(12)

12 Bahkan dalam arah kebijakan ketahanan pangan sendiri, kementerian riset tidak dilibatkan. Selain itu, ketahanan pangan juga bukan berarti hanya besar dari kuantitas produksi, melainkan memerlukan kondisi pasar yang ramah agar produk pertanian lokal dapat berkembang. Hal ini yang belum terlihat semangatnya di Indonesia untuk mengembangkan produk pertanian lokal. Produk pertanian lokal saat ini masih kalah dengan produk pertanian import seperti dari Thailand dan Vietnam (khususnya untuk beras). Kekurangan-kekurangan ini yang dapat menjadi penghambat tercapainya ketahanan pangan Indonesia pada tahun 2025. Apalagi jika melihat fakta bahwa pada tahun 2016, Indonesia masih mengimpor beras dari Thailand dan Vietnam sebesar 1.5 juta ton.13

Pada sektor maritime, upaya untuk mewujudkan Indonesia sebagai negara maritime yang kuat nampaknya justru dilanggar oleh pemerintah sendiri. Hal ini dapat dilihat dengan kenyataan bahwa belum terdapat perbaikan transportasi air yang baik. Pengembangan transportasi justru masih di arahkan untuk pembangunan jalan dan jembatan, kereta cepat, serta jembatan penghubung antarpulau yang seharusnya jembatan ini dapat digantikan oleh transportasi air. Disamping itu, melihat produksi ikan sendiri, memang produksi ikan Indonesia meningkat belakangan. Sayangnya hal ini belum diimbangi dengan peningkatan kesejahteraan nelayannya. Padahal jika suatu negara berkomitmen untuk menjadi negara maritime, maka kehidupan nelayan dan pelaut juga harus diproyeksikan menjadi lebih baik.

Sementara itu, terkait dengan sektor konektivitas, pengembangan industri ini memang mungkin untuk tercapai, namun hanya terkonsentrasi di pulau jawa. Hal ini dapat dilihat dari pesatnya pembangunan sarana transportasi modern di Pulau Jawa, seperti Kereta Cepat, MRT, dan sebagainya. Pembangunan ini seolah melupakan tujuan utama dari pembangunan

13

(13)

13 konektivitas adalah pemerataan konektivitas di seluruh Indonesia. Pun demikian dengan potensi pengembangan pesawat terbang nasional yang dapat membantu keterjangkauan antar daerah terutama di daerah-daerah dengan kontur yang tidak memungkinkan untuk dibangun sarana lalu lintas darat dan laut yang belum di kembangkan.14

Pada sektor energi dan kelistrikan pun sangat sulit untuk dapat mencapa target pada 2025. Indonesia terlebih bagian timur dan di pedalaman berpotensi besar akan tetap mengalami krisis kelistrikan seperti saat ini. Banyak hal yang mendukung hipotesa tersebut, proyek pemerintah yang mewujudkan pembangkit listrik 35.000 MW masih jauh dari harapan. Per bulan November, realisasi pembangunan proyek listrik 35.000 MW baru mencapai 36 persen dari target akumulatif tahun 2016. Sedangkan realisasi pembangkit Commercial Operation Date (COD) Fast Track Program (FTP) 1 dan FTP 2, serta regular yang merupakan bagian program 7.000 MW mencapai 83 persen dari target akumulatif sampai 2016 atau 53 persen dari target keseluruhan.15 Hal tersebut belum termasuk 34 proyek pembangkit listrik yang sampai saat ini masih mangkrak.16

Alternatif Industri yang Memungkinkan Menjadi Sektor Unggulan

Penulis juga melihat bahwa sebetulnya terdapat beberapa sektor-sektor lain yang ketika sektor tersebut dikembangkan dengan baik maka sektor ini dapat memberikan kemanfaatan bagi sektor lainnya dan tentunya bagi bangsa Indonesia. Sektor yang potensial untuk menjadi sektor unggulan pemerintah lainnya adalah sektor dirgantara. Memang benar, dewasa ini sektor unggulan masa Orde Baru ini menjadi redup pasca Indonesia menjadi salah satu negara yang terkena dampak langsung dari krisis ekonomi Asia 1997. Namun, melihat geliat pengembangan

14 Harian Jurnal Asia 24 Agustus 2014. ILHAM HABIBIE | Kemampuan Kita untuk Buat Pesawat Sudah Lengkap

15

http://finance.detik.com/energi/d-3336343/jokowi-sebut-realisasi-proyek-35000-mw-masih-minim-ini-respons-pln

16

(14)

14 ilmu kedirgantaraan di Indonesia saat ini tidak menutup kemungkinan bahwa industri ini dapat menjad sektor unggulan Indonesia. Sayangnya, hingga saat ini potensi dari Industri ini belum dapat dikembangkan lebih jauh karena perhatian dari pemerintah pun belum sepenuhnya tertuju pada potensi ini. Padahal pemutakhiran teknologi yang dapat dilihat dari produksi pesawat N-219, N-241, dan R-80 hingga saat ini memungkinkan akan memberikan efek domino bagi kemajuan bangsa. Dampak positif lain yang sangat mungkin dihasilkan dari industri ini adalah perputaran capital dari industri ini dapat menjadi lebih cepat karena industri ini memiliki keterkaitan ke depan dan ke belakang, termasuk pengembangan industri manufaktur sebagai pendukung industri ini yang berarti juga memungkinkan terbukanya lapangan pekerjaan bagi penduduk Indonesia. Selain itu ketika industri ini dapat dikembangkan dengan baik, hal ini juga dapat memberikan deterrance effect bagi negara-negara lain dalam memandang eksistensi Indonesia.

