commit to user
ANALISIS POTENSI PEMBANGUNAN EKONOMI
(STUDI KASUS TINGKAT KECAMATAN DI KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2005-2010)
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh:
IMAM SANTOSA F0108074
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
commit to user
commit to user
iv
MOTTO
“Demi masa, sesungguhnya manusia berada dalam
kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk
kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran”
(Q.S. Al-‘Asr : 1-3)
“Sesungguhnya Alloh SWT tidak akan mengubah
keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah
keadaan diri mereka sendiri”
(Q.S. Ar-Ra’d : 11)
“Restu Orang Tua Adalah Ridho Alloh SWT”
(Penulis)
“Jangan Membuang Waktumu Untuk Mereka Yang Tidak
Ingin Membuang Waktunya Untukmu”
(Penulis)
“Berpikir itu gampang, Bertindak itu sulit, dan Melaksanakan satu
pikiran dalam tindakan adalah hal yang paling sulit di dunia”
commit to user
v
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan Kepada:
Alloh SWT
Bapak dan Ibuku Tersayang
Kakak-kakaku Tercinta
(Alm) Adikku Terkasih
Teman-teman EP ‘08
Terik Tempe Community
IVARO F.C
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul: “ANALISIS POTENSI PEMBANGUNAN EKONOMI
(Studi Kasus Tingkat Kecamatan di Kabupaten Sragen Tahun 2005-2010)”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana pada Fakultas Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari hambatan dan rintangan,
namun beban itu kian terasa ringan ketika terulur tangan penuh keikhlasan dan
ketulusan yang memberikan bantuan kepada penulis. Oleh karena itu, penulis
ingin mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada:
1. Dr. Wisnu Untoro, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
2. Drs. Supriyono, M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Izza Mafruhah, SE, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Drs. Mulyanto, ME selaku pembimbing skripsi, yang sudah meluangkan
waktu, tenaga, pikiran, dan dengan sabar memberikan saran-saran yang
membangun sehingga skripsi ini bisa terselesaikan.
commit to user
vii
6. Bapak dan Ibu Dosen dan Karyawan Fakultas Ekonomi Universitas sebelas
Maret Surakarta.
7. Bapak dan Ibu pegawai Badan Pusat Statistik Kabupaten Sragen yang sudah
mempermudah saya dalam mencari data.
8. Bapak, Ibu, dan Kakak-kakakku yang sudah memotivasi, memberikan
dorongan dan wejangannya. Dan terimakasih atas do’anya. (Alm) Khotimah
Nurul Hidayati yang selalu menjadi inspirasi saya.
Semoga kebaikan dan ketulusan hati mendapatkan balasan dari Alloh SWT.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih banyak kekurangannya, oleh karena
itu kritik serta saran pembaca sangat penulis harapkan, akhirnya penulis berharap
semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Surakarta, Juni 2012
commit to user
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xviii
ABSTRAK ... xix
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... . 9
C.Tujuan Penelitian ... . 9
D.Manfaat Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Tinjauan Teori ... 10
1. Pembangunan Daerah ... 10
2. Perencanaan Pembangunan Daerah ... 11
3. Indikator Pembangunan Daerah ... 12
a. Indikator Ekonomi ... 12
b. Indikator Non Ekonomi ... 13
commit to user
ix
5. Perencanaan Pembangunan Ekonomi ... 20
6. Pertumbuhan Ekonomi ... 23
7. Peran Pemerintah dalam Pembangunan ... 27
8. PDRB ... 29
B.Kajian Terdahulu ... 31
C.Kerangka Pemikiran ... 33
D.Hipotesis ... 34
BAB III METODE PENELITIAN A.Ruang Lingkup Penelitian ... 35
B. Jenis dan Sumber Data ... 35
C.Definisi Operasional Variabel ... 35
D.Metode Analisis ... 37
1. Sektor Basis ... 37
2. Perubahan Struktur Ekonomi ... 38
3. Status Perekonomian ... 41
BAB IV DESKRIPSI WILAYAH DAN HASIL ANALISIS A.Gambaran Umum Kabupaten Sragen ... 44
1. Keadaan Geografis ... 44
a. Letak Geografis ... 44
b. Keadaan Iklim ... 45
c. Luas Penggunaan Lahan ... 45
2. Wilayah Administratif ... 46
3. Penduduk dan Tenaga Kerja ... 47
commit to user
x
b. Tenaga Kerja ... 48
4. PDRB Kabupaten Sragen ... 50
B. Hasil Analisis dan Pembahasan ... 51
1. Sektor Basis ... 52
a. Kecamatan Kalijambe ... 52
b. Kecamatan Plupuh ... 53
c. Kecamatan Masaran ... 54
d. Kecamatan Kedawung ... 56
e. Kecamatan Sambirejo ... 57
f. Kecamatan Gondang ... 59
g. Kecamatan Sambungmacan ... 60
h. Kecamatan Ngrampal ... 61
i. Kecamatan Karangmalang ... 63
j. Kecamatan Sragen ... 64
k. Kecamatan Sidoharjo ... 65
l. Kecamatan Tanon ... 67
m.Kecamatan Gemolong ... 68
n. Kecamatan Miri ... 69
o. Kecamatan Sumberlawang ... 71
p. Kecamatan Mondokan ... 72
q. Kecamatan Sukodono ... 73
r. Kecamatan Gesi ... 75
s. Kecamatan Tangen ... 76
commit to user
xi
2. Perubahan Struktur Ekonomi ... 80
a. Kecamatan Kalijambe ... 80
b. Kecamatan Plupuh ... 82
c. Kecamatan Masaran ... 84
d. Kecamatan Kedawung ... 86
e. Kecamatan Sambirejo ... 87
f. Kecamatan Gondang ... 89
g. Kecamatan Sambungmacan ... 91
h. Kecamatan Ngrampal ... 93
i. Kecamatan Karangmalang ... 94
j. Kecamatan Sragen ... 96
k. Kecamatan Sidoharjo ... 98
l. Kecamatan Tanon ... 99
m.Kecamatan Gemolong ... 101
n. Kecamatan Miri ... 103
o. Kecamatan Sumberlawang ... 105
p. Kecamatan Mondokan ... 106
q. Kecamatan Sukodono ... 108
r. Kecamatan Gesi ... 110
s. Kecamatan Tangen ... 112
t. Kecamatan Jenar ... 113
3. Status Perekonomian ... 117
a. Kecamatan Kalijambe ... 118
commit to user
xii
c. Kecamatan Masaran ... 120
d. Kecamatan Kedawung ... 121
e. Kecamatan Sambirejo ... 122
f. Kecamatan Gondang ... 122
g. Kecamatan Sambungmacan ... 123
h. Kecamatan Ngrampal ... 125
i. Kecamatan Karangmalang ... 126
j. Kecamatan Sragen ... 127
k. Kecamatan Sidoharjo ... 127
l. Kecamatan Tanon ... 128
m.Kecamatan Gemolong ... 129
n. Kecamatan Miri ... 130
o. Kecamatan Sumberlawang ... 131
p. Kecamatan Mondokan ... 132
q. Kecamatan Sukodono ... 133
r. Kecamatan Gesi ... 134
s. Kecamatan Tangen ... 135
t. Kecamatan Jenar ... 136
BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ... 140
B. Saran ... 141
DAFTAR PUSTAKA
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Pertumbuhan Ekonomi Soloraya Tahun 2005-2010 (dalam per sen) ... 3 1.2 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Besarnya Kontribusi
Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Sragen Tahun2005- 2010 (dalam Jutaan Rupiah dan Persen) ... 4 1.3 PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 dan Daya Tumbuhnya
Berdasar Lapangan Usaha di Kabupaten Sragen Tahun 2006- 2010 (dalam Jutaan Rupiah dan Persen) ... 5
1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Daya Tumbuh PDRB Atas Dasar Harga Konstan Menurut Kecamatan di
Kabupaten Sragen Tahun 2005-2010 (dalam Persen) ... 7 4.1 Luas Lahan Sawah dan Tanah Kering Dirinci Per Kecamatan
di Kabupaten Sragen Tahun 2010 ... 45 4.2 Banyaknya Desa/Kelurahan, Rukun Warga dan Rukun
Tetangga Tiap Kecamatan di Kabupaten Sragen Tahun 2010 .. 46 4.3 Jumlah Tempat Ibadah Dirinci Per Kecamatan di Kabupaten
Sragen Tahun 2010 ... 47 4.4 Kepadatan Penduduk Tiap Kecamatan di Kabupaten Sragen
Akhir Tahun 2010 ... 48 4.5 Mata Pencaharian Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas di
Kabupaten Sragen Tahun 2006-2010 ... 49 4.6 Banyaknya Angkatan Kerja 15 Tahun Ke Atas Per Kecamatan
di Kabupaten Sragen Tahun 2010 ... 50 4.7 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Sragen Tahun
2000-2010 ... 51 4.8 Hasil Analisis Location Quotien Kecamatan Kalijambe Atas
commit to user
xiv
4.9 Hasil Analisis Location Quotien Kecamatan Plupuh Atas
Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2005-2010 ... 54 4.10 Hasil Analisis Location Quotien Kecamatan Masaran Atas
Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2005-2010 ... 55 4.11 Hasil Analisis Location Quotien Kecamatan Kedawung Atas
Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2005-2010 ... 56 4.12 Hasil Analisis Location Quotien Kecamatan Sambirejo Atas
Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2005-2010 ... 58 4.13 Hasil Analisis Location Quotien Kecamatan Gondang Atas
Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2005-2010 ... 59 4.14 Hasil Analisis Location Quotien Kecamatan Sambungmacan
Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2005-2010 ... 60 4.15 Hasil Analisis Location Quotien Kecamatan Ngrampal Atas
Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2005-2010 ... 62 4.16 Hasil Analisis Location Quotien Kecamatan Karangmalang
Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2005-2010 ... 63 4.17 Hasil Analisis Location Quotien Kecamatan Sragen Atas
Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2005-2010 ... 64 4.18 Hasil Analisis Location Quotien Kecamatan Sidoharjo Atas
Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2005-2010 ... 66 4.19 Hasil Analisis Location Quotien Kecamatan Tanon Atas
Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2005-2010 ... 67 4.20 Hasil Analisis Location Quotien Kecamatan Gemolong Atas
Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2005-2010 ... 68 4.21 Hasil Analisis Location Quotien Kecamatan Miri Atas Dasar
Harga Konstan 2000 Tahun 2005-2010 ... 70 4.22 Hasil Analisis Location Quotien Kecamatan Sumberlawang
Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2005-2010 ... 71 4.23 Hasil Analisis Location Quotien Kecamatan Mondokan Atas
Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2005-2010 ... 72 4.24 Hasil Analisis Location Quotien Kecamatan Sukodono Atas
commit to user
xv
4.25 Hasil Analisis Location Quotien Kecamatan Gesi Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2005-2010 ... 75 4.26 Hasil Analisis Location Quotien Kecamatan Tangen Atas
Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2005-2010 ... 76 4.27 Hasil Analisis Location Quotien Kecamatan Jenar Atas
Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2005-2010 ... 78 4.28 Hasil Ringkasan Location Quotient 20 Kecamatan di
Kabupaten Sragen Tahun 2005-2010 ... 79 4.29 Hasil Analisis Shift Share Kecamatan Kalijambe Atas Dasar
Harga Konstan 2000 Tahun 2005-2010 ... 81 4.30 Hasil Analisis Shift Share Kecamatan Plupuh Atas Dasar
Harga Konstan 2000 Tahun 2005-2010 ... 82 4.31 Hasil Analisis Shift Share Kecamatan Masaran Atas Dasar
Harga Konstan 2000 Tahun 2005-2010 ... 84 4.32 Hasil Analisis Shift Share Kecamatan Kedawung Atas Dasar
Harga Konstan 2000 Tahun 2005-2010 ... 86 4.33 Hasil Analisis Shift Share Kecamatan Sambirejo Atas Dasar
Harga Konstan 2000 Tahun 2005-2010 ... 88 4.34 Hasil Analisis Shift Share Kecamatan Gondang Atas Dasar
Harga Konstan 2000 Tahun 2005-2010 ... 89 4.35 Hasil Analisis Shift Share Kecamatan Sambungmacan Atas
Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2005-2010 ... 91 4.36 Hasil Analisis Shift Share Kecamatan Ngrampal Atas Dasar
Harga Konstan 2000 Tahun 2005-2010 ... 93 4.37 Hasil Analisis Shift Share Kecamatan Karangmalang Atas
Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2005-2010 ... 95 4.38 Hasil Analisis Shift Share Kecamatan Sragen Atas Dasar
Harga Konstan 2000 Tahun 2005-2010 ... 96 4.39 Hasil Analisis Shift Share Kecamatan Sidoharjo Atas Dasar
Harga Konstan 2000 Tahun 2005-2010 ... 98 4.40 Hasil Analisis Shift Share Kecamatan Tanon Atas Dasar
commit to user
xvi
4.41 Hasil Analisis Shift Share Kecamatan Gemolong Atas Dasar
Harga Konstan 2000 Tahun 2005-2010 ... 102 4.42 Hasil Analisis Shift Share Kecamatan Miri Atas Dasar Harga
Konstan 2000 Tahun 2005-2010 ... 103 4.43 Hasil Analisis Shift Share Kecamatan Sumberlawang Atas
Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2005-2010 ... 105 4.44 Hasil Analisis Shift Share Kecamatan Mondokan Atas Dasar
Harga Konstan 2000 Tahun 2005-2010 ... 107 4.45 Hasil Analisis Shift Share Kecamatan Sukodono Atas Dasar
Harga Konstan 2000 Tahun 2005-2010 ... 109 4.46 Hasil Analisis Shift Share Kecamatan Gesi Atas Dasar Harga
Konstan 2000 Tahun 2005-2010 ... 110 4.47 Hasil Analisis Shift Share Kecamatan Tangen Atas Dasar
Harga Konstan 2000 Tahun 2005-2010 ... 112 4.48 Hasil Analisis Shift Share Kecamatan Jenar Atas Dasar Harga
Konstan 2000 Tahun 2005-2010 ... 114 4.49 Hasil Ringkasan Analisis Shift Share 20 Kecamatan di
Kabupaten Sragen Tahun 2005-2010 ... 116 4.50 Hasil Analisis Klassen Typologi Kecamatan Kalijambe Atas
Dasar Harga Konstan 2000 ... 118 4.51 Hasil Analisis Klassen Typologi Kecamatan Plupuh Atas
Dasar Harga Konstan 2000 ... 119 4.52 Hasil Analisis Klassen Typologi Kecamatan Masaran Atas
Dasar Harga Konstan 2000 ... 120 4.53 Hasil Analisis Klassen Typologi Kecamatan Kedawung Atas
Dasar Harga Konstan 2000 ... 121 4.54 Hasil Analisis Klassen Typologi Kecamatan Sambirejo Atas
Dasar Harga Konstan 2000 ... 122 4.55 Hasil Analisis Klassen Typologi Kecamatan Gondang Atas
Dasar Harga Konstan 2000 ... 123 4.56 Hasil Analisis Klassen Typologi Kecamatan Sambungmacan
commit to user
xvii
4.57 Hasil Analisis Klassen Typologi Kecamatan Ngrampal Atas
Dasar Harga Konstan 2000 ... 125 4.58 Hasil Analisis Klassen Typologi Kecamatan Karangmalang
Atas Dasar Harga Konstan 2000 ... 126 4.59 Hasil Analisis Klassen Typologi Kecamatan Sragen Atas
Dasar Harga Konstan 2000 ... 127 4.60 Hasil Analisis Klassen Typologi Kecamatan Sidoharjo Atas
Dasar Harga Konstan 2000 ... 128 4.61 Hasil Analisis Klassen Typologi Kecamatan Tanon Atas
Dasar Harga Konstan 2000 ... 129 4.62 Hasil Analisis Klassen Typologi Kecamatan Gemolong Atas
Dasar Harga Konstan 2000 ... 130 4.63 Hasil Analisis Klassen Typologi Kecamatan Miri Atas Dasar
Harga Konstan 2000 ... 131 4.64 Hasil Analisis Klassen Typologi Kecamatan Sumberlawang
Atas Dasar Harga Konstan 2000 ... 132 4.65 Hasil Analisis Klassen Typologi Kecamatan Mondokan Atas
Dasar Harga Konstan 2000 ... 133 4.66 Hasil Analisis Klassen Typologi Kecamatan Sukodono Atas
Dasar Harga Konstan 2000 ... 134 4.67 Hasil Analisis Klassen Typologi Kecamatan Gesi Atas Dasar
Harga Konstan 2000 ... 135 4.68 Hasil Analisis Klassen Typologi Kecamatan Tangen Atas
Dasar Harga Konstan 2000 ... 136 4.69 Hasil Analisis Klassen Typologi Kecamatan Jenar Atas
Dasar Harga Konstan 2000 ... 137 4.70 Hasil Ringkasan Analisis Klassen Typologi 20 Kecamatan
commit to user
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
commit to user
xix
ABSTRAK
ANALISIS POTENSI PEMBANGUNAN EKONOMI
(Studi Kasus Tingkat Kecamatan di Kabupaten Sragen Tahun 2005-2010)
Imam Santosa F0108074
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pembangunan ekonomi tingkat kecamatan di Kabupaten Sragen tahun 2005-2010 dengan melihat sektor yang menjadi sektor basis, terjadi tidaknya perubahan atau perkembangan struktur ekonomi, dan status perekonomian tingkat kecamatan di Kabupaten Sragen.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan analisis dengan menggunakan data sekunder Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 20 kecamatan di Kabupaten Sragen, baik atas dasar harga konstan 2000 maupun atas dasar harga berlaku yang terdiri dari 9 (sembilan) sektor. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis Sektor Basis dengan Location Quotient, analisis perubahan dan pergeseran struktur ekonomi dengan Shift Share, dan analisis status perekonomian dengan Klassen Typologi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sektor yang mendominasi sektor basis merupakan Sektor Bangunan (14 kecamatan) dan Sektor Pertanian (13 kecamatan). Pada kurun waktu tersebut terjadi perubahan struktur ekonomi yang di pengaruhi oleh pertumbuhan PDRB Kabupaten Sragen dan Keunggulan Kompetitif, Bauran Industri justru bernilai negatif. Status perekonomian di Kabupaten Sragen secara keseluruhan masih termasuk dalam klasifikasi daerah relatif tertinggal.
