• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI

H. METODE SINTESIS

Sintesis data menyangkut hasil analisis yang disintesiskan, dimana penyajian datanya berupa tabel dan deskripsi yang akan menuju suatu kesimpulan. Sintesis yang digunakan berdasarkan hasil dari analisis dan pengkriteriaan yang didasari oleh rentang nilai dan teori-teori. Berikut sintesis yang dilakukan tiap-tiap kriteria evaluasi yang digunakan :

1. Efektifitas

Hasil dari analisis kriteria Efektifitas berupa data numerik, maka sintesis yang dilakukan dengan menggunakan rentang nilai untuk merumuskan tingkat keberhasilan program. Rentang nilai yang digunakan berasal dari penelitian sebelumnya yaitu oleh F, Gunawan : 2005, dengan rentang nilai sebagai berikut :

0% - 25% : Tidak Efektif 26% - 50% : Kurang Efektif 51% - 75% : Cukup Efektif 76% - 100% : Efektif

Berdasarkan rentang nilai tersebut, maka hasil dari analisis yang telah dilakukan dimasukan dalam rentang nilai tersebut, sehingga dapat diketahui tingkat keberhasilan program Sapu Lidi terkait kriteria Efektifitas.

2. Efisiensi

Sintesis yang dilakukan yaitu dengan hasil analisis dan teori. Berdasarkan hasil analisis sudah dapat digunakan sebagai dasar merumuskan kesimpulan tingkat keberhasilan program.

3. Kecukupan

Sintesis yang digunakan untuk merumuskan tingkat keberhasilan program dengan menggunakan kriteria dari teori-teori. Kriteria evaluasi kecukupan, pengkriteriaan yang dilakukan dibedakan tiap indikatornya yaitu keberhasilan fisik, ekonomi, dan sosial.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66 BAB III

a. Keberhasilan Fisik

Pengkriteriaan keberhasilan fisik dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 3.8 Pengkriterian Keberhasilan Fisik

Kriteria Penilaian

Berhasil Apabila memiliki semua komponen lingkungan

perumahan permukiman dengan kondisi yang baik, yaitu terdiri dari : (Dirjen Cipta Karya, 1999)

- Jalan Lingkungan - Jalan Setapak - Sistem Drainase - Penyediaan Air Bersih

- Pengumpulan dan Pembuangan Sampah - Fasilitas Penyehatan Lingkungan (MCK)

Cukup Berhasil Apabila memiliki semua komponen lingkungan perumahan permukiman dengan kondisi yang tidak atau kurang baik.

Kurang Berhasil Apabila hanya memiliki beberapa komponen lingkungan perumahan permukiman dengan kondisi yang tidak atau kurang baik.

Tidak Berhasil Apabila tidak memiliki semua komponen lingkungan perumahan permukiman.

Sumber : Hasil Sintesis, 2011

Berdasarkan pengkriteriaan tersebut maka dapat diketahui tingkat keberhasilan program terkait aspek fisiknya yaitu dengan cara melihat kondisi lapangan yang kemudian dapat ditarik kesimpulan berdasarkan pengkriteriaan dari teori.

b. Keberhasilan Ekonomi

Pengkriteriaan keberhasilan ekonomi dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 3.9 Pengkriterian Keberhasilan Ekonomi

Kriteria Penilaian

Berhasil Apabila pembangunan perumahan permukiman baru

menghasilkan kegiatan ekonomi baru dan juga meningkatkan penghasilan dari kondisi sebelumnya. (Turner, 1980)

Cukup Berhasil

Apabila pembangunan perumahan permukiman baru menghasilkan kegiatan ekonomi baru tetapi penghasilan masih sama dengan kondisi sebelumnya.

commit to user

BAB III

Kriteria Penilaian

Kurang Berhasil

Apabila pembangunan perumahan permukiman baru menghasilkan kegiatan ekonomi baru tetapi belum mampu meningkatkan penghasilan dari kondisi sebelumnya

Tidak Berhasil Apabila pembangunan perumahan permukiman baru tidak menghasilkan kegiatan ekonomi baru dan juga meningkatkan penghasilan dari kondisi sebelumnya

Sumber : Hasil Sintesis, 2011

Berdasarkan pengkriteriaan tersebut maka dapat diketahui tingkat keberhasilan program terkait aspek fisiknya yaitu dengan cara melihat kondisi lapangan yang kemudian dapat ditarik kesimpulan berdasarkan pengkriteriaan dari teori.

c. Keberhasilan Sosial

Pengkriteriaan keberhasilan ekonomi dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 3.10 Pengkriterian Keberhasilan Sosial

Kriteria Penilaian

Berhasil Tingkat partisipasi penghuni aktif dalam memelihara dan mengembangkan perumahan dan lingkungan

(Deliyanto, 2011)

Cukup Berhasil

Tingkat partisipasi penghuni cukup aktif dalam memelihara dan mengembangkan perumahan dan lingkungan.

Kurang Berhasil

Tingkat partisipasi penghuni kurang aktif dalam memelihara dan mengembangkan perumahan dan lingkungan.

Tidak Berhasil

Tingkat partisipasi penghuni tidak aktif dalam memelihara dan mengembangkan perumahan dan lingkungan

Sumber : Hasil Sintesis, 2011

Berdasarkan pengkriteriaan tersebut maka dapat diketahui tingkat keberhasilan program terkait aspek fisiknya yaitu dengan cara melihat kondisi lapangan yang kemudian dapat ditarik kesimpulan berdasarkan pengkriteriaan dari teori. Pengkriteriaan dipisahkan tiap- tiap lokasi implementasi program karena untuk menunjukan lokasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68 BAB III

mana yang memiliki tingkat keberhasilan tertinggi terkait implementasi program aspek fisik, ekonomi, dan sosial.

4. Responsivitas

Sintesis yang dilakukan berdasarkan hasil penilaian masyarakat terkait manfaat yang didapat dari program tersebut, Multiplier Effect hasil dari implementasi program, kesesuaian terhadap keinginanan masyarakat dan tidak menimbulkan masalah. Berdasarkan dari indikator tersebut, untuk merumuskan tingkat keberhasilan program berdasarkan hasil dari penilaian tertinggi dari masyarakat penerima program di masing-masing lokasi penelitian.

5. Ketepatan

Hasil dari analisis kriteria Ketepatan berupa data numerik, maka sintesis yang dilakukan sama halnya dengan kriteria Efektifitas yaitu menggunakan rentang nilai untuk merumuskan tingkat keberhasilan program. Rentang nilai yang digunakan berasal dari penelitian sebelumnya yaitu oleh F, Gunawan : 2005, dengan rentang nilai sebagai berikut : 0% - 25% : Tidak Tepat

26% - 50% : Kurang Tepat 51% - 75% : Cukup Tepat 76% - 100% : Tepat

Berdasarkan rentang nilai tersebut, maka hasil dari analisis yang telah dilakukan dimasukan dalam rentang nilai tersebut, sehingga dapat diketahui tingkat keberhasilan program Sapu Lidi terkait kriteria Ketepatan. Pengkriteriaan Ketepatan dilakukan di tiap-tiap lokasi implementasi program karena untuk menunjukkan di lokasi mana yang memiliki kesesuaian ketepatan sasaran tertinggi.

69 BAB III

Tabel 3.11 Metodologi Penelitian terkait Kebutuhan Data

No. Indikator Kebutuhan Data Sumber Metode Jenis Data Analisis

1 Efektifitas Target Kota Pekalongan terkait penanganan perumahan permukiman masyarakat miskin Kota Pekalongan

Bapeda, Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang, Bapermas, Pokja Perumahan Studi Dokumen, Wawancara 1. Sekunder 2. Primer Kualitatif

2 Efeisiensi  Kesesuaian mekanisme dalam pengajuan dan pencairan bantuan Bapermas, Pokja Perumahan Studi Dokumen, wawancara Sekunder Kualitatif

 Kesesuaian kepanitiaan dalam menjalankan tugasnya Bapermas , Pokja Perumahan Studi Dokumen, wawancara 1. Sekunder 2. Primer 3 Kecukupan (perubahan antara sebelum dengan sesudah program)

Peningkatan/Perubahan Kondisi Fisik

 Pembangunan Rumah Aman dan layak huni

 Jelas Status Kepemilikan Bangunan dan Rumah

 Sarana Prasarana yang memadai

 Adanya kemudahan akses sanitasi/MCK

 Peningkatan Kualitas Lingkungan Perumahan Permukiman.

(secara swadaya masyarakat)

Lokasi Penelitian Observasi lapangan, Kuesioner, Wawancara Primer 1. Kulitatif 2. Kuantitatif Kondisi Ekonomi

 Adanya pelatihan keterampilan

 Adanya pemberdayaan lembaga keuangan

 Adanya peningkatan pendapatan atau penghasilan masyarakat

Kondisi Sosial

 Kemudahan pendidikan

70 BAB III

No. Indikator Kebutuhan Data Sumber Metode Jenis Data Analisis

 Adanya peran serta atau swadaya masyarakat yang aktif dalam menjaga lingkungan sekitar tempat tinggal

 Adanya Pemberdayaan lembaga swadaya masyarakat yang aktif

4 Responsitas Persepsi masyarakat terhadap implementasi program

 Besarnya manfaat terkait implementasi program

 Kesesuaian dengan keinginan dan harapan masyarakat dari hasil program tersebut.

Multiplayer effect program

Lokasi Penelitian Kuesioner Primer 1.Kulitatif

2.Kuantitatif

5 Ketepatan Kesesuaian antara target group dengan keadaan di lapangan Bapermas, Lokasi Penelitian Studi Dokument, Kuesioner 1.Sekunder 2.Primer Kualitatif

commit to user BAB IV

GAMBARAN WILAYAH KAJIAN PENELITIAN

A. GAMBARAN UMUM KOTA PEKALONGAN

Kota Pekalongan membentang antara 6º50’42”–6º55’44” LS dan

109º37’55”–109º42’19” BT. Berdasarkan koordinat fiktifnya, Kota Pekalongan membentang antara 510,00 – 518,00 Km membujur dan 517,75 – 526,75 Km melintang

Kota Pekalongan terletak di dataran rendah pantai Pulau Jawa, dengan ketinggian kurang lebih 1 meter dari permukaan air laut, dengan batas administrasi :

Sebelah utara : Laut Jawa

Sebelah Selatan : Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Batang Sebelah Barat : Kabupaten Pekalongan

Sebelah Timur : Kabupaten Batang

Pekalongan memiliki luas wilayah 45,25 Km2 dengan jumlah penduduk pada Tahun 2009 sebesar 276.158 jiwa. Secara administratif, Kota Pekalongan dibagi menjadi 4 wilayah Kecamatan, yakni Kecamatan Pekalongan Utara, Kecamatan Pekalongan Selatan, Kecamatan Pekalongan Barat.dan Kecamatan Pekalongan Timur.

Berikut tabel jumlah dan kepadatan penduduk Kota Pekalongan tiap kecamatan.

Tabel 4.1 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kota Pekalongan Tahun 2009

No. Nama Kecamatan Luas (Km2) Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2) Jumlah Masyarakat Miskin 1 Pekalongan Utara 14,88 72.625 4,881 1.491 2 Pekalongan Barat 10,05 87.905 8,747 1.126 3 Pekalongan Selatan 10,82 51.354 4,755 5.524 4 Pekalongan Timur 9,52 64.274 6,751 1.102 JUMLAH 45,25 276.158 6,103 9.243

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72 BAB IV

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74 BAB IV

B. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Seluruh lokasi penelitian terletak di Kota Pekalongan yang terlatak di Kecamatan Pekalongan Barat dan Kecamatan Pekalongan Utara, yaitu di Rusunawa Slamaran, Griya Swadaya Asri, Bumirejo Damai Residence, dan Bedah Kampung di Kelurahan Panjang Baru.

1. Gambaran Lokasi Implementasi Program di Rusunawa Slamaran Rusunawa yang berada di Kota Pekalongan ini, lebih dikenal dengan Rusunawa Slamaran yang terletak di Kelurahan Krapyak Lor. Pembangunan rusunawa ini mulai dibangun pada Tahun 2007, terdiri dari 3 blok rusun yang terbagi dalam 3 lantai, masing – masing blok tersedia 96 ruangan atau unit. Setiap lantai mempunyai harga sewa yang berbeda, yaitu untuk lantai 1 harga sewanya sebesar Rp. 125.000,00/bulan, lantai 2 Rp 110.000/bulan, dan di lantai 3 dengan harga sewa Rp. 100.000,00/bulan, makin tinggi letak lantai maka harga sewa akan lebih murah. Rusunawa ini memiliki luas bangunan sebesar 380 m2 dengan lahan milik Pemerintah Kota Pekalongan. Pembangunan Rusunawa Kota Pekalongan merupakan kerjasama antara pemerintah pusat dengan pemerintah kota Pekalongan. Pemerintah Pusat menyediakan dana untuk membangun fisik bangunan Rusunawa secara total sedangkan pemerintah Kota Pekalongan menyediakan lahan yang digunakan untuk membangun rusun tersebut.

Menurut UPTD Rusunawa Slamaran, masyarakat yang dapat menjadi penghuni rusun tersebut harus memenuhi persyaratan ataupun prosedur yaitu antara lain : berdomisili di Kota Pekalongan, belum memiliki rumah, berpenghasilan minimal sebesar Upah Minimum Kota (UMK) sebesar Rp. 750.000,00 dan maksimal Rp. 2.000.000,00/bulan, dan jumlah keluarga maksimal 4 orang (suami,istri, dan 2 orang anak) atau 3 orang dewasa yang sejenis. Saat ini masyarakat yang menempati Rusunawa Slamaran sebanyak 180 KK yang berasal dari berbagai daerah yang berasal dari Kota Pekalongan. Pendidikan terkahir masyarakat di lokasi ini lulusan dari

commit to user

SMA dan SMP dan masyarakat yang menempati rusun ini, mayoritas bekerja di sektor informal yaitu sebagai buruh dan pedagang.

2. Gambaran Lokasi Implementasi Program di Bumirejo Damai Residence

KPRS Bumirejo yang biasa dikenal dengan Bumirejo Damai Residence terletak di Kelurahan Bumi Rejo Kecamatan Pekalongan Barat. Pembangunan perumahan yang dikhususkan untuk PNS golongan rendah dan bagi para TNI dengan penghasilan kurang dari Rp. 2.500.000,00 per bulan. Lokasi implementasi program dibangun pada lahan seluas 16 Ha, dimana lahan yang digunakan merupakan bekas lahan sawah yang tidak produktif. Perumahan ini direncanakan membangun 1000 unit, tetapi unit yang sudah terbangun sebanyak ± 450 unit dengan jumlah warga sebesar 400 orang.

Pembangunan perumahan ini merupakan kerjasama antara pemerintah pusat dengan pemerintah kota pekalongan. Pemerintah pusat yang dimaksud yaitu Menpera yang memberikan subsidi bagi pembangunan perumahan ini berupa pembangunan sanitasi di lingkungan perumahan. Sedangkan, pemerintah kota yaitu dalam hal ini dari DPU Kota Pekalongan memberikan subsidi bagi pembangunan jalan. Selain itu, bagi calon penghuni diberi kemudahan untuk mendapatkan rumahnya dengan menggunakan KPRS yang bekerjasama dengan pihak bank, dimana bank yang dimaksud yaitu Bank BTN Kota Pekalongan.

Perumahan Bumirejo Damai telah terbentuk dalam 1 RW dengan memiliki 3 RT yang terbagi dalam blok – blok. RT 1 terdiri dari blok A – B, RT 2 terdiri dari blok C – D, dan RT 3 terdiri dari blok H – I. Masyarakat yang tinggal di perumahan ini memiliki jenis pekerjaan yang beraneka ragam, yaitu sebagai Polisi, TNI, dan PNS.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76 BAB IV

3. Gambaran Lokasi Implementasi Program di Griya Swadaya Asri Griya swadaya asri terletak di Kelurahan Kandang Panjang Kecamatan Pekalongan Utara. Griya swadaya asri dibangun bagi masyarakat berpenghasilan rendah Kota Pekalongan dengan penghasilan Rp. 750.000,00 s/d Rp 1.500.000,00 per bulan. Pembangunan rumah di Griya Swadaya Asri dalam bentuk Rumah Inti Tumbuh yang merupakan tempat hunian awal untuk memulai bertempat tinggal dengan standart minimal yang layak huni dengan luas bangunan sebesar 77 meter2. Pembangunan dalam bentuk Rumah Inti Tumbuh ini dimaksudkan agar terdapat swadaya masyakarat dalam meningkatakan keadaan bangunan fisik rumah tinggalnya dan sosial budaya dengan lingkungan sekitarnya. Griya Swadaya Asri telah dihuni oleh 144 KK dengan mayoritas masyarakatnya bekerja sebagai karyawan/buruh.

Lahan seluas 1,5 Ha yang digunakan dalam pembangunan Rumah Inti Tumbuh di lokasi Griya Swdaya Asri berasal dari tanah atau lahan kosong milik Pemerintah Kota Pekalongan dengan pembangunan yang dilakukan oleh DPU-PT Kota Pekalongan. Pembangunan Rumah Inti Tumbuh terbagi dalam 3 tahapan, yaitu :

 RIT Tahap I : membangun sebanyak 50 unit yang merupakan kerjasama Pemkot Pekalongan dan Deputi Swadaya Menpera pada Tahun 2006

 RIT Tahap II : membangun sebanyak 50 unit yang merupakan kerjasama Pemkot Pekalongan dengan Deputi Swadaya Menpera pada Tahun 2007

 RIT Tahap III : membangun sebanyak 50 unit yang merupakan kerjasama Pemkot Pekalongan dan Deputi Pembiayaan Menpera (KPRS Mikro Bersubsidi) pada Tahun 2008

commit to user

4. Gambaran Lokasi Implementasi Program di Bedah Kampung Kelurahan Panjang Baru

Kelurahan Panjang Baru merupakan salah satu cluster kemiskinan di Kota Pekalongan dan merupakan kawasan genangan rob paling parah karena terletak di lokasi dekat pantai. Program bedah kampung yang berada di Kelurahan Panjang Baru dilakukan dengan pemugaran rumah sejumlah 40 unit pada Tahun 2006. Pemugaran rumah dan peningkatan kualitas rumah dilakukan bagi rumah tangga yang termasuk dalam KK miskin Kota Pekalongan. Bedah Kampung yang berada di Kelurahan Panjang Baru mendapatkan bantuan dari Menpera dalam pemugaran rumahnya dan juga ada dari swadaya masyarakat dalam proses pembangunannya. Kegiatan yang dilakukan dalam Bedah Kampung di lokasi ini, yaitu dengan pemugaran rumah dan pembangunan Prasarana Sarana umum termasuk MCK umum, dranise dan peningkatan kualitas jalan dengan pavingisasi.

Mayoritas masyarakat yang memiliki tempat tinggal di lokasi ini bekerja sebagai nelayan dan pedagang dengan penghasilan yang tidak menentu tiap bulannya yaitu antara sebesar. Bedah kampung ini memugar sejumlah 40 rumah yang berarti terdapat 40 KK yang terkena program ini, dimana ke 40 penghuni tersebut tersebar di berbagai RT namun masih dalam satu RW yaitu RW 07. Adapun rumah – rumah yang dipugar terdapat di RT 01 sebanyak 4 unit rumah, RT 02 sebanyak 4 unit rumah, RT 03 sebanyak 6 unit rumah, RT 04 sebanyak 8 unit rumah, RT 05 sebanyak 6 unit rumah, RT 06 sebanyak 6 unit rumah, dan RT 07 sebanyak 6 unit rumah.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78 BAB IV

Implementasi program Sapu Lidi Kota Pekalongan memiliki target yang berbeda dalam aspek fisik di tiap-tiap lokasi implementasi program. Target implementasi program tiap lokasi dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 4.3 Target Aspek Fisik di Tiap Lokasi Implementasi Program

No Lokasi Target Implementasi Program

1 Rusunawa  Penanganan untuk meningkatkan kualitas hunian dari kondisi sebelumnya.

 Memberikan status lahan dan rumah yang jelas  Meningkatkan kualitas/ketahanan rumah (Permanen)  Meningkatkan penyediaan sarana prasarana

 Memberi pelatihan keterampilan  Menciptakan swadaya masyarakat 2 Griya Swadaya

Asri

 Penyediaan rumah bagi masyarakat miskin untuk pengambilan rumah pertama

 Memberikan status lahan dan rumah yang jelas  Meningkatkan kualitas/ketahanan rumah (Permanen)  Meningkatkan penyediaan sarana prasarana

 Memberi pelatihan keterampilan  Menciptakan swadaya masyarakat 3 Bumirejo

Damai Residence

 Penyediaan rumah bagi para PNS golongan rendah/TNI untuk pengambilan rumah pertama

 Memberikan status lahan dan rumah yang jelas  Meningkatkan kualitas/ketahanan rumah (Permanen)  Meningkatkan penyediaan sarana prasarana

 Menciptakan swadaya masyarakat 4 Bedah

Kampung

 Penanganan untuk meningkatkan kualitas hunian dari kondisi sebelumnya.

 Memberikan status lahan dan rumah yang jelas  Meningkatkan kualitas/ketahanan rumah (Permanen)  Meningkatkan penyediaan sarana prasarana

 Memberi pelatihan keterampilan  Menciptakan swadaya masyarakat

commit to user

C. IMPLEMENTASI PROGRAM SAPU LIDI KOTA PEKALONGAN 1. Struktur Keorganisasian Program Sapu Lidi

Pelaku atau panita yang terkait dengan implementasi program Sapu Lidi Kota Pekalongan yaitu dibagi menjadi 3 tingkat pelaksana, yaitu tingkat kota, kecamatan, dan kelurahan.

a. Tingkat Kota, terdiri dari :

(1) Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kota Pekalongan

(2) SKPD pendamping teknis

(3) Sekretariat Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kota Pekalongan

(4) Tehnikal Asisten

b. Tingkat Kecamatan terdiri dari :

(1) Penanggung Jawab Operasional Kegiatan (PJOK)

(2) Tim Koordinasi Program Tingkat kecamatan sebagai Penanggungjawab adalah Camat, Ketua, Sekretaris, Bendahara c. Tingkat Kelurahan terdiri dari :

(1) Tim Pelaksana kegiatan program sebagai penanggungjawab adalah Lurah, Ketua, Sekretaris yang dijabat oleh kepengurusan LPM, Bendahara (unsur pemerintahan kelurahan) dan anggota oleh catur pilar kelurahan, RW, RT, kelompok kegiatan dan institusi lain yang dianggap perlu.

(2) Pendamping Kelurahan/ Fasilitator program

Namun, pelaku pengorganisasian di lapangan dalam implementasi program yaitu terdiri :

a. Tim Pokja Perumahan dan Lingkungan

b. TKPK

c. Lima Pilar Kelurahan ( Lurah, LPM, PKK, BKM, dan Karang Taruna)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80 BAB IV

Gambar 4.3 Struktur Organisasi Program Sapu Lidi Kota Pekalongan

Peran atau tugas pokok fungsi organisasi atu panitia implementasi program dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tingkat Kecamatan

Tingkat Kota

Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kota

Pekalongan SKPD Pendamping Teknis Sekretariat Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kota

Pekalongan Tehnikal Asisten Penanggung Jawab Operasional Kegiatan (PJOK)

Tim Koordinasi Program Tingkat kecamatan

Tim Pelaksana kegiatan program

Pendamping Kelurahan atau Fasilitator Program

Tingkat Kelurahan Tim Pokja Perumahan dan Lingkungan TKPK (Dinas-Dinas Terkait) Lurah, LPM, PKK, BKM, Karang Taruna Lembaga Keuangan Mikro (LKM)

commit to user

Tabel 4.4 Peran atau Tupoksi Organisasi/Panitia Implementasi Program

No Organisasi Pelaksana Tupoksi

1

Tingkat Kota

Tim Koordinasi  Memberi dukungan administratif dan teknis kepada tim kecamatan dan Kelurahan

 Memfasilitasi dan mengarahkan alokasi anggaran kegiatan sesuai dengan kebutuhan databased

 Melakukan sosialisasi program

 Melakukan pelatihan dan pembekalan monitoring, evaluasi, dan pelaksanaan program

Sekretariat Memberikan dukungan teknis administrasi dan operasional terhadap tugas tim koordinasi tingkat kota

2

Tingkat Kecamatan

Tim Koordinasi  Pelaksana monitoring dan evaluasi kegiatan

 Verifikasi dan pengesahan usulan kegiatan dari Tim Pelaksana

 Memfasilitasi Tim Pelaksana

 Memfasilitasi dan mengelola administrasi

 Membuat laporan pelaksana dan merekapitulasi kegiatan Sekretariat Memberikan dukungan administratif dan operasional tugas Tim

Koordinasi 3 Tingkat Kelurahan Tim Pelaksana Kegiatan

Melaksanakan sosialisasi program

Mendorong partisipasi masyarakat

Melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program

Membuat laporan pelaksanaan kegiatan

Mengadministrasikan dokumen pelaksanaan program dan laporan-laporan hasil kegiatan

Mengelola dan mempertanggungjawabkan administrasi Tim Pendamping Mendampingi pelaksanaan program

4 Pelaku di Lapangan

Pokja Perumahan Mengusulkan rencana kebutuhan program Sapu Lidi kepada panitia tingkat Kelurahan

Mengkonsultasikan, mengkoordinasikan dan melaporkan pelaksanaan program secara periodik

TKPK, yaitu terkait dinas yang terkait

Dinas- dinas memfasilitasi atau memberikan bantuan sesuai dengan kebutuhan tiap – tiap lokasi program

Lima Pilar Kelurahan (Lurah, LPM, PKK, BKM, Karang Taruna)

Membantu dalam proses pembangunan implementasi program

Lembaga Keuangan Mikro

Memfasilitasi pendanaan atau pinjaman dana dengan bunga lunak untuk masyarakat penerima program yang dapat digunakan untuk mendapatkan hunian implementasi program ataupun dapat digunakan sebagai modal usaha.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82 BAB IV

2. Mekanisme Pengajuan dan Pencairan Bantuan Implementasi Program

Sebelum dilakukan program bantuan untuk mengatasi permasalahan kemiskinan yang berada di Kota Pekalongan, dilakukan suatu musyawarah atau diskusi secara partisipatif tingkat kota yang dilakukan oleh Pokja Perumahan dengan dihadiri oleh tokoh – tokoh masyarakat dalam hal ini yaitu RT, RW, Kelurahan, Kecamatan dan LSM. Diskusi atau musyawarah partisipatif yang dilakukan di tingkat kota tersebut membahas daerah cluster kemiskinan yang perlu ditangani dengan biaya dari mana dan bentuk penanganan yang sesuai untuk menangani permasalahan kemiskinan yang berada di salah satu cluster kemiskinan yang akan ditangani. Penentuan lokasi cluster kemiskinan yang akan ditangani berdasarkan databased masyarakat miskin yang berada di Kota Pekalongan.

Bantuan program Sapu Lidi Kota Pekalongan dibedakan berdasarkan target sasaran masyarakat miskin yang terkena, yaitu keluarga miskin produktif (keluarga miskin yang punya usaha produktif) dan masyarakat miskin non produktif. Bagi keluarga miskin yang produktif, Pemkot memberikan dana stimulan dalam bentuk kredit lunak dengan bunga 6%. Sementara untuk keluarga miskin yang tidak produktif diberikan dana dalam bentuk bantuan hibah. Program untuk keluarga miskin produktif didanai dari program rumah swadaya yang berasal dari Menpera. Sementara bantuan hibah bagi keluarga miskin tak produktif didanai dari berbagai sumber: APBD provinsi, APBD Kota Pekalongan, P2KP (DPU) dan KUBE (Depsos).

Untuk memperjelas mekanisme bantuan implementasi Program Sapu Lidi dapat dilihat dalam flowchart berikut ini :

commit to user

Gambar 4.4 Mekanisme Bantuan Implementasi Program Musyawarah Tingkat Kota

Cluster Kemiskinan Bantuan Program KK Miskin Produktif KK Miskin Non Produktif

Kredit Mikro Bunga 6% per tahun Hibah LKM Terseleksi (Koperasi, BKM, BMT, dsb) APBD Provinsi

APBD Kota Pekalongan P2KP (DPU) Kobe (Depsos) Rumah Swadaya Sewa LKM Terseleksi (Koperasi, BKM, BMT, dsb) Rusunawa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84 BAB IV

D. PENCAPAIAN IMPLEMENTASI PROGRAM

1. Implementasi Program terhadap Pembangunan Fisik di Lokasi Implementasi Program.

Masyarakat penerima program Sapu Lidi Kota Pekalongan merupakan masyarakat miskin dengan kondisi rumah atau hunian yang tidak nyaman untuk ditempati dan juga tidak baik untuk kesehatan. Berikut kondisi

Dokumen terkait