• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS AKHIR - Tingkat Keberhasilan Program Sapu Lidi sebagai Program Penataan Perumahan Permukiman Masyarakat Miskin Kota Pekalongan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TUGAS AKHIR - Tingkat Keberhasilan Program Sapu Lidi sebagai Program Penataan Perumahan Permukiman Masyarakat Miskin Kota Pekalongan"

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user TUGAS AKHIR

TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM SAPU LIDI

SEBAGAI PROGRAM PENATAAN PERUMAHAN PERMUKIMAN

MASYARAKAT MISKIN KOTA PEKALONGAN

Diajukan Sebagai Syarat untuk Mencapai

Jenjang Strata-1 Perencanaan Wilayah dan Kota

Oleh :

Aryani Setyowati

I 0607029

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM SAPU LIDI SEBAGAI PROGRAM PENATAAN PERUMAHAN PERMUKIMAN MASYARAKAT

MISKIN KOTA PEKALONGAN

Aryani Setyowati NIM. I 0607029

Abstrak

Program Sapu Lidi Kota Pekalongan merupakan program Pemerintah Kota Pekalongan sebagai program rumah aman bagi warga miskin di Kota Pekalongan melalui pembangunan rumah inti tumbuh, memugar rumah, dan menata lingkungan permukiman dengan menggunakan pendekatan Tribina, yaitu Bina Lingkungan, Bina Sosial, dan Bina Manusia.

Rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah : Tingkat keberhasilan capaian dari hasil implementasi program Sapu Lidi Kota Pekalongan sebagai program penataan perumahan permukiman masyarakat miskin Kota Pekalongan. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu mengevaluasi tingkat keberhasilan program Sapu Lidi dalam upaya pengentasan kemiskinan dengan cara penataan perumahan permukiman masyarakat miskin Kota Pekalongan.

Penelitian ini bersifat kualitatif dengan metode yang digunakan adalah deskriptif. Metode ini digunakan untuk memberikan gambaran sehingga dapat diketahui implementasi program Sapu Lidi di Kota Pekalongan. Tingkat keberhasilan program Sapu Lidi menggunakan 5 variabel, yaitu Efektifitas, Efisiensi, Kecukupan, Responsitas, dan Ketepatan yang kemudian masing-masing variabel dianalisis. Variabel efektifitas menggunakan analisis kualitatif, variabel efesiensi menggunakan analisis kualitatif, variabel kecukupan menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif, variabel responsitas menggunakan analisis kualitatif dan kuantitaif, dan variabel ketepatan menggunakan analisis kualitatif. Setelah itu dilakukan analisis tingkat keberhasilan program Sapu Lidi Kota Pekalongan berdasarkan hasil analisis dari masing-masing variabel dengan indikator dan tolak ukur yang ditentukan.

(3)

commit to user

Berdasarkan penilian masyarakat terkait implementasi program, Keberhasilan Program Sapu Lidi ada di lokasi BEDAH KAMPUNG, dimana di lokasi tersebut implementasi program berhasil dalam aspek fisik, sosial, dan ekonomi. Selain itu, di lokasi tersebut, masyarakat mendapatkan manfaat bahkan multiplier effect dari hasil implementasi program dan tidak menimbulkan banyak masalah terkait tahapan implementasi program.

Abstract

The Sapu Lidi program is a program from the Government as a safe house program for the poor in Pekalongan through the construction of core houses grow, restoring the house, and arrange the settlements by using the "TRIBINA" approach of Community Development, Social Development and Human Development.

The formulation of the issues raised in this study is The success rate of achievement from the implementation of SAPU LIDI program as a program which structuring settlements housing poor in Pekalongan City. The purpose of this study is to evaluate the success rate of SAPU LIDI program in an effort to alleviate poverty by structuring settlements housing poor Pekalongan City.

The study is qualitative and used descriptive method. This method was used to illustrated the implementation of the SAPU LIDI program so that it could be seen in the City of Pekalongan. The success rate of SAPU LIDI program was using five variables, namely Effectiveness, Efficiency, Adequacy, Responsitas, and accuracy are then analyzed each variable. The variable effectiveness using qualitative analysis, the variable efficiency of using qualitative analysis, the variable adequacy of using qualitative and quantitative analysis, the variable responsitas using qualitative and quantitative analysis, and variable precision using qualitative analysis. After it carried out the analysis of the SAPU LIDI's program success rate Pekalongan based on the results of analysis of each variable to the indicators and benchmarks are determined.

(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

DAFTAR ISI,TABEL, GAMBAR

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

MOTTO HIDUP ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG ... 1

1. Kemiskinan sebagai Permasalahan Suatu Kota ... 1

2. KebijakanPemerintahKota Pekalongan ... 3

3. Program Sapu Lidi Kota Pekalongan ... 4

4. Perlunya Evaluasi Program SapuLidi Kota Pekalongan ... 6

B. RUMUSAN MASALAH ... 7

C. TUJUAN DAN SASARAN ... 7

1. Tujuan Penelitian ... .7

2. Sasaran Penelitian ... .7

D. BATASANPENELITIAN ... 8

1. Batasan Wilayah... 8

2. Batasan Materi ... 9

E. MANFAATPENELITIAN ... 9

F. METODE PENELITIAN ... 10

G. SISTEMATIKA PEMBAHASAN ... 11

H. KERANGKAPENELITIAN ... 12

BAB II LANDASAN TEORI ... 13

A. KEMISKINAN ... 13

1. Definisi Kemiskinan... 13

2. Program PengentasanKemiskinan ... 14

B. PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN ... 15

1. Pengertian Perumahan Permukiman ... 15

2. Tujuan Pembangunan Perumahan Permukiman ... 16

3. Community Based Housing Development ... 17

4. Tahapan Pelaksanaan Pembangunan Perumahan Swadaya Secara Berkelompok (Organisasi)... 19

5. Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman ... 29

6. Keterkaitan Perbaikan atau Peningkatan Pembangunan Perumahan Permukiman untuk Penanggulangan Kemiskinan 30 C. PERUMAHANDANPEMUKIMAN KOTA PEKALONGAN ... 30

1. Kebijakan Perumahan dan Permukiman Kota Pekalongan ... 30

(5)

commit to user

DAFTAR ISI,TABEL, GAMBAR

D. PROGRAM SAPULIDI KOTA PEKALONGAN ... 32

1. Pengertian Program Sapu Lidi ... 32

2. Kebijakan dan Strategi Pelaksanaan Program Sapu Lidi ... 33

3. Tahap Pelaksanaan Program ... 36

E. EVALUASI PROGRAM ... 41

1. Pengertian Evaluasi ... 41

2. Hakekat Evaluasi Program ... 41

3. Kriteria Evaluasi Program ... 42

4. Fungsi dan Tujuan Evaluasi Program ... 43

BAB III METODOLOGI... 50

A. JENIS PENELITIAN ... 50

B. RUMUSAN VARIABEL ... 54

C. KEBUTUHAN DATA ... 57

D. TEKNIK SAMPLING ... 55

E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA ... 56

1. Teknik Pengumpulan Data Primer ... 56

2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder ... 60

F. METODE ANALISIS ... 60

1. Metode Analisis Deskriptif Kualitatif ... 60

2. Metode Analisis Statistik Deskriptif ... 61

G. INDIKATOR PENELITIAN EVALUASI ... 63

H. METODE SINTESIS ... 65

BAB IV GAMBARAN WILAYAH KAJIAN PENELITIAN ... 71

A. GAMBARAN UMUM KOTA PEKALONGAN... 71

B. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 74

1. Gambaran Lokasi Implementasi Program di Rusunawa Slamaran ... 74

2. Gambaran Lokasi Implementasi Program di Bumirejo Damai Residence ... 75

3. Gambaran Implementasi Program di Griya Swadaya Asri ... 76

4. Gambaran Lokasi Implementasi Program di Bedah Kampung Kelurahan Panjang Baru ... 77

C. IMPLEMENTASI PROGRAM SAPU LIDI KOTA PEKALONGAN ... 79

1. Struktur Keorganisasian Program Sapu Lidi ... 79

2. Mekanisme Pengajuan dan Pencairan Bantuan Implementasi Program ... 82

D. PENCAPAIAN IMPLEMENTASI PROGRAM ... 84

1. Implementasi Program terhadap Pembangunan Fisik di Lokasi Implementasi Program ... 84

2. Imlementasi Program terhadap Aspek Ekonomi ... 94

(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR ISI,TABEL, GAMBAR

E. PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP IMPLEMENTASI

PROGRAM ... 98

1. Persepsi Masyarakat terhadap Aspek Fisik Implementasi Program ... 98

2. Persepsi Masyarakat terhadap Aspek Ekonomi Implementasi Program ... 101

3. Persepsi Masyarakat terhadap Aspek Sosial Implementasi Program ... 104

4. Kesesuaian Harapan Masyarakat terhadap Pelaksanaan Program ... 105

5. Persepsi Masyarakat tentang Manfaat Program ... 108

6. Persepsi Masyarakat tentang Permasalahan Pelaksanaan Program ... 110

BAB V ANALISIS EVALUASI PROGRAM SAPU LIDI KOTA PEKALONGAN ... 113

A. ANALISIS EFEKTIFITAS PENCAPAIAN IMPLEMENTASI PROGRAM SAPU LIDI ... 113

B. ANALISIS EFISIENSI PERAN LEMBAGA YANG TERLIBAT DAN MEKANISME DALAM PEMBERIAN BANTUAN SAPU LIDI ... 114

1. Analisis Peran Kepanitiaan atau Lembaga yang Terlibat dalam Pelaksanaan Program Sapu Lidi ... 114

2. Analisis Mekanisme Pengajuan dan Pencairan Bantuan Program Sapu Lidi Kota Pekalongan ... 115

C. ANALISIS TINGKAT KECUKUPAN CAPAIAN PROGRAM DALAM KOMPONEN TRIDAYA PEMBANGUNAN PERUMAHAN ... 116

D. ANALISIS RESPONSIVITAS MASYARAKAT TERHADAP PELAKSANAAN PROGRAM SAPU LIDI ... 128

E. ANALISIS KETEPATAN ATAU KESESUAIAN KELOMPOK SASARAN ATAU TARGET GROUP PELAKSANAAN PROGRAM SAPU LIDI KOTA PEKALONGAN ... 133

