• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN INFLASI PENGANGGURAN DAN PERTUM (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN INFLASI PENGANGGURAN DAN PERTUM (1)"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS BESAR PENGANTAR EKONOMI

HUBUNGAN INFLASI, PENGANGGURAN DAN

PERTUMBUHAN EKONOMI di INDONESIA

Dosen : Fidel Miro, SE, M.STr

oleh: Indira Prayudita 1410015311033

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

UNIVERSITAS BUNG HATTA

PADANG

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan zaman, masalah-masalah yang terjadi saat ini sangatlah kompleks. Sebuah Negara tidak akan pernah bisa lepas dari berbagai macam masalah yang pastinya berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang memiliki jumlah penduduk yang tinggi seperti Indonesia. Masalah perekonomian sudah tidak lazim di Indonesia salah satu contohnya adalah masalah ekonomi yaitu inflasi dan pengangguran. Inflasi dan pengangguran adalah dua masalah ekonomi yang dihadapi setiap masyarakat. Kedua masalah tersebut mewujudkan beberapa efek buruk yang bersifat ekonomi, politik dan sosial dan itu sangat membutuhkan solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut agar tidak menghambat langkah Negara Indonesia untuk menjadi Negara yang lebih maju.

Dalam ilmu ekonomi, inflasi (inflation) adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus (kontinu) selama waktu tertentu. Dengan kata lain juga inflasi adalah suatu proses di mana menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi merupakan proses dari suatu perisitiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat suatu harga. Artinya, apabila tingkat harga tinggi itu belum pasti menunjukkan inflasi. Jika terjadi proses kenaikan harga yang berlangsung secara terus menerus dan saling mempengaruhi berarti terjadi inflasi.

(3)

menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya. Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Seperti yang kita ketahui, tingginya angka pengangguran, masalah ledakan penduduk, distribusi pendapatan yang tidak merata, dan berbagai masalah lainnya di Negara kita menjadi salah factor utama rendahnya taraf hidup penduduk di Negara kita.

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa yang dimaksud dengan inflasi?

b. Apa yang dimaksud dengan pengangguran?

c. Bagaimana hubungan antara inflasi dan pengangguran di perekonomian Indonesia?

1.3 Tujuan

(4)

BAB II

PEMBAHASAN TEORI

2.1 Inflasi

2.1.1 Pengertian Inflasi

Berbagai definisi tentang inflasi telah dikemukakan oleh para ahli. Nanga (2001: 237) menyatakan bahwa Inflasi adalah suatu gejala di mana tingkat harga umum mengalami kenaikan secara terus-menerus. Kenaikan tingkat harga umum yang terjadi sekali waktu saja tidaklah dapat dikatakan sebagai inflasi. Sedangkan Sukirno (2004: 27) memberikan definisi bahwa Inflasi adalah suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian.

Berdasarkan berbagai definisi yang telah dikemukakan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa secara umum Inflasi adalah suatu gejala naiknya harga secara terus-menerus (berkelanjutan) terhadap sejumlah barang. Kenaikan yang sifatnya sementara tidak dikatakan inflasi dan kenaikan harga terhadap satu jenis komoditi juga tidak dikatakan inflasi.

2.1.2 Jenis – Jenis Inflasi

Inflasi menurut sifatnya

 Inflasi merayap/rendah (creeping inflation), yaitu inflasi yang besarnya kurang dari 10% pertahun.

 Inflasi menengah (galloping inflation) besarnya antara 10 – 30% pertahun. Inflasi ini biasanya ditandai oleh naiknya harga-harga secara cepat dan relatif besar. Angka inflasi pada kondisi ini biasanya disebut inflasi 2 digit, misalnya 15%, 20%, 30%, dan sebagainya.

(5)

 Inflasi sangat tinggi (hyper inflation), yaitu inflasi yang ditandai oleh naiknya harga secara drastic hingga mencapai 4 digit (di atas 100%). Pada kondisi ini masyarakat tidak ingin lagi menyimpan uang, karena nilainya merosot sangat tajam, sehingga lebih baik ditukarkan dengan barang.

Inflasi berdasarkan sebabnya

 Demand Pull Inflation, Bertambahnya permintaan terhadap barang dan jasa menyebabkan bertambahnya permintaan faktor-faktor produksi. Meningkatnya permintaan terhadap produksi menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi terjadi karena kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment. Inflasi yang ditimbulkan oleh permintaan total yang berlebihan sehingga terjadi perubahan pada tingkat harga dikenal dengan istilah demand pull inflation.

 Cost Push Inflation, disebabkan turunnya produksi karena naiknya biaya produksi. Akibat naiknya biaya produksi, maka dua hal yang bisa dilakukan oleh produsen, yaitu: pertama, langsung menaikkan harga produknya dengan jumlah penawaran yang sama, atau harga produknya naik (karena tarik menarik permintaan dan penawaran) karena penurunan jumlah produksi.

Inflasi berdasarkan asalnya

 Domestic Inflation, inflasi ini semata-mata disebabkan dari dalam negeri. Adapun penyebabnya antara lain misalnya karena deficit anggaran belanja yang dibiayai dengan pencetakan uang baru, kenaikan upah, gagal panen dan lain-lain.

 Imported Inflation, inflasi ini disebabkan karena naiknya harga barang-barang impor.hal ini terjadi karena biaya produksi barang-barang di luar negeri tinggi atau karena adanya kenaikan tariff impor barang.

(6)

Inflasi umumnya memberikan dampak yang kurang menguntungkan dalam perekonomian, akan tetapi sebagaimana dalam salah satu prinsip ekonomi bahwa dalam jangka pendek ada trade off antara inflasi dan pengangguran menunjukkan bahwa inflasi dapat menurunkan tinhgkat pengangguran, atau inflasi dapat dijadikan salah satu cara untuk menyeimbangkan perekonomian negara, dan lain sebagainya. Secara khusus dapat diketahui beberapa dampak baik negatif maupun positif dari inflasi adalah sebagai berikut.

Dampak Negatif Inflasi

 Bila harga secara umum naik terus-menerus maka masyarakat akan panik, sehingga perekonomian tidak berjalan normal, karena disatu sisi ada masyarakat yang berlebihan uang memborong sementara yang kekurangan uang tidak bisa membeli barang akibatnya negara rentan terhadap segala macam kekacauan yang ditimbulkannya.

 Sebagai akibat dari kepanikan tersebut maka masyarakat cenderung untuk menarik tabungan guna membeli dan menumpuk barang sehingga banyak bank di rush akibatnya bank kekurangan dana berdampak pada tutup (bangkrut ) atau rendahnya dana investasi yang tersedia.

 Produsen cenderung memanfaatkan kesempatan kenaikan harga untuk memperbesar keuntungan dengan cara mempermainkan harga di pasaran.

 Distribusi barang relatife tidak adil karena adanya penumpukan dan konsentrasi produk pada daerah yang masyarakatnya dekat dengan sumber produksi dan yang masyarakatnya memiliki banyak uang.

 Bila inflasi berkepanjanagn produsen banyak yang bangkrut karena produknya relatif akan semakin mahal sehingga tidak ada yang mampu membeli.

 Jurang antara kemiskinan dan kekayaan masyarakat semakin nyata yang mengarah pada sentimen dan kecemburuan ekonomi yang dapat berakhir pada penjarahan dan perampasan.

(7)

 Masyarakat akan semakin selektif dalam mengkonsumsi, produksi akan diusahakan seefisien mungkin dan konsumtifme dapat ditekan.

 Inflasi yang berkepanjangan dapat menumbuhkan industri kecil dalam negeri menjadi semakin dipercaya dan tangguh.

 Tingkat pengangguran cenderung akan menurun karena masyarakat akan tergerak untuk melakukan kegiatan produksi dengan cara mendirikan atau membuka usaha.

2.1.4 Cara Mencegah Inflasi

 Kebijakan Moneter

Menurut teori moneter klasik, inflasi terjadi karena penambahan jumlah uang beredar. Dengan demikian, secara teoretis relatif mudah untuk mengatasi inflasi, yaitu dengan mengendalikan jumlah uang beredar itu sendiri. Kebijakan moneter adalah tindakan yang dilakukan oleh Bank Indonesia untuk mengurangi atau menambah jumlah uang beredar. Ketika jumlah uang beredar terlalu berlebihan sehingga inflasi meningkat tajam, Bank Indonesia akan segera menerapkan berbagai kebijakan moneter untuk mengurangi peredaran uang.

 Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang berkaitan dengan penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Kebijakan fiskal dilakukan pemerintah untuk mengurangi inflasi adalah mengurangi pengeluaran pemerintah, menaikkan tarif pajak dan mengadakan pinjaman pemerintah.

 Kebijakan Non-Moneter dan Non- Fiskal

Selain kebijakan moneter dan kebijakan fiskal, pemerintah melakukan kebijakan nonmoneter/ nonfiskal dengan tiga cara, yaitu menaikkan hasil produksi, menstabilkan upah (gaji), dan pengamanan harga, serta distribusi barang.

2.2 Pengangguran

2.2.1 Pengertian Pengangguran

(8)

memperolehnya (Sukirno). Pengangguran atau orang yang menganggur adalah mereka yang tidak mempunyai pekerjaan dan sedang tidak aktif mencari pekerjaan. Kategori orang yang menganggur biasanya adalah mereka yang tidak memiliki pekerjaan pada usia kerja dan masanya kerja. Usia kerja biasanya adalha usia yang tidak dalam masa sekolah tetapi di atas usia anak-anak (relatif di atas 6 – 18 tahun, yaitu masa pendidikan dari SD – tamat SMU). Sedangkan di atas usia 18, namun masih sekolah dapatlah dikategorikan sebagai penganggur, meski untuk hal ini masih banyak yang memperdebatkannya.

2.2.3 Jenis – Jenis Pengangguran

Berdasarkan defenisi tersebut maka penganggura dapat di bedakan menjadi tiga macam yaitu :

 Pengangguran Terselubung (Disguissed Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena suatu alasan tertentu.

 Setengah Menganggur (Under Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya tenaga kerja setengah menganggur ini merupakan tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam selama seminggu

 Pengangguran Terbuka (Open Unemployment) adalah tenaga kerja yang sungguh – sungguh tidak mempunyai pekerjaan. Pengangguran jenis ini cukup banyak karena memeang belum mendapat pekerjaan padahal telah berusaha secara maksimal.

Bedasarkan penyebab terjadinya, pengangguran dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu sebagai berikut:

 Pengangguran friksional : sifatnya sementara disebabkan oleh kendala waktu, informasi dan kondisi geografis antara pelamar dengan pembuka lamaran pekerjaan. Ini terjadi karena pelamar kerja tidak mampu memenuhi syarat yang dibutuhkan oleh pembuka lamaran kerja.

(9)

 Pengangguran struktural : pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan struktur ekonomi dan corak ekonomi dalam jangka panjang.

 Pengangguran musiman : keadaan menganggur yang disebabkan oleh fluktuasi ekonomi jangka pendek yang menyebabkan tenaga kerja untuk menganggur.

 Pengangguran siklikal : pengangguran yang menganggur akibat imbas naik turun siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada penawaran kerja.

 Pengangguran teknologi : pengangguran yang disebabkan adanya perubahan tenaga manusia menjadi tenaga mesin.

 Pengangguran siklus : pengangguran yang diakibatkan oleh menurunnya kegiatan perekonomian karena terjadi resesi.

2.2.4 Penyebab Terjadinya Pengangguran

Adapun hal – hal yang menyebabkan terjadinya pengangguran adalah:

 Besarnya angkatan kerja tidak seimbang dengan kesempatan kerja.

 Struktur Lapangan Kerja tidak seimbang.

 Kebutuhan jumlah dan jenis tenaga terdidik dan penyediaan tenaga terdidik tidak seimbang.

 Apabila kesempatan kerja jumlahnya sama atau lebih besar dari pada angkatan kerja, pengangguran belum tentu tidak terjadi. Alasannya, belum tentu terjadi kesesuaian antara tingkat pendidikan yang dibutuhkan dan yang tersedia.

 Meningkatnya peranan dan aspirasi angkatan kerja wanita dalam seluruh struktur angkatan kerja Indonesia

 Penyediaan dan pemanfaatan tenaga kerja antar daerah tidak seimbang.

(10)

Teori A.W. Phillips muncul karena pada saat tahun 1929, terjadi depresi ekonomi Amerika Serikat, hal ini berdampak pada kenaikan inflasi yang tinggi dan diikuti dengan pengangguran yang tinggi pula. berdasarkan pada fakta itulah A.W. Phillips mengamati hubungan antara tingkat inflasi dengan tingkat pengangguran. Dari hasil pengamatannya, ternyata ada hubungan yang erat antara Inflasi dengan tingkat pengangguran, jika inflasi tinggi, pengangguran pun akan rendah. Hasil pengamatan Phillips ini dikenal dengan kurva Phillip.

Gambar 2.1 Kurva Phillips

Sumber: oliveramesmacrog.wordpress.com

Berdasarkan gambar 2.1 A.W Phillips menggambarkan hubungan antara tingkat inflasi dengan tingkat pengangguran didasarkan pada asumsi bahwa inflasi merupakan cerminan dari adanya kenaikan permintaan agregat. Dengan naiknya permintaan agregat, berdasarkan teori permintaan, permintaan akan naik, kemudian harga akan naik pula. Dengan tingginya harga (inflasi) maka untuk memenuhi permintaan tersebut produsen meningkatkan kapasitas produksinya denganmenambah tenaga kerja (tenaga kerja merupakan satu-satunya input yang dapat meningkatkan output). Akibat dari peningkatan permintaan tenaga kerja, maka dengan naiknya harga-harga (inflasi) pengangguran berkurang.

2.4 Pertumbuhan Ekonomi

(11)

dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Dengan demikian untuk menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai perlu dihitung pendapatan nasional riil menurut harga tetap yaitu pada harga-harga yang berlaku ditahun dasar yang dipilih. Jadi pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian. Laju pembangunan ekonomi suatu negara diukur dengan menggunakan tingkat pertumbuhan GDP/GNP atau PDB / PNB.

Faktor-faktor yang dianggap sebagai sumber penting yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi antara lain:

 Tanah dan Kekayaan lainnya.

 Jumlah, Mutu Penduduk dan Tenaga Kerja

 Barang Modal dan Tingkat Teknologi

 Sistem Sosial dan Sikap Masyarakat.

 Luas Pasar dan Sumber Pertumbuhan

Kuznets memberikan enam ciri pertumbuhan yang muncul dalam analisis yang didasarkan pada produk nasional dan komponennya, dimana ciri-ciri tersebut seringkali terkait satu sama lain dalam hubungan sebab akibat. Keenam ciri tersebut adalah :

 Laju pertumbuhan penduduk yang cepat dan produk per kapita yang tinggi.

 Peningkatan produktifitas yang ditandai dengan meningkatnya laju produk perkapita .

 Laju perubahan struktural yang tinggi yang mencakup peralihan dari kegiatan pertanian ke non pertanian, dari industri ke jasa, perubahan dalam skala unit-unit produktif dan peralihan dari usaha-usaha perseorangan menjadi perusahaan yang berbadan hukum serta perubahan status kerja buruh.

 Semakin tingginya tingkat urbanisasi

 Ekspansi dari negara lain.

(12)

2.5 Analisis Data

2.5.1 Tingkat Inflasi Indonesia tahun 2008-2012

Inflasi pada dasarnya merupakan hal yang perlu diperhatikan oleh pemerintah karena inflasi dapat menimbulkan akibat yang buruk pada kondisi ekonomi maupun sosial. Pada kondisi sosial inflasi dapat menyebabkan kemakmuran sebagian golongan masyarakat menjadi menurun. Menurunnya kemakmuran ini karena harga yang meningkat lebih cepat dibandingkan upah atau income (pendapatan) yang diterima oleh masyarakat tersebut. Kemudian, kebutuhan yang biasanya dapat terpenuhi bisa menjadi harus dikurangi karena keterbatasan kemampuan untuk merealisasikannya. Sedangkan pada kondisi ekonomi, inflasi dapat menyebabkan prospek pembangunan ekonomi jangka panjang akan menjadi semakin memburuk sekiranya inflasi tidak dapat dikendalikan. Hal ini disebabkan karena inflasi yang tidak dapat dikendalikan cenderung menurunkan investasi yang produktif, mengurangi ekspor, dan meningkatkan impor. Sehingga kecenderungan ini dapat memperlambat prospek pembangunan ekonomi jangka panjang.

Tabel 2.1

Tingkat Inflasi di Indonesia Tahun 2008 – 2012

No. Tahun Inflasi (%)

Sumber : BPS ; Data Strategis BPS 2012

(13)

2.5.2 Tingkat Pengangguran di Indonesia tahun 2008-2012

Permasalahan pengangguran memang sangat kompleks untuk dibahas dan merupakan isu penting, karena dapat dikaitkan dengan beberapa indikator-indikator. Indikator-indikator ekonomi yang mempengaruhi tingkat pengangguran antara lain pertumbuhan ekonomi negara bersangkutan dan tingkat inflasi.

Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya. Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi.

Tingkat pengangguran yang ada di Indonesia dapat dilihat di tabel berikut:

Tabel 2.2

Tingkat Pengangguran Terbuka di Indonesia tahun 2008 – 2012

No. Tahun Total Pengangguran

Sumber : BPS, Data Strategis BPS 2012

Dari tabel 3.2 dapat dilihat bahwa jumlah pengangguran di Indonesia dari tahun 2008 sampai 2012 mengalami penurunan. Pada tahun 2008 total pengangguran Indonesia mencapai 9.394.515 orang dan pada tahun 2009 mengalami penurunan hingga berada pada total sebesar 8.962.617. Penurunan ini terus berlanjut hingga tahun 2012 yaitu sebesar 7.244.956 orang yang menganggur di Indonesia.

2.5.3 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia tahun 2008-2012

(14)

Menurut Sadono pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Dengan demikian untuk menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai perlu dihitung pendapatan nasional riil menurut harga tetap yaitu pada harga-harga yang berlaku ditahun dasar yang dipilih. Jadi pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian. Oleh karena itu konsep yang sesuai dengan pertumbuhan ekonomi adalah GDP/PDB dengan harga konstan. GDP/PDB adalah nilai barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksikan di dalam negara tersebut dalam satu tahun tertentu.

Tabel 2.3

PDB atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2008 – Semester I 2012 (Triliun Rupiah)

No. Tahun PDB atas Dasar Harga Konstan2000

1. 2008 2.082,5

2. 2009 2.177,7

3. 2010 2.313,8

4. 2011 2.463,2

5. 2012 1.283,4

Sumber : BPS, Data Strategis BPS 2012

Dari tabel 2.3 dapat dilihat bahwa PDB tahun 2008 sampai 2012 mengalami peningkatan yang menandakan bahwa perekonomian Indonesia juga meningkat.

Pada tahun 2008 PDB Indonesia sebesar 2.082,5 triliun Rupiah meningkat di tahun 2009 menjadi sebesar 2.177,7 triliun Rupiah dan terus meningkat hingga tahun 2011 menjadi 2.463,2 Triliun Rupiah. Untuk PDB tahun 2012 belum dapat diketahui apakah PDB nya mengalami kenaikan atau penurunan karena data yag tersedia masih data sementara yaitu pada semester I 2012 PDB berada pada angka 1.283 Triliun Rupiah.

2.6 Hubungan antara Inflasi, Pengangguran dan Pertumbuhan Ekonomi

(15)

berakibat pada peningkatan pada tingkat bunga (pinjaman). Oleh karena itu, dengan tingkat bunga yang tinggi akan mengurangi investasi untuk mengembangkan sektor-sektor yang produktif. Hal ini akan berpengaruh pada jumlah pengangguran yang tinggi karena rendahnya kesempatan kerja sebagai akibat dari rendahnya investasi.

Dari data tabel 2.1 dan 2.2 terlihat bahwa terdapat hubungan positif dan negatif antara inflasi dan tingkat pengangguran. Misalnya saja pda tahun 2008 ke tahun 2009 inflasi terlihat mengalami penurunan dan di ikuti pula oleh penurunan jumlah pengangguran di Indonesia. Hal ini menunjukan adanya hubungan positif ntara inflasi dengan tingkat pengangguran. Pada tahun 2010 inflasi kembali naik namun tingkat pengangguran tidak mengalami kenaikan juga melainkan mengalami penurunan. Hal ini menunjukan adanya hubungan negatif antara inflasi dengan tingkat pengangguran.

Secara teori setiap adanya peningkatan dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia diharapkan dapat menyerap tenaga kerja, sehingga dapat mengurangi jumlah pengangguran.

(16)

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

 Inflasi adalah suatu keadaan dalam mana terjadi senantiasa meningkatnya harga-harga pada umumnya, atau suatu keadaan di mana terjadi senantiasa turunnya nilai uang.

 Pengangguran atau orang yang menganggur adalah mereka yang tidak mempunyai pekerjaan dan sedang tidak aktif mencari pekerjaan.

 Dari kurva phillips tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa semakin tinggi tingkat pengangguran semakin cepat kenaikan tingkat upah dan harga; dan semakin tinggi harapan inflasi akan semakin cepat pula kenaikan tingkat upah.

Dalam perekonomian tertutup, dan dalam jangka pendek, pengangguran dan inflasi merupakan masalah ekonomi yang perlu di hadapi dan di atasi. Dalam sistem pasar bebas, kdua masalah ini tidak dapat dengan sendirinya diatasi. Kebijakan pemerintah perlu dijalankan apabila salah satu kedua masalah tersebut timbul. Sesuai dengan keperluan ini dalam analisis makro ekonomi perlu diperhatikan dengan lebih baik mengenai kdua masalah tersebut dan bentuk – bentuk kebijakan pemerintah yang dapat digunakan untuk mengatasi kedua masalah.

(17)

3.2 Saran

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Mankiw, Gregory, 2008. Pengantar Ekonomi Jilid 2.Erlangga:Jakarta http://sabarila.blogspot.com/2014/12/analisis-hubungan-tingkat-pengangguran_65.html

http://www.zonasiswa.com/2014/08/pengertian-inflasi-lengkap.html

Gambar

Gambar 2.1 Kurva Phillips
Tabel 2.1
Tabel 2.2Tingkat Pengangguran Terbuka di Indonesia tahun 2008 – 2012
Tabel 2.3

Referensi

Dokumen terkait

sedikit tersedianya bahan ajar mata pelajaran biologi dengan inovasi baru yaitu disajikan dengan mengaitkan antara materi biologi dengan ayat-ayat Al Qur’an dan Al

Disetujui oleh Dosen Pembimbing untuk diujikan dihadapan penguji Tugas Akhir Program Studi Diploma 3 Keuangan dan Perbankan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sebelas

( 1) PPN atas penyerahan Pulsa dan Kartu Perdana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a dan huruf b, terutang pada saat pembayaran diterima, termasuk

Maka kita perlukan langkah-langkah kongkrit antara lain: Pertama, perlu ada sosialisasi secara massif kepada para orang tua dan guru tentang bahaya program yang ada di

Masalah yang dihadapi adalah bagaimana menyajikan sebuah materi pembelajaran yang lengkap dan menarik sehingga dapat mempermudah mahasiswa dalam memahami pelajaran, dalam hal

Koperasi Al-Ibriz sebagai laborat sosial ekonomi bagi para santri mempunyai peran yang signifikan didalam mengasah nalar komunal dan interprenership para santri,

M.Sc, selaku Ketua Program studi D III Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto, serta selaku pembimbing dan penguji yang telah memberi banyak

Karena itulah pemilihan topik tentang sistem persediaan, pembelian, dan penjualan adalah untuk mempermudah dalam melakukan pengolahan dan penganalisaan terhadap informasi atau data