• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP DETERGEN OLEH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP DETERGEN OLEH"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP

“DETERGEN”

OLEH :

KELOMPOK V

Aisyah Putri Abrianti F 121 14 004 Moh. Hasdi Prabakti F 121 14 031

Moh. Asrul Hatibi F 121 14 005 Hardianti Kamaluddin F 121 14 032

Atika F 121 14 015 Fakhrizal Mulya P F 121 14 042

Rahmania F 121 14 016 Muh. Irfan Aziji F 121 14 050

Moh. Fail Fadil F 121 14 018 Ryantona F 121 14 063

DOSEN PEMBIMBING:

Alamsyah Prabakti

PROGRAM STUDI GEOLOGI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS TADULAKO

(2)

Jenis Karakteristik Fisik, Kimia, Biologi dari Detergen

A. SIFAT FISIK DETERGEN

Minyak dan lemak merupakan bahan utama dalam produksi sabun. Minyak dan lemak tidak berbeda dalam bentuk umum trigliseridanya, tetapi hanya berbeda dalam bentuk (wujud). Perbedaan ini didasarkan pada perbedaan titik lelehnya. Pada suhu kamar lemak berwujud

padat, sedangkan minyak berwujud cair. Titik leleh minyak dan lemak tergantung pada strukturnya, biasanya meningkat dengan bertambahnya jumlah karbon.

B. SIFAT KIMIA DAN BIOLOGI DETERGEN

Limbah detergen yang mencemari badan air atau sumur gali umumnya berasal dari limbah rumah tangga dan berbagai kegiatan masyarakat yang menggunakan detergen secara besar-besaran, sehingga pencemaran air bersih oleh zat ini semakin hari semakin

mengkawatirkan. Detergen atau surfaktan sintetis merupakan zat toksik, bersifat karsinogenik dapat menimbulkan kanker jika terakumulasi dalam jangka waktu lama di dalam tubuh.

Detergen umumnya tersusun atas lima jenis bahan, antara lain surfaktan yang merupakan

senyawa Alkyl Bensen Sulfonat (ABS) yang berfungsi untuk mengangkat kotoran pakaian. Alkyl Bensen Sulfonat bersifat nonbiodegradable atau sulit terurai di alam. Bahan utama dari

pembuatan deterjen adalah suatu senyawa surfaktan. Surfaktan atau surface active agent atau wetting agent merupakan bahan organik yang berperan sebagai bahan aktif pada detergen, sabun, dan shampoo. Surfaktan dapat menurunkan tegangan permukaan sehingga memungkinkan partikel-partikel yang menempel pada bahan-bahan yang dicuci terlepas dan mengapung atau terlarut dalam air (Effendi,H, 2003).

Deterjen juga mengandung bahan pengisi berupa senyawa fosfat, yang berfungsi mencegah menempelnya kembali kotoran pada bahan yang sedang dicuci. Senyawa fosfat digunakan hampir oleh segala merk detergen. Senyawa ini memberikan peran besar pada proses terjadinya eutrofikasi sehingga menyebabkan Booming Alge (meledaknya populasi tanaman air).

Selanjutnya pemutih dan pewangi sebagai bahan pembantu yang digunakan pada detergen umumnya umumnya bersal dari natrium karbonat, menurut hasil beberapa penelitin dapat menyebabkan kanker pada manusia. Sedangkan bahan pewangi dan bahan penimbul busa pada dasarnya tidak diperlukan dalam proses pencucian, dan tidak berhubungan antara daya bersih dengan keberadaan busa yang melimpah. Sedangkan Fluorescent berguna untuk membuat pakaian lebih cemerlang.

(3)

Komposisi surfaktan dalam detergen berkisar antara 10%-30%, disamping polifosfat dan pemutih. Kadar surfaktan 1 mg/liter dapat mengakibatkan terbentuknya busa perairan (Effendi, 2003). Sifat surfaktan bergantung pada suatu molekul yang memiliki sifat lipofilik dan hidrofilik. Pada batas antar fase (misalnya, lemak dan air atau udara dan air), molekul surfaktan bergabung menyebabkan turunnya tegangan permukaan. Pada batas antar fase ini, keberadaan busa

menyebabkan terbentuknya perluasan daerah antar fase dan dengan demikian akumulasi

surfaktan dalam air busa dan akibatnya, terjadi penurunan kepekatan surfaktan dalam massa air. Pengaruh ini dapat menyebabkan`sqwewwe` perbedaan dalam kepekatan dalam tingkatan beberapa ribu kali (Connell, 1995).

