• Tidak ada hasil yang ditemukan

KINERJA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN MAGETAN DALAM PENINGKATAN TINGKAT PARTISIPASI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KINERJA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN MAGETAN DALAM PENINGKATAN TINGKAT PARTISIPASI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

KINERJA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN MAGETAN

DALAM PENINGKATAN TINGKAT PARTISIPASI

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)

Disusun Oleh : RUT DIAN SANDRA

D0107089

SKRIPSI

Disusun Untuk Melengkapi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan Ilmu Administrasi

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

(3)

commit to user

(4)

commit to user

iv

PERSEMBAHAN

Special Thanks for :

My Dearly Father in Heaven and Jesus Christ

Thanks for your blessing, loving, caring, and guidance me along my life

Thanks to :

My father (RIP), My Mother, and Sister Nina

Thank you for everything you gave me until now, you’re my best family.

I LOVE YOU

Brother Friendly Tamba (RIP)

You are not here, but your spirit still alive for support me. Thanks Brother.

Endika Santoso

Thanks for support me and make my life more colorful.

All my friends

(5)

commit to user

v

MOTTO

 Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu (1 Timotius 4 : 12)

 Percayalah kepada TUHAN dengan sepenuh hatimu, dan janganlah mengandalkan pengertianmu sendiri. Ingatlah pada TUHAN dalam segala sesuatu yang kaulakukan, maka Ia akan menunjukkan kepadamu cara hidup yang baik (Raja Salomo, Amsal 3 :5-6)

 Tuhan menciptakan 2 mata yang bisa melihat keatas, bawah, dan samping supaya ketika kita merasa berada di atas, kita bisa melihat ada orang lain yang lebih hebat dari kita. Dan ketika kita merasa berada di bawah, ingat ada orang lain yang berada pada kondisi di bawah kita (Hellena Pakpahan)

(6)

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati senantiasa penulis panjatkan puji syukur

kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan kasih

karunia-Nya, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini, dengan judul “Kinerja

Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan dalam Peningkatan Tingkat Partisipasi

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)”.

Penulis menyadari telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak

dalam penelitian dan penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini

dengan segala ketulusan, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Sudarto, M.Si, selaku pembimbing skripsi yang telah dengan

sabar meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan selama

penulisan skripsi ini,

2. Bapak Rino A. Nugroho, S.Sos, M.TI, selaku Pembimbing Akademik yang

telah memberikan arahan dan bimbingan selama perkuliahan,

3. Bapak Drs. Bambang Trianto, MM selalu Kepala Dinas Pendidikan

Kabupaten Magetan yang telah memberikan ijin dalam penelitian ini,

4. Ibu Anik, Bapak Wito, Ibu Titik Rahayu dan segenap pegawai Dinas

Pendidikan Kabupaten Magetan atas kerjasama dan bantuannya dalam

menyediakan data untuk penulisan skripsi ini.

5. Pemuda Advent GMAHK Ngemingan 53 Surakarta. Terima kasih atas doa,

dukungan dan semangatnya.

6. Teman-teman 5 sekawan: Tiyas, Tika, Chia, Chica. Kalian teman yang luar

(7)

commit to user

vii

7. Seluruh responden yang telah membantu dalam penelitian ini.

8. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu per satu, terima kasih

atas dukungan dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan. Maka dari itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat

diharapkan demi sempurnanya skripsi ini. Harapan penulis semoga skripsi ini

bermanfaat bagi penulis pada khususnya, bagi pembaca pada umumnya, serta

pihak-pihak yang berkepentingan dengan skripsi ini.

.

Surakarta, Agustus 2011

(8)

commit to user

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Kinerja ... 9

1. Pengertian Kinerja……….9

2. Indikator Kinerja ………11

B. Tingkat Partisipasi Pendidikan Anak Usia Dini...………...………..20

1. Tingkat Partisipasi (Participation Rate)...…………..………... 20

2. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)………...…………...25

C. Faktor Penghambat Peningkatan Tingkat Partisipasi PAUD………27

D. Kerangka Pemikiran ... 31

E. Definisi Konseptual ... 34

F. Definisi Operasional ... 34

BAB III METODE PENELITIAN ... 37

(9)

commit to user

E. Teknik Pengumpulan Data ... 45

F. Teknik Analisis Data ... 46

G. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 48

BAB IV DESKRIPSI LOKASI DAN PEMBAHASAN ... 53

Deskripsi Lokasi ... 53

A. Gambaran Umum Kabupaten Magetan……….53

B. Deskripsi Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan……….... 55

1. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran ... 55

2. Susunan Organisasi...………....60

3. Sumber Daya Manusia ... 63

4. Landasan Hukum ... 66

C. Karakteristik Responden ... 68

D. Hasil Penelitian ... 71

E. Hambatan-hambatan dalam Peningkatan Tingkat Partisipasi PAUD ... 92

(10)

commit to user

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Usia Standar di Setiap Jenjang Pendidikan………21

Tabel 3.1 Jumlah Populasi Orang Tua Anak Usia Dini di Kabupaten Magetan Tahun 2010 ... 39

Tabel 3.2 Tingkat Partisipasi PAUD di Kabupaten Magetan Tahun 2010…41 Tabel 3.3 Kelompok Kecamatan Menurut Tingkat Partisipasi PAUD...43

Tabel 3.4 Jumlah Sampel Orang Tua yang Sudah Berpartisipasi dalam PAUD...44

Tabel 3.5 Jumlah Sampel Orang Tua yang Belum Berpartisipasi dalam PAUD ... 44

Tabel 3.6 Pengujian Validitas Indikator Hasil (Outcome)……….49

Tabel 3.7 Pengujian Validitas Indikator Manfaat (Benefit) ... 49

Tabel 3.8 Pengujian Validitas Indikator Impact (Dampak) ... 50

Tabel 3.9 Pengujian Validitas Indikator Hasil (Outcome) ... 50

Tabel 3.10 Pengujian Validitas Indikator Manfaat (Benefit) ... 51

Tabel 3.11 Pengujian Validitas Indikator Impact (Dampak) ... 51

Tabel 3.12 Uji Reliabilitas Instrumen ... 52

Tabel 4.1 Luas Wilayah Adminisrasi Kabupaten Magetan ... 54

Tabel 4.2 Kondisi Demografis Kabupaten Magetan Berdasarkan Jumlah Penduduk dan Tingkat Kepadatan Tiap Kecamatan Tahun 2009.. 55

Tabel 4.3 Jumlah Pegawai Bidang TK/SD dan Bidang PNFI Menurut Jenis Kelamin ... 64

Tabel 4.4 Jumlah Pegawai Bidang TK/SD dan Bidang PNFI Menurut Tingkat Pendidikan. ... 64

Tabel 4.5 Jumlah Pegawai Bidang TK/SD dan Bidang PNFI Menurut Golongan ... 65

Tabel 4.6 Jumlah Pegawai Bidang TK/SD dan Bidang PNFI Menurut Jenis Kepegawaian ... 65

Tabel 4.7 Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin ... 67

(11)

commit to user

xi

Tabel 4.9 Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan ... 68

Tabel 4.10 Karakteristik Usia Anak Responden ... 69

Tabel 4.11 Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin ... 69

Tabel 4.12 Karakteristik Responden Menurut Usia ... 70

Tabel 4.13 Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan ... 70

Tabel 4.14 Karakteristik Usia Anak Responden ... 71

Tabel 4.15 Jumlah Dana PAUD dari APBD Tahun 2010………72

Tabel 4.16 Jumlah Lembaga PAUD Di Kabupaten Magetan Tahun 2009 − 2010…...74

Tabel 4.17 Jumlah Pendidik PAUD Di Kabupaten Magetan Tahun 2009 − 2010………....76

Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi Hasil Untuk Orang Tua yang Sudah Berpartisipasi dalam PAUD………...80

Tabel 4.19 Distribusi Frekuensi Hasil Untuk Orang Tua yang Belum Berpartisipasi dalam PAUD...82

Tabel 4.20 Distribusi Frekuensi Manfaat Untuk Orang Tua yang Sudah Berpartisipasi dalam PAUD ... 85

Tabel 4.21 Distribusi Frekuensi Manfaat Untuk Orang Tua yang Belum Berpartisipasi dalam PAUD ... 86

Tabel 4.22 Distribusi Frekuensi Dampak Untuk Orang Tua yang Sudah Berpartisipasi dalam PAUD ... 91

Tabel 4.23 Distribusi Frekuensi Dampak Untuk Orang Tua yang Belum Berpartisipasi dalam PAUD ... 89

(12)

commit to user

xii

DAFTAR BAGAN

(13)

commit to user

xiii ABSTRAK

Rut Dian Sandra, D0107089, Kinerja Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan dalam Peningkatan Tingkat Partisipasi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Skripsi, Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2011.

