• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PEMANTAPAN KEMAMPUAN PROFESIONAL (PKP) PENGGUNAAN MEDIA GUNTING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PEMANTAPAN KEMAMPUAN PROFESIONAL (PKP) PENGGUNAAN MEDIA GUNTING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

LAPORAN PEMANTAPAN KEMAMPUAN PROFESIONAL (PKP) PENGGUNAAN MEDIA GUNTING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK DI TK QANITAH KECAMATAN CIPATAT KABUPATEN BANDUNG BARAT

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional – PAUD 4501

Disusun Oleh :

Nama : Siti Khodijah

Nim : 815118466

Pokjar : BANDUNG

2011

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya setiap manusia bersifat dinamis dan memiliki dorongan ingin tahu tentang segala sesuatu, baik yang berhubungan dengan makhluk hidup lain, kebendaan, kejadian maupun perbuatan. Sifat dinamis dan rasa ingin tahu merupakan potensi dasar yang harus dikembangkan secara terarah dan optimal.

Dengan sifat dasar alami setiap manusia, kita bisa melihat dengan nyata dimana anak-anak begitu sering asyik bermain-main dengan sesuatu benda atau melakukan sesuatu perbuatan yang dirinya sendiri belum mengetahui manfaat dan bahayanya. Kondisi ini merupakan indikasi objektif yang membenarkan bahwa setiap manusia bersifat dinamis dan memiliki rasa ingin tahu, misalnya tentang benda-benda tajam seperti pisau, silet, cutter, alat mencocok, gunting dan lain-lain.

murid dan anak-anak mereka untuk memegang dan menggunakan gunting, tanpa memberi penjelasan kepada anaknya. Sikap perilaku tersebut semata-mata hanya karena kekhawatiran guru dan orang tua yang takut anaknya terluka karena tergunting, barang-barangnya rusak/berantakan atau mungkin merasa jengkel dengan segala aktivitas anaknya tersebut. Sikap semacam itu bukan hanya tidak bijaksana, tetapi juga sekaligus dapat mematikan potensi positif dalam diri anak.

Sebenarnya aktivitas anak merupakan kunci pokok dari suatu kegiatan belajar. Sementara itu interaksi anak dengan sesuatu benda atau suatu perbuatan yang dilakukan anak merupakan suatu kegiatan yang dapat direkayasa sedemikian rupa, sehingga menjadi suatu kegiatan belajar. Seperti halnya kegiatan menggunting. Dengan demikian sifat dinamis dan rasa ingin tahu anak tentang sesuatu benda atau perbuatan bisa didesain menjadi suatu proses edukatif. Dalam hal ini anak dapat diarahkan pada perkembangan motorik.

balok, menggunting, menulis dan sebagainya. Kedua kemampuan tersebut jelas sangat diperlukan anak agar mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.

Dalam standar kompetensi kurikulum TK tercantum bahwa tujuan pendidikan di TK adalah membantu mengembangkan berbagai potensi anak baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian, dan seni untuk memasuki pendidikan dasar. Untuk itu anak TK belajar dari guru tentang berbagai hal termasuk gerakan motorik halus.

Berdasarkan observasi di TK Qanitah anak-anak menunjukkan keterlambatan dalam keterampilan motorik halusnya, yang ditandai dengan kurang terampilnya siswa dalam penggunaan media gunting. Ketidakmaksimalan ini penyebabnya adalah pengelolaan kelas, yaitu penggunaan media dalam menumbuhkembangkan kreativitas anak dalam meningkatkan keterampilan motorik halusnya.

Pendidikan di TK dalam pelaksanaan pembelajaran guru harus mempunyai kemampuan menyesuaikan media sesuai dengan karakteristik tujuan anak yang diberi pembelajaran.

Dengan demikian, belajar melalui benda konkrit seperti media gunting untuk meningkatkan motorik halus anak dipandang akan lebih efektif. Oleh karena itu dalam penelitian ini akan diangkat suatu judul “Penggunaan Media Gunting untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak di Tk Qanitah Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka secara umum pokok permasalahan penelitian ini adalah : Bagaimana penggunaan media gunting dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak di TK Qanitah. Mengingat luasnya permasalahan tersebut maka penulis batasi pada sub-sub masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Gambaran kemampuan motorik halus anak di TK Qanitah Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat?

2. Bagaimana Efektivitas penggunaan media gunting dalam pembelajaran 3M di TK Qanitah Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat ?

3. Bagaimana pengaruh penggunaan media gunting dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak di TK Qanitah Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat?

Untuk mengetahui bagaimana penggunaan media gunting dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak di TK Qanitah Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat.

2. Tujuan Secara Khusus :

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

a. Untuk memperoleh Gambaran kemampuan motorik halus anak di TK Qanitah Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat.

b. Untuk mengetahui efektivitas penggunaan media gunting dalam pembelajaran 3M di TK Qanitah Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat?

c. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan media gunting dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak di TK Qanitah Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat?

D. Manfaat Perbaikan 1. Manfaat Secara Teoritis :

a. Penelitian ini senantiasa menjadi wahana untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru dalam penggunaan media pembelajaran pada jenjang TK.

b. Penelitian ini senantiasa menjadi wahana untuk menerapkan kemampuan penelitian ilmiah dalam mengkaji permasalahan di bidang pendidikan pada jenjang TK

a. Bagi Guru, penelitian ini semoga menjadi masukan untuk meningkatkan kemampuan dalam pemilihan media pembelajaran yang efektif bagi pembelajaran di tingkat TK.

b. Bagi Siswa, senantiasa membangkitkan motivasi serta meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa di tingkat TK.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Media Pembelajaran

1. Pengertian Media

Istilah media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari “medium”. Secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Pengertian umumnya

adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi.

Media menurut AECT adalah segala sesuatu yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan. Sedangkan Gagne mengartikan media sebagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang mereka untuk belajar. Briggs mengartikan media sebagai alat untuk memberikan perangsang bagi siswa agar terjadi proses belajar

2. Media Pembelajaran

Pekerjaan mengajar tidak selalu harus diartikan sebagai kegiatan menyajikan materi pelajaran. Meskipun penyajian materi pelajaran memang merupakan bagian dari kegiatan pembelajaran, tetapi bukanlah satu-satunya. Masih banyak cara lain yang dapat dilakukan guru untuk membuat siswa belajar. Peran yang seharusnya dilakukan guru adalah mengusahakan agar setiap siswa dapat berinteraksi secara aktif dengan berbagai sumber balajar yang ada.

Media pembelajaran adalah media yang digunakan dalam pembelajaran, yaitu meliputi alat bantu guru dalam mengajar serta sarana pembawa pesan dari sumber belajar ke penerima pesan belajar (siswa). Sebagai penyaji dan penyalur pesan, media belajar dalam hal-hal tertentu bisa mewakili guru menyajiakan informasi belajar kepada siswa.

Peran media dalam komunikasi pembelajaran di TK sangat penting artinya mengingat perkembangan anak saat itu berada pada masa konkrit. Oleh karena itu, salah satu prinsip pembelajaran di TK adalah kekonkritan. Dengan demikian pembelajaran di TK harus menggunakan sesuatu yang memungkinkan anak dapat belajar secara konkret. Prinsip kekonkritan tersebut mengisyaratkan perlunya digunakan media sebagai saluran penyampai pesan dari guru kepada anak agar pesan tersebut dapat diserap anak dengan baik. Dengan demikian diharapkan terjadi perubahan-perubahan perilaku berupa kemampuan dalam pengetahuan, sikap dan keterampilan. yang menjadi pusat dalam kegiatan pembelajaran bukanlah guru melainkan anak. Hal ini berarti perlunya beragai fasilitas belajar, termasuk media pembelajaran.

Hasil penelitian British Audio-Visual Association menghasilkan temuan bahwa rata-rata jumlah informasi yang diterima indra adalah :

75 % melalui indra penglihatan 13 % melalui indra pendengaran

6 % melalui indra sentuhan dan perabaan 6 % melalui indra penciuman dan lidah.

Dari data tersebut menunjukan bahwa penggunaan media yang dapat dilihat (visual) dalam pembelajaran di TK lebih menguntungkan dibandingkan dengan penyampaian secara verbal. Gunting sebagai salah satu media pembelajaran dapat digunakan guru untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak.

3. Gunting

Dalam Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pendidikan Dasar hal 249 dituliskan “Gunting” kb 1 alat perkakas untuk memotong kain (rambut dan sebagainya) 2 menggunting kk memotong (memangkas dan sebagainya) dengan memakai gunting.

4. Langkah-langkah Penggunaan Media Gunting

a. Guru menyediakan peralatan gunting sesuai dengan jumlah anak b. Guru menyediakan lembaran kertas kosong sesuai dengan jumlah anak c. Guru menjelaskan kepada anak cara memegang gunting yang benar

f. Guru memperbaiki beberapa anak yang kurang mampu cara menggunting kertas yang baik dan benar

g. Guru membagikan kertas berpola gambar yang sudah disiapkan sebelumnya h. Guru memperagakan cara menggunting kertas berpola gambar yang baik dan

benar

i. Anak mempraktekan cara menggunting kertas berpola gambar seperti yang telah diperagakan guru

j. Guru dan anak melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan

k. Guru memberikan penilaian hasil pekerjaaan anak

5. Manfaat Media Pembelajaran

Secara umum manfaat media pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran lebih afektif dan efisien. Sedangkan secara lebih khusus manfaat media pembelajaran adalah:

a. Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan

Dengan bantuan media pembelajaran, penafsiran yang berbeda antar guru dapat dihindari dan dapat mengurangi terjadinya kesenjangan informasi diantara siswa dimanapun berada.

b. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik

c. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif

Dengan media akan terjadinya komukasi dua arah secara aktif, sedangkan tanpa media guru cenderung bicara satu arah.

d. Efisiensi dalam waktu dan tenaga

Dengan media tujuan belajar akan lebih mudah tercapai secara maksimal dengan waktu dan tenaga seminimal mungkin. Guru tidak harus menjelaskan materi ajaran secara berulang-ulang, sebab dengan sekali sajian menggunakan media, siswa akan lebih mudah memahami pelajaran.

e. Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa

Media pembelajaran dapat membantu siswa menyerap materi belajar lebih mandalam dan utuh. Bila dengan mendengar informasi verbal dari guru saja, siswa kurang memahami pelajaran, tetapi jika diperkaya dengan kegiatan melihat, menyentuh, merasakan dan mengalami sendiri melalui media pemahaman siswa akan lebih baik.

f. Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja Media pembelajaran dapat dirangsang sedemikian rupa sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar dengan lebih leluasa dimanapun dan kapanpun tanpa tergantung seorang guru. Perlu kita sadari waktu belajar di sekolah sangat terbatas dan waktu terbanyak justru di luar lingkungan sekolah.

Proses pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga mendorong siswa untuk mencintai ilmu pengetahuan dan gemar mencari sendiri sumber-sumber ilmu pengetahuan.

h. Mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif

Guru dapat berbagi peran dengan media sehingga banyak memiliki waktu untuk memberi perhatian pada aspek-aspek edukatif lainnya, seperti membantu kesulitan belajar siswa, pembentukan kepribadian, memotivasi belajar, dan lain-lain

B. Perkembangan Motorik Halus

1. Pengertian Perkembangan Motorik Halus

Menurut Nursalam (2005) perkembangan motorik halus adalah “kemampuan anak untuk mengamati sesuatu dan melakukan gerak yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan otot-otot kecil, memerlukan koordinasi yang cermat serta tidak memerlukan banyak tenaga.”

Sedangkan menurut Moelichatoen (2004) motorik halus adalah “merupakan kegiatan yang menggunakan otot-otot halus pada jari dan tangan. Gerakan ini keterampilan bergerak”.

2. Kemampuan Motorik Halus Anak TK a. Anak Usia 3-4 Tahun

4) Menuang air dari teko

5) Memegang garpu dengan cara menggenggam 6) Membawa sesuatu dengan penjepit

7) Apabila diberikan gambar kepala badan manusia yang belum lengkap, ia akan dapat menambahkan paling sedikit dua organ tubuh

8) Membuka kancing dan melepas ikat pinggang

9) menggambar lingkaran namun bentuknya masih kasar.

b. Anak Usia 4-5 Tahun 1) mengikat tali sepatu

2) memasukan surat ke dalam amplop 3) memoleskan selai di atas roti

4) membentuk berbagai objek dengan tanah liat

5) mencuci dan mengeringkan muka tanpa membasahi baju

6) memasukan benang ke dalam lubang jarum (Sujiono, 2007:1.15-1.16)

3. Fungsi Perkembangan Motorik Halus

Menurut Mudjito (2007: ) mencatat beberapa alasan tentang fungsi perkembangan motorik halus yaitu :

a. Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang.

b. Melalui keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi helpessness (tidak berdaya) pada bulan-bulan pertama kehidupannya.

c. Melalui keterampilan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah.

Karakter perkembangan motorik halus menurut Walkay dalam Mudjito (2007) dapat disimpulkan bahwa keterampilan motorik halus yang paling utama adalah: a. Pada saat anak usia 3 tahun, kemampuan gerak halus anak belum berbeda dari

kemampuan gerak halus anak bayi.

b. Pada usia 4 tahun, koordinasi motorik halus anak secara substansial sudah mengalami kemajuan dan gerakannya sudah lebih cepat, bahkan cenderung sempurna.

c. Pada usia 5 tahun, koordinasi motorik anak sudah lebih sempurna lagi tangan, lengan, dan tubuh bergerak di bawah koordinasi mata.

d. Pada akhir masa kanak-kanak usia 6 tahun ia belajar bagaimana menggunakan jemari dan pergelangan tangannya untuk menggunakan ujung pensil.

5. Faktor – Faktor Perkembangan Motorik Anak

Faktor-faktor yang membantu meningkatkan motorik anak yang dapat dilakukan oleh guru TK adalah :

a. Menyediakan peralatan atau lingkungan yang memungkinkan anak melatih keterampilan motoriknya.

b. Setiap anak memiliki jangka waktu sendiri dalam menguasai suatu keterampilan. c. Aktivitas fisik anak yang bervariasi, yaitu aktivitas fisik untuk bermain dan

bergembira sambil menggerakkan anggota tubuh.

6. Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak TK

Motorik adalah semua gerakan yang mungkin dapat dilakukan oleh seluruh tubuh, sedangkan gerakan motorik dapat disebut sebagai perkembangan dari unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh. Perkembangan motorik ini erat kaitannya dengan pusat motorik di otak. Perkembangan motorik berkembang sejalan dengan kematangan syaraf dan otak. Oleh sebab itu, setiap gerakan yang dilakukan anak sesederhana apapun, sebenarnya merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai dan sistem dalam tubuh yang dikontrol otak, otaklah yang berfungsi sebagai bagian dari susunan syaraf yang mengatur dan mengontrol semua aktivitas fisik dan mental seseorang.

Aktivitas anak terjadi di bawah kontrol otak. Secara simultan dan berkesinambungan, otak terus mengolah informasi yang ia terima. Bersamaan dengan itu, otak bersama jaringan syaraf yang membentuk sistem syaraf pusat yang mencakup lima pusat kontrol, akan mendiktekan setiap gerak anak. Dalam kaitannya dengan perkembangan motorik anak, perkembangan motorik berhubungan dengan perkembangan kemampuan gerak anak. Gerak merupakan unsur utama dalam perkembangan motorik anak, oleh sebab itu, perkembangan kemampuan motorik anak akan dapat terlihat secara jelas melalui berbagai gerakan dan permainan yang mereka lakukan.

membutuhkan koordinasi sebagian besar bagian tubuh anak. Seperti meloncat, memanjat, berlari, menaiki sepeda, berdiri dengan satu kaki dan sebagainya. Gerakan motorik halus adalah bila gerakan hanya melibatkan bagian-bagin tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti keterampilan menggunakan jari jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat. Gerakan ini membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang cermat.

Gerakan motorik halus yang terlihat saat usia TK, antara lain adalah anak mulai dapat menyikat giginya, menyisir, memakai sepatu sendiri, menggunting dan sebagainya.

Pengembangan motorik pada anak TK adalah merupakan proses memperoleh keterampilan dan pola gerakan yang dapat dilakukan anak. Dalam mempelajari kemampuan motorik halus anak belajar ketepatan koordinasi tangan dan mata. Anak juga belajar menggerakan pergelangan tangan agar lentur dan anak belajar berkreasi dan berimajinasi.

Untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak TK sudah barang tentu memerlukan bantuan guru. Disini guru dituntut untuk dapat menjalankan perannya sebagai guru TK sehingga anak benar-benar dapat berkembang secara optimal.

BAB III PELAKSANAAN PERBAIKAN

A. Informasi Subjek Penelitian

Perbaikan kemampuan motorik halus anak di kelompok B TK Qanitah Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat Tahun Pelajaran 2011/2012 dengan media gunting. Seberapa besar kontribusi yang diberikan dengan media ini, sehingga akan tercapai kegiatan belajar yang menyenangkan dan menarik bagi anak.

Kelompok : B

Tema / Sub Tema : Siklus I Makanan/Macam-macam makanan Siklus II Pakaian/macam-macam pakaian Waktu : Siklus I Tanggal 3 - 7 Oktober 2011

Siklus II Tanggal 10 – 14 Oktober 2011

Jumlah seluruh siswa kelompok B adalah 13 orang, terdiri dari 7 orang anak laki-laki dan 6 orang anak perempuan. Kemampuan masing-masing anak di TK Qanitah berbeda satu sama lainnya. Hal ini dianggap wajar karena memang mereka datang dari latar belakang yang berbeda seperti latar belakang keluarga dan tempat tinggal.

Tapi secara umumnya tumbuh kembang semua anak di sekolah terlihat baik, karena guru memberikan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik perkembangan anak TK.

B. Deskripsi per Siklus

Kegiatan pengembangan ini dilaksanakan dalam dua siklus yang masing-masing siklus terdiri dari lima hari pembelajaran, 5 SKH, 5 skenario perbaikan dan 5 lembar observasi.

1. Siklus I a. Perencanaan

Perencanaan pada siklus 1 diawali dengan membuat perencanaan pembelajaran atau SKH (Satuan Kegiatan Harian).

SKH 1 1) Pembukaan

Diawali dengan mengucapkan salam, berdo’a, bercakap-cakap tentang macam-macam makanan kesukaan dan bernyanyi “aku anak sehat”.

2) Inti

Di kegiatan ini anak menggunting gambar buah apel, menghubungkan tulisan dengan gambar dan mengelompokkan gambar macam-macam makanan.

3) Istirahat

Anak-anak sebelum makan cuci tangan dan berdo’a dulu, kemudian bermain bersama.

4) Penutup

Di kegiatan akhir anak bermain tepuk “tepuk sate”, evaluasi, berdo’a, mengucapkan salam dan pulang.

SKH 2

Diawali dengan mengucapkan salam, berdo’a, bercakap-cakap tentang makanan kesukaan dan bertepuk “tepuk kuman”.

2) Inti

Di kegiatan ini anak menggunting gambar es krim, mengurutkan gambar dengan huruf dan menghitung jumlah makanan.

3) Istirahat

Anak-anak sebelum makan cuci tangan dan berdo’a dulu, kemudian bermain bersama.

4) Penutup

Di kegiatan akhir anak bernyanyi “buah-buahan (Bahasa Inggris)”, evaluasi, berdo’a, mengucapkan salam dan pulang.

SKH 3 1) Pembukaan

Diawali dengan mengucapkan salam, berdo’a, bercakap-cakap tentang makanan binatang dan bernyanyi individual.

2) Inti

Di kegiatan ini anak menggunting gambar ikan, menghubungkan makanan binatang dengan tulisannya dan mengelompokkan makanan binatang.

Anak-anak sebelum makan cuci tangan dan berdo’a dulu, kemudian bermain bersama.

4) Penutup

Di kegiatan akhir anak bermain tepuk “tepuk ikan”, evaluasi, berdo’a, mengucapkan salam dan pulang.

SKH 4

1) Pembukaan

Diawali dengan mengucapkan salam, berdo’a, bercakap-cakap tentang macam-macam minuman dan bernyanyi “pok ame-ame”.

2) Inti

Di kegiatan ini anak menggunting gambar gelas, menebalkan tulisan macam-macam minuman dan menghubungkan gambar dengan bilangan.

3) Istirahat

Anak-anak sebelum makan cuci tangan dan berdo’a dulu, kemudian bermain bersama.

4) Penutup

Di kegiatan akhir anak mendengarkan sajak sederhana “aku sehat”, evaluasi, berdo’a, mengucapkan salam dan pulang.

1) Pembukaan

Diawali dengan mengucapkan salam, berdo’a, bercakap-cakap tentang minuman kesukaan dan menebak judul lagu .

2) Inti

Di kegiatan ini anak menggunting gambar minuman kesukaan dari koran atau majalah, menghubungkan gambar dengan tulisannya dan mengelompokkan gambar minuman.

3) Istirahat

Anak-anak sebelum makan cuci tangan dan berdo’a dulu, kemudian bermain bersama.

4) Penutup

Di kegiatan akhir anak bernyanyi “kalau kau senang hati”, evaluasi, berdo’a, mengucapkan salam dan pulang.

b. Langkah-langkah perbaikan 1) Skenario perbaikan SKH 1

Guru memberikan penjelasan tentang manfaat gunting dengan menggunakan

bahasa yang jelas dan sederhana, menggunakan alat peraga, memberikan penjelasan

tentang bahaya gunting, cara memegang gunting, memberikan contoh cara

menggunting, memberi kesempatan anak untuk bertanya, meminta anak untuk

berhati-hati menggunakan gunting, meminta anak untuk memegang gunting,

anak yang belum bisa menggunting, memberikan penilaian, mengajak anak untuk

menceritakan proses menggunting dan menyimpan kembali gunting ke tempat

semula.

2) Skenario perbaikan SKH 2

Guru memberikan penjelasan tentang manfaat gunting dengan menggunakan

bahasa yang jelas dan sederhana, menggunakan alat peraga, memberikan penjelasan

tentang bahaya gunting, cara memegang gunting, memberikan contoh cara

menggunting, memberi kesempatan anak untuk bertanya, meminta anak untuk

berhati-hati menggunakan gunting, meminta anak untuk memegang gunting,

menyuruh anak untuk menggunting gambar, melihat proses menggunting, membantu

anak yang belum bisa menggunting, memberikan penilaian, mengajak anak untuk

menceritakan proses menggunting dan menyimpan kembali gunting ke tempat

semula.

3) Skenario perbaikan SKH 3

Guru memberikan penjelasan tentang manfaat gunting dengan menggunakan

bahasa yang jelas dan sederhana, menggunakan alat peraga, memberikan penjelasan

tentang bahaya gunting, cara memegang gunting, memberikan contoh cara

menggunting, memberi kesempatan anak untuk bertanya, meminta anak untuk

berhati-hati menggunakan gunting, meminta anak untuk memegang gunting,

anak yang belum bisa menggunting, memberikan penilaian, mengajak anak untuk

menceritakan proses menggunting dan menyimpan kembali gunting ke tempat

semula.

4) Skenario perbaikan SKH 4

Guru memberikan penjelasan tentang manfaat gunting dengan menggunakan

bahasa yang jelas dan sederhana, menggunakan alat peraga, memberikan penjelasan

tentang bahaya gunting, cara memegang gunting, memberikan contoh cara

menggunting, memberi kesempatan anak untuk bertanya, meminta anak untuk

berhati-hati menggunakan gunting, meminta anak untuk memegang gunting,

menyuruh anak untuk menggunting gambar, melihat proses menggunting, membantu

anak yang belum bisa menggunting, memberikan penilaian, mengajak anak untuk

menceritakan proses menggunting dan menyimpan kembali gunting ke tempat

semula.

5) Skenario perbaikan SKH 5

Guru memberikan penjelasan tentang manfaat gunting dengan menggunakan

bahasa yang jelas dan sederhana, menggunakan alat peraga, memberikan penjelasan

tentang bahaya gunting, cara memegang gunting, memberikan contoh cara

menggunting, memberi kesempatan anak untuk bertanya, meminta anak untuk

berhati-hati menggunakan gunting, meminta anak untuk memegang gunting,

anak yang belum bisa menggunting, memberikan penilaian, mengajak anak untuk

menceritakan proses menggunting dan menyimpan kembali gunting ke tempat

semula.

c. Pelaksanaan

1) Menentukan Penilai 1 dan 2

Penilai 1 adalah Ibu Nani Cahyani, S.Pd, dan penilai 2 adalah Bapak Carlim, S.Ag., dengan menggunakan surat pernyataan kesediaan berperan menjadi penilai dan ditandatangani oleh kepala sekolah TK Qanitah yang beralamat di Kp. Kiara RT 01 RW 12 Desa Mandalawangi Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat.

2) Tugas Penilai 1 dan 2

Tugas penilai 2 adalah mempelajari buku panduan PKP, mempelajari APKG 1 dan 2, menilai SKH, menilai skenario perbaikan, mengisi lembar observasi, menyerahkan APKG 1 dan 2, dan menilai PKP bersama Supervisor.

3) Tugas Supervisor

Memberikan orientasi PKP, membimbing dan memberikan supevisi, menilai rancangan satu siklus dalam tiap siklus, mereview SKH, skenario perbaikan, lembar observasi, refleksi dan mereview hasil APKG 1 dan 2, menilai simulasi, membimbing dan memberi masukan terhadap laporan PKP, menilai laporan, merekapitulasi nilai praktek dan menyerahkan rekapitulasi nilai praktek dan laporan PKP ke UPBJJ UT.

d. Prosedur Kegiatan Pengembangan

Prosedur kegiatan pengembangan yang utama adalah memberikan penjelasan tentang gunting, mengenal bentuk, cara memegang, dan menyuruh anak menggunting gambar yang telah disediakan guru juga yang di ambil dari koran dan majalah dengan mengutamakan proses pelaksanaan pembelajaran dari pada melihat hasil akhir.

e. Pengamatan/Pengumpulan data/instrumen

f. Refleksi

Setelah melaksanakan perbaikan dalam kegiatan pengembangan penelitian meninjau kembali apa saja kelemahan dan kekuatan dari pembelajaran yang telah dilaksanakan dan apa saja hal-hal yang perlu diperbaiki selanjutnya. Hasil refleksi dari skenario perbaikan 1-5 kekuatan dan kelemahan tindakan perbaikan setelah melaksanakan :

 Skenario perbaikan 1

Kekuatan : dengan memberikan penjelasan tentang manfaat, bentuk, cara menggunakan dan bahaya gunting, sehingga anak menjadi tahu bahwa gunting selain berguna juga berbahaya.

Kelemahan : masih ada anak yang belum bisa memegang gunting dengan benar.

 Skenario perbaikan 2

Kekuatan : dengan memberikan penjelasan tentang manfaat, bentuk, cara menggunakan dan bahayanya gunting, sehingga anak menjadi tahu bahwa gunting selain berguna juga berbahaya.

Kelemahan: masih ada anak yang belum bisa menggunakan gunting dengan benar.

Kekuatan : dengan memberikan penjelasan tentang cara menggunakan, memegang dan melaksanakan kegiatan menggunting sehingga anak menjadi tahu menggunting bentuk.

Kelemahan: masih ada anak yang belum bisa menggunting gambar dengan benar.

 Skenario perbaikan 4

Kekuatan : dengan memberikan penjelasan tentang manfaat, bentuk, cara menggunakan dan bahayanya gunting, sehingga anak menjadi tahu bahwa gunting selain berguna juga berbahaya.

Kelemahan : masih ada anak yang belum rapi dalam menggunting gambar pola.

 Skenario perbaikan 5

Kekuatan : dengan memberikan penjelasan tentang manfaat, bentuk, cara menggunakan dan bahayanya gunting, sehingga anak menjadi tahu bahwa gunting selain berguna juga berbahaya.

Kelemahan : masih ada anak yang belum rapi dalam menggunting gambar dari majalah atau koran.

Kekuatan diri : sebelum membuat perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi, terlebih dahulu melihat kemampuan dan karakteristik anak, sehingga dalam pelaksanaan kegiatan perbaikan pengembangan pembelajaran dapat terlaksana dengan hasil yang sesuai, dan merupakan tantangan baru bagi peneliti untuk menggunakan strategi pembelajaran dan anak merasa senang dengan kegiatan yang dilaksanakan.

Kelemahan diri : selain memberikan penjelasan peneliti juga harus dapat memberikan kegiatan yang tidak membosankan bagi anak, melaksanakan kegiatan pengembangan pembelajaran dengan menggunakan media gunting sering dilakukan.

2. Siklus II

a. Perencanaan

Perencanaan pada siklus II diawali dengan membuat perencanaan pembelajaran atau SKH (Satuan Kegiatan Harian).

SKH 6 1). Pembukaan

Diawali dengan mengucapkan salam, berdo’a, bercakap-cakap tentang macam-macam jenis pakaian dan bermain tepuk “tepuk polisi”.

Di kegiatan ini anak menggunting gambar baju, menghubungkan gambar macam-macam pakaian dengan tulisannya dan mengelompokkan gambar macam-macam-macam-macam pakaian.

3). Istirahat

Anak-anak sebelum makan cuci tangan dan berdo’a dulu, kemudian bermain bersama.

4). Penutup

Di kegiatan akhir anak bernyanyi “polingga”, evaluasi, berdo’a, mengucapkan salam dan pulang.

SKH 7

1) Pembukaan

Diawali dengan mengucapkan salam, berdo’a, bercakap-cakap tentang pakaian untuk bekerja dan bertepuk “tepuk dokter”.

2) Inti

Di kegiatan ini anak menggunting gambar jenis-jenis pakaian untuk bekerja, menebalkan tulisan dan menghitung gambar pakaian.

3) Istirahat

Anak-anak sebelum makan cuci tangan dan berdo’a dulu, kemudian bermain bersama.

Di kegiatan akhir anak bernyanyi “pak pilot”, evaluasi, berdo’a, mengucapkan salam dan pulang.

SKH 8

1) Pembukaan

Diawali dengan mengucapkan salam, berdo’a, bercakap-cakap tentang pakaian daerah dan bernyanyi “senggol dendang”.

2) Inti

Di kegiatan ini anak menggunting gambar pakaian adat,menulis huruf depan gambar dan menyebutkan urutan bilangan dengan gambar.

3) Istirahat

Anak-anak sebelum makan cuci tangan dan berdo’a dulu, kemudian bermain bersama.

4) Penutup

Di kegiatan akhir anak bermain tepuk “tepuk kabayan”, evaluasi, berdo’a, mengucapkan salam dan pulang.

SKH 9

1) Pembukaan

2) Inti

Di kegiatan ini anak menggunting gambar boneka, menebalkan tulisan minuman dan mengelompokkan gambar dengan bilangan.

3) Istirahat

Anak-anak sebelum makan cuci tangan dan berdo’a dulu, kemudian bermain bersama.

4) Penutup

Di kegiatan akhir anak bermain tepuk “tepuk badut”, evaluasi, berdo’a, mengucapkan salam dan pulang.

SKH 10 1) Pembukaan

Diawali dengan mengucapkan salam, berdo’a, bercakap-cakap tentang asal mula pakaian dan bernyanyi kelompok.

2) Inti

Di kegiatan ini anak menggunting kain, menghubungkan gambar dengan tulisannya dan mengurutkan gambar dengan angka.

3) Istirahat

Anak-anak sebelum makan cuci tangan dan berdo’a dulu, kemudian bermain bersama.

Di kegiatan akhir anak bermain tepuk “tepuk kupu-kupu”, evaluasi, berdo’a, mengucapkan salam dan pulang.

b. Langkah-langkah perbaikan 1) Skenario perbaikan SKH 6

Guru memberikan penjelasan tentang manfaat gunting dengan menggunakan

bahasa yang jelas dan sederhana, menggunakan alat peraga, memberikan penjelasan

tentang bahaya gunting, cara memegang gunting, memberikan contoh cara

menggunting, memberi kesempatan anak untuk bertanya, meminta anak untuk

berhati-hati menggunakan gunting, meminta anak untuk memegang gunting,

menyuruh anak untuk menggunting gambar, melihat proses menggunting, membantu

anak yang belum bisa menggunting, memberikan penilaian, mengajak anak untuk

menceritakan proses menggunting dan menyimpan kembali gunting ke tempat

semula.

2) Skenario perbaikan SKH 7

Guru memberikan penjelasan tentang manfaat gunting dengan menggunakan

bahasa yang jelas dan sederhana, menggunakan alat peraga, memberikan penjelasan

tentang bahaya gunting, cara memegang gunting, memberikan contoh cara

menggunting, memberi kesempatan anak untuk bertanya, meminta anak untuk

berhati-hati menggunakan gunting, meminta anak untuk memegang gunting,

anak yang belum bisa menggunting, memberikan penilaian, mengajak anak untuk

menceritakan proses menggunting dan menyimpan kembali gunting ke tempat

semula.

3) Skenario perbaikan SKH 8

Guru memberikan penjelasan tentang manfaat gunting dengan menggunakan

bahasa yang jelas dan sederhana, menggunakan alat peraga, memberikan penjelasan

tentang bahaya gunting, cara memegang gunting, memberikan contoh cara

menggunting, memberi kesempatan anak untuk bertanya, meminta anak untuk

berhati-hati menggunakan gunting, meminta anak untuk memegang gunting,

menyuruh anak untuk menggunting gambar, melihat proses menggunting, membantu

anak yang belum bisa menggunting, memberikan penilaian, mengajak anak untuk

menceritakan proses menggunting dan menyimpan kembali gunting ke tempat

semula.

4) Skenario perbaikan SKH 9

Guru memberikan penjelasan tentang manfaat gunting dengan menggunakan

bahasa yang jelas dan sederhana, menggunakan alat peraga, memberikan penjelasan

tentang bahaya gunting, cara memegang gunting, memberikan contoh cara

menggunting, memberi kesempatan anak untuk bertanya, meminta anak untuk

berhati-hati menggunakan gunting, meminta anak untuk memegang gunting,

anak yang belum bisa menggunting, memberikan penilaian, mengajak anak untuk

menceritakan proses menggunting dan menyimpan kembali gunting ke tempat

semula.

5) Skenario perbaikan SKH 10

Guru memberikan penjelasan tentang manfaat gunting dengan menggunakan

bahasa yang jelas dan sederhana, menggunakan alat peraga, memberikan penjelasan

tentang bahaya gunting, cara memegang gunting, memberikan contoh cara

menggunting, memberi kesempatan anak untuk bertanya, meminta anak untuk

berhati-hati menggunakan gunting, meminta anak untuk memegang gunting,

menyuruh anak untuk menggunting gambar, melihat proses menggunting, membantu

anak yang belum bisa menggunting, memberikan penilaian, mengajak anak untuk

menceritakan proses menggunting dan menyimpan kembali gunting ke tempat

semula.

c. Pelaksanaan

1) Menentukan Penilai 1 dan 2

ditandatangani oleh kepala sekolah TK Qanitah yang beralamat di Kp. Kiara RT 01 RW 12 Desa Mandalawangi Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat.

2) Tugas Penilai 1 dan 2

Tugas penilai 1 adalah mempelajari buku panduan PKP, mempelajari APKG 1 dan 2, menilai SKH, menilai skenario perbaikan, mengisi lembar observasi dan menyerahkan APKG 1 dan 2 kepada Praktikan.

Tugas penilai 2 adalah mempelajari buku panduan PKP, mempelajari APKG 1 dan 2, menilai SKH, menilai skenario perbaikan, mengisi lembar observasi, menyerahkan APKG 1 dan 2, dan menilai PKP bersama Supervisor.

3) Tugas Supervisor

Memberikan orientasi PKP, membimbing dan memberikan supevisi, menilai rancangan satu siklus dalam tiap siklus, mereview SKH, skenario perbaikan, lembar observasi, refleksi dan mereview hasil APKG 1 dan 2, menilai simulasi, membimbing dan memberi masukan terhadap laporan PKP, menilai laporan, merekapitulasi nilai praktek dan menyerahkan rekapitulasi nilai praktek dan laporan PKP ke UPBJJ UT.

d. Prosedur Kegiatan Pengembangan

e. Pengamatan/Pengumpulan data/instrumen

Dalam melaksanakan perbaikan pengembangan pada siklus 1 dan 2 menggunakan pengumpulan data melalui hasil karya atau penugasan kepada anak, menetapkan instrumen penilaian dan data observasi.

f. Refleksi

Setelah melaksanakan perbaikan dalam kegiatan pembelajaran dan pengembangan, peneliti melakukan refleksi diri apakah selama melaksanakan perbaikan pengembangan memiliki kelebihan atau kekurangan untuk diperbaiki selanjutnya.

 Skenario perbaikan 6

Kekuatan : dengan memberikan penjelasan tentang manfaat, bentuk, cara menggunakan dan bahayanya gunting, sehingga anak menjadi tahu bahwa gunting selain berguna juga berbahaya.

Kelemahan : gunting masih ada anak yang belum bisa memegang dengan benar.

 Skenario perbaikan 7

Kekuatan : dengan memberikan penjelasan tentang manfaat, bentuk, cara menggunakan dan bahayanya gunting, sehingga anak menjadi tahu bahwa gunting selain berguna juga berbahaya.

 Skenario perbaikan 8

Kekuatan : dengan memberikan penjelasan tentang cara menggunakan, memegang dan melaksanakan kegiatan menggunting sehingga anak menjadi tahu menggunting bentuk.

Kelemahan: masih ada anak yang belum bisa menggunting gambar dengan benar.

 Skenario perbaikan 9

Kekuatan : dengan memberikan penjelasan tentang manfaat, bentuk, cara menggunakan dan bahayanya gunting, sehingga anak menjadi tahu bahwa gunting selain berguna juga berbahaya.

Kelemahan : masih ada anak yang belum rapi dalam menggunting gambar pola.

 Skenario perbaikan 10

Kekuatan : dengan memberikan penjelasan tentang manfaat, bentuk, cara menggunakan dan bahayanya gunting, sehingga anak menjadi tahu bahwa gunting selain berguna juga berbahaya.

Kekuatan diri : sebelum membuat perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi, terlebih dahulu melihat kemampuan dan karakteristik anak, sehingga dalam pelaksanaan kegiatan perbaikan pengembangan pembelajaran dapat terlaksana dengan hasil yang sesuai, dan merupakan tantangan baru bagi peneliti untuk menggunakan strategi pembelajaran dan anak merasa senang dengan kegiatan yang dilaksanakan.

Kelemahan diri : selain memberikan penjelasan peneliti juga harus dapat memberikan kegiatan yang tidak membosankan bagi anak, melaksanakan kegiatan pengembangan pembelajaran dengan menggunakan media gunting sering dilakukan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan temuan-temuan dari kegiatan perbaikan yang dilakukan selama 2 siklus yang terdiri dari 10 kali tampilan di kelas, baik yang berkaitan dengan perolehan hasil belajar anak maupun peneliti serta temuan-temuan pengamatan teman sejawat yang berkaitan dengan pelaksanaan perbaikan pengembangan diperoleh data sebagai berikut :

1. Siklus I

a. Hasil Belajar Anak

Siklus I saya laksanakan dari tanggal 3 – 7 Oktober 2011. Dari siklus I diperoleh data hasil belajar siswa dengan menggunakan media gunting sebagai berikut :

Tabel : 1

Tabel Data Hasil Belajar Anak Siklus I Tampilan ke-1

Nilai

Siklus I

Keterangan Frekuensi Prosentase(%)

• 2 15,38 Baik

√ 3 23,08 Sedang

O 8 61,54 Kurang

Jumlah 13 100

Sumber : Data Hasil Observasi

Dilihat dari jumlah prosentase anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik baru 15,38 %. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran belum berhasil.

Tabel : 2

Tabel Data Hasil Belajar Anak Siklus I Tampilan ke-2

Nilai

Siklus I

Keterangan Frekuensi Prosentase

(%)

• 3 23,08 Baik

√ 4 30,77 Sedang

O 6 46,15 Kurang

Jumlah 13 100

Sumber : Data Hasil Observasi

Dari tabel di atas terlihat bahwa anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik yaitu berjumlah 3 orang anak, jumlah anak yang berhasil menggunting dengan kategori sedang 4 orang anak dan sisanya anak yang kurang berjumlah 6 orang anak. Sehingga dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa anak dalam hal ini jumlah anak dalam pencapaian hasil belajar belum sesuai dengan yang diharapkan guru.

Dilihat dari jumlah prosentase anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik baru 23,08 %. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran belum berhasil.

Tabel : 3

Tabel Data Hasil Belajar Anak Siklus I Tampilan ke-3

Nilai

Siklus I

Keterangan Frekuensi Prosentase(%)

• 4 30,77 Baik

O 5 38,46 Kurang

Jumlah 13 100

Sumber : Data Hasil Observasi

Dari tabel di atas terlihat bahwa anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik yaitu berjumlah 4 orang anak, jumlah anak yang berhasil menggunting dengan kategori sedang 4 orang anak dan sisanya anak yang kurang berjumlah 5 orang anak. Sehingga dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa anak dalam hal ini jumlah anak dalam pencapaian hasil belajar belum sesuai dengan yang diharapkan guru.

Dilihat dari jumlah prosentase anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik baru 30,77 %. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran belum berhasil.

Tabel : 4

Tabel Data Hasil Belajar Anak Siklus I Tampilan ke-4

Nilai

Siklus I

Keterangan Frekuensi Prosentase(%)

• 5 38,46 Baik

√ 3 23,08 Sedang

O 5 38,46 Kurang

Jumlah 13 100

Sumber : Data Hasil Observasi

Dilihat dari jumlah prosentase anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik baru 38,46 %. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran belum berhasil.

Tabel : 5

Tabel Data Hasil Belajar Anak Siklus I Tampilan ke-5

Nilai

Sikulus I

Keterangan Frekuensi Prosentase

(%)

• 6 46,15 Baik

√ 3 23,08 Sedang

O 4 30,77 Kurang

Jumlah 13 100

Sumber : Data Hasil Observasi

Dari tabel di atas terlihat bahwa anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik yaitu berjumlah 6 orang anak, jumlah anak yang berhasil menggunting dengan kategori sedang 3 orang anak dan sisanya anak yang kurang berjumlah 4 orang anak. Sehingga dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa anak dalam hal ini jumlah anak dalam pencapaian hasil belajar belum sesuai dengan yang diharapkan guru.

Dilihat dari jumlah prosentase anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik baru 46,15 %. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran belum berhasil.

Data hasil observasi Siklus I yang dilakukan observer terhadap penampilan guru dalam pembelajaran dengan mengunakan gunting untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel : 6

Data Hasil Observasi Tentang Penampilan Guru Siklus I Tampilan 1

Kemunculan

Aspek yang Diamati

Komentar Frekuensi Prosentase(%)

ya 13 87

tidak 2 13

Jumlah 15 100

Sumber : Data Hasil Observasi

Dilihat dari jumlah prosentase aspek kemunculan ya sebesar 87 %. Hal ini menunjukan bahwa langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru sudah baik.

Tabel : 7

Data Hasil Observasi Tentang Penampilan Guru Siklus I Tampilan 2

Kemunculan

Aspek yang Diamati

Komentar Frekuensi Prosentase(%)

Ya 14 93

Tidak 1 7

Jumlah 15 100

Sumber : Data Hasil Observasi

Dari Tabel di atas diketahui bahwa penampilan guru dari 15 aspek yang diamati oleh observer dalam lembar observasi 14 aspek menunjukan kemunculan ya dan 1 aspek sisanya menunjukan kemunculan tidak . Ini artinya bahwa penampilan guru masih belum sesuai dengan perencanaan yang dibuat.

Dilihat dari jumlah prosentase aspek kemunculan ya sebesar 93 %. Hal ini menunjukan bahwa langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru sudah baik.

Tabel : 8

Tampilan

Aspek yang Diamati

Komentar Frekuensi Prosentase(%)

ya 15 100 2

tidak 0 0

Jumlah 15 100

Sumber : Data Hasil Observasi

Dari Tabel di atas diketahui bahwa penampilan guru dari 15 aspek yang diamati oleh observer dalam lembar observasi 15 aspek menunjukan kemunculan ya dan 0 aspek sisanya atau tidak ada aspek yang menunjukan kemunculan tidak . Ini artinya bahwa penampilan guru sudah sesuai dengan perencanaan yang dibuat. Namun demikian masih ada 2 komentar yang merupan kekurangan yang ditunjukan oleh guru dalam pembelajaran.

Dilihat dari jumlah prosentase aspek kemunculan ya sebesar 100 %. Hal ini menunjukan bahwa langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru sudah baik.

Tabel : 9

Data Hasil Observasi Tentang Penampilan Guru Siklus I Tampilan 4

Tampilan

Aspek yang Diamati

Komentar Frekuensi Prosentase(%)

Tidak 0 0

Jumlah 15 100

Sumber : Data Hasil Observasi

Dari Tabel di atas diketahui bahwa penampilan guru dari 15 aspek yang diamati oleh observer dalam lembar observasi semua aspek menunjukan kemunculan ya. Ini artinya bahwa penampilan guru sudah sesuai dengan perencanaan yang dibuat. Namun demikian masih ada 1 komentar yang merupan kekurangan yang ditunjukan oleh guru dalam pembelajaran.

Dilihat dari jumlah prosentase aspek kemunculan ya sebesar 100 %. Hal ini menunjukan bahwa langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru sudah baik.

Tabel : 10

Data Hasil Observasi Tentang Penampilan Guru Siklus I Tampilan 5

Tampilan

Aspek yang Diamati

Komentar Frekuensi Prosentase

(%)

Ya 15 100

Tidak 0 0

Jumlah 15 100

Sumber : Data Hasil Observasi

ya dan dalam kolom komentar menunjukan tidak ada komentar. Ini artinya bahwa penampilan guru benar-benar sudah sesuai dengan perencanaan yang dibuat.

Dilihat dari jumlah prosentase aspek kemunculan ya sebesar 100 %. Hal ini menunjukan bahwa langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru sudah baik.

c. Refleksi

Data temuan penelitian bersama teman sejawat yang dapat dihimpun adalah sebagai berikut :

1) Refleksi komponen pembelajaran.

Kegiatan yang telah dilaksanakan suadah sesuai dengan indikator yang ditentukan, materi yang disajikan juga sesuai dengan tingkat perkembangan anak, media pembelajaran telah sesuai dengan indikator yang telah ditentukan, reaksi anak terhadap metode pembelajaran yang digunakan dapat diterima sebagai pengalaman yang beragam. Alat penilaian yang digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan anak.

2) Refleksi proses kegiatan

guru baru pertama dan belum beradaptasi dengan lingkungan serta belum optimalnya penataan kegiatan. Dalam memperbaiki kelemahan tersebut guru melakukannya dengan cara menyesuaikan keadaan dan kegiatan yang biasa/rutin dilaksanakan. Kekuatan guru dalam merancang kegiatan sudah disesuaikan dengan tema dan perkembangan anak. Penyebab kekuatan dalam merancang kegiatan disesuaikan dengan atan dengan memberi kesempatan kepada anak agar dapat berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hal-hal unik positif yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagian besar anak dapat menerima dan melaksanakan kegiatan tersebut. Alasan guru yang dapat dipertangungjawabkan dalam mengambil keputusan dan tindakan mengajar adalah menerapkan prinsip belajar sambil bermain dan bermain seraya belajar. Reaksi anak terhadap pengelolaan kelas belum sepenuhnya dapat menerima pembelajaran yang dilaksanakan guru karena masih ada anak yang asyik dengan kegiatannya sendiri. Sebagaian anak dapat menangkap penjelasan yang diberikan guru. Dalam penilaian reaksi anak sangat antusias karena anak senang dengan pujian dan tanda bintang. Anak telah mencapai indikator kemampuan yang ditetapkan guru. Guru juga telah dapat mengatur dan memanfaatkan waktu kegiatan sebaik mungkin. Untuk kegiatan penutup telah dapat meningkatkan penguasaan anak terhadap materi yang disampaikan.

2. Siklus II

a. Hasil Belajar Anak

kepada siswa untuk lebih berani mencoba menggunakan gunting dan pemberian motivasi melalui pejelasan tentang penggunaan gunting.

Siklus II dilaksanakan tanggal 10 – 14 Oktober 2011, dari kegiatan siklus II ini diperoleh data sebagai berikut :

Tabel : 11

Tabel Data Hasil Belajar Anak Siklus II Tampilan ke-1

Nilai

Siklus I

Keterangan Frekuensi Prosentase

(%)

• 7 53,85 Baik

√ 2 15,38 Sedang

O 4 30,77 Kurang

Jumlah 13 100

Sumber : Data Hasil Observasi

Dari tabel di atas terlihat bahwa anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik yaitu berjumlah 7 orang anak, jumlah anak yang berhasil menggunting dengan kategori sedang 2 orang anak dan sisanya anak yang kurang berjumlah 4 orang anak. Sehingga dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa anak dalam hal ini jumlah anak dalam pencapaian hasil belajar belum sesuai dengan yang diharapkan guru.

Dilihat dari jumlah prosentase anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik baru 53,85 %. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran belum berhasil.

Tabel : 12

Nilai

Siklus I

Keterangan Frekuensi Prosentase(%)

• 8 61,54 Baik

√ 3 23,08 Sedang

O 2 15,38 Kurang

Jumlah 13 100

Sumber : Data Hasil Observasi

Dari tabel di atas terlihat bahwa anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik yaitu berjumlah 8 orang anak, jumlah anak yang berhasil menggunting dengan kategori sedang 3 orang anak dan sisanya anak yang kurang berjumlah 2 orang anak. Sehingga dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa anak dalam hal ini jumlah anak dalam pencapaian hasil belajar sudah sesuai dengan yang diharapkan guru.

Dilihat dari jumlah prosentase anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik baru 61,54%. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran belum berhasil.

Tabel : 13

Tabel Data Hasil Belajar Anak Siklus II Tampilan ke-3

Nilai

Sikulus I

Keterangan Frekuensi Prosentase(%)

• 9 69,23 Baik

O 2 15,38 Kurang

Jumlah 13 100

Sumber : Data Hasil Observasi

Dari tabel di atas terlihat bahwa anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik yaitu berjumlah 9 orang anak, jumlah anak yang berhasil menggunting dengan kategori sedang 2 orang anak dan sisanya anak yang kurang berjumlah 2 orang anak. Sehingga dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa anak dalam hal ini jumlah anak dalam pencapaian hasil belajar sudah sesuai dengan yang diharapkan guru.

Dilihat dari jumlah prosentase anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik baru 69,23 %. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran sudah berhasil.

Tabel : 14

Tabel Data Hasil Belajar Anak Siklus II Tampilan ke-4

Nilai

Siklus I

Keterangan Frekuensi Prosentase(%)

• 10 76,92 Baik

√ 3 23,08 Sedang

O 0 0,00 Kurang

Jumlah 13 100

Sumber : Data Hasil Observasi

dalam hal ini jumlah anak dalam pencapaian hasil belajar sudah sesuai dengan yang diharapkan guru.

Dilihat dari jumlah prosentase anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik mencapai 76,92 %. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran sudah berhasil.

Tabel : 15

Tabel Data Hasil Belajar Anak Siklus II Tampilan ke-5

Nilai

Siklus I

Keterangan Frekuensi Prosentase(%)

• 12 92,31 Baik

√ 1 7,69 Sedang

O 0 0,00 Kurang

Jumlah 13 100

Sumber : Data Hasil Observasi

Dari tabel di atas terlihat bahwa anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik yaitu berjumlah 12 orang anak, jumlah anak yang berhasil menggunting dengan kategori sedang 1 orang anak dan sisanya anak yang kurang berjumlah 0 orang anak. Sehingga dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa anak dalam hal ini jumlah anak dalam pencapaian hasil belajar sudah sesuai dengan yang diharapkan guru.

38,46 %, Tampilan 5 berkurang menjadi 4 orang anak atau = 30,77 %, siklus II Tampilan 1 berkurang menjadi 4 orang anak atau = 30,77 %, Tampilan 2 berkurang menjadi 2 oranag anak atau = 15,38%, Tampilan 3 tetap 2 orang anak atau = 15,38 %, Tampilan 4 dan Tampilan 5 berkurang menjadi 0 siswa atau = 0,00 %.

Dari siklus I dan II dengan 10 kali tampilan hasil belajar siswa dengan menggunakan media gunting menunjukan peningkatan yang signifikan. Hal ini berarti juga bahwa kemampuan motorik halus anak dalam pembelajaran dengan menggunakan media gunting meningkat secara signifikan. Lebih lanjut dapat dilihat pada grafik dibawah ini :

Grafik : 1

Grafik Jumlah Anak Dalam Pencapaian Hasil Belajar Siswa

Sumber : Olah Data Hasil Observasi

Dari grafik 1 di atas dapat dilihat jumlah anak dalam pencapaian hasil belajar untuk kategori baik menunjukan adanya peningkatan dari 2 orang anak pada tampilan satu siklus I bertambah menjadi 6 orang anak pada tampilan 5 akhir siklus I, dan 7 orang anak pada tampilan 1 siklus II meningkat menjadi 12 orang anak pada tampilan 5 siklus II. Untuk kategori sedang terjadi perubahan secara dinamis dari 3 orang anak pada tampilan 1 siklus I menjadi 1 orang anak pada tampilan 5 akhir siklus II. Untuk kategori kurang terjadi penurunan dari 8 orang anak pada tampilan 1 siklus I berkurang menjadi 0 orang anak pada tampilan 5 akhir siklus II.

Grafik : 2

Sumber : Olah Data Hasil Observasi

Dari grafik 2 terlihat bahwa prosentase anak yang hasil belajarnya Kurang (K) dari 61,54 % pada tampilan ke-1 siklus I berkurang terus sampai tidak ada atau 0 % anak pada tampilan ke-5. Anak yang Sedang (S) dari 23,08 % pada tampilan ke-1 mengalami perubahan secara dinamis sehingga pada tampilan ke-5 tinggal 7,69 %, sedangkan untuk anak Baik (B) dari 15,38 % pada tampilan ke-1 bertambah terus menjadi 92,31 % diakhir tampilan siklus II. Jadi dapat disimpulkan bahwa penggunaan media gunting dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak TK. Dalam penelitian ini penulis melaksanankannya dalam 2 siklus dan masing-masing siklus sebanyak 5 kali tampilan. Dan tiap tampilan sekitar 30 menit.

Secara keseluruhan perkembangan hasil belajar anak dengan menggunakan media gunting dengan kategori Baik dapat kita lihat pada grafik berikut :

Grafik : 3

Grafik Pencapaian Hasil Belajar Siswa Berkriteria Baik

Dari grafik 3 di atas diketahui andanya peningkatan jumlah siswa dalam belajar yang mencapai hasil belajar kategori baik pada setiap tampilan. Secara keseluruhan hasil belajar siswa akhir siklus I Baik (B) 6 orang naik menjadi 12 orang pada siklus ke-II.

Grafik : 4

Grafik Prosentase Pencapaian Hasil Belajar Siswa Per Siklus Berkategori Baik

Sumber : Olah Data Hasil Observasi

Dari grafik 4 di atas diketahui andanya peningkatan prosentase jumlah anak dalam belajar yang mencapai hasil kategori baik pada setiap tampilan. Secara keseluruhan hasil belajar anak siklus I Baik (B) 46,15% naik menjadi 92,31 % pada siklus ke-II.

b. Tampilan Guru Dalam Pembelajaran `

Data hasil observasi Siklus I yang dilakukan observer terhadap penampilan guru dalam pembelajaran dengan menngunakan gunting untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel : 16

Data Hasil Observasi Tentang Penampilan Guru Siklus II Tampilan 1

Tampilan

Aspek yang Diamati

Komentar Frekuensi Prosentase

(%)

ya 15 100

Tidak 0 0

Jumlah 15 100

Sumber : Olah Hasil Observasi

Dari Tabel di atas diketahui bahwa peanampilan guru dari 15 aspek yang diamati oleh observer dalam lembar observasi semua aspek menunjukan kemunculan ya. Ini artinya bahwa penampilan guru sudah sesuai dengan perencanaan yang dibuat. Dalam kolom komentar tidak ada komentar.

Dilihat dari jumlah prosentase aspek kemunculan ya sebesar 100 %. Hal ini menunjukan bahwa langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru sudah baik.

Data Hasil Observasi Tentang Penampilan Guru Siklus II Tampilan 2

Tampilan

Aspek yang Diamati

Komentar Frekuensi Prosentase(%)

Ya 15 100

Tidak 0 0

Jumlah 15 100

Sumber : Olah Hasil Observasi

Dari Tabel di atas diketahui bahwa peanampilan guru dari 15 aspek yang diamati oleh observer dalam lembar observasi semua aspek menunjukan kemunculan ya. Ini artinya bahwa penampilan guru sudah sesuai dengan perencanaan yang dibuat.

Dilihat dari jumlah prosentase aspek kemunculan ya sebesar 100 %. Hal ini menunjukan bahwa langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru sudah baik.

Tabel : 18

Data Hasil Observasi Tentang Penampilan Guru Siklus II Tampilan 3

Tampilan

Aspek yang Diamati

Komentar Frekuensi Prosentase

(%)

Ya 15 100

Tidak 0 0

Sumber : Data Hasil Observasi

Dari Tabel di atas diketahui bahwa peanampilan guru dari 15 aspek yang diamati oleh observer dalam lembar observasi semua aspek menunjukan kemunculan ya. Ini artinya bahwa penampilan guru sudah sesuai dengan perencanaan yang dibuat.

Dilihat dari jumlah prosentase aspek kemunculan ya sebesar 100 %. Hal ini menunjukan bahwa langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru sudah baik.

Tabel : 19

Data Hasil Observasi Tentang Penampilan Guru Siklus II Tampilan 4

Tampilan

Aspek yang Diamati

Komentar Frekuensi Prosentase

(%)

Ya 15 100

Tidak 0 0

Jumlah 15 100

Sumber : Data Hasil Observasi

kemunculan ya. Ini artinya bahwa penampilan guru sudah sesuai dengan perencanaan yang dibuat.

Dilihat dari jumlah prosentase aspek kemunculan ya sebesar 100 %. Hal ini menunjukan bahwa langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru sudah baik.

Tabel : 20

Data Hasil Observasi Tentang Penampilan Guru Siklus II Tampilan 5

Tampilan

Aspek yang Diamati

Komentar Frekuensi Prosentase(%)

Ya 15 100

Tidak 0 0

Jumlah 15 100

Sumber : Data Hasil Observasi

Dari Tabel di atas diketahui bahwa peanampilan guru dari 15 aspek yang diamati oleh observer dalam lembar observasi semua aspek menunjukan kemunculan ya. Ini artinya bahwa penampilan guru sudah sesuai dengan perencanaan yang dibuat.

Dilihat dari jumlah prosentase aspek kemunculan ya sebesar 100 %. Hal ini menunjukan bahwa langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru sudah baik.

Tabel : 21

Penampilan guru pada siklus I

Kemunculan

Aspek yang Diamati

Komentar Rata-rata

Frekuensi

Prosentase (%)

Ya 14,4 96 4

Tidak 0,6 4

Jumlah 15 100

Sumber : Data Hasil Observasi

Dari Tabel 21 di atas rata-rata aspek kemunculan ya penampilan guru mencapai 96 % dengan 4 komentar dari observer. Ini artinya penampilan guru sudah dikatakan baik, walaupun masih ada beberapa kekurangan yang perlu diperbaiki.

Tabel : 22

Penampilan guru pada siklus II

Kemunculan

Aspek yang Diamati

Komentar Rata-rata

Frekuensi

Prosentase (%)

Ya 15 100

Tidak 0 0

Jumlah 15 100

Dari Tabel 22 di atas rata-rata aspek kemunculan ya penampilan guru mencapai 100 % dengan tidak ada komentar dari observer. Ini artinya penampilan guru sudah baik dan sesuai dengan rencana yang dibuat sebelumnya.

Data penampilan guru dari siklus I dan II tersebut lebih lanjut dapat dilihat dalam grafik berikut :

Grafik : 5

Grafik Penampilan Guru per siklus

Sumber : Data Olah Hasil observasi

Darai grafik 5 di atas menunjukan adanya perbaikan penampilan guru dalam pelaksanaan pembelajaran dari rata-rata 96 % pada siklus I naik menjadi 100 % pada silkus II. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penampilan guru sudah baik dan sesuai dengan perencanaan pembelajaran yang dibuat.

c. Refleksi

Data temuan penelitian bersama teman sejawat yang dapat dihimpun adalah sebagai berikut :

1) Refleksi komponen pembelajaran.

terhadap metode pembelajaran yang digunakan dapat diterima sebagai pengalaman yang beragam. Alat penilaian yang digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan anak.

2) Refleksi proses kegiatan

ditetapkan guru. Guru juga telah dapat mengatur dan memanfaatkan waktu kegiatan sebaik mungkin. Untuk kegiatan penutup telah dapat meningkatkan penguasaan anak terhadap materi yang disampaikan.

B. Pembahasan

Motorik adalah semua gerakan yang mungkin dapat dilakukan oleh seluruh tubuh, sedangkan gerakan motorik dapat disebut sebagai perkembangan dari unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh. Perkembangan motorik ini erat kaitannya dengan pusat motorik di otak. Perkembangan motorik berkembang sejalan dengan kematangan syaraf dan otak. Oleh sebab itu, setiap gerakan yang dilakukan anak sesederhana apapun, sebenarnya merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai dan sistem dalam tubuh yang dikontrol otak, otaklah yang berfungsi sebagai bagian dari susunan syaraf yang mengatur dan mengontrol semua aktivitas fisik dan mental seseorang.

Gerakan motorik halus adalah bila gerakan hanya melibatkan bagian-bagin tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti keterampilan menggunakan jari jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat. Gerakan ini membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang cermat.

Gerakan motorik halus yang terlihat saat usia TK, antara lain adalah anak mulai dapat menyikat giginya, menyisir, memakai sepatu sendiri, menggunting dan sebagainya.

Pengembangan motorik pada anak TK adalah merupakan proses memperoleh keterampilan dan pola gerakan yang dapat dilakukan anak. Dalam mempelajari kemampuan motorik halus anak belajar ketepatan koordinasi tangan dan mata. Anak juga belajar menggerakan pergelangan tangan agar lentur dan anak belajar berkreasi dan berimajinasi.

Semakin baiknya gerakan motorik halus anak membuat anak dapat berkreasi, seperti menggunting kertas, menyatukan dua lembar kertas, menganyam kertas, tapi tidak semua anak memiliki kematangan untuk menguasai kemampuan pada tahap yang sama. Dalam melakukan gerakan motorik halus anak juga memerlukan dukungan keterampilan fisik serta kematangan mental ( Sujiono, 2007: 1.14).

anak untuk melakukan menggunting kertas, menyatukan dua lembar kertas, dan menganyam kertas, Pada umumnya mereka masih kurang terampil dalam menggerakan otot halusnya. Perhatian mereka masih tidak focus dalam pembelajaran dan anak kurang berani dalam melakukan tindakan atau melakukan gerakan-gerakan yang menuntut otot halusnya. Hal ini dapat dimengerti karena memang banyak foktor yang mempengaruhinya. Selain factor kematangan anak itu sendiri juga cara mengajar guru.

Dari temuan-temuan dan hasil diskusi dengan teman sejawat tentang penggunaan gunting dalam pembelajaran untuk meingkatkan kemampuan motorik halus anak perlu direncanakan dengan sebaik-baiknya dan pelaksanaannya harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. Di samping pemberian kesempatan waktu belajar yang lebih panjang dan fleksibel. Artinya waktu belajar diperpanjang durasinya dan waktu kegiatannya dapat dilaksanakan sebelum masuk, waktu istirahat maupun waktu siswa hendak pulang.

Untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak TK sudah barang tentu memerlukan bantuan guru. Disini guru dituntut untuk dapat menjalankan perannya sebagai guru TK sehingga anak benar-benar dapat berkembang secara optimal.

sementara itu anak yang berkategori sedang dan kurang mengalami penurunan hampir di setiap tampilan. Bahkan untuk anak dengan kategori kurang mereka sudah tidak ada lagi pada akhir tampilan siklus ke II. Hal berbalik dengan data sebelum dilakukan perbaikan keberhasilan anak menurut pengamatan penulis sebelum dilakukan perbaikan menunjukan hanya kurang lebih 15 % anak yang berhasil dalam belajar. Berikut grafik prosentase peningkatan hasil belajar anak dalam meningkatkan motorik halus dengan menggunakan gunting.

Grafik : 6

Grafik Prosentase Hasil Belajar Anak

Sumber : Olah Data Hasil Observasi

Berdasarkan Grafik 6 di atas dapat kita lihat hasil belajar anak yang berketegori baik meningkat dari 15 % menjadi 38,46% pada siklus I dan menjadi 92,31% di siklus II. Hal ini menunjukan kemampuan motorik halus anak setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan gunting meningkat cukup besar yaitu sekitar 77,31 % . Dengan demikian kemampuan motorik halus anak dapat ditingkatkan dengan menggunakan gunting.

diragukan lagi. Ia sudah dapat mengajar dengan baik dan sesuai dengan perencanaan yang dibuatnya. Hal ini berarti pula bahwa pelaksanaan pembelajaran di TK Qanitah sudah dapat dilaksanakan dengan baik dan penggunaan media gunting dalam pembelajaran efektif karena dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak di TK Qanitah Kabupaten Bandung Barat.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari temuan-temuan dan hasil diskusi dengan teman sejawat tentang penggunaan gunting dalam pembelajaran untuk meingkatkan kemampuan motorik halus anak perlu direncanakan dengan sebaik-baiknya dan pelaksanaannya harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. Di samping pemberian kesempatan waktu belajar yang lebih panjang dan fleksibel. Artinya waktu belajar diperpanjang durasinya dan waktu kegiatannya dapat dilaksanakan sebelum masuk, waktu istirahat maupun waktu siswa hendak pulang.

Untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak TK sudah barang tentu memerlukan bantuan guru. Disini guru dituntut untuk dapat menjalankan perannya sebagai guru TK sehingga anak benar-benar dapat berkembang secara optimal.

dilakukan perbaikan menunjukan hanya kurang lebih 15 % anak yang berhasil dalam belajar.

Pada umumnya kemampuan motorik halus anak TK Qanitah setelah dilakukan perbaikan menunjukan peningkatan yang sangat memuaskan. Hal ini terlihat dari keterlibatan anak secara langsung dalam berbagai kegiatan baik pendahuluan, inti dan kegiatan akhir sehingga menambah motivasi anak untuk lebih aktif mengikuti proses pembelajaran penggunaan media dan alat pembelajaran yang sesuai dengan perencanaan mejadikan pembelajaran menjadi lebih efektif. Dari pembelajaran yang efektif ini menghantarkan hasil belajar yang optimal. Penggunaan media gunting efektif untuk meningktakan kemampuan motorik halus pada anak kelompok B di TK Qanitah Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat Tahun Pelajaran 2011/2012. Setelah diadakan perbaikan hasil belajar anak meningkat dari 46,15 % pada siklus I menjadi 92,31% pada siklus II.

B. Saran

Berdasarkan temuan hasil penelitian tindakan perbaikan tentang penggunaan media gunting untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak TK Qanitah Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat disarankan sebagai berikut:

durasinya dan waktu kegiatannya dapat dilaksanakan sebelum masuk, waktu istirahat maupun waktu siswa hendak pulang.

2. Agar hasil belajar lebih baik disarankan kesiapan belajar siswa ditingkatkan lagi. 3. Media gunting dapat diterapkan lebih lanjut pada bidang pengembangan

kemampuan motorik halus sejenis atau yang lain dengan mengambil tema yang berbeda.

4. Pemilihan gambar-gambar berpola agar lebih bervariatif dan menarik supaya kemampuan motorik halus anak betul-betul terlatih.

DAFTAR PUSTAKA

Ali Nugraha, 2008. “Kurikulum dan Bahan Belajar TK” Universitas Terbuka, Jakarta.

Bambang Sujiono, dkk, 2007, “Metode Pengembangan Fisik”, Universitas Terbuka, Jakarta

IGAK Wardhani, dkk, 2008,”Penelitian Tindakan Kelas”, Universitas Terbuka, Jakarta

Tim PKP PG-PAUD, 2010, “Panduan Pemantapan Kemampuan Profesional”, Universitas Terbuka, Jakarta

 

Gambar

Tabel Data Hasil Belajar Anak Siklus I Tampilan ke-1
Tabel Data Hasil Belajar Anak Siklus I Tampilan ke-2
Tabel Data Hasil Belajar Anak Siklus I Tampilan ke-4
Tabel Data Hasil Belajar Anak Siklus I Tampilan ke-5
+7

Referensi

Dokumen terkait