Surfaktan ABS ( Alkyl Benzene Sulphonate) digunakan dalam bentuk garam natrium, zat ini terdapat dalam air alamiah sebagai garam kalsium. Garam ini memiliki kelarutan dalam air yang rendah dan terdapat sebagai suatu suspensi yang tidak stabil. Pertama kali menempel pada batas antar fase seperti udara-air, lemak-air dan sediment dasar air, tetapi secara nyata memasuki sediment dasar sebagai deposit. Ini menyebabkan kepekatan yang tinggi dalam sediment pada daerah yang menerima limbah air yang mengandung surfaktan (Connell, 1995 .

Surfaktan dapat mengubah sifat aliran hidrolik media porous seperti tanah. Pembentukan misel garam kalsium surfaktan ABS dalam sistem alamiah memungkinkan surfaktan menjadi lebih mudah diendapkan dari pada garam natrium. Pengendapan surfaktan ini menyebabkan pembentukan suatu sel garam kalsium yang dapat menghalangi aliran air melalui sistem porous (Connell, 1995).

Adapun Zat-zat yang terdapat dalam deterjen yaitu:

1. Surfaktan yaitu untuk mengikat lemak dan membasahi permukaan 2. Abrasive untuk menggosok kotoran

3. Substansi untuk mengubah pH yang mempengaruhi penampilan ataupun stabilitas dari komponen lain

4. Water softener untuk menghilangkan efek kesadahan 5. Oxidants untuk memutihkan dan menghancurkan kotoran

6. Material lain selain surfaktan untuk mengikat kotoran didalam suspensi 7. Enzim untuk mengikat protein, lemak, ataupun karbohidrat didalam kotoran.

(4)

surfaktan ini cukup kestabilan dan jumlah buih yang dihasilkannnya, sehingga sering digunakan untuk pencuci alat-alat rumah tangga. Setelah surfaktan, kandungan lain yang penting adalah penguat (builder), yang meningkatkan efisiensi surfaktan. Builder digunakan untuk melunakkan air sadah dengan cara mengikat mineral-mineral yang terlarut, sehingga surfaktan dapat berkonsentrasi pada fungsinya. Selain itu, builder juga membantu menciptakan kondisi keasaman yang tepat agar proses pembersihan dapat berlangsung lebih baik serta membantu mendispersikan dan mensuspensikan kotoran yang telah lepas. Yang sering digunakan sebagai builder adalah senyawa kompleks fosfat, natrium sitrat, natrium karbonat, natrium silikat atau zeolit. Pertimbangan banyak busa adalah pertimbangan salah kaprah tapi selalu dianut oleh banyak konsumen. Banyaknya busa tidak berkaitan secara signifikan dengan daya bersih deterjen, kecuali deterjen yang digunakan untuk proses pencucian dengan air yang jumlahnya sedikit (misalnya pada pencucian karpet). Untuk kebanyakan kegunaan di rumah tangga, misalnya pencucian dengan jumlah air yang berlimpah, busa tidak memiliki peran yang penting. Dalam pencucian dalam jumlah air yang sedikit, busa sangat penting karena dalam pencucian dengan sedikit air, busa akan berperan untuk tetap "memegang" partikel yang telah dilepas dari kain yang dicuci, dengan demikian mencegah mengendapnya kembali kotoran tersebut. Revolusi terbesar dalam perkembangan deterjen adalah pemakaian enzim. Enzim sebagai bantuan untuk mencuci bukanlah suatu hal yang baru lagi untuk dunia industri. Enzim proteolik telah dicoba sebagai zat aditif untuk mencuci di Jerman pada tahun 1920-an dengan sukses dan juga di Switzerland pada tahun 1930-an. Enzim, yang disebut juga dengan katalis organik, cenderung untuk mempercepat reaksi dan enzim proteolitik dapat mengubah ataupun menghancurkan protein menjadi asam amino baik sebagian maupun keseluruhan. Cara kerja enzim relatif lambat dan harga produksinya tinggi, tetapi dengan metode yang telah disempurnakan untuk produksi dan pemurnian, rantai enzim, dikembangkan untuk bereaksi dengan cepat.Dalam perkembangannya, deterjen pun makin canggih. Deterjen masa kini biasanya mengandung pemutih, pencerah warna, bahkan antiredeposisi (NaCMC atau sodium carboxymethylcellulose).