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan pendidikan yang paling mendasar menempati posisi yang strategis dalam pembangunan sumber daya manusia. Namun sampai saat ini belum semua anak usia dini berpartisipasi dalam PAUD. Hal ini menyebabkan rendahnya angka partisipasi PAUD di Kabupaten Magetan yaitu sebesar 26,81% pada tahun 2010. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kinerja Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan dalam peningkatan tingkat partisipasi PAUD.

Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Teknik pengumpulan data dengan angket, observasi dan dokumentasi. Sumber data yang digunakan adalah data primer dengan menggunakan kuesioner dan data sekunder yang berkaitan dengan penelitian ini. Populasi penelitian ini adalah orang tua anak usia dini (0-6 tahun). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

area sampling. Responden dalam penelitian ini berjumlah 100 orang yang terdiri

dari 27 orang tua yang anaknya sudah mengikuti PAUD dan 73 orang tua yang anaknya belum mengikuti PAUD di Kabupaten Magetan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa input dalam peningkatan tingkat partisipasi berupa dana dan SDM pegawai Dindik sebanyak 20 orang. Output yang dihasilkan berupa sudah terlaksananya upaya peningkatan tingkat partisipasi PAUD melalui sosialisasi, meningkatnya jumlah lembaga PAUD dari tahun 2009 sebesar 628 lembaga menjadi 644 lembaga pada tahun 2010, dan meningkatnya jumlah tenaga pendidik PAUD dari tahun 2009 sebanyak 1.039 pendidik menjadi 1.339 pendidik pada tahun 2010. Pada indikator outcomes, meningkatnya angka partisipasi PAUD sebesar 3,07% dari tahun 2009 sebesar 23,88% menjadi 26,81% pada pada tahun 2010. Selain itu 85,19% responden yang sudah berpartisipasi dalam PAUD telah memahami PAUD dan 56,16% responden yang belum berpartisipasi sudah memahami tetapi 42,47% kurang paham akan program ini. Pada indikator manfaat (benefit) sebanyak 81,48% responden yang sudah berpartisipasi dalam PAUD telah merasakan manfaat peningkatan partisipasi PAUD sementara 75,34% responden yang belum berpartisipasi kurang merasakan manfaat dari peningkatan partisipasi PAUD. Sementara itu pada indikator dampak

(impact), 85,19 % responden yang sudah berpartisipasi dalam PAUD menyatakan

upaya peningkatan partisipasi PAUD berdampak luas bagi mereka. Begitu juga 89,04% responden yang belum berpartisipasi menyatakan hal yang sama. Hambatan yang dihadapi adalah terbatasnya jumlah lembaga PAUD di wilayah pedesaan dan terbatasnya jumlah tenaga pendidik.

(14)

commit to user

xiv ABSTRACT

Rut Dian Sandra, D0107089, Performance of Education Office of Magetan District in Increasing Participation Rate of Early Childhood Education (ECE), Thesis, Public Administration Faculty of Social and Political Science, Sebelas Maret University, 2011.

Early Childhood Education (ECE) is the most basic education occupies a strategic position in the development of human resources. But until now there has been not all of any children join the early childhood education program. This leads to low enrollment in early childhood participation in Magetan district is 26,81% at 2010. The purpose of this research was to determine the performance of The Education Office of Magetan district in increasing participation rate of early childhood education.

(15)

commit to user BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan sangatlah penting bagi setiap individu, masyarakat, bangsa

dan negara. Pada dasarnya pendidikan merupakan upaya untuk mewujudkan

tujuan bangsa seperti yang diamanatkan dalam alinea IV Undang-Undang

Dasar 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara yang

nantinya membawa perubahan sangat besar bagi ketercapaian bangsa yang

ideal. Pendidikan merupakan pilar untuk membangun sumber daya manusia

yang berkualitas dan pendidikan yang berkualitas akan mampu mengantarkan

bangsa Indonesia menjadi bangsa yang modern, maju dan sejahtera. Dengan

pendidikan maka bangsa Indonesia akan mempunyai keunggulan dan

kemampuan bersaing dengan bangsa-bangsa lain di dunia, agar negara kita

bisa tetap bertahan pada era globalisasi ini.

Dalam upaya mewujudkan tujuan bangsa Indonesia khususnya pada

tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa, maka pembangunan di sektor

pendidikan menjadi bagian yang sangat penting. Dalam Pasal 31 ayat (1)

UUD 1945 disebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapat

pengajaran. Sedangkan dalam ayat (2) menegaskan pemerintah mengusahakan

dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang diatur dalam

(16)

commit to user

Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas)

memiliki tugas, fungsi dan kewajiban meningkatkan kualitas Sumber Daya

Manusia melalui pemberdayaan pendidikan baik secara formal maupun

nonformal. Seperti tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)

menyebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab.

Namun sampai pada saat ini pembangunan bidang pendidikan di

Indonesia masih terganjal dengan adanya berbagai permasalahan. Salah satu

permasalahan mendasar yang memerlukan perjuangan berat bagi bangsa

berpenduduk besar ini adalah belum tercapainya pemerataan pelayanan

pendidikan baik dari aspek kesempatan maupun kualitasnya. Rendahnya

kualitas hasil pendidikan berdampak pada rendahnya kualitas Sumber Daya

Manusia (SDM) sebagai akibat dari tidak dipersiapkannya pendidikan anak

sejak usia dini (PAUD) yang lebih dikenal dunia internasional dengan istilah ECED (Early ChildhoodEducation and Development).

Pendidikan Anak Usia Dini pada prinsipnya sangat penting diterapkan

(17)

commit to user

sekedar berfungsi untuk memberikan pengalaman belajar kepada anak, tetapi

yang lebih penting berfungsi untuk mengoptimalkan perkembangan otak

(www.sadidadalila.wordpress.com). Bahkan pentingnya PAUD ini juga telah

menjadi perhatian dunia internasional. Dalam pertemuan Forum Pendidikan

dunia tahun 2000 di Dakar, Senegal telah menghasilkan enam kesepakatan

sebagai kerangka aksi pendidikan untuk semua (Education for All), yang salah

satu butirnya menyatakan akan memperluas dan memperbaiki keseluruhan

perawatan dan pendidikan anak usia dini (PAUD), terutama bagi anak-anak

yang sangat rawan dan kurang beruntung.

Anggapan bahwa pendidikan baru bisa dimulai setelah usia sekolah

dasar (usia 7 tahun), ternyata tidaklah benar. Bahkan pendidikan yang dimulai

pada usia kanak-kanak (4-6 tahun) pun sebenarnya sudah terlambat. Menurut

hasil penelitian di bidang neurologi seperti yang dilakukan oleh Dr. Benyamin

S. Bloom, seorang ahli pendidikan dari Universitas Chicago, Amerika Serikat,

mengemukakan bahwa pertumbuhan sel jaringan otak pada anak usia 0-4

tahun mencapai 50%. Artinya, apabila pada usia tersebut otak anak tidak

mendapatkan rangsangan yang maksimal, maka otak anak tidak akan

berkembang secara optimal (www.edukasi.kompasiana.com).

Pada kenyataannya bahwa selama ini perhatian terhadap pendidikan

anak usia dini di Indonesia masih sangat rendah jika dibandingkan dengan

negara-negara lain, terutama negara maju. Padahal jika belajar dari

pengalaman negara maju, konsep pembangunan sumber daya manusia (SDM)

(18)

commit to user

Singapura dan Korea, hampir seluruh anak usia dini sudah terlayani PAUD.

Sedangkan di Malaysia, pelayanan PAUD sudah mencakup 70% anak.