(15)

15

KESIMPULAN

Sektor-sektor unggulan yang telah ditetapkan Pemerintah melalui RPJMN 2015 - 2019 tidak semuanya sejalan dengan target pencapaian visi Indonesia 2025 yang telah ditetapkan di RPJPN 2005 – 2025. Padahal, seharusnya RPJMN mengacu pada RPJPN. Visi indonesia 2025 menjadi negara yang mandiri, maju, adil, dan makmur masih jauh dari kata tercapai apabila melihat perencanaan pembangunan yang ada saat ini. Hal ini juga menegaskan hipotesa bahwa pergantian rezim politik di Indonesia juga berarti berganti arah pembangunan nasional. Hal tersebut tidak lah tepat karena pembangunan jangka panjang membutuhkan konsistensi dan keberlanjutan antar waktu.

Sektor pariwisata berpotensi untuk terus berkembang dengan baik dan mencapai target pembangunan 2025 dilihat dari upaya yang dilakukan pemerintah saat ini dan perkembannya yang semakin positif. Namun, untuk sektor-sektor lain masih jauh dari target ketercapaian pada 2025 dinilai dari kondisi saat ini dan juga keseriusan pemerintah, seperti ketahanan pangan dan kelistrikan yang belum terlihat adanya perkembangan yang cukup signifikan. Pemeritah juga masih belum concern terhadap industri-industri yang memprduksi nilai tambah atas bahan-bahan mentah yang dimiliki oleh Indonesia, meskipun hal tersebut telah diamanahkan dalam RPJPN. Pengembangan teknologi juga masih menjadi PR bagi pemerintah, padahal dengan teknologi, kemajuan industri dapat dicapai.

(16)

16 masyarakat indonesia serta mempunyai multiplier economy effect yang cukup besar yag langsung dapat dirasakan masyarakat.

Referensi

Buku/Laporan Resmi

Bappenas. 2014. Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2014-2019. Materi disampaikan dalam Musrembang Regional di Palu tahun 2014.

Dewan Ketahanan Pangan. 2015. Peta Ketahanan dan Kerawanan Pangan Indonesia 2015: Versi Rangkuman. Jakarta: Dewan Ketahanan Pangan.

ILO. 2009. Implikasi Krisis Ekonomi Global terhadap Lapangan Kerja di Indonesia.

Jurnal

Purwaningsih, Yunastiti. (2008). Ketahanan pangan: Situasi, Permasalahan, Kebijakan dan Pemberdayaan Masyarakat. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Vol 9 Nomor 1 Juni

Syaifullah, Yunan. 2013. Ketahanan Pangan dan Pola Distribusi di Provinsi Jawa Timur. Journal of Economic and Policy 6(2) 2013. Semarang:UNNES

Socha, Teresa. (2012). Food Security in a Northern First Nations Community : An Exploratory Study on Food Availability and Accessibility. Journal of Aboriginal Health. Vol 2 (5)

Sumber Lain

Harian Jurnal Asia 24 Agustus 2014. ILHAM HABIBIE | Kemampuan Kita untuk Buat Pesawat Sudah Lengkap

https://finance.detik.com/energi/3344168/ada-34-proyek-pembangkit-mangkrak-pln-bukan-bagian-dari-35000-mw

http://finance.detik.com/energi/d-3336343/jokowi-sebut-realisasi-proyek-35000-mw-masih-minim-ini-respons-pln

http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/16/01/14/o0xubu219-bulog-akan-impor-lagi-700-ribu-ton-beras-dari-vietnam-dan-thailand

Referensi

Dokumen terkait

Dalam modul ini anda akan mempelajari unsur-unsur matriks, ordo dan jenis matriks, kesamaan matriks, operasi penjumlahan dan pengurangan matriks, determinan

lebih luas agar semakin banyak alternatif yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan penjumlahan bilangan dalam mata pelajaran matematika pada anak tunagrahita

Jumlah bus sebanyak 60 unit yang disediakan Pemprov Jatim itu dianggap sudah cukup untuk melayani pemudik yang baru saja turun dari sebuah kapal.. Sementara untuk melayani

Yang dimaksud dengan tingkat kebugaran jasmani dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa peserta ekstrakurikuler bola voli untuk melakukan aktivitas sehari-hari

Meskipun semua komponen peralatan listrik selalu diisolasi dengan isolasi padat, cair (minyak), udara, gas, dan sebagainya. Namun karena usia pemakaian, keausan,

Hal ini disebabkan karena jumlah butiran lemak dalam susu kambing memiliki diameter yang lebih kecil dan homogen dibandingkan dengan susu sapi, sehingga selama proses

Sastra adalah sebuah karya yang merupakan hasil kerja kreatif dan ekspresif dari penciptanya.Sastra merupakan ungkapan perasaan maupun hasil daya imajinasi dari

Pengembang properti Indonesia, seperti BKSL, yang mempunyai persediaan lahan 14.666 hektare dan BSDE 3.966 hektare, memiliki persediaan tanah yang lebih besar