Dampak Detergen Terhadap Air dan Tanah

(5)

Awalnya inovasi yang dianggap cemerlang ini ini mendapatkan respon yang menggembirakan. Namun seiring berjalannya waktu, ABS setelah diteliti lebih lanjut diketahui mempunyai efek destruktif (buruk) terhadap lingkungan yakni sulit diuraikan oleh mikroorganisme. Hal ini menjadikan sisa limbah Detergen yang dikeluarkan setiap hari oleh rumah tangga akan menjadi limbah berbahaya dan mengancam stabilitas lingkungan hidup kita.Beberapa negara di dunia secara resmi telah melarang penggunaan zat ABS ini dalam pembuatan Detergen dan memperkenalkan senyawa kimia baru yang disebut Linier Alkyl Sulfonat, atau lebih sering jika kita lihat di berbagai label produk Detergen yang kita pakai dengan nama LAS yang relatif lebih ramah lingkungan. Akan tetapi penelitian terbaru oleh para ahli menyebutkan bahwa senyawa ini juga menimbulkan kerugian yang tidak sedikit terhadap lingkungan. Menurut data yang diperoleh bahwa dikatakan alam lingkungan kita membutuhkan waktu selama 90 hari untuk mengurai LAS dan hanya 50% dari keseluruhan yang dapat diurai.

Efek paling nyata yang disebabkan oleh limbah Detergen rumah tangga adalah terjadinya eutrofikasi (pesatnya pertumbuhan ganggang dan enceng gondok). Limbah Detergen yang dibuang ke kolam ataupun rawa akan memicu ledakan pertumbuhan ganggang dan enceng gondok sehingga dasar air tidak mampu ditembus oleh sinar matahari, kadar oksigen berkurang secara drastis, kehidupan biota air mengalami degradasi, dan unsur hara meningkat sangat pesat. Jika hal seperti ini tidak segera diatasi, ekosistem akan terganggu dan berakibat merugikan manusia itu sendiri, sebagai contoh saja lingkungan tempat pembuangan saluran selokan. Secara tidak langsung rumah tangga pasti membuang limbah Detergennya melalui saluran selokan ini, dan coba kita lihat, di penghujung saluran selokan begitu banyak eceng gondok yang hidup dengan kepadatan populasi yang sangat besar.

Selain merusak lingkungan alam, efek buruk Detergen yang dirasakan tentu tak lepas dari para konsumennya. Dampaknya juga dapat mengakibatkan gangguan pada lingkungan kesehatan manusia. Saat seusai kita mencuci baju, kulit tangan kita terasa kering, panas, melepuh, retak-retak, gampang mengelupas hingga mengakibatkan gatal dan kadang menjadi alergi.

Detergen sangat berbahaya bagi lingkungan karena dari beberapa kajian menyebutkan bahwa Detergen memiliki kemampuan untuk melarutkan bahan bersifat karsinogen, misalnya 3,4 Benzonpyrene, selain gangguan terhadap masalah kesehatan, kandungan detergen dalam air minum akan menimbulkan bau dan rasa tidak enak. Sedangkan tinja merupakan jenis vektor pembawa berbagai macam penyakit bagi manusia. Bagian yang paling berbahaya dari limbah domestik adalah mikroorganisme patogen yang terkandung dalam tinja, karena dapat menularkan beragam penyakit bila masuk tubuh manusia, dalam 1 gram tinja mengandung 1 milyar partikel virus infektif, yang mampu bertahan hidup selama beberapa minggu pada suhu dibawah 10 derajat Celcius.

(6)

Pada percobaan tersebut dapat dianalisa bahwa Detergen itu memang mempunyai dampak buruk terhadap berbagai lingkungan kehidupan kita. Baik itu lingkungan terrestrial dimana kita hidup, kemudian lingkungan perairan termasuk organisme yang hidup di dalamnya, atau bahkan juga lingkungan kesehatan manusia sendiri yang sebenarnya tanpa kita sadari mulai perlahan-lahan menyerang kesehatan kita.