1. Analisis Kesesuaian Tingkat Penghasilan Masyarakat Penerima Program ... 134

2. Analisis Penghunian ... 137

F. SINTESIS TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM SAPU LIDI KOTA PEKALONGAN ... 139

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 140

A. KESIMPULAN ... 140

B. REKOMENDASI ... 143

1. Rekomendasi terhadap Hasil Studi ... 143

(7)

commit to user

DAFTAR ISI,TABEL, GAMBAR

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Usaha – usaha Tribina Program Sapu Lidi ... 33

Tabel 2.2. Kriteria Evaluasi ... 43

Tabel 2.3 Rangkuman Variabel dari Hasil Kajian Teori ... 45

Tabel 3.1. Perumusan Variabel ... 51

Tabel 3.2. Kebutuhan Data Penelitian ... 54

Tabel 3.3. Responden Wawancara Penelitian ... 57

Tabel 3.4. Jumlah Populasi dan Sampel di Tiap Lokasi Penelitian ... 58

Tabel 3.5. Kebutuhan Data Primer ... 59

Tabel 3.6 Kebutuhan Data Sekunder ... 60

Tabel 3.7 Indikator dan Tolok Ukur Penelitian Evaluasi ... 63

Tabel 3.8 Pengkriteriaan Keberhasilan Fisik ... 66

Tabel 3.9 Pengkriteriaan Keberhasilan Ekonomi ... 66

Tabel 3.10 Pengkriteriaan Keberhasilan Sosial ... 67

Tabel 3.8. Metodologi Penelitian terkait Kebutuhan Data ... 69

Tabel 4.1 Jumlah dan Kepadatan Pendudul Kota Pekalongan Tahun 2009 .... 71

Tabel 4.3 Target Aspek Fisik di Tiap Lokasi Implementasi Program ... 78

Tabel 4.4 Peran atau Tupoksi Organisasi atau Panitia Implementasi Program ... 81

Tabel 4.5 Kondisi Rumah Masyarakat Sebelum Menerima Program ... 84

Tabel 4.6 Kondisi Fisik Bangunan Sebelum dan Setelah Implemenyasi Program ... 86

Tabel 4.7 Peningkatan Penghasilan atau Pendapatam Masyarakat Penerima Program ... 95

Tabel 4.8 Persepsi Masyarakat terkait Aspek Fisik Implementasi Program ... 99

Tabel 4.9 Persepsi Masyarakat terkait Aspek Ekonomi Implementasi Program ... 102

Tabel 4.10 Persepsi Masyarakat terkait Aspek Sosial Implementasi Program ... 104

Tabel 4.11 Kesesuaian Harapan Masyarakat terhadap Implementasi Program ... 105

Tabel 4.12 Persepsi Masyarakat terkait Manfaat dari Implementasi Program ... 109

Tabel 4.13 Persepsi Masyarakat terkait Permasalahan dalam Implementasi Program ... 114

Tabel 5.1 Analisis Efektifitas Implementasi Program ... 113

Tabel 5.2 Analisis Mekanisme Pengajuan dan Pencairan Bantuan Program 115 Tabel 5.3 Analisis Kecukupan Capaian Implementasi Program ... 118

Tabel 5.4 Analisis Responsivitas Masyarakat terkait Implementasi Program ... 130

Tabel 5.5 Target Group berdasarkan Tingkat Penghasilan Masyarakat Penerima Program ... 134

(8)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR ISI,TABEL, GAMBAR

Tabel 5.7 Analisis Penghunian Implementasi Program ... 137

Tabel 5.8 Analisis Ketepatan atau Kesesuaian Kelompok Sasaran atau Target Group Pelaksanaan Implementasi Program ... 138

Tabel 5.9 Sintesa Tingkat Keberhasilan Program Sapu Lidi Kota Pekalongan ... 139

DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1. Pemilihan Batasan Wilayah Penelitian ... 8

Gambar 1.2. Kerangka Pikir Penelitian ... 12

Gambar 2.1. Model Community Development Secara Komprehensif ... 19

Gambar 2.2. Skema Alur Penyelenggaraan Perumahan Swadaya ... 28

Gambar 2.3 Skema Alur Pelaksanaan Program Sapu LIdi ... 38

Gambar 2.4 Pola Penanggulan Kemiskinan ... 39

Gambar 2.5 Skema Pola Pembiayaan Mikro ... 40

Gambar 3.1 Kerangka Analisis Penelitian ... 62

Gambar 4.1 Peta Administrasi Kota Pekalongan ... 72

Gambar 4.2 Peta Sebaran Lokasi ... 73

Gambar 4.7 Struktur Organisasi Program Sapu Lidi Kota Pekalongan ... 80

Gambar 4.8 Mekanisme Bantuan Implementasi Program ... 83

Gambar 4.9 Diagram Kondisi Rumah Sebelum Pelaksanaan Program ... 85

Gambar 4.10 Kondisi Bangunan Rusunawa Slamaran ... 88

Gambar 4.11 Kondisi Bangunan Rumah di Griya Swadaya Asri ... 89

Gambar 4.12 Kondisi Bangunan Rumah di Bumirejo Damai Residence ... 89

Gambar 4.13 Kondisi Bangunan Rumah Bedah Kampung ... 90

Gambar 4.14 Kondisi Jalan di Rusunawa Slamaran ... 91

Gambar 4.15 Kondisi Jalan di Griya Swdaya Asri ... 91

Gambar 4.16 Kondisi Jalan di Bumirejo Damai Residence ... 92

Gambar 4.17 Kondisi Jalan di Bedah Kampung ... 92

Gambar 4.18 Diagram Persepsi Masyarakat terkait Aspek Fisik Implementasi Program ... 100

Gambar 4.19 Diagram Persepsi Masyarakat terkait Aspek Ekonomu Implementasi Program ... 103

Gambar 4.20 Diagram Persepsi Masyarakat terkait Aspek Sosial Implementasi Program ... 104

Gambar 4.21 Diagram Kesesuaian Harapan Masyarakat terkait Implementasi Program ... 106

Gambar 4.22 Diagram Presentase Kesesuaian Harapan Masyarakat terkait Implementasi Program ... 107

Gambar 4.23 Diagram Persepsi Masyarakat terkait Manfaat Implementasi Program ... 110

(9)

commit to user

DAFTAR ISI,TABEL, GAMBAR

(10)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1 BAB I

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

1. Kemiskinan sebagai Permasalahan Suatu Kota

Kemiskinan merupakan persoalan yang maha kompleks dan kronis

bagi segala lapisan masyarakat. Pengertian kemiskinan menurut Gunawan

Sumodiningrat dkk (1999: 1) adalah sebuah konsep ilmiah yang lahir

sebagai dampak ikutan dari pembangunan dalam kehidupan. Kemiskinan

dipandang sebagai bagian dari masalah dalam pembangunan, yang

keberadaannya ditandai dengan adanya pengangguran, keterbelakangan,

yang kemudian meningkat menjadi ketimpangan.

Kemiskinan pada dasarnya tidak bisa didefinisikan dengan sangat

sederhana karena menyangkut berbagai aspek yang tidak hanya

berhubungan dengan kemampuan memenuhi kebutuhan material, tetapi

juga sangat berkaitan dengan dimensi kehidupan manusia yang lain.

Menurut Bank Dunia (2003), terdapat beberapa penyebab dasar dari

kemiskinan adalah sebagai berikut :

1). Kegagalan kepemilikan terutama tanah dan modal;

2). Terbatasnya ketersediaan bahan kebutuhan dasar, sarana dan

prasarana;

3). Kebijakan pembangunan yang bias perkotaan dan bias sektor;

4). Adanya perbedaan kesempatan di antara anggota masyarakat dan

sistem yang kurang mendukung;

5). Adanya perbedaan sumber daya manusia dan perbedaan antara sektor

ekonomi (ekonomi tradisional versus ekonomi modern);

6). Rendahnya produktivitas dan tingkat pembentukan modal dalam

masyarakat;

7). Budaya hidup yang dikaitkan dengan kemampuan seseorang

(11)

commit to user

BAB I

8). Tidak adanya tata pemerintahan yang bersih dan baik (good

governance);

9). Pengelolaan sumber daya alam yang berlebihan dan tidak berwawasan

lingkungan.