Dari hasil analisis tersebut dapat diajukan beberapa saran untuk pembangunan ekonomi lebih lanjut yaitu pemerintah daerah diharapkan mempertahankan sektor sudah unggul dan memperbaiki sektor yang belum menjadi unggulan, pemerintah sebaiknya menarik investor dari luar untuk memperbaiki perekonomian di kecamatan-kecamatan yang masih relatif tertinggal.
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pembangunan daerah adalah konsekuensi dan komitmen bersama
masyarakat daerah mengenai pencapaian visi dan misi suatu negara.
Pembangunan daerah diselenggarakan oleh masyarakat dan pemerintah,
masyarakat sebagai pelaku utama dalam pembangunan dan pemerintah sebagai
regulator sekaligus sebagai pengawas terhadap berjalannya pembangunan
daerah. Pada hakekatnya pembangunan daerah bertujuan untuk mewujudkan
masyarakat yang maju, adil, dan makmur. Sesuai dengan visi pembangunan
nasional tahun 2005-2025 sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional Tahun 2005-2025 adalah “Indonesia yang Maju, Mandiri, Adil dan
Makmur”. Sementara itu, dalam Perda Nomor 3 Tahun 2008 tentang visi
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun
2008-2013 adalah “Bali nDeso Mbangun Deso”, dan Perda Nomor 13 Tahun 2011
tentang visi Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sragen Tahun
2011-2016 adalah “Berjuang untuk Sragen yang Jujur, Adil, dan Makmur”.
Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana
pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya
yang ada dan membentuk pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan
sektor swasta untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan merangsang
commit to user
terebut (Arsyad, 1999).
Pembangunan ekonomi merupakan upaya yang penting bagi suatu daerah
untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berdampak pada
meningkatnya kesejahteraan masyarakat, hal ini terkait dalam mendukung
pelaksanaan pembangunan nasional. Pertumbuhan ekonomi merupakan hasil
yang didapat pada saat pembangunan nasional berjalan dengan lancar.
Pembangunan ekonomi juga merupakan upaya yang penting bagi suatu daerah
untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berdampak pada
meningkatnya kesejahteraan masyarakat, hal ini terkait dalam mendukung
pelaksanaan pembangunan nasional.
Penerapan otonomi daerah ditandai dengan keluarnya UU No. 22 Tahun
1999 yang telah direvisi menjadi UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah. Pembangunan daerah pada era otonomi daerah menitik baratkan pada
kemandirian daerah untuk menggali dan mengelola potensi-potensi yang ada di
daerahnya dan kewenangan untuk melaksanakan progam-progam
pembangunan daerahnya semakin luas. Dimulainya otonomi daerah, otoritas
untuk menjadikan daerahnya unggul pada sektor tertentu serta
mengembangkan karakteristik daerahnya akan semakin bebas, karena daerah
dituntut untuk memajukan rumah tangganya sendiri sehingga otonomi daerah
juga tidak hanya pelimpahan kewenangan saja kepada daerah, melainkan
pengaruh positif yang didapatkan setelah kewenangan tersebut dilimpahkan
kepada daerahnya masing-masing.
Salah satu indikator keberhasilan ekonomi suatu negara dapat dilihat dari
commit to user
daerah berfokus pada produk atau pendapatan daerah yang sering disebut
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas dasar harga berlaku
maupun atas dasar harga konstan.
Penyajian data PDRB berbagai daerah dengan series waktu dapat melihat
posisi dan kondisi perekonomian suatu daerah, baik pada satu waktu tertentu
maupun perkembangan dalam periode waktu tertentu, serta dapat
membandingkan posisi dan kondisi satu daerah dengan daerah lainnya baik
pada satu waktu tertentu maupun dari waktu ke waktu (Purwanto, 2010).
Kabupaten Sragen merupakan bagian dari 35 kabupaten dan kota (29
Kabupaten dan 6 kota) di Jawa Tengah yang menyumbang kontribusi sebesar
1,56% dari total PDRB seluruh kabupaten dan kota pada tahun 2008.
Kabupaten Sragen adalah daerah yang mempunyai pertumbuhan ekonomi
paling tinggi dibandingkan wilayah lainnya se-Soloraya. Hal ini dapat
dibuktikan pada tabel 1.1 pertumbuhan ekonomi di bawah ini:
Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Soloraya Tahun 2005-2010 (dalam Persen)
commit to user
Dari tabel 1.1 di atas dapat dilihat bahwa setiap tahunnya pertumbuhan
ekonomi di Kabupaten Sragen terus mangalami kenaikan, hanya pada tahun
2008 sempat mengalami penurunan sebesar 0,04%. Daya tumbuh dari tahun
2005 sebesar 5,16% menjadi 6,09% pada tahun 2010. Hal ini menunjukkan
kegiatan perekonomian di Kabupaten Sragen setiap tahunnya mengalami
perubahan yang lebih baik. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sragen jika
dibandingkan dengan kawasan se-Soloraya menunjukkan paling tinggi.
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan PDRB Atas Dasar Harga Konstan
2000 menurut lapangan usaha di Kabupaten Sragen Tahun 2005-2010 terus
mengalami peningkatan. Total dari 9 (sembilan) sektor setiap tahunnya
mengalami perubahan positif.
Tabel 1.2 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Besarnya Kontribusi Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Sragen Tahun 2005-2010 (dalam Jutaan Rupiah dan Persen)
Sumber: BPS Kabupaten Sragen Tahun 2005, 2008, 2010 (diolah)
Dari PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2005 sampai 2010 dari 9
commit to user
dari total PDRB Kabupaten Sragen pada tahun 2005 sebesar 35,5%, pada tahun
2008 sebesar 35,1% dan 35,4% pada tahun 2010. Sektor Industri berada di
posisi kedua sebesar 18,5% pada tahun 2005, pada tahun 2008 sebesar 18,1%
dan 17,8% pada tahun 2010. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran pada
tahun 2005 sebesar 17,6%, pada tahun 2008 sebesar 17,7%, dan 17,6% pada
tahun 2010. Sektor Jasa-jasa pada tahun 2005 sebesar 13,4%, pada tahun 2008
sebesar 14,1%, dan 14,4% pada tahun 2008.
Tabel 1.3 PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 dan Daya Tumbuhnya Berdasar Lapangan Usaha di Kabupaten Sragen Tahun 2006-2010 (dalam Jutaan Rupiah dan Persen)
Sumber: BPS Kabupaten Sragen Tahun 2006, 2008, 2010 (diolah)
Sektor Pertanian, Sektor Industri, dan Sektor Perdagangan, Hotel dan
Restoran memberikan kontribusi yang paling tinggi di bandingkan
sektor-lainnya, dan dari tahun tahun 2006 sampai 2010 untuk daya tumbuh dari total
PDRB selalu mengalami kenaikan dari 5,18% pada tahun 2006 menjadi 5,69%
pada tahun 2008, dan menjadi 6,09% pada tahun 2010. Sektor Listrik, Gas, dan
commit to user
13,27%, akan tetapi mengalami penurunan daya tumbuh pada tahun 2010
menjadi 5,55%. Sektor Pertanian, Sektor Industri, Sektor Perdagangan, Hotel
dan Restoran, dan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi dari tahun 2006,
2008, dan 2010 selalu mengalami peningkatan daya tumbuh. Daya tumbuh
Sektor Pertanian 3,01% pada tahun 2006, 3,46% pada tahun 2008, dan 4,43%
pada tahun 2010. Daya tumbuh Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran
5,71% pada tahun 2006, 6,46% pada tahun 2008, dan 7,93% pada tahun 2010.