Detergen fosfat tinggi seperti tri-natrium fosfat (TSP) dapat dibeli di beberapa toko cat dan perangkat keras. Pembersihan secara teratur dengan Detergen fosfat tinggi telah terbukti efektif dalam mengurangi debu di yang terdapat di jendela dan di sekitar pintu.Apa yang terjadi jika limbah Detergent bercampur dengan air?Detergent memiliki efek beracun dalam air. Semua Detergent menghancurkan lapisan eksternal lendir yang melindungi ikan dari bakteri dan parasit, selain itu detergent dapat menyebabkan kerusakan pada insang. Kebanyakan ikan akan mati bila konsentrasi Detergent 15 bagian per juta. Detergent dengan konsentrasi rendah pun sebanyak 5 ppm tetap dapat membunuh telur ikan. Surfaktan Detergen pun tak kalah berbahaya karena jenis detergent ini terbukti mengurangi kemampuan perkembangbiakan organisme perairan.

Detergen juga memiliki andil besar dalam menurunkan kualitas air. Bahan kimia organik seperti pestisida dan fenol akan mudah diserap oleh ikan, dengan konsentrasi Detergen hanya 2 ppm dapat diserap ikan dua kali lipat dari jumlah bahan kimia lainnya.Detergent juga memberi efek negatif bagi biota air. Fosfat dalam Detergen dapat memicu ganggang air tawar bunga untuk melepaskan racun dan menguras oksigen di perairan. Ketika ganggang membusuk, mereka menggunakan oksigen yang tersedia untuk mempertahankan hidupnya.

Dalam sebuah literatur disebutkan, ada fakta yang menarik seputar air di bumi ini. Jumlah total air di bumi saat ini relatif sama dengan jumlah total air tercipta. Yaitu 70 persen permukaan bumi kita adalah air. Komposisinya adalah 67 persen terdiri dari air asin dan tiga persen air tawar. Prosentasi air tawar itu terdiri dari es, air tanah, air permukaan, dan uap air. Jumlah airnya saat ini memang sama akan tetapi yang berubah bentuknya. Tidak semua air tawar tersebut dapat di pakai, penyebabnya adalah pencemaran lingkungan yang dibuat oleh manusia sendiri seperti limbah dari pemakaian detergen.

kandungan zat kimia di dalam detergen akan mencemari tanah. dan itu akan mempengaruhi kualitas tanag itu sendiri. banyak hewan dalam tang yang akan mati. dan juga tanag tersebut susah ditanami tumbuhan karena sudah tidak subur lagi akibat tercemari oleh detergen

USAHA KELOLA LINGKUNGAN

Detergen merupakan suatu derivatik zat organik sehingga akumulasinya menyebabkan meningkatnya COD (Chemichal Oxygen Demand) dan BOD (Biological Oxigen Demand) dan angka permanganat, maka dalam pengolahannya sangat cocok menggunakan teknik biologi.

(7)

proses aerobic, proses anaerobic, proses anoksid dan kombinasi antara proses aerobik dengan salah satu proses tersebut.

Proses biologis dapat pula dikelompokkan atas dasar proses operasinya yaitu proses kontinu dengan atau tanpa daur ulang, proses batch, proses semi batch. Proses kontinu biasa digunakan untuk pengolahan aerobik, sedangkan proses batch atau semi batch lebih banyak digunakan untuk sistem anaerobic. Apabila BOD tidak melebihi 400 mg/l, proses aerob masih dapat dianggap lebih ekonomis dari anaerob. Pada BOD lebih tinggi dari 4000 mg/l, proses anaerob menjadi lebih ekonomis.

BOD atau Biochemical Oxygen Demand adalah suatu karakteristik yang menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme (biasanya bakteri) untuk mengurai atau mendekomposisi bahan organik dalam kondisi aerobik. Bahan organik yang terdekomposisi dalam BOD adalah bahan organik yang siap terdekomposisi (readily decomposable organic matter). BOD merupakan suatu ukuran jumlah oksigen yang digunakan oleh populasi mikroba yang terkandung dalam perairan sebagai respon terhadap masuknya bahan organik yang dapat diurai. Dari pengertian ini dapat dikatakan bahwa walaupun nilai BOD menyatakan jumlah oksigen, tetapi untuk mudahnya dapat juga diartikan sebagai gambaran jumlah bahan organik mudah urai (biodegradable organics) yang ada di perairan. Sedangkan COD atau Chemical Oxygen Demand adalah jumlah oksigen yang diperlukan untuk mengurai seluruh bahan organik yang terkandung dalam air. Hal ini karena bahan organik yang ada sengaja diurai secara kimia dengan menggunakan oksidator kuat kalium bikromat pada kondisi asam dan panas dengan katalisator perak sulfat, sehingga segala macam bahan organik, baik yang mudah urai maupun yang kompleks dan sulit urai, akan teroksidasi. Dengan demikian, selisih nilai antara COD dan BOD memberikan gambaran besarnya bahan organik yang sulit urai yang ada di perairan. Bisa saja nilai BOD sama dengan COD, tetapi BOD tidak bisa lebih besar dari COD. Jadi COD menggambarkan jumlah total bahan organik yang ada. Air yang bersih kandungan BOD kurang dari 1 mg/l atau 1ppm, jika BOD nya di atas 4 ppm maka air dikatakan tercemar (Hariyadi, 2004).