Setiap kota di Indonesia pasti memiliki permasalahan kemiskinan

sebagai akibat dari pembangunan di kota tersebut. Seperti halnya di Kota

Pekalongan yang juga memiliki masalah kemiskinan. Kota Pekalongan

sebelumnya dikenal sebagai salah satu kantong kemiskinan di Indonesia.

Hal itu ditandai dengan banyaknya rumah tidak layak huni, seperti yang

tercatat di Bapermas Kota Pekalongan yaitu tidak berjendela, tidak

memiliki sarana mandi, cuci, dan kakus (MCK) di 286 titik kawasan

kumuh Kota Pekalongan dan angka kemiskinan kota yang besar yaitu

33,45% pada tahun 2005.

Adanya tingkat kemiskinan pada suatu perkotaan menunjukkan sejauh

mana kota tersebut memberikan perhatian yang lebih pada masyarakat

miskinnya. Kemiskinan pada suatu kota mengambarkan sejauh mana kota

tersebut maju dalam mengelola pembangunan kotanya, maka dari itu

berbagai kota yang ada di Indonesia berlomba – lomba mengatasi

problema kemiskinan yang ada di kotanya dengan cara atau kebijakan

masing – masing. Menurut Tjiptoherijanto, 1996 : 71, ada beberapa alasan

penting mengapa kemiskinan perlu mendapat perhatian untuk

ditanggulangi, yaitu :

1. Kemiskinan merupakan kondisi yang kurang beruntung bagi kaum

miskin, akses terhadap perubahan politik dan institusional sangat

terbatas.

2. Kemiskinan merupakan kondisi yang cenderung menjerumuskan

orang miskin ke dalam tindak kriminalitas.

3. Bagi para pembuat kebijaksanaan, kemiskinan itu sendiri juga

mencerminkan kegagalan kebijaksanaan pembangunan yang telah

(12)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3 BAB I

2. Kebijakan Pemerintah Kota Pekalongan

Kemiskinan merupakan salah satu penyebab timbulnya kawasan

permukiman kumuh di perkotaan. Pemukiman kumuh adalah pemukiman

yang tidak layak huni karena tidak memenuhi persyaratan untuk hunian

baik secara teknis maupun non teknis. Suatu pemukiman kumuh dapat

dikatakan sebagai pengejawantahan dari kemiskinan, karena pada

umumnya di pemukiman kumuhlah masyarakat miskin tinggal dan banyak

dijumpai di kawasan perkotaan.

Adanya masalah kemiskinan yang kemudian menimbulkan

permasalahan perumahan permukiman yaitu permukiman kumuh

mendorong pihak yang berwenang untuk mengeluarkan suatu kebijakan

untuk penangannya. Adapaun kebijakan atau peraturan yang diambil oleh

Pemerintah KotaPekalongan untuk mengatasi masalah kemiskinan di

kotanya, yaitu dengan mengeluarkan Perda No. 11 Tahun 2008 Tentang

Percepatan Pembangunan Keluarga Sejahtera Berbasis Masyarakat dengan

Visi : Keluarga Miskin menjadi sejahtera, mampu dan mandiri. Adapun

Misi sebagai berikut :

 Mewujudkan keluarga miskin bersekolah

 Mewujudkan keluarga miskin sehat

 Mewujudkan keluarga miskin berusaha

 Membangun Sarana dan prasarana lingkungan

 Menguatkan kapasitas kelembagaan masyarakat

Adapun Visi Penanggulangan Kemiskinan Kota Pekalongan, yaitu Melalui Pemberdayakan Masyarakat dengan memampukan dan memandirikan masyarakat sehingga dapat tercapai :

Rumah Layak Huni 100%

Keluarga Berkualitas

UMK (Usaha Mikro Kecil) menjadi UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah)

Lingkungan yang sehat

(13)

commit to user

BAB I

Sementara itu, kebijakan atau peraturan yang khusus terkait dalam

penanganan permasalahan perumahan permukiman Kota Pekalongan,

yaitu

Visi perumahan permukiman Kota Pekalongan adalah :

Memampukan dan memandirikan masyarakat dengan membangun rumah inti tumbuh, memugar rumah, dan menata lingkungan

permukiman“

Sedangkan Misi perumahan permukiman Kota Pekalongan :

1. Menjawab tuntutan strategis pembangunan yang sesuai dengan

tantangan perkembangan dan permasalahan perumahan, sebagaimana

digariskan dalam RUTRK.

2. Menetapkan program prioritas dan strategis yang berkaitan dengan

perumahan.

3. Pengurangan kemiskinan, pengembangan ekonomi lokal dan

peningkatan pelayanan publik.

3. Program Sapu Lidi Kota Pekalongan

Program penanganan kemiskinan yang ada di Kota Pekalongan,

dikenal dengan Sapu Lidi. Program Sapu Lidi merupakan program rumah

aman bagi warga miskin di Kota Pekalongan melalui pembangunan rumah

inti tumbuh, memugar rumah, dan menata lingkungan permukiman.

Menurut informasi yang didapat dari Bapermas Kota Pekalongan, strategi

sapu lidi ini awal kali ditempuh pada Tahun 2006 dengan pertimbangan

bahwa selama ini banyak program dari pusat yang berasal dari berbagai

departemen tidak terkoordinasi dan campur aduk program – program itu

juga dijalankan dengan beragam sistem sehingga menyulitkan pelaksanaan

di lapangan. Selain itu, program peningkatan kualitas rumah (pemugaran)

dari pusat juga belum diikuti oleh program peningkatan kualitas prasarana

dan sarana umum di lingkungan komunitas miskin. Dana yang digunakan

(14)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5 BAB I

berbagai pihak/ anggaran yang ada, dukungan dana yang digunakan

berasal mulai dari :

APBD Kota Pekalongan

Swadaya masyarakat,

APBN Pusat,

APBD Provinsi Jawa Tengah,

pihak swasta / BUMN dan potensi-potensi sah yang lain.

Pelaksanaan program dilakukan dengan berbagai tahapan, yaitu

langkah pertama yang dilakukan dengan mendata jumlah warga miskin.

Pencarian data terkait data warga miskin, pemkot menggerakan perangkat

terbawah secara berjenjang,mulai Kelurahan, LPM,PKK dan Kecamatan.

Gerakan inipun cepat dilakukan. Pada Tahun 2005 diperoleh data Jumlah

KK Miskin di Kota Pekalongan sebanyak 22.913 KK (36.54% dari jumlah

KK di Kota Pekalongan). Saat itu rumah yang berkategori miskin langsung

ditempel stiker yang bertuliskan "KK miskin". Dan setiap rumah yang

ditempeli stiker tersebut diberi kepemilikan kartu KK miskin. Setelah itu,

dilakukan pendekatan dengan model Community-based Development,

memberikan hak dan kesempatan seluas – luasnya bagi masyarakat untuk

berperan serta (prakasa masyarakat). Disamping Pendekatan Tribina (Bina

Manusia,Bina Linkungan, Dan Bina Usaha). Kegitan tersebut dibarengi

dengan menerapkan strategi membangun kesadaran kritis masyarakat,

bahwa mereka mampu dan berdaya.

Disamping mengembangkan penguatan Lembaga Keuangan Mikro

seperti BMT, Koperasi dan BKM yang memberikan stimulan kredit lunak

kepada MBR (Masyarakat Berpenghasilan Rendah) dengan tujuan untuk

peningkatan kualitas papan dan meningkatkan peran lembaga institusi

masyarakat LPM (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat ) sekaligus untuk

memupuk rasa kegotong royongan di tingkat akar rumput. Langkah itu

dibarengi dengan melibatkan perempuan melalui lembaga PKK dalam

(15)

commit to user

BAB I

lingkungan pemukiman. Semuanya dengan tujuan menumbuhkan rasa

memiliki (sense of ownership).

4. Perlunya Evaluasi Program Sapu Lidi Kota Pekalongan

Evaluasi program sebagaimana dimaknai oleh Suharsimi Arikunto dan

Abdul Jabar (2004 ; 14) adalah proses penetapan secara sistematis tentang

nilai, tujuan, efektivitas atau kecocokan sesuatu sesuai dengan kriteria dan

tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Proses penetapan keputusan itu

didasarkan atas perbandingan secara hati-hati terhadap data yang

diobservasi dengan menggunakan standard tertentu yang telah di bakukan.

Adanya permasalahan kemiskinan yang masih terdapat di Kota

Pekalongan, maka pemkot mengambil langkah untuk menyelesaikan

permasalahan kemiskinan yang ada di Kota Pekalongan. Langkah yang

diambil Pemerintah Kota Pekalongan yaitu dengan penerapan program

Sapu Lidi untuk penanggulangan kemiskinan yang dimulai dengan

perbaikan kondisi rumah masyarakat miskin dan lingkungannya. Hal ini

disebabkan, kondisi rumah merupakan salah satu dari indikator

kemiskinan. Sehingga program Sapu Lidi menempuh jalur perbaikan dan

peningkatan kualitas hunian masyarakat miskin untuk menanggulangi

kemiskinannya tersebut.

Implementasi dari program Sapu Lidi Kota Pekalongan perlu

dilakukan suatu evaluasi untuk mengetahui seberapa besar tingkat

keberhasilan program tersebut dalam penanganan kemiskinan di Kota

Pekalongan. Sebagaimana menurut Isaac dan Michael (1984), sebuah

program harus diakhiri dengan evaluasi. Hal ini dikarenakan kita akan

melihat apakah program tersebut berhasil menjalankan fungsi sebagaimana

yang telah ditetapkan sebelumnya.