Sejak tahun 2005 sampai sekarang ini Kabupaten Sragen telah
mendapatkan beberapa penghargaan dari pemerintah maupun swasta, salah
satunya Maporina Award kategori pembina daerah untuk pengembangan
pertanian organik, Best of the Best E-Goverment Award Se-Indonesia tahun
2008, dan penghargaan Agro Inovasi dari Menteri Pertanian tahun 2009
(www.sragenkab.go.id). Kabupaten Sragen merupakan salah satu lumbung
pangan Provinsi Jawa Tengah, selain itu Kabupaten Sragen juga menjadi pionir
produsen beras organik di wilayah Soloraya karena Kabupaten Sragen
konsisten memproduksi beras organik, sehingga beras organik menjadi salah
satu ikon di Kabupaten Sragen.
Distribusi PDRB atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha
tingkat kecamatan dan daya tumbuh PDRB atas dasar harga konstan 2000
menurut lapangan usaha tingkat kecamatan mengalami naik turun, hal seperti
commit to user
Tabel 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Daya Tumbuh PDRB Atas Dasar Harga Konstan Menurut Kecamatan di Kabupaten Sragen Tahun 2005-2010 (dalam Persen)
No. Kecamatan 2005 2008 2010
Sumber: BPS Kabupaten Sragen Tahun 2005, 2008, 2010 (diolah)
Kabupaten Sragen merupakan daerah bagian dari provinsi Jawa Tengah
yang terdiri dari 20 kecamatan. Tingkat Kontribusi PDRB dari tahun
2005-2010 didominasi oleh Kecamatan Sragen sebesar 13,71% pada tahun 2005
terhadap total PDRB Kabupaten Sragen dan 14,70% pada tahun 2010.
Kecamatan Sidoharjo dengan kontribusinya 11,94% pada tahun 2005 dan
11,44% pada tahun 2010, selanjutnya diikuti Kecamatan Masaran, Plupuh,
Kalijambe, dan kecamatan lainnya. Akan tetapi, hal ini berbanding tebalik
dengan Kecamatan Tangen, Gesi, dan Jenar. Kecamatan Tangen hanya
memberikan kontribusi 1,90% pada tahun 2005 dan 1,87% pada tahun 2010,
sedangkan Kecamatan Gesi memberikan kontribusi 1,93% pada tahun 2005
commit to user
paling tinggi dibandingkan kecamatan lainnya sebesar 7,27%, diikuti
Kecamatan Karangmalang sebesar 6,59% dan Kecamatan Gondang sebesar
6,33%. Pada tahun 2010 daya tumbuh paling tinggi di Kecamatan Sragen
sebesar 7,34%, diikuti Kecamatan Sidoharjo sebesar 6,90% dan Kecamatan
Masaran sebesar 6,79%.
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini mengidentifikasi dan
menganalisis sektor-sektor yang merupakan sektor basis di tingkat kecamatan
dan perubahan struktur ekonomi. Selain itu, juga akan mengidentifikasi dan
menganalisis status perekonomian wilayah kecamatan di Kabupaten Sragen
pada tahun 2005-2010. Oleh karena itu, penelitian ini mengambil judul:
commit to user
B.Rumusan Masalah
1. Sektor apa yang masuk sektor basis di wilayah kecamatan Kabupaten
Sragen?
2. Bagaimana perubahan struktur ekonomi wilayah kecamatan di Kabupaten
Sragen?
3. Bagaimana status perekonomian wilayah kecamatan di Kabupaten Sragen?
C.Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui yang masuk sektor basis di wilayah kecamatan
Kabupaten Sragen.
2. Untuk mengetahui perubahan struktur ekonomi wilayah kecamatan di
Kabupaten Sragen.
3. Untuk mengetahui status perekonomian wilayah kecamatan di Kabupaten
Sragen.
D.Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai bahan dan evaluasi bagi pemerintah daerah Kabupaten Sragen
dalam menerapkan kebijakan dimasa yang akan datang yang berkaitan
dengan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi daerah.
2. Sebagai bahan informasi kepada pemerintah Kabupaten Sragen tentang
struktur ekonomi sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan.
3. Sebagai bahan informasi yang dapat menjadi bahasan studi penelitian
sejenis secara lebih mendalam dan juga sebagai bahan perbandingan
commit to user
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Tinjauan Teori
1. Pembangunan Daerah
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun
2008 Bab I Pasal 1 Butir 2 menyatakan bahwa Pembangunan daerah adalah
pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan kesejahteraan
masyarakat yang nyata, baik dalam aspek pendapatan, kesempatan kerja,
lapangan berusaha, akses terhadap pengambilan kebijakan, berdaya saing,
maupun peningkatan indeks pembangunan manusia.
Peraturan di atas disahkan dengan tujuan menyusun suatu rencana
pembangunan yang merupakan pegangan atau acuan Pemda untuk
melaksanakan pembangunanya yang didasarkan pada kemampuan dan
potensi sumber daya (alam dan manusia) serta peluang-peluang ekonomi
yang ada, sehingga memungkinkan dapat ditangkap secara cepat.
Menurut Mulyanto (2006) pembangunan daerah diartikan sebagai
suatu proses yang berdimensi banyak yang melibatkan perubahan besar
dalam struktur sosial, sikap masyarakat dan kelembagaan daerah, semisal
percepatan pertumbuhan ekonomi daerah dan faktor penentu lainnya. Hal
ini diharapkan akan adanya proses pergeseran kegiatan ekonomi dari Sektor
Primer (Sektor Pertanian dan Sektor Penggalian/Penggalian); menuju Sektor
Sekunder (Sektor Industri Pengolahan, Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih;
commit to user
Restoran; Sektor Pengangkutan dan Komunikasi; Sektor Keuangan, Sewa,
Jasa Perusahaan; Sektor Jasa-jasa).
Manfaat yang diharapkan adalah terjadinya peningkatan kualitas/taraf
hidup masyarakat sehingga menikmati kehidupan yang lebih baik dari
sebelumnya dan daerah dapat berkembang secara cepat dan berkelanjutan.
Secara umum tujuan dari pembangunan di suatu daerah adalah: (i)
mendorong terciptanya pekerjaan yang berkualitas bagi penduduk dengan
mengupayakan peningkatan sumberdaya yang lebih berkualitas, sehingga
mampu berperan dalam aktivitas yang lebih produktif; dan (ii) menciptakan
stabilitas ekonomi dengan cara menyiapkan prasarana yang dibutuhkan bagi
pengembangan aktivitas ekonomi daerah (Mulyanto, 2006).
2. Perencanaan Pembangunan Daerah
Perencanaan merupakan proses menentukan tindakan masa depan
yang tepat dengan memperhitungkan sumber daya, baik sumberdaya
manusia maupun sumberdaya alam yang dimiliki. Menurut Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2008 Bab 1 Pasal 1 Butir
ke-3 menyatakan bahwa Perencanaan Pembangunan Daerah adalah suatu
proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai
unsur pemangku kepentingan didalamnya, guna pemanfaatan dan
pengalokasian sumberdaya yang ada dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan sosial dalam suatu lingkungan wilayah/daerah dalam jangka
waktu tertentu.
Perencanaan pembangunan daerah juga dilaksanakan bedasarkan
commit to user
kamampuan daerah. Menurut Peraturan Pemerintah Daerah Republik
Indonesia Nomor 8 Tahun 2008 Pasal 4, rencana pembangunan daerah
meliputi:
a. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) adalah
dokumen perencanaan daerah untuk periode 20 (dua puluh) tahun.
b. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) adalah
dokumen perencanaan daerah untuk periode 5 (lima) tahun.
c. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) adalah dokumen
perencanaan pembangunan daerah untuk periode 1 (satu) tahun.
3. Indikator Pembangunan Daerah
Di negara berkembang seperti Indonesia, Indikator Pembangunan
menurut Mulayanto (2006) dikategorikan menjadi :
a. Indikator Ekonomi
Dapat dikatakan bahwa hampir semua indikator dalam kerangka
ekonomi makro tidak ada yang secara langsung dapat berdiri sendiri.
