• Tidak ada hasil yang ditemukan

RUNTUHNYA REZIM HOSNI MUBARAK TAHUN 2011 (Antara Diktatorisme dan Demokrasi di Mesir)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "RUNTUHNYA REZIM HOSNI MUBARAK TAHUN 2011 (Antara Diktatorisme dan Demokrasi di Mesir)"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

RUNTUHNYA REZIM HOSNI MUBARAK TAHUN 2011

(Antara Diktatorisme dan Demokrasi di Mesir)

SKRIPSI

Oleh:

TITIS DWI NUR NUGROHO

K4408050

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

RUNTUHNYA REZIM HOSNI MUBARAK TAHUN 2011

(Antara Diktatorisme dan Demokrasi di Mesir)

Oleh:

TITIS DWI NUR NUGROHO

K4408050

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana

Pendidikan Program Pendidikan Sejarah

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(3)

commit to user

(4)

commit to user

(5)

commit to user

v

ABSTRAK

Titis Dwi Nur Nugroho. K44408050. 2012.

“RUNTUHNYA REZIM HOSNI

MUBARAK TAHUN 2011 (Antara Diktatorisme dan Demokrasi di Mesir)”

.

Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta. Juni 2012.

Tujuan penelitian ini antara lain: (a) Mengetahui jalannya pemerintahan

di Mesir pada masa Hosni Mubarak (b) Mengetahui apa saja yang menjadi faktor

penyebab terjadinya revolusi di Mesir (c) Mengetahui jalannya revolusi di Mesir.

Penelitian ini menggunakan metode historis. Langkah-langkah yang

ditempuh dalam metode historis ada empat tahap kegiatan, yaitu: heuristik, kritik,

interpretasi dan historiografi. Sumber data yang digunakan adalah sumber tertulis

yang meliputi buku-buku, majalah dan koran. Teknik pengumpulan data yang

digunakan adalah teknik studi pustaka. Analisa data yang digunakan adalah

analisa historis yaitu analisa yang mengutamakan ketajaman dalam

menginterpretasi fakta sejarah.

(6)

commit to user

vi

ABSTRACT

Titis Dwi Nur Nugroho. K4408050. 2012.

THE COLLAPSE OF HOSNI

MUBARAK’S REGIME IN 2011 (Between Dictatorial and Democracy In

Egypt)

. Thesis. Teacher Training and Education, University of Sebelas Maret

Surakarta, June, 2012.

The purpose of this research are to know: (a) The course of Hosni

Mubarak’s govermental period, (b) The all factor of revolution in Egypt, (c) The

course of revolution in Egypt.

This research uses the historical method. The steps taken by the historical

method there are four stages of activities: heuristic, criticism, interpretation, and

historiography. Data sources used are written sources which books, magazines

and newspapers. Data collection techniques used is the technique of literature.

Analysis of the data used is the analysis of historical analysis that prioritizes

acuity in interpreting the facts of history.

(7)

commit to user

vii

MOTTO

Pembangkangan kepada tiran adalah kepatuhan kepada Tuhan.

(Thomas Jefferson)

Keberanian itu menular. Ketika seorang pemberani berdiri tegak, yang lain juga

menjadi tegak.

(Billy Graham)

Cara terbaik untuk meramalkan masa depan kita adalah dengan menciptakan

masa depan itu.

(Stephen R. Covey)

Ketika kita berhenti bermimpi, maka saat itu kita berhenti hidup.

(8)

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

Ibu, Ayah dan kakakku tercinta yang senantiasa memberi do’a dan kasih sayang

Tea Limostin yang selalu memberikan motivasi, do’a dan menjadi sumber

inspirasiku

Keluarga Besar Abal-abal yang telah menjadi keluarga keduaku

Saudara-saudaraku Sejarah ’08

(9)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt yang senantiasa melimpahkan taufik serta

hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“RUNTUHNYA REZIM HOSNI MUBARAK TAHUN 2011 (Antara

Diktatorisme dan Demokrasi di Mesir)”

.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan Sejarah, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan,

bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak sehingga dalam kesempatan ini

penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1.

Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret

Surakarta yang telah memberi izin penelitian kepada penulis.

2.

Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi izin

penelitian kepada penulis.

3.

Ketua Program Pendidikan Sejarah, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta

yang telah memberi izin penelitian kepada penulis.

4.

Drs. Tri Yunianto, M.Hum., selaku Pembimbing I, yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

5.

Dra. Sri Wahyuni, M.Pd., selaku Pembimbing II, yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

6.

Eni Susilowati, Dwi Ari Nur Rakhmawati, Cesilia Dea Afifah Wulandari, Ari

Kurnia, Tea Limostin, Suyono, Doni Setyawan, Tri Pujiyanto, Arif Nur Bakhtiar

yang tergabung dalam

the big family of abal-abal

. Terimakasih atas persahabatan

yang kita jalani selama ini.

7.

Dr. Mas Heri selaku pembimbing Mata Kuliah Penyederhanaan.

(10)

commit to user

x

9.

Teman-teman Pendidikan Sejarah angkatan 2008 yang telah banyak memberikan

motivasi.

10.

Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang

tidak mungkin disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan

skripsi ini. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat

penulis harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi peneliti dan pembaca.

Surakarta, Juni 2012

(11)

commit to user

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...

i

HALAMAN PENGAJUAN ...

ii

HALAMAN PERSETUJUAN ...

iii

HALAMAN PENGESAHAN ...

iv

HALAMAN ABSTRAK ...

v

HALAMAN MOTTO ...

vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...

viii

KATA PENGANTAR ...

ix

DAFTAR ISI ...

xi

DAFTAR TABEL ...

xiii

DAFTAR BAGAN ...

xiv

DAFTAR LAMPIRAN ...

xiv

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah ...

1

B.

Rumusan Masalah ...

8

C.

Tujuan Penelitian ...

8

D.

Manfaat Penelitian ...

8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A.

Tinjauan Pustaka ...

10

1.

Kekuasaan ...

10

2.

Diktatorisme ...

14

3.

Demokrasi ...

18

4.

Revolusi ...

22

B.

Kerangka Pemikiran ...

26

(12)

commit to user

xii

B.

Metode Penelitian...

29

C.

Sumber Data ...

29

D.

Teknik Pengumpulan Data ...

30

E.

Teknik Analisis Data ...

31

F.

Prosedur Penelitian...

32

BAB IV HASIL PENELITIAN

A.

Mesir ...

36

1.

Sejarah Mesir ...

36

2.

Sejarah Politik Mesir Modern ...

40

B.

Pemerintahan Mesir Masa Hosni Mubarak ...

52

1.

Biografi Hosni Mubarak ...

52

2.

Mesir Masa Hosni Mubarak ...

55

C.

Faktor Penyebab Revolusi Mesir ...

66

D.

Jalannya Revolusi Mesir... ...

76

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A.

Simpulan ...

86

B.

Implikasi ...

87

C.

Saran ...

89

DAFTAR PUSTAKA ...

90

(13)

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.

Tabel Data Negara Mesir ... 38

2.

Tabel Daftar Partai Politik Mesir ... 41

3.

Tabel Pendapatan Negara-negara Arab dari Minyak Bumi ... 73

Tabel Daftar Negara-negara

(14)

commit to user

xiv

DAFTAR BAGAN

Bagan

Halaman

(15)

commit to user

xv

DAFTAR

LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1.

Lampiran 1 : Peta Negara Mesir ... 94

2.

Lampiran 2 : Jurnal Diplomasi ... 95

3.

Lampiran 3 : Koran ... 117

4.

Lampiran 4 : Foto-foto ... 132

5.

Lampiran 5 : Surat Permohonan Izin Penyusunan Skripsi... 140

6.

Lampiran 6 : Surat Keputusan Dekan FKIP tentang Izin Penyusunan

Skripsi ... 141

7.

Lampiran 7 : Surat Permohonan Izin Penelitian ... 142

(16)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Pada zaman modern ini yang disebut diktator adalah orang yang

melakukan kekuasaan sendiri atas negara. Karakteristik dari sistem diktator adalah

tidak ada pertanggungjawaban kekuasaan dan rakyat tidak memiliki wewenang

untuk membatasi kekuasaan penguasa. Dalam pemerintahan diktator, kedaulatan

merupakan milik penguasa dan digunakan untuk kepentingan kekuasaan

penguasa. Dukungan publik diperoleh melalui propaganda dan sistem pendidikan

terkontrol secara absolut. Hanya ada satu partai dan memiliki ciri khusus antara

lain, 1) mengesampingkan oposisi, 2) memerintah dengan kejam, 3)

mengagungkan ras Aria, 4) memasukkan pembangkang ke dalam penjara dan

kamp konsentrasi, 5) membentuk polisi rahasia, 6) melakukan indoktrinasi atas

masyarakat, 7) mengawasi masyarakat secara ketat (Gregorius Sahdan, 2004 : 16).

Diktator yang pernah memerintah antara lain Miguel Primo de Riviera dan

Francisco Franco dari Spanyol, Mustafa Kemal Ataturk dari Turki, Joze Pilsudski

dari Polandia, antonio de Oliviera Salazar dari Portugal, Benito Mussolini dari

Itali, Adolf Hitler dari Jerman, dan Joseph Stalin dari Uni sovyet. Selain itu

diktator yang terkenal di Amerika Latin di antaranya Juan Peron dari Argentina,

Fulgencio Batista dari Kuba, Rafael Trujillo dari Republik Dominika, Porfirio

Diaz dari Mexica, dan Manuel Antonio Noriega dari Panama. Diktator di Timur

Tengah termasuk Sadam Hussein dari Irak, Hafez a-Assad dari Syria,

Hosni

Mubarak di Mesir

dan Muammar Khadafi di Libya (Diunduh dari situs

Kompas.com, pada tanggal 27 Desember 2011).

Pemerintahan yang diktator akan semakin sulit untuk menjaga

eksistensinya di zaman yang semakin maju, karena warga negara mulai mengenal

sistem pemerintahan yang jauh lebih bebas, tanpa pengekangan yaitu sistem

demokrasi. Demokrasi sangat mudah mempengaruhi pola pikir politik seseorang

karena dalam demokrasi ini mengacu pada kebebasan untuk melakukan apapun.

(17)

commit to user

dipelajari, sehingga pengetahuan mengenai demokrasi dapat memicu terjadinya

revolusi dalam pemerintahan terutama pemerintahan yang diktator. Rakyat tentu

menginginkan perubahan dalam pemerintahan, dari pemerintahan yang diktator,

selalu mengekang dalam segala hal, menuju pemerintahan yang bebas dan

demokratis.

Gerakan transisi dari rezim diktator menuju demokrasi bisa disebabkan

oleh revolusi. Revolusi merupakan suatu wujud perubahan yang terjadi secara

besar-besaran. Di dalam revolusi, perubahan yang terjadi dapat direncanakan atau

tanpa direncanakan terlebih dahulu dan dapat dilakukan dengan kekerasan atau

tanpa kekerasan. Karakter kekerasan pada ciri revolusi dipahami sebagai akibat

dari situasi ketika perubahan tata nilai dan norma yang mendadak telah

menimbulkan kekosongan nilai dan norma yang dianut masyarakat. Revolusi

dipahami sebagai kondisi dan keadan bagaimana konflik antar elit atau kelas

frustasi. Kondisi ini yang disebut revolusi dan transformasi sosial. Revolusi yang

terjadi di beberapa negara, salah satunya Mesir, merupakan suatu bentuk revolusi

dengan penggunaan kekerasan, perjuangan, dan percepatan perubahan yang

terjadi (Eisenstadt, 1987 : 49)

Trasnsisi melalui revolusi terjadi karena beberapa hal, 1) rezim tidak

melakukan perubahan dan menentang dengan keras segala bentuk tuntutan

perubahan dalam rezim, 2) pihak oposisi yang berseberangan dengan rezim

menghendaki terjadinya perubahan total dalam rezim sampai ke semua bagian,

mulai dari pergantian birokrasi sampai kepada perubahan bentuk rezim diktator

menjadi lebih demokratis (pergantian penguasa dalam rezim), 3) baik oposisi

maupun pemerintah sama-sama mempertahankan pendiriannya masing-masing, 4)

ketidakpuasan di kalangan oposisi membuat kelompok-kelompok extremis dalam

oposisi memobilisasi massa untuk menyerang rezim diktator seperti yang terjadi

di Mesir (Gregorius Sahdan, 2004 : 44-62).

Proses pendirian demokrasi adalah sebuah proses menginstitusionalkan

ketidakpastian, menempatkan semua kepentingan pada ketidakpastian. Dalam

rezim diktator, sejumlah kelompok, terutama angkatan bersenjata, memiliki

(18)

commit to user

dengan program kepentingan pemerintah diktator. Situasi tersebut dapat dilihat

sebagai ketidakpastian dari sudut pandang sejumlah kelompok, kelompok yang

tersisih dari blok kekuasaan dan yang terpaksa memandang intervensi angkatan

bersenjata sebagai yang tidak dapat ditolak. Sejumlah kelompok memiliki kontrol

tinggi atas situasi dalam arti suatu kelompok tidak dipaksa untuk menerima

hasil-hasil yang diinginkan. Dalam demokrasi, tidak ada satupun kelompok yang

mampu untuk mengintervensi ketika hasil-hasil konflik mengancam kepentingan

pribadi setiap kelompok. Demokrasi berarti bahwa semua kelompok harus

menundukkan kepentingan pada ketidakpastian. Aksi pengasingan kontrol atas

hasil konflik ini yang merupakan langkah menentukan kearah demokrasi

(Guillermo O’Donnell, Philippe C. Schmitter & Laurence Whitehead, 1993 :

8-10).

Dengan beberapa dasar pemikiran tersebut, dapat dikatakan bahwa

demokrasi tidak kebal terhadap gelombang sejarah. Ada yang runtuh karena

kegagalan politik, menyerah pada perpecahan dari dalam atau dihancurkan oleh

invasi asing. Tetapi negara-negara demokratis juga telah memperlihatkan daya

tahan luar biasa sepanjang waktu, dan telah menunjukkan bahwa dengan

komitmen dan kesadaran pengabdian warga negaranya dapat mengatasi kesulitan

ekonomi yang parah, merujukkan perpecahan sosial etnik, dan jika perlu tegar

dalam zaman perang.

(19)

commit to user

sosialisme Islam sebagai ideologi resmi Negara Mesir. Mesir mengklaim bahwa

sosialisme bertujuan menghapus perbedaan kelas, membebaskan kaum tertindas,

serta mengamankan hak-hak mereka (Esposito, dan John O., 1999 : 45).

Di Afrika dan Timur Tengah gerakan menuju demokrasi pada dasawarsa

1980 terbatas. Nigeria bergeser kembali dari pemerintahan militer ke

pemerintahan yang dipilih secara demokratis pada tahun 1979, tetapi

pemerintahan ini kemudian digulingkan oleh sebuah kudeta militer pada awal

tahun 1984. Menjelang tahun 1990 sejumlah liberalisasi telah terjadi di Senegal,

Tunisia, Aljazair, Mesir dan Yordania. Pada tahun 1978 pemerintah Afrika

Selatan memulai suatu proses yang lambat untuk mengurangi apartheid dan

memperluas partisipasi politik bagi minoritas bukan kulit putih, tetapi tidak bagi

mayoritas kulit hitam yang sangat besar jumlahnya di negeri itu. Pada tingkatan

yang paling sederhana, demokrasi mensyaratkan beberapa hal, antara lain

berakhirnya sebuah rezim otoriter, dibangunnya sebuah rezim demokrasi, dan

pengkonsolidasian rezim demokratis itu. Sebuah gelombang demokratisasi adalah

sekelompok transisi dari rezim-rezim nondemokratis ke rezim-rezim demokratis,

yang terjadi di dalam kurun waktu tertentu dan jumlahnya secara signifikan lebih

banyak daripada transisi menuju arah sebaliknya (Samuel P. Huntington, 1995 :

13-59).

Dalam dasawarsa 1970 banyak rezim otoriter juga menghadapi masalah

legitimasi karena pengalaman masa lalu negeri tersebut dengan demokrasi. Sedikit

banyak, tubuh politik dalam masyarakat telah terpengaruh demokrasi, sehingga

meskipun rezim demokrasi sebelumnya mengalami kegagalan besar, anggapan

bahwa pemerintah yang benar-benar absah harus berdasarkan pada

praktek-praktek demokrasi tetap bertahan. Dengan demikian para penguasa otoriter

terpaksa harus membenarkan rezim diktator dengan menggunakan retorika

demokrasi dan mengklaim bahwa rezim diktator benar-benar demokratis atau

akan menjadi demokratis pada masa yang akan datang begitu pemerintah berhasil

menanggulangi masalah-masalah mendesak yang dihadapi oleh masyarakat.

(20)

commit to user

(Muammar Khadafy). Para penguasa yang digulingkan ini lalai bahwa awalnya

para diktator berangkat dari situasi rakyat biasa, kemudian bergabung dengan

gerakan yang memanfaatkan rakyat miskin, dan kemudian menjadi pimpinan

puncak perubahan (kudeta politik) sampai para diktator berkuasa. Seorang filsuf

politik yaitu Lord Acton dalam Soyomukti dan Iqbal (2011) mengatakan,

“Kekuasaan itu cenderung korup, kekuasaan mutlak akan korup secara mutlak

(power tends to corrupt, absolute power corrupt absolutely)”.

Berdasarkan pendapat para pakar politik di atas, dapat dikatakan bahwa

pada saat diktator berkuasa, kemudian melupakan cita-cita awal untuk merebut

kekuasaan untuk menjadikan negara lebih baik untuk memperjuangkan nasib

rakyat. Secara umum, negara-negara Arab tersebut memang masih memiliki

sistem dan budaya politik yang jauh dari nilai-nilai demokrasi, bahkan sebagian

besar masih mempertahankan corak politik tradisional dan feudal (kerajaan)

dengan kekuasaan mutlak di tangan penguasa. Sebagian besar memang ada yang

memiliki simbol-simbol dan instrument demokrasi yang secara konseptual

digunakan untuk membagi kekuasaan agar tidak terpusat. Tetapi yang berjalan

dalam kenyataan adalah praktik-praktik politik yang amat jauh dari nilai-nilai

demokrasi dan keadilan. Dari banyak Negara di Arab, hanya Libanon, Irak, dan

Palestina yang cukup memberikan kebebasan pada rakyat untuk menentukan

aspirasinya. Sebagian besar Negara di Arab yang telah berbentuk republik dan

memperkenalkan sistem multipartai misalnya Tunisia, Aljazair, Sudan dan Mesir.

Tetapi sitem yang berjalan belum dapat memenuhi kehendak rakyat dalam

maknanya yang sejati, yaitu memenuhi kebutuhan-kebutuhan secara ekonomi,

sosial dan kebudayaan. Masih banyak terjadi kemiskinan, penindasan, korupsi dan

kesewenang-wenangan oleh rezim penguasa (Nuraini Soyomukti, Muhammad

Iqbal, 2011 : 29-31).

(21)

commit to user

Ahmad Arabi, seorang kolonel dalam pasukan Mesir, walaupun pada akhirnya

Arabi dan kelompoknya dapat dikalahkan oleh tentara Inggris. Setelah Perang

Dunia I pada November 1918, di Mesir muncul seorang tokoh pemimpin yang

dianggap berjuang dan menuntut kemerdekaan dari Inggris yaitu Sa’ad Zaghlul.

Penyebab terjadinya revolusi pada saat itu adalah penangkapan dan pengasingan

Sa’ad Zaghlul oleh Inggris. Revolusi terjadi pada 9 Maret 1919 di Cairo dan

seluruh wilayah Mesir yang membuat Inggris merubah kebijakan politiknya dan

membebaskan Sa’ad Zaghlul, kemudian Sa’ad Zahgul dipilih sebagai perdana

menteri pada tahun 1924 (David Akhmad Ricardo, 2011).

Penjajahan Inggris dan campur tangan asing serta perang yang terjadi di

Palestina tahun 1948, sistem kerajaan yang menindas rakyat dan tidak adanya

demokrasi yang mengakibatkan merosotnya ekonomi serta rusaknya kehidupan

sosial, seluruh factor tersebut membuat rakyat Mesir melakukan revolusi.

Revolusi dilakukan dengan menguasai pusat-pusat pemerintahan dan

sarana-sarana vital serta mengepung istana Abdeen yang pada saat itu Mesir di bawah

kekuasaan raja Farouk sejak 1936. Raja dipaksa untuk menyerahkan jabatannya

kepada anaknya, Fouad II, namun karena Fouad belum cukup dewasa, maka

kekuasaan dipegang junta (dewan pemerintahan) yang dibentuk oleh Dubbath

Al-Ahrar, kelompok revolusioner yang dipimpin Gamal Abdel Nasser. Dewan

pemerintahan melihat bahwa sistem kerajaan sudah tidak cocok dengan kehidupan

rakyat Mesir. Akhirnya dewan pemerintahan mengumumkan berdirinya sistem

negara republik pada 18 Juni 1953, dan Jenderal Muhammad Naguib terpilih

sebagai presiden pertama sampai 1954.

(22)

commit to user

Pada tanggal 6 Oktober 1981, Anwar Sadat terbunuh oleh kelompok radikal

dalam parade militer pada ulang tahun ke-8 perang Yom Kippur. Setelah itu Mesir

dipimpin oleh Hosni Mubarak.

Perekonomian Mesir di bawah kepemimpinan Mubarak, secara makro

mengalami pertumbuhan yang cukup baik. Mubarak berjuang untuk mencapai

pertumbuhan ekonomi tinggi untuk menekan tingkat pengangguran. Ekonomi

Mesir secara makro memang relatif masih aman, namun tidak sejalan dengan

distribusi kemakmuran. Ketimpangan sosial sangat terlihat di kalangan rakyat

kelas bawah. Di bawah kebijakan ekonomi Mubarak yang liberal, bisnis di Mesir

mengalami pertumbuhan pesat dalam beberapa tahun terakhir, namun hampir

setengah dari total populasi Mesir, yang berjumlah 80 juta jiwa, hidup di dalam

garis kemiskinan menurut standar PBB US$2 per hari. Dalam dua tahun terakhir,

tingkat kemiskinan di Mesir naik dari 20 persen menjadi 23,4 persen (Diunduh

dari situs www.bbc.com, pada tanggal 23 Maret 2012).

Mubarak berjanji akan menciptakan lapangan kerja, sekaligus menekan

tingkat pengangguran, namun Mubarak tidak menepati janjinya. Kelompok

oposisi Mesir juga menyalahkan rezim Mubarak yang tidak serius memberantas

korupsi. Lembaga

Global Coalition Against Corruption

mencatat Mesir di

peringkat 105 dalam daftar negara bersih pada 2006, sejajar dengan dua negara

miskin Afrika, Burkina Faso dan Djibouti. Krisis ini bukan semata-mata karena

rezim yang represif, namun juga gabungan dari masalah lain, seperti masalah

ekonomi dan ketimpangan sosial di kalangan banyak warga (David Akmad

Ricardo, 2011 : 128).

(23)

commit to user

yang terjadi di Tunisia yang lebih dahulu terjadi revolusi, sehingga memicu rakyat

Mesir untuk melakukan revolusi (Soyomukti, dan Iqbal, 2011).

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk mengkaji

dan meneliti secara mendalam tentang pemerintahan di Mesir pada masa

kekuasaan Hosni Mubarak dan factor terjadinya revolusi serta jalannya revolusi

Mesir dengan judul

“Runtuhnya Rezim Hosni Mubarak tahun 2011 (Antara

Diktatorisme dan Demokrasi di Mesir)”.

B.

Perumusan Masalah

Agar pembahasan dalam skripsi ini lebih terarah dan jelas bahasan

pokoknya, maka penulis merumuskan pokok permasalahan seperti akan tampak di

bawah ini:

1.

Bagaimanakah pemerintahan di Mesir pada masa Hosni Mubarak?

2.

Apa saja yang menjadi faktor penyebab terjadinya revolusi di Mesir?

3.

Bagaimanakah jalannya revolusi di Mesir?

C.

Tujuan Penelitian

Dengan perumusan masalah diatas maka dapat diperoleh suatu tujuan

penulisan ini adalah untuk mengetahui:

1.

Mengetahui jalannya pemerintahan di Mesir pada masa Hosni Mubarak.

2.

Mengetahui apa saja yang menjadi faktor penyebab terjadinya revolusi di Mesir.

3.

Mengetahui jalannya revolusi di Mesir.

D.

Manfaat Penelitian

1.

Manfaat Teoritis

a.

Mendapatkan data yang sahih mengenai analisis pemerintahan di Mesir masa

Hosni Mubarak.

(24)

commit to user

2.

Manfaat Praktis

a.

Menambah perbendaharaan referensi di Perpustakaan Program Sejarah FKIP

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

b.

Merupakan sumber referensi bagi mahasiswa Program Sejarah FKIP Universitas

Sebelas Maret Surakarta, yang akan meneliti lebih lanjut mengenai pemerintahan

di Mesir masa Hosni Mubarak.

(25)

commit to user

10

BAB II

LANDASAN TEORI

A.

Tinjauan Pustaka

1.

Kekuasaan

a.

Pengertian

Harold D. Laswell (1984 : 9) berpendapat bahwa kekuasaan secara

umum berarti ‘’kemampuan pelaku untuk memengaruhi tingkah laku pelaku lain

sedemikian rupa, sehingga tingkah laku pelaku terakhir menjadi sesuai dengan

keinginan dari pelaku yang mempunyai kekuasaan’’. Sejalan dengan itu,

dinyatakan Robert A. Dahl (1978 : 29) bahwa ‘’kekuasaan merujuk pada adanya

kemampuan untuk memengaruhi dari seseorang kepada orang lain, atau dari satu

pihak kepada pihak lain’’.

“Kekuasaan merupakan kemampuan seseorang atau sekelompok orang

untuk memengaruhi pikiran atau tingkah laku orang atau kelompok orang lain,

sehingga orang yang dipengaruhi itu mau melakukan sesuatu yang sebetulnya

orang itu enggan melakukannya. Bagian penting dari pengertian kekuasaan adalah

syarat adanya keterpaksaan, yakni keterpaksaan pihak yang dipengaruhi untuk

mengikuti pemikiran ataupun tingkah laku pihak yang memengaruhi “(Mochtar

Mas’oed dan Nasikun, 1987 : 22). “Kekuasaan merupakan suatu kemampuan

menggunakan sumber-sumber pengaruh yang dimiliki untuk memengaruhi

perilaku pihak lain, sehingga pihak lain berperilaku sesuai dengan kehendak pihak

yang memengaruhi. Dalam pengertian yang lebih sempit, kekuasaan dapat

dirumuskan sebagai kemampuan menggunakan sumber-sumber pengaruh untuk

memengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan, sehingga keputusan

itu menguntungkan dirinya, kelompoknya dan masyarakat pada umumnya”

(Ramlan Surbakti, 1992 : 58)

(26)

commit to user

sejumlah orang lain. Pemegang kekuasaan bisa jadi seseorang individu atau

sekelompok orang, demikian juga obyek kekuasaan bisa satu atau lebih dari satu.

Menurut Walter S. Jones (1993 : 3) kekuasaan dapat didefinisikan

sebagai berikut :

1) Kekuasaan adalah alat aktor-aktor internasional untuk berhubungan satu

dengan lainnya. Itu berarti kepemilikan, atau lebih tepat koleksi kepemilikan

untuk menciptakan suatu kepemimpinan; 2) Kekuasaan bukanlah atribut politik

alamiah melainkan produk sumber daya material (berwujud) dan tingkah laku

(yang tidak berwujud) yang masing-masing menduduki posisi khusus dalam

keseluruhan kekuasaan seluruh aktor; 3) Kekuasaan adalah salah satu sarana

untuk menancapkan pengaruh atas aktor-aktor lainnya yang bersaing menggapai

hasil yang paling sesuai dengan tujuan masing-masing; dan 4) Penggunaan

kekuasaan secara rasional merupakan upaya untuk membentuk hasil dari peristiwa

internasional untuk dapat mempertahankan atau menyempurnakan kepuasan aktor

dalam lingkungan politik internasional.

Menurut Benedict Anderson (1972 : 48) kekuasaan dapat dibedakan

menjadi dua, yaitu konsep pemikiran barat dan konsep pemikiran Jawa.

Menurutnya kekuasaan dalam konsep pemikiran Barat adalah abstrak, bersifat

homogen, tidak ada batasnya, dan dapat dipersoalkan keabsahannya. Sedangkan

kekuasaan menurut konsep Jawa adalah konkrit, bersifat homogen, jumlahnya

terbatas atau tetap dan tidak mempersoalkan keabsahan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kekuasaan sangat penting

kedudukannya dalam masyarakat, dengan kekuasaan suatu kelompok dapat

melakukan apa saja yang diinginkan dan dapat memengaruhi perbuatan-perbuatan

kelompok lain agar taat dan patuh terhadap pemegang kekuasaan.

b.

Cara memperoleh kekuasaan

Menurut Haryanto (2005 : 22) kekuasaan dapat diperoleh dengan

beberapa cara, yaitu :

(27)

commit to user

yang dianut masyarakat. Kekuasaan yang bersumber dari kepercayaan hanya

muncul di masyarakat di mana anggota-anggotanya mempunyai kepercayaan yang

dimiliki pemegang kekuasaan.

“Kekuasaan bisa diperoleh dari kekerasan fisik (misalnya, seorang Polisi

dapat memaksa penjahat untuk mengakui kejahatannya karena dari segi

persenjataan polisi lebih kuat); pada kedudukan (misalnya, seorang komandan

terhadap bawahannya, seorang atasan dapat memecat pegawainya); pada

kekayaan (misalnya seorang pengusaha kaya dapat memengaruhi seorang

politikus melalui kekayaannya); atau pada kepercayaan (misalnya, seorang

pendeta terhadap umatnya)” (Miriam Budiardjo, 1982 : 36).

c.

Cara mempertahankan kekuasaan

Kekuasaan yang dimiliki oleh seseorang, sekelompok orang atau suatu

negara terhadap pihak lain, dapat membuat penguasa tersebut berupaya untuk

mencapai apa yang menjadi keinginan dan tujuannya. Cara untuk

mempertahankan kekuasaan dapat dilakukan dengan cara damai, antara lain

dengan demokrasi dan mencari dukungan pihak lain, atau dengan kekerasan,

antara lain dengan penindasan dan memerangi pihak yang menentang

kekuasaannya.

“Dalam masyarakat yang tidak demokratis atau masyarakat yang

dipimpin oleh seorang yang diktator, penguasa mempertahankan kekuasaannya

dengan paksaan. Di dalam masyarakat yang tidak demokratis, ada kecenderungan

penguasa untuk masuk terlalu jauh dalam mengatur kehidupan dan kepercayaan

serta pribadi warganya sesuai dengan keinginan penguasa. Dengan paksaan,

warga ditujukan untuk patuh pada penguasa” (Haryanto, 2005 : 57).

(28)

commit to user

untuk memengaruhi tindakan dan aktivitas penguasa di bidang administratif,

legislatif dan yudikatif “(Miriam Budiardjo, 1982 : 37).

Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan, meskipun dalam

mempertahankan kekuasaan ada berbagai macam cara, namun terdapat beberapa

persamaan yaitu pihak satu ingin selalu memerintah pihak lain, ingin lebih tinggi

dari pihak lain dan menginginkan ketaatan pihak lain.

d.

Otoritas penguasa

“Penguasa adalah aktor yang memiliki, menguasai aktor lain dan

memiliki sumber daya yang berwujud maupun tidak berwujud beserta asetnya

untuk memengaruhi peristiwa-peristiwa yang terjadi agar sesuai kehendaknya”

(Walter S. Jones, 1993 : 3) .‘’Penguasa adalah seseorang yang mempunyai

kemampuan untuk menjalin hubungan dan proses yang menghasilkan ketaatan

dari pihak lain untuk tujuan-tujuan yang ditetapkannya’’ (Ossip K. Flechtheim

dalam Miriam Budiarjo, 1982 : 35).

Dari pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa otoritas penguasa adalah

hak, kekuasaan dan wewenang yang sah diberikan padanya untuk membuat

peraturan yang harus ditaati atau diikuti pihak lain atau kekuasaan dan wewenang

yang sah untuk membuat orang atau pihak lain bertindak sesuai dengan yang

diinginkan penguasa.

e.

Hancurnya Kekuasaan

Dalam pemikiran Ibnu Khaldun yang dikutip A. Rahman Zainuddin

(1992 : 233) ada beberapa tahapan proses jatuhnya kekuasaan, yaitu :

1) Kekuasaan yang sentralistik, yaitu pemusatan kekuasaan dan kemegahan

berada pada seorang atau sekelompok penguasa, 2) Kekuasaan yang mempunyai

tata cara dan kebiasaan hidup dalam kemegahan, 3) Kekuasaan yang memiliki

pertahanan lemah, tidak mempunyai kekuatan legitimasi. Sehingga tinggal

menantikan kehancurannya.

(29)

commit to user

negara atau lebih, konflik dan perang saudara, kudeta (penggulingan kekuasaan)

baik oleh militer maupun sipil dan aksi-aksi demonstrasi yang memungkinkan

pergantian kekuasaan” (Mukhammad Najib, 2001 : 318).

2.

Diktatorisme

Diktator berasal dari bahasa latin

Dictare,

yang menyatakan sebagai

perintah, seorang pemegang kekuasaan mutlak dalam menjalankan pemerintahan

Negara (Ensiklopedia Indonesia, 1989 : 822). Menurut Franz L. Neuman dalam

Jurnal Ilmu Politik (1993 : 39) diktator adalah “pemerintahan oleh seseorang atau

kelompok orang yang menyombongkan diri dan memonopoli kekuasaan dalam

negara dan melaksanakan kekuasaan tersebut tanpa dibatasi”. Pengertian diktator

juga dikemukakan oleh Jules Archer (1985 : 19), diktator adalah seorang

penguasa yang mencari dan mendapatkan kekuasaan mutlak tanpa memperhatikan

keinginan-keinginan nyata dari rakyatnya. Pengertian dari diktator itu sendiri ada

dua macam, yaitu :

1)

Dikatator proletar, di mana antara masyarakat kapitalis dan masyarakat

komunis terdapat suatu masa peralihan dalam suatu transformasi secara

revolusioner dan masyarakat kapitalis menjadi masyarakat komunis, 2) Diktator

militer, yaitu seorang atau segolongan perwira yang menentang tanpa memberi

pertanggungjawaban kepada rakyat, sehingga caranya naik ke pemerintahan

dengan mengadakan kudeta (Miriam Budiardjo, 1989 : 98).

Jules Archer (1985 : 21) mengatakan bahwa sistem kediktatoran

dibedakan menjadi 2 tipe yaitu, “tipe diktator militer, yaitu mendapatkan

kekuasaanya melalaui kekuatan militer, dan tipe diktator politik, yaitu

mendapatkan kekuasaannya melalui pemilihan umum”.

Ciri-ciri negara Diktator menurut Carl J. Frederick dan Z. Bigriewle

Brezinksky dalam Jurnal Ilmu Politik (1993 : 40), adalah sebagai berikut :

(30)

commit to user

dipimpin oleh seorang manusia diktator dengan anggota terdiri dari prosentase

yang relatif kecil dari jumlah penduduknya, yang terdiri dari laki-laki dan wanita

di mana mengabdikan dirinya secara menyeluruh terhadap ideologi dan bersedia

melakukan setiap cara agar supaya diterima oleh umum atau partai tersebut

diorganisir lebih tinggi atau sepenuhnya beserta birokrasi pemerintah, 3) Suatu

sistem teror baik psikis maupun phisik yang dilaksanakan melalui partai dan

pengawasan polisi khusus yang ditujukan terhadap musuh-musuh rezim yang

demonstratif

dan

juga

terhadap

golongan

penduduk

yang

tidak

menyetujuinya.Teror itu baik yang dilakukan oleh polisi rahasia maupun oleh

partai yang ditujukan untuk menindas masyarakat secara sitematis dengan

menggunakan ilmu modern.

Abu Daud Busroh (1987 : 67) menyebutkan ciri-ciri negara diktator

adalah sebagai berikut : 1) adanya peradilan khusus untuk mengadili orang yang

melawan rezim yang berkausa, 2) tidak ada kebebasan berserikat dan berkumpul,

3) tidak ada Pemilihan umum. “Dalam sistem kediktatoran kegiatan warga negara

adalah terikat oleh penguasa atas negara, sehingga kebebasan yang melekat pada

dirinya adalah memuji sang penguasa” (Soehino, 1980 : 35). Sebagaimana

diungkapkan adalah suatu pemerintahan di mana dalam menjalankan kekuasaanya

akan selalu berpedoman pada prinsip-prinsip kediktatoran.

Gregorius Sahdan (2004 : 16) menyatakan bahwa karakteristik dari

sistem diktator adalah:

Tidak ada pertanggungjawaban kekusaan dan rakyat tidak memiliki wewenang

untuk membatasi kekuasaan penguasa. Dalam pemerintahan diktator, kedaulatan

merupakan milik penguasa dan digunakan untuk kepentingan kekuasaan

penguasa. Dukungan publik diperoleh melalui propaganda dan sistem pendidikan

terkontrol secara absolut. Hanya ada satu partai dan memiliki ciri khusus antara

lain : a) Mengesampingkan oposisi, b) memerintah dengan kejam, c) memasukkan

pembangkang ke dalam penjara dan kamp konsentrasi, d) membentuk polisi

rahasia, e) melakukan indoktrinasi atas masyarakat, f) mengawasi masyarakat

secara ketat.

(31)

commit to user

a.

Sejumlah penguasa percaya dan yakin bahwa diktator merupakan satu-satunya

cara untuk mempertahankan atau memperkokoh kekuasaan demi terpeliharanya

stabilitas nasional.

b.

Pemerintahan diktator diciptakan untuk menggantikan pemerintahan yang dinilai

tidak mampu menyelamatkan Negara dari keadaan darurat ataupun dari ancaman

keamanan.

c.

Kediktatoran muncul dari tokoh ambisius yang merasa mampu membangun

kejayaan dan kebesaran bangsa dan negara. Kekuasaan ini biasanya didapat

melalui ssuatu perebutan kekuasaan (kudeta) pada saat Negara dalam keadaan

genting.

d.

Pemerintahan diktator juga dapat lahir untuk menutupi ketidakmampuan

pemerintah mengelola negara mengatasi korupsi, gejolak social, kesulitan

keuangan, atau karena memudarnya kepercayaan rakyat terhadap keabsahan

kewenangan dan lembaga tradisional.

e.

Beberapa pemerintahan diktator menyatakan diri atas kehendak mulia.

f.

Pemerintahan diktator sering juga muncul sebagai kesimpangsiuran keadaan

negara, dari kekacauan yang disebabkan oleh perang atau krisis militer yang tidak

dapat diatasi oleh kekuatan militer yang ada, atau dari kemenangan, dalam suatu

peperangan.

g.

Kediktatoran juga dapat dirancang untuk mengawali usaha perubahan dan

modernisasi besar-besaran.

h.

Pemerintahan diktator dapat juga diciptakan untuk menghadapi kelompok

pembaharu, kaum revolusioner atau kelompok pembangkang. (Ensiklopedia, 2004

: 353).

Dalam

Encyclophedia of Social Sciences

(1968 : 161) kediktatoran

mengacu pada dominasi negara yang terbatas oleh individu, kelompok, atau

kelompok kecil. Contoh diktatorial ditemukan di semua zaman dan semua

peradaban. "Diktatur" menandakan tidak hanya prinsip yang mengatur sistem

politik tetapi juga ideologi yang mendasari cara hidup dan ekspresi normatif

perilaku politik. Beberapa ekspresi telah digunakan untuk mengkarakterisasi

(32)

commit to user

Fiihrerstaat, otoritarianisme dan totalitarianism. Terlepas dari kediktatoran

konstitusional menetapkan untuk menangani keadaan darurat pemerintah, semua

bentuk kediktatoran dari berbagi segi berikut:

a.

Eksklusivitas dan kesewenang-wenangan dalam menjalankan kekuasaan.

Kediktatoran dicirikan oleh tidak adanya pembagian kekuasaan, penindasan

bersaing, kelompok-kelompok politik dan sosial yang sah dan lembaga,

konsentrasi kekuasaan politik di tangan seorang diktator atau seorang group

otokratis yang mengatur para pemimpin (elit), dan pemanfaatan suatu alat

otokratis dibimbing dan manipulasi penguasa untuk mengembangkan monopoli

kekuasaan.

b.

Penghapusan atau melonggarkan obligasi yuridis kekuasaan politik. Negara

konstitusional dihilangkan, atau revolusioner baru atau kontra hukum dibuat,

hanya sebagai instrumen kekuasaan. Terkait dengan segi ini adalah kesulitan atau

ketidakmungkinan untuk mengatur suksesi diktator secara sah.

c.

Penghapusan atau pembatasan substansial kebebasan sipil. Alih-alih kerjasama

sukarela sosial dan politik kelompok-kelompok otonom dan asosiasi dalam

pendirian persemakmuran, penekanan ditempatkan pada kewajiban warga untuk

melakukan kerja wajib atau jasa kolektif.

d.

Bentuk, terutama agresif impulsif pengambilan keputusan. Domestik dan asing

untuk kebijakan diikuti oleh diktator dan atau elit politik terkemuka biasanya

dibuat secara impulsif dan terinspirasi oleh aktivisme politik yang dinamis, sering

didasarkan pada sebuah Messianism ideologis dan bertujuan untuk merubah atau

mendisiplinkan masyarakat.

e.

Pekerjaan metode politis yang lalim dan kontrol sosial. Metode tersebut berkisar

dari intimidasi untuk propaganda, dari pengenaan kewajiban ketaatan kepada

metode teror.

Nicolo Machiavelli dalam

Ensiclopedia of Social Sciences

(1968 : 161)

adalah yang pertama kali membedakan antara kediktatoran sebagai lembaga

konstitusional republik dan sebagai bentuk pemerintahan despotik, yang

direkomendasikan untuk diperbaiki penguasa sebagai sarana untuk memulihkan

(33)

commit to user

pelaksanaan kekuasaan mengenakan legitimasi tradisional. Namun setiap kali

berdaulat mutlak sebenarnya aturan politik, melanggar standar adat otoritas

monarki, pemerintahannya harus disebut dictator.

3.

Demokrasi

Pengertian tentang demokrasi dapat dilihat dari tinjauan bahasa

(etimologis) dan istilah (terminologis). Secara etimologis demokrasi terdiri dari

dua kata yang berasal dari Yunani yaitu “

demos”

yang berarti rakyat atau

penduduk di suatu tempat dan

“cratein”

atau

“cratos”

yang berarti kekuasaan

atau kedaulatan.jadi secara bahasa demokrasi adalah keadaan negara di mana

dalam sistem pemerintahannya kedaulatan berada di tangan rakyat, kekuasaan

tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat.

Demokrasi sering diartikan sebagai penghargaan terhadap hak-hak asasi

manusia, pertisipasi alam pengambilan keputusan dan persamaan hak di depan

hukum. Kemudian muncul idiom-idiom demokrasi seperti

egalite

(persamaan),

equality

(keadilan),

liberty

(kebebasan),

human right

(hak asasi manusia) (Nuraini

Soyomukti, Muhammad Iqbal, 2011 : 77)

Menurut Nurcholis Madjid (2002 : 8) “demokrasi bukanlah kata benda,

tetapi lebih merupakan kata kerja yang mengandung makna sebagai proses

dinamis. Karena itu demokrasi harus diupayakan. Demokrasi berarti sebuah

proses melaksanakan nilai-nilai keadaban

(civility)

dalam bernegara dan

bermasyarakat. Demokrasi adalah proses menuju dan menjaga

civil society

yang

menghormati dan berupaya merealisasikan nilai-nilai demokrasi”.

Howard Cincotta (1965 : 5) juga berpendapat mengenai demokrasi yang

menyatakan bahwa :

(34)

commit to user

umum masyarakat. Kebodohan menimbulkan rasa apatis. Demokrasi tumbuh

subur pada tenaga warga negara yang ditunjang oleh arus gagasan, data, pendapat

dan spekulasi yang tidak dihalangi. Negara demokratis tidak dapat menjamin

bahwa kehidupan akan memperlakukan setiap orang dengan sama, dan demokrasi

tidak mempunyai tanggung jawab untuk melakukan hal itu.

Demokrasi sesungguhnya adalah seperangkat gagasan dan prinsip

tentang kebebasan, tapi juga mencakup seperangkat praktek dan prosedur yang

terbentuk melalui sejarah panjang dan sering berliku-liku. Artinya, demokrasi

adalah pelembagaan dan kebebasan. Semua demokrasi adalah sistem di mana

warganaya bebas mengambil keputusan melalui kekuasaan mayoritas. Tetapi

kekuasaan oleh mayoritas tidak selalu demokratis: tak seorangpun, misalnya akan

menyebut suatu sistem adalah adil atau jujur yang mengijinkan 51 persen

penduduknya menindas sisanya yang 49 persen atas nama mayoritas Pemerintah

demokratis tidak mengawasi, mendikte atau menilai isi tulisan atau ucapan orang.

Pada abad XIX pengertian demokrasi mengalami perluasan lagi

mengikuti tradisi pemikiran Schumpeterian, dimana demokrasi dimaknai sebagai

proses pengambilan keputusan kolektif yang penuh melalui pemilu yang bebas,

jujur dan adil guna memilih kandidat-kandidat yang berhak untuk memangku

jabatan politik.

Demokrasi berdasarkan definisi ini meliputi dua dimensi, yaitu ;

a.

Menyangkut kontestan. Semua kontestan yang terlibat di dalam proses demokrasi

(Pemilu) meiliki kesempatan untuk menarik dukungan dari orang lain dan menaati

aturan bersama “rule of the game” yang telah disepakati.

b.

Sebagai pertisipasi untuk mengukur sejauh mana keterlibatan warga Negara dalam

suatu proses politik. Untuk mengukur tingkat partisipasi warga Negara dalam

proses politik, instrument yang digunakan adalah Pemilu.

(35)

commit to user

“Pemilu merupakan suatu kesempatan untuk menguji bagaimana seperangkat

berfungsi di masa transisi, dan apakah hak asasi manusia yang fundamental

dilindungi dan dipupuk. Ukurannya dalah warga Negara bebas untuk menyatakan

pendapat politik, berserikat, berkumpul, dan bergerak sebagai bagian dari suatu

proses pemilihan”.

Dari definisi Patrick Merloe di atas, setidaknya ada sepuluh elemen yang

menjadi penopang dan instrument utama dari Pemilu ;

a.

Pengfungsian lembaga Pemilu

b.

Perlindungan dan penghargaan terhadap hak-hak asasi pemilih

c.

Partisipasi warga Negara dalam pemilihan

d.

Adanya lembaga-lembaga independen yang memantau jalannya Pemilu, seperti

Perss, lembaga Independen Pemantau Pemilu (LIPP)

e.

Para calon legislator memiliki kesempatan untuk berkampanye tanpa merasa takut

f.

Militer bertindak netral dan professional

g.

Polisi bertindak jujur dan bertindak adil terhadap semua kontestan Pemilu

h.

Lembaga kehakiman yang mampu menegakkan hukum

i.

Kontrol media massa

j.

Akses informasi peserta Pemilu

Suatu pemerintahan dikatakan demokratis bila dalam mekanisme

pemerintahan mewujudkan prinsip-prinsip demokrasi. Menurut Masykuri

Abdullah (1999 : 14) “prinsip-prinsip demokrasi terdiri atas prinsip persamaan,

kebebasan, dan pluralism”. Menurut Robert A. Dahl dalam Masykuri Abdullah

(1999 : 15) terdapat beberapa prinsip yang harus ada dalam sistem demokrasi

yaitu : (1) kontrol atas keputusan pemerintah, (2) pemilihan yang teliti dan jujur,

(3) hak memilih dan dipilih, (4) kebebasan menyatakan pendapat tanpa ancaman,

(5) kebebasan mengakses informasi, (6) kebebasan berserikat.

(36)

commit to user

beberapa partai politik, (10) adanya musyawarah, (11) adanya persetujuan

parlemen, (12) adanya pemerintahan yang konstitusional, (13) adanya ketentuan

tentang pendemokrasian, (14) adanya pengawasan terhadap administrasi publik,

(15) adanya perlindungan hak asasi, (16) adanya pemerintahan yang bersih, (17)

adanya persaingan keahlian, (18) adanya mekanisme politik, (19) adanya

kebijaksanaan negara, dan (20) adanya pemerintahan yang mengutamakan

tanggung jawab.

Amien Rais dalam Achmad Ubaidillah (2005 124) menambahkan kriteria

lain sebagai parameter demokrasi yaitu : (1) adanya partisipasi dalam pembuatan

keputusan, (2) distribusi pendapatan secara adil, (3) kesempatan memperoleh

pendidikan, (4) ketersediaan dan keterbukaan informasi, (5) mengindahkan

politik, (6) kebebasan individu, (7) semangat kerjasama, (8) hak untuk protes.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hakikat

demokrasi sebagai suatu sistem bermasyarakat dan bernegara serta pemerintahan

memberikan penekanan pada keberadaan kekuasaan di tangan rakyat baik dalam

penyelenggaraan negara maupun pemerintahan. Kekuasaan pemerintahan berada

di tangan rakyat mengandung pengertian tiga hal :

a.

Pemerintahan dari rakyat (

govenrment of the people)

(37)

commit to user

b.

Pemerintahan oleh rakyat

(government by the people)

Pemerintahan oleh rakyat berarti bahwa suatu pemerintahan menjalankan

kekuasaan atas nama rakyat bukan atas dorongan diri dan keinginannya sendiri.

Selain itu juga mengandung pengertian bahwa dalam menjalankan kekuasaannya,

pe,erintah berada dalam pengawasan rakyatnya. Karena itu pemerintah harus

tunduk kepada pengawasan rakyat

(social control).

Pengawasan rakyat dapat

dilakukan secara langsung oleh rakyat maupun tidak secara langsung yaitu

melalui perwakilannya di parlemen. Dengan adanya pengawasan oleh rakyat akan

menghilangkan ambisi otoriterianisme para penyelenggara Negara.

c.

Pemerintahan untuk rakyat

(government for the people)

Mengandung pengertian bahwa kekuasaan yang diberikan oleh rakyat

kepada pemerintah itu dijalankan untuk kepentingan rakyat. Kepentingan rakyat

harus didahulukan dan diutamakan di atas segalanya, untuk itu pemerintah harus

mendengarkan dan mengakomodasi aspirasi rakyat dalam merumuskan dan

menjalankan kebijakan dan program-programnya. Oleh karena itu pemerintah

harus membuka saluran dan ruang kebebasan seluas-luasnya kepada rakyat dalam

menyampaikan aspirasinya baik melalui media pers maupun secara langsung.

4.

Revolusi

“Revolusi merupakan wujud perubahan sosial yang paling spektakuler;

sebagai tanda perpecahan mendasar dalam proses historis; pembentukan ulang

masyarakat dari dalam dan pembentukan ulang manusia” (Sztompka, 2004 : 357).

Menurut Sztompka (2004 : 357) revolusi mempunyai lima perbedaan dengan

bentuk perubahan sosial yang lain. Perbedaan tersebut adalah :

a.

Revolusi menimbulkan perubahan dalam cakupan terluas; menyentuh semua

tingkat dan dimensi masyarakat : ekonomi, politik, budaya organisasi sosial,

kehidupan sehari-hari, dan kepribadian manusia.

b.

Dalam semua bidang tersebut, perubahannya radikal, fundamental, menyentuh inti

bangunan dan fungsi sosial.

(38)

commit to user

d.

Revolusi merupakan “pertunjukan” paling menonjol; waktunya luar biasa cepat

dan oleh karena itu, sangat mudah diingat.

e.

Revolusi membangkitkan emosional khusus dan reaksi intelektual pelakunya dan

mengalami ledakan mobilisasi massa, antusiasme, kegemparan, kegirangan,

kegembiraan, optimisme dan harapan; perasaan hebat dan perkasa; keriangan

aktivisme dan menanggapi kembali makna kehidupan; melambungkan aspirasi

dan pandangan utopia ke masa depan.

Konsep modern mengenai revolusi berasal dari dua tradisi intelektual,

yaitu pandangan sejarah dan pandangan sosiologis. Berdasarkan konsepsi sejarah,

revolusi mempunyai ciri sebagai suatu penyimpangan yang radikal dari suatu

kesinambungan, penghancuran hal yang fundamental (mendasar) serta kejadian

yang menggemparkan dalam periode sejarah. Konsep revolusi secara sosiologis

menunjuk pada gerakan massa yang menggunakan paksaan dan kekerasan

melawan penguasa dan melakukan perubahan dalam masyarakat (Sztompka, 2004

: 358).

Revolusi yang menekankan pada kekerasan dan perjuangan, serta

kecepatan perubahan, memfokuskan pada teknik perubahan. Dalam hal ini,

revolusi merupakan antonim dari evolusi. Beberapa definisi yang tercakup dalam

kelompok ini antara lain: 1) Menurut Johnson, revolusi dimaknai sebagai

upaya-upaya untuk merealisasikan perubahan dalam konstitusi masyarakat dengan

kekuatan, 2) Menurut Gurr, revolusi merupakan perubahan yang fundamental

(dalam aspek) sosio-politk melalui kekerasan, 3) Menurut Brinton, revolusi

merupakan pergantian yang drastis dan tiba- tiba satu kelompok oleh kelompok

lain dalam pelaksanaan pemerintahan.

(39)

commit to user

yang disebut revolusi dan transformasi social. Revolusi yang terjadi di beberapa

negara, salah satunya Mesir, dapat dikatakan sebagai revolusi dengan penggunaan

kekerasan, perjuangan, dan percepatan perubahan yang terjadi. Revolusi dapat

diartikan sebagai lawan dari pembaruan, perhatian utamanya adalah pada proses

transformasi fundamental masyarakat. Selain itu, revolusi dapat dimaknai sebagai

lawan dari evolusi, dan yang terakhir dapat dilihat dari tekanan revolusi yaitu pada

penggunaan kekerasan, perjuangan dan kecepatan perubahan yang terjadi

(Eisenstadt, 1987 : 49).

Sztompka (1994 : 61-63) mengemukakan revolusi dapat berupa

peperangan dan pemberontakan, namun tidak berarti revolusi adalah

pemberontakan dan peperangan. Revolusi selalu memiliki tujuan fundamental

untuk menumbangkan kekuasaan masyarakat atau susunan kekuasaan yang

berkuasa, sedangkan semua jenis gangguan keamanan seperti kerusuhan atau

pemberontakan hanya merupakan bentuk perlawanan kepada penguasa yang

bertujuan menggeser atau mengambil alih kedudukan mereka.

Revolusi membawa dampak pada perubahan melalui kekerasan terhadap

rezim politik yang ada. Perubahan dilakukan melalui penggantian elit politik atau

kelas yang berkuasa. Perubahan secara mendasar pada berbagai bidang

kelembagaan yang ada. Hubungan dengan sistem lama seolah-olah diputuskan

secara radikal. Revolusi juga membawa pengaruh pada bangkitnya kekuasaan

ideologis dan orientasi kebangkitan mengenai gambaran revolusioner. Hal ini

menggambarkan bahwa revolusi tidak hanya membawa transformasi

kelembagaan, melainkan juga perubahan terhadap sistem pendidikan dan moral

sehingga mewujudkan “manusia baru”.

(40)

commit to user

kebudayaan, dan dengan berbagai pola inovasi kelembagaan di bidang ekonomi,

kependidikan dan ilmu pengetahuan. Akibatnya gerakan pemberontakan, protes,

dan intelektual yang berada dalam revolusi besar cenderung melibatkan berbagai

tema dan orientasi protes yang realistis ke arah pembentukan pusat dan

kolektivitas, serta pembentukan kelembagaan. Hubungan dengan pembangunan

kelembagaan konkrit serta pembentukan dan pelembagaan pusat ini yang

membedakan dengan seluruh gerakan protes lainnya (Eisenstadt, 1986 : 215-216).

(41)

commit to user

B.

Kerangka Pemikiran

Keterangan :

Hosni Mubarak adalah presiden diktator yang menjabat menjadi presiden

Mesir sejak tanggal 14 Oktober 1981 hingga 11 Februari 2011. Sebagai presiden

Mesir, Mubarak dianggap sebagai pemimpin yang paling berkuasa di wilayahnya.

Secara resmi, presiden Republik Arab Mesir dipilih untuk jabatan Kepala Negara

Mesir. Di bawah konstitusi Mesir, seorang presiden juga menjabat Komandan

tertinggi untuk angkatan bersenjata dan kepala Eksekutif pemerintahan Mesir.

Mubarak memegang pemerintahan Mesir dengan diktator, dan Mubarak telah

memerintah Mesir selama 30 tahun. Ini tidak sesuai dengan partai yang diusung

Mubarak, yaitu Partai Demokrasi Nasional dan tentunya dengan sistem

Kekuasaan Diktatorisme Hosni Mubarak

Krisis Mesir Demokrasi di Mesir

Penangkapan Kelompok Ikhwanul Muslimin

menjelang Pemilu

Revolusi Tunisia

Revolusi Mesir

Jatuhnya Rezim Hosni Mubarak Kemiskinan,

(42)

commit to user

pemerintahan Demokrasi yang berlaku di Mesir. Penangkapan kaum Ikhwanul

Muslimin juga dilakukan oleh pemerintah. Terbukti bahwa kelompok oposisi

utama di Mesir, Ikhwanul Muslimin terus ditangkapi menjelang pemilu.

Menurut Ikhwanul Muslimin, lebih dari 1.000 anggotanya, termasuk

delapan kandidat parlemen, telah ditahan. Dalam beberapa hari terakhir,

pendukung kelompok itu bentrok dengan pasukan keamanan di sejumlah titik

perkotaan. Pemerintah melakukan pemblokiran terhadap internet dan situs-situs

jejaring sosial, bahkan pesan singkat (SMS) melalui telpon seluler pun diblokir.

Surat kabar dan televisi jiga dikekang. Banyak wartawan lokal maupun asing yang

ditangkap karena menuliskan dan menyiarkan sisi buruk dari pemerintah.

Beberapa aksi pemerintah tersebut menyebabkan kemarahan publik, sehingga

mereka melakukan unujk rasa besar-besaran, menuntut Hosni Mubarak untuk

turun. Faktor ekstern yang juga sangat penting adalah revolusi yang terjadi di

Tunisia yang memberikan inspirasi terhadap rakyat Mesir untuk melakukan

revolusi.

(43)

commit to user

28

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.

Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan dalam rangka penelitian skripsi yang berjudul

“Runtuhnya Rezim Hosni Mubarak Tahun 2011 (Antara Diktatorisme dan

Demokrasi di Mesir)” ini dilakukan dengan menggunakan metode historis, maka

untuk memperoleh data penelitian, penulis sebagian besar menggunakan studi

pustaka. Adapun perpustakaan yang digunakan sebagai obyek penelitian adalah

sebagai berikut:

a.

Perpustakaan Pusat Universitas Sebelas Maret Surakarta.

b.

Perpustakaan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

c.

Perpustakaan Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan P. IPS Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

d.

Perpustakaan FISIP Universitas Sebelas Maret Surakarta.

e.

Perpustakaan Monumen Pers Surakarta.

f.

Buku-buku koleksi pribadi.

2. Waktu Penelitian

Rencana waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah sejak proposal

disetujui pembimbing yaitu bulan Oktober 2011 sampai dengan Mei 2012.

Adapun kegiatan yang dilakukan dalam jangka waktu tersebut diantaranya adalah

mengumpulkan sumber, baik sumber primer maupun sekunder, melakukan kritik

untuk menyelidiki keabsahan sumber, menetapkan makna yang saling

berhubungan dari fakta-fakta yang diperoleh dan terakhir menyusun laporan hasil

(44)

commit to user

B.

Metode penelitian

Dalam setiap penelitian ilmiah selalu diperlukan suatu metode tertentu

yang berkaitan dengan obyek atau pemasalahan yang akan diteliti. Menurut

Koentjaraningrat (1986 : 7) kata metode berasal dari bahasa Yunani,

methodos

yang berarti cara atau jalan. Sehubungan dengan karya ilmiah, maka metode

menyangkut masalah cara kerja, yaitu cara kerja untuk memahami obyek yang

menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.

Menurut Dudung Abdurahman (1999 : 43) metode adalah suatu cara,

jalan, atau petunjuk pelaksanaan atau petunjuk teknis. Sedangkan menurut Helius

Sjamsuddin (2007 : 13) metode ada hubungannya dengan prosedur, proses, atau

teknik yang sistematis dalam penyelidikan suatu disiplin ilmu tertentu untuk

mendapatkan obyek yang diteliti.

Penelitian ini merupakan penelitian yang berusaha merekonstruksikan,

mendiskripsikan dan memaparkan kondisi negara Mesir pada saat terjadi Revolusi

meruntuhkan rezim Hosni Mubarak. Peristiwa yang menjadi pokok penelitian

tersebut adalah peristiwa masa lampau, sehingga metode yang digunakan adalah

metode historis atau sejarah.

Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode

penelitian sejarah adalah kegiatan mengumpulkan, menguji dan menganalisis

secara kritis data peninggalan masa lampau dan menyajikannya sebagai hasil

karya melalui historiografi.

C.

Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data

sejarah. Sumber data sejarah sering disebut juga data sejarah. Menurut

Kuntowijoyo kata “data

merupakan bentuk jamak dari kata tunggal

datum

(bahasa Latin) yang berarti pemberitaan (Dudung Abdurahman, 1999 : 30).

(45)

commit to user

telah ditinggalkan oleh manusia yang menunjukkan segala aktivitas manusia di

masa lalu yang berupa kata-kata yang tertulis atau kata-kata yang diucapkan/lisan.

Menurut Dudung Abdurrahman (1999 : 31), sumber sejarah dapat

dibedakan menjadi tiga, yaitu : 1) menurut bahannya; sumber tertulis dan sumber

tidak tertulis, 2) menurut asalnya; sumber primer dan sekunder, 3) menurut

tujuannya; sumber formal dan sumber informal.

Dalam penelitian ini digunakan sumber data tertulis, baik primer maupun

sekunder. Sumber tertulis primer berupa surat kabar seperti New York Times,

BBC News, Al Jazeera, Kompas terbitan tahun 2011, Solo Pos terbitan tahun

2011, Republika terbitan tahun 2011 dan majalah News terbitan tahun 2011 .

Selain itu juga digunakan artikel-artikel dan buku-buku yang relevan dengan

penelitian sebagai sumber tertulis sekunder antara lain buku karangan David

Akhmad Ricardo ”Revolusi Mesir Revolusi Rakyat” terbitan tahun 2011, Nuraini

Soyomukti, Muhammad Iqbal ”Pergolakan Politik Jazirah Arab Abad 21” terbitan

2011, Fareed Zakaria ”Masa Depan Kebebasan” terbitan 2002, Eisenstadt

”Revolusi dan Transformasi Masyarakat” terbitan 1987, Guillermo O’Donnell,

Philippe C. Schmitter, Laurence Whitehead “Transformasi Menuju Demokrasi

terbitan 1993, Gregorius Sahdan “Jalan Transisi Demokrasi” terbitan 2004.

Sumber data yang telah diperoleh kemudian dikaji, diklasifikasikan dan

selanjutnya dibandingkan antara sumber yang satu dengan yang lainnya serta

dianalisis data tersebut sehingga diperoleh data sejarah yang akurat yang dapat

digunakan untuk menyusun cerita sejarah yang obyektif, menarik dan dapat

dipertanggungjawabkan.

D.

Teknik Pengumpulan Data

Gambar

Tabel Daftar Negara-negara
Tabel 1. Data Negara Mesir
Tabel 2.  Daftar Partai Politik Mesir
Tabel 3.  Tabel Pendapatan Negara-negara Arab dari Minyak Bumi
+2

Referensi

Dokumen terkait

Jika setelah penghentian secara paksa kegiatan, sarana, dan penutupan tempat hiburan sebagaimana dimaksud pada huruf c, pengelola dan/atau pemilik tempat hiburan tetap

Pada Gambar 9 merupakan plotting transformasi biorthogonal dari penderita polip dengan waktu fonasi sepanjang data 3.5x10 4 pada skala frekuensi sepanjang 9 hingga

Dari tujuh karakteristik responden Desa Cinagara dan Desa Pasir Buncir hanya dua karakter yang akan diuji dengan menggunakan pengujian regresi linear berganda, diduga dua

Yang diniali dalam kegiatan show-case oleh dewan juri meliputi dua hal pokok, yaitu fortopolionya itu sendiri dan penyajian lisan. Hasil penilaian terhadap duahal

Retensi Urin b/d obstruksi saluran kemih yang bermuara ke vesika urinaria Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x 24 jam, diharapkan pasien berkemih dengan

Dengan adanya permasalahan yang diuraikan tersebut, khususnya terkait kinerja karyawan yang kurang baik dalam memanfaatkan sistem informasi akuntansi pada BPR

Metode yang digunakan untuk MXGXO µ3HQJDUXK Social Media Marketing Melalui Blackberry Messenger Terhadap Minat Beli Konsumen di PT Agung Automal (Agung Toyota)

responden berdasarkan status gizi di Sekolah Dasar Kecamatan Rangsang Kabupaten Kepulauan Meranti didapatkan bahwa status gizi sangat kurus paling banyak dengan