Evaluasi program Sapu Lidi sebagai program penataan perumahan

permukiman masyarakat miskin Kota Pekalongan dilakukan untuk

mengetahui tingkat keberhasilan program tersebut. Tingkat keberhasilan

(16)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7 BAB I

untuk menganalisis tingkat keberhasilan yang didapat. Tiap – tiap

indikator dianalisis sehingga dapat diketahui tingkat keberhasilan dari

implementasi program Sapu Lidi di Kota Pekalongan.

B. RUMUSAN MASALAH

Bagaimanakah tingkat keberhasilan program Sapu Lidi sebagai program

penataan perumahan permukiman masyarakat miskin Kota Pekalongan?

C. TUJUAN DAN SASARAN PENELITIAN 1. Tujuan

Untuk mengevaluasi tingkat keberhasilan program Sapu Lidi sebagai

program penataan perumahan permukiman masyarakat miskin dalam

upaya pengentasan kemiskinan Kota Pekalongan.

2. Sasaran

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka sasaran yang ingin dicapai

dalam penelitian ini, adalah :

a. Mengetahui kontribusi program Sapu Lidi dilihat dari misi kota terkait

bidang perumahan permukiman.

b. Mengidentifikasi pencapaian kinerja program Sapu Lidi yang

disesuaikan dengan misi/target program.

c. Mengetahui kesesuaian antara mekanisme dan implementasi pengajuan

dan pencairan bantuan program.

d. Mengidentifikasi kesesuaian peran, tugas, dan kewenangan pihak yang

terkait dalam implementasi program.

e. Mengidentifikasi dampak, manfaat dan multiplayer effect dari

implementasi program bagi masyarakat miskin Kota Pekalongan.

f. Menganalisis tingkat keberhasilan program Sapu Lidi Kota Pekalongan

(17)

commit to user

BAB I

D. BATASAN PENELITIAN 1. Batasan Wilayah

Lingkup wilayah penelitian dalam Tingkat Keberhasilan Program

Sapu Lidi sebagai Program Penataan Perumahan Permukiman Masyarakat

Miskin Kota Pekalongan terdapat di 4 lokasi, dimana ke 4 lokasi tersebut

merupakan lokasi implementasi program. Pengambilan keseluruhan lokasi

implementasi dimaksudkan untuk penggambaran implementasi program

secara umum. Adapun lingkup wilayah dalam penelitian ini adalah :

a. Rusunawa di Kelurahan Krapyak lor

b. Griya Swadaya Asri di Kelurahan Kandang Panjang

c. KPRS Bumi Rejo di Kelurahan Bumi Rejo

d. Bedah Kampung di Kelurahan Panjang Baru

Gambar 1.1 Pemilihan Batasan Wilayah Penelitian Program Sapu Lidi

Kecamatan Pekalongan Utara

Kecamatan Pekalongan Barat

Rusunawa Slamaran Kel. Krapyak lor

Griya Swadaya Asri Kel. Kandang

Panjang

Bedah Kampung Kel. Panjang

Baru

Bumirejo Damai R Kelurahan Bumi Rejo

(18)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9 BAB I

Pemilihan seluruh lokasi program sebagai batasan wilayah penelitian

dimaksudkan agar dapat menggambarkan secara utuh terkait implementasi

program tersebut sehingga dapat mengetahui secara jelas seberapa besar

tingkat keberhasilan program Sapu Lidi sebagai program penataan

perumahan permukiman masyarakat miskin Kota Pekalongan. Selain itu,

juga dari 4 lokasi implementasi program penanganan penataan perumahan

permukiman berbeda anatara 1 lokasi dengan lokasi lainnya, yaitu dalam

bentuk Rusunawa, Rumah Inti Tumbuh, Bedah Kampung, dan Perumahan

KPRS.

2. Batasan Materi

Penelitian ini dibatasi pada implementasi program Sapu Lidi dalam

penataan perumahan permukiman bagi masyarakat miskin Kota

Pekalongan. Pembahasan dilakukan terkait dari proses implementasi

program dan hasil yang didapat dari program tersebut. Selain itu,

pembahasan dilakukan terkait variabel ataupun indikator dari penelitian ini

yaitu efektifitas dengan pembatasan materi terkait kontribusi dari hasil

implementasi program, efisiensi terkait mekanisme bantuan dan

kesesuaian peran panitia pelaksana implementasi program, kecukupan

terkait kondisi aspek fisik,sosial, dan ekonomi berdasarkan target

implementasi program, responsivitas terkait penilaian masyarakat, dan

ketepatan terkait sasaran dari implementasi program.

Pembahasan dari variabel – variabel tersebut digunakan untuk

mengetahui tingkat keberhasilan program Sapu Lidi sebagai program

penataan perumahan permukiman masyarakat miskin Kota Pekalongan.

E. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang diharapkan dan didapatkan dari penelitian ini adalah

sebagai berikut :

 Bagi Pemerintah Kota, diharapkan dapat menjadi bahan masukan yang

(19)

commit to user

BAB I

yang lebih baik dalam menerapkan penataan perumahan permukiman bagi

masyarakat miskin.

 Bagi masyarakat setempat, hasil evaluasi dari program dapat menyadarkan

mengenai pentingnya manfaat program Sapu Lidi.

 Bagi disiplin Ilmu Perencanaan Wilayah Kota, produk studi dapat

digunakan sebagai masukan dan tambahan literatur terhadap konsep dan

teori mengenai penelitian evaluasi dan khususnya terkait program

pengentasan kemiskinan.

F. METODE PENELITIAN

Menurut Gulo (2002:19), penelitian yang didasarkan pada pertanyaan

dasar Bagaimana merupakan tipe penelitian deskriptif. Sesuai dengan

perumusan masalah “Bagaimanakah tingkat keberhasilan program Sapu Lidi sebagai program penataan perumahan permukiman masyarakat miskin Kota

Pekalongan”, maka penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha untuk menuturkan

pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data – data untuk

dianalisis dan diinterpretasikan (Narbuko, 2004:44)

Detail dari metodologi penelitian lebih lengkapnya akan dibahas dalam

Bab 3, yaitu terkait kebutuhan data, teknik sampling, taknik pengumpulan

(20)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11 BAB 1

G. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Penelitian ini memiliki berbagai macam pembahasan yang terbagi tiap

bab. Pembahasan pertama terkait latar belakang penelitian, rumusan masalah,

tujuan sasaran, batasan penelitian, dan metodologi. Kemudian dilakukan pembahasan terkait teori – teori yang digunakan dalam penelitian sebagai

dasar acuan pemahaman akan materi penelitian yang dibahas atau diangkat

dan juga dapat merumuskan variabel-variabel penelitian yang akan

digunakan. Setelah landasan teori yang digunakan dalam penelitian telah diketemukan dan juga variabel penelitian telah dirumuskan, lalu akan dibahas

terkait metode atau cara yang digunakan mendapatkan data yang digunakan

untuk mendukung kegiatan penelitian yang dilakukan. Selain itu, juga dibahas

terkait cara yang digunakan untuk menganalisis sampai dengan cara yang

digunakan dalam penelitian memperoleh kesimpulan atau hasil akhir dari

penelitian tersebut. Pembahasan selanjutnya terkait gambaran fakta dan data yang diambil dan digunakan dalam penelitian yang sesuai dengan topik

penelitian serta berisi penjelasan realisasi pelaksanaan program Sapu Lidi

Kota Pekalongan. Setelah data di kompilasi, kemudian dianalisis agar dapat menjawab tujuan penelitian dengan menggunakan pendekatan analisis

evaluatif dengan metode deskriptif serta statistik deskriptif dengan

menggunakan indikator yang telah ditentukan. Pembahasan yang terakhir

dilakukan yaitu terkait hasil penelitian setelah dianalisis dan disintesiskan.

Selain itu, juga membahas saran dan usulan terkait perbaikan pemecahan

(21)

commit to user

BAB 1

H. KERANGKA PIKIR PENELITIAN

Gambar 1.2 Kerangka Pikir Peneletian

LATAR BELAKANG

VARIABEL& ANALISIS Efektifitas

Analisis Kualitatif dan Kuantitaif

RUMUSAN MASALAH

PROSES ANALISIS Program Penataan Perumahan Permukiman bagi Warga Miskin Kota Pekalongan

Efisiensi Kecukupan Responsivitas

Analisis tingkat keberhasilan program Sapu Lidi Kota Pekalongan

Tingkat keberhasilan program Sapu Lidi sebagai program penataan perumahan permukiman masyarakat miskin Kota Pekalongan

Kesimpulan dan Rekomendasi

Ketepatan Kebijakan Perumahan

Permukiman Kota Pekalongan Permasalahan Perumahan Permukiman Kota Pekalongan Konsep umum kemiskinan

Kondisi kemiskinan di Kota Pekalongan

Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Analisis

Kualitatif

Analisis Kualitatif dan Kuantitatif

Analisis Kualitatif dan Kuantitaif

Research Questions

(22)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13 BAB II

BAB II

LANDASAN PUSTAKA

A.KEMISKINAN

1. Definisi Kemiskinan

Kemiskinan dapat dikatakan hampir menjadi “kenyataan abadi” yang

sudah ada dari dulu dan setiap kota pasti memiliki permasalahan

kemiskinan, seiring dengan proses pembangunan di kota tersebut.

Kemiskinan selalu mendapatkan tempat yang cukup penting dalam

pembahasan pembangunan karena adanya kemiskinan berarti hasil dari

pembangunan tidak berhasil atau kurang sesuai. Pengertian kemiskinan

menurut Gunawan Sumodiningrat dkk (1999: 1) adalah sebuah konsep

ilmiah yang lahir sebagai dampak ikutan dari pembangunan dalam

kehidupan. Kemiskinan dipandang sebagai bagian dari masalah dalam

pembangunan, yang keberadaannya ditandai dengan adanya

pengangguran, keterbelakangan, yang kemudian meningkat menjadi

ketimpangan.

Masyarakat miskin umumnya lemah dalam kemampuan berusaha dan

terbatas aksesnya kepada kegiatan ekonomi, sehingga tertinggal jauh dari

masyarakat lainnya yang memiliki potensi lebih tinggi. Masalah

kemiskinan muncul karena adanya sekelompok anggota masyarakat yang

secara struktural tidak mempunyai peluang dan kemampuan yang

memadai untuk mencapai tingkat kehidupan yang layak. Akibatnya

mereka harus mengakui keunggulan kelompok masyarakat lainnya dalam

persaingan mencari nafkah dan kepemilikan aset produktif, sehingga

semakin lama menjadi semakin tertinggal. Dalam prosesnya, gejala

(23)

commit to user

BAB II

2. Program Pengentasan Kemiskinan

Pada tingkatan yang lebih implementatif, dalam Undang – Undang

No. 5 tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas),

disebutkan empat strategi penanggulangan kemiskinan, yaitu :

1. Penciptaan kesempatan (create opportunity) melalui pemulihan

ekonomi makro, pembangunan yang baik, dan peningkatan pelayanan

umum.

2. Pemberdayaan masyarakat (people empowerment) dengan

meningkatkan akses terhadap sumber daya ekonomi dan politik.

3. Peningkatan kemampuan (increasing capacity) melaui pendidikan dan

perumahan.

4. Perlindungan sosial (social protection) untuk mereka yang memiliki

cacat fisik, fakir miskin, kelompok masyarakat yang terisolir, serta

terkena pemutusan hubungan kerja (PHK), dan korban konflik sosial.

Adanya paradigma baru dalam penanggulangan kemiskinan yang

dilakukan upaya pemberdayaan masyarakat melalui sasaran kelompok

masyarakat tidak individual lagi dan setiap upaya pemberdayaan baik yang

dilakukan pemerintah, dunia usaha maupun kelompok peduli masyarakat

miskin seharusnya dipandang sebagai pancingan dan pemacu untuk

menggerakkan ekonomi rakyat. Menurut Sumodiningrat, 1997:7, upaya

penanggulangan kemiskinan memenuhi lima hal pokok sebagai berikut :

a. Bantuan dana sebagai modal usaha.

b. Pembangunan prasarana sebagai pendukung pengembangan kegiatan

sosial ekonomi masyarakat.

c. Penyediaan sarana untuk memperlancar pemasaran hasil produksi

barang dan jasa masyarakat.

d. Pelatihan bagi aparat dan masyarakat.

(24)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15 BAB II

B.PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

1. Pengertian Perumahan Permukiman

Sesuai dengan Undang-Undang nomor 1 Tahun 2011 tentang

Perumahan dan Permukiman, yang dimaksud dengan : a) “rumah” adalah

bangunan gedung yang yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak

huni, sarana pembinaan keluarga,cerminan harkat dan martabat

penghuninya, serta aset bagi pemiliknya, b) “perumahan” adalah

kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun

perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana,sarana, dan utilitas umum

sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni, dan c)

“permukiman” adalah bangian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana

utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di

kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan.

Permukiman didalam kehidupan masyarakat merupakan suatu

kebutuhan dasar dan setiap komunitas masyarakat berhak melakukan

self-community evaluation karena mereka stakeholder didalam lingkungannya.

Menurut Santoso (2000:41) bagi masyarakat berpenghasilan rendah

menilai (evaluation) permukiman / perumahan sebagai kebutuhan dasar

dan sekaligus suatu sumberdaya modal yang berguna untuk meningkatkan

kehidupan dan penghidupan mereka. Bagi masyarakat berpenghasilan

rendah rumah harus memenuhi syarat sebagai berikut :

1. Dekat dengan tempat kerja atau berlokasi di tempat yang berpeluang

dalam mendapatkan pekerjaan, minimalkan pekerjaan di sektor

informal.

2. Kualitas fisik hunian dan lingkungan tidak penting sejauh mereka

masih mungkin menyelenggarakan kehidupan mereka.

3. Hak-hak penguasaan atas tanah dan bangunan khususnya hak milik

tidak penting. Yang penting mereka tidak diusir atau digusur. Ini

(25)

commit to user

BAB II

2. Tujuan Pembangunan Perumahan Permukiman

Penanganan perumahan permukiman dalam suatu wilayah harus

memiliki tujuan, maka menurut Turner (1980) terdapat tujuan

pembangunan suatu perumahan permukiman yang perlu diperhatikan,

yaitu berkaitan dengan :

1. Menciptakan Pembangunan Baru

Pembangunan baru yang dimaksud yaitu dengan pembangunan

perumahan permukiman di lokasi atau lahan yang kosong atau baru,

dimana pembangunan baru dalam suatu wilayah dapat

mengembangkan atau memekarkan kegiatan perumahan permukiman

yang terpusat pada suatu daerah. Ada beberapa hal yang harus

diperhatikan dalam pembangunan baru, yaitu :

a. Menciptakan dasar ekonomi, lapangan kerja melalui mikro kredit

dengan bunga rendah untuk usaha kecil

b. Program perumahan harus sesuai dengan kebutuhan komunitas

c. Program pengembangan sosial yang memastikan efisien distribusi

dari fasilitas sosial, pembangunan baru yang menarik maupun

untuk kesenangan dan kenyamanan.

d. Menciptakan program investasi baik yang dilakukan developer

swasta maupun pemerintah

e. Memberi peluang munculnya penciptaan lapangan kerja baru di

dekatnya.

f. Menciptakan lingkungan fisik yang lebih menarik

2. Menciptakan Komunitas Baru

Pembangunan perumahan permukiman selain untuk menciptakan

pembangunan baru, juga untuk menciptakan komunitas baru.

Menciptakan komunitas baru terbentuk apabila pembangunan rumah

dilakukan ditempat yang berbeda dengan lokasi rumah yang dihuni

sebelumnya, sehingga bertemu dengan lingkungan yang baru

(26)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17 BAB II

untuk penyediaan lapangan pekerjaan dan fasilitas pelayanan yang

tadinya tinggal di pusat kota. Menciptakan komunitas baru dilakukan

baik pada peningkatan kualitas permukiman pada komunitas existing

maupun pada area baru. Komunitas – komunitas baru tersebut akan

membentuk suatu tipe komunitas sebagai berikut :

a. Komunitas yang secara ekonomi terjadi keseimbangan antara

komunitas baru di dalam metropolitan area sebagai alternative

daripada terjadi urban sprawl

b. Komunitas yang terjadi pada pemekaran kota-kota kecil untuk

menjadi pust pertumbuhan baru

c. Komunitas pada kota baru berdekatan dengan kota lain yang

berdempetan dengan kota existing

d. Komunias dalam kota mandiri jauh dari pusat kota

3. Community Based Housing Development

Community Development (Pembangunan Masyarakat) diartikan sebagai

aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat, dimana mereka mampu

mengidentifikasikan kebutuhan dan masalah secara bersama. Ada yang

mengartikan pula bahwa pembangunan masyarakat adalah kegiatan yang

terencana untuk menciptakan kondisi – kondisi bagi kemajuan sosial

ekonomi masyarakat dengan meningkatkan partisipasi masyarakat.

Model community development yang komprehensif sangat diperlukan

bagi masyarakat setempat atau sekitar, dan pemerintah daerah yang

berkepentingan dalam perumusan program – program pembangunan

masyarakat untuk meningkatkan perekonomian masyarakat, yang meliputi

banyak bidang dan sektor. Berbagai komponen yang harus

dipertimbangkan dan diperhitungkan dalam penyusunan model

Community Development yang komprehensif, sekurang – kurangnya

terdiri dari :

1. Paradigma Pembangunan yang Diterapkan. Peran pemerintah bukan

(27)

commit to user

BAB II

2. Azas Pembangunan Masyarakat, yaitu Azas Pembangunan Integral,

Azas Kekuatan Sendiri, dan Azas Permufakatan bersama – sama, yang

dewasa ini lebih dikenal sebagai azas “kemandirian lokal”

3. Prinsip Pembangunan Masyarakat, yaitu : Transparansi, Partisipatif,

Dapat dinikmati masyarakat luas, Akuntabilitas, dan Sustainable

4. Pendekatan yang diterapkan bukan “top down”, tetapi “bottom up”.

Kegiatan pembangunan harus didasarkan pada kekuatan atau

kemampuan masyarakat itu sendiri.

5. Strategi Pembangunan Masyarakat yang Partisipatif adalah relevan

untuk masa sekarang dan masa yang akan datang.

6. Kebijakan Pembangunan Masyarakat : pengembangan atau penguatan

kelembagaan, peningkatan investasi dan kemampuan Sumber Daya

Manusia (SDM), peningkatan kapasitas masyarakat dalam pengelolaan

sumber daya, peningkatan kemampuan organisasi pemerintah dan

lembaga – lembaga masyarakat, penciptaan iklim sosial ekonomi yang

kondusif.

7. Perencanaan Pembangunan Partisipatif memberikan manfaat kepada :

anggota masyarakat mampu mengidentifikasi bidang atau sektor yang

perlu dilakukan perbaikan, anggota masyarakat dapat berperan serta

dalam perencanaan pembangunan masa depan, masyarakat dapat

menghimpun sumber daya dan sumber dana dari kalangan masyarakat

sendiri.

8. Unsur – unsur community development meliputi : Masyarakat,

Pemerintah Daerah, dan Pelaku Pembangunan

9. Harmoni bermakna antara keserasian dan tata tertib, menjadi ikatan

batin yang mempersatukan tekad untuk mencapai keberhasilan

pembangunan masyarakat.

Komponen – komponen Model Community Development yang

(28)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19 BAB II

Gambar 2.1 Model Community Development Secara Komprehensif

Sumber : Rahardjo adisasmita

4. Tahapan Pelaksanaan Pembangunan Perumahan Swadaya secara Berkelompok (Organisasi)

Pemenuhan kebutuhan perumahan bagi MBR dapat diselenggarakan

melalui pembangunan perumahan swadaya yang dilakukan secara

berkelompok. Berkelompok dapat diartikan sebagai upaya membangun

kekuatan atau modal sosial (social capital) guna mengakses ke berbagai

sumber daya yang ada.

Berikut tahapan pembangunan perumahan swadaya secara

berkelompok, menurut Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat No.

8/PERMEN/M/2007 :

1. Tahap Persiapan di Tingkat Pemerintah Pusat dan Daerah (Perumusan

Kebijakan)

Perencanaan Pembangunan Sasaran

dan Tujuan Masyarakat

Pemerintah Daerah

Kebijakan & Program

Strategi Pendekatan Azas

Prinsip

MODEL COMMUNITY DEVELOPMENT

(29)

commit to user

BAB II

2. Tahap Persiapan di Tingkat MBR (Pengorganisasian MBR), terdiri dari

beberapa langkah, yaitu sebagai berikut :

a. Identifikasi MBR yang membutuhkan rumah

b. Sosialisasi Mekanisme Penyelenggaraan Perumahan Swadaya

c. Penyepakatan Keikutsertaan dalam Penyelenggaraan Perumahan

Swadaya Berkelompok

d. Rembug Persiapan Pembentukan Organisasi

e. Pembentukan dan Penyusunan Kelengkapan Organisasi

f. Pemupukan Tabungan Perumahan Swadaya Berkelompok

3. Tahap Pemetaan dan Perencanaan, terdapat beberapa langkah tahapan

pelaksanaan yaitu sebagai berikut :

a. Identifikasi Permasalahan Pengembangan Perumahan Swadaya

Berkelompok

b. Identifikasi Kebutuhan dan Potensi Pengembangan Perumahan

Swadaya Berkelompok

c. Identifikasi Mitra Potensial dalam Pengembangan Perumahan

Swadaya Berkelompok

d. Penyusunan Rencana Tindak (Action Plan)

e. Rintisan Penyelenggaraan Pembangunan Perumahan Swadaya

Berkelompok

f. Penyusunan Proposal Penyelenggaraan Perumahan Swadaya

Berkelompok

g. Pengajuan Proposal

4. Tahap Perijinan dan Pelaksanaan Pembangunan

5. Tahap Pemanfaatan dan Pengelolaan.

Tahapan pelaksanaan pembangunan perumahan swadaya berkelompok

(30)

28

Gambar 2.2 Skema Alur Penyelenggaraan Perumahan Swadaya PERSIAPAN

PENGORGANISASIAN MBR

Identifikasi MBR yg membutuhkan Rumah

Layak Huni

Sosialisasi Mekanisme Penyelenggaraan Perumahan Swadaya

Rembug warga persiapan Pembentukan Organisasi

Pemilihan dan Penetapan Kader Komunitas Perumusan Kebijakan Tk.

Pusat

Sosialisasi Kebijakan Perumusan Kebijakan

Tk. Provinsi

Sosialisasi Kebijakan Provinsi

Perumusan Kebijakan Tk. Kab/Kota Sosialisasi Kebijakan

Pengembangan Data Base Kebutuhan Perumahan

Swadaya PERSIAPAN

(31)

commit to user

BAB II

5. Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman

Program peningkatan kualitas perumahan dan permukiman yang selama

ini menjadi perhatian pemerintah adalah kawasan perumahan dan

permukiman yang termasuk kategori kawasan kumuh, yang ditandai antara

lain dengan kondisi prasarana dan sarana yang tidak memadai baik secara

kualitas dan kuantitas, kondisi sosial eonomi masyarakat yang rendah,

kondisi sosial budaya masyarakat, dan kondisi lingkungan yang rawan

bencana, penyakit dan keamanan (Dirjen Cipta Karya, 1999).

Menurut Direktorat Jenderal Cipta Karya, lokasi kawasan perumahan

yang layak adalah :

a. Tidak terganggu oleh polusi (air, udara, suara)

b. Tersedia air bersih

c. Memiliki kemungkinan untuk perkembangan pembangunannya

d. Mempunyai aksesibilitas yang baik

e. Mudah dan aman mencapai tempat kerja

f. Tidak berada dibawah permukaan air setempat

g. Mempunyai kemiringan rata-rata

Komponen lingkungan perumahan berkaitan dengan upaya perbaikan

lingkungan perumahan untuk meningkatkan kualitas lingkungan menurut

Dirjen Cipta Karya, antara lain :

a. Jalan lingkungan

b. Jalan setapak

c. Sistem drainase

d. Penyediaan air bersih

e. Pengumpulan dan pembuangan sampah

(32)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30 BAB II

6. Keterkaitan Perbaikan atau Peningkatan Pembangunan Perumahan Permukiman untuk Penanggulangan Kemiskinan

Menurut Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan, 2005

Pemenuhan hak perumahan bertujuan untuk memenuhi hak

masyarakat miskin atas tempat tinggal atau perumahan yang layak dan

lingkungan permukiman yang sehat, dengan kebijakan :

a. Menyediakan rumah yang layak dan sehat yang terjangkau bagi

masyarakat miskin,

b. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengembangan dan

penyediaan rumah yang layak dan sehat,

c. Meningkatkan perlindungan terhadap lingkungan permukiman dan

permukiman rakyat.

Berdasarkan hal tersebut, salah satu cara dalam menanggulangi

kemiskinan yaitu dengan pemenuhan hak akan rumah yang layak. Apabila

pemenuhan kebutuhan akan rumah layak huni bagi masyarakat miskin

terpenuhi maka secara tidak langsung hal tersebut mampu menanggulangi

kemiskinan dalam suatu kota.

C.PERUMAHAN PERMUKIMAN KOTA PEKALONGAN

Penanganan Perumahan Kota Pekalongan berupaya memberdayakan

masyarakat (Community Empowerment) antara lain dengan memampukan dan

memandirikan masyarakat melalui intervensi berbagai program pembangunan

agar kondisi kehidupan masyarakat mencapai kemampuan yang diharapkan.

Salah satu upaya intervensi pemerintah antara lain dengan

memberikan motivasi, fasilitasi, dan stimulan untuk meningkatkan partisipasi

masyarakat guna terwujudnya daya cipta, karya, dan prakarsa masyarakat

untuk membangun rumah inti tumbuh, memugar rumah, dan menata

lingkungan.

1. Kebijakan Perumahan dan Permukiman Kota Pekalongan

Tujuan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kota

(33)

commit to user

BAB II

Meningkatkan kualitas rumah tinggal, lingkungan permukiman, dan ketersediaan infrastruktur air bersih bagi masyarakat miskin

Adapun Visi Penanggulangan Kemiskinan Kota Pekalongan, yaitu Melalui Pemberdayakan Masyarakat dengan memampukan dan memandirikan masyarakat sehingga dapat tercapai :

Rumah Layak Huni 100%

Keluarga Berkualitas

UMK (Usaha Mikro Kecil) menjadi UMKM (Usaha Mikro Kecil

Menengah)

Lingkungan yang sehat

Menurunkan Angka Kemiskinan

Serta Visi perumahan permukiman Kota Pekalongan adalah :

Memampukan dan memandirikan masyarakat dengan membangun rumah inti tumbuh, memugar rumah, dan menata lingkungan permukiman“

Sedangkan Misi perumahan permukiman Kota Pekalongan :

1. Menjawab tuntutan strategis pembangunan yang sesuai dengan

tantangan perkembangan dan permasalahan perumahan, sebagaimana

digariskan dalam RUTRK.

2. Menetapkan program prioritas dan strategis yang berkaitan dengan

perumahan.

3. Pengurangan kemiskinan, pengembangan ekonomi lokal dan

peningkatan pelayanan publik.

2. Permasalahan Perumahan Permukiman dan Lingkungan Kota Pekalongan

Adapun permasalahan yang terjadi terkait perumahan permukiman

dan lingkungan di Kota Pekalongan, yaitu :

 Tingkat Kemiskinan

 Sebelum Reformasi : 21.111 KK (31,6%) dari jumlah KK se-Kota

(34)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32 BAB II

 Pasca Reformasi : 31.461 KK (47,11%) dari jumlah KK se-Kota

Pekalongan

 Kawasan Kumuh 286 Titik

 Ringan : 243 Titik

 Sedang : 43 Titik

 Rumah Tidak Layak Huni :

 Type C : 5.068

 Type C+ : 7.308

 Mengandalkan kekuatan PAD Pemda kota Pekalongan, maka prediksi

21 tahun kemudian Kota Pekalongan baru bebas Rumah Tidak Layak

Huni dan Kawasan Kumuh

 Banyaknya Program dari Pusat dari berbagai Departemen yang tidak

terkoordinasi dan bermacam-macam sistem sehingga menyulitkan

pelaksanaan di lapangan di tingkat akar rumput

 Kurangnya kemampuan KK Miskin dalam mengakses Sumber Daya

untuk keluar dari kemiskinan KK Miskin Produktif adalah KK miskin

yang mempunyai Usaha Mikro Kecil / berpenghasilan rendah

mayoritas bekerja pada sektor informal.

 Kurangnya kesadaran KK miskin untuk keluar dari kemiskinan.  PNS Golongan rendah ( I dan II ) sejumlah ± 800 yang belum

mempunyai rumah ± 465 ( 58,12% ) dan 8.000 Buruh yang terdaftar

di SPN / Jamsostek ± 2.985 ( 37,35% ) KK belum mempunyai rumah.

D.PROGRAM SAPU LIDI KOTA PEKALONGAN 1. Pengertian Program Sapu Lidi

Program penanganan kemiskinan yang ada di Kota Pekalongan, dikenal

dengan “Sapu Lidi”. Program Sapu Lidi merupakan program rumah aman bagi warga miskin di Kota Pekalongan melalui pembangunan rumah inti

tumbuh, memugar rumah, dan menata lingkungan permukiman. Sistem sapu

lidi tersebut menggumpulkan dana dari berbagai pihak/ anggaran yang ada,

(35)

commit to user

BAB II

Swadaya masyarakat, APBN Pusat, APBD Provinsi Jawa Tengah, dan pihak

swasta / BUMN dan potensi-potensi sah yang lain.

Strategi sapu lidi ini awal kali ditempuh pada Tahun 2006 dengan

pertimbangan bahwa selama ini banyak program dari pusat yang berasal dari

berbagai departemen tidak terkoordinasi dan campur aduk program –

program itu juga dijalankan dengan beragam sistem sehingga menyulitkan

pelaksanaan di lapangan. Selain itu, program peningkatan kualitas rumah

(pemugaran) dari pusat juga belum diikuti oleh program peningkatan

kualitas prasarana dan sarana umum di lingkungan komunitas miskin.

2. Kebijakan dan Strategi Pelaksanaan Program Sapu Lidi

a. Penanggulangan Kemiskinan dimulai dari Peningkatan Kualitas Papan

dan Lingkungan dengan Membangun Keterpaduan Program Untuk

Percepatan Kota Pekalongan Bebas Rumah Tidak Layak Huni dan

Bebas Kawasan Kumuh Tahun 2010

Penanggulangan kemiskinan melalui pendekatan cluster rumah

keluarga miskin dengan memberikan pelayanan sosial dengan

Memadukan dan mensinergikan dana penanggulangan kemiskinan

dengan sistem “Sapu Lidi” (Sumber dana dari Pusat, APBD Provinsi

dan APBD Kota pekalongan) melalui Tribina :

Tabel 2.1 Usaha – usaha Tribina Program Sapu Lidi

Aspek Program Program Aksi Keluaran Kegiatan

Bina

pembiayaan dengan

Menpera, DKP,

Bapermasdes Prov. Jateng dan Pendampingan APBD Kota Pekalongan berupa : plesterisasi, jamban, dan sumur gali)

Pembangunan Rumah Inti Tumbuh bagi PNS gol. Rendah dan Buruh (Sinergi

pembiayaan dengan

Menpera)

Terealisasinya Kota

Pekalongan Bebas Rumah Tidak Layak Huni dilengkapi dengan fasilitas dasar rumah sebanyak 5.068 pada tahun 2008

Terbangunnya 100 RIT bagi PNS gol. Rendah dan Buruh Terbangunnya perumahan

Bumirejo Damai

(36)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34 BAB II

Aspek Program Program Aksi Keluaran Kegiatan

Pembangunan perumahan Bumirejo Damai bagi TNI atau Polri dan PNS

(kerjasama dengan

Menpera)

Pembagunan Rusunawa (kerjasama dengan DPU Cipta Karya Pusat)

Peningkatan pembiayaan dari APBN menpera dan Negara Donor

Pembangunan atau

perbaikan jalan dan saluran di lingkungan MBR (sinergi pembiayaan dari APBN Menpera, DKP, DPU Pusat

dan APBD Kota

Pekalongan)

Penyadaan sarana air bersih di lingkungan kluster kemiskinan

MCK 7 unit dari dana APBD Kota Pekalongan, MCK 6 unit dari APBN Menpera dan MCK 5 unit dari Negara Donor

Titik kawasan kumuh

terselesaikan 110 dari target 286 Tahun 2010

Penghijauan dan penangan

sampah di

kluster kemiskinan

Pemanfaatan dana

akselerasi untuk

penghujauan dan

persampahan di BLK atau kluster kemiskinan

Kerjasama dengan Dep.

Kehutanan untuk

penghijuan di kluster kemiskinan

Kerjasama dengan

Puslitbang Perkim untuk penanganan sampah di kluster kemiskinan

Penghijauan di kluster kemiskinan yang padat penduduk, tahapan dari 370 lokasi BLK atau disesuaikan dengan anggaran yang ada Sampel penanganan sampah di

47 kelurahan

Sertifikasi Tanah Bagi MBR

Sertifikasi tanah (Prona) secara massal untuk MBR kerjasama dengan BPN Pusat sekolah melalui Kejar Paket Pendidikan Kejar Paket B Pelatihan Anak usia 16 – 21

tahun yang tidak

278 anak meneruskan sekolah melalui Kejar Paket A (14 kelompok) & mendapat tambahan gizi susu selama 3 bulan

(37)

commit to user

BAB II

Aspek Program Program Aksi Keluaran Kegiatan

melanjutkan sekolah dilatih di Balai Latihan Kerja

Kejar Paket B (670 anak/27 kelompok) dan Kejar Paket C (89anak/4 kelompok) & tambahan gizi susu selama 3 bulan

Pelatihan keterampilan berusaha (jasa boga, menjahit, bordir, tukang bangunan, otomotif, teknisi hp, las listrik) bagi 1.358 anak, terakomodasi 676 anak (49,79%)

Kesehatan PMT bagi penderita TB BTA

PMT bagi Ibu Hamil Kekurangann Energi Kronis (Bumil KEK)

PMT bagi Balita BGM & BGT

PMT – AS (Pemberian Makanan Tambahan Bagi Anak Sekolah)

PMT di posyandu

Pemberian susu selama 90 hari bagi 297 penderita TB BTA Pemberian susu selama 90 hari

bagi 607 Bumil KEK

Pemberian susu selama 120 hari bagi 1.840 BGM & BGT Pemberian susu dan kudapan

melalui PMT – AS selama 3 bulan pada anak sekolah bagi 3.960 anak dari 23 SD/MI Bantuan untuk posyandu

berupa papan nama dan dari PMT selama 6 bulan

Catur Bina Keluarga

Dukungan operasional Catur Bina (BKB : 192 ; BKR : 69 ; BKL :365)

Dukungan operasional Catur Bina (BKB:192 ; BKR:69 ; bangunan LKM pelaksana pemugaran/pembangunan rumah

Pelatihan Perencanaan Pembagunan bagi LPM dan Tim Pokja Perumahan

Kerjasama dengan

Puslitbang Perkim

Telah dilatih 20 tukang dari

pekerja bangunan LKM

pelaksana pemugaran/

pembangunan rumah

Telah dilatih Tim Pokja (9 orang) dan 47 LPM seksi Pembangunan

Bina Usaha Pemberdayaan LKM

(Lembaga Keuangan Mikro)

Mengembangkan lembaga keuangan mikro, Koperasi,

BMT, BKM dalam

melayani dalam pemodalan usaha dan investasi bagi

3 LKM menjadi pelaksana pembangungan RIT untuk 100 rumah

(38)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36 BAB II

Aspek Program Program Aksi Keluaran Kegiatan

MBR rumah bagi MBR/ KK miskin

Mengembangkan dan

memberdayakan Lembaga

Keuangan Mikro dan

kelompok ekonomi

produktif (UPPKS) pada 306 cluster rumah KK miskin dari dana APBN dan dana APBD (melalui dana akselerasi) sehingga Keluarga Miskin dapat mengakses dana stimulan yang ditujukan pada keluarga tersebut.