Berbagai indikator ekonomi yang sering dibicarakan, antara lain
mencakup:
1) Tingkat pertumbuhan ekonomi
2) Tingkat kemakmuran suatu daerah
3) Tingkat inflasi
4) Struktur ekonomi atau struktur PDB (Produk Domestik Bruto) atau
PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) menurut pendekatan
commit to user
5) Produktivitas sektoral, yang merupakan rasio antara nilai tambah
setiap sektor terhadap jumlah tenaga kerja di sektor yang
bersangkutan
6) Struktur PDB atau PDRB menurut pendekatan pengeluaran
7) Besaran ICOR (Incremental Capital Output Ratio)
8) Disparitas pendapatan regional yang dilihat dari perbedaan:
a) Pendapatan perkapita
b) Tingkat pertumbuhan PDB atau PDRB
c) Kemampuan investasi
d) Besaran Indeks Gini (Gini Ratio Indeks)
9) Berbagai macam besaran rasio dan perbandingan-perbandingan:
a) Pajak terhadap PDB atau PDRB
b) Biaya pendidikan, kesehatan, penelitian dan sebagaainya terhadap
PDB/PDRB
c) Perbandingan penerimaan pemerintah terhadap PDB/PDRB
d) Perbandingan pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan
e) Struktur pembiayaan pembangunan.
b. Indikator Non Ekonomi
Berbeda dengan indikator pembangunan ekonomi, indikator
pembangunan non ekonomi sebagian besar masih bersifat kualitatif.
Meskipun demikian, adanya upaya untuk mengidentifikasikan indikator
non-ekonomi merupakan langkah maju walaupun hanya bersifat
kualitatif dari pada tidak dilakukan sama sekali. Dengan semakin
commit to user
indikator non-ekonomi diharapkan akan dapat disajikan secara
kuantitatif. Beberapa indikator pembangunan non-ekonomi ini, antara
lain berupa:
1) Indikator Sosial
Banyak segi kehidupan manusia terutama menyangkut kualitas,
yang sangat sulit untuk dikumpulkan keterangannya. Salah satu
kesulitannya adalah karena dalam kehidupan sosial banyak faktor
yang mempengaruhi dan faktor-faktor tersebut saling berkait satu
dengan yang lainnya. Selain permasalahan tersebut, faktor-faktor ini
tidak mudah untuk diukur dan digambarkan dalam bentuk deskriptif
yang sederhana. Oleh karena itu, dalam penyusunannya dilakukan
dengan pertimbangan yang dalam memilih indikator yang disajikan
dari data yang tersedia untuk mempelajari perencanaan pembangunan
di bidang sosial. Indikator-indikator sosial meliputi 10 (sepuluh)
indikator, seperti: (i) Indikator Kependudukan; (ii) Indikator Keluarga
Berencana; (iii) Indikator Tenaga Kerja; (iv) Indikator Pendidikan; (v)
Indikator Pendidikan; (vi) Indikator Gizi; (vii) Indikator Rumah
Tangga; (viii) Indikator Hukum; (ix) Indikator Politik; (x) Indikator
Keamanan dan Ketertiban Umum.
2) Indikator Fisik Prasarana
Pembangunan bidang fisik dan prasarana mempunyai fungsi dan
peranan pelayanan, serta fungsi pengembangan dan pertumbuhan
untuk pembangunan di bidang yang lain. Oleh karenanya,
commit to user
efektivitas pemanfaatan sarana fisik dan kelancaran penggunaannya.
Indikator-indikator di bidang fisik dan prasarana, antara lain meliputi:
(i) Prasarana Jalan; (ii) Angkutan Udara; (iii) Angkutan Laut; (iv)
Telekomunikasi; (v) Energi; (vi) Irigasi; (vii) Lingkungan Hidup dan
Perumahan.
3) Indikator Gabungan
Hal-hal yang ditekankan dalam indikator pembangunan
gabungan, antara lain: (i) Indikator-indikator yang digunakan lebih
menekankan perubahan struktur ketimpangan kesejahteraannya, (ii)
Negara-negara berkembang seakan-akan harus berubah sesuai dengan
pola yang terjadi dinegara maju, dan (iii) Penekanannya pada input
(misalnya jumlah dokter per 1.000 oarang dan sebagainya, dan
bukannya pada output, yakni tingkat kesejahteraan masyarakat.
Untuk menanggapi hal tersebut diatas maka dikembangkan
indikator-indikator lain untuk mengukur kualitas hidup manusia.
Indikator ini berupa PQLI (Physical Quanlity of Life Index), HDI (
Human Development Index), dan RDI (Regional Development Index).
4. Pembangunan Ekonomi Daerah
Pembangunan merupakan suatu proses integrasi sosial dan ekonomi,
dimana pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh adanya berbagai inovasi
pada daerah inti (core area) yang kemudian menyebar pada daerah
belakangnya (periphery) (Muta’ali, 2003). Dan pengertian pembangunan
ekonomi pada umumnya didefinisikan sebagai suatu proses yang
commit to user
dalam jangka panjang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan.
Pembangunan ekonomi memang harus dipandang sebagai suatu proses
dimana saling mempengaruhi antara faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya pembangunan ekonomi tersebut dapat diidentifikasi dan dianalisis
dengan seksama. Dengan cara tersebut bisa diketahui runtutan peristiwa
yang timbul yang akan mewujudkan peningkatan ekonomi dan taraf
kesejahteraan masyarakat dari satu tahap pembangunan ke tahap
pembangunan berikutnya (Arsyad, 1999).
Komponen-komponen dasar yang harus dijadikan pedoman praktis
dan basis konseptual untuk memahami keberhasilan pembangunan ekonomi
ditujukan oleh 3 nilai pokok yaitu (1) berkembangnya kemampuan
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokoknya, dalam hal ini kebutuhan
secara fisik (sustenance), (2) meningkatnya rasa harga diri (self-esteem)
masyarakat sebagai manusia, dan (3) meningkatnya kemampuan masyarakat
untuk memilih dan adanya kebebasan (freedom) yang umumnya merupakan
salah satu dari hak asasi manusia (Todaro, 2000). Sehingga pembangunan
ekonomi merupakan suatu proses yang diikuti oleh meningkatnya
pendapatan per kapita dalam jangka waktu yang lama dan meningkatnya
kesejahteraan masyarakat.
Tujuan pokok pembangunan ekonomi ialah untuk membangun
peralatan modal dalam skala yang cukup untuk meningkatkan produktivitas
di bidang pertanian, pertambangan, perkebunan dan industri. Modal juga
diperlukan untuk mendirikan sekolah, rumah sakit, jalan raya, jalan kereta
commit to user
penciptaan modal overhead sosial dan ekonomi. Syarat pembangunan
ekonomi merupakan proses pertumbuhan ekonomi yang harus bertumpu
pada perekonomian di dalam negeri (Jhingan, 1996).
Menurut Radianto (2003) pembangunan ekonomi daerah bertujuan
untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dan perubahan struktur.
Perubahan struktur ekonomi dapat berupa peralihan dari kegiatan
perekonomian ke non-pertanian, dari industri ke jasa, perubahan dalam
sekala unit-unit produktif, srta perubahan status kerja buruh. Karena itu
konsepsi pembangunan daerah atau regional sangat tepat bila didukung
dengan teori pertumbuhan ekonomi, teori basis ekonomi, teori pusat
pertumbuhan dan spesialisasi.
Ruang lingkup pembangunan menjelaskan bagaimana urutan tahapan
evolusi pengukuran ekonomi pembangunan, dari awal kemunculan teori
pembangunan yang mengukur terjadinya pembangunan di lihat dari tingkat
output melalui PDB (Produk Domestik Bruto) yang berkembang
menggunakan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), mengatasi kemiskinan
dengan paradigma entitlement dan kapabilitas, kebebasan, hingga
pembangunan yang berkelanjutan (Kuncoro, 2010)
Prinsip penting dalam pelaksanaan pendekatan pembangunan wilayah
yang utuh dan terpadu adalah kemampuan menemukan dan mengenali
potensi wilayah yang ada untuk dikembangkan dengan berbagai masukan
progam pembangunan. Dengan telah ditemukan dan dikenalinya potensi
wilayah, maka berbagai progam pembangunan dapat diarahkan sesuai
commit to user
Tidak dapat dipungkiri bahwa kecepatan dan optimalisasi
pembangunan wilayah (daerah) tentu akan sangat ditentukan oleh kapasitas
dan kapabilitas sumberdaya ekonomi (baik sumberdaya alam maupun
sumberdaya manusia). Keterbatasan dalam kepemilikan sumberdaya alam
dan sumberdaya manusia yang berkualitas dapat menimbulkan kemunduran
yang sangat berarti dalam dinamika pembangunan ekonomi daerah.