Bahkan di Singapura masalah penuntasan dua bahasa, yaitu Bahasa Cina dan

Bahasa Inggris telah terselesaikan di tingkat Taman Kanak-Kanak (TK). Hal

ini terbukti dari negara tersebut menduduki peringkat ketiga dunia dalam hal

kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Jauh lebih baik dibandingkan

Indonesia yang hanya berada di peringkat 110 (Singapura, Korea Selatan dan

Malaysia masing-masing berada diperingkat 25, 27 dan 59).

Berdasarkan fakta pemerintah telah berupaya merancang berbagai

program yang relevan dengan kebijakan pendidikan nasional, terutama pada

jenjang pendidikan usia dini. Namun kenyataannya sampai saat ini tingkat

partisipasi PAUD secara nasional belum menunjukkan hasil yang maksimal.

Menurut data Balitbang Kemendiknas, pada tahun 2008 angka partisipasi

PAUD mencapai 15,1 juta atau sekitar 50,62%. Sedangkan pada tahun 2009

angka partisipasi mencapai 15,3 juta atau sekitar 53,7% . Meskipun angka

partisipasi PAUD sudah meningkat, masih sekitar 46,4% belum berpartisipasi

dalam PAUD (www.paud-kemendiknas.com). Menurut Menteri Pendidikan

Nasional (Mendiknas), Mohammad Nuh, pemerintah akan memprioritaskan

pendidikan anak usia dini pada tahun 2011 dan pemerintah juga bertekad

menaikkan angka partisipasi PAUD baik secara nasional maupun daerah

(www.antaranews.com).

Program pendidikan anak usia dini sudah berkembang dan

(19)

commit to user

dari sekitar 4.022.338 anak usia 0-6 tahun, sebanyak 2.744.132 (68,22%) anak

belum berpartisipasi dalam PAUD. Menurut data Kemendiknas tahun 2009,

dari 38 kabupaten dan kota di Jawa Timur, wilayah yang memiliki tingkat

partisipasi PAUD tertinggi adalah Kota Probolinggo dengan APK PAUD

118,64% disusul Kabupaten Pasuruan dengan APK PAUD 115,03%.

Sementara itu wilayah yang memiliki tingkat partisipasi PAUD terendah

adalah Kabupaten Bangkalan dengan APK PAUD 63,10% disusul oleh

Kabupaten Magetan di posisi terendah kedua dengan APK PAUD 68,33%

(www.psp.kemendiknas.go.id).

Sebagian besar anak berusia 0-6 tahun di Kabupaten Magetan belum

berpartisipasi dalam PAUD. Tingkat partisipasi PAUD di Kabupaten Magetan

masih cukup rendah dibandingkan dengan daerah lain di Jawa Timur.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan

menunjukkan bahwa pada tahun 2010 jumlah anak berusia 0-6 tahun di

Kabupaten Magetan mencapai 61.870 anak, sedangkan yang sudah

berpartisipasi dalam PAUD baik formal ataupun nonformal baru mencapai

16.586 anak. Dengan demikian angka partisipasi PAUD di Kabupaten

Magetan hanya sebesar 26,81 % dan sekitar 73,19% yang belum

berpartisipasi.

Kinerja birokrasi pelayanan publik selama ini banyak mendapat

sorotan negatif dari masyarakat karena dinilai kurang optimal dalam

memberikan pelayanan kepada publik. Salah satu instansi yang mendapat

(20)

commit to user

sebagai unsur pelaksana Pemerintah Kabupaten Magetan dalam bidang

pendidikan berkomitmen tinggi untuk meningkatkan kinerjanya dalam

mencapai tujuan organisasi. Pada dasarnya kinerja merupakan gambaran

mengenai tingkat pencapaian suatu kegiatan/program/kebijakan sesuai dengan

sasaran, tujuan, visi, dan misi organisasi.

Kinerja Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan dalam peningkatan

tingkat partisipasi PAUD merupakan suatu capaian hasil kerja Dinas

Pendidikan Kabupaten Magetan dengan segenap jajarannya yang

menggambarkan tanggung jawab, tugas dan wewenang yang diemban dalam

menyelenggarakan peningkatan tingkat partisipasi PAUD. Selama ini Dinas

Pendidikan Kabupaten Magetan telah berusaha meningkatkan kinerjanya

dalam peningkatan tingkat partisipasi PAUD. Dinas Pendidikan telah

berupaya mensosialisasikan program PAUD kepada masyarakat. Selain itu,

kinerja Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan dalam peningkatan tingkat

partisipasi PAUD selama ini dapat dilihat dari perkembangan PAUD. Secara

kuantitas, jumlah lembaga PAUD sudah bertambah dari tahun ke tahun. Pada

tahun 2009 jumlah lembaga PAUD formal dan non formal adalah 628

lembaga, dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 644 lembaga. Sementara itu

angka partisipasi PAUD pada tahun 2009 adalah 23,88% dan pada tahun 2010

meningkat menjadi 26,81%. Penjabaran tersebut merupakan gambaran singkat

tentang kinerja Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan selama ini. Kinerja

sangat erat kaitannya dengan sejauh mana tujuan organisasi telah dicapai.

(21)

commit to user

adalah meningkatkan tingkat partisipasi PAUD. Kinerja Dinas Pendidikan

Kabupaten Magetan akan berpengaruh pada keberhasilan atau kegagalan

peningkatan tingkat partisipasi PAUD di Kabupaten Magetan.

Dengan melihat permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka

penulis tertarik untuk memperoleh informasi dan gambaran lebih jauh

mengenai kinerja Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan dalam peningkatan

tingkat partisipasi PAUD. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian yang berjudul Kinerja Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan dalam

Peningkatan Tingkat Partisipasi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang permasalahan yang diuraikan

sebelumnya, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan

sebagai berikut :

“Bagaimana Kinerja Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan dalam

Peningkatan Tingkat Partisipasi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)?”

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penelitian Kinerja Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan

dalam Pelaksanaan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah :

1. Untuk mengetahui Kinerja Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan dalam

(22)

commit to user

2. Tujuan individual dari penelitian ini adalah untuk untuk memenuhi

persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana di bidang Ilmu Administrasi

Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

D. Manfaat Penulisan

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat :

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan-masukan dalam

peningkatan tingkat partisipasi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang

dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan.

2. Mempraktekkan teori-teori administrasi negara atas permasalahan kinerja

(23)

commit to user BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kinerja

1. Pengertian Kinerja

Istilah kinerja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:570)

adalah sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, kemampuan

kerja. Menurut Kamus Illustrated Oxford Dictionary, istilah ini

menunjukkan “the execution or fulfillment of a duty” (pelaksanaan atau

pencapaian dari suatu tugas) atau “a person’s achievement under test

condition etc” (pencapaian hasil dari seseorang ketika diuji). Yeremias T.

Keban (2004:191-192)

Menurut Rogers dalam Mahmudi (2010:6), mendefinisikan kinerja

sebagai hasil kerja itu sendiri (outcomes of work), karena hasil kerja

memberi keterkaitan yang kuat terhadap tujuan-tujuan strategik organisasi,

kepuasan pelanggan, dan kontribusi ekonomi. Bernardin dan Russel dalam

Achmad Ruky (2002:15) mendefinisikan “performance is defined as the

record of outcomes produced on a specified job function or activity during

specified time period” (kinerja sebagai catatan tentang hasil-hasil/outcome

yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan tertentu

selama kurun waktu tertentu).

Encyclopedia of Public Administration and Public Policy Tahun

(24)

commit to user

memberikan gambaran sampai seberapa jauh organisasi mencapai hasil

ketika dibandingkan dengan kinerjanya terdahulu (previous performance),

dibandingkan dengan organisasi lain (benchmarking), dan sampai seberapa

jauh pencapaian tujuan dan target yang telah ditetapkan.

Joko Widodo (2008:78-79) menyatakan bahwa pada hakikatnya

kinerja berkaitan dengan tanggung jawab individu atau organisasi dalam

menjalankan apa yang menjadi wewenang dan tanggung jawab yang

diberikan kepadanya. Kinerja adalah melakukan suatu kegiatan dan

menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil

seperti yang diharapkan.

Sedangkan menurut Lembaga Administrasi Negara (LAN) dalam

Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah (LAKIP), menyebutkan bahwa kinerja instansi pemerintah

adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian sasaran ataupun tujuan

instansi pemerintah sebagai penjabaran dari visi, misi, dan strategi instansi

pemerintah yang mengindikasikan tingkat keberhasilan dan kegagalan

pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan program dan kebijakan yang

ditetapkan.

Dari berbagai pengertian tersebut diatas, pada dasarnya kinerja

merupakan hasil kerja (outcomes) yang dicapai oleh suatu organisasi

sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya atau sebagai gambaran

(25)

commit to user

dilihat secara kualitas maupun kuantitas sesuai dengan sasaran, tujuan,

visi, dan misi organisasi yang bersangkutan.

2. Indikator Kinerja

Untuk menilai atau mengukur keberhasilan atau kegagalan

pelaksanaan suatu kegiatan/program, diperlukan suatu pengukuran kinerja

agar sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. James B.

Whittaker dalam Hessel Tangkilisan (2005:171) mengemukakan bahwa

pengukuran/penilaian kinerja merupakan suatu alat manajemen yang

digunakan untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan

akuntabilitas. Penilaian kinerja juga digunakan untuk menilai pencapaian

tujuan dan sasaran (goals and objective).

Definisi yang dikemukakan Whittaker tersebut tidak jauh berbeda

dari definisi yang tertuang dalam Reference Guide, Province of Alberta,

Canada dalam Hessel Tangkilisan (2005:172) yang menyebutkan bahwa

pengukuran kinerja merupakan suatu metode untuk menilai kemajuan

yang telah dicapai dibandingkan dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Mardiasmo dalam Hessel Tangkilisan (2005:172) juga mengemukakan

bahwa tolok ukur kinerja organisasi publik berkaitan dengan ukuran

keberhasilan yang telah dicapai oleh organisasi tersebut, karena satuan

ukur yang relevan digunakan adalah efisiensi pengelolaan dana dan tingkat

(26)

commit to user

Penilaian terhadap kinerja bagi setiap organisasi merupakan suatu

kegiatan yang sangat penting. Penilaian terhadap kinerja perlu dilakukan

untuk mengetahui apakah selama pelaksanaan kinerja terdapat

penyimpangan dari pekerjaan atau apakah pekerjaan sudah sesuai dengan

jadwal waktu yang telah ditentukan, atau apakah hasil kinerja telah sesuai

target yang diharapkan. Penilaian tersebut dapat digunakan sebagai ukuran

keberhasilan suatu organisasi dalam kurun waktu tertentu. Selain itu dapat

juga dijadikan input bagi perbaikan atau peningkatan kinerja organisasi

selanjutnya. Seperti diungkapkan Juhani Ukko (2008:89) dalam

International Journal of Business Performance Management, Volume 10,

No.1, berjudul “The Impacts of Performance Measurement on the Quality

of Working Life” yang menyatakan:

“Performance measurement is quite often viewed from the perspective of the management. The management sets the targets and applies performance measurement to monitor whether these targets are met.”(Pengukuran kinerja cukup sering dilihat dari perspektif manajemen. Manajemen menetapkan target dan menerapkan pengukuran kinerja untuk memantau apakah target tersebut terpenuhi).

Faustino Cordoso Gomes (2003:135-136) menyatakan bahwa

tujuan penilaian kinerja organisasi publik penting untuk memotivasi

perbaikan kinerja pada waktu yang akan datang (to motivate future

performance improvement). Penilaian kinerja pada dasarnya merupakan

faktor kunci guna mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan

(27)

commit to user

Penilaian kinerja menurut Agus Dwiyanto (2006:47) merupakan

suatu kegiatan yang sangat penting karena dapat digunakan sebagai ukuran

keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai misinya. Manfaat

pengukuran dan penilaian kinerja organisasi menurut Bastian dalam

Hessel Tangkilisan (2005: 173-174), akan dapat mendorong pencapaian

tujuan organisasi dan akan memberikan umpan balik untuk upaya

perbaikan secara terus menerus (berkelanjutan).

Penilaian atau pengukuran kinerja menurut SK Kepala LAN Nomor

239/IX/6/8/2003 adalah proses sistematis dan berkesinambungan untuk

menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan

program, kebijakan, sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam

mewujudkan visi, misi dan strategi instansi pemerintah. Proses ini

dimaksudkan untuk menilai pencapaian setiap indikator kinerja guna

memberikan gambaran tentang keberhasilan dan kegagalan pencapaian

tujuan dan sasaran.

Menurut Mahmudi (2010:7) pengukuran kinerja meliputi aktivitas

penetapan serangkaian indikator kinerja yang memberikan informasi

sehingga memungkinkan bagi unit kerja sektor publik untuk memonitor

kinerjanya dalam menghasilkan output dan outcome terhadap masyarakat.

Lebih lanjut Mahmudi (2010:14) menyebutkan bahwa tujuan dilakukan

pengukuran kinerja di sektor publik adalah :

a. Mengetahui tingkat ketercapaian tujuan organisasi

(28)

commit to user c. Memperbaiki kinerja periode berikutnya

d. Memberikan pertimbangan yang sistematik dalam pembuatan

keputusan pemberian reward and punishment

e. Memotivasi pegawai

f. Menciptakan akuntabilitas publik

Menurut Joko Widodo (2008:91), indikator kinerja merupakan

ukuran kuantitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran

dan tujuan. Indikator kinerja adalah ukuran keberhasilan dari suatu tujuan

dan sasaran organisasi. Indikator kinerja dapat dijadikan patokan (standar)

untuk menilai keberhasilan dan kegagalan penyelenggaraan program

dalam mencapai misi dan visi organisasi.

Sedarmayanti (2009:198) menyatakan bahwa tanpa adanya

indikator kinerja, maka akan sulit untuk menilai kinerja

(keberhasilan/ketidakberhasilan) kebijakan/program/kegiatan, dan pada

akhirnya kinerja organisasi/unit kerja pelaksananya. Secara umum

Sedarmayanti menyebutkan fungsi indikator kinerja sebagai berikut :

a. Memperjelas tentang apa, berapa, dan kapan kegiatan dilaksanakan.

b. Menciptakan consensus yang dibangun oleh berbagai pihak terkait

untuk menghindari kesalahan interpretasi selama pelaksanaan

kebijakan/program/kegiatan dan dalam menilai kinerja.

c. Membangun dasar pengukuran, analisis, dan kinerja organisasi atau

(29)

commit to user

Rifat O. Shannak (2009:244) dalam European Journal of Scientific

Research, Volume 35, Nomor 2, yang berjudul “Measuring Knowledge

Management Performance”, menyebutkan bahwa:

There are some features which should exist in the performance

indicators; for example they should have relevance for project goals, and provisional, since there may appear a need to eventually change the performance indicator. The indicator also needs to be understandable, valid, sufficiently flexible, and in line with the organization and its business goals, as well as the purpose

it was developed for.” (Ada beberapa segi yang harus ada dalam

indikator-indikator kinerja: misalnya, indikator tersebut harus relevan dengan tujuan-tujuan proyek dan sementara, karena sesudah itu mungkin ada kebutuhan untuk akhirnya mengubah indikator kinerja. Indikator juga perlu dimengerti, valid, cukup fleksibel, dan sesuai dengan organisasi dan tujuan bisnis perusahaan, serta untuk apa tujuan itu dikembangkan).

Hal tersebut selanjutnya diperjelas oleh Sedarmayanti (2009:198)

yang juga menyebutkan berbagai syarat indikator kinerja :

a. Spesifik dan jelas, sehingga dapat dipahami dan tidak ada

kemungkinan kesalahan interpretasi.

b. Dapat diukur secara obyektif, baik bersifat kuantitatif maupun

kualitatif, yaitu : dua atau lebih yang mengukur indikator kinerja

mempunyai kesimpulan yang sama.

c. Relevan, harus memiliki aspek obyektif yang relevan.

d. Dapat dicapai, penting, dan harus berguna untuk menunjukkan

keberhasilan input, output, hasil, manfaat dan dampak serta proses.

e. Harus fleksibel dan sensitif terhadap perubahan/penyesuaian,

(30)

commit to user

Yeremias T. Keban (2004:200) menyatakan bahwa penilaian

kinerja yang efektif adalah penilaian yang telah menggunakan

prinsip-prinsip penilaian dan secara tepat menilai apa yang seharusnya dinilai.

Ratminto dan Atik Septi Winarsih (2010:174) menjelaskan bahwa

indikator kinerja sangat bervariasi sesuai dengan fokus dan konteks

penelitian yang dilakukan dalam proses penemuan dan penggunaan

indikator tersebut.