321 kelompok UPPKS yang terbagi dalam 8 angkatan

mendapat pelatihan

manajemen dan keterampilan usaha

147 kelompok UPPKS yang belum mendapatkan pinjaman modal, mendapatkan pinjaman modal usaha

Dukungan operasional

Kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS)

Sumber : Bapermas Kota Pekalongan

b. Peningkatan SDM LPM (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat) Dalam

Pembangunan berbasis Masyarakat

1. Mou antara Walikota Pekalongan dengan Kepala Pusat

Pengembangan Litbang Perkim Bandung :

- Perencanaan dan tata cara pembuatan RAB Rumah sehat Tahan Gempa

- Tata Cara Perencanaan dan Penyusunan RAB Prasarana dan Sarana Air bersih dan PLP

- Tata Cara Pembuatan Batako dan Paving blok (Peragaan/Praktek)

- Tata Cara Pembuatan RAB Produksi Bangunan Rumah

2. Sertifikasi Pertukangan bagi LKM (Lembaga Keuangan Mikro)

pelaku dan pelaksana pembangunan berbasis masyarakat kerjasama

antara PT. Semen Gresik dengan Pokja Perumahan

3. Tahap Pelaksanaan Program

Pelaksanaan program dilakukan dengan berbagai tahapan, yaitu

langkah pertama yang dilakukan dengan mendata jumlah warga miskin.

(39)

commit to user

BAB II

terbawah secara berjenjang,mulai Kelurahan, LPM,PKK dan Kecamatan.

Gerakan inipun cepat dilakukan. Pada Tahun 2005 diperoleh data Jumlah

KK Miskin di Kota Pekalongan sebanyak 22.913 KK (36.54% dari jumlah

KK di Kota Pekalongan). Saat itu rumah yang berkategori miskin langsung

ditempel stiker yang bertuliskan "KK miskin". Dan setiap rumah yang

ditempeli stiker tersebut diberi kepemilikan kartu KK miskin. Setelah itu,

dilakukan pendekatan dengan model Community Based Development,

memberikan hak dan kesempatan seluas – luasnya bagi masyarakat untuk

berperan serta (prakasa masyarakat). Disamping Pendekatan Tribina (Bina

Manusia,Bina Linkungan, Dan Bina Usaha). Kegitan tersebut dibarengi

dengan menerapkan strategi membangun kesadaran kritis masyarakat,

bahwa mereka mampu dan berdaya.

Selain itu, mengembangkan penguatan Lembaga Keuangan Mikro

seperti BMT, Koperasi dan BKM yang memberikan stimulan kredit lunak

kepada MBR (Masyarakat Berpenghasilan Rendah) yang bertujuan untuk

peningkatan kualitas papan dan meningkatkan peran lembaga institusi

masyarakat LPM (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat ) sekaligus untuk

memupuk rasa kegotong royongan di tingkat akar rumput. Langkah tersebut

dibarengi juga dengan melibatkan perempuan melalui lembaga PKK dalam

perencanaan sampai pasca pemugaran rumah sekaligus pemeliharaan

lingkungan pemukiman. Semuanya dengan tujuan menumbuhkan rasa

memiliki (sense of ownership). Tahapan selanjutnya yaitu Pemetaan dan

Perncanaan yang terdiri dari kegiatan identifikasi masalah, kebutuhan dan

potensi yang dimiliki masyarakat. Setelah identifikasi tersebut selsesai

dilakukan maka dapat dijadikan pedoman untuk menyusun rencana yang

kemudian dapat dilakukan rintisan penyelenggaraan program. Kemudian

dilakukan pembangunan, dan dilanjutkan pada tahapan pemanfaatan dan

pengelolaan oleh masyarakat implementasi program.

Untuk memperjelas tahapan pelaksanaan program Sapu Lidi dapat

(40)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38 BAB II

Gambar 2.3 Skema Alur Pelaksanaan Program Sapu Lidi

Berikut skema pola penanggulangan kemiskinan yang dimulai dari

peningkatan kualitas papan dan lingkungan.

Tahapan Pemanfaatan dan Pengelolaan Pencarian Data terkait

jumlah warga miskin

Pendekatan dengan model

Community Based Development

Pendekatan Tribina

Penguatan Lembaga

Keuangan Mikro Pemberian kartu KK

miskin Tahapan Persiapan

Pemerintah

Tahapan Persiapan MBR

Kelompok Warga Miskin

Tahapan Pemetaan dan Perencanaan

Identifikasi Masalah Identifikasi Kebutuhan dan Potensi

Penyusunan Rencana

Rintisan Penyelenggaraan

(41)

commit to user

BAB II

Gambar 2.4 Pola Penanggulan Kemiskinan Sapu Lidi

Masyarakat LKM

Swasta/ 1. Bina Manusia 2. Bina Lingkungan 3. Bina Usaha

Outcome

1. Rumah layak Huni lengkap degan sarana prasarananya

2. Peningkatan kualitas lingkungan 3. Sertifikasi tanah

4. Pemberian keterampilan dan kemudahan pendidikan

5. Pemberian gizi bagi balita dan ibu Hamil 6. Penguatan kelembagaan

7. Pemberdayaan lembaga keuangan 8. Peningkatan pendapatan masyarakat

Output 1. Meningkatnya HDI/ IPM

2. Menurunnya Angka Kemiskinan 3. Naiknya income Generating

MBR sebesar 35,33% KK Miskin ngunan per cluster rumah tidak Layak

Huni

BLK (Organisasi/wadah

(42)

40 BAB II

Adapun pola pembiayaan mikro perumahan dalam program sapu lidi dapat secara jelas dilihat pada skema berikut :

Gambar 2.5 Skema Pola Pembiayaan Mikro Perumahan PNS atau Masyarakat

bukan KK miskin

Sewa Mikro Kecil (UMK)

atau MBR

Sasaran KK miskin Produktif

yang tidak mempunyai rumah

atau tanah

Sasaran KK miskin tidak

(43)

commit to user

BAB II

E.EVALUASI PROGRAM 1. Pengertian Evaluasi

Istilah evaluasi mempunyai arti yang berhubungan, masing – masing

menunjukkan pada aplikasi beberapa skala nilai terhadap hasil kebijakan

dan program. Secara umum, istilah evaluasi dapat disamakan dengan

penafsiran (approach), pemberian angka (rating), dan penilaian

(assesment), kata – kata yang menyatakan untuk menganalisis suatu hasil

kebijakan dalam arti satuan nilainya. Evaluasi berkenaan dengan produk

informasi mengenai nilai atau manfaat suatu hasil kebijakan. Ketika hasil

suatu kebijakan pada kenyataannya mempunyai nilai, hal ini karena hasil

tersebut memberi sumbangan pada tujuan dan sasaran (Dunn, 2000).

Sebagaimana disampaikan oleh Subarsono (2006), penelitian evaluasi

mengandung makna pengumpulan informasi tentang hasil yang telah

dicapai oleh sebuah program yang dilaksanakan secara sistematik dengan

menggunakan metodologi ilmiah sehingga dapat dihasilkan data yang

akurat dan obyektif.

Pengertian – pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa evaluasi

merupakan sebuah kegiatan atau proses akhir dari tahapan implementasi

suatu program/kebijakan untuk mengetahui manfaat ataupun nilai yang

didapatkan dari penerapan tujuan dan sasaran dari program/kebijakan

tersebut, sehingga dapat dilihat sejauh mana keberhasilan implementasi

program yang dirasakan oleh masyarakat penerima program.

2. Hakekat Evaluasi Program

Menurut Suharsimi Arikunto (2004) program dapat dipahami dalam

dua pengertian, yaitu secara umum dan khusus. Secara umum, program

dapat diartikan dengan rencana atau rancangan kegiatan yang akan

dilakukan oleh seseorang dikemudian hari. Sedangkan pengertian khusus

dari program biasanya jika dikaitkan dengan evaluasi yang bermakna suatu

Gambar

Gambar 1.1 Pemilihan Batasan Wilayah Penelitian
Gambar 1.2 Kerangka Pikir Peneletian
Gambar 2.1 Model Community Development Secara Komprehensif
Gambar 2.2  Skema Alur Penyelenggaraan Perumahan Swadaya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan dan tingkat partisipasi masyarakat pedesaan dalam Program Paket C masuk dalam

Berdasarkan tabel 2 diatas diketahui bahwa mayoritas Tingkat Stres pada Mahasiswi Tingkat Akhir Program Studi S1 Fisioterapi Universitas Muhammadiyah Surakarta sebanyak 13 orang

Berdasarkan analisis uji Fisher Exact dengan tingkat kepercayaan 95% dan α = 0,05 untuk n = 14 petugas P2, diperoleh nilai p value lebih besar dari 0,05 yaitu 0,784 >α = 0,05

Berdasarkan hasil analisis tugas keterampilan berbicara pemelajar asing tingkat pemula program BIPA Unisma tahun 2019 ditemukan empat data strategi komunikasi pencapaian yang

Hasil ini menunjukkan bahwa ada hubungan tingkat kecemasan dengan tingkat keberhasilan bayi tabung pada perempuan usia 25-38 tahun yang mengikuti program bayi

Berdasarkan tabel 2 diatas diketahui bahwa mayoritas Tingkat Stres pada Mahasiswi Tingkat Akhir Program Studi S1 Fisioterapi Universitas Muhammadiyah Surakarta sebanyak 13 orang

Berdasarkan analisis uji Fisher exact dengan tingkat kepercayaan 95% dan α = 0,05 untuk n = 14 petugas P2, diperoleh nilai p-value lebih besar dari 0,05 yaitu 0.559 >α =

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1 tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian di Dinas Kelautan Perikanan dan Pertanian Kota Gorontalo tergolong Sedang dengan