Konsekuensi lain yang ditimbulkan sebagai akibat terbatasnya kapasitas dan
kapabilitas sumberdaya ekonomi yang dimiliki daerah adalah
ketidakleluasaan daerah yang bersangkutan untyuk mengarahkan progam
dan kegiatan pembangunan ekonominya, dan situasi ini menyebabkan
munculnya disparitas pembangunan ekonomi wilayah. Kondisi seperti ini
tidak akan terhindarkan apabila dikaitkan dengan pelaksanaan otonomi
daerah.
Permasalahan yang timbul akibat kesalahan upaya pembangunan yang
dilakukan adalah (Widodo, 2006):
a. Kemiskinan
Permasalahan kemiskinan dalam pembangunan sangat sering
dijumpai di hampir seluruh wilayah. Permasalahan yang terjadi memiliki
karakteristik yang hampir sama dimana kemiskinan yang tinggi terjadi di
wilayah pedesaan atau wilayah yang memiliki tingkat kepadatan yang
tinggi. Sehingga kemiskinan merupakan ketidakmampuan sejumlah
penduduk untuk hidup di atas garis kemiskinan atau batas kemiskinan
commit to user
b. Pemerataan
Tidak meratanya distribusi pendapatan yang diterima oleh
penduduk juga merupakan permasalahan dalam pelaksanaan
pembangunan. Hal ini terjadi karena adanya ketimpangan rata-rata
pendapatan per kapita masyarakat di daerah pedesaan lebih rendah
dibandingkan dengan ratarata pendapatan per kapita yang diterima oleh
penduduk di kawasan perkotaan.
c. Pertumbuhan
Proses pembagunan yang dilakukan di setiap wilayah tidak terlepas
dari permasalahan kemiskinan dan ketimpangan distribusi pendapatan.
Profesor Kuznets mengajukan sebuah teori mengenai perkembangan
ketimpangan distribusi pendapatan dimana ketimpangan yang dialami
oleh negara yang sedang membangun akan tinggi ketika pembangunan
sedang berada dalam tahap awal pembangunan. Tingkat ketimpangan
ini akan terus naik seiring dengan pembangunan yang dilakukan hingga
pada titik tertentu tingkat ketimpangan ini akan turun.
Adanya preferensi progam berdasarkan perkembangan potensi
wilayah diharapkan tidak terjadi generalisasi progam pembangunan untuk
masing-masing wilayah. Sebaliknya akan terjadi spesialisasi progam
pembangunan berdasarkan potensi wilayah yang ada. Dengan pendekatan
spesialisasi progam yang proposional pada gilirannya diharapkan
pelaksanaan berbagai progam pengembangan wilayah akan dapat dilakukan
commit to user
yang optimal. Optimalisasi pencapaian progam pembangunan tidak terlepas
dari usaha pemerintah dalam memanfaatkan potensi sumberdaya yang ada.
5. Perencanaan Pembangunan Ekonomi
Perencanaan pembangunan ekonomi daerah bisa dianggap sebagai
perencanaan untuk memperbaiki penggunaan sumber daya-sumber daya
publik yang tersedia di daerah tersebut dan untuk memperbaiki kapasaitas
sektor swasta dalam menciptakan nilai sumber daya swasta secara
bertanggungjawab (Arsyad, 1999).
Perencanaan merupakan tahapan yang penting untuk dinilai dalam
sebuah proses pembangunan karena dalam praktiknya pembangunan yang
akan dilakukan akan menemui berbagai hambatan baik dari sisi pelaksana,
masyarakat yang menjadi obyek pembangunan maupun dari sisi di luar itu
semua. Untuk meminimumkan dampak yang ditimbulkan oleh hambatan
tersebut., perencanaan harus dilakukan sebagai tahap penting dalam proses
pembangunan (Widodo, 2006).
Menurut Arsyad (1997), proses pembangunan ekonomi dibagi
menjadi 4 (empat):
a. Tahap pertama adalah proses perencanaan (ekonomi). Ditetapkan dan
diterjemahkan kedalam target kuantitatif untuk pertumbuhan, penciptaan
kesempatan kerja, distribusi pendapatan, pengurangan kemiskinan, dan
lainnya.
b. Tahap kedua adalah menugukur ketersediaan sumber daya yang langka
commit to user
negeri, penerimaan pemerintah, penerimaan ekspor, tenaga kerja yang
terlatih, dan lainnya. Kesemuanya itu bersama keterbatasan administrasi
dan organisasi, merupakan kendala (contraints) yang mengendalai
kemampuan perekonomian tersebut untuk mencapai target-targetnya.
c. Tahap ketiga, hampir semua dari upaya ekonomi ditujukan untuk
memilih barbagai cara (kegiatan dan alat) yang bisa digunakan untuk
mencapai tujuan nasional. Pada tahap ini ditetapkan proyek-proyek
investasi, seperti jalan raya, jaringan irigasi, pabrik-pabrik,
pusat-pusatkesehatan. Yang termasuk perencanaan nasional:
kebijaksanaan-kebijaksanaan harga, seperti nilai kurs, tingkat suku bunga, upah,
pengaturan pajak atau subsidi yang semuanya ini merangsang
perusahaan-perusahaan swasta untuk mengembangkan tujuan-tujuan
pembangunan nasional, dan perubahan keuangan (perbankan) atau
penataan kembali sektor pertanian, yang bisa mengurangi
hambtan-hambatan untuk mengubah dan mendukung kegiatan-kegiatan lainnya.
d. Tahap keempat, perencanaan mengerjakan proses pemilihan
kegiatan-kegiatan yang mungkin dan penting untuk mencapai tujuan nasional
tanpa terganggu oleh adanya kendala-kendala sumber daya dan
organisasional. Hasil dari proses ini adalah strategi pembangunan atau
rencana yang mengatur kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan selama
commit to user
Sedangkan menurut Blakely (1989) dalam Kuncoro (2004) ada 6
proses perencanaan pembangunan ekonomi daerah, yaitu:
a. Pengumpulan dan analisis data
1) Penentuan basis ekonomi
2) Analisis struktur tenaga kerja
3) Evaluasi kebutuhan tenaga kerja
4) Analisis peluang dan kendala pembangunan
5) Analisis kapasitas kelembagaan
b. Pemilihan strategi pembangunan daerah
1) Penentuan tujuan dan kriteria
2) Penentuan kemungkinan-kemungkinan tindakan
3) Penyusunan target strategi
c. Pemilihan proyek-proyek pembangunan
1) Identifikasi proyek potensial
2) Penilaian kelayakan proyek
d. Pembuatan rencana tindakan
1) Prapenilaian hasil proyek
2) Pengembangan input proyek
3) Penentuan alternatif sumber pembiayaan
4) Identifikasi struktur proyek
e. Penentuan rincian proyek
1) Pelaksanaan studi kelayakan secara rinci
2) Penyiapan rencana bisnis (business plan)
commit to user
f. Persiapan perencanaan secara keseluruhan dan implementasi
1) Penyiapan skedul implementasi rencana proyek
2) Penyusunan rencana program pembangunan secara keseluruhan
3) Targeting dan marketing aset-aset masyarakat
4) Pemasaran kebutuhan keuangan.
6. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan produk
nasional bruto riil atau pendapatan nasioanal riil. Jadi perekonomian
dikatakan tumbuh atau berkembang bila terjadi pertumbuhan output riil.
Definisi pertumbuhan ekonomi yang lain adalah bahwa pertumbuhan
ekonomi terjadi bila ada kenaikan output per kapita. Pertumbuhan ekonomi
menggambarkan kenaikan taraf hidup diukur dengan output riil per orang.
Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output per kapita dalam
jangka panjang, yang dalam hal ini proses kenaikan mengandung unsur
dinamis (Kuncoro, 2004). Jadi presentase pertambahan output itu haruslah
lebih tinggi dari presentase pertambahan jumlah penduduk dan ada
kecenderungan dalam jangka panjang bahwa pertumbuhan itu akan
berlanjut.
Menrut Kuznets dalam Jhingan (1996) pertumbuhan ekonomi adalah
peningkatan kemampuan suatu negara (daerah) untuk menyediakan
barang-barang ekonomi bagi penduduknya, yang terwujud dengan adanya kenaikan
output nasional secara terus-menerus yang disertai dengankemajuan
teknologi serta adanya penyesuaian kelembagaan, sikap dan ideologi yang
commit to user
ekonomi yaitu jumlah penduduk, jumlah stok barang modal, luas tanah dan
kekayaan alam, dan tingkat teknologi yang digunakan (Kuncoro, 2004).