Selanjutnya Agus Dwiyanto (2006:50-51) memberikan gambaran

yang lebih jelas mengenai indikator yang biasa digunakan untuk mengukur

kinerja birokrasi publik antara lain :

1. Produktivitas

Konsep produktivitas tidak hanya mengukur tingkat efisiensi, tetapi

juga mengukur efektivitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya

dipahami sebagai rasio antara input dengan output. General

Accounting Office (GAO) mencoba mengembangkan suatu ukuran

produktivitas yang lebih luas dengan memasukkan seberapa besar

palayanan publik itu memiliki hasil yang diharapkan sebagai salah satu

indikator kinerja yang penting.

2. Kualitas Layanan

Isu mengenai kualitas pelayanan cenderung menjadi penting dalam

menjelaskan kinerja organisasi pelayanan publik. Banyak pandangan

negatif yang terbentuk mengenai organisasi muncul karena

(31)

commit to user

Dengan demikian, kepuasan masyarakat terhadap pelayanan dapat

dijadikan indikator kinerja organisasi publik. Kepuasan masyarakat

bisa menjadi parameter untuk menilai kinerja organisasi.

3. Responsivitas

Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk mengenali

kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, dan

mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan

kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Responsivitas menunjuk pada

keselarasan antara program dan kegiatan pelayanan dengan kebutuhan

dan aspirasi masyarakat. Responsivitas dimasukkan sebagai salah satu

indikator kinerja karena responsivitas secara langsung menggambarkan

kemampuan organisasi publik dalam menjalankan misi dan tujuannya,

terutama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Responsivitas yang

rendah ditunjukkan dengan ketidakselarasan antara pelayanan dan

kebutuhan masyarakat. Hal tersebut menunjukkan kegagalan

organisasi dalam mewujudkan misi dan tujuan organisasi publik.

Organisasi yang memiliki responsivitas rendah dengan sendirinya

memiliki kinerja yang jelek pula.

4. Responsibilitas

Responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan organisasi

publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang

(32)

commit to user

maupun implisit. Oleh sebab itu, responsibilitas bisa saja pada suatu

ketika berbenturan dengan responsivitas.

5. Akuntabilitas

Akuntabilitas publik menunjuk pada seberapa besar kebijakan dan

kegiatan organisasi publik tunduk pada para pejabat politik yang

dipilih oleh rakyat. Akuntabilitas publik dapat digunakan untuk

melihat seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik itu

konsisten dengan kehendak masyarakat banyak. Kinerja organisasi

publik tidak hanya bisa dilihat dari ukuran internal yang

dikembangkan oleh organisasi publik atau pemerintah, seperti

pencapaian target. Kinerja sebaiknya harus dinilai dari ukuran

eksternal, seperti nilai-nilai dan norma yang berlaku dalam

masyarakat. Suatu kegiatan organisasi publik memiliki akuntabilitas

yang tinggi kalau kegiatan itu dianggap benar dan sesuai dengan nilai

dan norma yang berkembang dalam masyarakat.

Sedangkan indikator kinerja menurut Joko Widodo (2008:91)

selaras dengan isi Surat Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara

(LAN) Nomor 239/IX/6/8/2003 tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan

Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). Indikator

kinerja tersebut dikategorikan ke dalam kelompok sebagai berikut :

1. Masukan (inputs) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar

(33)

commit to user

menghasilkan output, misalnya sumber daya manusia, dana, material,

waktu, teknologi, dan sebagainya

2. Keluaran (outputs) adalah segala sesuatu berupa produk/jasa (fisik

dan/atau non fisik) sebagai hasil langsung dari pelaksanaan suatu

kegiatan dan program berdasarkan masukan yang digunakan

3. Hasil (outcomes) adalah segala sesuatu yang mencerminkan

berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah. Outcomes

merupakan ukuran seberapa jauh setiap produk jasa dapat memenuhi

kebutuhan dan harapan masyarakat

4. Manfaat (benefits) adalah kegunaan suatu keluaran (outputs) yang

dirasakan langsung oleh masyarakat. Dapat berupa tersedianya fasilitas

yang dapat diakses oleh publik

5. Dampak (impacts) adalah ukuran tingkat pengaruh sosial, ekonomi,

lingkungan atau kepentingan umum lainnya yang dimulai oleh capaian

kinerja setiap indikator dalam suatu kegiatan.

Indikator-indikator tersebut secara langsung atau tidak langsung

dapat mengindikasikan sejauh mana keberhasilan pencapaian sasaran.

Dalam hubungan ini, penetapan indikator kinerja kegiatan merupakan

proses identifikasi, pengembangan, seleksi dan konsultasi tentang

indikator kinerja atau ukuran kinerja atau ukuran keberhasilan kegiatan

dan program-program instansi.

Berdasarkan beberapa indikator kinerja yang disampaikan tersebut,

(34)

commit to user

menurut SK LAN Nomor 239/IX/6/8/2003 mengenai Pedoman

Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Publik. Indikator yang

digunakan dalam penelitian ini adalah input, output, outcome, benefit, dan

impact. Alasan pemilihan indikator tersebut adalah karena Dinas

Pendidikan Kabupaten Magetan merupakan instansi pemerintah yang

kinerjanya bisa dinilai dari input, output, outcome, benefit, dan impact

yang dicapai oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan dalam

meningkatkan partisipasi PAUD. Melalui indikator tersebut kita dapat

melihat sejauh mana pencapaian peningkatan tingkat partisipasi PAUD

yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan yang dirasakan

oleh masyarakat. Pemilihan indikator menurut SK LAN ini juga tidak

terlepas dari faktor-faktor yang menghambat proses peningkatan tingkat

partisipasi PAUD, mengingat anak usia dini yang sudah mengikuti PAUD

di Magetan baru mencapai 26,81% dari jumlah keseluruhan atau dengan

kata lain peningkatan tingkat partisipasi PAUD yang dilakukan oleh Dinas

Pendidikan belum menunjukkan hasil yang maksimal.

B. Tingkat Partisipasi Pendidikan Anak Usia Dini 1. Tingkat Partisipasi (Participation Rate)

Pemerintah menggunakan tingkat partisipasi untuk menilai

kesuksesan atau kegagalan suatu program. Tingkat partisipasi adalah rasio

antara jumlah penduduk yang terlibat dengan jumlah penduduk seluruhnya

(35)

commit to user

ukuran tingkat partisipasi sekolah yang utama, yaitu Angka Partisipasi

Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM). Keduanya mengukur

penyerapan penduduk usia sekolah oleh sektor pendidikan. Perbedaan

diantara keduanya adalah penggunaan kelompok usia "standar" di setiap

jenjang pendidikan. Usia standar yang dimaksud adalah rentang usia yang

dianjurkan pemerintah dan umum dipakai untuk setiap jenjang pendidikan,

yang ditampilkan pada tabel berikut:

Tabel 2.1

Usia Standar di Setiap Jenjang Pendidikan Jenjang Kelompok Usia

PAUD 0 – 6 tahun

SD 7 – 12 tahun

SMP 13 – 15 tahun

SMA 16 – 18 tahun

Perguruan Tinggi 19 tahun keatas

Tingkat partisipasi dapat diketahui dari angka partisipasi kasar dan

tingkat partisipasi murni. Begitu pula dengan tingkat partisipasi PAUD

dapat dilihat dari :

a. Angka Partisipasi Kasar (APK)

Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah rasio jumlah siswa,

berapapun usianya, yang sedang sekolah di tingkat pendidikan tertentu

terhadap jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan

jenjang pendidikan tertentu. Misal, APK PAUD sama dengan jumlah

siswa yang mengikuti PAUD dibagi dengan jumlah penduduk

(36)

commit to user

Kegunaan APK adalah untuk menunjukkan tingkat partisipasi

penduduk secara umum di suatu tingkat pendidikan. APK merupakan

indikator yang paling sederhana untuk mengukur daya serap penduduk

usia sekolah di masing-masing jenjang pendidikan.

Cara menghitung APK didapat dengan membagi jumlah penduduk

yang sedang bersekolah (atau jumlah siswa), tanpa memperhitungkan

umur, pada jenjang pendidikan tertentu dengan jumlah penduduk

kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan tersebut.

Rumus :

Keterangan :

𝐸ℎ𝑡 = jumlah penduduk yang pada tahun t dari berbagai usia sedang

sekolah pada jenjang pendidikan h

𝑃ℎ𝑡,𝑎 = jumlah penduduk yang pada tahun t berada pada kelompok usia

a yaitu kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang

pendidikan h

Data yang diperlukan untuk menghitung Angka Partisipasi Kasar

adalah sebagai berikut :

− Data jumlah penduduk yang pada tahun t sedang sekolah (atau

menjadi siswa) dari berbagai usia, pada setiap jenjang pendidikan.

− Data jumlah penduduk per kelompok usia standar (lihat tabel usia

standar) yang berkaitan dengan setiap jenjang pendidikan. 𝐴𝑃𝐾ℎ = 𝐸ℎ

𝑡 𝑃𝑡,𝑎

(37)

commit to user b. Angka Partisipasi Murni (APM)

Angka Partisipasi Murni (APM) adalah persentase siswa dengan

usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikannya dari jumlah

penduduk di usia yang sama.

Kegunaan APM adalah untuk menunjukkan partisipasi sekolah

penduduk usia sekolah di tingkat pendidikan tertentu. Seperti APK,

APM juga merupakan indikator daya serap penduduk usia sekolah di

setiap jenjang pendidikan. Tetapi, jika dibandingkan APK, APM

merupakan indikator daya serap yang lebih baik karena APM melihat

partisipasi penduduk kelompok usia standar di jenjang pendidikan

yang sesuai dengan standar tersebut.

Cara Menghitung APM di suatu jenjang pendidikan didapat dengan

membagi jumlah siswa atau penduduk usia sekolah yang sedang

bersekolah dengan jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan

dengan jenjang sekolah tersebut.

Rumus :

Keterangan :

𝐸ℎ𝑡,𝑎 = jumlah siswa/penduduk kelompok usia a yang bersekolah di

tingkat pendidikan h pada tahun t

𝑃ℎ𝑡,𝑎 = jumlah penduduk kelompok usia a yang berkaitan dengan usia

sekolah standar di tingkat pendidikan h. 𝐴𝑃𝑀ℎ𝑡 = 𝐸ℎ,𝑎

𝑡

𝑃ℎ𝑡,𝑎

(38)

commit to user

Contoh : APM PAUD adalah jumlah penduduk usia 0-6 tahun yang

sedang bersekolah di PAUD dibagi dengan jumlah penduduk usia 0-6

tahun.

Data yang diperlukan untuk menghitung Angka Partisipasi Murni

adalah sebagai berikut :

− Jumlah penduduk kelompok usia sekolah yang masih bersekolah di

tingkat pendidikan tertentu.

− Jumlah penduduk kelompok usia sekolah yang standar (contoh:

kelompok usia PAUD=0−6 tahun, SD=7−12 tahun, SMP=13−15

tahun, SMA=16−18 tahun, dst)

Selisih antara APK dan APM menunjukkan proporsi siswa yang

tertinggal atau terlalu cepat bersekolah. Kelemahan APM adalah

kemungkinan adanya kekurangan estimasi karena siswa diluar kelompok

usia yang standar di tingkat pendidikan tertentu.

Tingkat partisipasi pendidikan merupakan indikator untuk melihat

perbandingan jumlah penduduk bersekolah terhadap jumlah penduduk usia

sekolah. Secara umum tingginya tingkat partisipasi pendidikan disebabkan

oleh tingginya penduduk yang bersekolah, maka tingkat partisipasi

tersebut menunjukkan kinerja partisipasi sekolah yang tinggi. Tingkat

Partisipasi Pendidikan dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑒𝑘𝑜𝑙𝑎ℎ

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑢𝑠𝑖𝑎𝑠𝑒𝑘𝑜𝑙𝑎ℎ × 100

Dari beberapa keterangan diatas, dapat disimpulkan bahwa rasio

(39)

commit to user

jumlah seluruh penduduk usia dini disebut dengan istilah Tingkat

Partisipasi Pendidikan Anak Usia Dini (TP PAUD), yang pada dasarnya

merupakan besarnya jumlah anak usia dini yang mengikuti pendidikan

usia dini. Tingkat Partisipasi Pendidikan Anak Usia Dini dapat dihitung

dengan menggunakan rumus:

jumlah penduduk ikut PAUD

jumlah penduduk usia 0−6 tahun × 100

2. Pendidikan Anak Usia Dini

Pendidikan anak usia dini (PAUD) menurut Undang-Undang No.

20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (pasal 1 butir 14)

adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir

sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan

pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan

rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih

lanjut.

Berdasarkan PP Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan

Penyelenggaraan Pendidikan, fungsi dan tujuan PAUD diatur dalam Pasal

61. Berikut fungsi dan tujuan dari PAUD :

a. Pendidikan anak usia dini berfungsi membina, menumbuhkan, dan

mengembangkan seluruh potensi anak usia dini secara optimal

sehingga terbentuk perilaku dan kemampuan dasar sesuai dengan tahap

perkembangannya agar memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan

(40)

commit to user b. Pendidikan anak usia dini bertujuan:

1. Membangun landasan bagi berkembangnya potensi peserta didik

agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, berkepribadian luhur, sehat, berilmu,

cakap, kritis, kreatif, inovatif, mandiri, percaya diri, dan menjadi

warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab; dan

2. Mengembangkan potensi kecerdasan spiritual, intelektual,

emosional, kinestetis, dan sosial peserta didik pada masa emas

pertumbuhannya dalam lingkungan bermain yang edukatif dan

menyenangkan.

Adapun bentuk dan jenis satuan PAUD di Indonesia dibagi

menjadi 2 macam yaitu:

a. PAUD Formal yang terdiri dari :

1. Taman Kanak-Kanak (TK)

2. Raudatul Athfal (RA)

b. PAUD Nonformal yang terdiri dari :

1. Kelompok Bermain (KB)

2. Taman Penitipan Anak (TPA)

3. Satuan PAUD Sejenis (SPS)

Pemerintah melalui Kemendiknas membuat tiga pilar kebijakan

(41)

commit to user

a. Perluasan dan pemerataan akses layanan PAUD kepada semua anak

melalui pemberdayaan semua potensi yang ada di masyarakat dan

keberpihakan kepada anak-anak yang kurang beruntung.

b. Peningkatan mutu, relevansi dan daya saing antara lain dengan cara

mengupayakan PAUD yg murah dan mudah, tetapi bermutu.

c. Penguatan tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan pendidikan

(PAUD) antara lain dengan cara meningkatkan keterbukaan,

kemudahan dan fleksibilitas di bidang layanan PAUD kepada

masyarakat.

Sebagaimana program yang lainnya, PAUD juga memiliki sasaran

yang ingin dicapai. Sasaran dari program PAUD dibagi menjadi :

a. Sasaran Utama :

Anak lahir sampai dengan usia 6 tahun (utamanya yang belum

mendapat layanan PAUD Jalur Pendidikan Formal), prioritas 2-4 th.

b. Sasaran antara :

1. Orang tua/keluarga, calon orang tua

2. Pendidik dan Pengelola PAUD

3. Semua Lembaga Layanan Anak Usia Dini

4. Para tokoh masyarakat dan stakeholders PAUD

C. Faktor-Faktor Penghambat Peningkatan Tingkat Partisipasi PAUD Dalam upaya meningkatkan tingkat partisipasi Pendidikan Anak Usia

(42)

commit to user

partisipasi PAUD. Hasil penelitian Meneg Pemberdayaan Perempuan pada

tahun 2001 di wilayah Jakarta dan sekitarnya seperti yang dilansir oleh

Yayasan Kita dan Buah Hatimenyebutkan bahwa pada umumnya masyarakat

memandang pendidikan belum perlu diberikan kepada anak usia dini. Hal ini

sangat wajar mengingat bahwa pemahaman masyarakat terhadap pentingnya

PAUD masih sangat rendah serta pada umumnya mereka berpandangan

bahwa pendidikan identik dengan sekolah, sehingga bagi anak usia dini

pendidikan dipandang belum perlu. Lebih jauh Hadis mengemukakan ada

beberapa faktor yang menjadikan penyebab masih rendahnya kesadaran

masyarakat di bidang pendidikan anak usia dini antara lain ketidaktahuan akan

PAUD, kemiskinan, kurang berpendidikan, gagasan orang tua tentang

perkembangan anak yang masih sangat tradisional, kurang mau berubah,

masih sangat konkret dalam berpikir, motivasi yang rendah karena kebutuhan

yang masih sangat mendasar (untuk survival), serta masih sangat dipengaruhi

oleh budaya setempat yang sempit (dalam www.sdn3-leuwimunding.co.cc).

Pada kenyataannya, banyak faktor yang menyebabkan rendahnya

tingkat partisipasi anak dalam Pendidikan Anak Usia Dini

(PAUD). Diantaranya yaitu sarana pendidikan yang terbatas dan tidak merata

terutama di pedesaan dan kurangnya pemahaman orang tua tentang

pentingnya PAUD. Selain itu, biaya yang mahal menjadi salah satu faktor

rendahnya tingkat partisipasi dalam PAUD. Diperlukan dana yang tidak

sedikit untuk biaya pendidikan di TK/RA, kelompok bermain dan

(43)

commit to user

daripada SD dan SMP. Selain uang masuk yang jumlahnya cukup besar,

ditambah lagi dengan uang bulanan, uang untuk berenang, outbound, piknik,

wisuda dan lain sebagainya. Sebagian orangtua berpandangan mereka hanya

“wajib” memberikan pendidikan kepada anaknya ketika masuk sekolah formal

yaitu SD dan seterusnya. Sedangkan pendidikan anak sebelum usia SD sering

diabaikan. Oleh karena itu, jika mereka belum memahami pentingnya PAUD

maka dana untuk itu tidak akan pernah menjadi prioritas

(nizaeni28.blogspot.com)

Penelitian-penelitian terdahulu terkait dengan faktor penghambat dan

pendorong tingkat partisipasi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sudah

pernah dilakukan oleh berbagai pihak. Penelitian Gary Putranto (2010)

memberikan gambaran mengenai tingkat partisipasi orang tua dalam

pelaksanaan program pendidikan anak usia dini di Desa Tanggung Kecamatan

Turen Kabupaten Malang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor

pendukung partisipasi orang tua terhadap program-program PAUD adalah

pertama, adanya elit lokal yang berperan sebagai motivator sekaligus

fasilitator dalam pelaksanaan PAUD. Kedua, solidaritas sosial yang tinggi

dalam diri orang tua murid di sekitar lembaga yang didasari karena rasa

tanggung jawab serta kecintaan terhadap anak mereka sendiri. Sedangkan

faktor penghambat tingkat partisipasi orang tua murid dalam pelaksanaan

program PAUD adalah pertama, faktor sosial ekonomi, setiap orang tua yang

(44)

commit to user

menengah ke bawah. Kedua, terdapat beberapa orang tua yang kurang

mendukung pelaksanaan program PAUD.

Penelitian Sardin, S.Pd (2009) yang berjudul “Studi Pengembangan

Perencanaan Pendidikan Anak Usia Dini di Kota Bandung”, menyebutkan

bahwa pendidikan anak usia dini baru dapat dinikmati oleh sebagian penduduk

perkotaan dan secara ekonomi mampu, sedangkan partisipasi anak usia dini

terhadap pendidikan anak usia dini relatif masih rendah. Masyarakat menilai

bahwa pendidikan anak usia dini penting, namun demikian fasilitas yang

dimiliki oleh lembaga pendidikan pada umumnya masih terbatas, sehingga

sebagian orang tua tidak memiliki kepercayaan terhadap lembaga

penyelenggara pendidikan anak usia dini. Selain itu, layanan pendidikan anak

usia dini belum dianggap sebagai kewajiban belajar oleh sebagian masyarakat,

sehingga kepedulian orang tua untuk melibatkan anaknya dalam pendidikan

anak usia dini masih rendah.

Berdasarkan pemaparan di atas lebih banyak faktor penghambat

dibandingkan faktor yang pendukung tingkat partisipasi PAUD. Faktor-faktor

yang secara umum menghambat peningkatan tingkat partisipasi PAUD adalah

sebagai berikut :

1. Masih terbatas dan tidak meratanya lembaga pelayanan PAUD yang ada di

masyarakat terutama di pedesaan. Sebagai contoh pertumbuhan TK, RA,

KB, dan TPA di perkotaan lebih pesat dibandingkan di pedesaan

2. Sarana/fasilitas pendidikan yang terbatas dan tidak merata terutama di

(45)

commit to user

3. Ketidaktahuan/kurangnya pemahaman orang tua tentang pentingnya

PAUD bagi kecerdasan anak

4. Dari segi ekonomi, PAUD memerlukan dana yang tidak sedikit untuk

biaya pendidikan di TK/RA, kelompok bermain dan semacamnya. Hal ini

menbuat keluarga yang berpenghasilan rendah tidak dapat menyekolahkan

anaknya ke PAUD

5. Persepsi masyarakat yang beranggapan bahwa pendidikan belum perlu

diberikan pada anak usia dini (belum dijadikan prioritas sebagai kewajiban

belajar)

D. Kerangka Pemikiran

Kinerja Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan dalam Pendidikan Anak

Usia Dini (PAUD) khusunya dalam meningkatkan tingkat partisipasi PAUD

merupakan kemampuan untuk menyebarluaskan informasi mengenai PAUD

kepada masyarakat agar mereka turut serta berpartisipasi dalam PAUD dan

akhirnya tingkat partisipasi PAUD meningkat. Dengan kinerja ini diharapkan

mampu menjelaskan apakah Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan mampu

melaksanakan tugas-tugas dan fungsi-fungsi yang diberikan kepadanya dalam

meningkatkan tingkat partisipasi Pendidikan Anak Usia Dini secara optimal.

Indikator yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui

kinerja kinerja Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan adalah indikator yang

(46)

commit to user

(outcome), manfaat (benefit), dan dampak (impact). Penjabaran indikator

kinerja pada peningkatan partisipasi PAUD adalah sebagai berikut :

1. Indikator Input adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan

kegiatan dan program dapat berjalan atau dalam rangka menghasilkan

output, seperti dana dan Sumber Daya Manusia (SDM).

2. Indikator Output adalah segala sesuatu berupa produk/jasa (fisik dan/atau

non fisik) sebagai hasil langsung dari pelaksanaan suatu kegiatan dan

program berdasarkan masukan yang digunakan, seperti terlaksananya

peningkatan tingkat partisipasi PAUD melalui sosialisasi dan penyediaan

lembaga PAUD.

3. Indikator Outcome adalah segala sesuatu yang mencerminkan

berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah. Outcome

merupakan ukuran seberapa jauh setiap produk/jasa dapat memenuhi

kebutuhan dan harapan masyarakat. Dalam penelitian ini, outcome yang

diharapkan terwujudnya pemahaman masyarakat tentang pendidikan anak

usia dini (PAUD).

4. Indikator Benefit adalah kegunaan suatu keluaran (outputs) yang

dirasakan langsung oleh masyarakat. Dalam peningkatan partisipasi

PAUD, benefit yang diharapkan adalah terpenuhinya kesempatan untuk

berpartisipasi dalam PAUD bagi anak-anak yang berusia 0−6 tahun.

5. Indikator Impact adalah ukuran tingkat pengaruh sosial, ekonomi,

lingkungan atau kepentingan umum lainnya yang dimulai oleh capaian

(47)

commit to user

partisipasi PAUD, Impact yang diharapkan ialah berupa meningkatnya

kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan anak usia dini

(PAUD) dan berpartisipasi dalam PAUD.

Mengingat angka partisipasi PAUD di kabupaten Magetan baru

mencapai 26,81% atau dengan kata lain belum mencapai hasil yang maksimal,

maka usaha Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan tidak terlepas dari

faktor-faktor yang menghambat peningkatan tingkat partisipasi Pendidikan Anak

Usia Dini.

Kerangka berpikir yang digunakan dalam penelitian ini berusaha

membuat arahan untuk mempermudah melakukan penelitian mengenai kinerja

Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan dalam Peningkatkan Tingkat

Partisipasi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat melalui bagan sebagai berikut :

(48)

commit to user E. Definisi Konseptual

Definisi konseptual yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Kinerja adalah hasil kerja (outcomes) yang dicapai oleh suatu organisasi

sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya atau sebagai gambaran

mengenai tingkat pencapaian suatu kegiatan/program/kebijakan baik

dilihat secara kualitas maupun kuantitas sesuai dengan sasaran, tujuan,

visi, dan misi organisasi yang bersangkutan.