Pada beberapa penelitian membuktikan bahwa alkyl benzena sulfonat (ABS) dapat diuraikan dengan bakteri Staphylococcus epidermis, Enterobacter gergoviae, Staphylococcus aureus, Pseudomonas facili, Pseudomonas fluoroscens, Pseudomonas euruginosa, Kurthia zopfii, dan sebagainya. Bakteri ini akan merombak detergen yang juga merupakan zat organik sebagai bahan makanan menjadi energi.

Penggunaan alat Trickling Filter, yaitu teknik untuk meningkatkan kontak dari air limbah dengan mikroorganisme pemakan bahan-bahan organik yang mengambil oksigen untuk metabolismenya dapat dipergunakan sebagai pengolahan limbah deterjen skala rumah tangga. Diawali dengan mengembangbiakkan bakteri pada media pecahan genteng selama 40 hari dalam limbah rumah tangga yang ada di selokan, kemudian dilakukan treatment/sirkulasi terhadap limbah deterjen sintetik pada Trickling Filter dan dianalisa nilai konsentrasi LAS dengan pengujian MBAS (Metylene Blue Active Surfactan). media pertumbuhan mikroorganisme adalah pecahan genteng yang direndam dalam selokan 40 hari. Jenis mikroorganisme yang ada di selokan antara lain Crenothrix & Sphaerotilus, Chromatium & Thiobacillus, mikroalgae hijau & biru, Salmonella typhi, Salmonella paratyphi, Shigella shigae, Eschericia Coli. Pengamatan langsung dengan menggunakan mikroskop dan pengecatan gram menunjukkan bahwa komunitas mikroba didominasi oleh bakteri gram negatif, menemukan komunitas bakteri dari golongan

(8)

nutrisi yang diperlukannya. Deterjen akan mengalami penurunan kadar LAS dengan semakin bertambahnya waktu. Hal ini disebabkan mikroorganisme aerobik yang memakan zat yang terkandung dalam deterjen. Kemampuan mikroba terutama bakteri dalam menggunakan deterjen sebagai sumber karbon utama menunjukkan bahwa bakteri memegang peran penting. Deterjen dengan kadar LAS yang besar membutuhkan waktu peruraian yang lebih lama dan deterjen dengan kadar LAS yang kecil akan lebih cepat terurai. Dan semakin lama waktu sirkulasi limbah deterjen maka kadar LAS pada ketiga merek deterjen yang diteliti akan semakin mengalami penurunan, karena waktu kontak antara air deterjen dan mikroorganisme aerob semakin lama sehingga memberikan waktu yang cukup lama pula bagi bakteri untuk menguraikan deterjen (Heryani dan Puji, 2008).

Penanganan dengan cara lumpur aktif juga dapat dikembangkan , dan dapat menurunkan COD, BOD 30 – 70 %, bergantung pada karakteristik air limbah yang, diolah dan kondisi proses lumpur aktif yang dilakukan. Proses lumpur aktif terus berkembang dengan berbagai modifikasinya, antara lain oxidation ditch dan kontak-stabilisasi. Dibandingkan dengan proses lumpur aktif konvensional, oxidation ditch mempunyai beberapa kelebihan, yaitu efisiensi penurunan BOD dapat mencapai 85%-90% (dibandingkan 80%-85%) dan lumpur yang dihasilkan lebih sedikit. Selain efisiensi yang lebih tinggi (90%-95%), kontak stabilisasi mempunyai kelebihan yang lain, yaitu waktu detensi hidrolis total lebih pendek (4-6 jam).

Dengan tangki septic-filter up flow yang berisi pecahan batu bata sebagai media hidup mikroba sanggup mereduksi kandungan Metylene Blue Active Surfactan atau MBAS (untuk mendeteksi kandungan detergen) hingga mencapai efesiensi 87,93 persen. Dari sampel, air limbah yang sebelum dimasukkan tangki memiliki kandungan MBAS sekitar 2,7 mg per liter. Setelah keluar tangki, air hanya mengandung MBAS sekitar 0,326 mg per liter, atau lebih rendah dari baku mutu yang digariskan, yakni 0,5 mg per liter. Adapun BOD yang didapat adalah 483,75 mg per liter (sebelum proses) dan 286,25 mg per liter (setelah proses) atau kandungan BOD berkurang 40 persen lebih.

Mendestabilkan partikel deterjen dapat dimanfaatkan sebagai pengolahan limbah karena detergen mempunyai sifat koloid. Karakteristik dari partikel koloid dalam air sangat dipengaruhi oleh muatan listrik dan kebanyakan partikel tersuspensi bermuatan negative. Cara mendestabilkan atau merusak kestabilan partikel dilakukan dalam dua tahap. Pertama dengan mengurangi muatan elektrostatis sehingga menurunkan nilai potensial zeta dari koloid, proses ini lazim disebut sebagai koagulasi. Kedua adalah memberikan kesempatan kepada partikel untuk saling bertumbukan dan bergabung, cara ini dapat dilakukan dengan cara pengadukan dan disebut sebagai flokulasi.

Pengurangan muatan elektris dilakukan dengan menambahkan koagulan seperti PAC. Di dalam air PAC akan terdisposisi melepaskan kation Al3+ yang akan menurunkan zeta potensial dari partikel. Sehingga gaya tolak-menolak antar partikel menjadi berkurang, akibatnya penambahan gaya mekanis seperti pengadukan akan mempermudah terjadinya tumbukan yang akan dilanjutkan dengan penggabungan partikel-partikel yang akan membentuk flok yang berukuran lebih besar. Flok akan diendapkan pada unit sedimentasi maupun klarifikasi. Lumpur yang terbentuk akan dibuang menggunakan scraper. Cara koagulasi umumnya berhasil menurunkan kadar bahan organik (COD,BOD) sebanyak 40-70 %.

(9)

Proses flotasi banyak digunakan untuk menyisihkan bahan-bahan yang mengapung juga dapat digunakan sebagai cara penyisihan bahan-bahan tersuspensi (clarification) atau pemekatan lumpur endapan (sludge thickening) dengan memberikan aliran udara ke atas (air flotation).

Adsorpsi menggunakan karbon aktif dapat digunakan untuk mengurangi kontaminasi detergen. Detergen yang merupakan molekul organik akan ditarik oleh karbon aktif dan melekat pada permukaannya dengan kombinasi dari daya fisik kompleks dan reaksi kimia. Karbon aktif memiliki jaringan porous (berlubang) yang sangat luas yang berubah-ubah bentuknya untuk menerima molekul pengotor baik besar maupun kecil. Zeolit dapat menurunkan COD 10-40%, dan karbon aktif dapat menurunkan COD 10-60 %.

Detergen mempunyai ikatan – ikatan organik. Proses khlorinasi akan memecah ikatan tersebut membentuk garam ammonium khlorida meskipun akan menghasilkan haloform dan trihalomethans jika zat organiknya berlebih (Arifin, 2008).

Air limbah deterjen tidak dapat dibuang ke septic tank seperti pada kotoran manusia (black water) karena memiliki kandungan detergen yang dapat membunuh bakteri pengurai yang dibutuhkan septic tank. Karena itu, diperlukan pengolahan khusus yang dapat menetralisasi kandungan detergen dan juga menangkap lemak.

Cara yang paling sederhana mengatasi pencemaran air limbah adalah dengan menanami selokan dengan tanaman air yang bisa menyerap zat pencemar. Tanaman yang bisa digunakan, antara lain jaringao, Pontederia cordata (bunga ungu), lidi air, futoy ruas, Thypa angustifolia

(bunga coklat), melati air, dan lili air. Cara ini sangat mudah, tapi hanya bisa menyerap sedikit zat pencemar dan tak bisa menyaring lemak dan sampah hasil dapur yang ikut terbuang ke selokan.

Cara yang lebih efektif adalah membuat instalasi pengolahan yang sering disebut dengan sistem pengolahan air limbah (SPAL) dengan cara mudah, bahan murah dan tidak sulit diterapkan di rumah Anda. Instalasi SPAL terdiri dari dua bagian yaitu bak pengumpul dan tangki resapan. Di dalam bak pengumpul terdapat ruang untuk menangkap sampah yang dilengkapi dengan kasa 1 cm persegi, ruang untuk penangkap lemak, dan ruang untuk menangkap pasir. Tangki resapan dibuat lebih rendah dari bak pengumpul agar air dapat mengalir lancar. Di dalam tangki resapan ini terdapat arang dan batu koral yang berfungsi untuk menyaring zat-zat pencemar yang ada dalam air limbah deterjen (greywater). Mekanisme kerja SPAL dengan cara air bekas deterjen atau bekas sabun dialirkan ke ruang penangkap sampah yang telah dilengkapi dengan saringan di bagian dasarnya. Sampah akan tersaring dan air akan mengalir masuk ke ruang di bawahnya. Jika air mengandung pasir, pasir akan mengendap di dasar ruang ini, sedangkan lapisan minyak, karena berat jenisnya lebih ringan, akan mengambang di ruang penangkap lemak. Air yang telah bebas dari pasir, sampah, dan lemak akan mengalir ke pipa yang berada di tengah-tengah tangki resapan. Bagian bawah pipa tersebut diberi lubang sehingga air akan keluar dari bagian bawah. Sebelum air menuju ke saluran pembuangan, air akan melewati penyaring berupa batu koral dan batok kelapa. Limbah deterjen atau air sabun yang telah diolah dapat digunakan lagi untuk menyiram tanaman, mengguyur kloset, dan untuk mencuci mobil. Di Singapura dan negara-negara maju bahkan diolah lagi menjadi air minum (Anonimous, 2009).

(10)

larutan anti deterjen, misalnya jika deterjen yang terbuang banyak mengandung deterjen anionik, maka untuk menetralisir diberikan larutan deterjen kationik sebagai anti deterjennya, demikian pula sebaliknya. Kemudian larutan anti deterjen ini dimasukkan ke dalam bak penampungan dan dilakukan proses penetralan. Pada proses penetralan, perlu ditentukan kadar deterjen di dalam bak penampungan dengan analisis deterjen sistem MBAS (Metilen Blue Active Surfactan) atau dengan sistem Titrasi Yamin yang secara khusus untuk mengetahui kadar deterjen. Misalnya kadar deterjen 50 ppm dapat dilakukan uji coba dengan pemberian larutan anti deterjen sebanyak 5 ml per menit dengan pompa dosing sampai kadar deterjen 0 ppm. (Arifin, 2008).

Bagi pemilik usaha binatu/laundry dapat melakukan upaya pemilihan deterjen dengan kandungan fosfat yang rendah karena dapat menjadi pencemaran air disekitarnya. Serta dapat melakukan pengelolaan limbah deterjen secara sederhana dengan pembuatan bak penampungan khusus, atau dengan penambahan arang aktif (Anonimous, 2010).

Savarino et al (2010) pada penelitian terbarunya membandingkan antara biosurfactan, yang merupakan perkembangan terbaru dari formula deterjen dengan surfaktan anionik/non ionik yang sering dipakai perusahaan deterjen. Biosurfactan diisolasi dari residu makanan dan limbah hijau yang disimpan pada kondisi aerobik selama 0-60 hari dan diteliti komposisi kimia,aktivitas sifat permukaan (surface activity) dan daya kerja deterjen dalam mencuci kain. Limbah perkotaan merupakan sumber yang kaya bahan organik dengan sifat surfaktan yang sangat baik. Bahan ini sudah tersedia dari fasilitas perkotaan dengan biodegradasi aerobik residu biomassa. Khususnya, untuk dua biosurfaktan terisolasi dari limbah, yaitu cHAL (compost humic acid-like matter) yang terisolasi dari campuran makanan dan residu kompos hijau (green residues) selama 15 hari dan cHAL 2 terisolasi hanya dari residu hijau segar (fresh green residue). Kedua biosurfactan tersebut mengandung rantai alifatik panjang, gugus aromatik, asam karboksilat dan kelompok fenol.

Biosurfactan menghasilkan berbagai macam komposisi kimia dan aktivitas sifat permukaan yang erat kaitannya dengan sumber biomassa yang berbeda. Ditemukan bahwa biosurfactan memiliki kinerja yang sama dengan commercial surfactan yang umum digunakan (anionik maupun non ionik) ketika digunakan secara murni, jika pada campuran 1:1 biosurfactan dan commercial surfactan menghasilkan sinergi yang signifikan. Sangat sensitivitas terhadap kesadahan air dan menyebabkan kain menjadi kuning merupakan kekurangan utama untuk biosurfactan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa bila digunakan di atas konsentrasi micelles tidak ada perbedaan kinerja yang signifikan pada seluruh kelompok biosurfactan atau campuran antara biosurfactan dan commercial surfactan. Fakta ini memberikan harapan bagi produksi industri dan komersialisasi Biosurfactan sebagai komponen dari formulasi deterjen. Serta penggunaan surfaktan yang ramah lingkungan yang berasal dari sumber daya terbaru yang murah dalam komposisi deterjen bagi tren industri deterjen.

(11)

12-15% dari bahan kering sampah awal. Dari hasil percobaan biosurfactan mampu menurunkan tegangan permukaan hampir 50% lebih rendah dibandingkan commercial surfactan.

Limbah domestik baik rumah tangga atau limbah usaha skala kecil seperti air sisa deterjen dan air sisa sabun mandi harus diolah dan tidak boleh membuangnya melalui septic-tank, guna mengindari pencemaran air tanah disekitarnya.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

 http://erlangga-lintang.blogspot.com/2011/08/pencemaran-air-di-sungai-oleh-limbah.html

 Hefni Effendi. (2003). Telaah Kualitas Air, Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan. Yogyakarta: Kanisius.

 Hiasinta A. Purnawijayanti. (2001). Sanitasi, Higine, dan Keselamatan Kerja dalam Penggolahan Makanan. Yogyakarta: Kanisius.

 Srikandi Fardiaz. (1992). Polusi Air dan Udara. Yogyakarta: Kanisius.

 Widmer, Petra & Frick, Heinz. (2007). Hak Konsumen dan Ekolabel. Yogyakarta: Kanisius.

 http://bennysyah.edublogs.org/2007/04/27/softening-pelunakan-pada-air-sadah, 23

Oktober 2007.

 “Berpacu Menyelamatkan Air Bersih”, Banjarmasin Post, 23 Maret 2011. Hal 26.

 Biasa, manusia (2010). Daya Kerja Detergen. From

http://funny-mytho.blogspot.com/2010/12/daya-kerja-Detergen.html, 23 Oktober 2011.

 Diklat Jauh Wirausaha (2011). Detergen. From

http://www.diklatjauh.com/2011/03/Detergen.html, 16 Oktober 2011.

 Dwi, Bardiana (2011). Macam-Macam Detergen. From

http://kimiadahsyat.blogspot.com/2011/02/macam-macam-detergen.html, 16 Oktober 2011.

 Hart Harold, dkk. 2003. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga

(13)

Referensi

Dokumen terkait

Sistem penjualan yang sedang berjalan saat ini adalah mulanya berasal dari pelanggan, pelanggan ingin membeli barang dari PT.Mitsindo Visual Pratama dimulai dari pelanggan

Dalam protokol harus termasuk siapa yang dapat melaksanakan, komplikasi yang mungkin timbul dan cara pencegahan atau mengatasinya, kapan suatu intervensi harus dihentikan,

DIAN DISTRIATI BURHANUDDIN, ST IBNU SOFWAN LUKITO, S.Si TAUFIQ HIDAYAH, S.Si, M.Si KARNISIH, S.Kom KELOMPOK AB Drs. SARIMIN KHOLIS IRIAWATI, ST RUSGITO, S.Kom TITI HANDAYANI, ST,

Seharusnya, jika pihak laki-laki tidak bisa memenuhi permintaan dari pihak perempuan untuk memberikan pasai yang telah disepakati pada tahapan po bisala harta maka

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) kualitas game edukasi kimia berbasis Role Playing Game (RPG) berdasarkan penilaian ahli materi, ahli media, guru mata pelajaran

Dari berbagai definisi tersebut, penulis mengartikan probiotik sebagai mikroba hidup atau sporanya yang dapat hidup atau berkembang dalam usus; dan dapat menguntungkan inangnya

Sergey Yli- kailoviç Eisenstein 27 yaşında yönettiği Potem kin Zırhlısı ile yalnızca sessiz sinemanın değil, yedinci sanat sinemanın da en biivük isimleri

Cucu daripada anak lelaki itu dianggap tidak berhak mendapat wasiat wajibah sekiranya dia adalah ahli waris atau dia salah seorang daripada ahli waris yang berhak mempusakai harta