Suatu wilayah akan menjadi pusat pertumbuhan jika memenuhi
persyaratan antara lain keuntungan lokasi (location advantages),
ketersediaan sumberdaya, dan adanya kegiatan atau industri pendorong
(Muta’ali, 2003). Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi tidak muncul di
berbagai daerah atau wilayah pada waktu yang sama (Hairul dan Kuncoro,
2002). Suatu wilayah yang mempunyai sektor industri sebagai sektor
unggulan akan mempercepat pertumbuhan perekonomian karena akan
menciptakan pola konsumsi yang berbeda antar daerah atau wilayah.
Ada 2 (dua) foktor yang mempengaruhi pertumbuahn ekonomi di
suatu negara atau daerah, yaitu pertama, faktor ekonomi yang terdiri dari
sumber alam, akumulasi modal, kemajuan teknologi, pembagian kerja dan
skala produksi. Kedua, faktor ekonomi yang terdiri dari faktor sosial, faktor
manusia, dan faktor politik dan administratif (Jhingan, 1996).
Pertumbuhan ekonomi dan prosesnya yang berkelanjutan merupakan
kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi daerah. Karena
jumlah penduduk terus bertambah dan berarti kebutuhan ekonomi juga
bertambah, sehingga dibutuhkan penambahan pendapatan setiap tahun. Hal
ini dapat diperoleh dengan peningkatan output agregat (barang dan jasa)
atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Pertumbuhan ekonomi dan
prosesnya yang berkelanjutan merupakan kondisi utama bagi kelangsungan
pembangunan ekonomi daerah. Karena jumlah penduduk terus bertambah
commit to user
penambahan pendapatan setiap tahun. Hal ini dapat diperoleh dengan
peningkatan output agregat (barang dan jasa) atau Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) setiap tahun (Tambunan, 2001).
Untuk menganilisis pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah digunakan
teori ekonomi pembangunan dengan mengubah batas wilayah dan
disesuaikan dengan wilayah operasionalnya. Jadi apabila dalam ekonomi
pembangunan istilah yang digunakan ekspor dan impor antar negara maka
dalam kontek regional hal tersebut disesuaikan menjadi perdagangan antar
wilayah regional di daerah.
Dengan adanya pertumbuhan ekonomi baik secara langsung maupun
tidak langsung akan berpengaruh terhadap masalah ketimpangan regional.
Ketimpangan dalam pembagian pendapatan adalah ketimpangan dalam
prkembangan ekonomi antara berbagai daerah disuatu wilayah yang akan
menyebabkan pula ketimpangan tingkat pendapatan per kapita antara daerah
(Kuncoro, 2004).
Perekonomian merupakan gabungan dari sistem industri yang relatif
aktif (industri unggulan) dengan sistem industri-industri yang relatif pasif
yaitu industri yang tergantung dari industri unggulan atau pusat
pertumbuhan, sehingga daerah yang relatif maju akan mempengaruhi
daerah-daerah yang relatif pasif (Hairul dan Kuncoro, 2002).
Arsyad (1999) menganalisa pertumbuhan ekonomi daerah atau
commit to user
a. Teori Ekonomi Neo Klasik
Peranan teori neo klasik tidak terlalu besar dalam menganalisis
pembangunan daerah karena teori ini tidak memiliki dimensi spesial
dansignifikan.teori ekonomi klasik memberikan dua konsep pokok dalam
pembangunan ekonomi daerah, yaitu keseimbangan (equilibrium) dan
keseimbangan alamiahnya jika modal dapat mengalir tanpa pembatasan
oleh karena itu modal akan mengalir dari daerah yang berubah rendah.
b. Teori Basis Ekonomi (Economic Base Theory)
Faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah di dalam
teori ekonomi basis merupakan yang berhubungan langsung dengan
permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah. Pertumbuhan
industri-industri yang menggunakan sumber daya lokal termasuk tenaga kerja dan
bahan baku untuk diekspor akan menghasilkan kekayaan daerah dan
penciptaan lapangan kerja. Strategi pembangunan daerah yang muncul
yang didasarkan pada teori ini adalah penekanan terhadap arti penting
bantuan internasional. Implementasi kebijakannya mencakup
pengurangan hambatan atau batasan terhadap perusahaan-perusahaan
yang berorientasi ekspor yang ada dan akan didirikan di daerah tersebut.
c. Teori Lokasi
Perusahaan cenderung untuk meminimkan biayanya dengan cara
memilih lokasi yang memaksimumkan peluangnya untuk mendekati
pasar. Model pengembangan industri kuno menyatakan bahwa lokasi
yang terbaik adalah biaya yang termurah antara bahan baku dengan
commit to user
d. Teori Tempat Sentral
Teori tempat sentral (central place theory) menganggap bahwa ada
hierarki tempat (hierarchy of place). Setiap tempat sentral didukung oleh
sejumlah tempat yang lebih kecil yang menyediakan sumberdaya industri
dan bahan baku. Tempat setral tersebut merupakan suatu pemukiman
yang menyediakan jasa-jasa bagi penduduk daerah yang mendukungnya.
Teori tempat sentral ini bisa diterapkan pada pembangunan ekonomi
daerah, baik daerah perkotaan maupun pedesaan.
e. Teori Kausasi Kumulatif
Kondisi daerah-daerah sekitar kota yang semakin buruk
menunjukkan konsep dasar dari tesis kuasi kumulatif ini.
Kekuatan-kekuatan pasar cenderung memperparah kesenjangan antar daerah-daerah
tersebut. Daerah yang maju mengalami akumulasi keunggulan kompetitif
dibanding daerah-daerah lain.
f.Model Daya Tarik
Teori daya tarik industri adalah model pembangunan ekonomi yang
paling banyak digunakan oleh masyarakat. Teori ekonomi yang
mendasarinya adalah suatu masyarakat dapat memerbaiki posisi pasarnya
terhadap industrialisasi melalui pemberian subsidi dan intensif.
7. Peran Pemerintah dalam Pembangunan Ekonomi Daerah
Menurut Arsyad (1999), ada 4 (empat) peran pemerintah dalam proses
commit to user
a. Entrepreneur
Pemerintah daerah bertanggung jawab untuk menjalankan suatu
usaha bisnis. Pemerintah daerah bisa mengembangkan suatu usaha
sendiri (BUMD). Aset-aset pemerintah daerah harus dapat dikelola
dengan lebih baik sehingga secara emonomis menguntungkan.
b. Koordinator
Pemerintah daerah dapat bertindak sebagai koordinator untuk
menetapkan kebijakan atau mengusulkan strategi-strategi bagi
pembangunan di daerahnya. Dalam peranannya sebagai koordinator,
pemerintah daerah bisa juga melibatkan lembaga-lembaga pemerintah
lainnya, dunia usaha, dan masyarakat dalam penyusunan sasaran-sasaran
ekonomi, rencana-rencana, dan strategi-strategi.
c. Fasilitator
Pemerintah daerah dapat mempercepat pembangunan melalui
perbaikan lingkungan attitudinal (perilaku atau budaya masyarakat) di
daerahnya. Hal ini mempercepat proses pembangunan daerah yang lebih
baik.
d. Stimulator
Pemerintah daerah dapat menstimulasi penciptaan dan
pengembangan usaha melalui tindakan-tindakan khusus yang akan
mempengaruhi perusahaan-perusahaan untuk masuk ke daerah tersebut
dan menjaga agar perusahaan-perusahaan yang telah ada tetap berada di
daerah tersebut. Stimulasi ini dapat dilakukan dengan cara antara lian:
commit to user
outlets untuk produk-produk industri kecil, membantu industri-industri
kecil melakukan pameran.
Berdasarkan pembangunan ekonomi, maka pengerttian pembangunan
ekonomi daerah adalah suatu proses. Proses yang dimaksud adalah proses
yang mencakup pembentukan institusi-institusi alternatif, perbaikan
kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang
lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, ahli ilmu pengetahuan alam dan
pengembangan perusahaan-perusahaan baru (Arsyad, 1999).
8. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Salah satu indikator penting untuk mengetahui dan menganilisis
kondisi ekonomi di suatu daerah adalah Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB), baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan.
PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah (value added) yang
dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu, atau
merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir (netto) yang dihasilkan oleh
seluruh unit ekonomi.
Produk Domestik Regional Bruto menurut PDRB Kabupaten Klaten
(2009:1-2), PDRB di definisikan menurut tiga sudut pandang yang paling
berbeda namun mempunyai satu pengertian yang sama, yaitu:
a. Menurut pendekatan produksi adalah merupakan jumlah nilai tambah
bruto dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di
dalam region/wilayah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun).
