commit to user
i
KINERJA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN MAGETAN
DALAM PENINGKATAN TINGKAT PARTISIPASI
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)
Disusun Oleh : RUT DIAN SANDRA
D0107089
SKRIPSI
Disusun Untuk Melengkapi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan Ilmu Administrasi
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
commit to user
commit to user
iv
PERSEMBAHAN
Special Thanks for :
My Dearly Father in Heaven and Jesus Christ
Thanks for your blessing, loving, caring, and guidance me along my life
Thanks to :
My father (RIP), My Mother, and Sister Nina
Thank you for everything you gave me until now, you’re my best family.
I LOVE YOU
Brother Friendly Tamba (RIP)
You are not here, but your spirit still alive for support me. Thanks Brother.
Endika Santoso
Thanks for support me and make my life more colorful.
All my friends
commit to user
v
MOTTO
Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu (1 Timotius 4 : 12)
Percayalah kepada TUHAN dengan sepenuh hatimu, dan janganlah mengandalkan pengertianmu sendiri. Ingatlah pada TUHAN dalam segala sesuatu yang kaulakukan, maka Ia akan menunjukkan kepadamu cara hidup yang baik (Raja Salomo, Amsal 3 :5-6)
Tuhan menciptakan 2 mata yang bisa melihat keatas, bawah, dan samping supaya ketika kita merasa berada di atas, kita bisa melihat ada orang lain yang lebih hebat dari kita. Dan ketika kita merasa berada di bawah, ingat ada orang lain yang berada pada kondisi di bawah kita (Hellena Pakpahan)
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Dengan segala kerendahan hati senantiasa penulis panjatkan puji syukur
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan kasih
karunia-Nya, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini, dengan judul “Kinerja
Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan dalam Peningkatan Tingkat Partisipasi
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)”.
Penulis menyadari telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak
dalam penelitian dan penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
dengan segala ketulusan, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Sudarto, M.Si, selaku pembimbing skripsi yang telah dengan
sabar meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan selama
penulisan skripsi ini,
2. Bapak Rino A. Nugroho, S.Sos, M.TI, selaku Pembimbing Akademik yang
telah memberikan arahan dan bimbingan selama perkuliahan,
3. Bapak Drs. Bambang Trianto, MM selalu Kepala Dinas Pendidikan
Kabupaten Magetan yang telah memberikan ijin dalam penelitian ini,
4. Ibu Anik, Bapak Wito, Ibu Titik Rahayu dan segenap pegawai Dinas
Pendidikan Kabupaten Magetan atas kerjasama dan bantuannya dalam
menyediakan data untuk penulisan skripsi ini.
5. Pemuda Advent GMAHK Ngemingan 53 Surakarta. Terima kasih atas doa,
dukungan dan semangatnya.
6. Teman-teman 5 sekawan: Tiyas, Tika, Chia, Chica. Kalian teman yang luar
commit to user
vii
7. Seluruh responden yang telah membantu dalam penelitian ini.
8. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu per satu, terima kasih
atas dukungan dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Maka dari itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat
diharapkan demi sempurnanya skripsi ini. Harapan penulis semoga skripsi ini
bermanfaat bagi penulis pada khususnya, bagi pembaca pada umumnya, serta
pihak-pihak yang berkepentingan dengan skripsi ini.
.
Surakarta, Agustus 2011
commit to user
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Perumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9
A. Kinerja ... 9
1. Pengertian Kinerja……….9
2. Indikator Kinerja ………11
B. Tingkat Partisipasi Pendidikan Anak Usia Dini...………...………..20
1. Tingkat Partisipasi (Participation Rate)...…………..………... 20
2. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)………...…………...25
C. Faktor Penghambat Peningkatan Tingkat Partisipasi PAUD………27
D. Kerangka Pemikiran ... 31
E. Definisi Konseptual ... 34
F. Definisi Operasional ... 34
BAB III METODE PENELITIAN ... 37
commit to user
E. Teknik Pengumpulan Data ... 45
F. Teknik Analisis Data ... 46
G. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 48
BAB IV DESKRIPSI LOKASI DAN PEMBAHASAN ... 53
Deskripsi Lokasi ... 53
A. Gambaran Umum Kabupaten Magetan……….53
B. Deskripsi Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan……….... 55
1. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran ... 55
2. Susunan Organisasi...………....60
3. Sumber Daya Manusia ... 63
4. Landasan Hukum ... 66
C. Karakteristik Responden ... 68
D. Hasil Penelitian ... 71
E. Hambatan-hambatan dalam Peningkatan Tingkat Partisipasi PAUD ... 92
commit to user
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Usia Standar di Setiap Jenjang Pendidikan………21
Tabel 3.1 Jumlah Populasi Orang Tua Anak Usia Dini di Kabupaten Magetan Tahun 2010 ... 39
Tabel 3.2 Tingkat Partisipasi PAUD di Kabupaten Magetan Tahun 2010…41 Tabel 3.3 Kelompok Kecamatan Menurut Tingkat Partisipasi PAUD...43
Tabel 3.4 Jumlah Sampel Orang Tua yang Sudah Berpartisipasi dalam PAUD...44
Tabel 3.5 Jumlah Sampel Orang Tua yang Belum Berpartisipasi dalam PAUD ... 44
Tabel 3.6 Pengujian Validitas Indikator Hasil (Outcome)……….49
Tabel 3.7 Pengujian Validitas Indikator Manfaat (Benefit) ... 49
Tabel 3.8 Pengujian Validitas Indikator Impact (Dampak) ... 50
Tabel 3.9 Pengujian Validitas Indikator Hasil (Outcome) ... 50
Tabel 3.10 Pengujian Validitas Indikator Manfaat (Benefit) ... 51
Tabel 3.11 Pengujian Validitas Indikator Impact (Dampak) ... 51
Tabel 3.12 Uji Reliabilitas Instrumen ... 52
Tabel 4.1 Luas Wilayah Adminisrasi Kabupaten Magetan ... 54
Tabel 4.2 Kondisi Demografis Kabupaten Magetan Berdasarkan Jumlah Penduduk dan Tingkat Kepadatan Tiap Kecamatan Tahun 2009.. 55
Tabel 4.3 Jumlah Pegawai Bidang TK/SD dan Bidang PNFI Menurut Jenis Kelamin ... 64
Tabel 4.4 Jumlah Pegawai Bidang TK/SD dan Bidang PNFI Menurut Tingkat Pendidikan. ... 64
Tabel 4.5 Jumlah Pegawai Bidang TK/SD dan Bidang PNFI Menurut Golongan ... 65
Tabel 4.6 Jumlah Pegawai Bidang TK/SD dan Bidang PNFI Menurut Jenis Kepegawaian ... 65
Tabel 4.7 Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin ... 67
commit to user
xi
Tabel 4.9 Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan ... 68
Tabel 4.10 Karakteristik Usia Anak Responden ... 69
Tabel 4.11 Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin ... 69
Tabel 4.12 Karakteristik Responden Menurut Usia ... 70
Tabel 4.13 Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan ... 70
Tabel 4.14 Karakteristik Usia Anak Responden ... 71
Tabel 4.15 Jumlah Dana PAUD dari APBD Tahun 2010………72
Tabel 4.16 Jumlah Lembaga PAUD Di Kabupaten Magetan Tahun 2009 − 2010…...74
Tabel 4.17 Jumlah Pendidik PAUD Di Kabupaten Magetan Tahun 2009 − 2010………....76
Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi Hasil Untuk Orang Tua yang Sudah Berpartisipasi dalam PAUD………...80
Tabel 4.19 Distribusi Frekuensi Hasil Untuk Orang Tua yang Belum Berpartisipasi dalam PAUD...82
Tabel 4.20 Distribusi Frekuensi Manfaat Untuk Orang Tua yang Sudah Berpartisipasi dalam PAUD ... 85
Tabel 4.21 Distribusi Frekuensi Manfaat Untuk Orang Tua yang Belum Berpartisipasi dalam PAUD ... 86
Tabel 4.22 Distribusi Frekuensi Dampak Untuk Orang Tua yang Sudah Berpartisipasi dalam PAUD ... 91
Tabel 4.23 Distribusi Frekuensi Dampak Untuk Orang Tua yang Belum Berpartisipasi dalam PAUD ... 89
commit to user
xii
DAFTAR BAGAN
commit to user
xiii ABSTRAK
Rut Dian Sandra, D0107089, Kinerja Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan dalam Peningkatan Tingkat Partisipasi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Skripsi, Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2011.
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan pendidikan yang paling mendasar menempati posisi yang strategis dalam pembangunan sumber daya manusia. Namun sampai saat ini belum semua anak usia dini berpartisipasi dalam PAUD. Hal ini menyebabkan rendahnya angka partisipasi PAUD di Kabupaten Magetan yaitu sebesar 26,81% pada tahun 2010. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kinerja Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan dalam peningkatan tingkat partisipasi PAUD.
Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Teknik pengumpulan data dengan angket, observasi dan dokumentasi. Sumber data yang digunakan adalah data primer dengan menggunakan kuesioner dan data sekunder yang berkaitan dengan penelitian ini. Populasi penelitian ini adalah orang tua anak usia dini (0-6 tahun). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
area sampling. Responden dalam penelitian ini berjumlah 100 orang yang terdiri
dari 27 orang tua yang anaknya sudah mengikuti PAUD dan 73 orang tua yang anaknya belum mengikuti PAUD di Kabupaten Magetan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa input dalam peningkatan tingkat partisipasi berupa dana dan SDM pegawai Dindik sebanyak 20 orang. Output yang dihasilkan berupa sudah terlaksananya upaya peningkatan tingkat partisipasi PAUD melalui sosialisasi, meningkatnya jumlah lembaga PAUD dari tahun 2009 sebesar 628 lembaga menjadi 644 lembaga pada tahun 2010, dan meningkatnya jumlah tenaga pendidik PAUD dari tahun 2009 sebanyak 1.039 pendidik menjadi 1.339 pendidik pada tahun 2010. Pada indikator outcomes, meningkatnya angka partisipasi PAUD sebesar 3,07% dari tahun 2009 sebesar 23,88% menjadi 26,81% pada pada tahun 2010. Selain itu 85,19% responden yang sudah berpartisipasi dalam PAUD telah memahami PAUD dan 56,16% responden yang belum berpartisipasi sudah memahami tetapi 42,47% kurang paham akan program ini. Pada indikator manfaat (benefit) sebanyak 81,48% responden yang sudah berpartisipasi dalam PAUD telah merasakan manfaat peningkatan partisipasi PAUD sementara 75,34% responden yang belum berpartisipasi kurang merasakan manfaat dari peningkatan partisipasi PAUD. Sementara itu pada indikator dampak
(impact), 85,19 % responden yang sudah berpartisipasi dalam PAUD menyatakan
upaya peningkatan partisipasi PAUD berdampak luas bagi mereka. Begitu juga 89,04% responden yang belum berpartisipasi menyatakan hal yang sama. Hambatan yang dihadapi adalah terbatasnya jumlah lembaga PAUD di wilayah pedesaan dan terbatasnya jumlah tenaga pendidik.
commit to user
xiv ABSTRACT
Rut Dian Sandra, D0107089, Performance of Education Office of Magetan District in Increasing Participation Rate of Early Childhood Education (ECE), Thesis, Public Administration Faculty of Social and Political Science, Sebelas Maret University, 2011.
Early Childhood Education (ECE) is the most basic education occupies a strategic position in the development of human resources. But until now there has been not all of any children join the early childhood education program. This leads to low enrollment in early childhood participation in Magetan district is 26,81% at 2010. The purpose of this research was to determine the performance of The Education Office of Magetan district in increasing participation rate of early childhood education.
commit to user BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan sangatlah penting bagi setiap individu, masyarakat, bangsa
dan negara. Pada dasarnya pendidikan merupakan upaya untuk mewujudkan
tujuan bangsa seperti yang diamanatkan dalam alinea IV Undang-Undang
Dasar 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara yang
nantinya membawa perubahan sangat besar bagi ketercapaian bangsa yang
ideal. Pendidikan merupakan pilar untuk membangun sumber daya manusia
yang berkualitas dan pendidikan yang berkualitas akan mampu mengantarkan
bangsa Indonesia menjadi bangsa yang modern, maju dan sejahtera. Dengan
pendidikan maka bangsa Indonesia akan mempunyai keunggulan dan
kemampuan bersaing dengan bangsa-bangsa lain di dunia, agar negara kita
bisa tetap bertahan pada era globalisasi ini.
Dalam upaya mewujudkan tujuan bangsa Indonesia khususnya pada
tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa, maka pembangunan di sektor
pendidikan menjadi bagian yang sangat penting. Dalam Pasal 31 ayat (1)
UUD 1945 disebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapat
pengajaran. Sedangkan dalam ayat (2) menegaskan pemerintah mengusahakan
dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang diatur dalam
commit to user
Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas)
memiliki tugas, fungsi dan kewajiban meningkatkan kualitas Sumber Daya
Manusia melalui pemberdayaan pendidikan baik secara formal maupun
nonformal. Seperti tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)
menyebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Namun sampai pada saat ini pembangunan bidang pendidikan di
Indonesia masih terganjal dengan adanya berbagai permasalahan. Salah satu
permasalahan mendasar yang memerlukan perjuangan berat bagi bangsa
berpenduduk besar ini adalah belum tercapainya pemerataan pelayanan
pendidikan baik dari aspek kesempatan maupun kualitasnya. Rendahnya
kualitas hasil pendidikan berdampak pada rendahnya kualitas Sumber Daya
Manusia (SDM) sebagai akibat dari tidak dipersiapkannya pendidikan anak
sejak usia dini (PAUD) yang lebih dikenal dunia internasional dengan istilah ECED (Early ChildhoodEducation and Development).
Pendidikan Anak Usia Dini pada prinsipnya sangat penting diterapkan
commit to user
sekedar berfungsi untuk memberikan pengalaman belajar kepada anak, tetapi
yang lebih penting berfungsi untuk mengoptimalkan perkembangan otak
(www.sadidadalila.wordpress.com). Bahkan pentingnya PAUD ini juga telah
menjadi perhatian dunia internasional. Dalam pertemuan Forum Pendidikan
dunia tahun 2000 di Dakar, Senegal telah menghasilkan enam kesepakatan
sebagai kerangka aksi pendidikan untuk semua (Education for All), yang salah
satu butirnya menyatakan akan memperluas dan memperbaiki keseluruhan
perawatan dan pendidikan anak usia dini (PAUD), terutama bagi anak-anak
yang sangat rawan dan kurang beruntung.
Anggapan bahwa pendidikan baru bisa dimulai setelah usia sekolah
dasar (usia 7 tahun), ternyata tidaklah benar. Bahkan pendidikan yang dimulai
pada usia kanak-kanak (4-6 tahun) pun sebenarnya sudah terlambat. Menurut
hasil penelitian di bidang neurologi seperti yang dilakukan oleh Dr. Benyamin
S. Bloom, seorang ahli pendidikan dari Universitas Chicago, Amerika Serikat,
mengemukakan bahwa pertumbuhan sel jaringan otak pada anak usia 0-4
tahun mencapai 50%. Artinya, apabila pada usia tersebut otak anak tidak
mendapatkan rangsangan yang maksimal, maka otak anak tidak akan
berkembang secara optimal (www.edukasi.kompasiana.com).
Pada kenyataannya bahwa selama ini perhatian terhadap pendidikan
anak usia dini di Indonesia masih sangat rendah jika dibandingkan dengan
negara-negara lain, terutama negara maju. Padahal jika belajar dari
pengalaman negara maju, konsep pembangunan sumber daya manusia (SDM)
commit to user
Singapura dan Korea, hampir seluruh anak usia dini sudah terlayani PAUD.
Sedangkan di Malaysia, pelayanan PAUD sudah mencakup 70% anak.
Bahkan di Singapura masalah penuntasan dua bahasa, yaitu Bahasa Cina dan
Bahasa Inggris telah terselesaikan di tingkat Taman Kanak-Kanak (TK). Hal
ini terbukti dari negara tersebut menduduki peringkat ketiga dunia dalam hal
kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Jauh lebih baik dibandingkan
Indonesia yang hanya berada di peringkat 110 (Singapura, Korea Selatan dan
Malaysia masing-masing berada diperingkat 25, 27 dan 59).
Berdasarkan fakta pemerintah telah berupaya merancang berbagai
program yang relevan dengan kebijakan pendidikan nasional, terutama pada
jenjang pendidikan usia dini. Namun kenyataannya sampai saat ini tingkat
partisipasi PAUD secara nasional belum menunjukkan hasil yang maksimal.
Menurut data Balitbang Kemendiknas, pada tahun 2008 angka partisipasi
PAUD mencapai 15,1 juta atau sekitar 50,62%. Sedangkan pada tahun 2009
angka partisipasi mencapai 15,3 juta atau sekitar 53,7% . Meskipun angka
partisipasi PAUD sudah meningkat, masih sekitar 46,4% belum berpartisipasi
dalam PAUD (www.paud-kemendiknas.com). Menurut Menteri Pendidikan
Nasional (Mendiknas), Mohammad Nuh, pemerintah akan memprioritaskan
pendidikan anak usia dini pada tahun 2011 dan pemerintah juga bertekad
menaikkan angka partisipasi PAUD baik secara nasional maupun daerah
(www.antaranews.com).
Program pendidikan anak usia dini sudah berkembang dan
commit to user
dari sekitar 4.022.338 anak usia 0-6 tahun, sebanyak 2.744.132 (68,22%) anak
belum berpartisipasi dalam PAUD. Menurut data Kemendiknas tahun 2009,
dari 38 kabupaten dan kota di Jawa Timur, wilayah yang memiliki tingkat
partisipasi PAUD tertinggi adalah Kota Probolinggo dengan APK PAUD
118,64% disusul Kabupaten Pasuruan dengan APK PAUD 115,03%.
Sementara itu wilayah yang memiliki tingkat partisipasi PAUD terendah
adalah Kabupaten Bangkalan dengan APK PAUD 63,10% disusul oleh
Kabupaten Magetan di posisi terendah kedua dengan APK PAUD 68,33%
(www.psp.kemendiknas.go.id).
Sebagian besar anak berusia 0-6 tahun di Kabupaten Magetan belum
berpartisipasi dalam PAUD. Tingkat partisipasi PAUD di Kabupaten Magetan
masih cukup rendah dibandingkan dengan daerah lain di Jawa Timur.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan
menunjukkan bahwa pada tahun 2010 jumlah anak berusia 0-6 tahun di
Kabupaten Magetan mencapai 61.870 anak, sedangkan yang sudah
berpartisipasi dalam PAUD baik formal ataupun nonformal baru mencapai
16.586 anak. Dengan demikian angka partisipasi PAUD di Kabupaten
Magetan hanya sebesar 26,81 % dan sekitar 73,19% yang belum
berpartisipasi.
Kinerja birokrasi pelayanan publik selama ini banyak mendapat
sorotan negatif dari masyarakat karena dinilai kurang optimal dalam
memberikan pelayanan kepada publik. Salah satu instansi yang mendapat
commit to user
sebagai unsur pelaksana Pemerintah Kabupaten Magetan dalam bidang
pendidikan berkomitmen tinggi untuk meningkatkan kinerjanya dalam
mencapai tujuan organisasi. Pada dasarnya kinerja merupakan gambaran
mengenai tingkat pencapaian suatu kegiatan/program/kebijakan sesuai dengan
sasaran, tujuan, visi, dan misi organisasi.
Kinerja Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan dalam peningkatan
tingkat partisipasi PAUD merupakan suatu capaian hasil kerja Dinas
Pendidikan Kabupaten Magetan dengan segenap jajarannya yang
menggambarkan tanggung jawab, tugas dan wewenang yang diemban dalam
menyelenggarakan peningkatan tingkat partisipasi PAUD. Selama ini Dinas
Pendidikan Kabupaten Magetan telah berusaha meningkatkan kinerjanya
dalam peningkatan tingkat partisipasi PAUD. Dinas Pendidikan telah
berupaya mensosialisasikan program PAUD kepada masyarakat. Selain itu,
kinerja Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan dalam peningkatan tingkat
partisipasi PAUD selama ini dapat dilihat dari perkembangan PAUD. Secara
kuantitas, jumlah lembaga PAUD sudah bertambah dari tahun ke tahun. Pada
tahun 2009 jumlah lembaga PAUD formal dan non formal adalah 628
lembaga, dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 644 lembaga. Sementara itu
angka partisipasi PAUD pada tahun 2009 adalah 23,88% dan pada tahun 2010
meningkat menjadi 26,81%. Penjabaran tersebut merupakan gambaran singkat
tentang kinerja Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan selama ini. Kinerja
sangat erat kaitannya dengan sejauh mana tujuan organisasi telah dicapai.
commit to user
adalah meningkatkan tingkat partisipasi PAUD. Kinerja Dinas Pendidikan
Kabupaten Magetan akan berpengaruh pada keberhasilan atau kegagalan
peningkatan tingkat partisipasi PAUD di Kabupaten Magetan.
Dengan melihat permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka
penulis tertarik untuk memperoleh informasi dan gambaran lebih jauh
mengenai kinerja Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan dalam peningkatan
tingkat partisipasi PAUD. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul Kinerja Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan dalam
Peningkatan Tingkat Partisipasi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang permasalahan yang diuraikan
sebelumnya, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut :
“Bagaimana Kinerja Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan dalam
Peningkatan Tingkat Partisipasi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)?”
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penelitian Kinerja Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan
dalam Pelaksanaan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah :
1. Untuk mengetahui Kinerja Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan dalam
commit to user
2. Tujuan individual dari penelitian ini adalah untuk untuk memenuhi
persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana di bidang Ilmu Administrasi
Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
D. Manfaat Penulisan
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat :
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan-masukan dalam
peningkatan tingkat partisipasi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang
dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan.
2. Mempraktekkan teori-teori administrasi negara atas permasalahan kinerja
commit to user BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kinerja
1. Pengertian Kinerja
Istilah kinerja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:570)
adalah sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, kemampuan
kerja. Menurut Kamus Illustrated Oxford Dictionary, istilah ini
menunjukkan “the execution or fulfillment of a duty” (pelaksanaan atau
pencapaian dari suatu tugas) atau “a person’s achievement under test
condition etc” (pencapaian hasil dari seseorang ketika diuji). Yeremias T.
Keban (2004:191-192)
Menurut Rogers dalam Mahmudi (2010:6), mendefinisikan kinerja
sebagai hasil kerja itu sendiri (outcomes of work), karena hasil kerja
memberi keterkaitan yang kuat terhadap tujuan-tujuan strategik organisasi,
kepuasan pelanggan, dan kontribusi ekonomi. Bernardin dan Russel dalam
Achmad Ruky (2002:15) mendefinisikan “performance is defined as the
record of outcomes produced on a specified job function or activity during
specified time period” (kinerja sebagai catatan tentang hasil-hasil/outcome
yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan tertentu
selama kurun waktu tertentu).
Encyclopedia of Public Administration and Public Policy Tahun
commit to user
memberikan gambaran sampai seberapa jauh organisasi mencapai hasil
ketika dibandingkan dengan kinerjanya terdahulu (previous performance),
dibandingkan dengan organisasi lain (benchmarking), dan sampai seberapa
jauh pencapaian tujuan dan target yang telah ditetapkan.
Joko Widodo (2008:78-79) menyatakan bahwa pada hakikatnya
kinerja berkaitan dengan tanggung jawab individu atau organisasi dalam
menjalankan apa yang menjadi wewenang dan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya. Kinerja adalah melakukan suatu kegiatan dan
menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil
seperti yang diharapkan.
Sedangkan menurut Lembaga Administrasi Negara (LAN) dalam
Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (LAKIP), menyebutkan bahwa kinerja instansi pemerintah
adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian sasaran ataupun tujuan
instansi pemerintah sebagai penjabaran dari visi, misi, dan strategi instansi
pemerintah yang mengindikasikan tingkat keberhasilan dan kegagalan
pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan program dan kebijakan yang
ditetapkan.
Dari berbagai pengertian tersebut diatas, pada dasarnya kinerja
merupakan hasil kerja (outcomes) yang dicapai oleh suatu organisasi
sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya atau sebagai gambaran
commit to user
dilihat secara kualitas maupun kuantitas sesuai dengan sasaran, tujuan,
visi, dan misi organisasi yang bersangkutan.
2. Indikator Kinerja
Untuk menilai atau mengukur keberhasilan atau kegagalan
pelaksanaan suatu kegiatan/program, diperlukan suatu pengukuran kinerja
agar sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. James B.
Whittaker dalam Hessel Tangkilisan (2005:171) mengemukakan bahwa
pengukuran/penilaian kinerja merupakan suatu alat manajemen yang
digunakan untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan
akuntabilitas. Penilaian kinerja juga digunakan untuk menilai pencapaian
tujuan dan sasaran (goals and objective).
Definisi yang dikemukakan Whittaker tersebut tidak jauh berbeda
dari definisi yang tertuang dalam Reference Guide, Province of Alberta,
Canada dalam Hessel Tangkilisan (2005:172) yang menyebutkan bahwa
pengukuran kinerja merupakan suatu metode untuk menilai kemajuan
yang telah dicapai dibandingkan dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Mardiasmo dalam Hessel Tangkilisan (2005:172) juga mengemukakan
bahwa tolok ukur kinerja organisasi publik berkaitan dengan ukuran
keberhasilan yang telah dicapai oleh organisasi tersebut, karena satuan
ukur yang relevan digunakan adalah efisiensi pengelolaan dana dan tingkat
commit to user
Penilaian terhadap kinerja bagi setiap organisasi merupakan suatu
kegiatan yang sangat penting. Penilaian terhadap kinerja perlu dilakukan
untuk mengetahui apakah selama pelaksanaan kinerja terdapat
penyimpangan dari pekerjaan atau apakah pekerjaan sudah sesuai dengan
jadwal waktu yang telah ditentukan, atau apakah hasil kinerja telah sesuai
target yang diharapkan. Penilaian tersebut dapat digunakan sebagai ukuran
keberhasilan suatu organisasi dalam kurun waktu tertentu. Selain itu dapat
juga dijadikan input bagi perbaikan atau peningkatan kinerja organisasi
selanjutnya. Seperti diungkapkan Juhani Ukko (2008:89) dalam
International Journal of Business Performance Management, Volume 10,
No.1, berjudul “The Impacts of Performance Measurement on the Quality
of Working Life” yang menyatakan:
“Performance measurement is quite often viewed from the perspective of the management. The management sets the targets and applies performance measurement to monitor whether these targets are met.”(Pengukuran kinerja cukup sering dilihat dari perspektif manajemen. Manajemen menetapkan target dan menerapkan pengukuran kinerja untuk memantau apakah target tersebut terpenuhi).
Faustino Cordoso Gomes (2003:135-136) menyatakan bahwa
tujuan penilaian kinerja organisasi publik penting untuk memotivasi
perbaikan kinerja pada waktu yang akan datang (to motivate future
performance improvement). Penilaian kinerja pada dasarnya merupakan
faktor kunci guna mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan
commit to user
Penilaian kinerja menurut Agus Dwiyanto (2006:47) merupakan
suatu kegiatan yang sangat penting karena dapat digunakan sebagai ukuran
keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai misinya. Manfaat
pengukuran dan penilaian kinerja organisasi menurut Bastian dalam
Hessel Tangkilisan (2005: 173-174), akan dapat mendorong pencapaian
tujuan organisasi dan akan memberikan umpan balik untuk upaya
perbaikan secara terus menerus (berkelanjutan).
Penilaian atau pengukuran kinerja menurut SK Kepala LAN Nomor
239/IX/6/8/2003 adalah proses sistematis dan berkesinambungan untuk
menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan
program, kebijakan, sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam
mewujudkan visi, misi dan strategi instansi pemerintah. Proses ini
dimaksudkan untuk menilai pencapaian setiap indikator kinerja guna
memberikan gambaran tentang keberhasilan dan kegagalan pencapaian
tujuan dan sasaran.
Menurut Mahmudi (2010:7) pengukuran kinerja meliputi aktivitas
penetapan serangkaian indikator kinerja yang memberikan informasi
sehingga memungkinkan bagi unit kerja sektor publik untuk memonitor
kinerjanya dalam menghasilkan output dan outcome terhadap masyarakat.
Lebih lanjut Mahmudi (2010:14) menyebutkan bahwa tujuan dilakukan
pengukuran kinerja di sektor publik adalah :
a. Mengetahui tingkat ketercapaian tujuan organisasi
commit to user c. Memperbaiki kinerja periode berikutnya
d. Memberikan pertimbangan yang sistematik dalam pembuatan
keputusan pemberian reward and punishment
e. Memotivasi pegawai
f. Menciptakan akuntabilitas publik
Menurut Joko Widodo (2008:91), indikator kinerja merupakan
ukuran kuantitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran
dan tujuan. Indikator kinerja adalah ukuran keberhasilan dari suatu tujuan
dan sasaran organisasi. Indikator kinerja dapat dijadikan patokan (standar)
untuk menilai keberhasilan dan kegagalan penyelenggaraan program
dalam mencapai misi dan visi organisasi.
Sedarmayanti (2009:198) menyatakan bahwa tanpa adanya
indikator kinerja, maka akan sulit untuk menilai kinerja
(keberhasilan/ketidakberhasilan) kebijakan/program/kegiatan, dan pada
akhirnya kinerja organisasi/unit kerja pelaksananya. Secara umum
Sedarmayanti menyebutkan fungsi indikator kinerja sebagai berikut :
a. Memperjelas tentang apa, berapa, dan kapan kegiatan dilaksanakan.
b. Menciptakan consensus yang dibangun oleh berbagai pihak terkait
untuk menghindari kesalahan interpretasi selama pelaksanaan
kebijakan/program/kegiatan dan dalam menilai kinerja.
c. Membangun dasar pengukuran, analisis, dan kinerja organisasi atau
commit to user
Rifat O. Shannak (2009:244) dalam European Journal of Scientific
Research, Volume 35, Nomor 2, yang berjudul “Measuring Knowledge
Management Performance”, menyebutkan bahwa:
“There are some features which should exist in the performance
indicators; for example they should have relevance for project goals, and provisional, since there may appear a need to eventually change the performance indicator. The indicator also needs to be understandable, valid, sufficiently flexible, and in line with the organization and its business goals, as well as the purpose
it was developed for.” (Ada beberapa segi yang harus ada dalam
indikator-indikator kinerja: misalnya, indikator tersebut harus relevan dengan tujuan-tujuan proyek dan sementara, karena sesudah itu mungkin ada kebutuhan untuk akhirnya mengubah indikator kinerja. Indikator juga perlu dimengerti, valid, cukup fleksibel, dan sesuai dengan organisasi dan tujuan bisnis perusahaan, serta untuk apa tujuan itu dikembangkan).
Hal tersebut selanjutnya diperjelas oleh Sedarmayanti (2009:198)
yang juga menyebutkan berbagai syarat indikator kinerja :
a. Spesifik dan jelas, sehingga dapat dipahami dan tidak ada
kemungkinan kesalahan interpretasi.
b. Dapat diukur secara obyektif, baik bersifat kuantitatif maupun
kualitatif, yaitu : dua atau lebih yang mengukur indikator kinerja
mempunyai kesimpulan yang sama.
c. Relevan, harus memiliki aspek obyektif yang relevan.
d. Dapat dicapai, penting, dan harus berguna untuk menunjukkan
keberhasilan input, output, hasil, manfaat dan dampak serta proses.
e. Harus fleksibel dan sensitif terhadap perubahan/penyesuaian,
commit to user
Yeremias T. Keban (2004:200) menyatakan bahwa penilaian
kinerja yang efektif adalah penilaian yang telah menggunakan
prinsip-prinsip penilaian dan secara tepat menilai apa yang seharusnya dinilai.
Ratminto dan Atik Septi Winarsih (2010:174) menjelaskan bahwa
indikator kinerja sangat bervariasi sesuai dengan fokus dan konteks
penelitian yang dilakukan dalam proses penemuan dan penggunaan
indikator tersebut.
Selanjutnya Agus Dwiyanto (2006:50-51) memberikan gambaran
yang lebih jelas mengenai indikator yang biasa digunakan untuk mengukur
kinerja birokrasi publik antara lain :
1. Produktivitas
Konsep produktivitas tidak hanya mengukur tingkat efisiensi, tetapi
juga mengukur efektivitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya
dipahami sebagai rasio antara input dengan output. General
Accounting Office (GAO) mencoba mengembangkan suatu ukuran
produktivitas yang lebih luas dengan memasukkan seberapa besar
palayanan publik itu memiliki hasil yang diharapkan sebagai salah satu
indikator kinerja yang penting.
2. Kualitas Layanan
Isu mengenai kualitas pelayanan cenderung menjadi penting dalam
menjelaskan kinerja organisasi pelayanan publik. Banyak pandangan
negatif yang terbentuk mengenai organisasi muncul karena
commit to user
Dengan demikian, kepuasan masyarakat terhadap pelayanan dapat
dijadikan indikator kinerja organisasi publik. Kepuasan masyarakat
bisa menjadi parameter untuk menilai kinerja organisasi.
3. Responsivitas
Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk mengenali
kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, dan
mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan
kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Responsivitas menunjuk pada
keselarasan antara program dan kegiatan pelayanan dengan kebutuhan
dan aspirasi masyarakat. Responsivitas dimasukkan sebagai salah satu
indikator kinerja karena responsivitas secara langsung menggambarkan
kemampuan organisasi publik dalam menjalankan misi dan tujuannya,
terutama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Responsivitas yang
rendah ditunjukkan dengan ketidakselarasan antara pelayanan dan
kebutuhan masyarakat. Hal tersebut menunjukkan kegagalan
organisasi dalam mewujudkan misi dan tujuan organisasi publik.
Organisasi yang memiliki responsivitas rendah dengan sendirinya
memiliki kinerja yang jelek pula.
4. Responsibilitas
Responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan organisasi
publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang
commit to user
maupun implisit. Oleh sebab itu, responsibilitas bisa saja pada suatu
ketika berbenturan dengan responsivitas.
5. Akuntabilitas
Akuntabilitas publik menunjuk pada seberapa besar kebijakan dan
kegiatan organisasi publik tunduk pada para pejabat politik yang
dipilih oleh rakyat. Akuntabilitas publik dapat digunakan untuk
melihat seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik itu
konsisten dengan kehendak masyarakat banyak. Kinerja organisasi
publik tidak hanya bisa dilihat dari ukuran internal yang
dikembangkan oleh organisasi publik atau pemerintah, seperti
pencapaian target. Kinerja sebaiknya harus dinilai dari ukuran
eksternal, seperti nilai-nilai dan norma yang berlaku dalam
masyarakat. Suatu kegiatan organisasi publik memiliki akuntabilitas
yang tinggi kalau kegiatan itu dianggap benar dan sesuai dengan nilai
dan norma yang berkembang dalam masyarakat.
Sedangkan indikator kinerja menurut Joko Widodo (2008:91)
selaras dengan isi Surat Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara
(LAN) Nomor 239/IX/6/8/2003 tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan
Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). Indikator
kinerja tersebut dikategorikan ke dalam kelompok sebagai berikut :
1. Masukan (inputs) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar
commit to user
menghasilkan output, misalnya sumber daya manusia, dana, material,
waktu, teknologi, dan sebagainya
2. Keluaran (outputs) adalah segala sesuatu berupa produk/jasa (fisik
dan/atau non fisik) sebagai hasil langsung dari pelaksanaan suatu
kegiatan dan program berdasarkan masukan yang digunakan
3. Hasil (outcomes) adalah segala sesuatu yang mencerminkan
berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah. Outcomes
merupakan ukuran seberapa jauh setiap produk jasa dapat memenuhi
kebutuhan dan harapan masyarakat
4. Manfaat (benefits) adalah kegunaan suatu keluaran (outputs) yang
dirasakan langsung oleh masyarakat. Dapat berupa tersedianya fasilitas
yang dapat diakses oleh publik
5. Dampak (impacts) adalah ukuran tingkat pengaruh sosial, ekonomi,
lingkungan atau kepentingan umum lainnya yang dimulai oleh capaian
kinerja setiap indikator dalam suatu kegiatan.
Indikator-indikator tersebut secara langsung atau tidak langsung
dapat mengindikasikan sejauh mana keberhasilan pencapaian sasaran.
Dalam hubungan ini, penetapan indikator kinerja kegiatan merupakan
proses identifikasi, pengembangan, seleksi dan konsultasi tentang
indikator kinerja atau ukuran kinerja atau ukuran keberhasilan kegiatan
dan program-program instansi.
Berdasarkan beberapa indikator kinerja yang disampaikan tersebut,
commit to user
menurut SK LAN Nomor 239/IX/6/8/2003 mengenai Pedoman
Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Publik. Indikator yang
digunakan dalam penelitian ini adalah input, output, outcome, benefit, dan
impact. Alasan pemilihan indikator tersebut adalah karena Dinas
Pendidikan Kabupaten Magetan merupakan instansi pemerintah yang
kinerjanya bisa dinilai dari input, output, outcome, benefit, dan impact
yang dicapai oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan dalam
meningkatkan partisipasi PAUD. Melalui indikator tersebut kita dapat
melihat sejauh mana pencapaian peningkatan tingkat partisipasi PAUD
yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan yang dirasakan
oleh masyarakat. Pemilihan indikator menurut SK LAN ini juga tidak
terlepas dari faktor-faktor yang menghambat proses peningkatan tingkat
partisipasi PAUD, mengingat anak usia dini yang sudah mengikuti PAUD
di Magetan baru mencapai 26,81% dari jumlah keseluruhan atau dengan
kata lain peningkatan tingkat partisipasi PAUD yang dilakukan oleh Dinas
Pendidikan belum menunjukkan hasil yang maksimal.
B. Tingkat Partisipasi Pendidikan Anak Usia Dini 1. Tingkat Partisipasi (Participation Rate)
Pemerintah menggunakan tingkat partisipasi untuk menilai
kesuksesan atau kegagalan suatu program. Tingkat partisipasi adalah rasio
antara jumlah penduduk yang terlibat dengan jumlah penduduk seluruhnya
commit to user
ukuran tingkat partisipasi sekolah yang utama, yaitu Angka Partisipasi
Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM). Keduanya mengukur
penyerapan penduduk usia sekolah oleh sektor pendidikan. Perbedaan
diantara keduanya adalah penggunaan kelompok usia "standar" di setiap
jenjang pendidikan. Usia standar yang dimaksud adalah rentang usia yang
dianjurkan pemerintah dan umum dipakai untuk setiap jenjang pendidikan,
yang ditampilkan pada tabel berikut:
Tabel 2.1
Usia Standar di Setiap Jenjang Pendidikan Jenjang Kelompok Usia
PAUD 0 – 6 tahun
SD 7 – 12 tahun
SMP 13 – 15 tahun
SMA 16 – 18 tahun
Perguruan Tinggi 19 tahun keatas
Tingkat partisipasi dapat diketahui dari angka partisipasi kasar dan
tingkat partisipasi murni. Begitu pula dengan tingkat partisipasi PAUD
dapat dilihat dari :
a. Angka Partisipasi Kasar (APK)
Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah rasio jumlah siswa,
berapapun usianya, yang sedang sekolah di tingkat pendidikan tertentu
terhadap jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan
jenjang pendidikan tertentu. Misal, APK PAUD sama dengan jumlah
siswa yang mengikuti PAUD dibagi dengan jumlah penduduk
commit to user
Kegunaan APK adalah untuk menunjukkan tingkat partisipasi
penduduk secara umum di suatu tingkat pendidikan. APK merupakan
indikator yang paling sederhana untuk mengukur daya serap penduduk
usia sekolah di masing-masing jenjang pendidikan.
Cara menghitung APK didapat dengan membagi jumlah penduduk
yang sedang bersekolah (atau jumlah siswa), tanpa memperhitungkan
umur, pada jenjang pendidikan tertentu dengan jumlah penduduk
kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan tersebut.
Rumus :
Keterangan :
𝐸ℎ𝑡 = jumlah penduduk yang pada tahun t dari berbagai usia sedang
sekolah pada jenjang pendidikan h
𝑃ℎ𝑡,𝑎 = jumlah penduduk yang pada tahun t berada pada kelompok usia
a yaitu kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang
pendidikan h
Data yang diperlukan untuk menghitung Angka Partisipasi Kasar
adalah sebagai berikut :
− Data jumlah penduduk yang pada tahun t sedang sekolah (atau
menjadi siswa) dari berbagai usia, pada setiap jenjang pendidikan.
− Data jumlah penduduk per kelompok usia standar (lihat tabel usia
standar) yang berkaitan dengan setiap jenjang pendidikan. 𝐴𝑃𝐾ℎ = 𝐸ℎ
𝑡 𝑃ℎ𝑡,𝑎
commit to user b. Angka Partisipasi Murni (APM)
Angka Partisipasi Murni (APM) adalah persentase siswa dengan
usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikannya dari jumlah
penduduk di usia yang sama.
Kegunaan APM adalah untuk menunjukkan partisipasi sekolah
penduduk usia sekolah di tingkat pendidikan tertentu. Seperti APK,
APM juga merupakan indikator daya serap penduduk usia sekolah di
setiap jenjang pendidikan. Tetapi, jika dibandingkan APK, APM
merupakan indikator daya serap yang lebih baik karena APM melihat
partisipasi penduduk kelompok usia standar di jenjang pendidikan
yang sesuai dengan standar tersebut.
Cara Menghitung APM di suatu jenjang pendidikan didapat dengan
membagi jumlah siswa atau penduduk usia sekolah yang sedang
bersekolah dengan jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan
dengan jenjang sekolah tersebut.
Rumus :
Keterangan :
𝐸ℎ𝑡,𝑎 = jumlah siswa/penduduk kelompok usia a yang bersekolah di
tingkat pendidikan h pada tahun t
𝑃ℎ𝑡,𝑎 = jumlah penduduk kelompok usia a yang berkaitan dengan usia
sekolah standar di tingkat pendidikan h. 𝐴𝑃𝑀ℎ𝑡 = 𝐸ℎ,𝑎
𝑡
𝑃ℎ𝑡,𝑎
commit to user
Contoh : APM PAUD adalah jumlah penduduk usia 0-6 tahun yang
sedang bersekolah di PAUD dibagi dengan jumlah penduduk usia 0-6
tahun.
Data yang diperlukan untuk menghitung Angka Partisipasi Murni
adalah sebagai berikut :
− Jumlah penduduk kelompok usia sekolah yang masih bersekolah di
tingkat pendidikan tertentu.
− Jumlah penduduk kelompok usia sekolah yang standar (contoh:
kelompok usia PAUD=0−6 tahun, SD=7−12 tahun, SMP=13−15
tahun, SMA=16−18 tahun, dst)
Selisih antara APK dan APM menunjukkan proporsi siswa yang
tertinggal atau terlalu cepat bersekolah. Kelemahan APM adalah
kemungkinan adanya kekurangan estimasi karena siswa diluar kelompok
usia yang standar di tingkat pendidikan tertentu.
Tingkat partisipasi pendidikan merupakan indikator untuk melihat
perbandingan jumlah penduduk bersekolah terhadap jumlah penduduk usia
sekolah. Secara umum tingginya tingkat partisipasi pendidikan disebabkan
oleh tingginya penduduk yang bersekolah, maka tingkat partisipasi
tersebut menunjukkan kinerja partisipasi sekolah yang tinggi. Tingkat
Partisipasi Pendidikan dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑒𝑘𝑜𝑙𝑎ℎ
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑢𝑠𝑖𝑎𝑠𝑒𝑘𝑜𝑙𝑎ℎ × 100
Dari beberapa keterangan diatas, dapat disimpulkan bahwa rasio
commit to user
jumlah seluruh penduduk usia dini disebut dengan istilah Tingkat
Partisipasi Pendidikan Anak Usia Dini (TP PAUD), yang pada dasarnya
merupakan besarnya jumlah anak usia dini yang mengikuti pendidikan
usia dini. Tingkat Partisipasi Pendidikan Anak Usia Dini dapat dihitung
dengan menggunakan rumus:
jumlah penduduk ikut PAUD
jumlah penduduk usia 0−6 tahun × 100
2. Pendidikan Anak Usia Dini
Pendidikan anak usia dini (PAUD) menurut Undang-Undang No.
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (pasal 1 butir 14)
adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir
sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan
rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih
lanjut.
Berdasarkan PP Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan, fungsi dan tujuan PAUD diatur dalam Pasal
61. Berikut fungsi dan tujuan dari PAUD :
a. Pendidikan anak usia dini berfungsi membina, menumbuhkan, dan
mengembangkan seluruh potensi anak usia dini secara optimal
sehingga terbentuk perilaku dan kemampuan dasar sesuai dengan tahap
perkembangannya agar memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan
commit to user b. Pendidikan anak usia dini bertujuan:
1. Membangun landasan bagi berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, berkepribadian luhur, sehat, berilmu,
cakap, kritis, kreatif, inovatif, mandiri, percaya diri, dan menjadi
warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab; dan
2. Mengembangkan potensi kecerdasan spiritual, intelektual,
emosional, kinestetis, dan sosial peserta didik pada masa emas
pertumbuhannya dalam lingkungan bermain yang edukatif dan
menyenangkan.
Adapun bentuk dan jenis satuan PAUD di Indonesia dibagi
menjadi 2 macam yaitu:
a. PAUD Formal yang terdiri dari :
1. Taman Kanak-Kanak (TK)
2. Raudatul Athfal (RA)
b. PAUD Nonformal yang terdiri dari :
1. Kelompok Bermain (KB)
2. Taman Penitipan Anak (TPA)
3. Satuan PAUD Sejenis (SPS)
Pemerintah melalui Kemendiknas membuat tiga pilar kebijakan
commit to user
a. Perluasan dan pemerataan akses layanan PAUD kepada semua anak
melalui pemberdayaan semua potensi yang ada di masyarakat dan
keberpihakan kepada anak-anak yang kurang beruntung.
b. Peningkatan mutu, relevansi dan daya saing antara lain dengan cara
mengupayakan PAUD yg murah dan mudah, tetapi bermutu.
c. Penguatan tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan pendidikan
(PAUD) antara lain dengan cara meningkatkan keterbukaan,
kemudahan dan fleksibilitas di bidang layanan PAUD kepada
masyarakat.
Sebagaimana program yang lainnya, PAUD juga memiliki sasaran
yang ingin dicapai. Sasaran dari program PAUD dibagi menjadi :
a. Sasaran Utama :
Anak lahir sampai dengan usia 6 tahun (utamanya yang belum
mendapat layanan PAUD Jalur Pendidikan Formal), prioritas 2-4 th.
b. Sasaran antara :
1. Orang tua/keluarga, calon orang tua
2. Pendidik dan Pengelola PAUD
3. Semua Lembaga Layanan Anak Usia Dini
4. Para tokoh masyarakat dan stakeholders PAUD
C. Faktor-Faktor Penghambat Peningkatan Tingkat Partisipasi PAUD Dalam upaya meningkatkan tingkat partisipasi Pendidikan Anak Usia
commit to user
partisipasi PAUD. Hasil penelitian Meneg Pemberdayaan Perempuan pada
tahun 2001 di wilayah Jakarta dan sekitarnya seperti yang dilansir oleh
Yayasan Kita dan Buah Hatimenyebutkan bahwa pada umumnya masyarakat
memandang pendidikan belum perlu diberikan kepada anak usia dini. Hal ini
sangat wajar mengingat bahwa pemahaman masyarakat terhadap pentingnya
PAUD masih sangat rendah serta pada umumnya mereka berpandangan
bahwa pendidikan identik dengan sekolah, sehingga bagi anak usia dini
pendidikan dipandang belum perlu. Lebih jauh Hadis mengemukakan ada
beberapa faktor yang menjadikan penyebab masih rendahnya kesadaran
masyarakat di bidang pendidikan anak usia dini antara lain ketidaktahuan akan
PAUD, kemiskinan, kurang berpendidikan, gagasan orang tua tentang
perkembangan anak yang masih sangat tradisional, kurang mau berubah,
masih sangat konkret dalam berpikir, motivasi yang rendah karena kebutuhan
yang masih sangat mendasar (untuk survival), serta masih sangat dipengaruhi
oleh budaya setempat yang sempit (dalam www.sdn3-leuwimunding.co.cc).
Pada kenyataannya, banyak faktor yang menyebabkan rendahnya
tingkat partisipasi anak dalam Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD). Diantaranya yaitu sarana pendidikan yang terbatas dan tidak merata
terutama di pedesaan dan kurangnya pemahaman orang tua tentang
pentingnya PAUD. Selain itu, biaya yang mahal menjadi salah satu faktor
rendahnya tingkat partisipasi dalam PAUD. Diperlukan dana yang tidak
sedikit untuk biaya pendidikan di TK/RA, kelompok bermain dan
commit to user
daripada SD dan SMP. Selain uang masuk yang jumlahnya cukup besar,
ditambah lagi dengan uang bulanan, uang untuk berenang, outbound, piknik,
wisuda dan lain sebagainya. Sebagian orangtua berpandangan mereka hanya
“wajib” memberikan pendidikan kepada anaknya ketika masuk sekolah formal
yaitu SD dan seterusnya. Sedangkan pendidikan anak sebelum usia SD sering
diabaikan. Oleh karena itu, jika mereka belum memahami pentingnya PAUD
maka dana untuk itu tidak akan pernah menjadi prioritas
(nizaeni28.blogspot.com)
Penelitian-penelitian terdahulu terkait dengan faktor penghambat dan
pendorong tingkat partisipasi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sudah
pernah dilakukan oleh berbagai pihak. Penelitian Gary Putranto (2010)
memberikan gambaran mengenai tingkat partisipasi orang tua dalam
pelaksanaan program pendidikan anak usia dini di Desa Tanggung Kecamatan
Turen Kabupaten Malang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor
pendukung partisipasi orang tua terhadap program-program PAUD adalah
pertama, adanya elit lokal yang berperan sebagai motivator sekaligus
fasilitator dalam pelaksanaan PAUD. Kedua, solidaritas sosial yang tinggi
dalam diri orang tua murid di sekitar lembaga yang didasari karena rasa
tanggung jawab serta kecintaan terhadap anak mereka sendiri. Sedangkan
faktor penghambat tingkat partisipasi orang tua murid dalam pelaksanaan
program PAUD adalah pertama, faktor sosial ekonomi, setiap orang tua yang
commit to user
menengah ke bawah. Kedua, terdapat beberapa orang tua yang kurang
mendukung pelaksanaan program PAUD.
Penelitian Sardin, S.Pd (2009) yang berjudul “Studi Pengembangan
Perencanaan Pendidikan Anak Usia Dini di Kota Bandung”, menyebutkan
bahwa pendidikan anak usia dini baru dapat dinikmati oleh sebagian penduduk
perkotaan dan secara ekonomi mampu, sedangkan partisipasi anak usia dini
terhadap pendidikan anak usia dini relatif masih rendah. Masyarakat menilai
bahwa pendidikan anak usia dini penting, namun demikian fasilitas yang
dimiliki oleh lembaga pendidikan pada umumnya masih terbatas, sehingga
sebagian orang tua tidak memiliki kepercayaan terhadap lembaga
penyelenggara pendidikan anak usia dini. Selain itu, layanan pendidikan anak
usia dini belum dianggap sebagai kewajiban belajar oleh sebagian masyarakat,
sehingga kepedulian orang tua untuk melibatkan anaknya dalam pendidikan
anak usia dini masih rendah.
Berdasarkan pemaparan di atas lebih banyak faktor penghambat
dibandingkan faktor yang pendukung tingkat partisipasi PAUD. Faktor-faktor
yang secara umum menghambat peningkatan tingkat partisipasi PAUD adalah
sebagai berikut :
1. Masih terbatas dan tidak meratanya lembaga pelayanan PAUD yang ada di
masyarakat terutama di pedesaan. Sebagai contoh pertumbuhan TK, RA,
KB, dan TPA di perkotaan lebih pesat dibandingkan di pedesaan
2. Sarana/fasilitas pendidikan yang terbatas dan tidak merata terutama di
commit to user
3. Ketidaktahuan/kurangnya pemahaman orang tua tentang pentingnya
PAUD bagi kecerdasan anak
4. Dari segi ekonomi, PAUD memerlukan dana yang tidak sedikit untuk
biaya pendidikan di TK/RA, kelompok bermain dan semacamnya. Hal ini
menbuat keluarga yang berpenghasilan rendah tidak dapat menyekolahkan
anaknya ke PAUD
5. Persepsi masyarakat yang beranggapan bahwa pendidikan belum perlu
diberikan pada anak usia dini (belum dijadikan prioritas sebagai kewajiban
belajar)
D. Kerangka Pemikiran
Kinerja Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan dalam Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD) khusunya dalam meningkatkan tingkat partisipasi PAUD
merupakan kemampuan untuk menyebarluaskan informasi mengenai PAUD
kepada masyarakat agar mereka turut serta berpartisipasi dalam PAUD dan
akhirnya tingkat partisipasi PAUD meningkat. Dengan kinerja ini diharapkan
mampu menjelaskan apakah Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan mampu
melaksanakan tugas-tugas dan fungsi-fungsi yang diberikan kepadanya dalam
meningkatkan tingkat partisipasi Pendidikan Anak Usia Dini secara optimal.
Indikator yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui
kinerja kinerja Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan adalah indikator yang
commit to user
(outcome), manfaat (benefit), dan dampak (impact). Penjabaran indikator
kinerja pada peningkatan partisipasi PAUD adalah sebagai berikut :
1. Indikator Input adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan
kegiatan dan program dapat berjalan atau dalam rangka menghasilkan
output, seperti dana dan Sumber Daya Manusia (SDM).
2. Indikator Output adalah segala sesuatu berupa produk/jasa (fisik dan/atau
non fisik) sebagai hasil langsung dari pelaksanaan suatu kegiatan dan
program berdasarkan masukan yang digunakan, seperti terlaksananya
peningkatan tingkat partisipasi PAUD melalui sosialisasi dan penyediaan
lembaga PAUD.
3. Indikator Outcome adalah segala sesuatu yang mencerminkan
berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah. Outcome
merupakan ukuran seberapa jauh setiap produk/jasa dapat memenuhi
kebutuhan dan harapan masyarakat. Dalam penelitian ini, outcome yang
diharapkan terwujudnya pemahaman masyarakat tentang pendidikan anak
usia dini (PAUD).
4. Indikator Benefit adalah kegunaan suatu keluaran (outputs) yang
dirasakan langsung oleh masyarakat. Dalam peningkatan partisipasi
PAUD, benefit yang diharapkan adalah terpenuhinya kesempatan untuk
berpartisipasi dalam PAUD bagi anak-anak yang berusia 0−6 tahun.
5. Indikator Impact adalah ukuran tingkat pengaruh sosial, ekonomi,
lingkungan atau kepentingan umum lainnya yang dimulai oleh capaian
commit to user
partisipasi PAUD, Impact yang diharapkan ialah berupa meningkatnya
kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan anak usia dini
(PAUD) dan berpartisipasi dalam PAUD.
Mengingat angka partisipasi PAUD di kabupaten Magetan baru
mencapai 26,81% atau dengan kata lain belum mencapai hasil yang maksimal,
maka usaha Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan tidak terlepas dari
faktor-faktor yang menghambat peningkatan tingkat partisipasi Pendidikan Anak
Usia Dini.
Kerangka berpikir yang digunakan dalam penelitian ini berusaha
membuat arahan untuk mempermudah melakukan penelitian mengenai kinerja
Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan dalam Peningkatkan Tingkat
Partisipasi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat melalui bagan sebagai berikut :
commit to user E. Definisi Konseptual
Definisi konseptual yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Kinerja adalah hasil kerja (outcomes) yang dicapai oleh suatu organisasi
sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya atau sebagai gambaran
mengenai tingkat pencapaian suatu kegiatan/program/kebijakan baik
dilihat secara kualitas maupun kuantitas sesuai dengan sasaran, tujuan,
visi, dan misi organisasi yang bersangkutan.
2. Tingkat partisipasi PAUD yaitu rasio antara jumlah penduduk yang
mengikuti pendidikan usia dini dengan jumlah penduduk usia dini.
3. Instansi Pemerintah yang melaksanakan peningkatan tingkat partisipasi
PAUD adalah Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan. Dalam peningkatan
partisipasi PAUD yang menjadi sasaran adalah masyarakat Kabupaten
Magetan terutama orang tua yang memiliki anak berusia 0-6 tahun.
Dari beberapa definisi yang telah disebutkan di atas dapat disimpulkan
bahwa Kinerja Dinas Pendidikan dalam peningkatan tingkat partisipasi PAUD
adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian partisipasi PAUD oleh Dinas
Pendidikan Kabupaten Magetan kepada masyarakat agar mereka dapat
memahami dan berpartisipasi dalam PAUD.
F. Definisi Operasional
Dalam penelitian tentang Kinerja Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan
dalam meningkatkan partisipasi PAUD ditentukan oleh pemahaman
commit to user
Dinas Pendidikan dapat diukur menggunakan indikator-indikator menurut SK
LAN Nomor 239/IX/6/8/2003 berikut ini:
1. Input
- Jumlah dana yang dibutuhkan untuk meningkatkan tingkat partisipasi
PAUD.
- Jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) pegawai Dinas Pendidikan,
meliputi jumlah pegawai, formasi golongan pegawai, struktur
organisasi, dan lain-lain yang berwenang dalam peningkatan tingkat
partisipasi PAUD
2. Output
- Terlaksananya sosialisasi dalam upaya peningkatan tingkat partisipasi
PAUD.
- Meningkatnya jumlah lembaga PAUD
- Meningkatnya jumlah tenaga pendidik PAUD
3. Outcome
- Meningkatnya tingkat partisipasi orang tua dalam PAUD
- Pemahaman masyarakat tentang program PAUD
4. Benefit
- Terpenuhinya kesempatan anak-anak yang berusia 0-6 tahun untuk
berpartisipasi dalam PAUD
- Adanya komunikasi dan informasi yang baik tentang PAUD kepada
commit to user
5. Impact
- Meningkatnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya PAUD dan
berpartisipasi mengikuti PAUD
commit to user BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif
adalah penelitian yang pelaksanaannya tidak terbatas hanya pada proses
pengumpulan data tetapi meliputi analisis dan interpretasi data tersebut.
Sementara ahli memberikan arti penelitian deskriptif itu lebih luas dan
mencakup segala macam bentuk penelitian kecuali penelitian historis dan
penelitian eksperimental, dalam arti luas, biasanya digunakan istilah penelitian
survey (Suryabrata, 2004:76). Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk
melakukan pengukuran yang cermat terhadap fenomena sosial tertentu,
peneliti mengenal konsep dan menghimpun fakta tetapi tidak melakukan
pengujian hipotesa (Singarimbun, 1995:4). Sedangkan analisis data dilakukan
secara kuantitatif. Pengertian kuantitatif di sini tidak hanya bermakna sebatas
angka saja, sebab penelitian kuantitatif di samping menghasilkan angka hasil
dari kegiatan pengukuran, penelitian kuantitatif juga berurusan dengan hasil
pencatatan yang menghasilkan data berupa frekuensi, prosentase, atau rasio.
(Slamet, 2006:107)
Dalam penelitian ini peneliti berusaha mendeskripsikan kinerja Dinas
Pendidikan Kabupaten Magetan dalam Peningkatan Tingkat Partisipasi
commit to user B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan
yang berlokasi di Jalan Karya Dharma No. 179, Magetan dengan
pertimbangan bahwa Dinas Pendidikan merupakan instansi pemerintah yang
berwenang dalam Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Sementara
pemilihan lokasi di Kabupaten Magetan dengan pertimbangan bahwa
Kabupaten Magetan merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang
memiliki angka partisipasi PAUD masih cukup rendah yaitu menempati posisi
kedua terendah dari 38 kabupaten dan kota di Jawa Timur setelah Kabupaten
Bangkalan sehingga peningkatan tingkat partisipasi PAUD ini sangat perlu
dilakukan secara baik dan berkelanjutan untuk memaksimalkan PAUD di
Kabupaten Magetan. Sampai sejauh ini belum ada penelitian tentang PAUD di
Kabupaten Magetan padahal dalam pelaksanaannya perlu dilakukan penelitian
untuk diketahui kinerjanya.
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dana karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono, 2009:80). Populasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah
orang tua yang memiliki anak berusia 0 − 6 tahun. Populasi orang tua anak
commit to user
dalam PAUD berjumlah 16.586 orang dan yang belum berpartisipasi
berjumlah 45.284 orang yang tersebar di 18 kecamatan di Magetan dengan
rincian sebagai berikut :
Tabel 3.1
Jumlah Populasi Orang Tua Anak Usia Dini di Kabupaten Magetan Tahun 2010
Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan (diolah)
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2009:81). Penentuan jumlah sampel
yang dibutuhkan jika besarnya populasi diketahui dapat diketahui dengan
commit to user
untuk interval kepercayaan dan standar error tertentu dalam buku
karangan Y. Slamet. Jumlah populasi orang tua anak usia dini di
Kabupaten Magetan yang sudah berpartisipasi dalam PAUD sebesar
16.586 orang. Pada interval kepercayaan 95%, tingkat kesalahan atau
standart error (SE) 10%, dan p:q = 0,5:0,5 dimana nilai 0,5:0,5 tersebut
diperoleh dengan menetapkan jumlah perbandingan antara p dan q yang
tidak diketahui adalah sebesar 0,5:0,5 dengan menganggap bahwa populasi
yang diteliti memiliki tingkat heterogenitas yang paling tinggi, dan
populasi yang paling heterogen bila besarnya p:q = 0,5:0,5 (Y. Slamet
2006:55) maka jumlah sampel orang tua anak usia dini (0-6 tahun) yang
diambil dalam penelitian ini adalah sebesar 100 responden. Dengan
persentase sebagai berikut :
Orang tua yang sudah berpartisipasi dalam PAUD
16586
61870× 100 = 27 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛
Orang tua yang belum berpartisipasi dalam PAUD
45284
61870× 100 = 73 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛
3. Metode Penarikan Sampel
Metode penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode penarikan sampel probabilitas (probability sampilng). Pada
jenis ini kemungkinan terpilihnya dari setiap responden anggota populasi