2. Tingkat partisipasi PAUD yaitu rasio antara jumlah penduduk yang

mengikuti pendidikan usia dini dengan jumlah penduduk usia dini.

3. Instansi Pemerintah yang melaksanakan peningkatan tingkat partisipasi

PAUD adalah Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan. Dalam peningkatan

partisipasi PAUD yang menjadi sasaran adalah masyarakat Kabupaten

Magetan terutama orang tua yang memiliki anak berusia 0-6 tahun.

Dari beberapa definisi yang telah disebutkan di atas dapat disimpulkan

bahwa Kinerja Dinas Pendidikan dalam peningkatan tingkat partisipasi PAUD

adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian partisipasi PAUD oleh Dinas

Pendidikan Kabupaten Magetan kepada masyarakat agar mereka dapat

memahami dan berpartisipasi dalam PAUD.

F. Definisi Operasional

Dalam penelitian tentang Kinerja Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan

dalam meningkatkan partisipasi PAUD ditentukan oleh pemahaman

(49)

commit to user

Dinas Pendidikan dapat diukur menggunakan indikator-indikator menurut SK

LAN Nomor 239/IX/6/8/2003 berikut ini:

1. Input

- Jumlah dana yang dibutuhkan untuk meningkatkan tingkat partisipasi

PAUD.

- Jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) pegawai Dinas Pendidikan,

meliputi jumlah pegawai, formasi golongan pegawai, struktur

organisasi, dan lain-lain yang berwenang dalam peningkatan tingkat

partisipasi PAUD

2. Output

- Terlaksananya sosialisasi dalam upaya peningkatan tingkat partisipasi

PAUD.

- Meningkatnya jumlah lembaga PAUD

- Meningkatnya jumlah tenaga pendidik PAUD

3. Outcome

- Meningkatnya tingkat partisipasi orang tua dalam PAUD

- Pemahaman masyarakat tentang program PAUD

4. Benefit

- Terpenuhinya kesempatan anak-anak yang berusia 0-6 tahun untuk

berpartisipasi dalam PAUD

- Adanya komunikasi dan informasi yang baik tentang PAUD kepada

(50)

commit to user

5. Impact

- Meningkatnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya PAUD dan

berpartisipasi mengikuti PAUD

(51)

commit to user BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif

adalah penelitian yang pelaksanaannya tidak terbatas hanya pada proses

pengumpulan data tetapi meliputi analisis dan interpretasi data tersebut.

Sementara ahli memberikan arti penelitian deskriptif itu lebih luas dan

mencakup segala macam bentuk penelitian kecuali penelitian historis dan

penelitian eksperimental, dalam arti luas, biasanya digunakan istilah penelitian

survey (Suryabrata, 2004:76). Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk

melakukan pengukuran yang cermat terhadap fenomena sosial tertentu,

peneliti mengenal konsep dan menghimpun fakta tetapi tidak melakukan

pengujian hipotesa (Singarimbun, 1995:4). Sedangkan analisis data dilakukan

secara kuantitatif. Pengertian kuantitatif di sini tidak hanya bermakna sebatas

angka saja, sebab penelitian kuantitatif di samping menghasilkan angka hasil

dari kegiatan pengukuran, penelitian kuantitatif juga berurusan dengan hasil

pencatatan yang menghasilkan data berupa frekuensi, prosentase, atau rasio.

(Slamet, 2006:107)

Dalam penelitian ini peneliti berusaha mendeskripsikan kinerja Dinas

Pendidikan Kabupaten Magetan dalam Peningkatan Tingkat Partisipasi

(52)

commit to user B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan

yang berlokasi di Jalan Karya Dharma No. 179, Magetan dengan

pertimbangan bahwa Dinas Pendidikan merupakan instansi pemerintah yang

berwenang dalam Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Sementara

pemilihan lokasi di Kabupaten Magetan dengan pertimbangan bahwa

Kabupaten Magetan merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang

memiliki angka partisipasi PAUD masih cukup rendah yaitu menempati posisi

kedua terendah dari 38 kabupaten dan kota di Jawa Timur setelah Kabupaten

Bangkalan sehingga peningkatan tingkat partisipasi PAUD ini sangat perlu

dilakukan secara baik dan berkelanjutan untuk memaksimalkan PAUD di

Kabupaten Magetan. Sampai sejauh ini belum ada penelitian tentang PAUD di

Kabupaten Magetan padahal dalam pelaksanaannya perlu dilakukan penelitian

untuk diketahui kinerjanya.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dana karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya

(Sugiyono, 2009:80). Populasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah

orang tua yang memiliki anak berusia 0 − 6 tahun. Populasi orang tua anak

(53)

commit to user

dalam PAUD berjumlah 16.586 orang dan yang belum berpartisipasi

berjumlah 45.284 orang yang tersebar di 18 kecamatan di Magetan dengan

rincian sebagai berikut :

Tabel 3.1

Jumlah Populasi Orang Tua Anak Usia Dini di Kabupaten Magetan Tahun 2010

Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan (diolah)

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2009:81). Penentuan jumlah sampel

yang dibutuhkan jika besarnya populasi diketahui dapat diketahui dengan

(54)

commit to user

untuk interval kepercayaan dan standar error tertentu dalam buku

karangan Y. Slamet. Jumlah populasi orang tua anak usia dini di

Kabupaten Magetan yang sudah berpartisipasi dalam PAUD sebesar

16.586 orang. Pada interval kepercayaan 95%, tingkat kesalahan atau

standart error (SE) 10%, dan p:q = 0,5:0,5 dimana nilai 0,5:0,5 tersebut

diperoleh dengan menetapkan jumlah perbandingan antara p dan q yang

tidak diketahui adalah sebesar 0,5:0,5 dengan menganggap bahwa populasi

yang diteliti memiliki tingkat heterogenitas yang paling tinggi, dan

populasi yang paling heterogen bila besarnya p:q = 0,5:0,5 (Y. Slamet

2006:55) maka jumlah sampel orang tua anak usia dini (0-6 tahun) yang

diambil dalam penelitian ini adalah sebesar 100 responden. Dengan

persentase sebagai berikut :

Orang tua yang sudah berpartisipasi dalam PAUD

16586

61870× 100 = 27 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛

Orang tua yang belum berpartisipasi dalam PAUD

45284

61870× 100 = 73 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛

3. Metode Penarikan Sampel

Metode penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode penarikan sampel probabilitas (probability sampilng). Pada

jenis ini kemungkinan terpilihnya dari setiap responden anggota populasi

Gambar

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan ............. 62
Tabel 3.1
Tabel 3.2 Tingkat Partisipasi PAUD di Kabupaten Magetan Tahun 2010
Tabel 3.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

polen dan inti sel telur harus sehat dan subur, polen juga harus mempunyai daya tumbuh atau kecepatan tumbuh tabung polen yang tinggi (Darjanto dan Satifah, 1990). Faktor luar

Peningkatan rata-rata c ash outflow Trw IV 2016 sebesar Rp 6.31 Tn, terutama disebabkan oleh peningkatan sumber pendanaan dari korporasi yang meningkatkan cash outflow sebesar

Murid mengenalpasti maksud komputer dan menyenaraikan jenis-jenis komputer melalui perbincangan dengan rakan kumpulan dibawah bimbingan

Penelitian ini dilaksanakan di Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) Sikap konsumen terhadap

Halaman lihat data waktu berhalangan mengajar merupakan halaman yang diakses oleh koordinator tata usaha untuk melihat data waktu dimana dosen berhalangan

Keterbatasan kemampuan masyarakat miskin pedesaan dalam mengelola dan memanfaatkan hasil pertanian, diberdayakan melalui program desa mandiri pangan. Penelitian

Sehubungan dengan dilaksanakannya proses evaluasi dokumen penawaran dan dokumen kualifikasi, Kami selaku Panitia Pengadaan Barang dan Jasa APBD-P T. A 2013 Dinas Bina Marga

creature that each represents the thrown flaw. He does this because an individual with inferiority complex is uncomfortable with his flaws. If other people see