Unit-unit produksi tersebut dalam penyajian ini dikelompokkan menjadi
commit to user
Penggalian; (iii) Industri Pengolahan; (iv) Listrik dan Air Minum; (v)
Bangunan/Kontruksi; (vi) Perdagangan, Hotel dan Restoran; (vii)
Angkutan dan Komunikasi; (viii) Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan; (ix) Jasa-jasa.
b. Menurut pendekatan pendapatan adalah merupakan jumlah balas jasa
yang diterima oleh berbagai faktor produksi yang ikut serta dalam proses
produksi dalam satu region/wilayah dalam jangka waktu tertentu. Balas
jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah/gai, sewa tanah, bunga
modal dan keuntungan sebelum dipotong pajak penghasilann dan pajak
langsungm lainnya.
c. Menurut pendekatan pengeluaran adalah merupakan jumlah pengeluaran
oleh rumah tangga, konsumsi pemerintah, lembaga swasta tidak mencari
keuntungan, pengeluaran untuk pembentukan modal tetap domestik
bruto, perubahan stock dan ekspor netto di suatu daerah/wilayah dalam
jangka waktu tertentu (satu tahun). Ekspor netto yang dimaksud adalah
nilai ekspor dikurangi dengan jumlah nilai impor.
PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang
dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap bulan,
sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah
barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku
pada satu waktu tertentu sebagai tahun dasar. PDRB atas dasar harga
berlaku digunakan untuk melihat pergeseran struktur ekonomi, sedangkan
commit to user
ekonomi riil dari tahun ke tahun, di mana faktor perubahan harga yang telah
dikeluarkan.
B.Kajian Terdahulu
1. Kuncoro dalam penelitiannya yang berjudul “ Evaluasi Penetapan Kawasan
Andalan: Studi Empiris Di Kalimantan Selatan 1993-1999 ” memiliki
kesimpulan bahwa menurut Tipologi Klassen, maka keberadaan Kabupaten
Kotabaru merupakan daerah cepat maju dan cepat tumbuh. Analisis LQ
menunjukkan bahwa kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Selatan
memiliki sub-sektor unggulan dan penetapan kawasan andalan berdasarkan
persyaratan sektor unggulan dapat dipandang tepat. Berdasarkan analisis
indeks spesialisasi menunjukkan bahwa adanya kenaikan nilai rata-rata
indeks spesialisasi kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Selatan sebesar
0,11 yaitu dari 0,74 pada tahun 1993 menjadi 0,85 pada tahun 1999.
2. Radianto (2003) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Perubahan
Struktur Ekonomi Pasca Kerusuhan di Maluku (Studi Kasus di Kota
Ambon)”. Diketahui bahwa berdasarkan klassen typologi, Kota Ambon
masuk dalam klasifikasi daerah cepat maju dan cepat tumbuh. Berdasarkan
location quotient, Kota Ambon mengalami penambahan subsektor unggulan
dari 10 subsektor (2003) menjadi 12 subsektor unggulan (2005) dari 22
subsektor yang ada.
3. Purwantoro (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Mengenali
Pembangunan Ekonomi Wilayah di Kabupaten Sukoharjo”. Diketahui
bahwa berdasarkan analisis klassen typologi, terdapat 3 kecamatan yang
commit to user
klasifikasi daerah maju tapi tertekan, dan 7 kecamatan dalam klasifikasi
daerah relatif tertinggal.
4. Erawati (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Kajian Tentang Status,
Perubahan Struktur Ekonomi dan Potensi Wilayah Kabupaten Magelang
Sebelum dan Selama Otonomi Daerah (1998-2008)”. Diketahui bahwa
status kondisi perekonomian Kabupaten Magelang sebelum dan selama
dilaksanakan otonomi daerah tergolong daerah tertinggal. Sektor pertanian
merupakan sektor dengan kontribusi terbesar terhadap pembentukan PDRB
Kabupaten Magelang. Sektor Listrik, Gas, dan Air Minum merupakan
sektor potensial di Kabupaten Magelang yang perlu dikembangkan dan
ditingkatkan kontribusinya, mengingat sektor tersebut memunyai
pertumbuhan yang tinggi. Perekonomian Kabupaten Magelang baik masa
sebelum dan sesudah otonomi daerah tidak terdapat perubahan secara
meyakinkan dalam hal bauran industri, keunggulan kompetitif, sektor basis
dan non basis, serta sektor potensial.
5. Indriyani (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Struktur
Ekonomi, Sektor Basis dan Sektor Potensial Ekonomi Kabupaten Semarang
Selama Otonomi Daerah (2001-2008”. Hasil analisis pola kontribusi
sektoral PDRB Kabupaten Semarang selama otonomi daerah menunjukkan
perkembangan yang relatif stabil dari tahun ke tahun. Hasil analisis pola laju
PDRB Kabupaten semarang selama otonomi daerah menunjukkan
perkembangan yang relatif stabil dari tahun ke tahun. Sektor basis
Kabupaten Semarang selama otonomi daerah adalah sektor industri dan
commit to user
selama otonomi daerah menunjukkan peningkatan yang relatif stabil dari
tahun ke tahun. Struktur ekonomi Kabupaten Semarang selama otonomi
daerah menunjukkan peningkatan dilihat dari kinerja peryumbuhan PDRB.
Sektor potensial menurut analisis MRP di Kabupaten Semarang selama
otonomi daerah adalah sektor industri dan sektor angkutan dan komunikasi,
sedangkan menurut analisis Overlay adalah sektor industri.
C.Kerangka Pemikiran
Pembangunan ekonomi merupakan salah satu tolok ukur untuk melihat
keberhasilan daerah dalam membangun daerahnya. Salah satunya dengan
melihat komposisi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang dihasilkan
dari nilai tambah 9 (sembilan) sektor ekonomi.
Dengan melihat data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), baik
secara atas dasar harga konstan dan atas dasar harga berlaku di Kabupaten
Sragen yang dijadikan sebagai wilayah reverensi dan data Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) tingkat kecamatan di Kabupaten Sragen sebagai
wilayah studi akan dilakukan identifikasi dan analisis mengenai pembangunan
ekonomi di daerah tersebut. Sehingga dari data olahan tersebut akan diketahui
sektor-sektor basis dan non basis di wilayah studi dengan menggunakan alat
analisis Location Quotient (LQ) dan dapat diidentifikasi terjadi tidaknya
pergeseran atau perubahan struktur ekonomi di wilayah tersebut dengan
menggunakan alat analisis Shift Share (SS). Selain itu, juga akan diketahui
status perekonomian di wilayah tersebut dengan menggunakan alat analisis
commit to user
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
D.Hipotesis
Berdasarkan uraian yang sudah dijelaskan di atas, maka hipotesis dalam
penelitian ini adalah:
1. Sektor basis di tingkat kecamatan Kabupaten Sragen tahun 2005-2010
diduga didominasi oleh Sektor Pertanian dan Sektor Bangunan.
2. Pada tahun 2005-2010 di tingkat kecamatan Kabupaten Sragen diduga
tarjadi pergeseran atau perubahan struktur ekonomi.
3. Status kondisi perekonomian pada tahun 2005-2010 di tingkat kecamatan
Kabupaten Sragen diduga didominasi daerah yang berada diklasifikasi
daerah relatif tertinggal.
PDRB Wilayah Tingkat Kecamatan Kabupaten Sragen Tahun 2005-2010
Pembangunan Ekonomi Kabupaten Sragen Location Quotient
(LQ)
Perubahan Struktur Ekonomi Sektor Basis dan
Non Basis
Status Kondisi Perekonomian
commit to user
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan analisis data sekunder mengenai analisis
potensi pembangunan ekonomi 20 kecamatan di Kabupaten Sragen tahun
2005-2010.
B.Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data time series tahun
2005-2010, sumber data dari lembaga atau instansi yang terkait dengan
penelitian ini seperti Badan Pusat Statistik (BPS) dan bahan-bahan bacaan yang
berkaitan dengan penelitian.
C.Definisi Variabel
1. Produk Domestik Regional Bruto
Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah nilai tambah (value
added) yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu,
atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir (netto) yang dihasilkan
oleh seluruh unit ekonomi. Terdapat 2 (dua) jenis penyajian Produk
Domestik Regional Bruto:
a. PDRB Atas Dasar Harga Konstan
Jumlah nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga
yang berlaku pada satu waktu tertentu sebagai tahun dasar.
b. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
Jumlah nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga